SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI
DI INDONESIA


   {   Prayudi Setiadharma
       Bandung, 25 April 2009
Paris Convention for the Protection of Industrial
Property


     Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
     Property Rights (TRIPS)


          UU No.7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
          Establishing the World Trade Organization



               UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri


                    Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2005 tentang
                    Pelaksanaan UU no.31 tahun 2000 tentang Desain
                    Industri
UU No. 31/2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI
   Diundangkan sebagai follow-up dari Persetujuan
    TRIPS/WTO yang telah diratifikasi oleh Indonesia
     UU no. 7/1994 tentang Pengesahan Agreement
    Establishing the WTO.

   Ketentuan hukum positif pertama di Indonesia yang
    mengatur mengenai perlindungan Desain Industri.

   Dirancang dan disusun dengan tujuan untuk lebih
    mengakomodir kepentingan pemohon-pemohon
    lokal yang berbasis usaha kecil dan menengah
    sehingga dapat merangsang lebih banyak
    permohonan dari dalam negeri.
Pasal 1 Angka 1:
      Kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
       garis atau warna, atau garis dan warna, atau
       gabungan daripadanya
        Berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi.
        Memberikan Kesan Estetis  Visual Appeal?
        Dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
         dua dimensi.
        Dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
         barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

PENGERTIAN DESAIN INDUSTRI
DALAM UU No. 31/2000
Pasal 2 Ayat 1:
    • Desain Industri yang Baru  Novelty



    Pasal 2 Ayat 2:
    • Pada tanggal penerimaan, Desain Industri tersebut tidak
      sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya
       prior arts/disclosure  absolute novelty
    • Tidak sama  identik?  bagaimana dengan Desain yang
      serupa/mirip (substantial similarity)?




SYARAT MENDAPATKAN
PERLINDUNGAN
Objek Perlindungan
                        adalah kreasi
                      estetika/artistik,
                        bukan kreasi
                         fungsional




Kebaruan (Novelty)
  sebagai syarat
  mendapatkan
  perlindungan,
 bukan Originality
 maupun Artistic
   merit/value
Desain Industri yang diajukan:
     Telah diumumkan atau digunakan
     Di Indonesia atau di luar Indonesia
     Sebelum tanggal penerimaan, atau
     Sebelum tanggal prioritas apabila permohonan diajukan
      dengan Hak Prioritas  6 bulan sejak tanggal penerimaan
      permohonan pertama-kali (basic application) di negara lain
      yang merukapan anggota Paris Convention/WTO (Pasal 16)
     “Pengungkapan” termasuk juga pengungkapan melalui media
      cetak atau elektronik, keikutsertaan media cetak atau
      elektronik, serta keikutsertaan dalam suatu pameran.
      (Penjelasan Pasal 2 Ayat 2)


PENGUNGKAPAN/DISCLOSURE
Paling lambat 6 bulan sebelum tanggal penerimaan:
     • Dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun

       internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi
       atau diakui sebagai resmi; atau
     • Telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam

       rangka percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian,
       atau pengembangan
     • Pameran resmi  diselenggarakan oleh pemerintah

     • Pameran yang diakui sebagai resmi  diselenggarakan
       oleh masyarakat tapi diakui/mendapat persetujuan
       pemerintah



MASA TENGGANG UNTUK KEBARUAN
(Pasal 3)
DESAIN INDUSTRI YANG
TIDAK MENDAPAT PERLINDUNGAN
(Pasal 4)

Bertentangan dengan:
 Peraturan perundang-undangan yang berlaku

 Ketertiban umum

 Agama

 Kesusilaan
   10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan
               Tidak dapat diperpanjang
               Tidak ada biaya pemeliharaan tahunan seperti
                halnya Paten




JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN
(Pasal 5)
   Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari
                Pendesain
               Multiple/co-ownership  dalam hal Pendesain
                adalah lebih dari 1 (satu) orang secara bersama-
                sama, kecuali diperjanjikan lain




