SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
                DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                 SALINAN
              KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN
                           NOMOR: KEP-390/LK/2005

                                       TENTANG

        PEDOMAN PERHITUNGAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN
             SERTA BENTUK DAN SUSUNAN LAPORAN DAN
                 PENGUMUNAN LAPORAN KEUANGAN
                BAGI PERUSAHAAN ASURANSI NON PT

                    DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

Menimbang : a. bahwa perhitungan tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud
               dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
               504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan
               Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, harus
               dilakukan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dengan Keputusan
               Direktur Jenderal Lembaga Keuangan;
               b. bahwa pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi Non PT untuk
                  menyampaikan laporan keuangan triwulanan dan tahunan kepada Menteri
                  Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan
                  Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan
                  Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan
                  Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan bentuk dan susunan
                  laporan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga
                  Keuangan;
               c.   bahwa pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi Non PT untuk
                    mengumumkan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
                    ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang
                    Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum
                    Bukan Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan bentuk dan
                    susunan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga
                    Keuangan;
               d. bahwa pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi Non PT untuk
                  menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan rencana pemenuhan
                  ketentuan tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
                  16 Ayat (5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004
                  tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan
                  Hukum Bukan Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan bentuk
                  dan susunan laporan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal
                  Lembaga Keuangan;
               e.   bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
                    sampai dengan huruf d, maka perlu menetapkan Keputusan Direktur
                    Jenderal Lembaga Keuangan tentang Pedoman Perhitungan Tingkat
                    Kesehatan Keuangan serta Bentuk dan Susunan Laporan dan
                    Pengumunan Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT;

Mengingat :    1. Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
                  (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
                  Nomor 3467);
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
                DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                             -2-


               2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
                  Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
                  Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3306) sebagaimana telah
                  diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 (Lembaran
                  Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 118, Tambahan Lembaran
                  Negara Nomor 3861);

               3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
                  Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
                  Reasuransi;

               4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang
                  Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum
                  Bukan PT;

               5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tanggal 23 Juni
                  2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan;

                                           MEMUTUSKAN:

Menetapkan :    KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN
                TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN TINGKAT KESEHATAN
                KEUANGAN SERTA BENTUK DAN SUSUNAN LAPORAN DAN
                PENGUMUNAN LAPORAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN
                ASURANSI NON PT.

                                          BAB I
                               KEKAYAAN YANG DIPERKENANKAN
                                                   Pasal 1

                (1) Kekayaan dalam perhitungan tingkat solvabilitas hanya meliputi
                    kekayaan yang diperkenankan yang telah memenuhi ketentuan mengenai
                    jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan.
                (2) Kekayaan yang diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
                    harus dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan Asuransi Non PT, dalam
                    bentuk:
                   a. investasi;
                   b. bukan investasi.
                                            Bagian Pertama
                                      Perusahaan Asuransi Non PT
                                      dengan Prinsip Konvensional
                                                   Pasal 2
                (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a
                    untuk Perusahaan Asuransi Non PT terdiri dari:
                    a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk
                        deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau
                        sama dengan 1 (satu) bulan;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                -3-


     b. saham yang tercatat di bursa efek;
     c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A-
        atau yang setara pada saat penempatan;
     d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau
        Bank Indonesia;
     e. unit penyertaan reksadana;
     f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);
     g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
        untuk investasi;
     h. pinjaman hipotik;
     i. pinjaman polis.
 (2) Jenis kekayaan yang bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
     1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT, terdiri dari :
     a. kas dan bank;
     b. tagihan premi penutupan langsung:
     c.   tagihan reasuransi;
     d. tagihan hasil investasi;
     e.   bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
          untuk dipakai sendiri;
     f.   perangkat keras komputer.
  (3) Peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, Pasal 6 ayat (1)
      huruf c, dan Pasal 12 huruf b, adalah peringkat yang dikeluarkan oleh
      lembaga pemeringkat yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau
      yang telah memperoleh pengakuan internasional.
 (4) Dalam hal peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diterbitkan
     oleh lebih dari satu lembaga pemeringkat, maka peringkat yang
     digunakan adalah peringkat yang paling rendah.

                                      Pasal 3

 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
     ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah sebagai
     berikut :
     a. deposito berjangka, berdasarkan nilai nominal;
     b. sertifikat deposito, berdasarkan nilai tunai;
     c.   saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar;
     d. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar;
     e.   surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau
          Bank Indonesia, berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal
          nilai pasar tidak tersedia;
     f.   unit penyertaan reksadana, berdasarkan nilai aktiva bersih;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                -4-


     g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek),
        berdasarkan nilai ekuitas;
     h. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
        untuk investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga
        penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual
        Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh
        lembaga penilai;
     i.   pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman;
     j.   pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman.

  (2) Penilaian atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam
      Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah
      sebagai berikut :
     a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal;
     b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan;
     c.   tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan;
     d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan;
     e.   bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
          yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga
          penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual
          Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh
          lembaga penilai;
     f.   perangkat keras komputer, berdasarkan nilai buku.
                                      Pasal 4
 (1) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
     1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah sebagai
     berikut :
     a. investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito
        pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari
        jumlah investasi;
     b. investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum
        Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20%
        (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi;
     c.   investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang
          penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit
          masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari
          jumlah investasi;
     d. investasi dalam bentuk unit penyertaan reksadana, untuk setiap
        penerbit tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah
        investasi;
     e.   investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak
          tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% (sepuluh per
          seratus) dari jumlah investasi;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                               -5-


     f.   investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak
          strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak
          melebihi 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah investasi;
     g. investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik,
        seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah
        investasi dan memenuhi persyaratan bahwa pinjaman tersebut:
        1) diberikan hanya kepada perorangan;
        2) dijamin dengan hipotik pertama;
        3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
            berlaku; dan
        4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima
            per seratus) dari nilai jaminan yang terkecil di antara nilai yang
            ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang
            berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP);
     h. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80%
        (delapan puluh per seratus) dari nilai tunai polis yang bersangkutan.
 (2) Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan
     sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah nilai seluruh jenis investasi
     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) per tanggal neraca yang
     penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
     Pasal 3 ayat (1).
 (3) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT memiliki penempatan investasi
     di luar negeri, maka jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar
     batasan adalah jumlah investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
     ditambah dengan jumlah investasi di luar negeri.
 (4) Pembatasan atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam
     Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah
     sebagai berikut :
     a. tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak lebih dari 2 (dua)
         bulan dihitung sejak:
         1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi
             tunggal; atau
         2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran
             premi cicilan;
     b. tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung
         sejak tanggal jatuh tempo pembayaran;
     c. tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan
         dihitung sejak jatuh tempo pembayaran;
     d. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan
         yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 80% (delapan puluh
         per seratus) dari jumlah bukan investasi;
     e.   perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 1% (satu per
          seratus) dari jumlah bukan investasi.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                -6-


