Makalah bhs. indonesia tentang Fakultas Ilmu Budaya Univ. Andalas
1. Tugas Akhir Semester Bahasa Indonesia
Mengenal Lebih Dekat tentang Fakultas Ilmu Budaya
Penulis : Ridho Pratama Satria
No. Bp : 1410732103
Jurusan : Sastra Inggris
Fakultas : Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Tahun Ajaran 2014
2. 2
Kata Pengantar
Asalamua’laikum Wr. Wb.
Saya sangat bersyukur kehadirat Allah Swt yang telah memberi saya kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini, dan juga Salam tiada henti kita kirimkan kepada Nabi
Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam yang tidak diketahuinya ilmu
pengetahuan sampai sekarang dimasa yang benar-benar sangat berlimpah akan ilmu
pengetahuan ini.
Saya berterimakasih kepada beberapa sumber yang membantu saya untuk menuliskan
makalah ini sebagai bagian dari tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Andalas. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada semua
pihak saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Padang, November 2014
Penyusun
3. 3
Daftar isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Sejarah dan Perkembangan Fakultas Ilmu Budaya........................................ 4
II. Pimpinan Fakultas Ilmu Budaya................................................................... 10
III. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BPM-FIB) .............. 11
IV. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BEM-FIB)................. 12
V. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ................................................................ 13
VI. Himpunan Mahasiswa dan Pimpinan Jurusan Fakultas Ilmu Budaya .......... 14
VII. Aturan bagi Mahasiswa Baru di Fakultas Ilmu Budaya ............................... 15
4. 4
I. Sejarah dan Perkembangan Fakultas Ilmu Budaya
Fakultas Sastra Universitas Andalas mulai dibuka pada tahun akademik 1982/1983.
Lahirnya pemikiran untuk mendirikan fakultas ini merupakan niat yang telah lama dirasakan
oleh para cendekiawan dan pemuka masyarakat Sumatra Barat. Seiring dengan peresmian
Universitas Andalas oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta di Bukittinggi pada tanggal
13 September 1956. Lalu Profesor Bahder Djohan, yang pada waktu menjabat sebagai
Presiden (sekarang disebut Rektor) Universitas Indonesia, dan Buya Hamka selalu
menghangat-hangatkannya dalam berbagai kesempatan dan pertemuan dengan para
cedekiawan, budayawan, dan sastrawan Minangkabau Sumatra Barat. Mereka melihat bahwa
keberadaan Universitas Andalas belum lengkap bila belum memiliki Fakultas Sastra dan
Sosial Budaya, yang akan menggali dan mengembangkan kebudayaan Minangkabau tempat
di mana Universitas Andalas berada.
Drs. Zuber Usman, sastrawan dan budayawan Minangkabau, merupakan yang pertama
kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam
makalah yang dipaparkannya pada seminar “Pembangunan Daerah Sumatera Barat” di
Padang pada tahun 1964. Pandangannya berupa momen seminar itu sangat tepat karena
membicarakan penataan kembali perjalanan sejarah Sumatra Barat yang selama 3 tahun
(1958-1961) menjadi basis Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang
mengakibatkan kemunduran masyarakat Minangkabau. Hal terpentingnya adalah bahwa
seminar itu diadakan dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Andalas ke-8.
Kemudian perbincangan mengenai perlunya didirikan sebuah Fakultas Sastra dan Sosial
Budaya di Universitas Andalas menjadi tema pertemuan cendikiawan Minangkabau.
Dorongan itu semakin kuat setelah dilaksanakan tiga seminar berturut-turut: “Seminar
Hukum Adat dan Harta Pusaka” (1968); “Seminar Sejarah Masuknya Islam di Minangkabau”
(1969); dan “Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau” (1970). Ketiga seminar itu
diprakarsai oleh Center for Minangkabau Studies yang dipimpin oleh Dr. Mochtar Naim,
M.A. Ketiga seminar itu merekomendasikan untuk sesegeranya mendirikan Fakultas Sastra
dan Sosial Budaya di Universitas Andalas.
Tokoh dan cendekiawan Minangkabau merasakan banyak potensi terpendam yang perlu
dikembangkan dari kebudayaan Minangkabau. Hasil kajian tersebut dapat digunakan bagi
kejayaan di masa depan juga adanya paradigma pembangunan Indonesia di bawah
pemerintahan Orde Baru yang lebih mengedepankan pembangunan fisik dan ekonomi,
mengabaikan pembangunan watak dan budaya (character building) juga semakin
memperkuat gagasan untuk membuka Fakultas Sastra dan Sosial Budaya. Eksistensi Fakultas
Sastra dan Sosial Budaya diharapkan dapat menata pembangunan kebudayaan yang agak
terabaikan selama Orde Baru. Pembangunan sumber daya manusia dari aspek kehumanioraan
karena kunci keberhasilan pembangunan secara menyeluruh sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia.
