1. Laptop dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis IT asalkan kurikulum dan filosofi belajarnya mendukung pendekatan mandiri siswa dan interaksi yang tidak terbatas ruang dan waktu.
2. Tanpa laptop pun pembelajaran IT dapat dilakukan asalkan tersedia jaringan internet dan perangkat pendukung lainnya seperti laboratorium komputer.
3. Keputusan sekolah mengenai kewajiban siswa membawa laptop perlu mempertimb
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
The Classroom Is Flat
1. The Classroom is Flat
oleh Rendra Prihandono, Kepala SMP YPPI 2 Surabaya
e-mail: principal.smpyppi2@yahoo.com atau rendra_prihandono@yahoo.com
blog: http://smpyppi2sby.wordpress.com
alamat sekolah: Dharmahusada Indah Barat VI no. 1 Surabaya
alamat rumah: Kutisari Utara 2D no. 4 Surabaya
Telepon sekolah: 031-5934151 (sekaligus fax)
HP: 0819.380.26857
Fleksi rumah: 031-70785547
Menarik membaca keluhan salah seorang teman di Pasuruan yang miris dengan
kebijakan sebuah SMK jurusan TI yang mewajibkan calon siswa untuk membawa laptop
dalam proses pembelajaran karena amanat kurikulumnya. Sangat wajar bila teman ini
miris dengan pewajiban tersebut karena harga laptop walau sekarang sudah jauh lebih
terjangkau oleh masyarakat daripada lima tahun yang lalu. Yang menjadi masalah adalah
betapapun terjangkaunya harga laptop tersebut, namun orang tua calon siswa sudah
dibebani pula dengan biaya pra-pendidikan yang umumnya sekarang ini makin melangit.
Pendek kata, memasukkan anak ke sekolah di era ini sangat menguras dana dan memberi
beban sangat berat bagi orang tua.
Maka muncullah pertanyaan tentang kegunaan laptop dikaitkan dengan kurikulum
berbasis IT tersebut. Apakah sedemikian perlunya menggunakan laptop dalam
pembelajaran berbasis IT? Apakah sejumlah komputer berjaringan di laboratorium
komputer tidak cukup? Apakah bukan cuma sekedar gengsi, agar terlihat di masyarakat
bahwa sekolah tersebut berkualitas?
Menurut hemat kami, sebelum menjawab berbagai tudingan di atas maka korelasi
penggunaan laptop dan pembelajaran berbasis IT perlu diluruskan lebih dulu. Inti dari
sebuah konsep e-learning adalah adanya sebuah e-interaction (interaksi berbasis maya)
dan e-transaction (transaksi berbasis maya). Berarti, hambatan-hambatan yang terjadi
dalam interaksi dan transaksi antar individu atau komunitas yang terjadi di dunia fisik
bisa diminimalisasi dengan adanya alternatif hubungan di dunia maya. Jarak sudah bukan
lagi masalah dengan adanya konektivitas internet. Personalisasi komunikasi juga makin
bisa diefektifkan dengan berbagai media maya, e-mail pribadi, chatting services semisal
Yahoo Messenger. Biaya komunikasi bisa ditekan dengan telepon berbasis VoIP. Atau
massalisasi komunikasi yang lebih efisien dengan mailing list. Penggunaan kertas dan
biaya penyimpanan serta pengiriman dokumen yang makin tidak murah bisa
diminimalisasi karena dengan adanya konektivitas internet yang menjadikan konsep
pengiriman dan penyimpanan menjadi paperless.
Dalam pembelajaran, konektivitas internet dan maksimalisasi software pendukung
yang ada meminimalisasi hambatan-hambatan dalam pencarian dan pengoalahan
informasi. Buku teks bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Internet sudah bisa menjadi
alternatif selain media informasi berbasis kertas, semisal koran, majalah, tabloid, atau
periodicals macam National Geographic. Pembelajaran juga semakin interaktif karena
adanya media-media semisal YouTube, Flickr. Pengemukaan gagasan pribadi semakin
terjamin publisitasnya karena anda bisa habis-habisan menuliskannya di weblog atau
Blog. Untuk gambaran lebih detail tentang bagaimana internet merevolusi gaya belajar
dan berkomunikasi kita di dunia, silakan membaca “The World is Flat” karya Thomas L.
2. Friedman (2006) yang saat ini sudah diterjemahkan dan dijual bebas di toko buku
Metropolis.
Lalu, apakah tanpa laptop semua di atas itu tidak bisa dilakukan? Jawabannya, bisa.
Internet bisa dilakukan asal ada jaringan di lokasi Anda. Yang perlu dicatat, kecanggihan
penyediaan akses sudah sampai pada taraf outdoor, dengan adanya WiFi (wireless
fidelity). Sehingga Anda tidak perlu terpaku di satu titik lokasi hanya untuk mengakses
internet. Karena itu, alat pendukungnya juga tidak harus terpaku di satu titik lokasi
semisal komputer PC di laboratorium komputer. Dalam hal inilah laptop itu kemudian
menjadi penting. Mobilitas individu tidak menghalanginya untuk berinteraksi dan
bertransaksi di dunia maya dengan adanya laptop.
Kesimpulannya, untuk menjawab urgensi penggunaan laptop di sekolah perlu
dikembalikan kepada pertanyaan mendasar, seperti apakah kurikulum dan filosofi belajar
di sekolah yang bersangkutan. Bila masih menggunakan pendekatan kelas fisik secara
total dan berpusat pada guru (teacher-centered) dengan kegiatan belajar outdoor sangat
minim dan tidak terintegrasi, kami rasa penggunaan laptop hanyalah upaya mengangkat
gengsi dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang tua siswa dan masyarakat saja.
Namun, bila kurikulum dan filosofi belajarnya berbasis riset, inquiry, mengutamakan
pengembangan berpikir kritis siswa serta berpijak pada kemandirian siswa dalam belajar,
maka penggunaan laptop adalah alternatif yang sangat baik. Mobilitas siswa dalam
belajar mandiri akan terakomodasi. Interaksi dan transaksi antar siswa, guru dan pihak-
pihak lain yang terkait dalam siklus belajar siswa tidak lagi terkendala batasan fisik
bahkan jarak dan waktu! The classroom is flat (kelas adalah datar, bukan lagi ruang
berdinding empat sisi yang membatasi siswa untuk belajar di dalamnya). Kami berharap
ini bisa memberikan sedikit pelurusan paradigma bagi semua pihak. Selamat mencoba!