SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JARINGAN
NEURAL BUATAN-FUZZY DAN APLIKASINYA PADA SISTEM
PENCIUMAN ELEKTRONIK
Benyamin Kusumoputro dan Ponix Irwanto
Laboratorium Kecerdasan Komputasional, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Depok, 16424
E-mail: kusumo@cs.ui.ac.id
Abstrak
Dalam makalah ini, penulis membahas dan memperkenalkan sebuah metodologi pencaharian struktur arsitektur Jaringan
Neural Buatan propagasi balik berbasis fuzzy (JNB-Fuzzy) yang optimal dengan menggunakan algoritma genetika. Optimasi
struktur jaringan neural dapat dilakukan dengan memperkecil jumlah neuron dalam lapis tersembunyi atau jumlah bobot
dalam jaringan neural. Dalam makalah ini penulis membuat optimasi struktur jaringan dengan memperkecil jumlah bobot
dalam jaringan, karena jumlah bobot ini jauh lebih besar daripada jumlah neuron yang ada. Jaringan neural yang telah
dioptimasi ini kemudian digunakan sebagai subsistem pengenal pola pada Sistem Penciuman Elektronik yang dikembangkan
oleh penulis. Hasil eksperimen dengan menggunakan jaringan ini menunjukkan peningkatan derajat pengenalan sistem, dari
70,4% pada struktur jaringan tidak dioptimasi, menjadi 85,2% bila menggunakan struktur jaringan yang telah dioptimasi.
Abstract
In this article we proposed a method for optimizing the structure of a fuzzy artificial neural networks (FANN) through genetic
algorithms. This genetic algorithm (GA) is used to optimize the number of weight connections in a neural network structure,
by evolutionary calculating the fitness function of those structures as individuals in a population. This fuzzy neural is then
applied as the pattern recognition in our developed odor recognition system. Experimental results show that the optimized
neural system provides higher recognition capability compare with that of unoptimized neural system. Recognition rate of the
unoptimized neural structure is 70.4% and could be increased up to 85.2% in the optimized neural system. It is also shown
that the computational cost of the optimized structure of neural system is also lower than the unoptimized structure.
Keywords: Optimizing, artificial neural network, fuzzy logical, genetic algorithm, electric sensing system.
Pendahuluan
Jaringan neural buatan (JNB) telah banyak digunakan
untuk menyelesaikan beberapa persoalan yang berkaitan
dengan pengenalan pola, klasifikasi pola, aproksimasi
fungsi dan lain sebagainya [1-5]. Berdasarkan disain
arsitektur jaringan yang dipergunakan, JNB dapat
digolongkan dalam dua bagian besar, yaitu jaringan neural
dengan disain arsitektur yang bersifat statis dan jaringan
neural yang mempunyai disain arsitektur adaptif. Salah
satu jaringan neural yang termasuk dalam golongan
jaringan neural dengan arsitektur statis adalah perceptron
lapis jamak (multi-layer perceptron:MLP). Jaringan MLP
mempunyai banyak sekali bobot keterhubungan, karena
setiap neuron pada setiap lapis akan berhubungan dengan
setiap neuron pada lapis berikutnya. Jaringan perceptron
lapis jamak telah terbukti mampu membuat aproksimasi
fungsi non-matematik dengan sangat baik, terutama
karena proses pembelajarannya yang bersifat dengan
pengarahan (supervised). Akan tetapi, jaringan neural
seperti ini mempunyai kelemahan berkaitan dengan disain
arsitektur jaringannya. Jika ukuran jaringan terlalu kecil,
maka tingkat (derajat) pengenalan sistem akan cenderung
menjadi semakin rendah, sedangkan apabila ukuran
jaringan terlalu besar, biasanya jaringan akan mempunyai
tingkat generalisasi yang tidak terlalu tinggi.
Jaringan neural pada dasarnya melakukan pemetaan
atau mencari fungsi aproksimasi non-matematik dari
sejumlah pasangan pelatihan yang berupa sekumpulan
vektor masukan dan sekumpulan vektor target-keluaran.
Pada jaringan neural berbasis logika fuzzy, fungsi
aproksimasi non-matematik ini berupa sistem untuk dapat
menarik kesimpulan berdasarkan operasi fuzzy, yang
direpresentasikan dalam bentuk aturan jika–maka [6,7].
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
1
Metode Penelitian
BerbedadenganJaringanNeuralBuatanstandaryangsetiap
neuronnya akan melakukan operasi penjumlahan (∑) pada
perkalian antara vektor masukan dan bobot keterhubungan
yang menuju kepadanya [10], Jaringan Neural Buatan
berbasis Fuzzy (JNB-Fuzzy) melakukan operasi T-norm
(AND) dan T-conorm (OR) pada vektor masukkan dan
bobot keterhubungan antar neuron. Perbedaan yang lain
adalah bahwa vektor masukan dan vektor keluaran dari
JNB–Fuzzy ini berupa data yang sifatnya fuzzy [10][11].
JNB–Fuzzy memiliki neuron OR pada lapis keluaran dan
neuron AND pada lapis tersembunyi yang melakukan
fungsi sesuai dengan namanya. Jika T adalah fungsi T-norm
dan S adalah fungsi T-conorm, maka untuk neuron OR
(dengan bobot w dan masukkan z) pengoperasian fungsi-
fungsi tersebut akan menghasilkan nilai aktivasi:
y(t) =
S
i
n
=0 [wi(t) T zi(t)]
(1)
Sedangkan untuk neuron AND (dengan bobot v dan
masukkan x) pengoperasian fungsi-fungsi di atas akan
menghasilkan nilai aktivasi :
z(t) =
T
i
n
=0 [vi(t) ∗ xi(t)]
(2)
Fungsi T yang digunakan adalah fungsi min sedangkan
untuk fungsi S digunakan fungsi max[7].
Jaringan Neural Buatan–Fuzzy ini akan membentuk
sebuah sistem penarikan kesimpulan (inferensi) yang
terdiri dari bagian anteseden dan bagian konsekuen [6-9].
Sistem ini dapat diekspresikan dalam aturan jika– maka
dalam bentuk:
Jika V adalah A, maka U adalah B
Pada ekspresi tersebut, V adalah A disebut anteseden,
dan U adalah B disebut konsekuen. Sebuah aturan
jika – maka dapat terdiri dari beberapa anteseden dan
beberapa konsekuen yang dapat dipecah menjadi ekspresi
– ekpresi yang terdiri dari beberapa anteseden dan
sebuah konsekuen. Fungsi neuron AND pada JNB–Fuzzy
adalah untuk menggabungkan anteseden–anteseden
yang ada, sedangkan fungsi neuron OR adalah untuk
menggabungkan aturan jika–maka yang mempunyai
konsekuen–konsekuennya sama.
R1
: Jika V11
adalah A11
… DAN V1n
adalah A1n
maka
U adalah B
Rk
: Jika Vk1
adalah Ak1
… DAN Vkn
adalah Akn
maka U adalah B
yang kemudian dapat digabung menjadi :
R1
OR R2
OR R3
… OR Rk
maka U adalah B
Untuk membentuk aturan jika–maka, JNB–Fuzzy ini
perlu dilatih menggunakan algoritma propagasi balik.
Berdasarkan arsitektur jaringannya, JNB-Fuzzy ini
dapat dikategorikan sebagai jaringan neural lapis jamak
feed–forward. Sesuai dengan namanya, maka JNB ini
selain memiliki lapis masukan dan lapis keluaran, juga
memiliki lapis tersembunyi.Arah perambatan sinyal untuk
pengoperasian neuron pada jaringan neural ini dimulai
dari perhitungan operasi neuron pada lapis masukan,
yang nilainya dipropagasikan menuju operasi neuron
pada lapis tersembunyi. Nilai aktivasi neuron pada lapis
tersembunyi kemudian dipropagasikan menuju operasi
neuron pada lapis keluaran. Pelatihan jaringan dilakukan
dengan menggunakan metoda pembelajaran dengan
pengarahan berbasis propagasi balik atau generalized
delta rule [10]. Inti dari pembelajaran propagasi balik
adalah proses pembaharuan nilai bobot keterhubungan
antar neuron dilakukan berdasarkan besarnya nilai galat
(error) antara nilai target keluaran yang telah ditentukan
sebelumnya, dengan nilai aktivasi neuron keluaran.
Jaringan neural kemudian akan memperbaharui bobot
keterhubungan antar neuron pada lapis keluaran dan
bobot keterhubungan antar neuron. Dalam keadaan ini,
jaringan dinyatakan telah mencapai kondisi konvergensi.
Pembaruan bobot keterhubungan antar neuron pada JNB-
Fuzzy menggunakan pelatihan propagasi-balik dilakukan
dengan rumus :
Wbaru
= Wlama
+ ∆W(t)