SUBJEK DESAIN INDUSTRI
(Pasal 6)
•   Dibuat dalam hubungan dinas  dimiliki atasan/dinas;
   •   Dibuat berdasarkan pesanan dalam hubungan dinas 
       dimiliki pemberi pesanan/atasan/dinas;
   •   Dibuat dalam hubungan kerja berdasarkan pesanan 
       dimiliki oleh Pendesain;
   •   Kecuali diperjanjikan lain;
   •   Tidak mengurangi hak moral Pendesain untuk tetap
       dicantumkan namanya
   •   Serupa dengan konsep Inventor  Pemegang Paten dalam
       UU Paten


KEPEMILIKAN HAK
(Pasal 7)
•   Melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya;
      •   Melarang orang lain tanpa persetujuannya untuk:
          –   Membuat;
          –   Memakai;
          –   Menjual;
          –   Mengimpor;
          –   Mengekspor; dan/atau
          –   Mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri
      •   Konsep patenmelaksanakan   ≠ Konsep                     Hak
          Ciptamemperbanyak/mengumumkan


LINGKUP HAK EKSKLUSIF
(Pasal 9 Ayat 1)
•   Pemakaian Desain Industri untuk kepentingan
             penelitian dan pendidikan;
         •   Termasuk Uji Penelitian dan Pengembangan;
         •   Sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar
             dari pemegang Hak Desain Industri
         •   Kriteria “kepentingan yang wajar” tidak hanya
             menggunakan tolok ukur komersial, melainkan juga
             kuantitas dari penggunaan




FAIR USE/FAIR DEALING
(Pasal 9 Ayat 2)
Pengajuan       Tanggal         Pemeriksaan
Permohonan ke   Penerimaan        Administratif/
   Ditjen HKI   Permohonan         Formalitas



                 Pemeriksaan
                                   Keputusan
Pengumuman      Substantif bila
                                  diberi/ditolak
                  ada Oposisi
MASALAH UTAMA PROSEDUR
    PERMOHONAN DESAIN INDUSTRI

•   Pemeriksaan Substantif hanya dilakukan apabila terdapat keberatan/oposisi
    dari pihak ketiga terhadap Desain Industri yang sedang dimohonkan selama
    masa Pengumuman  semula ditujukan untuk mempercepat dan
    menyederhanakan proses sehingga tidak menyulitkan pemohon, khususnya
    pemohon lokal
•   Masa Pengumuman relatif singkat  selambat-lambatnya tiga bulan sejak
    mulai diumumkan oposisi sudah harus diajukan  media Pengumuman
    terbatas
•   Banyak dimanipulasi oleh pemohon yang beritikad buruk  mengajukan
    desain-desain jelas-jelas samasekali tidak baru/commonplace  perlindungan
    diberi karena tidak ada oposisi
•   Kebijakan internal DJHKI sebagai upaya penanggulangan sementara 
    mewajibkan pemeriksaan substantif dilakukan sekalipun tidak ada oposisi 
    dasar aturan???
•   Hak Desain Industri dapat beralih atau dialihkan dengan:
           –   Pewarisan;
           –   Hibah;
           –   Wasiat;
           –   Perjanjian tertulis; atau
           –   Sebab-sebab lain yang dibenarkan
      •   Tidak dapat menghapuskan Hak Moral Pendesain
      •   Lisensi dapat diberikan kepada pihak lain untuk
          melaksanakan hal-hal dalam Pasal 9
      •   Perjanjian Lisensi tidak boleh memuat ketentuan yang
          dapat merugikan perekonomian Indonesia atau
          persaingan usaha tidak sehat.




PENGALIHAN HAK DAN LISENSI
   Oleh Pemegang Hak sendiri dengan mengajukan
         permintaan tertulis kepada DJHKI
        Berdasarkan Gugatan ke Pengadilan Niaga  dasar
         gugatan pembatalan adalah Pasal 2 (tidak
         memenuhi syarat Kebaruan) atau Pasal 4 (tidak
         dapat diberi perlindungan)




PEMBATALAN
SENGKETA PELANGGARAN
    DESAIN INDUSTRI
•   Pemegang Hak dapat menggugat pihak manapun yang dengan sengaja
    dan tanpa hak melakukan perbuatan dalam Pasal 9

     •   Gugatan Ganti Rugi (Damage); dan/atau

     •   Penghentian perbuatan yang merupakan pelanggaran (Injunction)


