Bab 1 Pendahuluan membahas konsep-konsep dasar pengukuran psikologi seperti evaluasi, asesmen, metode pengukuran, teori pengukuran, sasaran ukur, skala ukur, alat ukur, cara pengukuran, matriks sekor, pensekoran, reliabilitas, validitas, dan karakteristik butir. Bab ini juga menjelaskan proses penyediaan alat ukur mulai dari pembuatan, uji coba, dan perbaikan.
7. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
2. Sasaran Ukur
• Sasaran ukur atribut
Biasanya berbentuk variabel
• Sasaran ukur responden (subyek)
Makhluk, benda, atau peristiwa
• Dibahas di Bab 2
3. Skala Ukur
• Aturan pada pengukuran tentang cara
pemberian bilangan
• Dengan bantuan skala, pengukuran
menghasilkan sekor (data)
• Dibahas di Bab 3
8. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
4. Alat Ukur
• Aturan pada pengukuran berbentuk alat
untuk mengukur dikenal sebagai alat ukur
• Alat ukur dapat diambil dari alat ukur yang
sudah jadi (biasanya kurang cocok dengan
keperluan kita)
• Alat ukur dapat kita konstruksi sendiri
berdasarkan sasaran ukur (atribut dan
responden) dan skala ukur
• Biasanya alat ukur terdiri atas banyak butir
• Alat ukur dikenakan kepada responden
untuk menghasilkan sekor (data)
• Dibahas di Bab 4 dan Bab 28
10. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
5. Cara Ukur dan Matriks Sekor
• Aturan pada pengukuran tentang cara
untuk mengenakan alat ukur kepada
responden dikenal sebagai cara ukur
• Hasil ukur adalah sekor (bilangan yang
diberikan kepada atribut dari responden
atau subyek) yang diperoleh dari cara ukur
• Sekor berasal dari setiap butir pada alat
ukur sebagai responsi dari setiap
responden
• Karena ada banyak sekor dan ada banyak
responden, maka sekor disusun ke dalam
matriks responden-butir
• Dibahas di Bab 5 dan Bab 29
12. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
C. Pensekoran
1. Sekor Responden
• Setiap responden merensponsi banyak
butir pada alat ukur
• Hasil ukur semua butir pada alat ukur oleh
satu responden merupakan sekor dari
responden itu
• Penggabungan semua sekor butir pada
setiap responden merupakan sekor
responden (Sekor A)
• Dibahas di Bab 6, Bab 23, dan Bab 24
14. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
2. Nilai Acuan Norma
• Sekor responden perlu diberi arti
• Salah satu cara pemberian arti adalah
meletakkan sekor responden itu ke suatu
kelompok sekor
• Kelompok sekor ini dikenal sebagai
kelompok norma
• Kedudukan sekor pada kelompok sekor
norma dikenal sebagai nilai acuan norma
• Dibahas di Bab 7
15. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
3. Nilai Acuan Kriteria
• Cara lain untuk memberi arti kepada sekor
responden adalah meletakkan sekor
responden itu ke suatu wilayah
kemampuan dan batas kemampuan
• Ada deskripsi wilayah kemampuan
• Ada patokan batas kemampuan yang
memisahkan responden yang sudah
mampu dan yang belum mampu
• Letak sekor responden itu pada batas
kemampuan berdasarkan wilayah
kemampuan itu dikenal sebagai nilai
acuan kriteria
• Dibahas di Bab 8
17. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
4. Sekor Butir
• Setiap butir pada alat ukur diresponsi oleh
banyak responden
• Penggabungan semua sekor pada satu
butir menghasilkan sekor butir (Sekor B)
• Dibahas di Bab 9
Respon- Butir
den 1 2 3 N
1 X X X X
2 X X X X
3 X X X X
4 X X X X
5 X X X X
M X X X X
Sekor B X X X X
18. -----------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
-----------------------------------------------------------------------
D. Uji Coba dan Kualitas Sekor
1. Struktur Sekor
• Dalam banyak hal, sekor responden dan
sekor butir memiliki komposisi berupa
gabungan dari sejumlah sekor satuan. Sekor
ini memiliki statistik berupa rerata, simpangan,
variansi, dan kovariansi
• Sekor termasuk sekor responden memiliki
komponen sekor tulen dan komponen sekor
keliru. Terdapat beberapa asumsi tentang
hubungan di antara sekor dengan sekor
komponennya.