 (5) Jumlah bukan investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan
     batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah nilai seluruh jenis
     bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) per tanggal
     neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

                                Bagian Kedua
                         Perusahaan Asuransi Non PT
                            dengan Prinsip Syariah

                                      Pasal 5
 (1) Perusahaan Asuransi Non PT yang menyelenggarakan usaha asuransi
     dengan Prinsip Syariah dalam bentuk kantor cabang harus melakukan
     pemisahan kekayaan dan kewajiban usaha asuransi dengan Prinsip
     Syariah dari kekayaan dan kewajiban usaha asuransi dengan prinsip
     konvensional.
  (2) Jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan kantor cabang sebagaimana
      dimaksud dalam ayat (1) mengikuti jenis, penilaian, dan pembatasan
      kekayaan yang berlaku bagi Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip
      Syariah.

                                      Pasal 6

 (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a
     untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah terdiri dari:
     a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk
        deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau
        sama dengan 1 (satu) bulan;
     b. saham yang tercatat di bursa efek;
     c.   obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A-
          atau yang setara pada saat penempatan;
     d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau
        Bank Indonesia;
     e.   unit penyertaan reksadana;
     f.   penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);
     g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
        untuk investasi;
     h. pinjaman hipotik;
     i.   pinjaman polis.

 (2) Jenis kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
     ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip
     Syariah terdiri dari:
     a. kas dan bank;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                               -7-


    b. tagihan premi penutupan langsung:
    c.   tagihan reasuransi;
    d. tagihan hasil investasi;
    e.   bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
         untuk dipakai sendiri;
    f.   perangkat keras komputer.
                                     Pasal 7
 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
     ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip
     Syariah adalah sebagai berikut :
     a. deposito berjangka, berdasarkan nilai nominal;
    b. sertifikat deposito, berdasarkan nilai tunai;
    c.   saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar;
    d. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar;
    e.   surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau
         Bank Indonesia, berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal
         nilai pasar tidak tersedia;
    f.   unit penyertaan reksadana, berdasarkan nilai aktiva bersih;
    g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek),
       berdasarkan nilai ekuitas;
    h. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
       untuk investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga
       penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual
       Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh
       lembaga penilai;
    i.   pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman;
    j.   pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman.
 (2) Penilaian atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam
     Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan
     Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
    a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal;
    b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan;
    c.   tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan;
    d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan;
    e.   bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan,
         yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga
         penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual
         Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh
         lembaga penilai;
    f.   perangkat keras komputer, berdasarkan nilai buku.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                -8-


                                      Pasal 8
 (1) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
     1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip
     Syariah adalah sebagai berikut:
     a. investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito
        pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari
        jumlah investasi;
     b. investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum
        Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20%
        (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi;
     c.   investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang
          penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit
          masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari
          jumlah investasi;
     d. investasi dalam bentuk unit penyertaan reksadana, untuk setiap
        penerbit tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah
        investasi;
     e.   investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak
          tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% (sepuluh per
          seratus) dari jumlah investasi;
     f.   investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak
          strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak
          melebihi 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah investasi;
     g. investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik,
        seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah
        investasi dan memenuhi persyaratan bahwa pinjaman tersebut:
          1) diberikan hanya kepada perorangan;
          2) dijamin dengan hipotik pertama;
          3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
             berlaku; dan
          4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima
             per seratus) dari nilai jaminan yang terkecil di antara nilai yang
             ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang
             berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP);
     h. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80%
        (delapan puluh per seratus) dari nilai tunai polis yang bersangkutan.
 (2) Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan
     sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah nilai seluruh jenis investasi
     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) per tanggal neraca yang
     penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
     Pasal 7 ayat (1).
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                              -9-


 (3) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah
     memiliki penempatan investasi di luar negeri, maka jumlah investasi yang
     digunakan sebagai dasar batasan adalah jumlah investasi sebagaimana
     dimaksud dalam ayat (2) ditambah dengan jumlah investasi di luar
     negeri.
 (4) Pembatasan atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam
     Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan
     Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
     a. tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak lebih dari 1 (satu)
         bulan dihitung sejak:
         1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi
              tunggal; atau
         2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran
              premi cicilan;
     b. tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari 1 (satu) bulan dihitung
         sejak tanggal jatuh tempo pembayaran;
     c. tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 1(satu) bulan
         dihitung sejak jatuh tempo pembayaran;
     d. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan
         yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 80% (delapan puluh
         per seratus) dari jumlah bukan investasi;
     e. perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 1% (satu per
         seratus) dari jumlah bukan investasi.
 (5) Jumlah bukan investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan
     batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah nilai seluruh jenis
     bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) per tanggal
     neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

                             Bagian Ketiga
                   Penempatan Investasi Pada Satu Pihak

                                    Pasal 9
 (1) Penempatan investasi pada satu pihak tidak melebihi 25 % (dua puluh
     lima per seratus) dari jumlah investasi, kecuali penempatan pada surat
     berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia dan surat
     berharga yang dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia.
 (2) Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah satu perusahaan,
     atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan afiliasi satu
     dengan yang lain.
 (3) Bagi kantor cabang Syariah dari Perusahaan Asuransi Non PT
     konvensional, perhitungan pembatasan penempatan investasi pada satu
     pihak kantor cabang dimaksud dilakukan secara terpisah dari perhitungan
     pembatasan penempatan pada satu pihak untuk usaha asuransi dengan
     prinsip konvensional.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                               - 10 -



                              Bagian Keempat
                         Penggabungan Badan Usaha

                                        Pasal 10
 (1) Dalam hal terjadi penggabungan 2 (dua) atau lebih badan hukum tempat
     Perusahaan Asuransi Non PT melakukan investasi dan jumlah investasi
     pada badan hukum hasil penggabungan menjadi lebih besar dari batasan
     investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 8 ayat (1),
     dan atau Pasal 9 ayat (1), maka kelebihan jumlah investasi tersebut
     diperlakukan sebagai kekayaan yang diperkenankan untuk jangka waktu
     paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penggabungan.

