SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Berikut ini beberapa panduan untuk menulis daftar pustaka yang baik: 
1. Nama penulis diurutkan sesuai alfabetis dari A-Z, nama pengarang yang ditulis lebih dahulu adalah nama belakang, jika ada nama atau buku asing 
maka sebaiknya didahulukan dulu untuk ditulis. 
2. Beri Tanda titik sebagai jeda kemudian tulis tahun buku diterbitkan 
3. Selanjutnya beri tanda titik lagi dan tulis judul buku yang dicetak miring atau ditulis tebal dan diberi garis bawah. 
4. Beri tanda titik lagi kemudian tulis kota tempat buku diterbitkan. 
5. Yang terakhir setelah kota beri titik dua dan tulis penerbit buku tersebut 
6. Jika yang dipakai referensi pengarangnya sama tapi bukunya berbeda, anda dapat menuliskannya tepat dibawah nama penulis dan memberi garis 
panjang. 
7. Sebaiknya dipisah antara referensi yang berasal dari buku, internet atau media cetak. 
Contoh Penulisan Daftar Pustaka 
1. Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari internet 
Pertama; tulis nama, 
Kedua; tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), 
Ketiga; tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, 
Keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu beri tanda koma, 
Kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. 
Seperti contoh dibawah ini: 
· Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance). From 
http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008 
2. Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari buku 
Pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama 
belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, 
Kedua; Tahun pembuatan atau penerbitan buku, 
Ketiga; Judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), 
Keempat; Tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), 
Kelima; Penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik).Seperti contoh dibawah ini: 
· Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. · Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara 
Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo. 
3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. 
Pertama tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa 
singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama 
seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap. Setelah 
penulisan nama kedua selesai, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, 
setelah penulisan nama selesai, 
Kedua; Tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ ( )] setelah itu beri (tanda titik). 
Ketiga; Judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. 
Keempat; Yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir
Kelima; Nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok. Untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan 
daftar pustaka.Nah ini contohnya Seperti dibawah ini: 
· Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika. 
· Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education. 
4. Penulisan daftar pustaka Dengan Banyak Pengarang/Penulis 
Jika dalam penulisan daftar pustaka memiliki banyak nama pengarang 
Pertama; Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik 
Kedua; Untuk mengganti nama-nama pengarang lainnya gunakan singkatan et al yang artinya dan lain-lain 
contoh penulisan banyak pengarang; 
Morris, Alton C., et al. College English, the Firts Year. New York: Harcourt, Brace&World.Inc., 1964. 
5. Penulisan daftar pustaka Untuk Buku hasil terjemahan 
Untuk penulisan daftar pustaka dari buku-buku terjemahan cara penulisannya 
Pertama; Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis 
Kedua; Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisah dengan tanda koma, 
Contoh Penulisannya; 
Multatuli. Max Havelaar, atau lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, Terj. H.B Jasin, Jakarta: Djambatan, 1972 
6. Penulisan Daftar Pustaka dari majalah, Jurnal 
Untuk penulisan daftar pustaka jurnal dan majalah Baca di Penulisan Daftar Pustaka Jurnal, koran dan majalah 
Bagi anda yang sedang menulis suatu karangan ilmiah, baik itu tugas akhir, ataupun sejenis penelitian lainnya, jangan lupa untuk menulis daftar 
pustaka sesuai abjadnya (alfabetis) berdasarkan nama pengarangnya, jadi bisa tertata rapi, jadi begitulah penulisan Daftar Pustaka yang 
sesungguhnya. Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat buat teman-teman yang sedang mengerjakan tugas akhir. Tolong bantu share ya 
ke sosial media. Kalau anda share berarti anda sudah berbagi ilmu juga. 
Referensi; 
Prof. DR, Gorys Keraf dalam Buku Komposisi 
Rasyid Sartuni, SS., M.A Dalam buku Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi 
Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal, Koran dan Majalah 
By imuz corner → 11 Jul 2013 
Penulisan daftar pustaka harus ditulis di sebuah tulisan baik makalah, karya ilmiah, penelitian, skripsi, jurnal, Thesis atau pun artikel ilmiah lainnya 
bukan hanya sebagai referensi Anda tetapi juga sebagai tanggung jawab moral atas hak kekayaan intelektual orang lain, dan Anda wajib 
mencantumkan daftar pustaka. Sebelumnya saya sudah berbagi cara penulisan daftar pustaka yang benar untuk sebuah karya ilmiah. 
Bagaimana Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal, Koran Majalah; berikut cara penulisannya; 
1. Jurnal atau Journal 
Seiring dengan era digital, Jurnal bukan hanya dari jurnal cetak yang dijilid dari berbagai volume, namun ada jurnal digital yang menjadi sumber 
referensi di era digital ini. Karena perpustakaan modern sudah mempublikasikan jurnal online agar lebih mudah diakses. Bagaimana Penulisan 
daftar pustaka jurnal, 
Jurnal Cetak; 
Penulisannya; 
1. Nama Pengarang atau Penulis (Tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan Berdasarkan Alphabetis 
2. Tahun Penerbitan Jurnal 
3. Judul Jurnal 
4. Penulisan Nama Penerbit 
5 Penulisan volume atau edisi jurnal 
Jurnal Online atau Jurnal Digital 
1. Nama Pengarang atau Penulis (Tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan Berdasarkan Alphabetis 
2. Tahun Penerbitan Jurnal 
3. Judul Jurnal 
4. Penulisan Nama Penerbit 
5. Penulisan volume atau edisi jurnal 
6. Alamat URL 
