tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
OPTIMASI IKM
1.
2.
3. Latar Belakang
Pembangunan gedung merupakan salah satu unsur penting dalam hal
pengembangan suatu daerah. Pembangunan sebuah gedung harus
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar. Untuk
itu perlu pembangunan gedung yang difungsikan sesuai dengan kebutuhan.
Seiring dengan kebutuhan masyarakat dalam suatu daerah Untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi masyarakat. Pemerintah dapat
membangun sebuah gedung sebagai fasilitas publik, salah satunya dalam
pembangunan Industri yang merupakan salah satu bagian penting untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan kreativitas, inovasi,
serta memberdayakan budaya Industri yang bersumber dari kearifan lokal yang
tumbuh di masyarakat setempat.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut maka
perlu membangun fasilitas publik salah satu contohnya seperti gedung sentra
ikm budaya. Dengan ini diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan
fasilitas yang baik untuk mengembangkan budaya industry yang bersumber dari
kearifan local.
4. Salah satu contohnya pemerintah sudah membangun sebuah gedung
centra Industri Kecil Menengah (IKM) di bangkalan yang berada di akses jalan
suramadu, dengan di bukanya Industri Kecil Menengah (IKM) diharapkan dapat
menjadi daya dorong peningkatan ekonomi di Bangkalan. Gedung yang dibangun
pada tahun 2017 ini yang terletak di Kabupaten Bangkalan saat ini berjumlah 46
kelompok yang terbagi dalam tiga golongan. Yakni golongan usaha kecil
menengah sebanyak 15 IKM, golongan usaha menengah 9 IKM, dan sebanyak
22 IKM golongan usaha mikro atau rumah tangga.
Sempat terbengkalai akibat pengaruh dari covid 19, namun sekarang
dinas perindustrian dan ketenagakerjaan kabupaten bangkalan melanjutkan
pembangunan gedung sentra industri kecil menengah (IKM) ini dengan berbagai
fasilitas tambahan, antara lain gedung produksi dan kreatif, musholla, toilet,
pemasangan paving, taman dan pagar.
Dalam penyusuan laporan magang ini tidak semua item pekerjaan
dihitung dikarenakan waktu yang terbatas, sehingga penyusunan hanya
mengambil beberapa pekerjaan saja, seperti pekerjaan kolom dan pondasi beton
bertulang. Maka dari itu penyusun mencoba mengambil judul “Perencanaan Dan
Pelaksanaan Struktur kolom dan pondasi Beton Bertulang Pada
Pembangunan gedung centra ikm bangkalan”. untuk memperhitungkan
perencanaan pembebanan, perencanaan pendimensian agar konstruksi yang
aman, kuat dan ekonomis dari segi biaya.
5. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perhitungan perencanaan pada struktur kolom?
2. Bagaimana perhitungan perencanaan pada struktur pondasi?
3. Bagaimana metode pelaksanaan yang dilakukan pada proyek
pembangunan gedung produksi di Centra IKM Bangkalan?
6. Tujuan
1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan laporan magang
2. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan perencanaan pada
struktur kolom?.
3. Untuk mengetahui Bagaimana perhitungan perencanaan pada
struktur pondasi?
4. Untuk mengetahui bagaimana metode pelaksanaan yang dilakukan
pada proyek pembangunan gedung produksi di Centra IKM
Bangkalan?
7. 1. Agar mengetahui bagaimana perhitungan perencanaan pada
struktur kolom?.
2. Agar mengetahui Bagaimana perhitungan perencanaan pada
struktur pondasi?
3. Agar mengetahui bagaimana metode pelaksanaan yang
dilakukan pada proyek pembangunan gedung produksi di Centra
IKM Bangkalan?
8.
9. Bangunan gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian
(tempat tinggal), kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. (pasal 1
angka 1 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
gedung).
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencangkup pekerjaan
arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
atau bentuk fisik lain. (pasal 1 angka 3 UU Nomor 18
Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi).
10. Beban mati adalah berat seluruh bahan
konstruksi bangunan gedung yang terpasang
termasuk dinding, lantai, atap, plafon,
tangga, dinding partisi tetap, finisihing,
klading gedung dan komponen arsitektural
dan struktural lainnya serta peralatan layan
terpasang lain termasuk berat keran. Adapun
beban mati pada struktur seperti Tabel 2.1.