 (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT sebagaimana dimaksud dalam
     ayat (1) menempatkan tambahan investasi pada badan hukum hasil
     penggabungan selama masa penyesuaian maka ketentuan sebagaimana
     dimaksud dalam ayat (1) menjadi tidak berlaku dan ketentuan batasan
     investasi mengacu pada Pasal 4 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), dan atau Pasal 9
     ayat (1).

                              Bagian Kelima
             Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi
                                        Pasal 11
 (1) Kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari Produk Asuransi Yang
     Dikaitkan Dengan Investasi harus dipisahkan pencatatannya dengan
     kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari produk asuransi jiwa
     lainnya.
 (2) Penempatan atas kekayaan yang bersumber dari Produk Asuransi Yang
     Dikaitkan Dengan Investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
     dapat dilakukan dalam jenis:
     a. kas dan bank;
     b. deposito berjangka dan sertifikat deposito, termasuk deposit on call dan
        deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1
        (satu) bulan;
     c. saham yang tercatat di bursa efek;
     d. obligasi dan Medium Term Notes;
     e.   unit penyertaan reksadana;
     f.   surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau
          Bank Indonesia.
 (3) Ketentuan pembatasan penempatan kekayaan sebagaimana dimaksud
     dalam Pasal 4 ayat (1) dan atau Pasal 9 ayat (1) tidak berlaku bagi
     penempatan kekayaan Produk Asuransi yang Dikaitkan Dengan
     Investasi.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                              - 11 -


                              Bagian Keenam
                          Kekayaan di Luar Negeri
                                       Pasal 12
 Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT memiliki kekayaan di luar negeri
 dalam bentuk investasi, kekayaan dimaksud hanya dapat dimiliki dalam jenis:
 a. saham yang terdaftar di bursa efek;
 b. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A- atau
     yang setara pada saat penempatan;
 c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek).
                                       Pasal 13
 (1) Investasi dalam bentuk saham, obligasi, dan Medium Term Notes
     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a dan huruf b merupakan
     kekayaan di luar negeri apabila emiten atau penerbit surat utang
     dimaksud merupakan badan hukum asing.
  (2) Dalam hal suatu badan hukum Indonesia menerbitkan surat utang di luar
      negeri melalui badan hukum asing yang khusus didirikan dalam rangka
      penerbitan surat utang dimaksud, maka badan hukum asing tersebut
      dikategorikan sebagai badan hukum Indonesia.
                                       Pasal 14
 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
     adalah sebagai berikut:
     a. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar;
     b. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar;
     c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek),
         berdasarkan nilai ekuitas.
 (2) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
     12 adalah sebagai berikut :
     a. saham yang tercatat di bursa efek, untuk setiap emiten tidak melebihi
         10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi;
     b. obligasi dan Medium Term Notes, untuk masing-masing penerbit tidak
         melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi;
     c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek),
         mengacu pembatasan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
         ayat (1) huruf e dan Pasal 8 ayat (1) huruf e;
     d. jumlah seluruh penempatan investasi di luar negeri tidak melebihi
         20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi.

                                       Pasal 15
 (1) Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dengan prinsip konvensional, jumlah
     investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) adalah nilai seluruh jenis investasi
     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 12 per tanggal
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                               - 12 -


     neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1).
 (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT dengan prinsip konvensional
     memasarkan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi
     melakukan penempatan investasi di luar negeri atas kekayaan yang
     bersumber dari produk dimaksud, maka jumlah investasi yang digunakan
     sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
     ayat (2) untuk penempatan kekayaan yang bersumber dari Produk
     Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah nilai seluruh jenis
     investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) kecuali huruf a
     dan Pasal 12 per tanggal neraca.
  (3) Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah atau kantor
      cabang syariah dari Perusahaan Asuransi Non PT dengan prinsip
      konvensional, jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar
      perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
      adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
      ayat (1) dan Pasal 12 per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan
      pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal
      14 ayat (1).
                             Bagian Ketujuh
                    Kekayaan Yang Tidak Diperkenankan
                                        Pasal 16
 Kekayaan Yang Tidak Diperkenankan meliputi:
 a. Kekayaan yang jenisnya tidak termasuk dalam Pasal 2, Pasal 6, dan Pasal
    12;
 b. Kekayaan yang jumlahnya melebihi ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dan
    ayat (4), Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 9 ayat (1), dan Pasal 14 ayat
    (2);
 c. Kekayaan di luar negeri dalam bentuk Kas dan Bank;
 d. Kekayaan yang dimiliki namun tidak dikuasai, diagunkan, dalam
    sengketa, atau diblokir oleh pihak yang berwenang.

                                  BAB II
                                KEWAJIBAN
                               Bagian Pertama
                               Unsur Kewajiban
                                        Pasal 17
 Jenis kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat
 solvabilitas meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau
 tertanggung dan kepada pihak lain.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                               - 13 -


                             Bagian Kedua
                    Cadangan Teknis Asuransi Kerugian
                                        Pasal 18
 Besarnya cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan bagi
 produk asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan ekawarsa, dan asuransi
 kematian ekawarsa, paling sedikit sebesar:
 a. 10% (sepuluh per seratus) dari Premi Neto untuk polis dengan masa
     pertanggungan tidak lebih dari 1 (satu) bulan; dan
 b. 40% (empat puluh per seratus) dari Premi Neto untuk polis dengan masa
     pertanggungan lebih dari 1 (satu) bulan.

