Tugas 2,sm,salam imam taifur, hapzi ali, analisa swot, universitas mercu buana
1. TUGAS II ANALISA SWOT
DI PT BBI
Disusun Oleh
Salam Imam Taifur (55117120045)
FAKULTAS PASCA SARJANA
JURUSAN MAGISTER MANAGEMENT
MATA KULIAH MANAGEMENT STRATEGIC
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2018
2. I PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk sangat besar
dengan jumlah populasi kurang lebih 270 juta penduduk dan memilki
wilayah yang luas tidak kurang dari 1,904,569 km2, Wilayah agraris yang
memiliki sumber alam yang kaya dan tenaga kerja yang melimpah.
Dengan jumlah penduduk yang demikian besar membutuhkan
pemukiman dan merupakan bagian yang harus di prioritaskan.
Di sisi lain, laju pertumbuhan pendududuk yang terus meningkat
membawa kolerasi meningkatnya kebutuhan pemukiman dan memacu
tumbuhnya industri di sektor bahan bangunan.
Salah satu perusahaan yang bergerak pada manufaktur bahan
bangunan adalah PT. Bakrie Building Industries
2. DEFINISI
2.1. PENGERTIAN SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari
lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT
digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan- kelemahan
dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-
kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada
perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.
Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman
dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk
penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi ditetapkan dengan
maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47).
3. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-
keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan
kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan
dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat
kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber
daya keuangan, kemampuan manajemen, dan keterampilan pemasaran.
Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Kecendrungan-kecenderungan penting
merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan
meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau
pemasok.
Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi
posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-
peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan
ancaman bagi kelancaran operasional peusahaan.
2.2. FUNGSI SWOT
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT
adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan
memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan
kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).
Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi
tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai
tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus
dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.
Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi.
4. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai
kerangka/panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi
altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.
2.3. MATRIKS SWOT
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan
altenatif strategis.
5. 3. PROFIL PERUSAHAAN
PT Bakrie Building Industries (BBI) pada awalnya adalah usaha
Joint Venture dengan perusahaan Australia yang terus mengembangkan
usahanya seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan
bahan bangunan di bidang industri, komersial dan perumahan.
Saat ini BBI telah menjadi salah satu pionir dari produsen bahan
bangunan di Indonesia yang menghasilkan beragam produk bahan
bangunan berkualitas tinggi seperti: atap semen fiber, plafon, partisi, dan
juga produk pengganti kayu (wood substitution). Seluruh produk BBI telah
mengantongi berbagai sertifikasi kualitas mutu dan keamanan seperti
Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO 9001:2008, ISO 14001:2004,
OHSAS 18001:2007, serta diakuinya produk-produk BBI dalam direktori
Green Listing Indonesia dan berhasil meraih penghargaan bergengsi Top
Brand 2015-2017.
Berdiri di lahan seluas 15 hektar di daerah Daan Mogot, Jakarta
Barat dengan total lebih dari 1000 karyawan dan jaringan lebih dari 80
distributor dan 12.000 retailer nasional. Didorong pengalaman lebih dari
30 tahun, BBI mendapatkan reputasi sebagai perusahaan yang
terpercaya dan kredibel, sukses meraih kepuasan mitra usaha lokal dan
internasional.
BBI akan terus memberikan yang terbaik dan membangun masa
depan yang lebih baik untuk dunia dengan bergerak menuju sebuah arah
baru yakni menjadi solution company yang terdepan dalam inovasi untuk
efisiensi energi serta perlindungan lingkungan dengan melibatkan
pengembangan inovasi produk baru yang berlandaskan teknologi ramah
lingkungan dengan 3 pilar yaitu Green Technology, Green Product dan
Green Building.
Sebagai perusahaan yang berlandaskan inovasi untuk terus
tumbuh dan berkembang, BBI berkomitmen hanya memberikan yang
terbaik bagi seluruh stakeholder.
3.1 VISI DAN MISI
VISI
Menjadi salah satu Solution Company regional yang terdepan di
bidang bahan bangunan dan konstruksi, yang memimpin dalam hal
inovasi serta semangat untuk efisiensi energi serta perlindungan
lingkungan.