11. No Material Berat Keterangan
1 Baja 7850 kg/m3
2 Batu alam 2600 kg/m3
3 Batu belah, batu bulat batu
gunung
1500 kg/m3 Berat tumpuk
4 Batu karang 700 kg/m3 Berat tumpuk
5 Batu pecah 1450 kg/m3
6 Besi tuang 7350 kg/m3
7 Beton 2200 kg/m3
8 Beton bertulang 2400 kg/m3
9 Kayu 1000 kg/m3
10 Kerikil, koral 1650 kg/m3 Kering udara sampai
lembab, tanpa diayak
11 Pasangan bata merah 1700 kg/m3
12 Pasangan batu belah, batu bulat,
batu gunung
2200 kg/m3
13 Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
14 Pasangan batu karang 1450 kg/m3
15 Pasir 1600 kg/m3 Kering udara sampai
lembab
16 Pasir 1800 kg/m3 Jenuh air
17 Pasir kerikil, koral 1850 kg/m3 Kering udara sampai
lembab
18 Tanah lempung dan lanau 1700 kg/m3 kering udara sampai
lembab
19 Tanah, lempung, dan lanau 2000 kg/m3 Basah
20 Timah hitam/ timbel 11400 kg/m3
Tabel 2.1
Beban Mati Bahan Bangunan
12. No Material Berat Keterangan
1 Adukan per cm tebal :
Dari semen
Dari kapur, semen merah/tras
21 kg/m2
17 kg/m2
2 Aspal per cm tebal: 14 kg/m2
3 Dinding pasangan bata merah :
Satu batu
Setengah batu
450 kg/m2
250 kg/m2
4 Dinding pasangan batako :
Berlubang :
Tebal dinding 20 cm (HB20)
Tebal dinding 10 cm (HB10)
Tanpa lubang :
Tebal dinding 15 cm
Tebal dinding 10 cm
200 kg/m2
120 kg/m2
300 kg/m2
200 kg/m2
5 Langit-langit & dinding, terdiri:
Semen asbes (eternit) tebal maks 4mm
Kaca, tebal 3-5 mm
11 kg/m2
10 kg/m2
Termasuk rusuk-rusuk tanpa
penggantung atau pengaku
6 Lantai kayu sederhana dengan balok kayu 40 kg/m2 Tanpa langit-langit, bentang
maks 5 m, beban hidup maks 200
kg/m2
7 Penggantung langi-langit ( kayu) 7 kg/m2 Bentang maks 5m, jarak s.k.s. min
0.80 m
8 Penutup atap genteng 50 kg/m2 Dengan reng dan usuk/ kaso per
m2 bidang atap
9 Penutup atap sirap 40 kg/m2 Dengan reng dan usuk/ kaso per
m2 bidang atap
10 Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) 10 kg/m2 Tanpa usuk
11 Penutup lantai ubin,/cm tebal 24 kg/m2 Ubin semen portland, teraso dan
beton, tanpa adukan
12 Semen asbes gelombang (5mm) 11. g/m2
Tabel 2.2
Beban Mati
Komponen Gedung
13. Beban Hidup
Adalah beban yang besar dan letaknya
dapat berubah. Beban hidup meliputi beban
orang, barang-barang gudang, beban
konstruksi, beban, beban peralatan yang
sedang bekerja, dan sebagainya. Pada PPIUG
1983 beban hidup pada struktur dijelaskan
seperti Tabel 3.2.
