1. ASKEP PENYAKIT JANTUNG
KORONER (PJK)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan
karena peyempitan ateri koronaria akibar proses aterosklerosis atau spasme atau
kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah baik di negara maju dan di Negara berkembang. Di USA
setiap tahunnya 550.000 orang meningggal karena penyakit ini. Di EROPA di
perhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta pendudul menderita PJK.
Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi
PJK di Indonesia dr tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang tahun (2000an) dapat dipastikan, kecendrungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari
penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan generative.
Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pectoris. Angina pectoris
adalah suatu sindroma klinis dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu
melakukan aktifitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukan bahwa telah
terjadi >70% penyempitan arteri koronaria. Angina pectoris dapat muncul akibat
angina pectoris stabil (APS, stable angina) dan keadaaan ini bisa berkembang lebih
berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang lebih dikenal
dengan serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan
kematian.
BAB II
ISI
ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
A. Pengertian
2. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan
yang di berikan oleh pembuluh darah koroner.
Ketidak mampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen
biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak)
B. Etiologi
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan). Mungkin juga
merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan pembentukan paque
didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung koroner
jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang
dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan
gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak
dan kurangnya olah raga.
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktorfaktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah: Diet kaya
lemak, Merokok, Malas berolah raga.
Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi
peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit
arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan
bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol.
Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau
mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki
faktor resiko berikut: Merokok sigaret, Tekanan darah tinggi, Kegemukan, Malas
berolah raga, Kadar trigliserida tinggi # Keturunan # Steroid pria (androgen).
B. Tanda dan gejala :
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
Sesak napas
Berdebar-debar
Denyut jantung lebih cepat
Pusing
Mual
Kelemahan yang luar biasa
Resiko dan insidensi
3. Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim
dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi
menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan
tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan
penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang
berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan
secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor
ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis
(Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet
yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret
dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes,
umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan
beberapa tindakan berikut:
Berhenti merokok
Menurunkan tekanan darah
Mengurangi berat badan
#Melakukan olah raga.
C. Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung
dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh
darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot
jantung. Hal ini terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di
pembuluh darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan
kongenital (bawaan).
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu
disebut dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan
ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan
manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada.
4. D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90
mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi
dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat
arterosklerosis dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi
sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian
mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan
perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara
terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah
kerusakan vaskular.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner
angina dan serangan jantung (infark miokardial).
Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang
T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai
puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi
jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang
kronis ata akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu
stress/ aktivitas.
E. Penatalaksanaan :
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan
prosedur khusus.
Perubahan gaya hidup :
- Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
memp[ertahankan berat badan sehat.
- Berhenti merokok
- Olah raga
- Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
- Kurangi stress
5. Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung
koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
- Obat penurun kolesterol
- Anti koagulan
- Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
- Penyekat ACE
- Penyekat BETA
- Penyekat kalsium
- Nitrogliserin
- Nitrat
- Obat Trombolitik
Prosedur khusus :
- Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini
meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan
jantung.
- Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena
dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini
menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
- Latihan / exercise
Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor
resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau
menunda perkembangan penyakit jantung koroner.
D. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner
a. Biodata Pasien
Nama : Tn “S “
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan : SMP tamat
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang
b. Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. “M”
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam
Suku/bangsa : aceh/Indonesia
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : Karyawan pertamina
Hubungan dg pasien : Ayah
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54 kuala simpang
c. Keluhan Utama
Sesak nafas.
d. Riwayat
1. Riwayat Penyakit Sekarang
6. Selama 3 bulan klien merasakan sesak kemudian berobat ke dokter umum, dan mulai satu hari
kemarin sesak bertambah berat, terus menerus mulai pagi siang dan malam, sesak sedikit
berkurang bila pasien duduk malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak menjalar, karena
keluhan tidak berkurang bahkan bertambah berat klien dibawa ke IRD Dr Soetomo Surabaya
dan
masuk
ruangan
Cardiology.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menderita penyakit tekanan darah tinggi, sesak nafas (sakit jantung) sejak tahun 2000
dan tidak kontrol secara teratur.
Pasien pernah MRS dengan keluhan yang sama bulan Nopember tahun 2000 di RS Sukorejo
Mojokerto dan kadang klien (2x) kontrol ke RS Batu Malang.
Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis, TBC. Atau penyakit menular dan menahun
yang lain
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi,
penyakit DM ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di
Rumah
Sakit.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau
membeli obat kemudian sembuh.
e. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)
NO AKTIFITAS DI R U M A H DI RUMAH SAKIT
SEHAT SAKIT
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan
terdiri dari nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam
dan sawi, kadang snack, pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu, Minum 6 – 7
gelas /hari air putih kadang – kadang teh. Makan 3 kali sehari porsi 4 – 5 sendok makan, sedikit
sayur
dan
lauk
Minum 5 – 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien
baru makan 1 kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 – 3 sendok makan
nafsu makan menurun karena sesak dan sakitnya Minum 4 – 5 gelas/hari air putih
2 Pola Eliminasi Bab 1 – 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces,
konsistensi lunak dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces
BAB 3 – 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada
hambatan dalam proses BAK tak nyeri.
BAB sejak 2 hari yng lalu baru 1 kali, konsistensi agak padat, warna kuning kecoklatan di WC
jumalh faeces tak terobservasi.
BAK 3 – 4 kali/hari warna kuning jernih dan tak terobservasi tidak ada hambatan Sejak MRS
klien belum buang air besar, BAK dengan dower catheter , warna kuning jernih tidak ada
hambatan dan tidak ada endapan, bau khas urine, tidak nyeri daerah kelamin, jumlah urine
tampung
saat
dikaji
500
cc.
3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 – 8 jam
Malam hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1
– 2 jam mulai jam 14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur
Tidur memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur Klien tidur malam 7 – 8
jam sulit untuk tidur dan sering terbangun karena sesak, klien lebih banyak menggunakan waktu
untuk
istirahat
Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari
pasien biasa tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas , Tidur
malam posisi setengah duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak.
4 Pola Personal Hygiene Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai
memakai handuk.
Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas
memakai shmphoo dan ganti baju sehari sekali. Klien mandi 1 kali di kamar mandi atrau kadang
hanya menyeka badan tidak keramas mandi pakai air hangat, tidak sikay gigi, kadang mandi
dibantu
oleh
keluarga.
7. Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum
mandi/dimandikan.
5. Pola Aktifitas Klien di rumah bekerja sebagai sopir bekerja dari pagi sampai dengan jam 06.30
sampai dengan sore kurang lebih jam 17.30 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang
diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Klien jarang rekreasi Klien hanya
istirahat di tempat tidur klien hanya melakukan aktifitas ringan seperti makan, minum, ganti
pakaian, mandi sementara, tidak melakukan, aktifitas berat seperti menyetir mobil dan lain lain.
Pasien bed rest segala kebutuhan dibantu keluarga/perawat diatas tempat tidur pasien
mengatakan badan terasa lemas.
6. Ketergantungan Klien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan dan minuman
(beralkohol),
Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang.
Pasien mendapatkan program therapy dari dokter.
f. Data Psikology
Status emosi
Labil, terbukti klien sering melamun, terkadang malas berkomunikasi. Terkadang mengeluh
sesak, dan badan terasa sakit semua, volume suara datar
Konsep Diri
1. Body Image
Klien merasa sedang sakit dan saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari
dokter perawat dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita dengan
keadaannya sekarang
2. Self Ideal
Klien merasa tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut
klien hal ini adalah untuk kesembuhannya.
3. Self esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas
maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya
4. Role
Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter. Klien
mematuhi ketentuan tentang hal yang harus dilakukan maupun yang dilarang klien lebih banyak
diam.
5. Identitas
Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti
dahulu. Membutuhkan bantuan dan dukungan penuh dari keluarga untuk memenuhi segala
kebutuhannya.
g. Data Sosial
1. Pendidikan : tamat SMP
2. Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai sopir
3. Pola komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada
suara lemah, volume suara datar
Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat
sembuh dari sakitnya
4. Pola Interaksi
Klien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya, Klien mengatakan hubungan dengan
semua anggota keluarga berjalan dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan banyak keluarga
yang datang menjenguk dan menungguinya.
h. Data Spiritual
Klien mengatakan beragama islam
Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti
sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain
Di Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul
dengan keluarganya.
Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena sesak dan sakit yang dideritanya,
Klien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
8. Esa.
i. Pemeriksaan Fisik
Secara Umum
1. Keadaan Umum : Pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi ½ duduk pasien tampak
lemah dan tampak sakit sedang.
