DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
Ragam aksara nusantara
1. RAGAM AKSARA NUSANTARA
27-03-2014 02:19
Aksara Nusantara merupakan beragam aksara atau tulisan yang digunakan di Nusantara untuk secara
khusus menuliskan bahasa daerah tertentu. Walaupun Abjad Arab dan Alfabet Latin juga seringkali
digunakan untuk menuliskan bahasa daerah, istilah Aksara Nusantara seringkali dikaitkan dengan aksara
hasil inkulturisasi kebudayaan India sebelum berkembangnya Agama Islam di Nusantara dan sebelum
kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di Nusantara. Berbagai macam media tulis dan alat tulis digunakan
untuk menuliskan Aksara Nusantara. Media tulis untuk prasasti antara lain meliputi batu, kayu, tanduk
hewan, lempengan emas, lempengan perak, tempengan tembaga, dan lempengan perunggu; tulisan dibuat
dengan alat tulis berupa pahat. Media tulis untuk naskah antara lain meliputi daun lontar, daun nipah,
janur kelapa, bilah bambu, kulit kayu, kertas lokal, kertas impor, dan kain; tulisan dibuat dengan alat tulis
berupa pisau atau pena dan tinta.
Dibawah ini akan ane share wawasan tentang ragam Aksara daerah yang ada di Nusantara, bersumber
dari Wikipedia dan picnya dari google.
Spoiler for Aksara Jawa:
Aksara Jawa, dikenal juga sebagai Hanacaraka dan Carakan
adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa
daerah Indonesia lainnya seperti bahasa Sunda dan bahasa Sasak[2] Tulisan ini berkerabat dekat dengan aksara
Bali.
Dalam sehari-hari, penggunaan aksara Jawa umum digantikan dengan huruf Latin yang pertama kali dikenalkan
Belanda pada abad ke-19. Aksara Jawa resmi dimasukkan dalam Unicode versi 5.2 sejak 2009. Meskipun begitu,
kompleksitas aksara Jawa hanya dapat ditampilkan dalam program dengan teknologi Graphite SIL, seperti browser
Firefox dan beberapa prosesor kata open source, sehingga penggunaannya tidak semudah huruf Latin. Kesulitan
penggunaan aksara Jawa dalam media digital merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang populernya
aksara tersebut selain di kalangan preservasionis.
Ciri-Ciri :
Aksara Jawa adalah sistem tulisan Abugida yang ditulis dari kiri ke kanan. Setiap aksara di dalamnya
melambangkan suatu suku kata dengan vokal /a/ atau / /, yang dapat ditentukan dari posisi aksara di dalam kataɔ
tersebut. Penulisan aksara Jawa dilakukan tanpa spasi (scriptio continua)[3], dan karena itu pembaca harus paham
dengan teks bacaan untuk dapat membedakan tiap kata. Selain itu, dibanding dengan alfabet Latin, aksara Jawa
juga kekurangan tanda baca dasar, seperi titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru, dan tanda hubung.
Aksara Jawa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Aksara dasar terdiri dari 20 suku kata yang
digunakan untuk menulis bahasa Jawa modern, sementara jenis lain meliputi aksara suara, tanda baca[4], dan
angka Jawa[2]. Setiap suku kata dalam aksara Jawa memiliki dua bentuk, yang disebut nglegena (aksara
telanjang), dan pasangan (ini adalah bentuk subskrip yang digunakan untuk menulis gugus konsonan).
Kebanyakan aksara selain aksara dasar merupakan konsonan teraspirasi atau retrofleks yang digunakan dalam
bahasa Jawa Kuno karena dipengaruhi bahasa Sanskerta. Selama perkembangan bahasa dan aksara Jawa, huruf-
huruf ini kehilangan representasi suara aslinya dan berubah fungsi.
Sejumlah tanda diakritik yang disebut sandhangan berfungsi untuk mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad
Arab), menambahkan konsonan akhir, dan menandakan ejaan asing[3]. Beberapa tanda diakritik dapat digunakan
bersama-sama, namun tidak semua kombinasi diperbolehkan.