6. Misi
Menciptakan nilai tambah jangka panjang bagi semua stakeholder
dengan menyediakan akses untuk berbagi peluang yang digerakkan oleh
pertumbuhan ekonomi dan konsumen yang kuat
3.2 Tata Nilai Perusahaan
Value Creation
penciptaan nilai merupakan dasar bagi kemajuan. Nilai lebih dapat
diciptakan atas produk dan jasa melalui inovasi, sehingga kualitas dan
penampilan produk atau jasa tersebut lebih diminati oleh pelanggan. Nilai
lebih dapat diciptakan dari sikap dan perilaku positif, sehingga pelanggan
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan
Efficient
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana
penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau
perkataam lain penggunaan yang sebenarnya
Relliable
Menjadikan perusahaan yang handal yang performance nya
terukur
Social Responsible
perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab
terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh
karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan
atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan
yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun
untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat
dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
7. Agile
mempunyai pengertian, bahwa secara aktif dan
berkesinambungan, antara pengembang dengan pelanggan harus
senantiasa menjalin kerjasama dan komunikasi dengan baik
4. HASIL
SWOT Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa
faktor yang merupakan SWOT (Strength – Weakness – Opportunities –
Threats) dari PT BBI. Hasil dari identifikasi dan analisis faktor SWOT ini
akan dirumuskan menjadi beberapa konsep strategi
dalam pengembangan industri bahan bangunan nasional. Berikut
beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai unsur SWOT dalam industri
bahan bangunan dan konstruksi nasional:
Strengths
adalah faktor internal perusahaan pada kekuatan-kekuatan yang ada
di perusahaan tersebut dalam mempertahankan bisnisnya.
1. Berpengalaman untuk produk atap dan plafon serta partisi
2. Produk utamanya terkenal dengan merek Harflex dan berproduksi
lebih dari 30 tahun sejak tahun 1976.
3. Manajemen dan produk yang terstandarisasi
Mendapat beberapa sertifikasi seperti ISO 9001-2000, SNI Flat
Sheet Chrysotile Fibre Cement, SNI Corrugated Sheet Chrysotile
Fibre Cement.
4. Mampu beroperasi 24 jam per hari dengan produksi skala besar.
Beroperasi dengan pembagian waktu sebanyak 3 shift selama 24
jam per hari tanpa adanya penghentian produksi kecuali untuk
melakukan maintenance mesin produksi, misalnya clean-up mesin
dan shut down mesin produksi.
5. Pengembangan produk inovatif
Melakukan pengembangan produk secara berkala kurang lebih 1
produk baru akan dikembangkan, misalnya tahun 2006
meluncurkan produk baru dengan merk “Versaboard”, tahun 2010
“atap tanpa asbestos”, dan target tahun 2012 akan meluncurkan
produk baru yaitu “beton ringan”.
8. 6. Luas lahan yang memudahkan untuk ekspansi Pabrik berdiri diatas
lahan kurang lebih 15hektar
7. Kualitas sumber daya manusia yang bagus dan ahli dalam
bidangnya Dilakukan test tertulis dan wawancara untuk setiap
karyawan baru serta memberikan beberapa training bagi karyawan
lama terdapat penilaian prestasi yang terdiri dari 8 kriteria, yaitu
pengetahuan pekerjaan, kecepatan pekerjaan, mutu pekerjaan,
disiplin, kepemimpinan, prakarsa/inisiatif, kerja sama, kemampuan,
penilaian prestasi dinilai oleh para atasan.
8. Proses produksi yang Zero-waste
Setiap limbah produksi di setiap bagian mesin akan kembali semua
ke dalam proses produksi
Weakness
merupakan kelemahan-kelemahan perusahaan yang pada
dasarnya merupakan kebalikan dari daftar kekuatan-kekuatan
perusahaan.
1. Penyusunan finished goods & WIP product yang kurang teratur
Tidak adanya sistem pengaturan tata letak yang baik untuk
penempatan barang jadi maupun barang setengah jadi, dimana
seringkali adanya penumpukan barang hingga terlalu lama dan
menyebabkan adanya lumut.
2. Kesulitan dalam mencari spare part mesin
Untuk mesin produksi, rata-rata spare-part mesin tidak dijual di
pasar lokal, sehingga harus melakukan impor dari luar negeri yaitu
China
3. Informasi End-Customer tidak terlalu lengkap atau detail
Kurangnya informasi konsumen dalam hal keluhan dan tidak
tercatatnya keluhan pelanggan secara terkomputerisasi. Hanya
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan manajer marketing.