14. Penggunaan Berat Keterangan
Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2 Kecuali yang disebut no 2
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana
Gudang-gudang selain untuk toko, pabrik,
bengkel
125 kg/m2
Sekolah, ruang kuliah
Kantor
Toko, toserba,
Restoran
Hotel
Asrama
Rumah sakit
250 kg/m2
Ruang olahraga 400 kg/m2
Ruang dansa 500 kg/m2
Lantai dan balkon dalam dari ruang
pertemuan
400 kg/m2 Masjid, gerja, ruang pagelaran/ rapat,
bioskop dengan tempat duduk tetap
Panggung penonton 500 kg/m2 Tempat duduk tidak tetap/ penonton
yang berdiri
Tangga, borders tangga dan gang 300 kg/m2 No 3
Tangga, bordes tangga dan gang 500 kg/m2 No 4, 5, 6, 7
Ruang pelengkap 250 kg/m2 No 3, 4, 5,, 6, 7
Pabrik, bengkel, gudang
Perpustakaan, r. Arsip, toko buku
400 kg/m2 Minimum
Gedung parkir bertingkat:
Lantai bawah
Lantai tingkat lainnya
800 kg/m2
400 kg/m2
Balkon menjorok bebas keluar 300 kg/m2 Minimum
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG) 1983
15. Berdasarkan SKSNI SNI 1727:2020 dikatakan
bahwa beban yang bekerja pada struktur
harus dikalikan dengan faktor beban :
a) Untuk beban hidup = 1,6
b) Untuk beban mati = 1,2
16. a) 1,4D
b) 1,2D +1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
c) 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
d) 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
e) 0,9D + 1,0W
Keterangan :
D = beban mati
W = beban angin
R = beban air hujan
S = beban pendamping
L = beban hidup
Lr = beban hidup atap
17. Struktur dan komponen struktur didesain agar
mempunyai kekuatan desain di semua
penampang paling sedikit dengan kekuatan perlu
yang dihitung untuk beban dan gaya terfaktor
dalam kombinasi sedemikian rupa seperti di
tetapkan dalam standard ini. Komponen struktur
juga harus memenuhi semua ketentuan standard
yang lainnya untuk menjamin kinerja yang
mencukupi pada tingkat beban layan. Desain
struktur dari komponen struktur menggunakan
kombinasi factor beban dan factor reduksi
kekuatan (SNI 2847-2019 pasal 9.1.1-9.1.3)
18. No Gaya atau elemen struktur ∅ Pengecualian
1 Momen, gaya aksial atau
kombinasi momen dan gayaaksial
0,65 – 0,90 Didekat ujung komponen
pratarik (pretension) dimana
strand belum
sepenuhnya bekerja,
2 Geser 0,75 Persyaratan tambahan
terhadap struktur tahan
gempa
3 Torsi 0,75 -
4 Tumpu (bearing) 0,65 -
5 Zona angkur pascatarik (post-
tension)
0,85 -
6 Bracket dan korbel 0,75 -
7 Strut, ties, zona nodal, dan daerah
tumpuan yang dirancang dengan
strut-and-
Tie
0,75 -
8 Komponen sambungan beton
pracetak terkontrol leleh oleh
elemen baja dalam Tarik
0,90 -
9 Beton polos 0,60 -
10 Angkur dalam elemen beton 0,45 – 0,75 -
Tabel 2.4
Faktor reduksi kekuatan
Sumber SNI 2847:2019
19. Beton merupakan suatu bahan komposit
(campuran) dari beberapa material, yang
bahan utamanya terdiri dari campuran antara
semen, agregat halus, agregat kasar, air dan
atau tanpa bahan tambah lain dengan
perbandingan tertentu. Karena beton
merupakan komposit, maka kualitas beton
sangat tergantung dari kualitas masing-
masing material pembentuk. (Kardiyono
Tjokrodimulyo, 2007)
20. Agar dihasilkan kuat desak beton yang sesuai dengan rencana
diperlukan mix design untuk menentukan jumlah masing-
masing bahan susun yang dibutuhkan. Disamping itu, adukan
beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar
homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi.
Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan
oleh padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut.
Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran beton,
maka semakin tinggi kuat desak beton yang dihasilkan.
21. Beton segar harus dapat dikerjakan atau
dituang.
Beton yang dikerjakan harus cukup kuat
untuk menahan beban dari yang telah
direncanakan.
Beton tersebut harus dibuat secara ekonomis.
(Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007)
22. Semen adalah bahan jadi yang mengeras
dengan adanya air (semen hidrolis) yang
memiliki sifat adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-
fragmen mineral menjadi suatu massa yang
padat.
23. Semen type I : Untuk konstruksi biasa, dimana
tidak diperlukan sifat khusus
Semen type II : Untuk konstruksi biasa, dimana
diinginkan perlawanan terhadap sulfat atau
hidrasi sedang.
Semen type III : Untuk konstruksi dimana
diinginkan cepat mengeras dan kekuatan awal
tinggi.
Semen type IV : Untuk konstruksi dimana
diinginkan panas hidrasi rendah.
Semen type V : Untuk konstruksi dimana
diinginkan daya tahan yang tinggi terhadap
sulfat. (Nurlina,2008)
24. Agregat biasanya menempati sekitar 60% sampai
80% dari volume total beton, maka sifat-sifat
agregat mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perilaku beton yang sudah mengeras.