Menyikapi pemikiran para cendikiawan Minangkabau tersebut, maka Rektor Universitas
Andalas, Drs. Mawardi Junus, yang pada waktu itu juga menjabat sebagai Ketua LKAAM
(Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau), memprakarsai untuk mengadakan
“Lokakarya Persiapan Pembukaan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya”. Lokakarya bertempat
di Gedung Tri Arga, Bukittinggi pada tanggal 14-16 Februari 1980. Pertemuan itu disponsori
oleh Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial di Jakarta dan Volkswagen Stiftung, Jerman Barat. Kedua
lembaga itu sangat menaruh perhatian pada perkembangan ilmu-ilmu sosial dan kebudayaan
5. 5
di Indonesia. Jika para sesepuh Minangkabau pada seminar-seminar sebelumnya lebih
menekankan pada pengkajian kebudayaan Minang-kabau yang lebih bersifat internal, maka
lokakarya itu lebih menekankan pada pencapaian kualitas dan prestasi akademik yang setara
dengan fakultas-fakultas serupa di tanah air.
Berdasarkan rekomendasi dari lokakarya tersebut, akhirnya Dirjen Dikti Depdikbud
(Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) menyetujui
rencana pendirian Fakultas Sastra dan Sosial Budaya di Universitas Andalas. Untuk itu, pada
tanggal 7 Maret 1980 Rektor Drs. Mawardi Junus membentuk “Panitia Persiapan Fakultas
Sastra dan Sosial Budaya”. Panitia itu diketuai oleh Dr. Mochtar Naim, M.A., yang pada
waktu itu sedang bertugas di Makasar dan dibantu oleh Drs. Amir Hakim Usman (Profesor
Doktor, alm); Drs. Edwar; Syofyan Thalib, S.H. (sekarang: Profesor Doktor); dan Drs.
Tamsin Medan (alm). Panitia juga dilengkapi dengan 3 orang tenaga sekretariat yaitu
Nurmasni, S.H. (alm), Drs. Yohanes Suyono, dan Drs. Syafruddin Sulaiman (sekarang
kandidat doktor di Universitas Negeri Padang).
Panitia itu kemudian membentuk Tim Penasihat dan Tim Persiapan Sarana Akademis;
Pengadaan dan Pengembangan Tenaga Pengajar; serta Sarana Fisik dan Administrasi.
Perluasan keanggotaan panitia persiapan ditunjang dengan adanya Piagam Kerjasama
Universitas Andalas (Unand) dengan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang.
Piagam itu ditandatangani pada tanggal 19 September 1980 oleh Rektor Unand Drs. Mawardi
Junus dan Rektor IKIP Profesor Jakub Isman (alm.). Kerjasama itu menyepakati bahwa IKIP
(sekarang UNP/Universitas Negeri Padang) yang telah mempunyai banyak dosen senior di
bidang bahasa, sastra, dan sejarah akan membantu proses pembelajaran di Fakultas Sastra dan
Sosial Budaya.
Tahap akhir dari panitia persiapan adalah pembentukan satuan tugas (satgas) masing-
masing program studi. Satgas diberi wewenang untuk menyempurnakan kurikulum yang siap
pakai. Badan ini juga mengurus pengadaan dosen-dosen pengasuh setiap mata kuliah. Bidang
studi sastra diketuai oleh Drs. Amir Hakim Usman, bidang studi sejarah oleh Drs. Amir
Benson, dan bidang studi ilmu sosial oleh Fatimah Rawalis, S.H. Untuk mendapat perhatian
para ahli di dalam dan luar negeri, sebuah Seminar Internasional dengan tema “Kesusastraan,
Kemasyarakatan dan Kebudayaan Minangkabau” diselenggarakan pula pada tanggal 4-8
September 1980. Seminar bertempat di Gedung Tri Arga Bukittinggi. Seminar itu bercorak
internasional karena para peserta berdatangan dari Amerika, Kanada, Australia, Jepang,
Korea, Malaysia, Singapura, Belanda, Perancis, dan Inggris. Peserta dari berbagai daerah dan
perguruan tinggi di Indonesia juga tidak sedikit yang hadir. Seminar itu berhasil
mensosialisasikan pembentukan Fakultas Sastra dan SosialBudaya ke berbagai universitas di
dalam dan luar negeri. Seminar tersebut juga sekaligus meletakkan dasar-dasar kerjasama
antar lembaga secara berkelanjutan. Sejak berdiri, Fakultas Sastra dan Sosial Budaya adalah
fakultas yang sering melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga
terkait baik di dalam maupun luar negeri.
Pada akhirnya, segala upaya untuk membuka Fakultas Sastra mulai terealisasi dengan
dimasukkannya Fakultas Sastra dan Sosial Budaya ke dalam “Buku Panduan Masuk
Perguruan Tinggi Tahun Akademik 1982/1983”, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Program studi yang ditawarkan
saat itu adalah Sejarah Indonesia; Sosiologi; Antropologi; Bahasa dan Sastra Indonesia; dan
Bahasa dan Sastra Inggris. Kelima prodi itu berada dalam tiga jurusan yaitu Ilmu Sejarah,
Ilmu-ilmu Sastra, dan Ilmu-ilmu Sosial. Jurusan Ilmu Sejarah dipimpin oleh Drs. Ishaq
6. 6
Thaher sebagai ketua dan Dra. Erwiza (sekarang Dr.) sebagai sekretaris. Jurusan Ilmu-Ilmu
Sastra dipimpin oleh Drs. Amir Hakim Usman (sekarang Prof. Dr) sebagai ketua dan Drs.