                                        Pasal 19
 Pembentukan cadangan klaim bagi produk asuransi kecelakaan diri, asuransi
 kesehatan ekawarsa, dan asuransi kematian ekawarsa harus memenuhi
 ketentuan sebagai berikut:
 a. untuk cadangan atas klaim yang masih dalam proses penyelesaian,
     dihitung berdasarkan estimasi yang wajar atas klaim yang sudah terjadi
     dan sudah dilaporkan tetapi masih dalam proses penyelesaian, berikut
     biaya jasa penilai kerugian asuransi, dikurangi dengan beban klaim yang
     akan menjadi bagian penanggung ulang;
 b. untuk cadangan atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan
     (Incurred But Not Reported atau IBNR), dihitung berdasarkan estimasi yang
     wajar atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dengan
     menggunakan metode rasio klaim atau salah satu dari metode segitiga
     (triangle method), berikut biaya jasa penilai kerugian asuransi, dikurangi
     dengan beban klaim yang akan menjadi bagian penanggung ulang.
 c. penggunaan metode perhitungan cadangan klaim sebagaimana dimaksud
     dalam huruf b, harus dilakukan secara konsisten.

                              Bagian Ketiga
                       Cadangan Teknis Asuransi Jiwa
                                        Pasal 20
 (1) Pembentukan cadangan premi asuransi jiwa termasuk anuitas, harus
     menggunakan metode prospektif, dengan ketentuan besarnya cadangan
     premi dimaksud tidak kurang dari besarnya cadangan premi yang
     dihitung dengan metode prospektif premi neto dengan biaya tahun
     pertama yang diamortisasikan 60 o/oo (enam puluh per seribu) dari uang
     pertanggungan.
 (2) Dalam rangka perhitungan cadangan premi sebagaimana dimaksud
     dalam ayat (1), tingkat bunga yang diterapkan tidak melebihi 10%
     (sepuluh per seratus) untuk pertanggungan dalam mata uang Rupiah dan
     tidak melebihi 5% (lima per seratus) untuk pertanggungan dalam mata
     uang asing.
 (3) Besarnya cadangan premi asuransi jiwa untuk produk atau bagian dan
     produk yang memberikan manfaat berupa akumulasi dana paling sedikit
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
 DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                             - 14 -


    sebesar akumulasi dana tersebut ditambah dengan cadangan premi untuk
    risiko mortalita yang dihadapi.

                            BAB III
             BATAS TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM
                                      Pasal 21
 (1) Risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam
     pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
     Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
     504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan
     Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan PT, terdiri dari :
     a. risiko pengelolaan kekayaan; dan
     b. risiko pengelolaan kewajiban.
 (2) Jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang
     mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan
     dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan batas
     tingkat solvabilitas minimum.
 (3) Perhitungan besarnya batas tingkat solvabilitas minimum sebagaimana
     dimaksud dalam ayat (2) harus dilakukan berdasarkan Pedoman
     Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum sebagaimana dimaksud
     dalam Lampiran I Keputusan ini.

                        BAB IV
        PERIMBANGAN KEKAYAAN DENGAN KEWAJIBAN
                                      Pasal 22
 (1) Perusahaan Asuransi Non PT harus memiliki kekayaan dalam bentuk
     investasi yang telah memenuhi ketentuan mengenai jenis, penilaian, dan
     pembatasan kekayaan yang diperkenankan, paling sedikit sebesar jumlah
     cadangan teknis dan kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri.
 (2) Kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri sebagaimana dimaksud
     dalam ayat (1) merupakan kewajiban pembayaran atas klaim yang telah
     disepakati tetapi belum dibayar dikurangi dengan beban klaim yang
     menjadi bagian dari penanggung ulang.

                                      Pasal 23
 (1) Perusahaan Asuransi Non PT harus menjaga perimbangan kekayaan dan
     kewajiban sesuai dengan tahapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
     huruf a angka 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
     504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan
     Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas.
 (2) Kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi
     ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2),
     Pasal 6, serta Pasal 11 ayat (2) yang penilaiannya didasarkan kepada
     ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 7.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
                DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

                                            - 15 -


                (3) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi semua jenis
                    kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung dan kepada pihak
                    lain.

                                           BAB V
                                        LAPORAN DAN
                                PENGUMUMAN LAPORAN KEUANGAN
                                                     Pasal 24
                Bentuk dan susunan laporan keuangan, pengumuman laporan keuangan,
                serta laporan perkembangan pelaksanaan rencana pemenuhan ketentuan
                tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3),
                Pasal 15 ayat (4), dan Pasal 16 ayat (5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
                504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi
                Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, adalah sebagai berikut:
                a. untuk laporan keuangan Perusahaan Asuransi Non PT, sebagaimana
                     dimaksud dalam Lampiran II Keputusan ini;
                b. untuk pengumuman laporan keuangan Perusahaan Asuransi Non PT,
                     sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Keputusan ini;
                c. untuk laporan perkembangan pelaksanaan rencana pemenuhan ketentuan
                     tingkat kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi Non PT, sebagaimana
                     dimaksud dalam Lampiran IV Keputusan ini.
                                             BAB VI
                                       KETENTUAN PENUTUP
                                             Pasal 25
                Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan ini mulai berlaku pada
                tanggal ditetapkan.

                                        Ditetapkan di Jakarta
                                        pada tanggal 14 Februari 2005

                                        DIREKTUR JENDERAL
                                        LEMBAGA KEUANGAN,
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum                             ttd,-

                                        DARMIN NASUTION
Prasetyo Wahyu Adi S.                   NIP. 130605098
NIP. 060076008

More Related Content

What's hot

Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...
Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...
Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...GLC
 
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifPmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifRidwan Ichsan
 
Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))GLC
 
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...GLC
 
Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...
Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...
Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...GLC
 
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Penataan Ruang
 
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...RepublikaDigital
 
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...GLC
 
Perjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft clean
Perjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft cleanPerjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft clean
Perjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft cleanMeneerGultom
 
Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE SUBSCRIPTION AGREE...
Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE  SUBSCRIPTION AGREE...Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE  SUBSCRIPTION AGREE...
Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE SUBSCRIPTION AGREE...GLC
 
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999ELJUNI EDIN GIRSANG
 
4 notice instruction-final
4 notice instruction-final4 notice instruction-final
4 notice instruction-finalGLC
 
Uu no 42_1999_ttg fidusia
Uu no 42_1999_ttg fidusiaUu no 42_1999_ttg fidusia
Uu no 42_1999_ttg fidusiaBobby D'Arch
 
Perjanjian restrukturisasi hutang glc
Perjanjian restrukturisasi hutang  glcPerjanjian restrukturisasi hutang  glc
Perjanjian restrukturisasi hutang glcGLC
 

What's hot (20)

Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...
Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...
Perjanjian penyerahan bersyarat/ CONDITIONAL ASSIGNMENT AGREEMENT (Beli Perja...
 
