SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
Kemantapan Lereng Batuan                                                                              Ir. Karyono M.T.


                         KEMANTAPAN LERENG BATUAN

Penelitian terhadap kemantapan suatu lereng harus dilakukan bila longsoran lereng yang
mungkin terjadi akan menimbulkan akibat yang merusak dan menimbulkan bencana.
Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak dan penahan yang ada pada lereng tersebut.
Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang mengakibatkan lereng longsor. Sedangkan gaya penahan
adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahannya
lebih besar dari gaya penggerak, maka lereng tersebut dalam keadaan mantap. Kemantapan suatu
lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk Faktor Keamanan (F) dengan persamaan sebagai
berikut :


   F = gaya penahan / gaya penggerak .............................................................. (1-1)


1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng Batuan
    Kemantapan lereng pada lereng batuan selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
    geometri lereng, struktur geologi, kondisi air tanah, sifat fisik dan mekanik batuan serta
    gaya-gaya yang bekerja pada lereng.
    a. Geometri Lereng
        Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin
        besar kemitingan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapannya semakin kecil.
    b. Struktur Batuan
        Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang
        sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah
        dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
    c. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
        Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi (density),
        porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi dan sudut geser
        dalam merupakan sifat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.
            Bobot Isi
            Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang
            longsor. Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang
            menyebabkan lereng longsor akan semakin besar. Dengan demikian, kemantapan
            lereng tersebut semakin berkurang.

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                                                        Ir. Karyono M.T.

           Porositas
           Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
           demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan
           lereng.
           Kandungan Air
           Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi besar
           juga. Dengan demikian kuat geser batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga
           kemantapannya pun berkurang.
           Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
           τ = c + (σ + µ) tg φ .............................................................................. (1−2)
           Dimana :
           τ    = kuat geser batuan (ton/m2)
           c    = kohesi (ton/m2)
           σ = tegangan normal (ton/m2)
           µ = tekanan air pori (ton/m2)
           φ = sudut geser dalam (derajat)
           Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Kuat Geser
           Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined
           compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength).
           Batuan yang mempunyai kekuatan besar, akan lebih mantap.
           Kohesi dan Sudut Geser Dalam
           Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan
           semakin besar juga. Dengan demikian akan lebih mantap.
           Pengaruh Gaya
           Biasanya gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng antara
           lain : getaran alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan, gempa
           bumi dll. Semua gaya-gaya tersebut akan memperbesar tegangan geser sehingga
           dapat mengakibatkan kelongsoran pada lereng.


2. Klasifikasi Longsoran Batuan
   Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi empat macam,
   yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), longsoran guling
   (toppling failure) dan longsoran busur (circular failure).

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                         Ir. Karyono M.T.

   a. Longsoran Bidang
       Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang
       luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar maupun
       bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah (Gambar
       2.1):
           Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum 200) dengan
           arah lereng.
           Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus muncul di muka
           lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari kemiringan
           lereng.
           Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
           Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran




                                             Gambar 2.1
                                           Longsoran Bidang



Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                         Ir. Karyono M.T.

   b. Longsoran Baji
       Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah
       yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih
       besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.
       (Gambar 2.2)




                                              Gambar 2.2
                                            Longsoran Baji

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                        Ir. Karyono M.T.

   c. Longsoran Guling
       Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya
       berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya. Hoek & Bray (1981), telah membuat
       grafik yang dapat memberikan gambaran kapan terjadinya longsoran tersebut (Gambar
       2.3). Dari gambar tersebut dapat diartikan : Jika ψ > φ dan b/h < Tan φ, maka balok akan
       meluncur dan mengguling. Jika ψ < φ dan b/h > Tan φ, maka balok akan langsung
       mengguling.




                                              Gambar 2.3
                                   Posisi Balok Pada Longsoran Guling




Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                         Ir. Karyono M.T.

   d. Longsoran Busur
       Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material tanah atau batuan yang
       lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi bila batuan mempunyai pelapukan yang
       tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat, sehingga batuan tersebut akan mempunyai
       sifat seperti tanah. (Gambar 2.4).