Syafruddin Sulaiman (sekarang: M.Pd), sebagai sekretaris. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
dipimpin oleh Drs. Edwar sebagai ketua dan Rustam Ismael, S.H., sebagai sekretaris. Pada
tanggal 19 Februari 1983, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Prof. Dr. Dodi Tisnaamidjaya
datang ke Padang untuk meresmikan berdirinya Fakultas Sastra dan Ilmu-Ilmu Sosial.
Beberapa bulan kemudian, Fakultas Sastra dan Ilmu-Ilmu Sosial berubah nama menjadi
Fakultas Sastra. Perubahan nama itu merupakan penyesuaian dengan SK Mendikbud No.
0538/O/1983. Konsekwesinya Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan
Antropologi yang merupakan cabang Ilmu Sosial “dititipkan” di Fakultas Sastra dan menjadi
cikal bakal Fakultas Ilmu-ilmu Sosial nantinya. Dengan demikian, pada periode awal, jurusan
yang bernaung di bawah Fakultas Sastra adalah sebagai berikut.
Tabel 1: Program Studi di Fakultas Sastra
No Jurusan Program Studi
1. Ilmu Sejarah Sejarah Indonesia
2. Sosiologi 1. Sosiologi; 2. Antropologi
3. Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Sastra Inggris Bahasa dan Sastra Inggris
5. Sastra Daerah Bahasa dan Sastra Minangkabau
Khusus untuk Jurusan Sastra Daerah dengan Program Studi Bahasa dan Sastra
Minangkabau, karena berbagai keterbatasan yang ada, jurusan ini baru mulai menerima
mahasiswa pada Tahun Akademik 1985/1986. Beberapa mata kuliah yang bernuansa
Minangkabau sudah dimasukkan ke dalam kurikulum Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Sejak mulai berdiri Fakultas Sastra telah menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) yang
pada waktu itu baru pula dilaksanakan di Univeristas Andalas. Sistem ini telah membuka
peluang bagi mahasiswa Fakultas Sastra untuk menamatkan kuliah dalam waktu yang relatif
cepat yaitu 4 tahun. Ini terbukti setelah Fakultas Sastra berhasil meluluskan 8 orang
mahasiswanya pada wisuda II Universitas Andalas bulan Desember 1986. Kedelapan alumni
perdana itu adalah Dra. Nadra (sekarang Prof. Dr.), Drs. Gusti Asnan (sekarang Prof. Dr.),
Drs. Maizufri (sekarang M.S. dan kandidat doktor), Dra. Noviatri (sekarang Magister
Humaniora), Dra. Yusmarni (sekarang Magister of Art. dan kandidat doktor), Drs. M.Yusuf
(sekarang Magister Humaniora), Dra. Marlina Gafari, dan Dra. Yusmaini Syafar. Sampai
wisuda I tahun akademik 2009/2010 yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2010, alumni
Fakultas Sastra sudah berjumlah 2.834 orang. Mereka bekerja di berbagai instansi pemerintah
dan swasta, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagian ada pula yang menjadi dosen di
almamaternya Universitas Andalas; sebagian lain ada yang menjadi dosen di, Universitas
Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Leiden University (Negeri Belanda), UNP, STBA
(Sekolah Tinggi Bahasa Asing) dan Sekolah Tinggi lain di Indonesia.
Sebelum pindah ke Kampus Limau Manis, kampus Fakultas Sastra terletak di Jalan
Situjuh No. 1. Tempat ini sebelumnya merupakan Labor Fisiologi Fakultas Kedokteran yang
direnovasi sedemikian rupa menjadi sebuah “kampus”. Tapi kondisi itu itu mampu
menciptakan suasana akademik bagi segenap civitas akademiknya baik dosen maupun
mahasiswanya, untuk menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang
7. 7
menitikberatkan perhatian dalam bidang sejarah, sosial, sastra, dan budaya. Berbagai
kerjasama dengan berbagai institusi, baik di dalam maupun di luar negeri, dilakukan untuk
menghadirkan para dosen tamu; magang dosen muda; pendidikan dosen; penelitian; dan
pengabdian kepada masyarakat sehingga fakultas ini semakin tumbuh dan berkembang.