(3)
∆W(t) =
2
Fungsi aproksimasi yang dihasilkan dalam pembelajaran
jaringan akan direpresentasikan sebagai bobot
keterhubungan antar neuron dalam jaringan. Akan tetapi,
jaringanyangtelahmengalamipembelajarandenganlogika
fuzzy ini, mempunyai sejumlah bobot keterhubungan yang
tidak terlalu penting dalam merepresentasikan fungsi
aproksimasi yang dimaksudkan. Dengan pengurangan
jumlah bobot keterhubungan dalam lapis tersembunyi
jaringan neural, maka aturan jika–maka dapat lebih mudah
direpresentasikan dalam jaringan, yang pada akhirnya
diharapkan akan mampu meningkatkan performansi
jaringan.
Dalam makalah ini, penulis akan menggunakan metoda
optimasi diskrit ini dengan menggunakan teoriAlgoritma
Genetika (Genetic Algorithm) [8]. Pada umumnya,
optimasi dilakukan terhadap jumlah neuron pada lapis
tersembunyi [9], akan tetapi karena dalam aplikasi
jaringan neural ini untuk Sistim Penciuman Elektronik
hanya memerlukan sedikit jumlah neuron, maka kita akan
melakukan optimasi struktur jaringan dengan mengurangi
jumlah bobot keterhubungan antar neuron.
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
dengan f(zj
) = min(wjk
,zj
), g(vij
) = max(vij
,xi
), Mi
#
=
min[g(vij
)], dan Mj
* = max[f(zj
)].
Setelah dilatih, JNB–Fuzzy akan memiliki representasi
aturan jika–maka pada bobot keterhubungan pada
jaringannya. Tidak semua bobot keterhubungan ini
memiliki peran yang besar dalam mengarahkan jaringan
untuk mendapatkan nilai error yang kecil. Untuk bobot
keterhubungan yang menuju neuron OR, misalnya, bobot
keterhubungan yang mempunyai nilai mendekati nol (atau
di bawah ambang tertentu) tidak memberikan pengaruh
pada nilai aktivasi neuron OR tersebut. Sebaliknya untuk
neuron AND, bobot keterhubungan yang mempunyai
nilai mendekati satu (atau di atas ambang tertentu) juga
tidak berpengaruh nilai aktivasi neuron keluaran.Bobot
keterhubungan yang kurang mempunyai arti penting
dapat dihilangkan dengan menggunakan GA.Akan tetapi,
pengurangan jumlah bobot keterhubungan atau bahkan
neuron itu sendiri harus tidak menurunkan atau bahkan
dengan Mj
*=maxi
(Mi
), Mi
=min(wi
,xi
)), f(wj
)=min(wj
,xj
),
wj
adalah bobot yang menuju neuron j, dan xj
sinyal
masukkan yang melalui wj
.
Dengan menggunakan turunan fungsi seperti tertera dalam
Pers. 5 dan Pers. 6, maka untuk neuron OR :
dan untuk neuron AND :
mampu meningkatkan derajat pengenalan sistim.
Algoritma Genetika (GeneticAlgorithms / GA) merupakan
sebuah algoritma pencarian yang dikembangkan
berdasarkan mekanika seleksi alami dan genetika alami
oleh Holland dan kemudian dilanjutkan oleh Goldberg
[8]. Algoritma genetika bekerja menggunakan kode dari
parameter yang menjadi permasalahan. Parameter problem
tersebut dikodekan menjadi sebuah kromosom. Setiap
kromosom terdiri dari bagian – bagian yang disebut gen.
Gen – gen ini dapat berupa angka biner (‘1’ atau ‘0’),
sehingga kromosom yang terbentuk merupakan sebuah
deretan string biner. Pencarian solusi pada algoritma
ini melibatkan sejumlah populasi dari titik – titik pada
ruang parameter. Setiap titik tersebut disebut individu.
Variabel dan parameter yang digunakan yaitu fitness (nilai
hasil evaluasi Objective Function) untuk menentukan
tingkat kesesuaian suatu individu dengan kriteria yang
ingin dicapai, populasi jumlah individu per generasi,
probabilitas terjadinya crossover pada suatu generasi,
probabilitas terjadinya mutasi, serta banyaknya generasi
yang dilibatkan [7, 11].
Proses penggunaan algoritma genetika dalam optimasi
struktur jaringan neural-fuzzy ini dapat dilihat pada
Gambar 1. Dalam metode ini, pada awalnya, terdapat
sebuah struktur jaringan dengan ukuran tertentu yang
kompleks (struktur basis), dan kemudian GA akan
membuat sekumpulan struktur jaringan baru yang
diturunkan dari struktur basis tersebut. Setiap struktur
jaringan baru itu kemudian direpresentasikan sebagai
sebuah individu. Optimasi struktur jaringan dengan
metoda GA dilakukan dengan membuang sebagian
bobot keterhubungan pada jaringan yang dianggap
tidak diperlukan. Optimasi dengan membuang sebagian
bobot ini dilakukan, karena pengetahuan yang terbentuk
pada dalam proses pembelajaran JNB–Fuzzy ini akan
direpresentasikan dalam nilai-nilai bobot keterhubungan
antar neuron ini.
Penerapan GA dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan pengkodean permasalahan dan pendefinisian
fungsi objektifnya, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengkodean
Pengkodean dilakukan terhadap seluruh bobot yang
ada pada jaringan yang menjadi
parameter
permasalahan pada kasus ini. Kromosom
yang
terbentuk adalah string yang
merepresentasikan
seluruh bobot. Panjang kromosom adalah
sama
dengan jumlah seluruh bobot yang ada pada JNB,
yaitu
jumlah_neuron_input*jumlah_neuron_
1, if wj
≤ xj
1 – wj
+ xj
, if wj
> xj
1, if f(wj
) ≥ Mj
*
1+ f(wj
) - Mj
*, if f(wj
) < Mj
*
∂ E ∂ ∂
= (yk
– tk
) {max [f(wjk
),Mk
*]} (min (wjk
,zjk
))
(7)
3
Perhatikan bahwa untuk JNB-Fuzzy, perhitungan ini
dilakukan terhadap turunan dari fungsi min dan fungsi
max terhadap bobot. Akan tetapi karena turunan fungsi-
fungsi tersebut ternyata tidak linear, maka kemudian
dipergunakan formula Lukasiewicz [12,13], yang mampu
membuat penyederhanaan turunan fungsi-fungsi tersebut
menjadi:
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
Gambar 1. Skematik diagram dari metodologi yang
dipergunakan dalam proses optimasi
struktur jaringan neural-fuzzy
4
dikodekan balik menjadi JNB–Fuzzy yang
kemudian dilatih dengan propagasi balik.
Nilai
fitness yang dipergunakan dalam jaringan neural
ini
adalah
jumlah_bobot_yang_mati / (kesalahan *
jumlah_epoch)
dengan tujuan agar didapat individu dengan jumlah
bobot non-aktif cukup besar, nilai kesalahan yang
kecil dan jumlah pelatihan/epoch yang kecil.
Hasil dan Pembahasan
Sistem penciuman elektronik yang dipergunakan disini
adalah sistem yang dikembangkan di Laboratorium
Kecerdasan Komputasional Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia. Sistem ini terdiri dari subsistem
sensor, subsistem perangkat keras berupa pencacah
frekuensi beserta piranti antar-muka dan subsistem
perangkat lunak sebagai pengklasifikasi pola berupa
program jaringan neural buatan. Penjelasan rinci mengenai
sistem elektronik ini terdapat dalam makalah lain [17-19],
yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
subsistem sensor, sekumpulan sensor dikembangkan untuk
dapat melakukan perubahan fenomena kimiawi sample
aroma menjadi fenomena fisika untuk dapat diukur
secara elektronik. Dalam subsistem perangkat keras,
masukan fenomena fisika itu kemudian diukur dengan
menggunakan prinsip elektronik, untuk dapat menangkap
setiap perubahan aroma yang dideteksi. Subsistem
perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai
pengklasifikasi pola terhadap aroma masukan adalah
jaringan neural buatan-fuzzy. Sistem perangkat lunak yang
dikembangkan disini dapat dibagi dalam 3 sub-sistem,
yaitu a) subsistem fuzzifier, yang melakukan fuzzifikasi
terhadap hasil pengukuran (data hasil) sensor yang pada
awalnya masih berupa data crisp b) JNB–Fuzzy, yang
menjalankan proses pengenalan aroma yang kemudian
dilakukan proses optimasi jaringan menggunakan c)
algoritma genetika sebagai metoda untuk mengoptimasi
struktur jaringan neural-fuzzy. Blok diagram dari sistem
perangkat lunak ini tertera dalam Gambar 2. Dalam
makalah ini, percobaan untuk mengetahui performansi
sistem jaringan neural buatan berbasis fuzzy dilakukan
dengan tiga tujuan. Tujuan pertama, adalah untuk
mengetahui kemampuan sistem dalam membuat struktur