7. Tanggal pengambilan data tersebut 
Contoh; 
Ridjanović, Midhat. PhD, July 2013, "Naive Translation Equivalent". Translation Journal. Volume 17, No. 
3, http://translationjournal.net/journal/65naive.htm, 10 July 2013. 
2. Koran atau Surat Kabar 
Artikel Dari Koran bisa menjadi referensi Anda, begini cara penulisan daftar pustaka dari koran; 
Nama Penulis. Tahun Penerbitan. “Judul Artikel”. Nama Koran. TanggalPenerbitan. 
Contoh; 
Arifin, Mushallin. 2013. "Rahasia Sukses Menjadi IB Forex". KOMPAS, 2 Juni 2013.
3. Majalah 
Penulisan daftar pustaka dari Majalah bisa menjadi referensi penulisan ilmiah ataupun penelitian lainnya, begini cara penulisannya; 
Nama Penulis. Tahun Penerbitan. “Judul Artikel”. Nama Majalah Nomor edisi 
Misal; 
Arifin, Lukman. 2012. "Janji Politikus dan Janji Pengusaha". Gatra IXXX 
Mudah-mudahan Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal, Koran dan Majalah bermanfaat untuk membantu Anda dalam tata cara penulisan daftar pustaka. 
Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Internet 
Posted on by caramenulisbuku453 
Saya sering melihat Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Internet yang salah dalam tugas makalah mahasiswa saya. 
Pertama, kebanyakan format penulisan daftar pustaka dari internetnya amburadul, formatnya tidak standar. Kedua, banyak mahasiswa 
yang mengambil referensi dari sumber yang kurang meyakinkan. Misalnya mereka banyak mengutip dari blog yang kurang terpercaya 
seperti blog gratisan. Padahal yang mereka tulis adalah karya intelektual, bukan artikel biasa. 
Bagaimana cara mengatasi dua masalah ini? 
Sebenarnya, untuk menulis format daftar pustaka dari internet yang benar tidaklah susah. Berikut ini adalah urutannya: 
Nama pengarang. Penulisan nama pengarang sama seperti aturan penulisan nama pada daftar pustaka biasa, yaitu nama depan ditulis di 
belakang. 
Judul. Judul tulisan diberi tanda kutip. 
Tanggal Akses 
Alamat situs atau blog. Alamatnya harus berupa URL (Uniform Resource Locator) alias: 
Rngkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen 
dan gambar di Internet. Seperti ini: http://id.wikipedia.org/wiki/URL 
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet: 
Aini, Ratu. “Cara Beternak Itik Lampung”. 15 Januari 2001. http://ternakindo.com/2008/12/literasi-informasi-ternak-itik-nasional.html. 
Mengenai masalah kedua, kekuatan referensi. Agar argumentasi kita kuat kita harus merujuk pada sumber yang asli dan terpercaya saja, 
bukan sumber yang asalan. 
Mengambil referensi dari internet tidak boleh sembarangan. Hal ini karena tulisan di internet banyak sekali hasil kopi pas (copy-paste). 
Apalagi kalau kita ingin membuat sebuah karya intelektual, pertanggungjawaabannya cukup berat sehingga kita harus hati-hati dalam 
memilih referensi. 
Kata Baku dan Tidak Baku dalam bahasa Indonesia 
Kata Baku dan Tidak Baku 
Kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar 
yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum. Kata yang tidak baku adalah kata yang cara pengucapan 
atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum tersebut. 
Fungsi Kata Baku 
1. Pemersatu. 
Pemakaian bahasa baku dapat memepersatukan sekelompok orang menjadi satu masyarakat bahasa. 
2. Pemberi kekhasan. 
Pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya. 
3. Pembawa kewibawaan. 
Pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya. 
4. Kerangka acuan. 
Bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang. 
Ciri-Ciri Bahasa Baku 
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah. 
Baku Tidak Baku 
saya gua 
mengapa kenapa 
dilihat dilihatin 
bertemu ketemu 
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing. 
Baku Tidak Baku 
kantor tempat kantor di mana 
sudah banyak sarjana sudah banyak sarjana-sarjana 
itu benar itu adalah benar 
kesempatan lain lain kesempatan 
3. Bukan merupakan bahasa percakapan. 
Baku Tidak Baku 
dengan sama 
mengapa kenapa 
memberi kasih 
tidak enggak 
tetapi tapi 
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit. 
Baku Tidak Baku 
Ia bekerja keras Ia kerja keras 
Tyson menyerang lawannya Tyson serang lawannya 
5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat. 
Baku Tidak Baku 
suka akan suka dengan 
disebabkan oleh disebabkan karena 
lebih besar daripada lebih besar dari 
6. Tidak terkontaminasi, tidak rancu. 
Baku Tidak Baku 
berkali-kali berulang kali 
mengesampingkan mengenyampingkan
mengajar siswa mengajar bahasa 
7. Tidak mengandung arti pleonasme. 
Baku Tidak Baku 
para tamu para tamu-tamu 
hadirin para hadirin 
pada zaman dahulu pada zaman dahulu kala 
maju maju ke depan 
C. Beberapa jenis klasifikasi bahasa baku dan tidak baku 
a. Awalan di-/ke- dan kata depan di/ke 
Untuk menunjuk preposisi: 
Salah Benar 
diantara di antara 
dihadapan di hadapan 
disini di sini 
di setujui Disetujui 
di tolak Ditolak 
di revisi Direvisi 
keatas ke atas 
kemana ke mana 
kesana ke sana 
ke panasan Kepanasan 
ke tahuan Ketahuan 
ke lamaan Kelamaan 
b. Ditambah satu huruf 
Salah Benar 
hembus Embus 
geladi Gladi 
himbau Imbau 
kangker Kanker 
katholik Katolik 
konggres Kongres 
perduli Peduli 
silahkan silakan 
standard standar 
theologi teologi 
c. Dikurang satu huruf 
Salah Benar 
Australi Australia 
esok besok 
ensiklopedi Ensiklopedia 
Itali Italia 
karna karena 
standarisasi standardisasi 
d. Contoh kata baku dan tidak baku 
Tidak baku Baku Tidak baku Baku 
adzan azan negoisasi negosiasi 
bolpen, pulpen bolpoin nekad nekat 
bis bus automotif otomotif 
cabe cabai paska pasca 
hadist hadis prosen persen 
kokoh kukuh Rebo Rabu 
import impor Ramadhan Ramadan 
intruksi instruksi renumerisasi remunerisasi 
interprestasi interpretasi rubuh roboh 
lembab lembap shalat, sholat salat 
lesung pipit lesung pipi seketaris, sekertaris sekretaris 
maghrib magrib Saptu Sabtu 
mahsyur masyhur contek sontek 
mahzab mazhab supir sopir 
pungkir mungkir sorga, syurga surga 
acuh tak acuh ijasah ijazah 
azas asas jadual jadwal 
basar bazar accu aki 
asesori aksesori pisik fisik 
extra esktra esklusif eksklusif 
dinamu dinamo apotik apotek 
amien amin abjat abjad 
haemoglobin hemoglobin aktuil aktual 
administerasi administrasi aerodinamika aerodinamik 