Lembaga-lembaga yang telah menjalin kerja sama dengan Fakultas Sastra Universitas
Andalas adalah Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial (YIIS); Universitas Frankfurt & Volkswagen
Stiftung, Jerman Barat; Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); SOAS-University of
London, Inggris; The British Council, Jakarta; AMINEF-FULBRIGHT, Amerika Serikat;
University of Leiden, Belanda; University Malaya, Malaysia; University of South Carolina,
Amerika Serikat; Volunteer in Asia (VIA), Amerika Serikat; The Ohio State University,
Amerika Serikat; Kyoto University, Jepang; University of Kent at Canterbury, Inggris;
Erasmus Huis, Jakarta; NIOD (Nederlands-Indonesisch Oorlog Documentatie) di Negeri
Belanda; Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pemerintah kabupaten dan kota di
Sumatera Barat; Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang; Balai Bahasa Padang;
Museum Adityawarman; Taman Budaya Padang; Arsip Nasional Daerah Sumatra Barat, dan
sebagainya.
Pada tahun 1989 Fakultas Sastra pindah ke kampus baru Unand yang terletak di Bukit
Karamuntiang, Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauah. Fakultas Sastra ialah fakultas
yang pertama pindah ke kampus yang lebih dikenal dengan nama Kampus Limau Manis yang
terletak di atas sebuah bukit dengan pemandangan terbuka ke arah Kota Padang dan Lautan
Hindia serta dilatarbelakangi oleh perbukitan dengan hutannya yang masih hijau. Nuansa
lingkungan seperti ini sangat mendukung kegairahan iklim akademis di Fakultas Sastra dan
timbul persoalan baru yaitu transportasi yang mana Kampus Limau Manis terletak sekitar 15
km dari pusat kota. Kawasan ini tidak dilalui oleh kendaraan umum sehingga menyulitkan
akses ke kampus. Perkuliahan kadang-kadang tidak dapat berlangsung lancar dan semakin
menjadi rumit setelah satu persatu fakultas lainnya di lingkungan Unand mengikuti jejak
Fakultas Sastra pindah ke Kampus Limau Manis. Berbagai upaya telah dilakukan namun,
belum teratasi dengan baik. Akhirnya, pada tahun 2002 Unand memutuskan untuk memiliki
bus kampus sendiri. Upaya ini juga tidak lepas dari masalah. Pengelola bus kota dan sopir
angkutan kota yang beroperasi ke kampus Unand tidak sependapat dengan gagasan Unand
untuk memiliki bus sendiri. Sekarang bus kampus telah berjumlah 33 buah. Jumlah ini belum
memadai untuk melayani lebih dari 21.000 orang mahasiswa Unand.
Sesuai dengan gagasan awal para pendiri Fakultas Sastra, setelah 11 tahun perjalanannya,
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial yang ada dalam Fakultas Sastra dimekarkan pula menjadi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pada tahap awal, fakultas ini memiliki Jurusan
Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan Antropologi. Pada tahun 1993, Prodi
Sosiologi dan Antropologi dijadikan dua jurusan yaitu Sosiologi dan Antropologi. Untuk
melengkapi syarat berdiri sebuah fakultas baru, Jurusan Ilmu Politik dibuka pula sehingga
FISIP tumbuh dan berkembang menjadi fakultas tersendiri. Perjalanan sejarah tampaknya
menobatkan kedua fakultas ini – Fakultas Sastra dan FISIP – menjadi dua fakultas yang
saling memiliki ikatan emosional --- “Adik dan Kakak”.
Perjalanan waktu membuat Fakultas Sastra semakin tumbuh dan berkembang. Pada Tahun
Akademik 2004/2005, dibuka Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang. Pembukaan Jurusan
Sastra Jepang dilakukan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Andalas Nomor:
885/XIII/UNAND-2004. Keputusan Rektor itu keluar setelah ada persetujuan dari Senat
tingkat Fakultas dan Senat Universitas. Sementara menunggu izin Dikti, Program Studi
8. 8
Bahasa dan Sastra Jepang “dititipkan” pada Jurusan Sastra Inggris. Gagasan yang telah
dirancang sejak memasuki abad ke-21 ini dapat direalisir atas bantuan Japan International
Cooperation Agency (JICA). Akhirnya, setelah disetujui oleh Dirjen Dikti Depdiknas maka
sejak tahun 2006 Prodi Bahasa dan Sastra Jepang telah diakui pula menjadi sebuah jurusan di
lingkungan Fakultas Sastra. Pada tahun 2009 pemerintah Jepang memberi bantuan dalam
bentuk Labor Bahasa Jepang.
Sejak tahun akademik 2002/2003, Program Non-Reguler Jurusan Sastra Inggris mulai pula
dibuka. Sejak tahun 2006, Program ini disebut Reguler Mandiri. Dengan demikian, jurusan-
jurusan yang bernaung di bawah Fakultas Sastra adalah sebagai berikut.
Tabel 2: Program Studi di Fakultas Sastra.