•   Diajukan ke Pengadilan Niaga  Kasasi ke Mahkamah Agung

•   Prosedur yang sama berlaku pula untuk Gugatan Pemohon terhadap
    DJHKI dalam hal permohonan dinyatakan ditarik kembali pada masa
    pemeriksaan administratif (Pasal 24); dan dalam hal permohonan
    ditolak (Pasal 28).
•   Pelaku pelanggaran Desain Industri sesuai Pasal 9
         diancam pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
         dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,00
     •   Pelaku pelanggaran terhadap Hak Moral Pendesain
         (Pasal 8 dan 32) serta kewajiban menjaga kerahasiaan
         permohonan (Pasal 23) diancam pidana penjara paling
         lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
         45.000.000,00
     •   Merupakan Delik Aduan




KETENTUAN PIDANA
•   Pelanggaran  Pihak lain secara tanpa hak
          melakukan perbuatan pada Pasal 9 (membuat,
          memakai, menjual, dsb.) terhadap barang yang
          diberi Hak Desain Industri
      •   Terjadi hanya apabila pelanggar mempergunakan
          desain yang sama dengan yang diberi perlindungan
           identik
      •   Bagaimana dengan orang yang memproduksi desain
          yang serupa/memiliki kemiripan (substantial
          similarity) dengan desain industri yang dilindungi


MASALAH TERKAIT SENGKETA
PELANGGARAN DESAIN INDUSTRI
•   Pembahasan dan penyusunan RUU Revisi telah dilakukan
          sejak beberapa tahun ke belakang demi merespon keluhan
          masyarakat pengguna dan praktisi mengenai kekurangan-
          kekurangan yang ada pada UUDI saat ini
      •   Dalam konsiderans RUU dinyatakan bahwa UUDI saat ini
          “…sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum
          masyarakat Indonesia dan perkembangan hukum
          internasional di bidang Desain Industri…”
      •   Sudah ada di tangan Ditjen Perundang-undangan
          DepkumHAM RI
      •   Telah dilakukan beberapa kali sosialisasi melibatkan para
          stakeholders di bidang perlindungan Desain Industri:
          Pendesain, Pengusaha, Akademisi, Konsultan HKI, dst.
      •   Masih dalam tahap pematangan/finalisasi draft akhir RUU
          sebelum diajukan untuk masuk dalam Prolegnas



RANCANGAN REVISI TERHADAP
UU DESAIN INDUSTRI
BEBERAPA HIGHLIGHT REVISI UUDI
•   Perubahan Definisi DI  “DI adalah tampilan keseluruhan atau
    sebagian produk yang dihasilkan dari fitur-fitur yang meliputi garis-
    garis, warna-warna, bentuk, pola, dan/atau ornamentasinya”
•   Perubahan syarat Kebaruan  “DI dianggap baru apabila pada tanggal
    penerimaan DI tersebut tidak sama atau tidak mirip dengan
    pengungkapan Desain Industri yang telah ada sebelumnya”;
•   Desain yang murni semata-mata karena pertimbangan fungsi atau
    teknis (fungsional) masuk ke dalam DI yang tidak dapat diberi
    perlindungan;
•   Alternatif Masa Perlindungan  Tetap sepuluh tahun tanpa
    perpanjangan atau menjadi 5 tahun dengan kemungkinan untuk
    diperpanjang sebanyak 2 kali.
•   Ruang Lingkup Hak Eksklusif diperluas dengan memasukkan larangan
    bagi pihak lain untuk membuat, menjual, dan/atau mengimpor produk
    yang sama atau mirip dengan DI terdaftar milik orang lain tanpa
    persetujuan si pemegang Hak DI
BEBERAPA HIGHLIGHT REVISI UUDI


•   Pemeriksaan Substantif tidak lagi bergantung pada ada/tidaknya
    oposisi, namun wajib dilakukan DJHKI segera setelah persyaratan
    administratif dinyatakan dipenuhi.
•   Terhadap Penolakan Permohonan dapat diajukan banding ke Komisi
    Banding Desain Industri  tidak lagi berupa gugatan ke Pengadilan
    Niaga
•   Selain ke Pengadilan Niaga, gugatan pembatalan juga dapat diajukan
    pihak ketiga terlebih dahulu ke Komisi Banding DI
•   Denda pada ancaman pidana untuk tindak pelanggaran DI naik menjadi
    maksimum Rp. 1.000.000.000,00
SEKIAN DAN TERIMA-KASIH
       {   Copyright © 2009
           Prayudi Setiadharma
           psetiadharma@gmail.com

