Dokumen tersebut membahas tentang kodifikasi hadis Nabi pada masa dinasti Bani Abbas, khususnya pada masa Al-Makmun sampai Al-Muktadir (sekitar 201-300 H). Pada masa ini dilakukan penyaringan dan pemisahan antara sabda Rasulullah dengan fatwa sahabat dan tabi'in. Kaidah-kaidah juga dibuat untuk menentukan status keabsahan hadis. Beberapa kitab hadis utama juga mulai ditulis pada periode ini
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptx
perkembangan hadis pasca kodifisa
2. KELOMPOK IV
Nama:
Muhammad Agus Fauzan Adzim A (933202416)
Muhammad Agus Faisal (933202216)
M.Alif Mahmudin (933200416)
Madina Ilma Liana (933203016)
Arbaah Al Samarkandi (933202116)
Kurnia Nasution (933200916)
Dzuriyatul Jannah (933201616)
3. codification yaitu mengumpulkan dan menyusun
Secara istilah kodifikasi adalah penghimpunan,
penulisan, dan pembukuan hadis Nabi atas
perintah resmi dari penguasa negara (khalifah)
bukan dilakukan atas inisiatif perorangan atau
untuk keperluan pribadi. Kodifikasi ini bertujuan
untuk menjaga hadis Nabi dari kepunahan dan
kehilangan baik dikarenakan banyaknya periwayat
penghafal hadis yang meninggal maupun karena
adanya hadis-hadis palsu yang dapat
mengacaubalaukan keberadaan hadis-hadis Nabi.
4. Pada masa ini kodifikasi dilakukan
dengan cara seleksi atau penyaringan
hadis. Kodifikasi ini terjadi ketika
pemerintahan dipegang oleh dinasti
Bani Abbas, khususnya pada masa Al-
Makmun sampai dengan Al-
Muktadir(sekitartahun 201-300 H).
5. Pada abad ketiga Hijriah ini merupakan masa penyaringan
dan pemisah antara sabda Rasulullah dengan fatwa sahabat
dan tabi’in.Masa penyeleksian ini terjadi pada zaman Bani
Abbasyiyah, yakni al-Ma’mun sampai al-Muktadir (sekitar
tahun 201-300 H). Pada saat ini pula mulai dibuat kaidah-
kaidah dan syarat-syarat untuk menentukan apakah suatu
hadis itu sahih atau dho’if. Para periwayat juga tidak luput
dari sasaran penelitian mereka untuk diteliti kejujuran,
kekuatan hafalan, dan lain sebagainya. Para ulama hanya
menulis dan mengumpulkan hadis-hadis Nabi lengkap
dengan sanadnya,yang kemudian kitab-kitab hadis hasil
karya mereka disebut Musnad.
6. Al-Jami’ Ash-Shahih li Al-Bukhari (194-256 H)
Al-Jami’ Ash-Shahih li Muslim bin Al-Hajjaj Al-
Qusyayri (204-261 H)
Sunan An-Nasa’i li Ahmad ibn Syu’aib al-Khurasani al-
Nasa’i (215-303 H)
Sunan Abu Dawud li Abu Dawud Sulayman ibn al-
Asy’ast al-Sijintani (202-276 H)
Jami’ At-Tirmidzi li Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn
Surah al-Turmudzi (209-269 H)
Sunan Ibn Majah Al-Qazwini li ‘Abd Allah ibn
Muhammad ibn Yazid ibn’Abd Allah al-Qazwini (209-
276 H)
7. Musnad Abu Dawud Sulaiman bin Dawud Ath-
thayalisi (w.204 H).
Musnad Abu Bakar Abdullah bin Az-Zubair Al-
Humaidi (w.219 H).
Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal (w. 211 H).
Musnad Abu Bakar Ahmad bin Amar Al-Bazzar (w.
204 H).
Musnad Abi Ya’la Ahmad bin Ali Al-Mutsanna Al-
Mushili (w. 307 H).
8. Kalau abad pertama, kedua, dan ketiga, hadis
berturut-turut mengalami masa periwayatan,
penulisan, pembukuan, serta penyaringan dari
fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, yang sistem
pengumpulannya didasarkan pada pencarian
sendiri, maka pada abad keempat dan seterusnya
digunakan metode yang berlainan. Demikian pula,
para ulama yang terlibat pada sebelum abad
keempat disebut ulama mutaqaddimun dan ulama
yang terlibat dalam kodifikasi hadis pada abad
keempat dan seterusnya disebut ulama
mutaakhirun.