SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ULKUS KORNEA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H
Vera, 2000, hal 112)
2. Etiologi
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :
 Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah
streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus
kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.
 Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola
 Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
 Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal),
TBC (keratokonjungtivitis flikten), allergen tak diketahui (ulkuscincin)
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
Faktor penyebabnya antara lain:
 Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air
mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya
 Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
 Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik,
exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis
karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis
virus.
 Kelainan - kelainan sistemik ; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens Jhonson, sindrom defisiensi imun.
 Obat-obatan

yang

menurunkan
1

mekaniseme

imun,

misalnya

:
kortikosteroid, IUD, anestetik local dan golongan imunosupresif.
3. Patofisiologi
1. Kelainan pada bulu mata
dan sistem air mata
2. Trauma kornea
3. Kelainan kornea
4. Kelainan sistemik
5. Obat penurun
mekanisme imun

1.
2.
3.
4.

Bakteri
Virus
Jamur
Hipersensitivitas

Menginfeksi kornea

Terpajannya reseptor
nyeri

Ulkus

Tumpukan pus di
camera oculi anterior

Perforasi kornea

Nyeri
Ruptur kornea
TIO meningkat

Penglihatan terganggu

Perubahan Persepsi
sensori : penglihatan

Resiko cidera

2

Ansietas
4. Tanda dan Gejala
 Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatrik kornea.
 Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis.
Gejala obyektif berupa infeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea
dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis
disertai hipopion.
 Fotofobia
 Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112)

5. Klasifikasi Ulkus Kornea
Ulkus kornea dibagi dalam bentuk :
a. Ulkus kornea sentral meliputi :
 Ulkus kornea oleh bakteri
Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak
ada faktor pencetusnya ( kornea yang sebelumnya betul-betul sehat )
adalah:
Streptokokok pneumonia
Streptokokok alfa hemolitik
Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella Pneumonia
Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah
bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata,
kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada
keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi.
Bakteri pada kelompok ini adalah :
Stafilokukkus epidermidis
Streptokokok Beta Hemolitik
Proteus
3
 Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus
Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus
kornea adalah
Streptokok pneumonia (pneumokok)
Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik)
Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat
pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan
oleh stafilokokus dan pseudomonas.
Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin
disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran
pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok
pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk
bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea.
Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor
pencetusnya.
Gambaran Klinis Ulkus korneao leh bakteri Streptokokok:
Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi
ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia
Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi
subkonjungtiva dan intra vena.
 Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies
stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus,

infeksi oleh

Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk :
infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus
4
alergi(toksik).
Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila
ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi
herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.

Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus:
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila
tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion
ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea
marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.
 Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas
Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas
bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas
bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat
sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus
pseudomonas

jaringan

kornea

cepat

hancur

dan

mengalami

kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan
fluoresein, cairan lensa kontak.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas:
Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea
dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan
stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta
menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental
berwarna kuning kehijauan.
Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara
lokal, subkonjungtiva serta intravena.

5
 Ulkus Kornea Oleh Virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada
bentuk disiform bila mengalami nekrosis dibagian sentral.
 Ulkus Kornea Oleh Jamur
Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :
Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang
lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang
Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu
trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau
binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di
kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan
dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan
hidup.
Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim
tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di
udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan
penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari
infeksi kulit, kuku, saluran kencing.
Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme
oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan
endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran
lakrimal.
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak
mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor
pencetus

seperti

keratoplasti,

exposure

keratitis

herpes
6

keratitis,
simpleks

keratitis
dengan

sika,

pasca

pemakaian
kortikosteroid.
Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas,
apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes
sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.

b. Ulkus Marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat
berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau
banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus
marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan
dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama
dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch
Weeks

dan

Proteus

Vulgaris.

Pada

beberapa

keadaan

dapat

dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ;
penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa
sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme,
injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3
hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi
stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus
dapat memberikan penyembuhan yang efektif.
 Ulkus Cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh
lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama
penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik.
Penyakit ini bersifat rekuren
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
 Ulkus Kataral Simplek
Letak ulkus perifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan
7
sumbu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak
yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening.
Terjadi pada pasien lanjut usia.
Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.
 Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer
kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan
untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak
bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu
yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea
terkenai.
Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau
autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.
Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi
konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
6. Pemeriksaan Diagnostik
 Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
 Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
 Pemeriksaan oftalmoskopi
 Pemeriksaan Darah lengkap, LED
 Pemeriksaan EKG
 Tes toleransi glukosa

7. Penatalaksanaan
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian
berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan
pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama

8
adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi
keperawatan

yang

melibatkan

mata.

