Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hasutan kebencian dan upaya yang dapat dilakukan untuk melawan hasutan kebencian.
2. Hasutan kebencian didefinisikan sebagai segala bentuk komunikasi yang didasarkan pada kebencian dan ditujukan untuk memicu diskriminasi dan konflik sosial.
3. Hasutan kebencian berbahaya karena dapat merendahkan martabat
2. Apa Itu Hasutan Kebencian ?
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia. Buku Saku Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech). Hlm. 9. Mendefinisikan
“segala bentuk komunikasi” sehingga hasutan
kebencian tidak hanya disampaikan melalui ujaran
lisan tapi juga melalui tulisan, gambar, video dan
sebagainya
3. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
yang mengartikan hasutan kebencian dengan lebih
luas, yang dirangkum dalam unsur-unsur berikut
Segala bentuk komunikasi, baik langsung maupun
tidak langsung;
Didasarkan pada kebencian atas dasar suku,
agama, kepercayaan, ras, warna kulit, etnis, dan
identitas lainnya;
Ditujukan sebagai hasutan terhadap individu atau
kelompok agar terjadi diskriminasi, kekerasan,
penghilangan nyawa dan konflik sosial;
Dilakukan melalui berbagai sarana.
4. Mengapa Hasutan Kebencian Perlu Dilawan
Hasutan kebencian berbahaya karena:
Merendahkan martabat manusia, hasutan itu bahkan seringkali menyasar
manusia yang sudah rentan dan terpinggirkan;
Menyuburkan prasangka dan diskriminasi, hasutan kebencian bisa
mengakibatkan pengucilan dan diskriminasi;
Dapat memicu kekerasan/kejahatan kebencian, kerugian material dan
korban kekerasan berbasis identitas seringkali lebih besar daripada
kekerasan lainnya;
Dapat memicu konflik, hasutan bisa meluas menjadi konflik antar
kelompok dan paling buruk dapat menyebabkan pemusnahan kelompok
(genosida);
Bertentangan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, karena
hasutan menyalahi persatuan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
5. Beberapa Ketentuan Hukum Mengenai Hasutan
Kebencian
Pasal 20 ayat (2) Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik (Sipol) yang sudah diratifikasi
melalui UU Nomor 12/2005 menyatakan bahwa “segala tindakan yang menganjurkan
kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk
melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan harus dilarang oleh hukum.”
• Pasal 4 B Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Ras dan Etnis yang sudah diratifikasi melalui UU Nomor 4/2008
menyatakan bahwa semua propaganda yang mengobarkan dan menggalakkan
diskriminasi rasial adalah ilegal.
• Pasal 156 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan “Barangsiapa di
depan umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap
suatu atau lebih golongan rakyat Indonesia dihukum dengan hukuman penjara…” dan
“yang dimaksud dengan golongan adalah tiap-tiap bagian dan rakyat Indonesia yang
berbeda satu dengan yang lainnya karena ras, negara asal, agama.”
• Pasal 28 ayat (2) UU Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa “Setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan suku, agama, ras dan antara golongan” dapat dipidana.
6. Ujaran Kebencian dan Pelintiran
Kebencian
“pelintiran kebencian” (hate spin), yakni usaha-usaha
sengaja oleh para pengobar kekencian untuk mengada-
adakan atau merekayasa kebencian (yang sebenarnya
tidak ada).
pelintiran kebencian menggunakan “teknik dengan dua
sisi yang menyatukan ujaran kebencian (hasutan
menggunakan fitnah) dengan ketersinggungan yang
dibuat-buat (pertunjukan kemarahan atas dasar
kebenaran)”.
Tiga negara demokrasi besar di dunia, yaitu Amerika,
India, dan Indonesia di mana praktik yang merancang
penyinggungan dan ketersinggungan sebagai instrumen
dalam politik identitas, mengeksploitasi ruang demokrasi
dan kebebasan berpendapat untuk melecehkan nilai-nilai
yang mereka eksploitasi tersebut.
7. Pelintiran kebencian menjadi strategi politik yang
menggunakan rekayasa ketersinggungan atas nama
agama (atau identitas lain), dengan cara
mengeksploitasi identitas kelompok, untuk
memobilisasi massa pendukung dan menekan
penentang.
Ujaran kebencian, hasutan, dan kekerasan
seringkali dirancang oleh para elit untuk
mengintimidasi para pemilih dan lawan politik.
Ujaran kebencian dapat digunakan sebagai alat
penindasan terhadap perempuan dan kelompok-
kelompok marginal lainnya, melecehkan proses
demokrasi yang bebas, adil, dan inklusif.