jaringan yang optimal.Yang dimaksudkan dengan struktur
jaringan yang optimal adalah sebuah jaringan neural
yang mempunyai jumlah bobot aktif lebih rendah dan
jumlah epoch dalam pembelajaran jaringan yang kecil
pula. Struktur yang optimal ini akan menurunkan biaya
komputasi yang diperlukan dalam proses penentuan jenis
aroma yang hendak diketahui. Tujuan kedua adalah untuk
mengetahui kemampuan sistem dalam menggolongkan
data aroma yang tidak diajarkan kedalam golongan aroma
yang berkesesuaian. Sedangkan tujuan ketiga adalah
untuk mengetahui perbandingan kemampuan sistem
dengan struktur optimal dan sistem dengan struktur
tidak dioptimasi, dalam mengenali aroma yang tidak
diajarkan.
Data yang digunakan untuk proses pembelajaran dan
pengenalan didapat dari 10 percobaan yang merupakan
perata-rataan dari 100 data per-sensor per-aroma. Aroma
yang dipergunakan dalam eksperimen ini adalah hasil
produk Martha Tilaar Kosmetik yang terdiri dari aroma
jeruk, aroma mawar dan aroma kenangga. Dalam
penelitian awal ini jumlah sensor yang dipergunakan
berjumlah 4 buah. Tujuh percobaan secara acak diambil
sebagai data untuk pelatihan dan 3 percobaan sisa
diambil sebagai data pengenalan, sehingga menghasilkan
perbandingan antara data pelatihan dan data percobaan
sebesar 70:30 untuk setiap aroma persensor.
Setiap data dari masing-masing sensor kemudian
difuzzifikasi menjadi tiga bilangan fuzzy sesuai dengan
jumlah aroma yang ada. Proses fuzzifikasi ini melibatkan
fungsi keanggotaan untuk masing – masing sensor dari
setiap aroma. Fungsi keanggotaan akan berbentuk seperti
segitiga, di mana untuk nilai minimum dan maksimum
nilai keanggotaannya adalah 0, sedang untuk nilai
rata–rata, nilai keanggotaannya adalah 1. Untuk data
dengan nilai selain kriteria di atas, nilai keanggotaannya
dihitung dengan fungsi keanggotaan tersebut. Setelah
melalui proses fuzzifikasi maka pola masukan yang
tadinya terdiri dari 4 data sensor crisp berubah menjadi
3x4 bilangan fuzzy, karena untuk setiap sensor 1 data crisp
akan diubah menjadi 3 bilangan fuzzy. Dengan demikian
neuron masukan untuk JNB – Fuzzy jumlahnya menjadi
12 buah, sedang untuk neuron keluarannya berjumlah 3
buah untuk mengidentifikasi masing – masing aroma dari
3 aroma yang ada.
Proses penggunaan algoritma genetika untuk menentukan
struktur JNB–Fuzzy yang optimal dilakukan berkesesuaian
dengan metodologi yang telah dijelaskan pada subbab
terdahulu. Parameter-parameter yang dipergunakan dalam
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
Gambar 2. Jaringan neural buatan-fuzzy yang
dikembangkan sebagai pengklasifikasi pola
dalam Sistim Penciuman Elektronik
Tabel 1. Jumlah vektor masukan dalam proses
pembelajaran jaringan dan proses pengujian
Tabel 2. Perbandingan performansi jaringan neural tidak
dioptimasi dan jaringan neural yang telah
dioptimasi
5
Kesimpulan
Jaringan neural buatan dapat ditingkatkan performansinya
dengan membuat arsitektur struktur jaringan menjadi
optimal. Beberapa kriteria yang dipergunakan untuk
membuat struktur jaringan optimal adalah dengan
membuat jumlah bobot keterhubungan dan jumlah
epoch menjadi minimal. Hal ini harus pula disertai
dengan membuat tingkat kesalahan (selisih galat) yang
diperbolehkan seminimal mungkin. Dalam makalah
ini, penulis mengusulkan sebuah metode optimasi pada
bobot keterhubungan sebuah Jaringan Neural Buatan
Berbasis Fuzzy menggunakan algoritma genetika. Uji
coba penggunaan metode optimasi yang dilakukan
terhadap JNB–Fuzzy sebagai subsistem pengenal aroma
pada Sistem Penciuman Elektronik menunjukkan bahwa
metode ini berhasil mengoptimasikan ukuran jaringan
tersebut. Seperti terlihat dari hasil eksperimen, optimasi
struktur jaringan memperlihatkan kemampuan untuk
Gambar 3. Struktur jaringan neural buatan-fuzzy yang
telah dioptimasi menggunakan algoritma
genetika
Laju pembelajaran (alpha) = 0.2, Momentum (beta) =
0.2, Toleransi Kesalahan = 0.01, Maksimum Epoch =
200. Hasil jaringan neural yang mempunyai struktur
optimal dapat dilihat dalam Gambar 3. Terlihat disini
bahwa jumlah neuron masih tetap sama seperti struktur
jaringan sebelum dioptimasi, akan tetapi jelas terlihat
bahwa sebagian dari bobot keterhubungan antar neuron
menjadi semakin rendah.
Perbandingan performasi jaringan neural yang dioptimasi
dengan algoritma genetika dan jaringan neural yang tidak
dioptimasi, dapat dilihat secara lengkap dalam Tabel 2.
Dapat dilihat dengan jelas, bahwa epoch yang diperlukan
untuk menyelesaikan penentuan jenis aroma akan menurun
menjadi hanya 10,5% saja apabila dibandingkan dengan
epoch yang diperlukan oleh jaringan neural yang belum
dioptimasi. Hal ini disebabkan juga karena bobot aktif
dalam jaringan neural yang dioptimasi, hanya berjumlah
43,33% apabila dibandingkan dengan jaringan yang belum
dioptimasi.
Terlihat pula dalam Tabel 2 bahwa jaringan neural
yang telah dioptimasi mampu untuk mengenali data
pelatihan dengan tingkat pengenalan yang lebih tinggi
(95,2%) apabila dibandingkan dengan jaringan yang
tidak dioptimasi (87,3%). Untuk data yang tidak
dilatihkan, maka tingkat pengenalan jaringan neural
yang dioptimasi akan berkisar 85,2%, jauh lebih tinggi
bila dibandingkan dengan tingkat pengenalan sistem
jaringan yang tidak dioptimasi, berkisar 70,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa jaringan neural buatan-fuzzy yang
telah dioptimasi menggunakan algoritma genetika akan
mampu meningkatkan performansinya.
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
6
kinerjanya jika dibandingkan dengan jaringan yang tidak
dioptimasi.
Ucapan Terima Kasih
ParapenulismenyatakanrasaterimaksihterhadapLembaga
Penelitian Universitas Indonesia, atas pembiayaan
penelitian ini melalui Pendanaan Riset Unggulan UI
2000-2001.
Daftar Acuan
1. T. Nakajima, H. Takizawa, H. Kobayashi and T.
Nakamura. IECI Trans. on Information and Systems
E81-D (1998) 584.
2. Y. Miyanaga, Hong Lan Jin, R. Islam and K.Tochinai.
IEEE ISCAS May (1995) 482.
3. T. M. Martinetz, S.G. Berkovich and K.J. Schulten.
IEEE Trans. Neural Networks 4 (1993) 558.
4. K. S. Narendra, K. Parthasarathy. IEEE Trans. Neural
Networks. 1 (1990) 4.
5. B. Kusumoputro, H. Budiarto and W. Jatmiko.
Journal of ISA Transactions (to be published).
6. Russel and Norvig,Artificial Intelligence:AModern
Approach, Prentice Hall, New Jersey, 1995.
7. P. H. Winston, Artificial Intelligence, 3rd ed.,
Addison Wesley Pub., Massachusetts, 1992.
8. D. E. Goldberg, Genetic Algorithm in Search,
Optimization, and Machine Learning, Addison
Wesley, Massachusetts, 1989.
9. L.M. Brasil, F.M. de Azevedo, J.M. Barreto and, M.
Noirhomme, in Proc. The IASTED International
Conference onAI and Soft Computing, Mexico, May,
1998.
10. L. Fausett. Fundamentals of Neural Networks, Prentice
Hall, New Jersey, 1994.
11. J-S. R. Jang, Neuro – Fuzzy and Softcomputing: A
Computational Approach to Learning and Machine
Intelligence, Prentice Hall, New Jersey, 1997.
12. Z-Q. Liu and F. Yan, IEEE Trans. On Fuzzy Systems
5 (1997) 209.
13. W. Pedrycz. andA. F. Rocah. IEEE Trans. Fuzzy Syst.
1 (1993) 254.
14. W. Jatmiko, B. Kusumoputro. Jurnal Ilmu Komputer
dan Teknologi Informasi 1 (2001) 21.
15. B. Kusumoputro, M. Rivai, in: H. Selvaraj, B. Verma
(Eds.), ICCIMA-98, World Scientific, Singapore,
1998, p 264.
16. B. Kusumoputro, M. R. Widyanto, M. I. Fanany, H.
Budiarto, in: B. Verma, H. Selvaraj, A. De Carvalho,
Xin Yao (Eds.), ICCIMA-99, IEEE Comp. Society,
Los Alamitos, USA, (1999), p 474.
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002