No Jurusan Program Studi
1. Ilmu Sejarah Sejarah Indonesia
2. Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia
3. Sastra Inggris Bahasa dan Sastra Inggris
4. Sastra Daerah Bahasa dan Sastra Minangkabau
5. Sastra Jepang Bahasa dan Sastra Jepang
Tabel 3 : Nama-nama Dekan Fakultas Sastra
No Nama Dekan Periode
1. Drs. Abdul Azis Saleh, M.A. (Pjs.) Juli 1982-Des. 1982
2. Drs. Mawardi Yunus (Rektor) (Pjs) Jan.1983-Juli 198
3. Drs. Amir Hakim Usman 1983-1986
4. Prof.Dr. Khaidir Anwar, M.A. (alm.) 1986-1987
5. Prof.Dr. Abdul Azis Saleh, M.A. (alm.) 1987-1991/1991-1994
6. Drs. Ainul Ihsan 1994-1998
7. Drs. Syafruddin Sulaiman 1998-2001
8. Drs. Maizufri, M.S. 2001-2005
9. Dra. Adriyetti Amir, S.U. 2005-2009
10 Prof. Dr. Herwandi, M. Hum. 2009-2013
Terakhir perlu pula disebutkan beberapa tokoh intelektual, cendekiawan dan
budayawan yang ikut membidani dan mengembangkan Fakultas Sastra Unand selama ini.
Beliau-beliau adalah Prof. Dr. Koentjaraningrat, Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. Umar
Yunus, Prof. Dr. Imran Manan, A.A. Navis, Wisran Hadi, Prof. Dr. Mursal Esten, Prof. Dr.
Atar Semi, Dr. Alfian (alm.), Prof. Firdaus Rivai, Drs. .M. Fatchurrahman (alm), Prof. Dr.
Hans Dieter Evers, Prof. Dr. G.A. Persoon, Prof. Dr.K.G. Heider, Bill Watson, dan lain-lain.
Dalam beberapa tahun terahir beberapa ahli datang untuk memberi kuliah umum, pelatihan
metodologi penelitian seperti: Prof. Robert Cribb, Prof. Dr. Frijk Colombijn, Prof. Sohaimi
Abdul Aziz, Prof. Dr. Kamaruzzaman, Prof. Dr. Jefry Hadler, Els Bogart, Dr. Fachri Ali, M.
A, Dr. Dendy Sugono, Dr. Hans Groot, Dr. Kees Groeneboer, Yasraf A. Piliang. Selanjutnya
beberapa pengarang Indonesia datang memberikan kuliah umum dan diskusi: Putu Wijaya,
Ahmad Tohari, Zawawi Imron, Joni Ariadinata, Cecep Zamzami Nur, Hamsad Rangkuti.
9. 9
Selanjutnya sejumlah kegiatan seminar telah dilaksanakan, antara lain: “Indonesia in
Transition” (2004) “Decolonization of Sumatera” (2005), BKS-PTN bidang Bahasa, Sastra
dan Seni (2006), Seminar Geografi Budaya Melayu (kerjasama dengan USM-2007), Seminar
“Pengajaran Bahasa Melayu/Indonesia yang Menyeronokkan” Desember 2008 (kerjasama
dengan “Persatuan Guru Bahasa Melayu Malaysia dan Singapura”, Lokakarya
Pengembangan Tradisi Lisan 2007 (Kerjasama dengan Asosiasi Tradisi Lisan dan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Dalam perkembangan Fakultas Sastra akhirnya berganti nama. Setelah melalui pengkajian
yang mendalam, senat Fakultas Sastra merekomendasikan ke Senat Universitas Andalas
untuk mengubah nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Melalui rapat senat
yang diadakan tanggal 23 Juni 2010, Senat Universitas Andalas mengesahkan perubahan
nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Pada tahun akademik 2010, Fakultas Sastra menjalin kerja sama dengan USM. Wujud
kerja sama itu adalah mendatangkan dosen tamu (Prof. Madya. Dr. Noriah Mohammed) dari
USM ke Fakultas Sastra selama 2 bulan untuk memberikan kuliah di Fakultas Sastra. Di
samping itu, Fakultas Sastra juga menjalin kerja sama dengan Universiti Malaya dalam
bentuk Program Outbound (Pertukaran Mahasiswa) selama tiga minggu.
Dalam negeri, mulai tahun akademik 2010, Universitas Andalas berkerja sama dengan
PTN Wilayah Barat dan FIB salah satu fakultas yang masuk di dalamnya. Tindak lanjut dari
kerja sama itu adalah pengiriman mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas untuk
kuliah di fakultas yang sama selama satu semester. Pada tanggal 7 Maret dapat dikatakan
sebagai titik awal terwujudnya gagasan untuk mendirikan Fakultas Sastra secara legal-formal.
Oleh karena itu dapat pula dipahami mengapa tanggal 7 Maret yang dipilih oleh para pendiri
fakultas ini sebagai hari Dies Natalis Fakultas Sastra. Akan tetapi tahun yang diambil bukan
tahun 1980 melainkan tahun 1982 karena mengacu kepada tahun pertama penerimaan
mahasiswanya. Sekarang Gedung Percetakan dan Penerbitan Universitas Andalas.