8. Strategi yang Bisa Dilakukan
Organisasi Masyarakat Sipil
Lawan ujaran kebencian dengan ujaran anti
kebencian, naratif alternatif, serta pesan pro
persatuan perdamaian di ranah online
Pantau, Kumpulkan, dan Laporkan data
Mobilisasi aktor-aktor influensial dan jaringan
Meningkatkan peran media independen dan
mendukung keberagaman
Tingkatkan kesadaran pemilih dengan sosialisasi
manfaat dan keuntungan toleransi dan kohesi sosial.
10. Memahami Narasi
Narasi atau cerita berperan penting dalam tindakan kita.
Dia mempengaruhi bagaimana kita berpikir dan
seringkali menjadi acuan keputusan dan perilaku kita.
Narasi mengandung potongan-potongan informasi yang
menawarkan interpretasi akan kehidupan dan bermakna
bagi audiensnya.
Melawan narasi hasutan kebencian bukanlah hal yang
mudah. Narasi seringkali tetap bertahan di masyarakat
meskipun tidak didukung dengan data atau fakta.
Stereotipe negatif, prasangka, persepsi, dan nilai di
masyarakat lebih berperan dalam mempertahankan
narasi kebencian.
11. Ada tiga dimensi kunci dalam menyusun
narasi sosial-politik:
Dimensi emosional yang menghubungkan audiens dengan
cerita atau narasinya. Ketakutan, harapan, dan amarah
seringkali menjadi emosi-emosi yang dijual dalam narasi ini.
Misalnya: kami dizholimi
Dimensi spasial yang menempatkan audiens dalam konteks
yang lebih umum masyarakat. Misalnya: hal ini terjadi di
negara kita sekarang! (kondisi mendesak dan kita perlu
menyelamatkan bangsa kita sekarang)
Dimensi temporal menghubungkan asal mula konflik dalam
narasi dengan masa kini dan masa yang akan datang (apa
yang terjadi jika karakter-karakter tersebut melakukan hal
tertentu). Dimensi temporal sangat berhubungan dengan
makna dari narasi itu sendiri. Misalnya: Mereka sudah
menguasai aspek ekonomi sekarang akan menguasai aspek
sosial politik juga!
12. “Penting untuk diingat bahwa seringkali
beberapa atau sebagian besar dari elemen-
elemen ini tidak nampak (implisit).
Kemampuan menganalisis sebuah narasi
sangat penting dalam mengembangkan
kontra narasi atau narasi alternatif.”
13. Kontra Narasi Dan Narasi
Alternatif
Banyak orang yang enggan menanggapi atau tidak mau terlibat
dalam merespon sebuah narasi yang opresif, yang justru
berdampak pada semakin melanggengkan dan “menerima” apa
yang terjadi. Lalu strategi apa yang diperlukan untuk
melemahkan narasi yang menindas? Diperlukan narasi
tandingan, narasi yang menentang, atau narasi baru, kerangka
kerja baru dalam menafsirkan sebuah realitas.
Pilihan (kontra dan/atau alternatif) ditentukan oleh tantangan
khusus yang dihadapi oleh aktivis, pendidik dan komunitas
ketika menghadapai pidato kebencian (online dan offline), dan
tentu saja berdasar narasi “asli” dari sebuah pidato itu sendiri.
Beberapa orang menggunakan kontra narasi sebagai alat
praktis untuk menanggapi suatu hal tertentu atas narasi opresif
di komunitas, sekolah, wilayah, atau ruang online dalam sebuah
momentum dan tempat yang spesifik.
14. Kontra Narasi:
Merebut Ruang Publik
Kontra narasi bertujuan untuk mengungkap dan mendiskreditkan
pesan dengan konten kekerasan. Target kontra narasi adalah:
Mereka yang bersimpati dengan pandangan intoleran atau
ektremis untuk tidak terlibat lebih jauh.
Mereka yang sudah memiliki pandangan ekstremis, mendukung
individu untuk mengubah pandangan dan perilaku mereka.
Tujuan utama kontra narasi jangka pendek adalah menduduki
ruang publik, juga online, seperti memproduksi meme yang
mengejek konten kebencian, atau offline dengan beragam ‘ekspresi
cinta’. Dengan strategi ini, para aktivis dapat menyangkal konten
negatif di masyarakat dan menunjukkan eksistensi gerakan yang
melawan hasutan kebencian.
15. Narasi Alternatif
Narasi alternatif bertujuan untuk menghentikan
hasutan kebencian dengan fokus pada tujuan yang
lebih besar; menguatkan ide-ide dengan tujuan yang
positif, inklusif, dan konstruktif, termasuk bagi
mereka yang memproduksi ujaran dan hasutan
kebencian.
Strategi ini tidak melawan hasutan kebencian secara
langsung, tetapi mempengaruhi debat politik dengan
menawarkan cara-cara alternatif dalam melihat
permasalahan sosial sehingga mengubah kerangka
diskusi yang berlangsung di publilk.