More Related Content

What's hot

05c neural network-mlp
05c neural network-mlp05c neural network-mlp
05c neural network-mlprrahmad_14
 
Aturan pembelajaran perceptron1
Aturan pembelajaran perceptron1Aturan pembelajaran perceptron1
Aturan pembelajaran perceptron1aereal
 
Dw 9-intelijensi buatan
Dw 9-intelijensi buatanDw 9-intelijensi buatan
Dw 9-intelijensi buatanDian Sari
 
11 jaringan-syaraf-tiruan
11 jaringan-syaraf-tiruan11 jaringan-syaraf-tiruan
11 jaringan-syaraf-tiruanfebry777
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanpoposayangmomo
 
Pcd 013 - jaringan syaraf buatan
Pcd   013 - jaringan syaraf buatanPcd   013 - jaringan syaraf buatan
Pcd 013 - jaringan syaraf buatanFebriyani Syafri
 
Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)
Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)
Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)Endang Retnoningsih
 
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Farichah Riha
 
1. artificial intelligence
1. artificial intelligence1. artificial intelligence
1. artificial intelligenceDony Riyanto
 

What's hot (14)

Ppt neuralnet
Ppt neuralnetPpt neuralnet
Ppt neuralnet
 
05c neural network-mlp
05c neural network-mlp05c neural network-mlp
05c neural network-mlp
 
Aturan pembelajaran perceptron1
Aturan pembelajaran perceptron1Aturan pembelajaran perceptron1
Aturan pembelajaran perceptron1
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Dw 9-intelijensi buatan
Dw 9-intelijensi buatanDw 9-intelijensi buatan
Dw 9-intelijensi buatan
 
11 jaringan-syaraf-tiruan
11 jaringan-syaraf-tiruan11 jaringan-syaraf-tiruan
11 jaringan-syaraf-tiruan
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruan
 
Jaringan saraf-tiruan
Jaringan saraf-tiruanJaringan saraf-tiruan
Jaringan saraf-tiruan
 
UTS JST 2014/2015
UTS JST 2014/2015UTS JST 2014/2015
UTS JST 2014/2015
 
Pcd 013 - jaringan syaraf buatan
Pcd   013 - jaringan syaraf buatanPcd   013 - jaringan syaraf buatan
Pcd 013 - jaringan syaraf buatan
 
Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)
Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)
Pertemuan 14 Jaringan Syaraf (Neural Network)
 
restrictedboltzmannmachines
restrictedboltzmannmachinesrestrictedboltzmannmachines
restrictedboltzmannmachines
 
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
 
1. artificial intelligence
1. artificial intelligence1. artificial intelligence
1. artificial intelligence
 

Viewers also liked

Yosef Abdalsalam CV
Yosef Abdalsalam CVYosef Abdalsalam CV
Yosef Abdalsalam CVCVnew
 
Kecerdasan Buatan - Tugas 1
Kecerdasan Buatan - Tugas 1Kecerdasan Buatan - Tugas 1
Kecerdasan Buatan - Tugas 1IDementor
 
Практические шаги к цифровому предприятию
Практические шаги к цифровому предприятиюПрактические шаги к цифровому предприятию
Практические шаги к цифровому предприятиюМаксим Смирнов
 
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...soeswono
 
Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...
Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...
Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...Thoyib Antarnusa
 
Pertemuan 2-pemecahan-masalah-ai
Pertemuan 2-pemecahan-masalah-aiPertemuan 2-pemecahan-masalah-ai
Pertemuan 2-pemecahan-masalah-aiwillyhayon
 
Creencias sobre empatía histórica en un docente de secundaria
Creencias sobre empatía histórica en un docente de secundariaCreencias sobre empatía histórica en un docente de secundaria
Creencias sobre empatía histórica en un docente de secundariaKatia Obando Velazco
 
Makalah Fuzzy Logic Dan Penerapannya
Makalah Fuzzy Logic Dan PenerapannyaMakalah Fuzzy Logic Dan Penerapannya
Makalah Fuzzy Logic Dan Penerapannyaradar radius
 
Jurnal kecerdasan buatan
Jurnal kecerdasan buatanJurnal kecerdasan buatan
Jurnal kecerdasan buatanNasri Nasri
 
CARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILOR
CARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILORCARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILOR
CARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILORIBGTV
 

Viewers also liked (11)

Yosef Abdalsalam CV
Yosef Abdalsalam CVYosef Abdalsalam CV
Yosef Abdalsalam CV
 
Identificadores graficos
Identificadores graficosIdentificadores graficos
Identificadores graficos
 
Kecerdasan Buatan - Tugas 1
Kecerdasan Buatan - Tugas 1Kecerdasan Buatan - Tugas 1
Kecerdasan Buatan - Tugas 1
 
Практические шаги к цифровому предприятию
Практические шаги к цифровому предприятиюПрактические шаги к цифровому предприятию
Практические шаги к цифровому предприятию
 
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
 
Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...
Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...
Perbandingan Teknik Classification Machine Learning dalam Melakukan Identifik...
 