More Related Content

What's hot

Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
yudikrismen1
 
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja PemerintahRencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja Pemerintah
Nilla Pratiwi
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Sigit Riono
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
Nuelnuel11
 

What's hot (20)

Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja PemerintahRencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja Pemerintah
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat bentuk hukum adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  bentuk hukum adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  bentuk hukum adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat bentuk hukum adat
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat Hukum AdatMasyarakat Hukum Adat
Masyarakat Hukum Adat
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
MATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.pptMATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.ppt
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
 
Asas hukum adat
Asas hukum adatAsas hukum adat
Asas hukum adat
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidana
 
Hukum lingkungan PPT
Hukum lingkungan PPTHukum lingkungan PPT
Hukum lingkungan PPT
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 

Similar to Perlindungan Desain Industri di Indonesia

Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri
Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain IndustriHak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri
Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri
Winda nawangasari
 
Hak_Kekayaan_Intelektual.pptx
Hak_Kekayaan_Intelektual.pptxHak_Kekayaan_Intelektual.pptx
Hak_Kekayaan_Intelektual.pptx
FazleAndi
 
Pptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpadu
Pptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpaduPptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpadu
Pptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpadu
salsabilaaqifa
 
Pelanggaran Paten
Pelanggaran PatenPelanggaran Paten
Pelanggaran Paten
Adi Suseno
 

Similar to Perlindungan Desain Industri di Indonesia (20)

Uu 31 2000
Uu 31 2000Uu 31 2000
Uu 31 2000
 
Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri
Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain IndustriHak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri
Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri
 
Uu tahun 2000 no. 29 tentang perlidnusngan varietas tanaman
Uu tahun 2000 no. 29 tentang perlidnusngan varietas tanamanUu tahun 2000 no. 29 tentang perlidnusngan varietas tanaman
Uu tahun 2000 no. 29 tentang perlidnusngan varietas tanaman
 
Uu no 31_th_2000
Uu no 31_th_2000Uu no 31_th_2000
Uu no 31_th_2000
 
Desain industri
Desain industriDesain industri
Desain industri
 
Hak_Kekayaan_Intelektual.pptx
Hak_Kekayaan_Intelektual.pptxHak_Kekayaan_Intelektual.pptx
Hak_Kekayaan_Intelektual.pptx
 
Uu 31 2000 Pjls
Uu 31 2000 PjlsUu 31 2000 Pjls
Uu 31 2000 Pjls
 
Uu 14 2001
Uu 14 2001Uu 14 2001
Uu 14 2001
 
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptx
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptxSosialiasi HKI_Ria DA.pptx
Sosialiasi HKI_Ria DA.pptx
 
Haki benaya
Haki benayaHaki benaya
Haki benaya
 
hak kekayaan intelektual paten legal aspek
hak kekayaan intelektual paten legal aspekhak kekayaan intelektual paten legal aspek
hak kekayaan intelektual paten legal aspek
 
Pptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpadu
Pptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpaduPptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpadu
Pptkelompok 7 tentang uud no. 32 tahun 2000 desain tata letak sirkuit terpadu
 
Pelanggaran Paten
Pelanggaran PatenPelanggaran Paten
Pelanggaran Paten
 
Slide mengenai desain industri universitas dirgantara marsekal suryadarma
Slide mengenai desain industri universitas dirgantara marsekal suryadarmaSlide mengenai desain industri universitas dirgantara marsekal suryadarma
Slide mengenai desain industri universitas dirgantara marsekal suryadarma
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Bab isi hak atas kekayaan intelektual
Bab isi hak atas kekayaan intelektualBab isi hak atas kekayaan intelektual
Bab isi hak atas kekayaan intelektual
 
Uu tahun 2006 no. 13 tentang paten
Uu tahun 2006 no. 13 tentang patenUu tahun 2006 no. 13 tentang paten
Uu tahun 2006 no. 13 tentang paten
 