insyaf insaf syah sah
e. Akhiran -is/-a 
Umumnya berasal dari akhiran bahasa Inggris “ize”: 
Salah Benar 
analisa analisis 
diagnosa diagnosis 
sintesa sintesis 
f. Akhiran -it is/-itas 
Mumnya berasal dari akhiran bahasa Inggris “-itiy”, beberapa menjadi akhiran “-iti”, dan beberapa menjadi “-itas”. 
Salah Benar 
komoditas komoditi 
sekuritas sekuriti 
Kata-kata yang penulisannya menggunakan “-as”: 
Salah Benar 
aktiviti, aktifitas aktivitas 
komuniti komunitas 
realiti, realita realitas 
selebriti selebritas 
universiti universitas 
utiliti utilitas 
validiti validitas 
Klausa 
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa 
jenis klausa, subjek dari klausan mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. 
Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan 
satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa klausa. 
Klausa sering kali di kontraskan dengan frasa. Sebuah kumpulan kata dikatakan sebagai klausa apabila ia mempunyai Kata kerja finit dan 
subyeknya sementara sebuah frasa berisi kata kerja finit namun tanpa subyeknya Frasa kata kerja, atau tidak berisi kata kerja. 
Sebagai contoh kalimat "Aku tidak tahu kalau kau membuat lukisan itu", "kau membuat lukisan itu" adalah klausa dan sebuah kalimat 
benuh sedangkan "lukisan itu" dan "membuat lukisan itu" adalah sebuah frasa. Ahli Bahasa masa kini tidak membuat perbedaan 
seperti itu, mereka menerima ide akan klausa non-finit, klausa yang di atur disekitar kata kerja non-finit. 
Klausa dependen dan independen 
Klausa umumnya di bagi menjadi klausa dependen dan klausa independen. Sebuah klausa independen dapat berdiri sendiri sebagai 
sebuah kalimat sedangkan klausa dependen harus terhubung dengan klausa lainnya. Klausa independen dapat berupa anak kalimat 
atau kalimat yang setara dengan klausa yang lainnya. 
KALIMAT YANG BEROBJEK DAN BERPELENGKAP 
April 21, 2010 – 1:36 am 
Ditulis dalam Uncategorized 
Kalimat yang Berobjek dan Berpelengkap 
Dlam bahasa Indonesia dikenal lima (5) sebutan fungsi kalimat, yakni Subjek (S), Predikat (P), Objek (O) Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). kelima 
fungsi tersebut kedudukannya antara lain dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut. 
1. Ayah Kresna menulis buku pelajaran. 
S P O 
2. Kaosnya bergambarkan burung merpati. 
S P Pel 
3. Kakak membelikan Anto buku pelajaran. 
S P O Pel 
Jika diperhatikan dalam kalimat di atas, fungsi objek (O) dan pelengkap (Pel) selalu di belakang predikat (P). Atas dasar itu, antara keduanya sering 
dipersamakan. Padahal di antara keduanya terdapat karakteristik yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut. 
No. Objek Pelengkap 
1. Katagori katanya berupa nomina atau benda. 
Kresna membaca buku. 
Selain nomina, pelengkap bisa diisi olehajektif 
Adik bermain bola. 
Bajunya berwarna hijau. 
2. Berada langsung di belakang verba transitif aktif tanpa 
preposisi 
Ronaldo menendang bola. 
Berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif dan 
dapat didahului oleh preposisi 
-Mereka bermain tenis(semitransitif) 
-Ayah memerintahkan kakak bersenam pagi(dwitransitif) 
-Ibu berkata bahwa adik sedang sakit (bahwa=peposisi) 
3. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif 
-Wasit meniup peluit. 
O 
-Peluit ditiup wasit. 
S 
Tidak dapat dijadikan bentuk pasif 
-Adik bermain bola basket. 
Pel 
-Bola basket bermain adik (?). 
4. Dapat diganti dengan bentuk nya- 
-Adik menyantap makanan. 
-Adik mmenyantapnya. 
Tidak dapat diganti dengan bentuk –nya 
Kecuali didahului oleh preposisi 
-Negara ini berdasar hukum. 
Negara ini berdasarnya (?) 
-Negara ini berdasar pada hukum. 
Negara ini berdasar padanya. 
Diambil dari : Bimbingan pemantapan Bahasa Indonesia, E Kosasih 
1. Pengertian Klausa 
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas 
subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena 
meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca 
yang menjadi ciri kalimat. 
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. 
tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang 
merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya :
(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh. 
Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa 
(a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga klausa 
tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan. 
2. Ciri-ciri Klausa 
Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat menjadi kalimat jika 
kepadanya dikenai intonasi final; (3) dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4) klausa dapat diperluas dengan menambahkan 
atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi 
sintaktis yang ada. 
3. Jenis-jenis Klausa 
Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1) kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2) ada–tidaknya 
kata yang menegatifkan P: klausa negative dan klausa positif, (3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa nonverbal, (4) dan 
kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung. 
a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap 
Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu, klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa 
yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa 
susun biasa dan klausa lengkap susun balik. 
Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah 
klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya : 
(2) Tulisan Hendi sangat berbobot. 
Klausa (2) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan Hendi berada di depan P, sangat berbobot. 
Klausa tak lenngkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa buntung merupakan klausa yang unsure internalnya tidak lengkap karena di dalamnya 
tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya : 
(3) terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu 
Klausa (3) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya ditambah S, misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya 
terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu. 
b. Klausa Negatif dan Klausa Positif 
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa posit if. Klausa negatif ialah 