Pertemuan 2-pemecahan-masalah-ai
Pertemuan 2-pemecahan-masalah-aiPertemuan 2-pemecahan-masalah-ai
Pertemuan 2-pemecahan-masalah-ai
 
Creencias sobre empatía histórica en un docente de secundaria
Creencias sobre empatía histórica en un docente de secundariaCreencias sobre empatía histórica en un docente de secundaria
Creencias sobre empatía histórica en un docente de secundaria
 
Makalah Fuzzy Logic Dan Penerapannya
Makalah Fuzzy Logic Dan PenerapannyaMakalah Fuzzy Logic Dan Penerapannya
Makalah Fuzzy Logic Dan Penerapannya
 
Jurnal kecerdasan buatan
Jurnal kecerdasan buatanJurnal kecerdasan buatan
Jurnal kecerdasan buatan
 
CARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILOR
CARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILORCARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILOR
CARTILE LUI DAN TIPURITA - GENETICA INGERILOR
 

Similar to OPTIMASI JARINGAN NEURAL DENGAN ALGORITMA GENETIKA

Machine Learning Diskusi 12.pdf
Machine Learning Diskusi 12.pdfMachine Learning Diskusi 12.pdf
Machine Learning Diskusi 12.pdfHendroGunawan8
 
materi mg 2 - Jaringan Saraf Tiruan.pdf
materi mg 2 -  Jaringan Saraf Tiruan.pdfmateri mg 2 -  Jaringan Saraf Tiruan.pdf
materi mg 2 - Jaringan Saraf Tiruan.pdfNariyahSilvianaErwan
 
Kecerdasan Buatan Diskusi 5.docx
Kecerdasan Buatan Diskusi 5.docxKecerdasan Buatan Diskusi 5.docx
Kecerdasan Buatan Diskusi 5.docxHendroGunawan8
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanLarasWiranti2
 
7-1-Artificial Neural Network.pptx
7-1-Artificial Neural Network.pptx7-1-Artificial Neural Network.pptx
7-1-Artificial Neural Network.pptxSeminusPahabol
 
Praktikum Komputasi Statistik ANN.ppt
Praktikum Komputasi Statistik ANN.pptPraktikum Komputasi Statistik ANN.ppt
Praktikum Komputasi Statistik ANN.pptAyuseptiani35
 
pertemuan-11-jst.ppt
pertemuan-11-jst.pptpertemuan-11-jst.ppt
pertemuan-11-jst.pptardian206415
 
Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)
Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)
Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)LarasWiranti2
 
Materi Presentasi.pptx
Materi Presentasi.pptxMateri Presentasi.pptx
Materi Presentasi.pptxAbdulLatifW1
 
KECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptx
KECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptxKECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptx
KECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptxMuhSiddikDaming
 
Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)
Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)
Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)DindaAyuYunitasari
 
Pertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptx
Pertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptxPertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptx
Pertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptxCakraAdipuraWicaksan
 
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...Frans Wau
 

Similar to OPTIMASI JARINGAN NEURAL DENGAN ALGORITMA GENETIKA (20)

JST.ppt
JST.pptJST.ppt
JST.ppt
 
Machine Learning Diskusi 12.pdf
Machine Learning Diskusi 12.pdfMachine Learning Diskusi 12.pdf
Machine Learning Diskusi 12.pdf
 
materi mg 2 - Jaringan Saraf Tiruan.pdf
materi mg 2 -  Jaringan Saraf Tiruan.pdfmateri mg 2 -  Jaringan Saraf Tiruan.pdf
materi mg 2 - Jaringan Saraf Tiruan.pdf
 
Kecerdasan Buatan Diskusi 5.docx
Kecerdasan Buatan Diskusi 5.docxKecerdasan Buatan Diskusi 5.docx
Kecerdasan Buatan Diskusi 5.docx
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruan
 
7-1-Artificial Neural Network.pptx
7-1-Artificial Neural Network.pptx7-1-Artificial Neural Network.pptx
7-1-Artificial Neural Network.pptx
 
Praktikum Komputasi Statistik ANN.ppt
Praktikum Komputasi Statistik ANN.pptPraktikum Komputasi Statistik ANN.ppt
Praktikum Komputasi Statistik ANN.ppt
 
pertemuan-11-jst.ppt
pertemuan-11-jst.pptpertemuan-11-jst.ppt
pertemuan-11-jst.ppt
 
Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)
Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)
Adaptive neuro fuzzy inference system (anfis)
 
Dkc 2 kelompok 2
Dkc 2 kelompok 2Dkc 2 kelompok 2
Dkc 2 kelompok 2
 
Paper een
Paper eenPaper een
Paper een
 
Materi Presentasi.pptx
Materi Presentasi.pptxMateri Presentasi.pptx
Materi Presentasi.pptx
 
KECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptx
KECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptxKECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptx
KECERDASAN__BUATAN_KELOMPOK_4.pptx
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruan
 
Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)
Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)
Jaringan Kohonen (Unsupervised Learning)
 
Pertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptx
Pertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptxPertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptx
Pertemuan 5_Jaringan Syaraf Tiruan Upload.pptx
 
Jaringan-Syaraf-Tiruan.ppt
Jaringan-Syaraf-Tiruan.pptJaringan-Syaraf-Tiruan.ppt
Jaringan-Syaraf-Tiruan.ppt
 
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
Solusi persamaan difusi neutron pada teras reaktor nuklir dengan metode itera...
 
Ifa2
Ifa2Ifa2
Ifa2
 
Ifa2
Ifa2Ifa2
Ifa2
 

Recently uploaded

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 

Recently uploaded (20)