UU Nomor 13 Tahun 2016.pdf
UU Nomor 13 Tahun 2016.pdfUU Nomor 13 Tahun 2016.pdf
UU Nomor 13 Tahun 2016.pdf
 
HAKI_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual.pptx
HAKI_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual.pptxHAKI_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual.pptx
HAKI_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual.pptx
 

More from psetiadharma (6)

HKI dan Hukum Perjanjian
HKI dan Hukum PerjanjianHKI dan Hukum Perjanjian
HKI dan Hukum Perjanjian
 
Paten: Beberapa Konsep Dasar
Paten: Beberapa Konsep DasarPaten: Beberapa Konsep Dasar
Paten: Beberapa Konsep Dasar
 
Paten: Pengajuan, Pemanfaatan dan Penegakan
Paten: Pengajuan, Pemanfaatan dan PenegakanPaten: Pengajuan, Pemanfaatan dan Penegakan
Paten: Pengajuan, Pemanfaatan dan Penegakan
 
Indonesian Patent
Indonesian PatentIndonesian Patent
Indonesian Patent
 
HKI dan Sumber Daya Hayati
HKI dan Sumber Daya HayatiHKI dan Sumber Daya Hayati
HKI dan Sumber Daya Hayati
 
Aspek-aspek Hukum terkait Paten
Aspek-aspek Hukum terkait PatenAspek-aspek Hukum terkait Paten
Aspek-aspek Hukum terkait Paten
 