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa
sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat,
dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi
sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat
berukuran besar.
25. Agregat kasar, meliputi kerikil dan batu
pecah.
Agregat halus, meliputi pasir alami. Agregat
halus adalah bahan yang lolos dari ayakan no.
4 (yaitu lebih kecil dari 3/16 inci atau 5 mm).
Sedangkan agregat kasar adalah bahan yang
ukurannya lebih besar dari agregat halus.
Agregat berbutir bulat memerlukan lebih
sedikit mortar daripada agregat yang
bersudut. (Nurlina, 2008)
26. Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi
reaksi kimiawi dengan semen untuk membasahi
agregat dan untuk melumas campuran agar mudah
pengerjaannya. Pada umumnya air minum dapat
dipakai untuk campuran beton.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi
antara semen dengan air, maka yang menentukan
adalah perbandingan antara air dan semen. Air yang
berlebihan dapat menyebabkan banyaknya
gelembung setelah proses hidrasi selesai, sedangkan
air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya
beton yang dihasilkan akan kurang kekuatannya.
(Nurlina, 2008)
27. Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton
dan baja dimana tulangan baja berfungsi
menyediakan kuat tarik yang tidak dimilki oleh beton.
Tulangan baja juga dapat menahan gaya tekan
sehingga digunakan pada kolom dan pada berbagai
kondisi lain yang akan dijelaskan kemudian.
Hasil kombinasi dari material beton dan batangan
baja sebagai tulangan dalam bentuk beton bertulang,
mengkombinasikan banyak keuntungan dari masing-
masing material seperti : harga yang relatif murah,
daya tahan yang baik terhadap api dan cuaca,
kekuatan tekan yang baik, serta kemampuan yang
istimewa dari beton untuk dibentuk dan kekuatan
tarik yang tinggi serta daktilitas dan keliatan yang
jauh lebih besar dari pada baja.
28. kekuatan beton bertulang untuk perhitungan struktur beton
bertulang ada beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan
suatu penampang sebagai berikut :
Kuat Nominal
Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu
komponen struktur atau penampang yang dihitung
berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan
sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang
sesuai. Pada penampang beton bertulang, nilai kuat nominal
bergantung pada dimensi penampang, jumlah dan letak
tulangan, serta mutu beton dan baja tulangan. Jadi pada
dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan
yang sebenarnya dari keadaan struktur beton bertulang pada
keadaan normal. Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah
hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadaan
struktur beton bertulang pada keadaan normal.
29. Keterangan :
M = Momen
V = Gaya geser
T = Torsi (momen puntir)
P = Gaya aksial (diperoleh dari beban
nominal suatu struktur atau komponen
struktur).
30. Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan
suatu komponen struktur atau penampang
yang diperoleh dari hasil perkalian antara
kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan.
Kuat rencana ini juga dapat ditulis dapat
ditulis dengan simbol Mr, Vr, Tr, dan Pr.
Keterangan sama seperti diatas kecuali P =
diperoleh dari beban rencana yang boleh
bekerja pada suatu struktur atau komponen
struktur.
31. Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu
komponen struktur atau penampang yang diperlukan
untuk menahan beban terfaktor atau momen dan
gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut
dalam kombinasi beban U. Kuat perlu juga bisa
ditulis dengan simbol-simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu.
dengan subscript u diperoleh dari beban terfaktor U.
Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan
kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur),
sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya
luar (di luar struktur) yang bekerja pada struktur,
maka agar perencanaan struktur dapat dijamin
keamanannya harus dipenuhi syarat berikut : Kuat
rencana Rr harus > Kuat perlu Ru.
32. Menurut Suharyanto Indra, Sunarta dalam
jurnalnya (2017) Fondasi adalah suatu bagian
dari konstruksi bangunan yang berfungsi
untuk menempatkan bangunan dan
meneruskan beban yang disalurkan dari
struktur atas ke tanah dasar pondasi yang
cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem
strukturnya.
33. Sebagai kaki bangunan atau alas bangunan.
Sebagai penahan bangunan dan meneruskan beban
dari atas ke dasar tanah yang cukup kuat.
Sebagai penjaga agar kedudukan bangunan tetap stabil
(tetap).