Segi kurikulum yang dipakai pada saat ini, secara substansi, kajian bahasa, sastra dan
sejarah pada dasarnya berada di bawah payung ilmu budaya. Bahasa dan sastra adalah salah
satu unsur kebudayaan. Di samping itu, kajian bahasa melalui berbagai bidang linguistik,
kajian kesusasteraan, dan kajian sejarah pada dasarnya adalah kajian tentang kebudayaan
manusia dengan segala aspeknya. Oleh sebab itu, perubahan nama Fakultas Sastra menjadi
Fakultas Ilmu Budaya mewadahi semua bidang kajian yang sesungguhnya sudah ditawarkan
dalam kurikulum yang dipakai saat ini. Penambahan prodi baru di FIB sangat terbuka
sebagaimana yang dicantumkan dalam Renstra Unand 2007-2011. Ini sejalan dengan
Kepmendiknas No. 234/U/2000 tentang syarat-syarat pendirian perguruan tinggi atau prodi
baru.
Jika ditelusuri sejarah perjalanan Fakultas Sastra semenjak berdiri sampai sekarang, dari
hal kerja sama dengan berbagai institusi baik pemerintah maupun swasta, dalam dan luar
negeri, lingkup kerja samanya tidak hanya sebatas bidang SASTRA sebagaimana nama
fakultas, tetapi menjangkau sampai jauh ke ranah-ranah kemanusiaan, kebudayaan, dan
kesejarahan. Dengan demikian, nama Fakultas Ilmu Budaya lebih tepat dipakai sehingga visi,
misi dan tujuan yang diemban oleh fakultas ini cocok dengan nama yang disandangnya.
(Renstra Universitas Andalas 2007-2011, terutama yang berkaitan dengan Tujuan Strategis).
Penamaan Fakultas Ilmu Budaya sudah sejalan pula dengan Renstra Fakultas Sastra 2006-
10. 10
2016. Inti dari Renstra Fakultas Sastra 2006-2016 adalah pengkajian, pengembangan, dan
penerapan ilmu-ilmu budaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kajian yang ditawarkan melalui kurikulum yang tersedia pada ke 5 jurusan yang ada saat
ini sesungguhnya dapat menjawab tuntutan pasar yang semakin meluas. Lulusan FIB
berpeluang untuk dapat diterima pada banyak sektor pekerjaan dan memungkinkan pula
untuk menciptakan berbagai peluang kerja. Namun demikian, penafsiran sempit sebagian
masyarakat terhadap istilah SASTRA dengan pengertian yang dibangun sendiri dalam pikiran
masing-masing cenderung mempersempit gerak dan peluang para lulusan dalam meniti dan
mengembangkan karirnya. Akibatnya, lulusan Fakultas Sastra cenderung dirugikan dalam
berbagai kesempatan. Renstra Universitas Andalas 2007-2011 (Tujuan Strategis, poin (a)
dan (b)).
Pada akhirnya, dengan keluarnya izin prinsip dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
melalui surat Nomor: 816/E/T/2011, dan SK Rektor Universitas Andalas Nomor:
1292/XIII/A/UNAND-2011, perubahan nama Fakultas Sastra Universitas Andalas menjadi
Fakultas Ilmu Budaya telah diresmikan pada tanggal 29 September 2011 oleh Rektor
Universitas Andalas.
II. Pimpinan Fakultas Ilmu Budaya
1.Dekan :
a. Nama : Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan
b. NIP : 196208121988111002
c. NIDN : 0012086203
d. Pangkat : Pembina Utama Madya
e. Gol. : IV/d
2. Wakil Dekan I
a. Nama : Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum
b. NIP : 196310261990031001
c. NIDN : 0026106301
d. Pangkat : Pembina Utama Madya
e. Gol. : IV/d
3. Wakil Dekan II
a. Nama : Dr. Nopriyasman, M.Hum.
b. NIP : 196404021990031001
c. NIDN : 0031126211
d. Pangkat : Pembina Utama Madya
e. Gol. : IV/c
4.Wakil Dekan III
a. Nama : Dr. Hasanuddin,M.Si.
b. NIP : 196803171993031002
c. NIDN : 0017036805
d. Pangkat : Penata Tingkat I
e. Gol. : III/d
11. 11
III. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BPM-FIB)
a. Pengertian :
BPMF adalah wadah kemahasiswaan yang berfungsi sebagai lembaga legislatif di
tingkat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
b. Fungsi BPMF
1. Menyalurkan aspirasi mahasiswa yang dilakukan dalam bentuk menentukan
kebijaksanaan pokok, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan yang
dilaksanakan BEMF.
2. Memberikan saran untuk menumbuhkembangkan sikap mandiri, berani dan
bertanggung jawab.
3. Turut serta mengembangkan dan menumbuhkan budaya dan perilaku ilmiah
c. Tugas BPMF
1. Merancang garis-garis besar haluan organisasi mahasiswa di tingkat Fakultas.
2. Mengawasi, memberikan saran dan menilai kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas.
3. Mengusulkan kepada Dekan peraturan dan ketentuan yang dianggap perlu dalam
bidang kemahasiswaan serta tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Andalas.