Perlindungan Desain Industri di Indonesia

  • 1. PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA { Prayudi Setiadharma Bandung, 25 April 2009
  • 2. Paris Convention for the Protection of Industrial Property Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) UU No.7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2005 tentang Pelaksanaan UU no.31 tahun 2000 tentang Desain Industri
  • 3. UU No. 31/2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI  Diundangkan sebagai follow-up dari Persetujuan TRIPS/WTO yang telah diratifikasi oleh Indonesia  UU no. 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the WTO.  Ketentuan hukum positif pertama di Indonesia yang mengatur mengenai perlindungan Desain Industri.  Dirancang dan disusun dengan tujuan untuk lebih mengakomodir kepentingan pemohon-pemohon lokal yang berbasis usaha kecil dan menengah sehingga dapat merangsang lebih banyak permohonan dari dalam negeri.
  • 4. Pasal 1 Angka 1:  Kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya  Berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi.  Memberikan Kesan Estetis  Visual Appeal?  Dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi.  Dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. PENGERTIAN DESAIN INDUSTRI DALAM UU No. 31/2000
  • 5. Pasal 2 Ayat 1: • Desain Industri yang Baru  Novelty Pasal 2 Ayat 2: • Pada tanggal penerimaan, Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya  prior arts/disclosure  absolute novelty • Tidak sama  identik?  bagaimana dengan Desain yang serupa/mirip (substantial similarity)? SYARAT MENDAPATKAN PERLINDUNGAN
  • 6. Objek Perlindungan adalah kreasi estetika/artistik, bukan kreasi fungsional Kebaruan (Novelty) sebagai syarat mendapatkan perlindungan, bukan Originality maupun Artistic merit/value
  • 7. Desain Industri yang diajukan:  Telah diumumkan atau digunakan  Di Indonesia atau di luar Indonesia  Sebelum tanggal penerimaan, atau  Sebelum tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak Prioritas  6 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan pertama-kali (basic application) di negara lain yang merukapan anggota Paris Convention/WTO (Pasal 16)  “Pengungkapan” termasuk juga pengungkapan melalui media cetak atau elektronik, keikutsertaan media cetak atau elektronik, serta keikutsertaan dalam suatu pameran. (Penjelasan Pasal 2 Ayat 2) PENGUNGKAPAN/DISCLOSURE
  • 8. Paling lambat 6 bulan sebelum tanggal penerimaan: • Dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau • Telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan • Pameran resmi  diselenggarakan oleh pemerintah • Pameran yang diakui sebagai resmi  diselenggarakan oleh masyarakat tapi diakui/mendapat persetujuan pemerintah MASA TENGGANG UNTUK KEBARUAN (Pasal 3)
  • 9. DESAIN INDUSTRI YANG TIDAK MENDAPAT PERLINDUNGAN (Pasal 4) Bertentangan dengan:  Peraturan perundang-undangan yang berlaku  Ketertiban umum  Agama  Kesusilaan
  • 10. 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan  Tidak dapat diperpanjang  Tidak ada biaya pemeliharaan tahunan seperti halnya Paten JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN (Pasal 5)
  • 11. Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain  Multiple/co-ownership  dalam hal Pendesain adalah lebih dari 1 (satu) orang secara bersama- sama, kecuali diperjanjikan lain SUBJEK DESAIN INDUSTRI (Pasal 6)
  • 12. Dibuat dalam hubungan dinas  dimiliki atasan/dinas; • Dibuat berdasarkan pesanan dalam hubungan dinas  dimiliki pemberi pesanan/atasan/dinas; • Dibuat dalam hubungan kerja berdasarkan pesanan  dimiliki oleh Pendesain; • Kecuali diperjanjikan lain; • Tidak mengurangi hak moral Pendesain untuk tetap dicantumkan namanya • Serupa dengan konsep Inventor  Pemegang Paten dalam UU Paten KEPEMILIKAN HAK (Pasal 7)
  • 13. Melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya; • Melarang orang lain tanpa persetujuannya untuk: – Membuat; – Memakai; – Menjual; – Mengimpor; – Mengekspor; dan/atau – Mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri • Konsep patenmelaksanakan ≠ Konsep Hak Ciptamemperbanyak/mengumumkan LINGKUP HAK EKSKLUSIF (Pasal 9 Ayat 1)
  • 14. Pemakaian Desain Industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan; • Termasuk Uji Penelitian dan Pengembangan; • Sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang Hak Desain Industri • Kriteria “kepentingan yang wajar” tidak hanya menggunakan tolok ukur komersial, melainkan juga kuantitas dari penggunaan FAIR USE/FAIR DEALING (Pasal 9 Ayat 2)
  • 15. Pengajuan Tanggal Pemeriksaan Permohonan ke Penerimaan Administratif/ Ditjen HKI Permohonan Formalitas Pemeriksaan Keputusan Pengumuman Substantif bila diberi/ditolak ada Oposisi