• Komponen sekor juga memiliki statistik
berupa rerata, simpangan, variansi, dan
kovariansi serta hubungan di antara statistik
itu.
• Dibahas di Bab 10
19. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
2. Reliabilitas Pengukuran
• Sasaran ukur memiliki sekor
sesungguhnya
• Tingkat kecocokan sekor pengukuran
dengan sekor sesungguhnya dikenal
sebagai reliabilitas pengukuran
• Sekor pengukuran dapat berasal langsung
dari responden serta dapat berasal dari
responden dan penilai atau pengamat
• Ada reliabilitas pengukuran yang
berkenaan dengan responden dan ada
reliabilitas pengukuran yang berkenaan
dengan penilai
• Dibahas di Bab 11
21. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
3. Reliabilitas Penilai dan Pengamat
• Untuk menghindari bias penilai atau
pengamat, maka penilaian atau
pengamatan dilakukan oleh lebih dari
seorang
• Sekor dari penilai atau pengamat
didasarkan kepada kecocokan sekor di
antara para penilai atau pengamat
• Reliabilitas yang berkenaan dengan
penilai atau pengamat ditemukan melalui
kecocokan amatan di antara penilai atau
pengamat
• Dibahas di Bab 12
22. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
4. Analisis Butir
• Agar reliabilitas pengukuran memadai,
biasanya alat ukur tidak langsung dipakai
• Alat ukur diujicobakan dulu ke responden
setara (setara dengan responden
sesungguhnya)
• Jika hasil uji coba menunjukkan reliabilitas
yang rencah, maka alat ukur dapat
diperbaiki
• Pencarian butir yang tidak baik untuk
diperbaiki dikenal sebagai analisis butir
• Dibahas di Bab 13
24. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
5. Validitas Pengukuran
• Butir dan sekor pengukuran harus betul
menunjuk ke sasaran ukur atribut atau
sasaran ukur kriteria
• Tingkat kecocokan butir dengan sasaran
ukur atribut dikenal sebagai validitas
pengukuran
• Tingkat kecocokan sekor pengukuran
dengan sekor sasaran ukur kriteria juga
dikenal sebagai validitas pengukuran
• Catatan: Ada validitas pengukuran dan
ada validitas butir; jangan dikacaukan
•
• Dibahas di Bab 14
28. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
6. Pengukuran Sesungguhnya
• Dengan alat ukur yang sudah baik,
dilakukan pengukuran sesungguhnya
kepada responden. Hasil ukur adalah hasil
ukur sesungguhnya
• Koefisien reliabilitas sesungguhnya juga
dihitung untuk didokumentasikan dan
dilapor. Selanjutnya, jika perlu, dapat
dilakukan konversi sekor ke nilai
• Butir dapat disimpan di bank butir dan
kemudian dapat dipakai lagi
• Dapat menggunakan berbagai macam
cara ukur
• Jika dikehendaki, ketimpangan sekor
responden dan butir dapat diperiksa
30. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
E. Hasil Ukur
1. Penyetaraan Sekor
• Ada kalanya, sekor dari pengukuran terpisah
dan berbeda, perlu disetarakan
• Mereka disetarakan melalui penyetaraan sekor
• Dibahas di Bab 15 dan 24
32. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
3. Seleksi Responden
• Ada kalanya, hasil ukur digunakan untuk
menyeleksi responden (seperti pada
penerimaan mahasiswa baru atau
penerimaan karyawan baru)
• Tidak semua calon diterima. Hanya
mereka yang memiliki prospek akan
berhasil pada waktu kemudian, yang
diterima melalui seleksi
• Penentuan penerimaan pada seleksi
dikenal sebagai seleksi responden
• Dibahas di Bab 16
33. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
4. Estimasi melalui Pensampelan Matriks
• Ada kalanya, alat ukur mengandung
banyak butir, dan alat ukur ini dikenakan
kepada banyak sekali responden
• Untuk mengestimasi karakteristik