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 

OPTIMASI JARINGAN NEURAL DENGAN ALGORITMA GENETIKA

  • 1. PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JARINGAN NEURAL BUATAN-FUZZY DAN APLIKASINYA PADA SISTEM PENCIUMAN ELEKTRONIK Benyamin Kusumoputro dan Ponix Irwanto Laboratorium Kecerdasan Komputasional, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Depok, 16424 E-mail: kusumo@cs.ui.ac.id Abstrak Dalam makalah ini, penulis membahas dan memperkenalkan sebuah metodologi pencaharian struktur arsitektur Jaringan Neural Buatan propagasi balik berbasis fuzzy (JNB-Fuzzy) yang optimal dengan menggunakan algoritma genetika. Optimasi struktur jaringan neural dapat dilakukan dengan memperkecil jumlah neuron dalam lapis tersembunyi atau jumlah bobot dalam jaringan neural. Dalam makalah ini penulis membuat optimasi struktur jaringan dengan memperkecil jumlah bobot dalam jaringan, karena jumlah bobot ini jauh lebih besar daripada jumlah neuron yang ada. Jaringan neural yang telah dioptimasi ini kemudian digunakan sebagai subsistem pengenal pola pada Sistem Penciuman Elektronik yang dikembangkan oleh penulis. Hasil eksperimen dengan menggunakan jaringan ini menunjukkan peningkatan derajat pengenalan sistem, dari 70,4% pada struktur jaringan tidak dioptimasi, menjadi 85,2% bila menggunakan struktur jaringan yang telah dioptimasi. Abstract In this article we proposed a method for optimizing the structure of a fuzzy artificial neural networks (FANN) through genetic algorithms. This genetic algorithm (GA) is used to optimize the number of weight connections in a neural network structure, by evolutionary calculating the fitness function of those structures as individuals in a population. This fuzzy neural is then applied as the pattern recognition in our developed odor recognition system. Experimental results show that the optimized neural system provides higher recognition capability compare with that of unoptimized neural system. Recognition rate of the unoptimized neural structure is 70.4% and could be increased up to 85.2% in the optimized neural system. It is also shown that the computational cost of the optimized structure of neural system is also lower than the unoptimized structure. Keywords: Optimizing, artificial neural network, fuzzy logical, genetic algorithm, electric sensing system. Pendahuluan Jaringan neural buatan (JNB) telah banyak digunakan untuk menyelesaikan beberapa persoalan yang berkaitan dengan pengenalan pola, klasifikasi pola, aproksimasi fungsi dan lain sebagainya [1-5]. Berdasarkan disain arsitektur jaringan yang dipergunakan, JNB dapat digolongkan dalam dua bagian besar, yaitu jaringan neural dengan disain arsitektur yang bersifat statis dan jaringan neural yang mempunyai disain arsitektur adaptif. Salah satu jaringan neural yang termasuk dalam golongan jaringan neural dengan arsitektur statis adalah perceptron lapis jamak (multi-layer perceptron:MLP). Jaringan MLP mempunyai banyak sekali bobot keterhubungan, karena setiap neuron pada setiap lapis akan berhubungan dengan setiap neuron pada lapis berikutnya. Jaringan perceptron lapis jamak telah terbukti mampu membuat aproksimasi fungsi non-matematik dengan sangat baik, terutama karena proses pembelajarannya yang bersifat dengan pengarahan (supervised). Akan tetapi, jaringan neural seperti ini mempunyai kelemahan berkaitan dengan disain arsitektur jaringannya. Jika ukuran jaringan terlalu kecil, maka tingkat (derajat) pengenalan sistem akan cenderung menjadi semakin rendah, sedangkan apabila ukuran jaringan terlalu besar, biasanya jaringan akan mempunyai tingkat generalisasi yang tidak terlalu tinggi. Jaringan neural pada dasarnya melakukan pemetaan atau mencari fungsi aproksimasi non-matematik dari sejumlah pasangan pelatihan yang berupa sekumpulan vektor masukan dan sekumpulan vektor target-keluaran. Pada jaringan neural berbasis logika fuzzy, fungsi aproksimasi non-matematik ini berupa sistem untuk dapat menarik kesimpulan berdasarkan operasi fuzzy, yang direpresentasikan dalam bentuk aturan jika–maka [6,7]. MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002 1
  • 2. Metode Penelitian BerbedadenganJaringanNeuralBuatanstandaryangsetiap neuronnya akan melakukan operasi penjumlahan (∑) pada perkalian antara vektor masukan dan bobot keterhubungan yang menuju kepadanya [10], Jaringan Neural Buatan berbasis Fuzzy (JNB-Fuzzy) melakukan operasi T-norm (AND) dan T-conorm (OR) pada vektor masukkan dan bobot keterhubungan antar neuron. Perbedaan yang lain adalah bahwa vektor masukan dan vektor keluaran dari JNB–Fuzzy ini berupa data yang sifatnya fuzzy [10][11]. JNB–Fuzzy memiliki neuron OR pada lapis keluaran dan neuron AND pada lapis tersembunyi yang melakukan fungsi sesuai dengan namanya. Jika T adalah fungsi T-norm dan S adalah fungsi T-conorm, maka untuk neuron OR (dengan bobot w dan masukkan z) pengoperasian fungsi- fungsi tersebut akan menghasilkan nilai aktivasi: y(t) = S i n =0 [wi(t) T zi(t)] (1) Sedangkan untuk neuron AND (dengan bobot v dan masukkan x) pengoperasian fungsi-fungsi di atas akan menghasilkan nilai aktivasi : z(t) = T i n =0 [vi(t) ∗ xi(t)] (2) Fungsi T yang digunakan adalah fungsi min sedangkan untuk fungsi S digunakan fungsi max[7]. Jaringan Neural Buatan–Fuzzy ini akan membentuk sebuah sistem penarikan kesimpulan (inferensi) yang terdiri dari bagian anteseden dan bagian konsekuen [6-9]. Sistem ini dapat diekspresikan dalam aturan jika– maka dalam bentuk: Jika V adalah A, maka U adalah B Pada ekspresi tersebut, V adalah A disebut anteseden, dan U adalah B disebut konsekuen. Sebuah aturan jika – maka dapat terdiri dari beberapa anteseden dan beberapa konsekuen yang dapat dipecah menjadi ekspresi – ekpresi yang terdiri dari beberapa anteseden dan sebuah konsekuen. Fungsi neuron AND pada JNB–Fuzzy adalah untuk menggabungkan anteseden–anteseden yang ada, sedangkan fungsi neuron OR adalah untuk menggabungkan aturan jika–maka yang mempunyai konsekuen–konsekuennya sama. R1 : Jika V11 adalah A11 … DAN V1n adalah A1n maka U adalah B Rk : Jika Vk1 adalah Ak1 … DAN Vkn adalah Akn maka U adalah B yang kemudian dapat digabung menjadi : R1 OR R2 OR R3 … OR Rk maka U adalah B Untuk membentuk aturan jika–maka, JNB–Fuzzy ini perlu dilatih menggunakan algoritma propagasi balik. Berdasarkan arsitektur jaringannya, JNB-Fuzzy ini dapat dikategorikan sebagai jaringan neural lapis jamak feed–forward. Sesuai dengan namanya, maka JNB ini selain memiliki lapis masukan dan lapis keluaran, juga memiliki lapis tersembunyi.Arah perambatan sinyal untuk pengoperasian neuron pada jaringan neural ini dimulai dari perhitungan operasi neuron pada lapis masukan, yang nilainya dipropagasikan menuju operasi neuron pada lapis tersembunyi. Nilai aktivasi neuron pada lapis tersembunyi kemudian dipropagasikan menuju operasi neuron pada lapis keluaran. Pelatihan jaringan dilakukan dengan menggunakan metoda pembelajaran dengan pengarahan berbasis propagasi balik atau generalized delta rule [10]. Inti dari pembelajaran propagasi balik adalah proses pembaharuan nilai bobot keterhubungan antar neuron dilakukan berdasarkan besarnya nilai galat (error) antara nilai target keluaran yang telah ditentukan sebelumnya, dengan nilai aktivasi neuron keluaran. Jaringan neural kemudian akan memperbaharui bobot keterhubungan antar neuron pada lapis keluaran dan bobot keterhubungan antar neuron. Dalam keadaan ini, jaringan dinyatakan telah mencapai kondisi konvergensi. Pembaruan bobot keterhubungan antar neuron pada JNB- Fuzzy menggunakan pelatihan