16. Narasi alternatif tidak memfokuskan diri pada satu
kejadian saja, melainkan membangun narasi yang dapat
membuat perubahannya lebih berkelanjutan.
Narasi alternatif juga bertujuan untuk mengambil alih
ruang publik dengan cara membuat narasi alternatif ini
didengar dan berada dalam diskursus publik.
“Kontra narasi dan narasi alternatif saling melengkapi;
aktivis dan pegiat demokrasi pada titik tertentu perlu untuk
beranjak dari respon-respon yang reaktif ke pembangunan
narasi alternatif untuk mempertahankan perubahan yang
mereka sudah lakukan. Di waktu yang sama, gerakan yang
berorientasi jangka panjang tidak bisa menghindari aksi-
aksi reaktif ketika ada fenomena sosial tertentu di
sekitarnya.”
17.
18.
19. Teknik Membuat Kontra Narasi
Langkah 1: Definisikan Tujuan
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memiliki definisi
yang jelas akan target dan tujuan kontra narasi.
Langkah 2: Definisikan Target
Target kontra narasi yang jelas dengan definisi yang baik
dapat membantu dalam tahap-tahap selanjutnya.
Kelompok yang berbeda memiliki sikap, perilaku, cara berpikir, dan
peran yang berbeda dalam menyebarkan kontra narasi hasutan
kebencian. Jika target adalah audiens secara luas, buatlah karakter
fiksi yang cukup merepresentasikan kebutuhan, perilaku, dan
karakteristik audiens.
Penting untuk mencatat bahwa masyarakat memiliki posisi yang
berbeda-beda terkait ujaran kebencian. Diperlukan pendekatan dan
keterampilan yang berbeda-beda pula untuk menyasar mereka.
20. Beberapa peran diantaranya :
Bystander atau Pengamat Pasif
Perlu dilakukan pelatihan dan dialog untuk mengubah sikap pasif menjadi aktif dalam melawan ujaran
kebencian. Peningkatan kesadaran akan partisipasi aktif menjadi hal yang paling mungkin dilakukan kepada
target ini.
Korban
perlu dipersiapkan dengan berbagai strategi untuk melindungi diri mereka dalam menghadapi ekspresi-
ekspresi kebencian.
Pembenci (haters) dan Yang Berpotensi menjadi Pembenci
Mereka mungkin tidak menyadari konten tersebut berbahaya, dapat menyakiti orang lain, atau palsu.
Diperlukan aktivitas atau kampanye yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan untuk memahami
prasangka dan bias, mematahkan prasangka dan bias negative terhadap suatu kelompok, serta tanggung
jawab dalam membuat dan membagikan konten kebencian pada orang lain.
Aktivis
Kampanye melawan hasutan kebencian menganggap semua pengguna internet sebagai pihak yang
berpotensi untuk bergabung dalam kampanye
21. Langkah 3:
Definisikan Konten dan Nada Kontra Narasi
Tahap ini tergantung pada target kontra narasi. Perhatikan bahasa
yang digunakan dan sesuaikan dengan kelompok target. Hindari
istilah akademik jika targetnya anak muda.
Langkah 4:
Pastikan Penggunaan Pendekatan Hak Asasi Manusia
Kontra narasi harus, secara eksplisit,menyebutkan aspek hak asasi
manusia dan bagaimana narasi kebencian melanggar prinsip-prinsip
tersebut. Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang wajib dipenuhi
adalah memanusiakan manusia, mempromosikan solidaritas,
mempromosikan partisipasi, menghimbau dialog antar kelompok dan
budaya, mempromosikan nilai-nilai non diskriminatid dan kesetaraan,
memberdayakan, dan menekankan pentingnya hak asasi manusia
dalam keseharian.
22. Langkah 5: Pilih Media
Secara sederhana dan luas, media dapat dikategorikan
menjadi: media arus utama (televisi, radio, dan Koran),
media berbasis internet (media sosial, website,radio dan
koran online), serta media luring atau offline (mural, poster,
flyer, dan brosur). Setiap media memiliki audiensnya
masing-masing dengan segmen yang berbeda pula. Dalam
tahap ini pemilihan media bukan hanya
mempertimbangkan media mana yang paling mudah
menjangkau target tetapi juga cara untuk mendistribusikan
produk kontra narasi.
23. Langkah 6: Buat Rencana Aksi
Tahap ini menggabungkan seluruh langkah yang ada
dalam fase ini dan membantu kita untuk menentukan
langkah selanjutnya.
Kekuatan Bahasa
“Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
kontra narasi adalah kekuatan bahasa. Bahasa
merefleksikan norma sosial dan asumsi yang ada di
masyarakat. Hal ini penting dalam proses
memproduksi kontra narasi dan narasi alternatif.”