Spoiler for Pic Aksara Jawa:
2. Spoiler for Aksara Lampung:
Aksara Lampung (Lampung: Had Lampung) adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara
Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti
dalam Huruf Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah pada baris atas dan tanda-tanda kasrah pada baris
bawah, tetapi tidak menggunakan tanda dammah pada baris depan, melainkan menggunakan tanda di belakang, di
mana masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Had Lampung dipengaruhi dua unsur, yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk
kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu, aksara Sunda, dan aksara Lontara. Had Lampung
terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambang, angka dan
tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah Kaganga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf
Induk berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih
kompleks, sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang
diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.
Penggunaan :
Pada masa silam, gadis-gadis asli Lampung memiliki kemampuan memikat lawan jenisnya. Memang (mantra-
mantra) pengasih ini ditorehkan dalam Aksara Lampung kaganga di atas media kulit kayu. Aksara Lampung juga
digunakan untuk menulis surat, hukum, surat resmi untuk mengesahkan hak kepemilikan tanah tradisional, mantra,
sihir, guna-guna,cara sesajian, petuah-petuah, syarat menjadi pemimpin, obat-obatan, hingga syair mistik Islam.
Ada pula syair percintaan, yang dikenal sebagai bandung atau hiwang. Media penulisan selain kulit kayu, juga
menggunakan bilah bambu,daun lontar, dalung (kepingan logam), kulit hewan, tanduk kerbau, dan batu. Syair
percintaan yang berbentuk dialog ditulis pada keping atau lembar bambu —disebut gelumpai— diikat jadi satu
dengan tali melalui lubang di ujung satu serta diberi nomor berdasarkan urutan abjad. Ada pula yang
menorehkannya pada tabung bambu dan kulit kayu berlipat.
Karya-karya ilmiah tentang bahasa dan aksara Lampung semuanya memakai “ra” untuk menuliskan huruf atau
fonem ke-16 aksara Lampung. Gelar (adok) dan nama tempat harus dituliskan dengan ejaan ra, meski dibaca
mendekati bunyi kha/gha, misalnya Pangiran Raja Purba, Batin Sempurna Jaya, Radin Surya Marga, Minak
Perbasa, Kimas Putera, Marga Pertiwi. Penulisan “radu rua rani mak ratong” merupakan ejaan baku, sedangkan
penulisan “khadu khua khani mak khatong” tidaklah baku.
Sementara itu, penelitian ilmiah tentang bahasa dan aksara Lampung dipelopori oleh Prof. Dr. Herman
Neubronner van der Tuuk melalui artikel “Een Vergelijkende Woordenlijst van Lampongsche Tongvallen” dalam
jurnal ilmiah Tijdschrift Bataviaasch Genootschap (TBG), volume 17, 1869, hal. 569-575, serta artikel “Het
Lampongsch en Zijne Tongvallen”, dalam TBG, volume 18, 1872, hal. 118-156, kemudian diikuti oleh penelitian
Prof. Dr. Charles Adrian van Ophuijsen melalui artikel “Lampongsche Dwerghertverhalen” dalam jurnal
Bijdragen Koninklijk Instituut (BKI), volume 46, 1896, hal. 109-142. Juga Dr. Oscar Louis Helfrich pada 1891
menerbitkan kamus Lampongsch-Hollandsche Woordenlijst. Lalu ada tesis Ph.D. dari Dale Franklin Walker pada
Universitas Cornell, Amerika Serikat, yang berjudul A Grammar of the Lampung Language (1973).
Menurut Prof. C.A. van Ophuijsen, bahasa Lampung tergolong bahasa tua dalam rumpun Melayu-Austronesia,
sebab masih banyak melestarikan kosakata Austronesia purba, seperti: apui, bah, balak, bingi, buok, heni, hirung,
hulu, ina, ipon, iwa, luh, pedom, pira, pitu, telu, tuha, tutung, siwa, walu, dsb. Prof. H.N. van der Tuuk meneliti
kekerabatan bahasa Lampung dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Bahasa Lampung dan bahasa Sunda
memiliki kata awi (bambu), bahasa Lampung dan bahasa Sumbawa memiliki kata punti (pisang), bahasa Lampung
3. dan bahasa Batak memiliki kata bulung (daun). Hal ini membuktikan bahwa bahasa-bahasa Nusantara memang
satu rumpun, yaitu rumpun Austronesia yang meliputi kawasan dari Madagaskar sampai pulau-pulau di Pasifik.