                                              Gambar 2.4
                                            Longsoran Busur


3. Analisis Kemantapan Lereng
   Kemantapan lereng suatu batuan dapat dianalisis dengan metode grafis (stereografis), analisis
   vektor dan metode Hoek & Bray. Pada tulisan ini yang akan di bahas adalah metode grafis
   dan metode Hoek & Bray.
   a. Metode Grafis
       Metode grafis yaitu metode yang digunakan untuk menentukan arah dan jenis longsoran
       yang mungkin terjadi, berdasarkan data geologi yang ada. Dalam analisis ini batuan
       ditinjau mempunyai bidang-bidang diskontinu seperti bidang perlapisan, sesar, kekar.
       Hubungan antara orientasi bidang-bidang lemah dengan jenis-jenis longsoran. (Gambar
       3.1. dan 3.2.). Dengan cara ini dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya longsoran
       pada batuan.




Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                             Ir. Karyono M.T.




                                              Gambar 3.1.
                                      Jenis Longsoran & Stereoplot




Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                                  Ir. Karyono M.T.




                                                  Gambar 3.2.
         Informasi struktur geologi dan evaluasi jenis longsoran yang mungkin terjadi dari suatu rentana
                                               tambang open pit


   b. Metode Hoek & Bray
       Metode Hoek & Bray dapat digunakan untuk menganalisis keempat macam longsoran
       pada lereng batuan.
           Longsoran Bidang


Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                       Ir. Karyono M.T.

           Dalam menganalisis longsoran bidang dengan metode Hoek & Bray, suatu lereng
           ditinjau dalam dua dimensi dengan anggapan :
           ♦ Semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi.
           ♦ Terdapat rekahan tarik tegak (vertikal) yang terisi air sampai kedalaman Zw.
              Rekahan tarik ini dapat terletak pada muka lereng maupun di atas lereng (Gambar
              3.3).
           ♦ Gaya W (berat blok yang menggelincir), U (gaya angkat oleh air) dan V (gaya
              tekan air mendatar di rekahan tarik) bekerja di titik pusat blok. Sehingga
              diasumsikan tidak ada momen penyebab rotasi.
           ♦ Kuat geser (τ) pada bidang lemah adalah τ=c + σtanφ, dimana c = kohesi dan φ =
              sudut geser dalam.




                                               Gambar 3.3.
                              Geometri Longsoran Bidang Dengan Rekahan Tarik




Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                                 Ir. Karyono M.T.

           Persamaan yang digunakan untuk menentukan faktor keamanan adalah sebagai
           berikut :
           F = {cA + (Wcosψp-U-Vsinψp)tanφ}/{Wsinψp+Vcosψp}.................. (3-1)
           Dimana :
           A = panjang bidang luncur = (H-z)cosecψp
           U = ½ γwzw(H-z)cosecψp
           V = ½ γwzw2
           W = ½ H2{(1-(z/H)2)cotψp-cotψf}, rekahan tarik di belakang crest lereng.
                = ½ H2{(1-(z/H)2)cotψp(cotψptanψf-1)}, rekahan tarik di muka lereng.
           Bila lereng batuan tersebut berada di daerah rawan gempa dan percepatan yang
           ditimbulkan dimodelkan menjadi gaya statis αW, maka perhitungan faktor keamanan
           dapat dilakukan dengan memasukkan pengaruh gempa dengan cara memodifikasi
           persamaan (3-1) menjadi sebagai berikut :


           F = cA + {(W(cosψp-αsinψp) – U - Vsinψp)tanφ}/ ........................ (3-2)
                          W(sinψp+αcosψp)+Vcosψp}


           Longsoran Baji
           Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis
           perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanannya dapat dihitung dengan
           persamaan sebagai berikut :
           F = {(3/γH)(cAX+cBY)}+{A-(γw/2γ)X}tanφA+{B-(γw/2γ)Y}tanφB ................. (3-3)
           Dimana :
           cA dan cB    = kohesi bidang lemah A dan B
           φA dan φB    = sudut geser dalam bidang lemah A dan B
           γ            = bobot isi batuan
           γw           = bobot isi air
           H            = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (Gambar 3.4)
           X            = sinθ24/(sinθ45sinθ2.na)
           Y            = sinθ13/(sinθ35sinθ1.nb)
           A            = (cosψa-cosψbcosθna.nb)/(sinψ5sin2θna.nb)
           B            = (cosψb-cosψacosθna.nb)/(sinψ5sin2θna.nb)


Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                              Ir. Karyono M.T.

           ψa dan ψb       = dip bidang lemah A dan B
           ψ5              = plunge dari garis potong kedua bidang lemah
           θna.nb          = sudut perpotongan kedua bidang lemah
           θ1.nb           = sudut antara bidang lemah A dengan garis perpotongan bidang lemah
                             A dan muka lereng.
           θ2.na           = sudut antara bidang lemah B dengan garis perpotongan bidang lemah
                             B dan muka lereng.
           θ24, dsb        = sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti
                             terlihat pada Gambar 3.5.