Kelopak

mata

harus

dijaga

kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya
peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol
nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri
dan inflamasi.
Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus
dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat
pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan defek epitel.

9
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
 Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
Tanda

: Nampak berhati-hati dalam beraktivitas

 Neurosensori
Gejala : Klien mengeluh penglihatan kabur, klien mengeluh
penglihatan silau
Tanda

: Penurunan ketajaman mata, penurunan visus, tidak dapat
melihat dengan jarak jauh, Nampak mengecilkan mata
bila ada respon cahaya, mata Nampak merah, Nampak
kotor

 Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya, klien
mengeluh sakit kepala
Tanda

: Nampak memegang area mata, ekspresi wajah Nampak
meringis

 Integritas ego
Gejala : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya, klien
mengeluh akan kondisi matanya
Tanda

: Nampak takut, bertanya tentang kondisi, penyakitnya.
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya, klien nampak
bingung bila ditanya tentang penyakitnya.

b. Pengelompokan Data
Data Subyektif :
 Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena

gangguan penglihatan
 Klien mengeluh penglihatan kabur
10
 Klien mengeluh penglihatan silau
 Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya
 Klien mengeluh sakit kepala
 Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya
 Klien mengeluh akan kondisi matanya

Data Obyektif :
 Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
 Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
 Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
 Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya
 Mata nampak merah
 Nampak kotor
 Nampak memegang area mata
 Ekspresi wajah nampak meringis
 Nampak takut
 Bertanya tentang kondisi penyakitnya
 Bingung bila ditanya tentang penyakitnya.

11
c. Analisa Data
Symptom
Ds :
 Klien mengeluh nyeri
pada daerah matanya
 Klien mengeluh sakit
kepala
Do :
 Ekspresi wajah nampak
meringis
 Nampak
memegang
area mata

Ds :
 Klien mengeluh tidak
dapat beraktivitas seperti
biasanya
karena
gangguan penglihatan
 Klien
mengeluh
penglihatan kabur
 Klien
mengeluh
penglihatan silau
Do
 Nampak
berhati-hati
dalam beraktivitas
 Penurunan
ketajaman
mata, penurunan visus
 Tidak dapat
melihat
dengan jarak jauh
 Nampak
mengecilkan
mata bila ada respon
cahaya
 Mata nampak merah

Etiologi
Invasi bakteri
↓
Inkulurensi kornea
↓
Peningkatan TIO
↓
Merangsang pengeluaran
(histamine, bradikin,
prostaglandin)
↓
Impuls disampaikan thalamus
Korteks serebri
↓
Impuls dipersepsikan
↓
Nyeri
Perforasi pada kornea
↓
Tumpukan pus di kamera okuli
anterior
↓
Penerimaan dan retraksi cahaya
belakang
↓
Penglihatan kabur
↓
Penurunan visus
↓
Gangguan persepsi sensori :
penglihatan

12

Problem
Nyeri

Gangguan
persepsi
sensori
penglihatan

:
 Nampak kotor
Ds :
 Klien

mengeluh

dengan

takut

keadaan

matanya
 Klien

mengeluh

akan

kondisi matanya
Do :
 Nampak takut
 Bertanya tentang kondisi

penyakitnya
 Bingung

bila

Ulkus kornea
↓
Gangguan penglihatan
↓
Perubahan kondisi mata
↓
Kurang terpajang informasi
↓
Stress psikologis
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Ansietas

Ansietas

Ulkus kornea
↓
Kerusakan penglihatan
↓
Lapang pandang menurun
↓
Resiko terjadi cidera

Resiko cidera

ditanya

tentang penyakitnya.
Do :
 Klien

mengeluh

penglihatan kabur
 Nampak

berhati-hati

dalam beraktivitas
 Penurunan

ketajaman

mata, penurunan visus
 Tidak

dapat

melihat

dengan jarak jauh

d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Gangguan persepsi sensori
3) Ansietas
4) Resiko cidera

13
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inkulirensi kornea ditandai dengan
Ds