Saat ini, Penggunaan Aksara Lampung tidak seumum penggunaan Huruf Latin. Ulun Lampung sendiri lebih
banyak menggunakan Huruf Latin untuk menulis Bahasa Lampung. Oleh kaum muda, Penggunaan Aksara
Lampung biasanya dipakai untuk menulis hal yang bersifat pribadi seperti buku harian dan surat cinta. Selain itu,
tidak sedikit yang menulis Bahasa Indonesia dengan menggunakan Aksara Lampung.
Penggunaan Aksara Lampung bisa kita lihat pada penulisan nama jalan di Provinsi Lampung. Selain itu,
penggunaan Aksara Lampung juga bisa kita lihat pada logo Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Provinsi Lampung.
Spoiler for Pic Aksara Lampung:
Spoiler for Aksara Sunda Baku:
Aksara Sunda Baku merupakan sistem penulisan hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuna yang digunakan untuk
menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan istilah Aksara
Sunda.
Latar Belakang & Sejarah :
Setidaknya sejak Abad IV masyarakat Sunda telah lama mengenal aksara untuk menuliskan bahasa yang mereka
gunakan. Namun demikian pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk
meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuna yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang
berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuna dalam tradisi tulis
masyarakat Sunda.
Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan
C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan
naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuna. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya,
pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas
masyarakat Sunda. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996
tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh
Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
Pada tanggal 21 Oktober 1997 diadakan Lokakarya Aksara Sunda di Kampus UNPAD Jatinangor yang
diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya
pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor
343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai
Aksara Sunda Baku.
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan di kepada umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan
daerah yang diadakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama Museum Sri
Baduga, Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga
diambil oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama
jalan-jalan utama di kota tersebut.
Namun demikian, setidaknya hingga akhir tahun 2007 Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Barat belum juga
mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk
mempelajari Bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran
jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan Bahasa Sunda. Dinas Pendidikan Nasional Provinsi
Lampung dan Provinsi Jawa Tengah telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah
Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.
Spoiler for Pic Aksara Sunda:
4. Spoiler for AKsara Bali:
Aksara Bali, dikenal juga sebagai hanacaraka, adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang berkembang di
Bali, Indonesia. Aksara ini umum digunakan untuk menulis bahasa Bali dan bahasa Sansekerta. Dengan sedikit
perubahan, aksara ini juga digunakan untuk menulis bahasa Sasak yang digunakan di Lombok. Aksara ini
berkerabat dekat dengan dengan aksara Jawa.
Aksara Bali masih diajarkan di sekolah-sekolah Bali sebagai muatan lokal, namun penggunaannya terbatas pada
lingkup yang sempit. Dalam penggunaan sehari-hari, sebagian besar aksara Bali telah tergantikan dengan huruf
Latin.
Ciri :
Aksara Bali adalah sebuah abugida. Tiap hurufnya merepresentasikan sebuah suku kata dengan vokal /a/ atau /ə/ di
akhir kata yang dapat diubah dengan penggunaan tanda baca. Aksara ditulis tanpa spasi (scriptio continua).
Aksara Bali memiliki 47 huruf. Bahasa Bali murni dapat ditulis dengan 18 huruf konsonan dan 7 vokal saja,
sementara terjemahan Sansekerta atau kata serapan dari bahasa Sansekerta dan Kawi menggunakan keseluruhan
set huruf. Huruf untuk menulis bahasa Sansekerta dan Kawi ini umum diucapkan setara dengan padanan Bali-nya,
walau dalam bahasa Sansekerta huruf-huruf tersebut merepresentasikan bunyi yang berbeda. Semisal pengucapan
vokal panjang seringkali dibaca pendek, karena bahasa Bali tidak membedakan arti kata dari panjang vokal.
Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad Arab), menambahkan konsonan akhir, dan
menandakan ejaan asing. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, namun tidak semua kombinasi
diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, titik dua, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-
bagian teks. Notasi musik ditulis dengan simbol mirip-huruf dengan tanda baca untuk informasi metrik.