  • 16. MASALAH UTAMA PROSEDUR PERMOHONAN DESAIN INDUSTRI • Pemeriksaan Substantif hanya dilakukan apabila terdapat keberatan/oposisi dari pihak ketiga terhadap Desain Industri yang sedang dimohonkan selama masa Pengumuman  semula ditujukan untuk mempercepat dan menyederhanakan proses sehingga tidak menyulitkan pemohon, khususnya pemohon lokal • Masa Pengumuman relatif singkat  selambat-lambatnya tiga bulan sejak mulai diumumkan oposisi sudah harus diajukan  media Pengumuman terbatas • Banyak dimanipulasi oleh pemohon yang beritikad buruk  mengajukan desain-desain jelas-jelas samasekali tidak baru/commonplace  perlindungan diberi karena tidak ada oposisi • Kebijakan internal DJHKI sebagai upaya penanggulangan sementara  mewajibkan pemeriksaan substantif dilakukan sekalipun tidak ada oposisi  dasar aturan???
  • 17. Hak Desain Industri dapat beralih atau dialihkan dengan: – Pewarisan; – Hibah; – Wasiat; – Perjanjian tertulis; atau – Sebab-sebab lain yang dibenarkan • Tidak dapat menghapuskan Hak Moral Pendesain • Lisensi dapat diberikan kepada pihak lain untuk melaksanakan hal-hal dalam Pasal 9 • Perjanjian Lisensi tidak boleh memuat ketentuan yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau persaingan usaha tidak sehat. PENGALIHAN HAK DAN LISENSI
  • 18. Oleh Pemegang Hak sendiri dengan mengajukan permintaan tertulis kepada DJHKI  Berdasarkan Gugatan ke Pengadilan Niaga  dasar gugatan pembatalan adalah Pasal 2 (tidak memenuhi syarat Kebaruan) atau Pasal 4 (tidak dapat diberi perlindungan) PEMBATALAN
  • 19. SENGKETA PELANGGARAN DESAIN INDUSTRI • Pemegang Hak dapat menggugat pihak manapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan dalam Pasal 9 • Gugatan Ganti Rugi (Damage); dan/atau • Penghentian perbuatan yang merupakan pelanggaran (Injunction) • Diajukan ke Pengadilan Niaga  Kasasi ke Mahkamah Agung • Prosedur yang sama berlaku pula untuk Gugatan Pemohon terhadap DJHKI dalam hal permohonan dinyatakan ditarik kembali pada masa pemeriksaan administratif (Pasal 24); dan dalam hal permohonan ditolak (Pasal 28).
  • 20. Pelaku pelanggaran Desain Industri sesuai Pasal 9 diancam pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 • Pelaku pelanggaran terhadap Hak Moral Pendesain (Pasal 8 dan 32) serta kewajiban menjaga kerahasiaan permohonan (Pasal 23) diancam pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 45.000.000,00 • Merupakan Delik Aduan KETENTUAN PIDANA
  • 21. Pelanggaran  Pihak lain secara tanpa hak melakukan perbuatan pada Pasal 9 (membuat, memakai, menjual, dsb.) terhadap barang yang diberi Hak Desain Industri • Terjadi hanya apabila pelanggar mempergunakan desain yang sama dengan yang diberi perlindungan  identik • Bagaimana dengan orang yang memproduksi desain yang serupa/memiliki kemiripan (substantial similarity) dengan desain industri yang dilindungi MASALAH TERKAIT SENGKETA PELANGGARAN DESAIN INDUSTRI
  • 22. Pembahasan dan penyusunan RUU Revisi telah dilakukan sejak beberapa tahun ke belakang demi merespon keluhan masyarakat pengguna dan praktisi mengenai kekurangan- kekurangan yang ada pada UUDI saat ini • Dalam konsiderans RUU dinyatakan bahwa UUDI saat ini “…sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia dan perkembangan hukum internasional di bidang Desain Industri…” • Sudah ada di tangan Ditjen Perundang-undangan DepkumHAM RI • Telah dilakukan beberapa kali sosialisasi melibatkan para stakeholders di bidang perlindungan Desain Industri: Pendesain, Pengusaha, Akademisi, Konsultan HKI, dst. • Masih dalam tahap pematangan/finalisasi draft akhir RUU sebelum diajukan untuk masuk dalam Prolegnas RANCANGAN REVISI TERHADAP UU DESAIN INDUSTRI
  • 23. BEBERAPA HIGHLIGHT REVISI UUDI • Perubahan Definisi DI  “DI adalah tampilan keseluruhan atau sebagian produk yang dihasilkan dari fitur-fitur yang meliputi garis- garis, warna-warna, bentuk, pola, dan/atau ornamentasinya” • Perubahan syarat Kebaruan  “DI dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan DI tersebut tidak sama atau tidak mirip dengan pengungkapan Desain Industri yang telah ada sebelumnya”; • Desain yang murni semata-mata karena pertimbangan fungsi atau teknis (fungsional) masuk ke dalam DI yang tidak dapat diberi perlindungan; • Alternatif Masa Perlindungan  Tetap sepuluh tahun tanpa perpanjangan atau menjadi 5 tahun dengan kemungkinan untuk diperpanjang sebanyak 2 kali. • Ruang Lingkup Hak Eksklusif diperluas dengan memasukkan larangan bagi pihak lain untuk membuat, menjual, dan/atau mengimpor produk yang sama atau mirip dengan DI terdaftar milik orang lain tanpa persetujuan si pemegang Hak DI
  • 24. BEBERAPA HIGHLIGHT REVISI UUDI • Pemeriksaan Substantif tidak lagi bergantung pada ada/tidaknya oposisi, namun wajib dilakukan DJHKI segera setelah persyaratan administratif dinyatakan dipenuhi. • Terhadap Penolakan Permohonan dapat diajukan banding ke Komisi Banding Desain Industri  tidak lagi berupa gugatan ke Pengadilan Niaga • Selain ke Pengadilan Niaga, gugatan pembatalan juga dapat diajukan pihak ketiga terlebih dahulu ke Komisi Banding DI • Denda pada ancaman pidana untuk tindak pelanggaran DI naik menjadi maksimum Rp. 1.000.000.000,00
  • 25. SEKIAN DAN TERIMA-KASIH { Copyright © 2009 Prayudi Setiadharma psetiadharma@gmail.com