4. Waktu tunggu pemesanan bahan baku impor yang lama
Untuk pemesanan bahan baku impor, memakan waktu yang cukup
lama (kurang lebih 3 bulan) sehingga dapat mengganggu proses
produksi apabila persediaan bahan baku tidak cukup.
5. Kurangnya sistem informasi terintegrasi bagi setiap fungsional
Sistem informasi pada PT. BBI dinamakan EUIS ( Executive
Information System ) namun hanya digunakan untuk melakukan
9. pemesanan bahan baku antara bagian warehouse, PPIC, dan
Purchasing dan target perusahaan selanjutnya akan membuat
sistem aliran informasi terintegrasi di setiap bagian fungsionalnya.
6. Tidak terduganya mesin yang rusak
Mesin yang rusak atau mengalami gangguan dapat menyebabkan
terganggunya proses produksi sebagian bahkan keseluruhan
prosesnya. Biasanya gangguan terjadi kurang lebih 2-3 % dari total
waktu produksi per hari, gangguan yang dialami secara ringan
maupun berat.
Opportunities
merupakan faktor eksternal perusahaan yang pada dasarnya
kesempatan-kesempatan perusahaan dapat diciptakan berdasarkan
kekuatan potensial yang ada dalam perusahaan itu maupun kesempatan
yang berkembang dalam lingkungan bisnis.
1. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang pesat
Peningkatan jumlah penduduk menjadikan kebutuhan tempat
tinggal semakin meningkat pula. Hasil Sensus penduduk
memperlihatkan rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri
sebesar 77,70 persen. Dari angka tersebut, 55,28 persen
diantaranya telah memiliki bukti hukum yang kuat, yaitu memiliki
sertifikat hak milik (SHM) baik itu atas nama anggota rumah tangga
ataupun bukan atas nama anggota rumah tangga.
2. Pertumbuhan perusahaan kontruksi di Indonesia
Sektor konstruksi tumbuh 7% pertahun, tapi pertumbuhan
perusahaan konstruksi 18% pertahun.
3. Penurunan tingkat suku bunga yang diikuti oleh membaiknya daya
beli masyarakat
4. Tingginya permintaan atas rumah sederhana
Sebagian besar rumah tangga menempati bangunan tempat tinggal
dengan luas lantai perkapita 13 m2 atau lebih (56,98 persen) dan
permintaan rumah sederhana tersebut diperkirakan berkisar satu
juta per tahun.
5. Banyaknya bank-bank yang menawarkan kebijakan KPR (Kredit
Pemilikan Rumah) dengan tingkat suku bunga pinjaman lebih
rendah dan persyaratan yang mudah saat ini
10. 6. Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dengan sumber
pertumbuhan yang semakin berimbang.
7. Kinerja ekspor yang baik seiring dengan masih kuatnya
pertumbuhan di Negara mitra dagang, terutama di kawasan Asia.
Threats
yang pada dasarnya dapat timbul dari dalam perusahaan atau dari
luar perusahaan, sebagai akibat dari adanya kelemahan-kelemahan
dalam perusahaan maupun lingkungan bisnis itu.
1. Isu salah sau Raw Material yang berbahaya
Adanya masalah dan anggapan konsumen mengenai bahan baku
asbestos yang berbahaya karena adanya penyakit asbestosism
2. Barang subtitusi dari material lain, banyaknya bahan bangunan
berbahan dasar material lain semakin dikembangkan
3. Kekuatan pesaing Pesaing utama dalam negeri, yaitu PT
Djabesmen. PT Djabesmen meraih pangsa pasar sebanyak 28 %,
sedangkan BBI dibawah dari Djabesmen hanya meraih 25%
pangsa pasar di tahun Harga produk atau jual ke konsumen untuk
produk yang serupa dari pesaing utama, PT. Djabesmen, lebih
murahHarga produk atap Djabesmen 15 % lebih murah daripada
produk Harflex dari BBI
4. Masyarakat sekitar yang terganggu dengan aktivitas manufaktur
Adanya kebisingan akibat aktivitas manufaktur yang dilakukan
selama 24 jam sehingga menggagu ketenangan masyarakat
sekitar
5. Nilai Tukar Rupiah yang melemah
6. Masuknya bahan bangunan import
12. Berdasarkan hasil-hasil yang didapat dari analisis internal dan eksternal
pada Tabel seperti dituliskan di atas, hasilnya dapat dirangkum sebagai
berikut:
1. Skor Total Kekuatan = 4.10
2. Skor Total Kelemahan = - 2.54
3. Skor Total Peluang = 4.19
4. Skor Total Ancaman = - 2.51
Dari hasil perhitungan di atas, di dalam perhitungan
strateginya memerlukan penegasan dari adanya posisi dalam salib
sumbu yaitu antara kekuatan dan kelemahan, maupun peluang dan
ancaman yang kesemuanya digambarkan dalam garis-garis positif dan
negatif. Hal ini mengakibatkan, skor total kekuatan tetap 4.10, skor total
kelemahan menjadi –2,54 sedangkan skor total peluang 4.19 dan skor
total ancaman menjadi –2.51.