Terdapat pula sejumlah huruf suci yang disebut modre. Kebanyakan darinya dibentuk dengan menambahkan tanda
baca ulu candra pada huruf tertentu. Beberapa modre unik masih dipelajari dan kemungkinan diproposalkan
sebagai aksara Bali tambahan di masa mendatang.
Spoiler for Pic Aksara Bali:
5. Pandangan TS : Lestarikan serta tumbuh kembangkan pusaka tata bahasa dan tulisan di berbagai wilayah
di Nusantara
Dipersilahkan bagi bradah & sistah jika ada yang ingin menambahkan pustaka aksara daerah lainnya
Dan....
Ane gak akan menolak jika dari thread ini agan2 melempar dengan , cukup terbantu jika ada memberi
, akan bahagia jika banyak yang coment membangun dan pada alhirnya ane berterimakasih untuk
6. semua respon yang diberikan oleh agan2 semua
TAMBAHAN DARI AGAN2 PEMERHATI BUDAYA
Quote:Original Posted By Nehan87 ►
Nih gan ane tambahin dari aksara Lontara' (Bugis - Makassar)
Spoiler for Lontara Bugis Makassar:
Quote:Original Posted By anyoha ►
Hai agan-agan semuanya. Akhirnya ada juga yang ngebahas.
(Ane terharu biru)
Ane bermaksud menambahkan (sambil belajar pula tentunya)
1. Aksara Batak (Wilayah Tapanuli, Sumatera Utara)
• Spoiler for Batak Toba:
7. • Spoiler for Batak Karo:
• Spoiler for Batak Simalungun:
• Spoiler for Batak Pakpak/Dairi:
2. Aksara Re(d)jang atau Surat Ulu (Wilayah Provinsi Bengkulu & Sumatera Selatan)
Spoiler for Surat Ulu:
8. 3. Aksara Iban atau Aksara Dunging (Wilayah Kalimantan Barat, Indonesia; Serawak, Malaysia; dan Brunei
Darussalam
Spoiler for Aksara Dunging:
4.
Aksara Malesung atau Minahasa (Wilayah Minahasa, Sulawesi Utara)
Spoiler for Aksara Minahasa:
Demikian tambahan dari ane, gan. Sepengetahuan ane semua aksara berhubungan antara satu dengan lainnya
dikarenakan berasal dari akar yang sama, yaitu Palawa.
Ada beberapa pengecualian misal aksara Iban dan aksara Malesung yang keduanya lebih ke arah logogram. Namun
kekerabatan antarbahasa tetap ada karena berada di lingkup bahasa-bahasa Austronesia, yang terbagi lagi atas
keluarga bahasa-bahasa Melayo-Polynesian (Fay Wouk and Malcolm Ross (ed.), The history and typology of western
Austronesian voice systems. Australian National University, 2002.).
Terima kasih
* Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam pemberian informasi harap dikoreksi.
Quote:Original Posted By anyoha ►
Terima kasih agan Justape telah menaruh di pejwan. Ane sendiri masih harus banyak belajar, gan.
(http://omniglot.com/writing/ciacia.htm & http://en.wikipedia.org/wiki/Cia-Cia_language).
Berikut adalah penampakannya.
Spoiler for Konsonan:
9. Spoiler for Vokal:
Aksara Minangkabau
Spoiler for Aksara Minang (Ref.: http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau):
Spoiler for Bukti kedua aksara Minang (http://sasdaminangkabau.wordpress.co...A0minangkabau/):
Spoiler for Aksara Minang (http://aswilnazir.com/2010/03/29/hur...i-minangkabau/):
10. Aksara Dunging (Iban)
Mengenai keterangan aksara Dunging (Dayak Iban) ane pernah bahas di tautan berikut, gan:
http://www.kaskus.co.id/thread/52f4e...-suku-dayak/24
Aksara Malesung
Begitu pula dengan aksara Malesung (Minahasa), ada kawan-kawan kaskuser yang membahas di tautan berikut:
http://www.kaskus.co.id/post/52f7021...ca1788068b48b1
Bonus, gan (aksara Lontara di Leiden, Belanda)