:  Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya
 Klien mengeluh sakit kepala

Do

:  Ekspresi wajah nampak meringis
 Nampak memegang area mata

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan ketajaman
mata ditandai dengan :
Ds

:  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
karena gangguan penglihatan
 Klien mengeluh penglihatan kabur
 Klien mengeluh penglihatan silau

Do

:  Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
 Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
 Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
 Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya
 Mata nampak merah
 Nampak kotor

c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
ditandai dengan :
Ds

:  Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya
 Klien mengeluh akan kondisi matanya

Do

:  Nampak takut
 Bertanya tentang kondisi penyakitnya
 Bingung bila ditanya tentang penyakitnya

d. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
ditandai dengan :
Do

:  Klien mengeluh penglihatan kabur
 Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
 Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
14
 Tidak dapat melihat dengan jarak jauh

3. Perencanaan
Dx 1

: Nyeri

Tupan

: Setelah dilakukan tindakan kep. nyeri teratasi

Tupen

: Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari nyeri
beransur – ansur hilang dengan kriteria :
-

Klien mengatakan nyeri berkurang

-

Ekspresi wajah nampak tenang

Intervensi :
a. Pantau skala nyeri yang dialami klien
Rasional : untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan klien sehingga
memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaa untuk trauma tumpul
Rasional : mengurangi edema sehingga membantu mengurangi rasa
nyeri
c. Kurangi tingkat pencahayaan
Rasional : tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah
pembedahan
d. Anjurkan klien untuk beristrahat yang cukup
Rasional : istrahat membantu memberihkan rasa nyaman
e. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya yang kuat
Rasional : cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO
dan meningkatkan rasa nyaman.

15
Dx 2

: Gangguan persepsi sensori penglhatan

Tupan

: Setelah dilakukan tindakan kep. gangguan penglihatan teratasi

Tupen

: Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari
gangguan

penglihatan

beransur-ansur

membaik

dengan

criteria :
-

Penglihatan klien normal

-

Klien dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik

Intervensi :
1. Pastikan derajat tipe kehilangan penglihatan
Rasional : memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya yang
akan diberikan
2. Orientasikan klien terhadap lingkungan.
Rasional : Untuk memperkenalkan pada klien tentang lingkungan dan
aktifitas sehingga dapat meningkatkan stimulus penglihatan
3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis
Rasional ; secara langsung mengikut sertakan klien serta mengajarkan
klien cara perawatan mata yang benar
4. Lakukan

tindakan

membantu

pasien

menangani

keterbatasan

penglihatan
Rasional : membantu klien memenuhi kebutuhannya
5. Perkenalkan pasien dengan lingkungannya
Rasional : agar klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa
terikat oleh orang disekitarnya.
6. Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak
mengalami gangguan
Rasional ; agar klien terbiasa sehingga mampu memenuhi aktivitasnya
7. Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
Rasional ; agar klien dapat beristrahat dengan nyaman

16
Dx 3

: Ansietas

Tupan

: Setelah dilakukan tindakan kep. Ansietas teratasi

Tupen

: Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari
ansietas beransur-ansur membaik dengan criteria :
-

Klien tidak takut akan penyakitnya

-

Klien dapat menerima kondisi mata

-

Klien memahami tentang penyakit serta perawatan yang
akan dilakukan.

Intervensi :
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk
mengetahui keprihatikan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui,
mekanismekoping

dapat

membantu

pasien

berkompromi

dengan

kegusara, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan
penlakan.
2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru
Rasional : mengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi
ansietas dan meningkatkan keamanan
3. Menjelaskan rutinitas perioperatif
Rasional : pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah
menerima penanganan dan mematuhi intruksi
4. Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya
Rasional : pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada
masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi
5. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu
Rasional : perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan
pasien
Rasional : pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas
sehubungan dengan penanganan dari perawatan diri

17
7. Dorong partisipasi dalam aktivitas social dan pengalihan bila memungkin
Rasional : isolasi social dan waktu luang yang terlalu lama dapat
menimbulkan perasaan negative.

Dx 4

: Resiko cidera

Tupan

: Setelah dilakukan tindakan kep. Cidera tidak terjadi

Tupen

: Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari tandatanda cidera tidak akan terjadi dengan criteria :
-

Klien dapat beraktivitas dengan baik

-

Beraktivitas secara mandiri.