4. Melakukan penilaian terhadap pertanggungjawaban kegiatan BEM Fakultas pada
akhir masa tugas dan menyampaikan hasil penilaian pertanggungjawaban tersebut
beserta hasil kerja BPMF kepada Dekan.
d. Kepengurusan BPMF
1. Pengurus BPM terdiri dari Ketua, Ketua I, Ketua II, Ketua Komisi dan Anggota.
2. Anggota BPMF adalah perwakilan masing-masing organisasi kemahasiswaan.
3. Masa kerja kepengurusan adalah 1 (satu) tahun.
4. Seseorang yang menduduki jabatan Ketua BPMF, hanya satu kali masa jabatan.
5. Ketua BPMF dipilih dari/oleh anggota BPMF.
12. 12
e. Persyaratan dan Prosedur Kepengurusan BPMF
a. Persyaratan.
1. Anggota BPMF adalah Hima Jurusan dan UKM
2. Mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi.
3. Dapat bekerjasama dengan berbagai pihak.
4. Mempunyai integritas kepribadian, dan kepemimpinan.
5. Mempunyai indeks prestasi Kumulatif 2,50.
6. Telah mengikuti penataran LKMM tingkat dasar.
7. Duduk pada semester III dan maksimal pada semester VII.
b. Prosedur Pemilihan BPMF
1. Bila sudah habis waktunya pemilihan pengurus BPMF baru dibentuk panitia
pemilihan berdasarkan hasil sidang.
2. Tata cara pemilihan ditetapkan di dalam sidang BPMF
IV. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BEM-FIB)
a. Pengertian BEMF
BEMF adalah wadah kegiatan kemahasiswaan tingkat Fakultas Ilmu Budaya.
b. Fungsi BEMF
a. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan manajemen kegiatan
kemahasiswaan.
b. Turut serta menumbuhkan dan mengembangkan budaya dan perilaku ilmiah.
c. Tugas BEMF
1. Menyusun program kerja secara terperinci sesuai dengan pokok-pokok program
kegiatan mahasiswa yang telah disusun oleh BPMF.
2. Melaksanakan program kerja kegiatan mahasiswa tersebut dengan persetujuan
dekan.
3. Memberikan pertanggungjawaban atas semua pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan dana kepada BPMF.
13. 13
d. Kepengurusan BEMF
1. Pengurus BEMF terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, ketua bidang dan anggota
2. Masa jabatan kepengurusan selama 1 (satu) tahun melalui pemilihan dan ketua
tidak dapat dipilih lagi
3. Pengurus BEMF harus memberikan laporan kepada dekan berupa:
a. Pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan pengguna-an dana setelah s
elesai kegiatan
b. Laporan periodik setiap semester
e. Persyaratan dan Prosedur Kepengurusan BEMF
1. Persyaratan Pengurus BEMF
a. Terdaftar dan aktif sebagai mahasiswa paling kurang semester III dan paling tinggi
semester VII
b. Mempunyai dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap Fakultas dan Universitas
c. Dapat bekerjasama dengan berbagai pihak
d. Mempunyai Indeks Prestasi Komulatif yang baik, sekurang-kurangnya IPK 2,50
e. Mempunyai integritas kepribadian, budi pekerti dan kepemimpinan yang baik
2. Prosedur Pemilihan dan pengurus BEM Fakultas Sastra
a. Ketua BEMF dipilih langsung oleh mahasiswa Fakultas Sastra di dalam Pemilihan
Umum Raya.
b. Keanggotaan kepengurusan BEMF ditentukan oleh Ketua BEMF terpilih.
c. Pengurus BEMF ditetapkan oleh Dekan dengan surat keputusan.
V. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
a. MAPASTRA (Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Ilmu Budaya),
b. UKOS (Unit Kegiatan Olahraga Sastra),
c. Teater Langkah,
d. BSTM (Bengkel Seni Tradisisonal Minangkabau),
e. FSI (Forum Studi Islam),
f. Unit Kegiatan Jurnalistik “Yasmin Akbar”,
g. Sastra Production.
UKM dimaksudkan untuk mengakomodasi minat dan bakat mahasiawa di bidang oleh
raga, kesenian, kepenulisan, dan lain-lain. Dengan terbinya SK Rektor
No. 728/XIV/A/Unand-2007 tentang Student Activities Performance System (SAPS) maka
mahasiswa harus mengikuti salah satu UKM karena kelak, sebagai prasayarat ujian skripsi
seorang mahasiswa harus menunjukkan kredit dari setiap kegiatan yang diikutinya. Kredit itu
diperoleh dari setiap kegiatan ko dan ekstra kurikuler yang diikutinya. Dalam SK tersebut
dijelaskan jenis kegiatan dan nilai kreditnya. Paling tidak, seseorang mahasiswa harus
memperoleh 50 kredit kegiatan yang dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen sah yang
lain. Setiap UKM didampingi seorang atau dua orang pembina yang ditunjuk Fakulta dgn
tugas adalah memberi masukan dan mendampingi kegiatan UKM tersebut.
14. 14
VI. Himpunan Mahasiswa (HIMA) dan Pimpinan Jurusan Fakultas Ilmu Budaya
1. Himpunan Mahasiswa (HIMA)
a. HIMA Jurusan Inggris (EDSA, English Departement Student Asociation),
b. HIMA Jurusan Indonesia,
c. HIMA Jurusan Daerah/Minangkabau, dan
d. HIMA Jurusan Ilmu Sejarah
e. HIMA Jurusan Sastra Jepang.