klausa yang di dalamnya terdapat kata negative, yang menegasikan P.menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata negatif, yang menegasikan 
P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut ini adalah contoh klausa negative : 
(4) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya. 
Klausa (4) merupakan klausa negatif karena terdapat kata tidak yang menegasikan mengurus. 
c. KLausa Verbal dan Klausa Nonverbal 
Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. 
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi 
klausa verbal intransitif dan klausa verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung verba transitif, dan klausa verbal 
intransitif ialah klausa yang mengandung verba intransitif. 
Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut : 
(5) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang. 
(6) Pengidap AIDS bertambah. 
Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4) klausa 
resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149). Klausa aktif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif. Klausa pasif ialah klausa yang P-nya berupa 
verba transitif pasif. Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif reflektif, yaitu verba yang menyatakan “perbuatan’ yang 
mengenai ‘pelaku’ perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang diikuti kata diri.Adapun klausa resiprokal adalah klausa 
yang P-nya berupa verba transitif resiprokal, yaitu verba yang menyatakan kesalingan. 
Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa 
adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh: 
(7) Yang kita bela kebenaran 
(8) Budi pekertinya mulia 
(9) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah 
(10) Yang dikorupsi 300 juta rupiah 
(11) Kedatangannya kemarin sore 
d. Klausa Mandiri dan Klausa Tergabung 
Klausa mandiri merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya : 
(12) Merokok dapat menyebabkan kanker 
Klausa tergabung 
a) Klausa Mandiri 
Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yan kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. 
Misalnya: 
 Merokok dapat menyebabkan kanker 
 Nirina sedang belajar 
b) Klausa Tergabung 
Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam 
kalimat plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Contoh: 
(1) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. 
(2a) Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu. 
(2b) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat menghadiri rapat. 
Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konatruksi (1) terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam 
konstruksi (2) terdapat klausa-klausa tergabung secara subordinatif. 
Klausa Koordinatif 
Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa 
koordinatif. Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungka secara koordinatif oleh penghubung-penghubung 
koordinatif dan, atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain. 
Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi kontrastif, (3) koordinasi alternatif, (4) koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat 
dilihat dalam contoh-contoh kalimat berikut. 
(1) Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa 
(2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannyajauh lebih sulit 
(3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang S-2?
(3) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu diangsur. 
Klausa Subordinatif 
Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal 
dengan klausa induk, Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif. Klausa bawahan 
dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan klausa terkandung. 
Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural. Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu 
klausa-klausa berbatasan: 
(1) final, contoh 
Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati. 
(2) kausal, contoh 
Rombogan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk Presiden Soeharto 
(3) kondisional, contoh 
Jika diundang, ia mau datang. 
(4) konsekutif, contoh 
Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil. 
(5) konsesif, contoh 
Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi. 
(6) temporal, contoh 
Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim memperkuat Benfica. 
Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif sepertiagar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang 
berturut-turut dinamakan sebagai klausa berbatasan. 
Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa 
terkandung dapat dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa pemerlengkap. 
 Klausa pewatas 
Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang 
diikutinya. Contohnya ialah beberapa klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut: 
 Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang 
yang mempunyai keberuntungan yang besar. 
 Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran 
Baru, Jakarta Selatan. 
 Klausa Pemerlengkap 
Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang berfungsi melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang 
terkandung dalam) verba matriks. Klausa pemerlengkap dibedakan lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2) klausa pemerlengkap 
eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan. 
Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi. Contoh: 
 Dokter berkata, “ASI sangat baik untuk anak.” 
Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak. 
 Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat wilayah B, pada tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan media 
kampus. 
Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa 
dan proses pada kalimat-kalimat berikut. 
 Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari pekerjannya sudah terduga sebelumnya. 
 Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya diketahui oleh para penulis. 
Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan 
yang mungkin dilakukan. 
Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan, mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Misalnya: 
 Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela 
Zahra mendorong Ela 
 Prof. Dr. Fathur Rokhman mulai meneliti masalah itu pada tahun yang lalu 
Prof. Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu 
Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah, menolak, gagal, dan lupa. Misalnya: 
 Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah 
Kami tidak membawa uang saku ke sekolah 
 Imron gagal mengikuti lomba 
Imron tidak mengikuti lomba 
Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verbabermaksud, berniat, bertekad, merencanakan, 
menganjurkan, dan menyarankan.Misalnya: 
 Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus 
Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin 
 Samdum mengajak Dian pergi ke Mal Ciputra 
Dian pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal Ciputra 
JENIS-JENIS PARAGRAF 
Dipublikasi pada 14 April 2011 oleh jelajahduniabahasa 
Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas : 
1. Paragraf argumentasi 
2. Paragraf eksposisi 
3. Paragraf deskripsi 
4. Paragraf persuasi 
5. Paragraf naratif 
A. PARAGRAF ARGUMENTASI 
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan pembaca 
Ciri-ciri paragraf argumentasi 
bersifat nonfiksi /ilmiah 
bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran 
dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar dll 
ditutup dengan kesimpulan 
MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF ARGUMENTASI 
POLA PENGEMBANGAN SEBAB – AKIBAT adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab 
yang diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.Ditandai dengan kata – kata sebab, karena, 
disebabkan, dikarenakan dll. 
POLA PENGEMBANGAN AKIBAT- SEBAB adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat 
yang diketahui. Kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi. 
CONTOH PARAGRAF ARGUMENTASI
1. Pola pengembangan sebab-akibat 
Pencemaran lingkungan hampir terjadi di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Pencemaran itu, antara lain, polusi udara dari 
kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin banyak, pembuangan limbah industri dari pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan 
prosedur, dan ulah masyarakat sendiri yang sering membuang sampah sembarangan . Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan 
kerugian yang cukup besar. Misalnya udara menjadi kotor dan tidak sehat, menyebarnya berbagai virus dan bakteri atau 
menjangkitnya wabah penyakit, serta bencana banjir karena saluran-saluran air tersumbat oleh sampah. 
2. Pola pengembangan akibat-sebab 
Jumlah anak jalanan di kota-kota besar semakin hari semakin bertambah. Mereka memenuhi jalan-jalan utama di pusat kota dengan 
segala tingkah dan aksinya. Berbagai macam cara mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di jalanan, dari cara yang sopan 
hingga yang paling brutal. Mereka berkeliaran di jalan dan mencari hidup dengan cara meminta-minta. Fenomena seperti ini mulai 
tampak menggejala ketika krisis ekonomi melanda negara kita. Krisis yang berkepanjangan menjadi penyebab kesulitan hidup di 
segala sektor/bidang. 
B. PARAGRAF DESKRIPSI 
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan bisa 
melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh penulis 
CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI 
Menggambarkan /melukiskan objek tertentu (orang, tempat, keindahan alam dll) 
Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek 
MACAM /POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DESKRIPSI 
Deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini penulis 
Deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis 
Deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek secara detail khususnya ruangan, benda,atau tempat 
Deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan berdasarkan waktu peristiwa cerita tersebut 
CONTOH-CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI 
Lapisan ozon menipis. Hutan-hutan tropis mulai meranggas. Gurun makin luas. Akibatnya suhu bumi meningkat, cuaca tidak menentu, dan 
bencana alam makin sering datang. Kesimpulannya, bumi makin kritis. Siapa sesungguhnya yang berperan dalam menjadikan planet 
bumi ini menjadi demikian ? Jawabnya tentu manusia sendiri! (Deskripsi subjektif) 
2. Dia memakai rok panjang warna cokelat. Betapa sesuai benar dengan warna blus panjangnya. Rok dan blusnya seakan-akan 
menambah keanggunan pribadinya. Jalannya sungguh santun memikat hati orang yang memandang ( Deskripsi subjektif) 
3. Pantai Nusa Penida memiliki tata keindahan alam yang menarik, khususnya bagi wisatawan yang mendambakan suasana nyaman, 
tenang, jauh dari kebisingan kota. Pohon-pohonnya rindang. Bentangan lautnya luas. Bagi penyelam , Pantai Nusa Penida juga 
menawarkan keindahan ikan laut yang sedang berenang. Pemda Bali harus menata dan mengelola Pantai Nusa Penida sebagai 
tujuan wisata alternatif( Deskripsi objektif/tempat ) 
4. Jika diumpamakan permata, pesona pantai Nusa Penida bak mutiara yang memantulkan cahaya putih kekuning-kuningan, namun jika 
diibaratkan gadis maka pesonanya laksana sosok perawan kencur. Kiasan tersebut sepintas memang kedengarannya seperti 
berlebihan, namun itulah sesungguhnya kata yang paling tepat untuk menggambarkan pesona alam Pantai Nusa penida. (Deskripsi 
subjektif/tempat) 
5. Dalam waktu yang tidak lama. Aku mencoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di sebelah kiriku, seorang gadis cantik berambut 
panjang. Sambil melirik, kuperhatikan dia. Gadis itu berambut pirang, berkulit kuning, dan berbibir tipis ( deskripsi objektif) 
6. Tidak lama. Dengan rasa penasaran, kucoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di sebelah kiriku, seorang gadis berambut panjang 
menarik hatiku. Sambil melirik, kuperhatikan dia. Rambutnya pirang, rambutnya kuning indah, matanya memandang sayu, ditambah 
dengan bibirnya yang tipis, dia membuat jantungku berdetak hebat. Rasanya, aku mengenalnya. Tapi di mana ? (deskripsi subjektif) 
7. Sungai ciliwung terletak di Jakarta. Sungai ini mengalir di seluruh Jakarta. Sayangnya, Sungai Ciliwung dipenuhi tumpukan sampah. 