                                                   Gambar 3.4.
                   Geometri Baji Untuk Analisis Kemantapan Dengan Memperhitungkan Kohesi dan Air



Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                                                        Ir. Karyono M.T.




                                                               Gambar 3.5.
                                                   Stereoplot Data Longsoran Baji


           Jika tahanan bidang longsorannya tidak terdapat kohesi, maka penentuan faktor
           keamanannya dapat menggunakan persamaan berikut ini :
           F = (sinβ/sin ½ξ)(tanφ/tanψi) .............................................................. (3-4)
           Sudut β, ξ dan ψi ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.


           Longsoran Guling
           Asumsi yang digunakan adalah longsoran guling yang terjadi mempunyai n buah blok
           berbentuk teratur dengan lebar ∆x dan tinggi yn (Gambar 3.6). Penomoran blok
           dimulai dari bawah (toe) ke atas. Sudut kemiringan lereng adalah θ dan kemiringan
           muka atas lereng adalah θu, sedangkan dip dari bidang-bidang lemah adalah 90-α.
           Undak-undakan yang terjadi (akibat longsoran) berbentuk teratur dan mempunyai
           kemiringan b. Konstanta a1, a2 dab b (Gambar 3.6) selanjutnya dapat dihitung dengan
           persamaan sebagai berikut :
           a1 = ∆x.tan(θ-α)
           a2 = ∆x.tan(α-θu)
           b    = ∆x.tan(β-α)................................................................................ (3-5)


Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                                            Ir. Karyono M.T.

           Tinggi blok ke-n (yn) dihitung dengan persamaan berikut ini :
           yn = n(a1-b)        (untuk blok dari crest ke bawah)
              = yn-1-a2-b      (untuk blok di atas crest) ....................................... (3-6)




                                                       Gambar 3.6.
                            Model Longsoran Guling Untuk Analisis Kesetimbangan Batas


           Berdasarkan model pada Gambar 3.6, terlihat ada tiga grup blok yang mempunyai
           tingkat kemantapan berbeda, yaitu :
           ♦ Satu set blok yang akan tergelincir (di daerah toe)
           ♦ Satu set blok yang mantap (di daerah atas)
           ♦ Satu set blok yang akan terguling (di daerah tengah)




Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                            Ir. Karyono M.T.




                                                Gambar 3.7.
                  Kondisi Kesetimbangan Batas Blok Ke-n yang Akan Terguling dan Tergelincir


           Selanjutnya, kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja di setiap blok ditunjukkan pada
           Gambar 3.7. Dari gambar tersebut terlihat bahwa gaya-gaya yang bekerja di dasar
           blok ke-n adalah Rn dan Sn, sedangkan gaya-gaya yang bekerja di interface (dengan
           blok terdekat) adalah Pn, Qn, Pn-1 dan Qn-1. Konstanta Mn, Ln dan Kn yang
           terdapat pada gambar tersebut dihitung sebagai berikut :
           ♦ Untuk blok di bawah crest lereng       : Mn = yn; Ln = yn-a1; Kn = 0
           ♦ Untuk blok tepat di crest lereng       : Mn = yn-a2; Ln = yn-a1; Kn = 0
           ♦ Untuk blok di atas crest lereng        : Mn = yn-a2; Ln = yn; Kn = 0

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                                                  Ir. Karyono M.T.

           Sementara untuk gaya-gaya Qn, Qn-1, Rn dan Sn dihitung dengan persamaan berikut ini :
           Qn        = Pntanφ
           Qn-1      = Pn-1tanφ
           Rn        = Wncosα+(Pn-Pn-1)tanφ
           Sn        = Wnsinα+(Pn-Pn-1) ............................................................... (3-7)
           Dimana Wn = yn.∆x
           Sedangkan untuk gaya-gaya Pn dan Pn-1, perhitungannya dibedakan untuk blok yang
           terguling dan blok yang tergelincir.
           ♦ Untuk blok ke-n yang terguling, dicirikan dengan yn/∆x >cotα. bila φ>α, maka :
                Pn-1,t       = {Pn(Mn-∆x.tanφ)+(Wn/2)(ynsinα-∆xcosα)}/Ln ......... (3-8)
                Pn           = 0 (untuk blok teratas dari set blok yang terguling)
                             = Pn-1,t (untuk blok terguling dibawahnya)
                Untuk kontrol lebih lanjut bisa dilihat bahwa pada blok ini harga Rn>0 dan | Sn | <
                Rn tanφ.
           ♦ Untuk blok ke-n yang tergelincir, dicirikan dengan Sn=Rntanφ, maka :
                Pn-1,s        = Pn-{Wn(tanφcosα-sinα)}/(1-tan2φ)........................ (3-9)
                Pn            = Pn-1,t (untuk blok teratas dari set blok yang tergelincir)
                              = Pn-1,s (untuk blok tergelincir dibawahnya, disini akan terlihat Pn-
                                   1,t>Pn-1,s)