propagasi-balik dilakukan dengan rumus : Wbaru = Wlama + ∆W(t) (3) ∆W(t) = 2 Fungsi aproksimasi yang dihasilkan dalam pembelajaran jaringan akan direpresentasikan sebagai bobot keterhubungan antar neuron dalam jaringan. Akan tetapi, jaringanyangtelahmengalamipembelajarandenganlogika fuzzy ini, mempunyai sejumlah bobot keterhubungan yang tidak terlalu penting dalam merepresentasikan fungsi aproksimasi yang dimaksudkan. Dengan pengurangan jumlah bobot keterhubungan dalam lapis tersembunyi jaringan neural, maka aturan jika–maka dapat lebih mudah direpresentasikan dalam jaringan, yang pada akhirnya diharapkan akan mampu meningkatkan performansi jaringan. Dalam makalah ini, penulis akan menggunakan metoda optimasi diskrit ini dengan menggunakan teoriAlgoritma Genetika (Genetic Algorithm) [8]. Pada umumnya, optimasi dilakukan terhadap jumlah neuron pada lapis tersembunyi [9], akan tetapi karena dalam aplikasi jaringan neural ini untuk Sistim Penciuman Elektronik hanya memerlukan sedikit jumlah neuron, maka kita akan melakukan optimasi struktur jaringan dengan mengurangi jumlah bobot keterhubungan antar neuron. MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
  • 3. dengan f(zj ) = min(wjk ,zj ), g(vij ) = max(vij ,xi ), Mi # = min[g(vij )], dan Mj * = max[f(zj )]. Setelah dilatih, JNB–Fuzzy akan memiliki representasi aturan jika–maka pada bobot keterhubungan pada jaringannya. Tidak semua bobot keterhubungan ini memiliki peran yang besar dalam mengarahkan jaringan untuk mendapatkan nilai error yang kecil. Untuk bobot keterhubungan yang menuju neuron OR, misalnya, bobot keterhubungan yang mempunyai nilai mendekati nol (atau di bawah ambang tertentu) tidak memberikan pengaruh pada nilai aktivasi neuron OR tersebut. Sebaliknya untuk neuron AND, bobot keterhubungan yang mempunyai nilai mendekati satu (atau di atas ambang tertentu) juga tidak berpengaruh nilai aktivasi neuron keluaran.Bobot keterhubungan yang kurang mempunyai arti penting dapat dihilangkan dengan menggunakan GA.Akan tetapi, pengurangan jumlah bobot keterhubungan atau bahkan neuron itu sendiri harus tidak menurunkan atau bahkan dengan Mj *=maxi (Mi ), Mi =min(wi ,xi )), f(wj )=min(wj ,xj ), wj adalah bobot yang menuju neuron j, dan xj sinyal masukkan yang melalui wj . Dengan menggunakan turunan fungsi seperti tertera dalam Pers. 5 dan Pers. 6, maka untuk neuron OR : dan untuk neuron AND : mampu meningkatkan derajat pengenalan sistim. Algoritma Genetika (GeneticAlgorithms / GA) merupakan sebuah algoritma pencarian yang dikembangkan berdasarkan mekanika seleksi alami dan genetika alami oleh Holland dan kemudian dilanjutkan oleh Goldberg [8]. Algoritma genetika bekerja menggunakan kode dari parameter yang menjadi permasalahan. Parameter problem tersebut dikodekan menjadi sebuah kromosom. Setiap kromosom terdiri dari bagian – bagian yang disebut gen. Gen – gen ini dapat berupa angka biner (‘1’ atau ‘0’), sehingga kromosom yang terbentuk merupakan sebuah deretan string biner. Pencarian solusi pada algoritma ini melibatkan sejumlah populasi dari titik – titik pada ruang parameter. Setiap titik tersebut disebut individu. Variabel dan parameter yang digunakan yaitu fitness (nilai hasil evaluasi Objective Function) untuk menentukan tingkat kesesuaian suatu individu dengan kriteria yang ingin dicapai, populasi jumlah individu per generasi, probabilitas terjadinya crossover pada suatu generasi, probabilitas terjadinya mutasi, serta banyaknya generasi yang dilibatkan [7, 11]. Proses penggunaan algoritma genetika dalam optimasi struktur jaringan neural-fuzzy ini dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam metode ini, pada awalnya, terdapat sebuah struktur jaringan dengan ukuran tertentu yang kompleks (struktur basis), dan kemudian GA akan membuat sekumpulan struktur jaringan baru yang diturunkan dari struktur basis tersebut. Setiap struktur jaringan baru itu kemudian direpresentasikan sebagai sebuah individu. Optimasi struktur jaringan dengan metoda GA dilakukan dengan membuang sebagian bobot keterhubungan pada jaringan yang dianggap tidak diperlukan. Optimasi dengan membuang sebagian bobot ini dilakukan, karena pengetahuan yang terbentuk pada dalam proses pembelajaran JNB–Fuzzy ini akan direpresentasikan dalam nilai-nilai bobot keterhubungan antar neuron ini. Penerapan GA dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengkodean permasalahan dan pendefinisian fungsi objektifnya, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengkodean Pengkodean dilakukan terhadap seluruh bobot yang ada pada jaringan yang menjadi parameter permasalahan pada kasus ini. Kromosom yang terbentuk adalah string yang merepresentasikan seluruh bobot. Panjang kromosom adalah sama dengan jumlah seluruh bobot yang ada pada JNB, yaitu jumlah_neuron_input*jumlah_neuron_ 1, if wj ≤ xj 1 – wj + xj , if wj > xj 1, if f(wj ) ≥ Mj * 1+ f(wj ) - Mj *, if f(wj ) < Mj * ∂ E ∂ ∂ = (yk – tk ) {max [f(wjk ),Mk *]} (min (wjk ,zjk )) (7) 3 Perhatikan bahwa untuk JNB-Fuzzy, perhitungan ini dilakukan terhadap turunan dari fungsi min dan fungsi max terhadap bobot. Akan tetapi karena turunan fungsi- fungsi tersebut ternyata tidak linear, maka kemudian dipergunakan formula Lukasiewicz [12,13], yang mampu membuat penyederhanaan turunan fungsi-fungsi tersebut menjadi: MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
  • 4. Gambar 1. Skematik diagram dari metodologi yang dipergunakan dalam proses optimasi struktur jaringan neural-fuzzy 4 dikodekan balik menjadi JNB–Fuzzy yang kemudian dilatih dengan propagasi balik. Nilai fitness yang dipergunakan dalam jaringan neural ini adalah jumlah_bobot_yang_mati / (kesalahan * jumlah_epoch) dengan tujuan agar didapat individu dengan jumlah bobot non-aktif cukup besar, nilai kesalahan yang kecil dan jumlah pelatihan/epoch yang kecil. Hasil dan Pembahasan Sistem penciuman elektronik yang dipergunakan disini adalah sistem yang dikembangkan di Laboratorium Kecerdasan Komputasional Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Sistem ini terdiri dari subsistem sensor, subsistem perangkat keras berupa pencacah frekuensi beserta piranti antar-muka dan subsistem perangkat lunak sebagai pengklasifikasi pola berupa program jaringan neural buatan. Penjelasan rinci mengenai sistem elektronik ini terdapat dalam makalah lain [17-19], yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada subsistem sensor, sekumpulan sensor dikembangkan untuk dapat melakukan perubahan fenomena kimiawi sample aroma menjadi fenomena fisika untuk dapat diukur secara elektronik. Dalam subsistem perangkat keras, masukan fenomena fisika itu kemudian diukur dengan menggunakan prinsip elektronik, untuk dapat menangkap setiap perubahan aroma yang dideteksi. Subsistem perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengklasifikasi pola terhadap aroma masukan adalah jaringan neural buatan-fuzzy. Sistem perangkat lunak yang dikembangkan disini dapat dibagi dalam 3 sub-sistem, yaitu a) subsistem fuzzifier, yang melakukan fuzzifikasi terhadap hasil pengukuran (data hasil) sensor yang pada awalnya masih berupa data crisp b) JNB–Fuzzy, yang menjalankan proses pengenalan aroma yang kemudian dilakukan proses optimasi jaringan menggunakan c) algoritma genetika sebagai metoda untuk mengoptimasi struktur jaringan neural-fuzzy. Blok diagram dari sistem perangkat lunak ini tertera dalam Gambar 2. Dalam makalah ini, percobaan untuk mengetahui performansi sistem jaringan neural buatan berbasis fuzzy dilakukan dengan tiga tujuan. Tujuan pertama, adalah untuk mengetahui kemampuan sistem dalam membuat struktur jaringan yang optimal.Yang dimaksudkan dengan struktur jaringan yang optimal adalah sebuah jaringan neural yang mempunyai jumlah bobot aktif lebih rendah dan jumlah epoch dalam pembelajaran jaringan yang kecil pula. Struktur yang optimal ini akan menurunkan biaya komputasi yang diperlukan dalam proses penentuan jenis aroma yang hendak diketahui. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui kemampuan sistem dalam menggolongkan data aroma yang tidak diajarkan kedalam golongan aroma yang berkesesuaian. Sedangkan tujuan ketiga adalah untuk mengetahui perbandingan kemampuan sistem dengan struktur optimal dan sistem dengan struktur tidak dioptimasi, dalam mengenali aroma yang tidak diajarkan. Data yang digunakan untuk proses pembelajaran dan pengenalan didapat dari 10 percobaan yang merupakan perata-rataan dari 100 data per-sensor per-aroma. Aroma yang dipergunakan dalam eksperimen ini adalah hasil produk Martha Tilaar Kosmetik yang terdiri dari aroma jeruk, aroma mawar dan aroma kenangga. Dalam penelitian awal ini jumlah sensor yang dipergunakan berjumlah 4 buah. Tujuh percobaan secara acak diambil sebagai data untuk pelatihan dan 3 percobaan sisa diambil sebagai data pengenalan, sehingga menghasilkan perbandingan antara data pelatihan dan data percobaan sebesar 70:30 untuk setiap aroma persensor. Setiap data dari masing-masing sensor kemudian difuzzifikasi menjadi tiga bilangan fuzzy sesuai dengan jumlah aroma yang ada. Proses fuzzifikasi ini melibatkan fungsi keanggotaan untuk masing – masing sensor dari setiap aroma. Fungsi keanggotaan akan berbentuk seperti segitiga, di mana untuk nilai minimum dan maksimum nilai keanggotaannya adalah 0, sedang untuk nilai rata–rata, nilai keanggotaannya adalah 1. Untuk data dengan nilai selain kriteria di atas, nilai keanggotaannya dihitung dengan fungsi keanggotaan tersebut. Setelah melalui proses fuzzifikasi maka pola masukan yang tadinya terdiri dari 4 data sensor crisp berubah menjadi 3x4 bilangan fuzzy, karena untuk setiap sensor 1 data crisp akan diubah menjadi 3 bilangan fuzzy. Dengan demikian neuron masukan untuk JNB – Fuzzy jumlahnya menjadi 12 buah, sedang untuk neuron keluarannya berjumlah 3 buah untuk mengidentifikasi masing – masing aroma dari 3 aroma yang ada. Proses penggunaan algoritma genetika untuk menentukan struktur JNB–Fuzzy yang optimal dilakukan berkesesuaian dengan metodologi yang telah dijelaskan pada subbab terdahulu. Parameter-parameter yang dipergunakan dalam MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
  • 5. Gambar 2. Jaringan neural buatan-fuzzy yang dikembangkan sebagai pengklasifikasi pola dalam Sistim Penciuman Elektronik Tabel 1. Jumlah vektor masukan dalam proses pembelajaran jaringan dan proses pengujian Tabel 2. Perbandingan performansi jaringan neural tidak dioptimasi dan jaringan neural yang telah dioptimasi 5 Kesimpulan Jaringan neural buatan dapat ditingkatkan performansinya dengan membuat arsitektur struktur jaringan menjadi optimal. Beberapa kriteria yang dipergunakan untuk membuat struktur jaringan optimal adalah dengan membuat jumlah bobot keterhubungan dan jumlah epoch menjadi minimal. Hal ini harus pula disertai dengan membuat tingkat kesalahan (selisih galat) yang diperbolehkan seminimal mungkin. Dalam makalah ini, penulis mengusulkan sebuah metode optimasi pada bobot keterhubungan sebuah Jaringan Neural Buatan Berbasis Fuzzy menggunakan algoritma genetika. Uji coba penggunaan metode optimasi yang dilakukan terhadap JNB–Fuzzy sebagai subsistem pengenal aroma pada Sistem Penciuman Elektronik menunjukkan bahwa metode ini berhasil mengoptimasikan ukuran jaringan tersebut. Seperti terlihat dari hasil eksperimen, optimasi struktur jaringan memperlihatkan kemampuan untuk Gambar 3. Struktur jaringan neural buatan-fuzzy yang telah dioptimasi menggunakan algoritma genetika Laju pembelajaran (alpha) = 0.2, Momentum (beta) = 0.2, Toleransi Kesalahan = 0.01, Maksimum Epoch = 200. Hasil jaringan neural yang mempunyai struktur optimal dapat dilihat dalam Gambar 3. Terlihat disini bahwa jumlah neuron masih tetap sama seperti struktur jaringan sebelum dioptimasi, akan tetapi jelas terlihat bahwa sebagian dari bobot keterhubungan antar neuron menjadi semakin rendah. Perbandingan performasi jaringan neural yang dioptimasi dengan algoritma genetika dan jaringan neural yang tidak dioptimasi, dapat dilihat secara lengkap dalam Tabel 2. Dapat dilihat dengan jelas, bahwa epoch yang diperlukan untuk menyelesaikan penentuan jenis aroma akan menurun menjadi hanya 10,5% saja apabila dibandingkan dengan epoch yang diperlukan oleh jaringan neural yang belum dioptimasi. Hal ini disebabkan juga karena bobot aktif dalam jaringan neural yang dioptimasi, hanya berjumlah 43,33% apabila dibandingkan dengan jaringan yang belum dioptimasi. Terlihat pula dalam Tabel 2 bahwa jaringan neural yang telah dioptimasi mampu untuk mengenali data pelatihan dengan tingkat pengenalan yang lebih tinggi (95,2%) apabila dibandingkan dengan jaringan yang tidak dioptimasi (87,3%). Untuk data yang tidak dilatihkan, maka tingkat pengenalan jaringan neural yang dioptimasi akan berkisar 85,2%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengenalan sistem jaringan yang tidak dioptimasi, berkisar 70,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan neural buatan-fuzzy yang telah dioptimasi menggunakan algoritma genetika akan mampu meningkatkan performansinya. MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002
  • 6. 6 kinerjanya jika dibandingkan dengan jaringan yang tidak dioptimasi. Ucapan Terima Kasih ParapenulismenyatakanrasaterimaksihterhadapLembaga Penelitian Universitas Indonesia, atas pembiayaan penelitian ini melalui Pendanaan Riset Unggulan UI 2000-2001. Daftar Acuan 1. T. Nakajima, H. Takizawa, H. Kobayashi and T. Nakamura. IECI Trans. on Information and Systems E81-D (1998) 584. 2. Y. Miyanaga, Hong Lan Jin, R. Islam and K.Tochinai. IEEE ISCAS May (1995) 482. 3. T. M. Martinetz, S.G. Berkovich and K.J. Schulten. IEEE Trans. Neural Networks 4 (1993) 558. 4. K. S. Narendra, K. Parthasarathy. IEEE Trans. Neural Networks. 1 (1990) 4. 5. B. Kusumoputro, H. Budiarto and W. Jatmiko. Journal of ISA Transactions (to be published). 6. Russel and Norvig,Artificial Intelligence:AModern Approach, Prentice Hall, New Jersey, 1995. 7. P. H. Winston, Artificial Intelligence, 3rd ed., Addison Wesley Pub., Massachusetts, 1992. 8. D. E. Goldberg, Genetic Algorithm in Search, Optimization, and Machine Learning, Addison Wesley, Massachusetts, 1989. 9. L.M. Brasil, F.M. de Azevedo, J.M. Barreto and, M. Noirhomme, in Proc. The IASTED International Conference onAI and Soft Computing, Mexico, May, 1998. 10. L. Fausett. Fundamentals of Neural Networks, Prentice Hall, New Jersey, 1994. 11. J-S. R. Jang, Neuro – Fuzzy and Softcomputing: A Computational Approach to Learning and Machine Intelligence, Prentice Hall, New Jersey, 1997. 12. Z-Q. Liu and F. Yan, IEEE Trans. On Fuzzy Systems 5 (1997) 209. 13. W. Pedrycz. andA. F. Rocah. IEEE Trans. Fuzzy Syst. 1 (1993) 254. 14. W. Jatmiko, B. Kusumoputro. Jurnal Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 1 (2001) 21. 15. B. Kusumoputro, M. Rivai, in: H. Selvaraj, B. Verma (Eds.), ICCIMA-98, World Scientific, Singapore, 1998, p 264. 16. B. Kusumoputro, M. R. Widyanto, M. I. Fanany, H. Budiarto, in: B. Verma, H. Selvaraj, A. De Carvalho, Xin Yao (Eds.), ICCIMA-99, IEEE Comp. Society, Los Alamitos, USA, (1999), p 474. MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 1, APRIL 2002