responden dan karatersitik butir,
responden dan butir kedua-duanya dapat
disampel
• Pensampelan serentak responden dan
butir ini dikenal sebagai pensampelan
matriks
• Dibahas di Bab 17
35. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
F. Karakteristik Butir
1. Model Karakteristik
• Probabilitas untuk menjawab betul suatu
butir berbeda dari responden ke
responden
• Perbedaan ini ditentukan oleh parameter
butir (taraf sukar, daya beda) dan
parameter responden (kemampuan)
• Hubungan di antara parameter responden,
parameter butir, dan probabilitas jawaban
betul dikenal sebagai karateristik butir
• Karaketeristik butir ditampilkan dalam
model umum dan model khusus
• Dibahas di Bab 19 sampai 20
36. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
Karakteristik Butir
• Setiap butir memiliki karakteristik sendiri
• Pada karateristik butir, terlihat probabilitas
jawaban betul oleh responden dengan
kemampuan berbeba
• Terdapat parameter responden dan
parameter butir di samping probabilitas
jawaban betul
38. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
2. Teori Responsi Butir-
• Butir yang dirasakan sukar bagi responden
berkemampuan rendah, akan terasa
mudah bagi responden berkemampuan
tinggi; jadi, taraf sukar butir adalah relatif
• Responden yang diuji dengan butir mudah
akan tampak berkemampuan tinggi,
sedangkan responden yang diuji dengan
butir sukar akan tampak berkemampuan
rendah; jadi, kemampuan responden
adalah relatif
• Dengan demikian, ada ketergantungan di
antara taraf sukar butir dengan
kemampuan responden
• Pada teori responsi butir, ketergantungan
ini dihilangkan, sehingga taraf sukar butir
adalah invarian (tidak berubah) terhadap
kemampuan responden
• Dibahas di Bab 21
39. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
3. Estimasi Parameter
• Pada teori responsi butir, kita memilih
suatu alat ukur serta kita memilih model
karakteristik butir tertentu
• Kemudian melalui butir-butir alat ukur itu
kita mengumpulkan data yang cukup
banyak
• Dengan data yang terkumpuln itu, kita
mengestimasi parameter (responden dan
butir) secara matematika dan statistika
pada model karakteristik butir itu
• Dibahas di Bab 22
40. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
4. Metrik Sekor dan- Kalibrasi
• Pada umumnya, hasil kalibrasi pada teori
responsi butir adalah dalam bentuk nilai
baku
• Untuk menyatakannya ke dalam suatu
sistem sekor, diperlukan satu metrik
sehingga semua sekor ditransformasikan
ke metrik itu
• Transformasi ini memerlukan penyetaraan
sekor
• Transformasi sekor ke sekor metrik ini
dikenal sebagai kalibrasi
• Dibahas di Bab 23
41. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
5. Pencocokan Mod-el Karakteristik Butir
• Pada teori responsi butir, model
karakteristik butir yang kita pilih harus
cocok dengan data dari lapangan
• Kecocokan ini diperiksa melalui
pencocokan model karakteristik butir
• Dibahas di Bab 24
6. Fungsi Informasi
• Pada teori responsi butir, butir yang baik
adalah butir dengan taraf sukar yang
cocok dengan kemampuan responden
• Kecocokan ini memberi informasi yang
dikenal sebagai fungsi informasi (ada
fungsi informasi butir, fungsi informasi
ujian)
• Dibahas di Bab 25
42. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
G. Sistem Pengujian
1. Bank Butir
• Pada teori responsi butir, butir yang telah
dikalibrasi dan dinilai baik dapat disimpan
ke dalam bank butir
• Di dalam bank butir, setiap butir memiliki
catatan status butir yang cukup lengkap
• Setiap kali butir itu dipergunakan,