           Perhitungan di atas dilakukan dengan mengambil φ>α, dengan memperhatikan blok
           no. 1 (toe) :
           ♦ Jika P0>0, maka lereng berada pada dalam kondisi tidak mantap untuk nilai φ
                yang diasumsikan. Oleh karena itu disarankan untuk mengulang perhitungan
                dengan meningkatkan nilai φ.
           ♦ Jika P0<0, maka disarankan untuk mengulang perhitungan dengan menurunkan
                nilai φ, karena hal ini tidak mungkin.
           ♦ Jika P0> tetapi cukup kecil, maka lereng berada dalam kondisi setimbang untuk
                nilai φ yang diasumsikan.
                P0 adalah merupakan gaya yang menahan balok no 1.
           Longsoran Busur
           Metoda yang banyak digunakan untuk menganalisa longsoran ini adalah metoda
           Fellnius dan metoda Bishop. Namun untuk keperluan praktis, Hoek & Bray (1983),

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                          Ir. Karyono M.T.

           telah menuangkan dalam bentuk diagram. Cara ini merupakan cara yang sangat
           mudah, cepat dan hasilnya masih dapat dipertanggungjawabkan. Asumsi yang
           digunakan :
           ♦ Jenis tanah/batuan, dalam hal ini tanah/batuan dianggap homogen dan kontinyu.
           ♦ Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
           ♦ Tinggi permukaan air tanah pada lereng.
           Hoek & Bray membuat lima buah diagram untuk masing-masih kondisi air tanah
           tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh.
           Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.8.) :
           Langkah 1 : Dengan gambar geometri lereng yang telah dibuat, tentukan kondisi
                           air tanah yang ada dan sesuaikan dengan Gambar 3.9. Pilih yang
                           paling tepat atau mendekati.
           Langkah 2 : Hitung angka c/(gHtanf), kemudian cocokan angka tersebut pada
                           lingkaran terluar dari diagram (chart) yang dipilih.
           Langkah 3 : Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai
                           memotong kurva yang menunjukkan kemiringan.
           Langkah 4 : Dari titik pada langkah 3, kemudian ditarik ke kiri dan ke bawah untuk
                           mencari angka tanf/F dan c/(gHF).
           Langkah 5 : Hitung faktor keamanan (F) dari kedua angka yang diperoleh dari
                           langkah 4 dan pilih yang paling tepat.




                                        Gambar 3.8.
Langkah Perhitungan Faktor Keamanan Untuk Longsoran Busur Dengan Menggunakan Diagram Hoek &
                                            Bray
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                                     Ir. Karyono M.T.




                                          Gambar 3.9.
                      Keadaan Atau Pola Aliran Air Tanah Untuk Diagram 1-5




                                          Gambar 3.10.
                                 Circular Failure Chart Nomor 1

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                          Ir. Karyono M.T.




                                          Gambar 3.11.
                                 Circular Failure Chart Nomor 2




                                          Gambar 3.12.
                                 Circular Failure Chart Nomor 3


Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan                                          Ir. Karyono M.T.




                                          Gambar 3.13.
                                 Circular Failure Chart Nomor 4




                                          Gambar 3.14.
                                 Circular Failure Chart Nomor 5

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004

More Related Content

What's hot

140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192kerong
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detiloilandgas24
 
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMhd. Zaky Daniyal
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakanUDIN MUHRUDIN
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -Isya Ansyari
 
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAANDESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAANyuliadiyuliadi2
 
Bab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiBab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiDimaz Gunawan
 
Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan yuliadiyuliadi2
 
Geoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification systemGeoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification systemUDIN MUHRUDIN
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdaUDIN MUHRUDIN
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungModul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungMuhammad Faisal Latif
 