2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6
3. Antopometri : TB : 168 cm BB : 63 kg
4. Tanda vital : T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit S : 36 5 o C RR : 32 x/menit
Secara khusus (Chepalo – Cauda)
1. Kepala dan leher
a. Ekspresi wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut
b. Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut bentuk kepala oval dan
tidak ada nyeri tekan. Rambut hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak
ditemukan adanya kutu
c. Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun benjolan abnormal
d. Muka : Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi
wajah sedih dan gelisah.
e. Mata Simetris, kelopak mata cekung konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus, pupil isokor,
fungsi penglihatan baik pandangan mata sayu dan tidak bersemangat
f. Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi tegak berada di tengah,
tidak terdapat adanya polip, bersih dan fungsi penciuman baik terpasang O2 nasal kanule
pernafsan cepat dan dangkal 32 x/menit
g. Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda, bersih tidak
didapatkan adanya cerumen yang mengeras ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik
ditandai dengan pasien bisa menjawab pertanyaan dengan spontan
h. Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah bersih, gigi bersih tidak ada
caries, tidak ada radang pada tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan
dan menelan baik tidak dirasakan adanya nyeri tekan.
i. Leher : Bersih, trakhea berada di tengah, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada distensi vena jugularis yang berlebihan, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar
lymfe, movement bebas dan maksimal, fungsi menelan baik.
2. Pemeriksaan Thorak
a. Pulmonum
Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tampak adanya tarikan intercostae yang berlebihan,
pernafasan dan irama cepat dan dangkal, tidak tampak adanya bekas luka.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal,
tidak ada pernafasan tertinggal.
Perkusi : Paru sonor kanan dan kiri, pembesaran paru tidak ada
Auskultasi : Suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah paru wheezing tidak ada pada
kedua paru.
b. Cor
Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL , pulsasi jantung teraba pada
apek, Thrill tidak ada
Perkusi : suara redup (pekak) pada daerah jantung
Batas kanan : pada sternal kanan
Batas kiri : 2 cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan
dari
jantung
3. Abdoment
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas luka, supel, perut datar
dan tidak membuncit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal
Perkusi : Suara tympani perut
Auscultasi : Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 – 10 x/menit)
4. Ekstremitas
9. ATAS : Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris gerakan maksimal,
tangan kiri terpasang infus RL, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki, turgor kulit baik
Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement
maksimal, tidak ada luka, tidak ada nyeri, kekuatan baik, tidak ditemukan adanya oedem.
5. Integument
Turgor baik, warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada alergi
Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh, pergerakan maksimal
Tidak ada kelainan pada kulit
1. ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
10. DS :
1. peningkatan permeabilitas Gangguan pertukaran gas.
1.
alveoli.
2. Intoleran aktivitas.
Klien mengatakan nafas sesak.
2. ketidakseimbangan antara
Klien mengatakan badan terasa
suplai oksigen miokard.
lemah.
3.
nafsu
makan
menurun
Klien mengatakan nafsu makan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan.
sekunder terdadap pola nafas
menurun
yang tidak efektif.
DO :
Keadaan umum lemah
Pernafasann cepat dan dangkal
Klien nampak kusut dan kurang
bersemangat
Segala aktifitas dibantu perawat
dan keluarga diatas tempat
tidur
Kelemahan fisik sekunder
terhadap suplay O2 yang tidak
adekuat ADL
Klien hanya berbaring diatas
tempat tidur
Penarikan ICS
Pandangan mata sayu
Klien
tampak
kurang
bersemangat
Terpasng O2 nasal kanule
T : 170/130 mmHg
N : 100 x/menit
R : 32 x/menit
T : 36 5 o C
Porsi makan yang disediakan
RS tidak habis
Makan hanya kurang lebih 2 – 3
sendok makan.
1.
RENPRA
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
11. 1.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas alveoli.
Gangguan pertukaran
gas akan terkurangi
yang dibuktikan
dengan status
pernapasan :
pertukaran gas dan
status pernafasan :
ventilasi tidak
bermasalah.
Kaji bunyi paru,
frekuensi
napas,kedalaman dan
usaha.
Pantau saturasi
O2dengan oksimeter
nadi.
Pantau status mental
ex : tngkat kesadaran.
2.
Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan.
Pasien mampu aktif
untuk memulai dan
memelihara aktifitas
dan mampu
beraktivitas.
Bantu pasien/keluarga
untuk memonitor
sendiri kemajuannya
terhadap tujuan yang
ingin dicapai.
Bantu dengan aktifitas
fisik teratur, ex
:ambulansi, transfer,
berpindah dan
perawatan pribadi
(sesuai kebutuhan).
3.
menurun sekunder terdadap pola
nafas yang tidak efektif.
Mempertahankan
berat badan.
Menjelaskan
komponen
keadekuatan diet
bergizi
Bantuan menaikkan
berat badan : fasilitasi
pencapaian kenaikan
berat badan.
Tentukan motivasi
pasien untuk
mengubah kebiasaan
makan.
Timbang pasien pada
interval yang tepat.