Uu 11 1992
Uu 11 1992Uu 11 1992
Uu 11 1992
 
Pp 39 tahun_2008
Pp 39 tahun_2008Pp 39 tahun_2008
Pp 39 tahun_2008
 
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifPmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
 
Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Joint venture-agreement-Eng-IND (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
 
UU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERAUU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERA
 
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
 
Per 02-bl-2008
Per 02-bl-2008Per 02-bl-2008
Per 02-bl-2008
 
Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...
Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...
Contoh Keputusan Sirkuler Pemegang Saham (Shareholder Approval) (Beli Perjanj...
 
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...
Pp08 2007 investasi pemerintahPeraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang I...
 
Permen no.52 th_2012
Permen no.52 th_2012Permen no.52 th_2012
Permen no.52 th_2012
 
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
 
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
 
Perjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft clean
Perjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft cleanPerjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft clean
Perjanjian pemberian dan pengakuan hutang draft clean
 
Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE SUBSCRIPTION AGREE...
Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE  SUBSCRIPTION AGREE...Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE  SUBSCRIPTION AGREE...
Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat / CONDITIONAL SHARE SUBSCRIPTION AGREE...
 
1 pp63 th1999
1 pp63 th19991 pp63 th1999
1 pp63 th1999
 
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
 
4 notice instruction-final
4 notice instruction-final4 notice instruction-final
4 notice instruction-final
 
Uu no 42_1999_ttg fidusia
Uu no 42_1999_ttg fidusiaUu no 42_1999_ttg fidusia
Uu no 42_1999_ttg fidusia
 
Perjanjian restrukturisasi hutang glc
Perjanjian restrukturisasi hutang  glcPerjanjian restrukturisasi hutang  glc
Perjanjian restrukturisasi hutang glc
 

Similar to SK DJLK No. 390 / 2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan Serta Bentuk dan Susunan laporan dan Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan non PT

Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank
Penerbitan Sertifikat Deposito oleh BankPenerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank
Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bankamazzi1
 
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdfPOJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdfdandeeq
 
Bahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdf
Bahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdfBahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdf
Bahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdfRTCDenpasar
 
07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx
07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx
07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptxmimin27
 
2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...
2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...
2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...Ridwan Ichsan
 
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdfregulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdfAndreWibisono4
 
Pbi ttg bpr
Pbi ttg bprPbi ttg bpr
Pbi ttg bpr271065
 
Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019
Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019
Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019Adnanrico
 
Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Dyah Nuryovita
 
Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Dyah Nuryovita
 
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)Hendie Cahya Maladewa
 
Pengakuan biaya akuntansi pajak.pptx
Pengakuan biaya akuntansi pajak.pptxPengakuan biaya akuntansi pajak.pptx
Pengakuan biaya akuntansi pajak.pptxIkaRani1
 
Uu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik
Uu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publikUu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik
Uu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publikdammaputera
 

Similar to SK DJLK No. 390 / 2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan Serta Bentuk dan Susunan laporan dan Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan non PT (20)

Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank
Penerbitan Sertifikat Deposito oleh BankPenerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank
Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank
 
64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per
 
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdfPOJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
 
Bahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdf
Bahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdfBahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdf
Bahan Pemaparan PPSK Klaster Dapen-CFP Sharing.pdf
 
Pp 73 tahun_1992
Pp 73 tahun_1992Pp 73 tahun_1992
Pp 73 tahun_1992
 
07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx
07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx
07b KAP dan PPAP Bank Syariah.pptx
 
2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...
2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...
2 kmk2007 74 tentang penyelenggaran pertanggungan asuransi pada lini usaha as...
 
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdfregulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
 
Uu 24 2002
Uu 24 2002Uu 24 2002
Uu 24 2002
 
Pbi ttg bpr
Pbi ttg bprPbi ttg bpr
Pbi ttg bpr
 
Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019
Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019
Peraturan otoritas jasa keuangan 40 2019
 
Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012
 
Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012
 
Uu 24 2004
Uu 24 2004Uu 24 2004
Uu 24 2004
 
147~PMK.05~2021Per.pdf
147~PMK.05~2021Per.pdf147~PMK.05~2021Per.pdf
147~PMK.05~2021Per.pdf
 
UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN.ppt
UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN.pptUANG DAN LEMBAGA KEUANGAN.ppt
UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN.ppt
 
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
 
satu - Copy.docx
satu - Copy.docxsatu - Copy.docx
satu - Copy.docx
 
Pengakuan biaya akuntansi pajak.pptx
Pengakuan biaya akuntansi pajak.pptxPengakuan biaya akuntansi pajak.pptx
Pengakuan biaya akuntansi pajak.pptx
 
Uu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik
Uu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publikUu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik
Uu no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik
 

More from Ridwan Ichsan

Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)Ridwan Ichsan
 
Cause related marketing - 3 m case
Cause related marketing  - 3 m caseCause related marketing  - 3 m case
Cause related marketing - 3 m caseRidwan Ichsan
 
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseMcDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseRidwan Ichsan
 
Extracting Consumer Surplus
Extracting Consumer SurplusExtracting Consumer Surplus
Extracting Consumer SurplusRidwan Ichsan
 
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JITKerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JITRidwan Ichsan
 
Underwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overviewUnderwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overviewRidwan Ichsan
 
Avn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsementAvn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsementRidwan Ichsan
 
Avn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clauseAvn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clauseRidwan Ichsan
 
Avn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination noticeAvn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination noticeRidwan Ichsan
 
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement Ridwan Ichsan
 
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insuranceAvn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insuranceRidwan Ichsan
 
Avn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clauseAvn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clauseRidwan Ichsan
 
