1. DIGITAL NEWSPAPER
Pasukan Merah
India Siap Hajar
Pria Jahil
hal
2
Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
| RABU, 18 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Ingin Menambang Bulan, China
Dibilang Terlalu Muluk-muluk
SURABAYA, SURYA-China
berhasil mendaratkan wahana
Chang’e bersama kendaraan
penjelajah Bulan, Yutu, pada
Sabtu (14/12/2013). Bagi
China, misi ini tak cuma
penjelajahan, tetapi upaya
awal mewujudkan mimpi masa
depan, yakni menambang
Bulan.
Kendaraan penjelajah
Yutu yang akan menyelidiki
wilayah Sinus Iridium, Bulan,
dibekali dengan radar yang bisa
mendeteksi adanya mineral
berharga. Salah satu mineral
berharga yang diharapkan bisa
ditemukan adalah Helium-3.
Helium-3 adalah sebuah
isotop yang disebut sebagai
“sumber energi fusi sempurna
yang bisa menggantikan minyak
dan gas”. Diklaim, helium-3
bisa menghasilkan energi untuk
kebutuhan selama 10.000
tahun.
“Setiap orang tahu bahwa
energi fosil seperti gas dan
batu bara akan habis suatu
hari, tetapi paling tidak ada
satu juta metrik ton helium-3
di Bulan,” kata Quyang Ziyuan,
penasihat misi Bulan China,
seperti dikutip AFP, Senin
(16/12/2013).
Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa China telah
menunjukkan kedigdayaannya
dengan mulai mewujudkan
mimpi itu.
“Tahap selanjutnya adalah
melakukan sesuatu yang Amerika belum lakukan, melakukan
sedikit penambangan. Mereka
punya teknologi, daya beli, dan
secara strategis punya ketertarikan. Jadi, kalau mereka mau,
mereka bisa,” kata Richard
Holdaway, Direktur Britain’s
RAL Space Lab.
Namun, Karl Berqquist dari
European Space Agency yang
telah bekerja sama dengan badan antariksa China, termasuk
misi Chang’e 3, mengatakan
bahwa penambangan helium-3
masih sangat jauh. Biaya yang
dibutuhkan terlalu besar.
join facebook.com/suryaonline
Joan JohnsonFreese, profesor
pertahanan
dari US Naval
War College di
Newport, Rhode
Island, mengatakan bahwa
penambang
helium-3 membutuhkan
fasilitas seperti pesawat ulang
alik yang akan membawa serta
fasilitas pendaratan.
“Bahkan dengan kemampuan
antariksa China, reaktor fusi
masih sangat jauh. Ide menambang Bulan muncul ketika
politisi menginginkan justifikasi
untuk aktivitas keantariksaan.
Dulu, itu dipakai oleh Amerika
Serikat, sekarang dipakai
oleh China,”
katanya.
Matahari
sebenarnya
merupakan
sumber
Helium-3. Namun
emisi Helium-3 ini kemudian
ditolak oleh medan magnet
bumi. namun di bulan unsur
isotop ini dengan aman mendarat di permukaan bulan.
Meski begitu, menambangnya bukan hal yang terlalu
mudah. Menurut teori tanah
bulan hanya mengandung 50
bagian per semiliar. Kalau
sudah terkumpul tanah itu
harus dipanaskan hingga suhu
600 derajat Fahrenheit agar
diperoleh Helium-3.
Untuk reaktor fusi sekitar
25-40 ton Helium-3 akan dapat
mencukupi kebutuhan listrik
untuk Amerika Serikat selama
setahun.
Di bumi Helium-3 tersedia,
tapi dalam jumlah sangat
sedikit. Tritium (hidrogen dengan dua netron atau deuteriu
dengan ekstra netron) bisa
membelah menjadi Helium-3.
Helium-3 juga bisa diciptakan dari limbah uji coba
senjata nuklir. Amerika Serikat
punya cadangan namun hanya
30 kg--jumlah yang sangat
kecil.(kompas/rr)
follow @portalsurya
2. 2
RABU 18 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Pasukan Merah India
Siap Hajar Pria Jahil
SURABAYA, SURYA—
Di daerah berdebu di
kota Lucknow di utara
India, Usha Vishwakarma menyiapkan
pasukan beranggotakan perempuan muda
untuk bertarung.
Berdiri di ambang
pintu rumahnya, ia
memipin para remaja
itu untuk berlatih
bela diri. Perempuan
berusia 25 tahun itu
mengatakan meski ia
dan perempuan lain
tidak dapat mengubah
pandangan calon
penyerang, mereka
dapat berlatih melindungi diri mereka
sendiri.