Tumpukan sampah di sungai dihinggapi lalat. Lalat-lalat itu selalu berterbangan ke perumahan warga dan membawa berbagai macam 
penyakit. Selain itu tumpukan sampah juga menebarkan bau yang sangat menyengat. Sungguh pemandangan yang sangat 
menyedihkan (Deskripsi spasial) 
C. PARAGRAF EKSPOSITIF 
PENGERTIAN PARAGRAF EKSPOSITIF/EKSPOSISI 
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar 
pembaca mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang 
CIRI-CIRI PARAGRAF EKSPOSITIF 
- bersifat nonfiksi/ilmiah 
- bertujuan menjelaskan/memaparkan 
- berdasarkan fakta 
- tidak bermaksud mempengaruhi 
MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSITIF 
– pola umum-khusus (deduksi) 
Adalah paragraf yang dimulai dari hal –hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan dengan kalimat –kalimat pendukung yang khusus 
- pola khusus-umum (induksi) 
Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum 
- pola perbandingan 
Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, 
kelebihan dengan kekurangan. Kata hubung (jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama dengan,selaras 
dengan,sesuai dengan) 
- pola pertentangan/kontras 
Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, 
sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu) 
- pola analogi 
Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan 
segi /fungsi dari kedua hal tadi sebagai ilustrasi 
- pola pengembangan proses 
Adalah pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu 
- pola pengembangan klasifikasi 
Adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan 
tertentu 
- pola pengembangan contoh/ilustrasi 
Adalah paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, 
umpamanya,misalnya) 
- pola pengembangan difinisi 
Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat 
maknanya dilengkapi oleh pembaca 
- pola sebab akibat 
Adalah pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian 
pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu 
dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya 
CONTOH-CONTOH PARAGRAF EKSPOSITIF
1. Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh 
melalui darah.Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang 
kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.(pola pengembangan definisi) 
2. Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. 
Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa 
kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan dibalik reruntuhan bangunan. 
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata. (pola pengembangan contoh) 
3. Pemerintah akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan 
tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang 
rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapatkan sekitar 30 juta . Calon 
penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawalan dari pihak LSM (pola pengembangan 
klasifikasi) 
4. Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, 
dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub – bab, dan paragraf. Tubuh 
karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding 
dengan daun.(pola pengembangan analogi) 
5.Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya 
seperti kertas dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik seperti kertas yang 
terisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Jadi, membentuk kepribadian baik seorang anak ibarat 
menulisi kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat (analogi) 
6. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan paa diri anak dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, 
temanya bersifat temporer karena mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok 
lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti dalam 
kehidupan anak-anak itu sendiri. (pola pengembangan perbandingan) 
D. PARAGRAF PERSUASIF 
PENGERTIAN PARAGRAF PERSUASIF 
Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan /menerima 
keinginan penulis 
CIRI-CIRI PARAGRAF PERSUASIF 
- ada fakta/bukti untuk mempengaruhi/membujuk pembaca 
- bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk pembaca 
- menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca 
CONTOH-CONTOH PARAGRAF PERSUASI 
1. Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras organik lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras 
organik tidak mencemari lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para petani beras organik 
juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan keuntungan 34 % dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya 
mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan 
dapat meningkatkan taraf hidup. 
2. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam “obat kuat’ untuk membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri 
itu sudah besar, kita dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama 
untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakn praktik berpidato agar kita segera memperoleh 
keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato. 
E. PARAGRAF NARATIF 
Paragraf naratif adalah suatu bentuk paragraf yang menceritakan serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan 
waktu terjadinya 
Ciri-ciri paragraf naratif 
- Ada tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan 
- Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa 
- Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman) tetapi juga terdapat dalam tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat 
kabar,sejarah,riwayat perjalanan) 
Macam / pola pengembangan paragraf naratif 
Narasi ekspositoris/nonfiksi/informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi (cerita kepahlawanan, sejarah, biografi/otobiografi, cerita nyata 
dalam surat kabar) 
Narasi sugestif/fiksi/artistik adalah cerita yang menonjolkan khayalan sehingga pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan 
terhayut,bahkan merasa mengalami cerita tersebut( cerpen, novel dll) 
Contoh-contoh paragraf naratif 
Pernah suatu ketika aku bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang yang menyuruhku untuk pergi ke arah timur . Aku tidak 