Avn 67 c termination notice
Avn 67 c termination noticeAvn 67 c termination notice
Avn 67 c termination noticeRidwan Ichsan
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull warAvn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull warRidwan Ichsan
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsementAvn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsementRidwan Ichsan
 
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilitiesAvn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilitiesRidwan Ichsan
 
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities Ridwan Ichsan
 
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsementAvn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsementRidwan Ichsan
 
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clausesAvn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clausesRidwan Ichsan
 
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilitiesRidwan Ichsan
 

More from Ridwan Ichsan (20)

Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
 
Cause related marketing - 3 m case
Cause related marketing  - 3 m caseCause related marketing  - 3 m case
Cause related marketing - 3 m case
 
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseMcDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
 
Extracting Consumer Surplus
Extracting Consumer SurplusExtracting Consumer Surplus
Extracting Consumer Surplus
 
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JITKerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
 
Underwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overviewUnderwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overview
 
Avn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsementAvn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsement
 
Avn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clauseAvn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clause
 
Avn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination noticeAvn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination notice
 
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement
 
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insuranceAvn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
 
Avn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clauseAvn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clause
 
Avn 67 c termination notice
Avn 67 c termination noticeAvn 67 c termination notice
Avn 67 c termination notice
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull warAvn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsementAvn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement
 
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilitiesAvn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilities
 
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities
 
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsementAvn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
 
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clausesAvn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
 
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilities
 

Recently uploaded

MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024HelmyTransformasi
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohkhunagnes1
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerHaseebBashir5
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaNovrinKartikaTumbade
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...FORTRESS
 
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppterlyndakasim2
 
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docxMAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docxYogiAJ
 
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaPPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaSukmaWati809736
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxnairaazkia89
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani""Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"HaseebBashir5
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaksmkpelayarandemak1
 
Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11
Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11
Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11Al-ghifari Erik
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxSintaDosi
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................rendisalay
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonusunikbetslotbankmaybank
 

Recently uploaded (20)

MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
 
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
 
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docxMAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
 
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaPPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani""Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
 
Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11
Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11
Capital Asset Priceng Model atau CAPM 11
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
 

SK DJLK No. 390 / 2005 Tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan Serta Bentuk dan Susunan laporan dan Pengumuman Laporan Keuangan Bagi Perusahaan non PT