Jumlah HIMA tersebut sesuai dengan jumlah jurusan yang terdapat di Fakultas Ilmu
Budaya Unand. Kegiatan Hima lebih difokuskan kepada hal yang menunjang keprofesian
atau keilmuan masing-masing Hima Jurusan tersebut.
2. Pimpinan Jurusan di Fakultas Ilmu Budaya
1. Sastra Inggris
Ketua : Dr. Rina Marnita AS., M.A.
Sekretaris : Ayendi, S.S., M.Hum.
2. Sastra Indonesia
Ketua : Dr. Zuriati, M.Hum.
Sekretaris : Ronidin, S.S, M.A.
3. Sejarah
Ketua : Dr. Anatona, M.Hum.
Sekretaris : Witrianto, M.Hum., M.Si.
4. Sastra Daerah
Ketua : Dr. Lindawati, M.Hum.
Sekretaris : Bahren, S.S, M.A.
5. Sastra Jepang
Ketua : Imelda Indah Lestari, S.S., M.Hum.
Sekretaris : Adrianis, SS, M.Hum.
15. 15
VII. Aturan bagi mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Budaya
Bagi alumni ataupun yang masih berkuliah khususnya dari salah satu jurusan FIB, pasti
sangat mengetahui akan hal ini. Tas sarung adalah hal yang sangat mencirikan bahwa mereka
yang mengenakannya adalah mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Budaya, selain itu juga bagi
para laki-laki harus mengenakan celana dasar dan bagi perempuannya harus mengenakan rok.
Lalu bagi mereka yang melanggarnya akan mendapat teguran dari para senior dua tahun
diatas mereka, namun yang saya sangat sesalkan senior dalam menegur kami dengan nada
cukup kasar dan bahkan ada dari senior kamu yang perempuan membawa nada kasar dan
keras saat memberi arahan.
Terlebih lagi bagi saya yang bukan orang minang asli, budaya mambaso atau basa-basi
sangatlah ditekankan sejak bakti fakultas berlangsung yaitu dengan menyapa setiap senior
baik itu panitia ataupun bukan panitia, bagi saya pribadi tak ada salahnya memang namun
yang saya simpulkan disini para senior terlalu memaksa kami. Memaksa akan membuat kami
terbebani dan akan merasa ini salah, apalagi saya orang yang bisa dikatakan cukup pendiam
dan pemalu.Selain itu ada lagi yang mereka tekankan, sering-sering berkunjung ke fakultas.
Nah, inilah yang sangat saya tidak setujui. Harusnya anak-anak baru seperti kami dibebaskan
untuk berkunjung kemana saja kami mau pada tahun awal kami agar kami lebih mengenal
setiap bangunan yang ada di Unand, bahkan saya sangat aneh melihat masih ada senior-senior
yang marah jika kami tak kesana.
Seakan-akan budaya yang ada terbentuk dalam FIB adalah paksaan, senior memaksa kami
sehingga kami terpaksa. Saya sendiri adalah orang yang jarang berkunjung ke fakultas, saya
lebih sering berkunjung keperpustakaan karena disana nyaman dan lebih bermanfaat
dibandingkan membuang waktu ke fakultas hanya untuk berbincang-bincang. Lagi pula,
kebanyakaan dari mahasiswa baru juga masih malu dan takut. Memang akan ada sisi
positifnya jika kita sering atau berbincang-bincang dengan senior, tapi waktu dari senior
sudah ditentukan yaitu sekali dalam seminggu dan jika dijurusan saya tepatnya hari jum’at
setelah mata kuliah Pend. Agama dan mereka tetap saja memaksa untuk kami menemui
mereka terlebih kefakultas.
Dalam kesimpulan saya pikir inilah mengapa anak FIB merupakan anak jago kandang
dengan bukti bahwa banyak dari pengurus UKM tingkat Universitas jarang dari FIB
dikarenakan budaya yang harus mahasiswa baru jalani, saya sendiri tertekan untuk membawa
tas sarung karena pada dasarnya orang tua meniatkan sarung ini untuk penunjang beribadah
saya. Sejujurnya, inilah yang harus dihilangkan. Biarkan mahasiswa-mahasiswa baru untuk
menjalani tahun pertama mereka dengan kebebasan karena melewati kelas tiga SMA,
menjalani Ujian Nasional, dan juga ada sebagian yang mengikuti test tulis SBMPTN 2014
merupakan beban berat yang baru kami lepaskan. Baru saja kami melepas beban tersebut,
senior selalu membebankan kami untuk ini dan itu. Sederhana saja, lalu untuk apa celana-
celana jeans baru kami ini uda-uni? Kalau tak kami kenakan saat perkuliahanan? Budaya itu
bukan untuk dipaksakan, tapi untuk dilestarikan dengan keiklasan bukan dengan teriakan.