mengerti apa maksudnya. Sesudah bangun , keinginan untuk memenuhi perintah si kakek itu seperti tidak terbendung. Aku harus 
pergi ke arah timur. Timur…timur mana ? Jakarta Timur? ……( Narasi sugestif) 
2. Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Ia mengayunkan pedang itu dengan cepat ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum 
mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang dan membacokkan lagi ke tubuh 
Tunjungsekar.Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal (Narasi sugestif) 
3. Hari-hariku sebagai pekerja perempuan di perusahaan industri makanan olahan sangat padat dan melelahkan. Bayangkan pagi-pagi 
sekali aku harus bangun dan menyiapkan sarapan anak-anakku. Sebelumnya, aku tentu harus memandikan mereka karena anak-anakku 
masih kecil. Sambil aku ganti baju kerja, aku sempatkan menyuapi anakku yang paling kecil. Setelah beres urusan rumah, 
segera aku berlari untuk mengejar angkutan yang mengangkutku ke jalan raya yang dilalui bus.(Narasi ekspositoris) 
4. Ratusan warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam setelah mereka menikmati hidangan dalam hajatan sunatan di 
rumah Slamet Riyadi (38), warga Desa Jompo Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 200 
penduduk dari beberapa desa dibawa ke rumah sakit di puskesmas. Tak ada korban meninggal dalam musibah tersebut. ( Narasi 
ekspositoris) 
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, 
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan 
maupun tertulis [1] 
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan 
Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. 
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, 
yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. 
Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. 
Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " 
umpama", "ibarat","bak", bagai". 
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. 
Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. 
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. 
Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. 
Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. 
Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. 
Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. 
Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. 
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum) 
Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. 
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. 
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku. 
Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. 
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit. 
Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. 
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku. 
Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. 
Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. 
Contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya. 
Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. 
Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand. 
Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. 
Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya? 
Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. 
Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. 
Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat. 
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. 
Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. 
Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. 
Contoh: Kita bermain ke rumah Ina. 
Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. 
Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. 
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut. 
Majas sindiran[sunting | sunting sumber] 
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran 
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. 
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut. 
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). 
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ? 
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. 
Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. 
Majas penegasan[sunting | sunting sumber] 
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan 
Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. 
Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak 
diperlukan. 
Contoh: Saya naik tangga ke atas. 
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. 
Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. 
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. 
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. 
Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. 
Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. 
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. 
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih 
penting. 
Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang 
sederhana/kurang penting. 
Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. 
Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. 
Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. 
Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang 
sesungguhnya. 
Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. 
Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. 
Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. 
Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. 
Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. 
Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. 
Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. 
Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. 
Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. 
Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi 
kalimat yang rancu. 
Majas pertentangan[ 
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan 
Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. 
Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. 
Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. 
Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. 
Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