  • 1. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-390/LK/2005 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN SERTA BENTUK DAN SUSUNAN LAPORAN DAN PENGUMUNAN LAPORAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN ASURANSI NON PT DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN Menimbang : a. bahwa perhitungan tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan; b. bahwa pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi Non PT untuk menyampaikan laporan keuangan triwulanan dan tahunan kepada Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan bentuk dan susunan laporan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan; c. bahwa pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi Non PT untuk mengumumkan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan bentuk dan susunan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan; d. bahwa pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi Non PT untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan rencana pemenuhan ketentuan tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat (5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, harus dilakukan sesuai dengan bentuk dan susunan laporan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, maka perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan tentang Pedoman Perhitungan Tingkat Kesehatan Keuangan serta Bentuk dan Susunan Laporan dan Pengumunan Laporan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Non PT; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3467);
  • 2. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -2- 2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3306) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3861); 3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi; 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan PT; 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tanggal 23 Juni 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN SERTA BENTUK DAN SUSUNAN LAPORAN DAN PENGUMUNAN LAPORAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN ASURANSI NON PT. BAB I KEKAYAAN YANG DIPERKENANKAN Pasal 1 (1) Kekayaan dalam perhitungan tingkat solvabilitas hanya meliputi kekayaan yang diperkenankan yang telah memenuhi ketentuan mengenai jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan. (2) Kekayaan yang diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan Asuransi Non PT, dalam bentuk: a. investasi; b. bukan investasi. Bagian Pertama Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Konvensional Pasal 2 (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT terdiri dari: a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan;
  • 3. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -3- b. saham yang tercatat di bursa efek; c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A- atau yang setara pada saat penempatan; d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. unit penyertaan reksadana; f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; h. pinjaman hipotik; i. pinjaman polis. (2) Jenis kekayaan yang bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT, terdiri dari : a. kas dan bank; b. tagihan premi penutupan langsung: c. tagihan reasuransi; d. tagihan hasil investasi; e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; f. perangkat keras komputer. (3) Peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, Pasal 6 ayat (1) huruf c, dan Pasal 12 huruf b, adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau yang telah memperoleh pengakuan internasional. (4) Dalam hal peringkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diterbitkan oleh lebih dari satu lembaga pemeringkat, maka peringkat yang digunakan adalah peringkat yang paling rendah. Pasal 3 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah sebagai berikut : a. deposito berjangka, berdasarkan nilai nominal; b. sertifikat deposito, berdasarkan nilai tunai; c. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar; d. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar; e. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia, berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia; f. unit penyertaan reksadana, berdasarkan nilai aktiva bersih;
  • 4. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -4- g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), berdasarkan nilai ekuitas; h. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; i. pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman; j. pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman. (2) Penilaian atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah sebagai berikut : a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal; b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan; c. tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan; d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan; e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; f. perangkat keras komputer, berdasarkan nilai buku. Pasal 4 (1) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah sebagai berikut : a. investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; b. investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; c. investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; d. investasi dalam bentuk unit penyertaan reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; e. investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi;
  • 5. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -5- f. investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah investasi; g. investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik, seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi dan memenuhi persyaratan bahwa pinjaman tersebut: 1) diberikan hanya kepada perorangan; 2) dijamin dengan hipotik pertama; 3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari nilai jaminan yang terkecil di antara nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); h. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari nilai tunai polis yang bersangkutan. (2) Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). (3) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT memiliki penempatan investasi di luar negeri, maka jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar batasan adalah jumlah investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditambah dengan jumlah investasi di luar negeri. (4) Pembatasan atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT adalah sebagai berikut : a. tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak: 1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi tunggal; atau 2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan; b. tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran; c. tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak jatuh tempo pembayaran; d. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari jumlah bukan investasi; e. perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 1% (satu per seratus) dari jumlah bukan investasi.
  • 6. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -6- (5) Jumlah bukan investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah nilai seluruh jenis bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). Bagian Kedua Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah Pasal 5 (1) Perusahaan Asuransi Non PT yang menyelenggarakan usaha asuransi dengan Prinsip Syariah dalam bentuk kantor cabang harus melakukan pemisahan kekayaan dan kewajiban usaha asuransi dengan Prinsip Syariah dari kekayaan dan kewajiban usaha asuransi dengan prinsip konvensional. (2) Jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan kantor cabang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengikuti jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan yang berlaku bagi Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah. Pasal 6 (1) Jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah terdiri dari: a. deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; b. saham yang tercatat di bursa efek; c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A- atau yang setara pada saat penempatan; d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. unit penyertaan reksadana; f. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; h. pinjaman hipotik; i. pinjaman polis. (2) Jenis kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah terdiri dari: a. kas dan bank;
  • 7. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -7- b. tagihan premi penutupan langsung: c. tagihan reasuransi; d. tagihan hasil investasi; e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; f. perangkat keras komputer. Pasal 7 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut : a. deposito berjangka, berdasarkan nilai nominal; b. sertifikat deposito, berdasarkan nilai tunai; c. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar; d. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar; e. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia, berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia; f. unit penyertaan reksadana, berdasarkan nilai aktiva bersih; g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), berdasarkan nilai ekuitas; h. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; i. pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman; j. pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman. (2) Penilaian atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal; b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan; c. tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan; d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan; e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai; f. perangkat keras komputer, berdasarkan nilai buku.
  • 8. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -8- Pasal 8 (1) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap Bank, tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; b. investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; c. investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit masing-masing tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; d. investasi dalam bentuk unit penyertaan reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi; e. investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi; f. investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah investasi; g. investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik, seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi dan memenuhi persyaratan bahwa pinjaman tersebut: 1) diberikan hanya kepada perorangan; 2) dijamin dengan hipotik pertama; 3) penghipotikan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 4) besarnya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari nilai jaminan yang terkecil di antara nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); h. investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari nilai tunai polis yang bersangkutan. (2) Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