Intervensi :
1. bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai
stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang
memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan
rasional : menurunkan resiko jatuh atau cidera ketika langkah
sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk
kerusakan penglihatan.
2. Bantu pasien menata lingkungan :
Rasional : memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cidera
3. Orientasikan pasien pada ruangan
Rasional ; meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila
diperintahkan
Rasional : tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap
cidera
5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
Rasional ; tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius
lebih lanjut.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketka memberikan obat mata
Rasional ; cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata
18

More Related Content

What's hot (20)

Endoftalmitis AKPER PEMKAB MUNA
Endoftalmitis AKPER PEMKAB MUNA Endoftalmitis AKPER PEMKAB MUNA
Endoftalmitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Ppt ppok
Ppt ppokPpt ppok
Ppt ppok
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Lp sinusitis
Lp sinusitisLp sinusitis
Lp sinusitis
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep abses
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Dermatitis stasis
Dermatitis stasisDermatitis stasis
Dermatitis stasis
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Asuhan keperawatan pada pasien stomatitis
Asuhan keperawatan pada pasien stomatitisAsuhan keperawatan pada pasien stomatitis
Asuhan keperawatan pada pasien stomatitis
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 

Similar to Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA

Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zoster
ervinpramita
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Meta A
 

Similar to Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA (20)

Mau diprin anja
Mau diprin anjaMau diprin anja
Mau diprin anja
 
Bisul AKPER PEMKAB MUNA
Bisul AKPER PEMKAB MUNA Bisul AKPER PEMKAB MUNA
Bisul AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Lp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgarisLp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgaris
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zoster
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
50815971 case-varisella
50815971 case-varisella50815971 case-varisella
50815971 case-varisella
 
Intan shahifa AKPER PEMKAB MUNA
Intan shahifa  AKPER PEMKAB MUNA Intan shahifa  AKPER PEMKAB MUNA
Intan shahifa AKPER PEMKAB MUNA
 
Konjungtiva
KonjungtivaKonjungtiva
Konjungtiva
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Penyakit Bula
Penyakit BulaPenyakit Bula
Penyakit Bula
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
 
Pioderma Non Kokus
Pioderma Non KokusPioderma Non Kokus
Pioderma Non Kokus
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 