Dari analisis tersebut di atas bahwasanya faktor kekuatan lebih
besar dari faktor kelemahan dan pengaruh dari faktor peluang lebih besar
dari faktor ancaman. Oleh karena itu posisi PT. BBI berada pada kwadran
1 yang berarti pada posisi PERTUMBUHAN, dimana hal ini menunjukkan
kondisi intern PT. BBI KUAT, dengan lingkungan yang sedikit
MENGANCAM.
Untuk mencari koordinatnya, dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
• Koordinat Analisis Internal
(Skor total Kekuatan – Skor Total Kelemahan) : 2
( 4.1 – 2,54 ) : 2 = 0,78
• Koordinat Analisis Eksternal
(Skor total Peluang – Skor Total Ancaman) : 2
(4.19 – 2.51) : 2 = 0,84
• Jadi titik koordinatnya terletak pada (0.78 ; 0,84)
berikutnya, hasil koordinat tersebut disajikan pada diagram matrik swot
untuk mengetahui posisi perusahaan
13. Koordinat SWOT
Setelah diketahui titik pertemuan diagonal-diagonal tersebut(X), maka
posisi unit usaha diketahui pada kuadran I .
Hasil perhitungan dari masing-masing kuadran dapat digambarkan pada
tabel berikut ini :
Tabel Luas Matrik
14. Pada kuadran I (S-O Strategi) strategi umum yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah menggunakan kekuatan perusahaan untuk
mengambil setiap keunggulan pada kesempatan yang ada.
Pada kuadran II (W-O Strategi) perusahaan dapat membuat
keunggulan pada kesempatan sebagi acuan untuk memfokuskan
kegiatan dengan menghindari kelemahan.
Pada kuadran III (W-T Strategi) Meminimumkan segala kelemahan
untuk menghadapi setiap ancaman.
Pada kuadran IV (S-T Strategi) Menjadikan setiap kekuatan untuk
menghadapi setiap ancaman dengan menciptakan diversifikasi
untuk menciptakan peluang
Perusahaan masih sangat berpeluang untuk berkembang , dengan
pengalaman yang dimiliki dan inovasi yang terus dilakukan akan
meminimasi ancaman baik dari kompetitor maupun masuknya
produk produk import
Ancaman atas melemahnya rupiah yang berdampak pada cost
produksi bisa diimbangi dengan agresivitas Expor,
Dengan pola produksi mass production secara non stop 24 jam
perusahaan dapat malaksanakan optimasi output yang akan
berdampak pada turunnya biaya, sehingga output per unit memiliki
HPP yang relatif rendah, yang bisa bersaing dengan kompetitor.
15. Daftar Pustaka
Utama:
1. Pearce, J. A & Robinson, R.B (PR), Strategic Management;
Formulation, Implementation and Control, Irwin Mc Graw-Hill
Inc., Singapore, 2013
2. Hapzi Ali, 2018. Modul Managemen Strategic, UMB Jakarta.
Pendukung:
3. Thompson, A. A & Strickland, A.J (TS), Strategic
Management; Concepts and Cases, 11th edition, Irwin Mc
Graw-Hill Inc., Singapore, 2008
4. Hitt, M.A et, al. (H), Strategic Management; Competitiveness
and Globalization, West Publishing Company, St. Paul,
2009