Paper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganPaper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganheny novi
 

What's hot (20)

140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
 
Mekanika batuan
Mekanika batuanMekanika batuan
Mekanika batuan
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
 
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
 
Uji triaksial
Uji triaksialUji triaksial
Uji triaksial
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakan
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
 
9 pemantauan lereng
9 pemantauan lereng9 pemantauan lereng
9 pemantauan lereng
 
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAANDESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
 
Bab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiBab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologi
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
 
Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan
 
Geoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification systemGeoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification system
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamda
 
Kekar
KekarKekar
Kekar
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungModul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
 
Paper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganPaper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowongan
 

Similar to Lereng Batuan

Analisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdf
Analisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdfAnalisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdf
Analisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdfFadhlalHarris
 
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)Faizin Mahfudz
 
Tanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannya
Tanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannyaTanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannya
Tanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannyaHansen Wijaya
 
Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi
Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi
Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi PT Antam Tbk
 
12 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng112 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng1hamrinilhami
 
12 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng112 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng1La Ode Dzakir
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanMuhammad Nafis
 
Danu mirza rezky (212190012) bidang diskontinu pada massa batuan
Danu mirza rezky (212190012)  bidang diskontinu pada massa batuanDanu mirza rezky (212190012)  bidang diskontinu pada massa batuan
Danu mirza rezky (212190012) bidang diskontinu pada massa batuanDANUREZKY
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
Kemantapan lereng batuan
Kemantapan lereng batuanKemantapan lereng batuan
Kemantapan lereng batuanpermukaan bumi
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanseed3d
 
Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )yusri861993
 
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxBAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxYulitaWahyuni2
 
60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx
60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx
60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptxRuminsarSimbolon
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 

Similar to Lereng Batuan (20)

1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang
 
1.geoteknik tambang 1
1.geoteknik tambang 11.geoteknik tambang 1
1.geoteknik tambang 1
 
Analisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdf
Analisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdfAnalisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdf
Analisis Stabilitas Lereng Pada Tambang Batubara.pdf
 
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
 
Tanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannya
Tanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannyaTanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannya
Tanah Longsor: Pembahasan, Mitigasi, dan Hukum Perundang-ungdangannya
 
Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi
Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi
Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi
 
DASAR GEOLOGI TEKNIK
DASAR GEOLOGI TEKNIKDASAR GEOLOGI TEKNIK
DASAR GEOLOGI TEKNIK
 
12 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng112 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng1
 
12 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng112 kemantapan-lereng1
12 kemantapan-lereng1
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran Peledakan
 
Danu mirza rezky (212190012) bidang diskontinu pada massa batuan
Danu mirza rezky (212190012)  bidang diskontinu pada massa batuanDanu mirza rezky (212190012)  bidang diskontinu pada massa batuan
Danu mirza rezky (212190012) bidang diskontinu pada massa batuan
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Geologi struktur
Geologi strukturGeologi struktur
Geologi struktur
 
Kemantapan lereng batuan
Kemantapan lereng batuanKemantapan lereng batuan
Kemantapan lereng batuan
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
 
Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )
 
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxBAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
 
60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx
60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx
60b17_Modul_1_-_PENGERTIAN__LERENG-LONGSORAN.pptx
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Pemboran tambang
Pemboran tambangPemboran tambang
Pemboran tambang
 