More from Operator Warnet Vast Raha

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ULKUS KORNEA A. KONSEP PENYAKIT 1. Pengertian Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112) 2. Etiologi Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :  Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.  Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola  Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium  Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), allergen tak diketahui (ulkuscincin) (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) Faktor penyebabnya antara lain:  Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya  Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka  Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.  Kelainan - kelainan sistemik ; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens Jhonson, sindrom defisiensi imun.  Obat-obatan yang menurunkan 1 mekaniseme imun, misalnya :
  • 2. kortikosteroid, IUD, anestetik local dan golongan imunosupresif. 3. Patofisiologi 1. Kelainan pada bulu mata dan sistem air mata 2. Trauma kornea 3. Kelainan kornea 4. Kelainan sistemik 5. Obat penurun mekanisme imun 1. 2. 3. 4. Bakteri Virus Jamur Hipersensitivitas Menginfeksi kornea Terpajannya reseptor nyeri Ulkus Tumpukan pus di camera oculi anterior Perforasi kornea Nyeri Ruptur kornea TIO meningkat Penglihatan terganggu Perubahan Persepsi sensori : penglihatan Resiko cidera 2 Ansietas
  • 3. 4. Tanda dan Gejala  Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea.  Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif berupa infeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.  Fotofobia  Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112) 5. Klasifikasi Ulkus Kornea Ulkus kornea dibagi dalam bentuk : a. Ulkus kornea sentral meliputi :  Ulkus kornea oleh bakteri Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya ( kornea yang sebelumnya betul-betul sehat ) adalah: Streptokokok pneumonia Streptokokok alfa hemolitik Pseudomonas aeroginosa Klebaiella Pneumonia Spesies Moraksella Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah : Stafilokukkus epidermidis Streptokokok Beta Hemolitik Proteus 3
  • 4.  Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah Streptokok pneumonia (pneumokok) Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik) Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik) Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik) Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya. Gambaran Klinis Ulkus korneao leh bakteri Streptokokok: Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intra vena.  Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus 4
  • 5. alergi(toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus: Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.  Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas: Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intravena. 5
  • 6.  Ulkus Kornea Oleh Virus Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis dibagian sentral.  Ulkus Kornea Oleh Jamur Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh : Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti keratoplasti, exposure keratitis herpes 6 keratitis, simpleks keratitis dengan sika, pasca pemakaian
  • 7. kortikosteroid. Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik. b. Ulkus Marginal Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif.  Ulkus Cincin Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.  Ulkus Kataral Simplek Letak ulkus perifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan 7
  • 8. sumbu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening. Terjadi pada pasien lanjut usia. Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.  Ulkus Mooren Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai. Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun. Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) 6. Pemeriksaan Diagnostik  Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )  Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg  Pemeriksaan oftalmoskopi  Pemeriksaan Darah lengkap, LED  Pemeriksaan EKG  Tes toleransi glukosa 7. Penatalaksanaan Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama 8
  • 9. adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek epitel. 9
  • 10. B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data  Aktivitas / Istrahat Gejala : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya Tanda : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas  Neurosensori Gejala : Klien mengeluh penglihatan kabur, klien mengeluh penglihatan silau Tanda : Penurunan ketajaman mata, penurunan visus, tidak dapat melihat dengan jarak jauh, Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya, mata Nampak merah, Nampak kotor  Nyeri / Kenyamanan Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya, klien mengeluh sakit kepala Tanda : Nampak memegang area mata, ekspresi wajah Nampak meringis  Integritas ego Gejala : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya, klien mengeluh akan kondisi matanya Tanda : Nampak takut, bertanya tentang kondisi, penyakitnya. Bingung bila ditanya tentang penyakitnya, klien nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya. b. Pengelompokan Data Data Subyektif :  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena gangguan penglihatan  Klien mengeluh penglihatan kabur 10
  • 11.  Klien mengeluh penglihatan silau  Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya  Klien mengeluh sakit kepala  Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya  Klien mengeluh akan kondisi matanya Data Obyektif :  Nampak berhati-hati dalam beraktivitas  Penurunan ketajaman mata, penurunan visus  Tidak dapat melihat dengan jarak jauh  Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya  Mata nampak merah  Nampak kotor  Nampak memegang area mata  Ekspresi wajah nampak meringis  Nampak takut  Bertanya tentang kondisi penyakitnya  Bingung bila ditanya tentang penyakitnya. 11
  • 12. c. Analisa Data Symptom Ds :  Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya  Klien mengeluh sakit kepala Do :  Ekspresi wajah nampak meringis  Nampak memegang area mata Ds :  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena gangguan penglihatan  Klien mengeluh penglihatan kabur  Klien mengeluh penglihatan silau Do  Nampak berhati-hati dalam beraktivitas  Penurunan ketajaman mata, penurunan visus  Tidak dapat melihat dengan jarak jauh  Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya  Mata nampak merah Etiologi Invasi bakteri ↓ Inkulurensi kornea ↓ Peningkatan TIO ↓ Merangsang pengeluaran (histamine, bradikin, prostaglandin) ↓ Impuls disampaikan thalamus Korteks serebri ↓ Impuls dipersepsikan ↓ Nyeri Perforasi pada kornea ↓ Tumpukan pus di kamera okuli anterior ↓ Penerimaan dan retraksi cahaya belakang ↓ Penglihatan kabur ↓ Penurunan visus ↓ Gangguan persepsi sensori : penglihatan 12 Problem Nyeri Gangguan persepsi sensori penglihatan :