hendaknya, informasinya ditambahkan ke
dalam catatan status butir
• Dibahas di Bab 26
44. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
2. Perakitan Perangkat Ujian
• Sebelum merakit perangkat ujian, kita
perlu menentukan fungsi informasi ujian
(gabungan fungsi informasi butir) yang
sesuai dengan tujuan ujian (ujian
keberhasilan, ujian seleksi)
• Perakitan perangkat ujian dapat dilakukan
dengan memilih butir dari bank butir
sehingga hasilnya sesuai dengan
informasi ujian
• Kita dapat merakit beberapa perangkat
ujian yang setara
• Dibahas di Bab 27
46. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
3. Pelaksanaan Ujian Adaptif
• Selain pelaksanaan ujian secara
konvensional (semua responden
mengerjakan semua butir pada waktu
yang sama) dikenal juga pelaksanaan
ujian adaptif
• Pada ujian adaptif, responden
mengerjakan butir yang dipilih satu demi
satu dari bank butir dengan taraf sukar
yang menuju ke perkiraan kemampuan
responden
• Setelah mantap, maka kemampuan
responden ditentukan oleh taraf sukar butir
yang dapat dikerjakannya dengan betul
• Dibahas di Bab 28
47. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
4. Ketimpangan
• Ada kalanya terjadi ketimpangan pada
sekor responden; sekor responden tidak
sesuai dengan kamampuan responden
• Ketidakcocokan ini dikenal sebagai
ketidakwajaran sekor responden
• Ada kalanya pula, butir secara sistematis
menguntungkan satu kelompok responden
atau merugikan satu kelompok responden
• Ketimpangan ini dikenal sebagai bias butir
• Dibahas di Bab 29
50. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
I. Keterampilan Statis-tika
1. Abjad Yunani
Nama Kapital kecil Nama Kapital kecil
alpha Α α nu Ν ν
beta Β β xi Ξ ξ
gamma Γ γ omicron Ο ο
delta Δ δ pi Π π
epsilon Ε ε rho Ρ ρ
zeta Ζ ζ sigma Σ σ, ς
eta Η η tau Τ τ
theta Θ θ upsilon Υ υ
iota Ι ι phi Φ φ
kappa Κ κ khi Χ χ
lambda Λ λ psi Ψ ψ
mu Μ μ omega Ω ω
51. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
Abjad Yunani di Sta-tistika
Abjad Yunani juga digunakan di statistika.
Sebutkan penggunaan mereka di statistika
m =
ν =
π =
ρ =
σ =
χ =
Σ =
Π =
α =
Sebagai latihan, tuliskan kembali abjad
Yunani sehingga bentuknya jelas
52. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
2. Urutan Data -
Biasanya data diurut menurut besarnya.
Ada urutan naik (dari kecil ke besar)
Ada urutan turun (dari besar ke kecil)
Contoh:
• Data
5, 4, 7, 5, 2, 6, 4, 6, 5, 3, 3, 7, 4, 4, 2, 3,
6, 4, 5, 4
Urut naik Urut turun
2 7
3 6
4 5
5 4
6 3
7 2
53. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
3. Frekuensi dan Ku-mulasi Frekuensi
• Frekuensi f:
Banyaknya atau seringnya suatu data muncul
• Kumulasi frekuensi Σf:
Jumlah frekuensi pada sejumlah data,
biasanya berurutan dari suatu data ke data
lainnya
• Kumulasi frekuensi bawah:
Kumulasi frekuensi mulai dari data terkecil
berurutan ke data yang lebih besar
• Kumulasi frekuensi atas:
Kumulasi frekuensi mulai dari data terbesar
berurutan ke data yang lebih kecil
59. ----------------------------------------------------------------------
-
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------
-
4. Proporsi dan Kumulasi Proporsi
Proporsi
f
p frekuensi
= = å
f
frekuensi total
• Kumulasi proporsi
Jumlah proporsi pada sejumlah data,
biasanya berurutan dari suatu data ke
data lain
• Kumulasi proporsi bawah
Kumulasi proporsi mulai dari data terkecil
berurutan ke data yang lebih besar
• Kumulasi proporsi atas
Kumulasi proporsi mulai dari data
terbesar berurutan ke data yang lebih
kecil