Lereng Batuan

  • 1. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. KEMANTAPAN LERENG BATUAN Penelitian terhadap kemantapan suatu lereng harus dilakukan bila longsoran lereng yang mungkin terjadi akan menimbulkan akibat yang merusak dan menimbulkan bencana. Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak dan penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang mengakibatkan lereng longsor. Sedangkan gaya penahan adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahannya lebih besar dari gaya penggerak, maka lereng tersebut dalam keadaan mantap. Kemantapan suatu lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk Faktor Keamanan (F) dengan persamaan sebagai berikut : F = gaya penahan / gaya penggerak .............................................................. (1-1) 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng Batuan Kemantapan lereng pada lereng batuan selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : geometri lereng, struktur geologi, kondisi air tanah, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya yang bekerja pada lereng. a. Geometri Lereng Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar kemitingan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapannya semakin kecil. b. Struktur Batuan Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor. c. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi (density), porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi dan sudut geser dalam merupakan sifat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Bobot Isi Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang longsor. Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor akan semakin besar. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut semakin berkurang. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 2. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Porositas Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan lereng. Kandungan Air Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi besar juga. Dengan demikian kuat geser batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga kemantapannya pun berkurang. Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut : τ = c + (σ + µ) tg φ .............................................................................. (1−2) Dimana : τ = kuat geser batuan (ton/m2) c = kohesi (ton/m2) σ = tegangan normal (ton/m2) µ = tekanan air pori (ton/m2) φ = sudut geser dalam (derajat) Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Kuat Geser Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kekuatan besar, akan lebih mantap. Kohesi dan Sudut Geser Dalam Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan semakin besar juga. Dengan demikian akan lebih mantap. Pengaruh Gaya Biasanya gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng antara lain : getaran alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan, gempa bumi dll. Semua gaya-gaya tersebut akan memperbesar tegangan geser sehingga dapat mengakibatkan kelongsoran pada lereng. 2. Klasifikasi Longsoran Batuan Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), longsoran guling (toppling failure) dan longsoran busur (circular failure). Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 3. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. a. Longsoran Bidang Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah (Gambar 2.1): Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum 200) dengan arah lereng. Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus muncul di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari kemiringan lereng. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran Gambar 2.1 Longsoran Bidang Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 4. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. b. Longsoran Baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng. (Gambar 2.2) Gambar 2.2 Longsoran Baji Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 5. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. c. Longsoran Guling Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya. Hoek & Bray (1981), telah membuat grafik yang dapat memberikan gambaran kapan terjadinya longsoran tersebut (Gambar 2.3). Dari gambar tersebut dapat diartikan : Jika ψ > φ dan b/h < Tan φ, maka balok akan meluncur dan mengguling. Jika ψ < φ dan b/h > Tan φ, maka balok akan langsung mengguling. Gambar 2.3 Posisi Balok Pada Longsoran Guling Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 6. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. d. Longsoran Busur Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material tanah atau batuan yang lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi bila batuan mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat, sehingga batuan tersebut akan mempunyai sifat seperti tanah. (Gambar 2.4). Gambar 2.4 Longsoran Busur 3. Analisis Kemantapan Lereng Kemantapan lereng suatu batuan dapat dianalisis dengan metode grafis (stereografis), analisis vektor dan metode Hoek & Bray. Pada tulisan ini yang akan di bahas adalah metode grafis dan metode Hoek & Bray. a. Metode Grafis Metode grafis yaitu metode yang digunakan untuk menentukan arah dan jenis longsoran yang mungkin terjadi, berdasarkan data geologi yang ada. Dalam analisis ini batuan ditinjau mempunyai bidang-bidang diskontinu seperti bidang perlapisan, sesar, kekar. Hubungan antara orientasi bidang-bidang lemah dengan jenis-jenis longsoran. (Gambar 3.1. dan 3.2.). Dengan cara ini dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya longsoran pada batuan. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 7. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.1. Jenis Longsoran & Stereoplot Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 8. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.2. Informasi struktur geologi dan evaluasi jenis longsoran yang mungkin terjadi dari suatu rentana tambang open pit b. Metode Hoek & Bray Metode Hoek & Bray dapat digunakan untuk menganalisis keempat macam longsoran pada lereng batuan. Longsoran Bidang Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 9. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Dalam menganalisis longsoran bidang dengan metode Hoek & Bray, suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi dengan anggapan : ♦ Semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi. ♦ Terdapat rekahan tarik tegak (vertikal) yang terisi air sampai kedalaman Zw. Rekahan tarik ini dapat terletak pada muka lereng maupun di atas lereng (Gambar 3.3). ♦ Gaya W (berat blok yang menggelincir), U (gaya angkat oleh air) dan V (gaya tekan air mendatar di rekahan tarik) bekerja di titik pusat blok. Sehingga diasumsikan tidak ada momen penyebab rotasi. ♦ Kuat geser (τ) pada bidang lemah adalah τ=c + σtanφ, dimana c = kohesi dan φ = sudut geser dalam. Gambar 3.3. Geometri Longsoran Bidang Dengan Rekahan Tarik Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 10. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Persamaan yang digunakan untuk menentukan faktor keamanan adalah sebagai berikut : F = {cA + (Wcosψp-U-Vsinψp)tanφ}/{Wsinψp+Vcosψp}.................. (3-1) Dimana : A = panjang bidang luncur = (H-z)cosecψp U = ½ γwzw(H-z)cosecψp V = ½ γwzw2 W = ½ H2{(1-(z/H)2)cotψp-cotψf}, rekahan tarik di belakang crest lereng. = ½ H2{(1-(z/H)2)cotψp(cotψptanψf-1)}, rekahan tarik di muka lereng. Bila lereng batuan tersebut berada di daerah rawan gempa dan percepatan yang ditimbulkan dimodelkan menjadi gaya statis αW, maka perhitungan faktor keamanan dapat dilakukan dengan memasukkan pengaruh gempa dengan cara memodifikasi persamaan (3-1) menjadi sebagai berikut : F = cA + {(W(cosψp-αsinψp) – U - Vsinψp)tanφ}/ ........................ (3-2) W(sinψp+αcosψp)+Vcosψp} Longsoran Baji Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanannya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : F = {(3/γH)(cAX+cBY)}+{A-(γw/2γ)X}tanφA+{B-(γw/2γ)Y}tanφB ................. (3-3) Dimana : cA dan cB = kohesi bidang lemah A dan B φA dan φB = sudut geser dalam bidang lemah A dan B γ = bobot isi batuan γw = bobot isi air H = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (Gambar 3.4) X = sinθ24/(sinθ45sinθ2.na) Y = sinθ13/(sinθ35sinθ1.nb) A = (cosψa-cosψbcosθna.nb)/(sinψ5sin2θna.nb) B = (cosψb-cosψacosθna.nb)/(sinψ5sin2θna.nb) Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 11. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. ψa dan ψb = dip bidang lemah A dan B ψ5 = plunge dari garis potong kedua bidang lemah θna.nb = sudut perpotongan kedua bidang lemah θ1.nb = sudut antara bidang lemah A dengan garis perpotongan bidang lemah A dan muka lereng. θ2.na = sudut antara bidang lemah B dengan garis perpotongan bidang lemah B dan muka lereng. θ24, dsb = sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti terlihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.4. Geometri Baji Untuk Analisis Kemantapan Dengan Memperhitungkan Kohesi dan Air Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 12. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.5. Stereoplot Data Longsoran Baji Jika tahanan bidang longsorannya tidak terdapat kohesi, maka penentuan faktor keamanannya dapat menggunakan persamaan berikut ini : F = (sinβ/sin ½ξ)(tanφ/tanψi) .............................................................. (3-4) Sudut β, ξ dan ψi ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet. Longsoran Guling Asumsi yang digunakan adalah longsoran guling yang terjadi mempunyai n buah blok berbentuk teratur dengan lebar ∆x dan tinggi yn (Gambar 3.6). Penomoran blok dimulai dari bawah (toe) ke atas. Sudut kemiringan lereng adalah θ dan kemiringan muka atas lereng adalah θu, sedangkan dip dari bidang-bidang lemah adalah 90-α. Undak-undakan yang terjadi (akibat longsoran) berbentuk teratur dan mempunyai kemiringan b. Konstanta a1, a2 dab b (Gambar 3.6) selanjutnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : a1 = ∆x.tan(θ-α) a2 = ∆x.tan(α-θu) b = ∆x.tan(β-α)................................................................................ (3-5) Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 13. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Tinggi blok ke-n (yn) dihitung dengan persamaan berikut ini : yn = n(a1-b) (untuk blok dari crest ke bawah) = yn-1-a2-b (untuk blok di atas crest) ....................................... (3-6) Gambar 3.6. Model Longsoran Guling Untuk Analisis Kesetimbangan Batas Berdasarkan model pada Gambar 3.6, terlihat ada tiga grup blok yang mempunyai tingkat kemantapan berbeda, yaitu : ♦ Satu set blok yang akan tergelincir (di daerah toe) ♦ Satu set blok yang mantap (di daerah atas) ♦ Satu set blok yang akan terguling (di daerah tengah) Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 14. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.7. Kondisi Kesetimbangan Batas Blok Ke-n yang Akan Terguling dan Tergelincir Selanjutnya, kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja di setiap blok ditunjukkan pada Gambar 3.7. Dari gambar tersebut terlihat bahwa gaya-gaya yang bekerja di dasar blok ke-n adalah Rn dan Sn, sedangkan gaya-gaya yang bekerja di interface (dengan blok terdekat) adalah Pn, Qn, Pn-1 dan Qn-1. Konstanta Mn, Ln dan Kn yang terdapat pada gambar tersebut dihitung sebagai berikut : ♦ Untuk blok di bawah crest lereng : Mn = yn; Ln = yn-a1; Kn = 0 ♦ Untuk blok tepat di crest lereng : Mn = yn-a2; Ln = yn-a1; Kn = 0 ♦ Untuk blok di atas crest lereng : Mn = yn-a2; Ln = yn; Kn = 0 Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 15. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Sementara untuk gaya-gaya Qn, Qn-1, Rn dan Sn dihitung dengan persamaan berikut ini : Qn = Pntanφ Qn-1 = Pn-1tanφ Rn = Wncosα+(Pn-Pn-1)tanφ Sn = Wnsinα+(Pn-Pn-1) ............................................................... (3-7) Dimana Wn = yn.∆x Sedangkan untuk gaya-gaya Pn dan Pn-1, perhitungannya dibedakan untuk blok yang terguling dan blok yang tergelincir. ♦ Untuk blok ke-n yang terguling, dicirikan dengan yn/∆x >cotα. bila φ>α, maka : Pn-1,t = {Pn(Mn-∆x.tanφ)+(Wn/2)(ynsinα-∆xcosα)}/Ln ......... (3-8) Pn = 0 (untuk blok teratas dari set blok yang terguling) = Pn-1,t (untuk blok terguling dibawahnya) Untuk kontrol lebih lanjut bisa dilihat bahwa pada blok ini harga Rn>0 dan | Sn | < Rn tanφ. ♦ Untuk blok ke-n yang tergelincir, dicirikan dengan Sn=Rntanφ, maka : Pn-1,s = Pn-{Wn(tanφcosα-sinα)}/(1-tan2φ)........................ (3-9) Pn = Pn-1,t (untuk blok teratas dari set blok yang tergelincir) = Pn-1,s (untuk blok tergelincir dibawahnya, disini akan terlihat Pn- 1,t>Pn-1,s) Perhitungan di atas dilakukan dengan mengambil φ>α, dengan memperhatikan blok no. 1 (toe) : ♦ Jika P0>0, maka lereng berada pada dalam kondisi tidak mantap untuk nilai φ yang diasumsikan. Oleh karena itu disarankan untuk mengulang perhitungan dengan meningkatkan nilai φ. ♦ Jika P0<0, maka disarankan untuk mengulang perhitungan dengan menurunkan nilai φ, karena hal ini tidak mungkin. ♦ Jika P0> tetapi cukup kecil, maka lereng berada dalam kondisi setimbang untuk nilai φ yang diasumsikan. P0 adalah merupakan gaya yang menahan balok no 1. Longsoran Busur Metoda yang banyak digunakan untuk menganalisa longsoran ini adalah metoda Fellnius dan metoda Bishop. Namun untuk keperluan praktis, Hoek & Bray (1983), Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 16. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. telah menuangkan dalam bentuk diagram. Cara ini merupakan cara yang sangat mudah, cepat dan hasilnya masih dapat dipertanggungjawabkan. Asumsi yang digunakan : ♦ Jenis tanah/batuan, dalam hal ini tanah/batuan dianggap homogen dan kontinyu. ♦ Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran ♦ Tinggi permukaan air tanah pada lereng. Hoek & Bray membuat lima buah diagram untuk masing-masih kondisi air tanah tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.8.) : Langkah 1 : Dengan gambar geometri lereng yang telah dibuat, tentukan kondisi air tanah yang ada dan sesuaikan dengan Gambar 3.9. Pilih yang paling tepat atau mendekati. Langkah 2 : Hitung angka c/(gHtanf), kemudian cocokan angka tersebut pada lingkaran terluar dari diagram (chart) yang dipilih. Langkah 3 : Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai memotong kurva yang menunjukkan kemiringan. Langkah 4 : Dari titik pada langkah 3, kemudian ditarik ke kiri dan ke bawah untuk mencari angka tanf/F dan c/(gHF). Langkah 5 : Hitung faktor keamanan (F) dari kedua angka yang diperoleh dari langkah 4 dan pilih yang paling tepat. Gambar 3.8. Langkah Perhitungan Faktor Keamanan Untuk Longsoran Busur Dengan Menggunakan Diagram Hoek & Bray Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 17. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.9. Keadaan Atau Pola Aliran Air Tanah Untuk Diagram 1-5 Gambar 3.10. Circular Failure Chart Nomor 1 Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 18. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.11. Circular Failure Chart Nomor 2 Gambar 3.12. Circular Failure Chart Nomor 3 Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
  • 19. Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T. Gambar 3.13. Circular Failure Chart Nomor 4 Gambar 3.14. Circular Failure Chart Nomor 5 Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004