  • 13.  Nampak kotor Ds :  Klien mengeluh dengan takut keadaan matanya  Klien mengeluh akan kondisi matanya Do :  Nampak takut  Bertanya tentang kondisi penyakitnya  Bingung bila Ulkus kornea ↓ Gangguan penglihatan ↓ Perubahan kondisi mata ↓ Kurang terpajang informasi ↓ Stress psikologis ↓ Koping individu tidak efektif ↓ Ansietas Ansietas Ulkus kornea ↓ Kerusakan penglihatan ↓ Lapang pandang menurun ↓ Resiko terjadi cidera Resiko cidera ditanya tentang penyakitnya. Do :  Klien mengeluh penglihatan kabur  Nampak berhati-hati dalam beraktivitas  Penurunan ketajaman mata, penurunan visus  Tidak dapat melihat dengan jarak jauh d. Prioritas Masalah 1) Nyeri 2) Gangguan persepsi sensori 3) Ansietas 4) Resiko cidera 13
  • 14. 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan inkulirensi kornea ditandai dengan Ds :  Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya  Klien mengeluh sakit kepala Do :  Ekspresi wajah nampak meringis  Nampak memegang area mata b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan ketajaman mata ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena gangguan penglihatan  Klien mengeluh penglihatan kabur  Klien mengeluh penglihatan silau Do :  Nampak berhati-hati dalam beraktivitas  Penurunan ketajaman mata, penurunan visus  Tidak dapat melihat dengan jarak jauh  Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya  Mata nampak merah  Nampak kotor c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya  Klien mengeluh akan kondisi matanya Do :  Nampak takut  Bertanya tentang kondisi penyakitnya  Bingung bila ditanya tentang penyakitnya d. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang ditandai dengan : Do :  Klien mengeluh penglihatan kabur  Nampak berhati-hati dalam beraktivitas  Penurunan ketajaman mata, penurunan visus 14
  • 15.  Tidak dapat melihat dengan jarak jauh 3. Perencanaan Dx 1 : Nyeri Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. nyeri teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari nyeri beransur – ansur hilang dengan kriteria : - Klien mengatakan nyeri berkurang - Ekspresi wajah nampak tenang Intervensi : a. Pantau skala nyeri yang dialami klien Rasional : untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan klien sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya b. Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaa untuk trauma tumpul Rasional : mengurangi edema sehingga membantu mengurangi rasa nyeri c. Kurangi tingkat pencahayaan Rasional : tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah pembedahan d. Anjurkan klien untuk beristrahat yang cukup Rasional : istrahat membantu memberihkan rasa nyaman e. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya yang kuat Rasional : cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik Rasional : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa nyaman. 15
  • 16. Dx 2 : Gangguan persepsi sensori penglhatan Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. gangguan penglihatan teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari gangguan penglihatan beransur-ansur membaik dengan criteria : - Penglihatan klien normal - Klien dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik Intervensi : 1. Pastikan derajat tipe kehilangan penglihatan Rasional : memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya yang akan diberikan 2. Orientasikan klien terhadap lingkungan. Rasional : Untuk memperkenalkan pada klien tentang lingkungan dan aktifitas sehingga dapat meningkatkan stimulus penglihatan 3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis Rasional ; secara langsung mengikut sertakan klien serta mengajarkan klien cara perawatan mata yang benar 4. Lakukan tindakan membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan Rasional : membantu klien memenuhi kebutuhannya 5. Perkenalkan pasien dengan lingkungannya Rasional : agar klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa terikat oleh orang disekitarnya. 6. Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan Rasional ; agar klien terbiasa sehingga mampu memenuhi aktivitasnya 7. Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang Rasional ; agar klien dapat beristrahat dengan nyaman 16
  • 17. Dx 3 : Ansietas Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. Ansietas teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari ansietas beransur-ansur membaik dengan criteria : - Klien tidak takut akan penyakitnya - Klien dapat menerima kondisi mata - Klien memahami tentang penyakit serta perawatan yang akan dilakukan. Intervensi : 1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatikan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui, mekanismekoping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusara, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan penlakan. 2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru Rasional : mengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan 3. Menjelaskan rutinitas perioperatif Rasional : pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi intruksi 4. Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya Rasional : pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi 5. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu Rasional : perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat 6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien Rasional : pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dari perawatan diri 17
  • 18. 7. Dorong partisipasi dalam aktivitas social dan pengalihan bila memungkin Rasional : isolasi social dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negative. Dx 4 : Resiko cidera Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. Cidera tidak terjadi Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari tandatanda cidera tidak akan terjadi dengan criteria : - Klien dapat beraktivitas dengan baik - Beraktivitas secara mandiri. Intervensi : 1. bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan rasional : menurunkan resiko jatuh atau cidera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan. 2. Bantu pasien menata lingkungan : Rasional : memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cidera 3. Orientasikan pasien pada ruangan Rasional ; meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan 4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan Rasional : tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cidera 5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma Rasional ; tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut. 6. Gunakan prosedur yang memadai ketka memberikan obat mata Rasional ; cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata 18