34. Menurut Khairul F. dalam artikelnya (2020)
Pondasi bangunan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam,
tergantung dari letak tanah kerasnya dan
perbandingan kedalamannya kurang atau sama
dengan lebar pondasi (D≤ 𝐵) dan dapat digunakan
jika lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan
permukaan tanah.
35. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika
lapisan tanah keras berada jauh dari
permukaan tanah. Pondasi dapat digolongkan
berdasarkan kemungkinan besar beban yang
harus dipikul oleh pondasi.
36. Dangkal Pondasi dangkal adalah pondasi
yang mendukung beban secara langsung.
Pondasi dangkal disebut pondasi langsung,
pondasi ini digunakan apabila lapisan tanah
pada dasar pondasi yang mampu mendukung
beban yang dilimpahkan terletak tidak dalam
(berada relatif dekat dengan permukaan
tanah).
37. Pondasi telapak
Pondasi telapak adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam
mendukung kolom bangunan. Pondasi ini mendukung secara langsung
pada tanah bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dengan
kualitas baik yang mampu mendukung bangunan itu pada permukaan
tanah atau sedikit dibawah permukaan tanah. Pondasi telapak
umumnya berbentuk bujur sangka atau persegi Panjang seperti pada
Gambar 2.1
38. Pondasi menerus atau lajur
Pondasi menerus atau lajur biasa digunakan untuk
pondasi dinding, terutama digunakan pada bangunan atau
rumah tinggal tidak bertingkat. Seluruh beban atap atau beban
bangunan umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan
ketanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan
seperti dalam Gambar 2.2
39. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi menerus
beban bangunan ke tanah keras atau batu yang
terletak jauh dari permukaan muka tanah asli.
Beberapa alas an umum terkait pemilihan pondasi
dalam adalah beban desain sangat besar dan tanah
yang buruk pada kedalaman dangkal
40. Pondasi Tiang
Pondasi tiang digunakan bila tanah
pondasi pada kedalaman yang normal tidak
mampu mendukung bebannya dan tanah
kerasnya terletak pada kedalaman yang
sangat dalam. Pada pondasi tiang umumnya
digunakan untuk bangunan bertingkat
41. Pondasi strauss
Pondasi strauss atau mini bor pile
merupakan pondasi yang pekerjaan
pembuatannya dengan cara tanah dibor secara
manual atau penggerak mata bornya digerakkan
oleh tenaga manusia. Pondasi ini digunakan bila
tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman
yang relative dalam. Kedalaman berkisar antara 2
– 6 m. Ukurannya berkisar antara diameter 20-
40 cm. Di atasnya terdapat blok beton/poer
untuk mengikat kolom dengan sloof, seperti
dalam Gambar 2.3.
42.
43. Perencanaan dan perhitungan daya dukung pondasi
tiang berdasarkan data sondir Perhitungan pondasi Strauss
pile di lapangan menggunakan data sondir atau cone
penetration test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan
berperan dari geoteknik. CPT atau sondir merupakan tes
yang cepat, sederhana, ekonomis, dan tes sondir dapat
dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus
dari permukaan tanah dasar. CPT atau sondir dapat juga
mengklasifikasikan lapisan tanah dan dapat
memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah.
Didalam perencanaan pondasi strauss, data tanah sangat
diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
(bearing capacity) tiang sebelum pembanguan dimulai,
guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari
pondasi tiang.
44. Menentukan dimensi strauss.
Menetukan daya dukung pondasi (QU) (Buku Meyerhof, 1976)
Qu =
𝑄𝐶 𝑋 𝐴
3
+ 𝐽𝐻𝑃 𝑥 𝑘𝑒𝑙.𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛
𝐽𝐻𝑃 𝑋 𝐾𝑒𝑙.𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛
5
(2.01)
dengan,
◦ Menentukan daya dukung kelompok tiang
𝐸𝑔 = 1 – Ø (
(n−1).m+(m−1).m
90.𝑛.𝑚
)
(2.02)
Kontrol kebutuhan tiang
QKel Tiang = Ntiang x Qu x Eg
Qkel Tiang > Pu (Aman)
45. Jika dimensi/penampang pondasi
ditentukan oleh gaya aksial/berat bangunan
yang dipikul masing-masing kolom, maka
penulangan pondasi ditentukan oleh gaya
momen dan gaya geser yang bekerja pada
pondasi tersebut.