“Kita perlu berpikir
bahwa kita harus
mampu melawan jika
ada yang mencoba
menyerang kita,”
ujar Vishwakarma.
“Kita ingin membuat
gadis-gadis kuat
secara mental dan
fisik sehingga mereka
dapat menghadapi
situasi apa pun.”
Vishwakarma mengatakan
Pasukan Merah yang dibentuknya lahir karena kebutuhan
pada 2010 ketia ia merasa
diabaikan dan mengalami
trauma setelah menghadapi
percobaan pemerkosaan oleh
teman kerjanya.
Ia mengatakan polisi tidak
responsif, dan pria
yang mencoba memperkosanya
selama berbulan-bulan setelahnya mengejeknya karena
melaporkan serangan itu. Ia
mengatakan insiden tersebut,
dan pemerkosaan terhadap
seorang anak perempuan
berusia 11 tahun yang ia ajar,
merupakan titik balik.
join facebook.com/suryaonline
Kelompoknya sekarang telah
terdiri dari 200 perempuan
muda, banyak di antaranya
yang merupakan penyintas
kasus kekerasan. Mereka
berpatroli di jalanan Lucknow
dengan memakai baju tradisional “salwar kameez” - dengan
warna merah yang
menandakan bahaya
dan hitam sebagai
tanda protes -- siap
mengkonfrontasi
dan mempermalukan para pria
yang menggoda,
menyentuh
dan melakukan
tindakan-tindakan
pelecehan dan
kekerasan seksual
lainnya.
Afreen Khan,
17, mengatakan
ia membantu
membentuk
Pasukan Merah
setelah ayahnya
mengancam
mengeluarkannya dari sekolah
karena hampir
setiap hari ia menghadapi pelecehan saat akan masuk kelas.
“Sebelumnya, kami sering
mendengar komentar-komentar yang cabul. Sekarang
hampir tidak ada lagi godaan
itu,” ujar Khan.
“Banyak orang yang mendukung kami, membuat kami
bangga melakukan pekerjaan
ini.”
Aktivitas Pasukan Merah terutama terasa penting menyusul
pemerkosaan beramai-ramai
dan pemukulan atas seorang
mahasiswi berusia 23 tahun
di atas bus swasta di New
Delhi pada Desember 2012. Ia
meninggal beberapa minggu
kemudian di sebuah rumah
sakit Singapura.
Ribuan orang turun ke
jalanan di seluruh India untuk
memprotes serangan brutal
tersebut, namun setahun
kemudian, tidak banyak yang
berubah.
Serangan Meningkat
Jumlah kasus pemerkosaan
di ibukota India tahun ini
meningkat hampir dua kali
dibandingkan tahun
lalu.
Vishwakarma
mengatakan serangan-serangan di
luar ibukota jarang
muncul di media
atau membangkitkan kemarahan
publik semacam
itu. Ia mengatakan
bahwa kehidupan,
terutama di
negara bagian
Uttar Pradesh yang
konservatif, bisa
sangat suram bagi
perempuan yang
tidak didorong
untuk berbicara
atau membela diri,
baik oleh orangtua
maupun suami
mereka.
“Perempuan
tidak dianggap
manusia, namun
barang yang bisa
digunakan,”
ujarnya.
Perjalanan
selama ini tidak
mudah bagi Vishwakarma dan Pasukan
Merahnya. Awalnya, ujarnya,
bahkan keluarganya menentang
upaya-upayanya karena takut
omongan tetangga tentang
perempuan yang keluar rumah
dan menyuarakan aspirasinya.
Bahkan sampai saat ini, para
anggota pasukan berhati-hati
untuk tidak berlatih bela diri di
muka publik.
Namun Vishwakarma tidak
surut karena norma-norma
masyarakat. Ia bersikeras
meyakinkan para perempuan
dan gadis remaja untuk
menumbuhkan kepercayaan
diri untuk melindungi diri
mereka. Sang ibu yang tadinya
menolak sekarang mengatakan
ia bangga akan Vishwakarma
dan ketiga putrinya yang lain.
“Saya ingin anak-anak saya
maju, berkarya dengan baik.
Saya ingin mereka memiliki
kehidupan yang berbeda
dengan saya,” ujar Singhari
Devi sambil mengamati putriputrinya mengenakan seragam
merah hitam. Vishwakarma
berharap Pasukan Merah ada
di setiap kota di India tahun
depan. (*)
follow @portalsurya