  • 9. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN -9- (3) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah memiliki penempatan investasi di luar negeri, maka jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar batasan adalah jumlah investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditambah dengan jumlah investasi di luar negeri. (4) Pembatasan atas kekayaan bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b untuk Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: a. tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak lebih dari 1 (satu) bulan dihitung sejak: 1) pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi tunggal; atau 2) jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan; b. tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari 1 (satu) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran; c. tagihan hasil investasi, umurnya tidak lebih dari 1(satu) bulan dihitung sejak jatuh tempo pembayaran; d. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai sendiri, seluruhnya tidak melebihi 80% (delapan puluh per seratus) dari jumlah bukan investasi; e. perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 1% (satu per seratus) dari jumlah bukan investasi. (5) Jumlah bukan investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah nilai seluruh jenis bukan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2). Bagian Ketiga Penempatan Investasi Pada Satu Pihak Pasal 9 (1) Penempatan investasi pada satu pihak tidak melebihi 25 % (dua puluh lima per seratus) dari jumlah investasi, kecuali penempatan pada surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia dan surat berharga yang dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. (2) Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah satu perusahaan, atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan afiliasi satu dengan yang lain. (3) Bagi kantor cabang Syariah dari Perusahaan Asuransi Non PT konvensional, perhitungan pembatasan penempatan investasi pada satu pihak kantor cabang dimaksud dilakukan secara terpisah dari perhitungan pembatasan penempatan pada satu pihak untuk usaha asuransi dengan prinsip konvensional.
  • 10. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN - 10 - Bagian Keempat Penggabungan Badan Usaha Pasal 10 (1) Dalam hal terjadi penggabungan 2 (dua) atau lebih badan hukum tempat Perusahaan Asuransi Non PT melakukan investasi dan jumlah investasi pada badan hukum hasil penggabungan menjadi lebih besar dari batasan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), dan atau Pasal 9 ayat (1), maka kelebihan jumlah investasi tersebut diperlakukan sebagai kekayaan yang diperkenankan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penggabungan. (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menempatkan tambahan investasi pada badan hukum hasil penggabungan selama masa penyesuaian maka ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tidak berlaku dan ketentuan batasan investasi mengacu pada Pasal 4 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), dan atau Pasal 9 ayat (1). Bagian Kelima Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi Pasal 11 (1) Kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi harus dipisahkan pencatatannya dengan kekayaan dan kewajiban yang bersumber dari produk asuransi jiwa lainnya. (2) Penempatan atas kekayaan yang bersumber dari Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam jenis: a. kas dan bank; b. deposito berjangka dan sertifikat deposito, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; c. saham yang tercatat di bursa efek; d. obligasi dan Medium Term Notes; e. unit penyertaan reksadana; f. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. (3) Ketentuan pembatasan penempatan kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan atau Pasal 9 ayat (1) tidak berlaku bagi penempatan kekayaan Produk Asuransi yang Dikaitkan Dengan Investasi.
  • 11. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN - 11 - Bagian Keenam Kekayaan di Luar Negeri Pasal 12 Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT memiliki kekayaan di luar negeri dalam bentuk investasi, kekayaan dimaksud hanya dapat dimiliki dalam jenis: a. saham yang terdaftar di bursa efek; b. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A- atau yang setara pada saat penempatan; c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek). Pasal 13 (1) Investasi dalam bentuk saham, obligasi, dan Medium Term Notes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a dan huruf b merupakan kekayaan di luar negeri apabila emiten atau penerbit surat utang dimaksud merupakan badan hukum asing. (2) Dalam hal suatu badan hukum Indonesia menerbitkan surat utang di luar negeri melalui badan hukum asing yang khusus didirikan dalam rangka penerbitan surat utang dimaksud, maka badan hukum asing tersebut dikategorikan sebagai badan hukum Indonesia. Pasal 14 (1) Penilaian atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 adalah sebagai berikut: a. saham yang tercatat di bursa efek, berdasarkan nilai pasar; b. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar; c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), berdasarkan nilai ekuitas. (2) Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 adalah sebagai berikut : a. saham yang tercatat di bursa efek, untuk setiap emiten tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi; b. obligasi dan Medium Term Notes, untuk masing-masing penerbit tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah investasi; c. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), mengacu pembatasan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e dan Pasal 8 ayat (1) huruf e; d. jumlah seluruh penempatan investasi di luar negeri tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah investasi. Pasal 15 (1) Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dengan prinsip konvensional, jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 12 per tanggal
  • 12. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN - 12 - neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1). (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi Non PT dengan prinsip konvensional memasarkan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi melakukan penempatan investasi di luar negeri atas kekayaan yang bersumber dari produk dimaksud, maka jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) untuk penempatan kekayaan yang bersumber dari Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) kecuali huruf a dan Pasal 12 per tanggal neraca. (3) Bagi Perusahaan Asuransi Non PT dengan Prinsip Syariah atau kantor cabang syariah dari Perusahaan Asuransi Non PT dengan prinsip konvensional, jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) adalah nilai seluruh jenis investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 12 per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1). Bagian Ketujuh Kekayaan Yang Tidak Diperkenankan Pasal 16 Kekayaan Yang Tidak Diperkenankan meliputi: a. Kekayaan yang jenisnya tidak termasuk dalam Pasal 2, Pasal 6, dan Pasal 12; b. Kekayaan yang jumlahnya melebihi ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 9 ayat (1), dan Pasal 14 ayat (2); c. Kekayaan di luar negeri dalam bentuk Kas dan Bank; d. Kekayaan yang dimiliki namun tidak dikuasai, diagunkan, dalam sengketa, atau diblokir oleh pihak yang berwenang. BAB II KEWAJIBAN Bagian Pertama Unsur Kewajiban Pasal 17 Jenis kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat solvabilitas meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung dan kepada pihak lain.
  • 13. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN - 13 - Bagian Kedua Cadangan Teknis Asuransi Kerugian Pasal 18 Besarnya cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan bagi produk asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan ekawarsa, dan asuransi kematian ekawarsa, paling sedikit sebesar: a. 10% (sepuluh per seratus) dari Premi Neto untuk polis dengan masa pertanggungan tidak lebih dari 1 (satu) bulan; dan b. 40% (empat puluh per seratus) dari Premi Neto untuk polis dengan masa pertanggungan lebih dari 1 (satu) bulan. Pasal 19 Pembentukan cadangan klaim bagi produk asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan ekawarsa, dan asuransi kematian ekawarsa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. untuk cadangan atas klaim yang masih dalam proses penyelesaian, dihitung berdasarkan estimasi yang wajar atas klaim yang sudah terjadi dan sudah dilaporkan tetapi masih dalam proses penyelesaian, berikut biaya jasa penilai kerugian asuransi, dikurangi dengan beban klaim yang akan menjadi bagian penanggung ulang; b. untuk cadangan atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan (Incurred But Not Reported atau IBNR), dihitung berdasarkan estimasi yang wajar atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dengan menggunakan metode rasio klaim atau salah satu dari metode segitiga (triangle method), berikut biaya jasa penilai kerugian asuransi, dikurangi dengan beban klaim yang akan menjadi bagian penanggung ulang. c. penggunaan metode perhitungan cadangan klaim sebagaimana dimaksud dalam huruf b, harus dilakukan secara konsisten. Bagian Ketiga Cadangan Teknis Asuransi Jiwa Pasal 20 (1) Pembentukan cadangan premi asuransi jiwa termasuk anuitas, harus menggunakan metode prospektif, dengan ketentuan besarnya cadangan premi dimaksud tidak kurang dari besarnya cadangan premi yang dihitung dengan metode prospektif premi neto dengan biaya tahun pertama yang diamortisasikan 60 o/oo (enam puluh per seribu) dari uang pertanggungan. (2) Dalam rangka perhitungan cadangan premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tingkat bunga yang diterapkan tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) untuk pertanggungan dalam mata uang Rupiah dan tidak melebihi 5% (lima per seratus) untuk pertanggungan dalam mata uang asing. (3) Besarnya cadangan premi asuransi jiwa untuk produk atau bagian dan produk yang memberikan manfaat berupa akumulasi dana paling sedikit
  • 14. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN - 14 - sebesar akumulasi dana tersebut ditambah dengan cadangan premi untuk risiko mortalita yang dihadapi. BAB III BATAS TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM Pasal 21 (1) Risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan PT, terdiri dari : a. risiko pengelolaan kekayaan; dan b. risiko pengelolaan kewajiban. (2) Jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan batas tingkat solvabilitas minimum. (3) Perhitungan besarnya batas tingkat solvabilitas minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dilakukan berdasarkan Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Keputusan ini. BAB IV PERIMBANGAN KEKAYAAN DENGAN KEWAJIBAN Pasal 22 (1) Perusahaan Asuransi Non PT harus memiliki kekayaan dalam bentuk investasi yang telah memenuhi ketentuan mengenai jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan yang diperkenankan, paling sedikit sebesar jumlah cadangan teknis dan kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri. (2) Kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kewajiban pembayaran atas klaim yang telah disepakati tetapi belum dibayar dikurangi dengan beban klaim yang menjadi bagian dari penanggung ulang. Pasal 23 (1) Perusahaan Asuransi Non PT harus menjaga perimbangan kekayaan dan kewajiban sesuai dengan tahapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a angka 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas. (2) Kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6, serta Pasal 11 ayat (2) yang penilaiannya didasarkan kepada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 7.
  • 15. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN - 15 - (3) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung dan kepada pihak lain. BAB V LAPORAN DAN PENGUMUMAN LAPORAN KEUANGAN Pasal 24 Bentuk dan susunan laporan keuangan, pengumuman laporan keuangan, serta laporan perkembangan pelaksanaan rencana pemenuhan ketentuan tingkat kesehatan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3), Pasal 15 ayat (4), dan Pasal 16 ayat (5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 504/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas, adalah sebagai berikut: a. untuk laporan keuangan Perusahaan Asuransi Non PT, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Keputusan ini; b. untuk pengumuman laporan keuangan Perusahaan Asuransi Non PT, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Keputusan ini; c. untuk laporan perkembangan pelaksanaan rencana pemenuhan ketentuan tingkat kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi Non PT, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV Keputusan ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2005 DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN, Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Umum ttd,- DARMIN NASUTION Prasetyo Wahyu Adi S. NIP. 130605098 NIP. 060076008