More Related Content

What's hot

Penulisan kutipan
Penulisan kutipanPenulisan kutipan
Penulisan kutipanRock Holik
 
Kutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis KutipanKutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis Kutipantiharum
 
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan KakiMKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan KakiAsepPerdiansyah
 
Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)
Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)
Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)Yana Virgo
 
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan KakiMKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan KakiAsepPerdiansyah
 
Bahasa indonesia Febrianti
Bahasa indonesia FebriantiBahasa indonesia Febrianti
Bahasa indonesia FebriantiArdiMawardi1
 
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansi
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansiMerangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansi
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansiKastam Syamsi S
 
Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)
Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)
Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)Noorezayu Mohd Said
 
materi rujukan.pptx
materi rujukan.pptxmateri rujukan.pptx
materi rujukan.pptxDivaNirv
 
Cara Menulis daftar Pustaka
Cara Menulis daftar PustakaCara Menulis daftar Pustaka
Cara Menulis daftar PustakaSuaidin -Dompu
 
Teori eyd print
Teori eyd printTeori eyd print
Teori eyd printbbawor aji
 
Daftar pustaka br
Daftar pustaka brDaftar pustaka br
Daftar pustaka brnur_mila
 
5. teknik tulisan
5. teknik tulisan5. teknik tulisan
5. teknik tulisanevinurleni
 
Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.
Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.
Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.Nini Ibrahim01
 

What's hot (19)

Penulisan kutipan
Penulisan kutipanPenulisan kutipan
Penulisan kutipan
 
Kutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis KutipanKutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis Kutipan
 
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan KakiMKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan Kaki
 
Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)
Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)
Penulisan Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia)
 
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan KakiMKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
MKU Bahasa Indonesia Kutipan, Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
 
Bahasa indonesia Febrianti
Bahasa indonesia FebriantiBahasa indonesia Febrianti
Bahasa indonesia Febrianti
 
Tugs b.indo copy
Tugs b.indo   copyTugs b.indo   copy
Tugs b.indo copy
 
Apa style indo
Apa style indoApa style indo
Apa style indo
 
Kutipan dan daftar pustaka
Kutipan dan daftar pustakaKutipan dan daftar pustaka
Kutipan dan daftar pustaka
 
Kaidah penulisan daftar pustaka
Kaidah penulisan daftar pustakaKaidah penulisan daftar pustaka
Kaidah penulisan daftar pustaka
 
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansi
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansiMerangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansi
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah transparansi
 
Panduan apa
Panduan apaPanduan apa
Panduan apa
 
Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)
Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)
Panduan Penulisan Akademik (Institut Pendidikan Guru)
 
materi rujukan.pptx
materi rujukan.pptxmateri rujukan.pptx
materi rujukan.pptx
 
Cara Menulis daftar Pustaka
Cara Menulis daftar PustakaCara Menulis daftar Pustaka
Cara Menulis daftar Pustaka
 
Teori eyd print
Teori eyd printTeori eyd print
Teori eyd print
 
Daftar pustaka br
Daftar pustaka brDaftar pustaka br
Daftar pustaka br
 
5. teknik tulisan
5. teknik tulisan5. teknik tulisan
5. teknik tulisan
 
Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.
Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.
Mengembangkan Teori yang Mendasari Sebuah Penelitian.
 

Viewers also liked

Panduan penilaian rapor sd ara - 24 june 2015
Panduan penilaian   rapor sd ara - 24 june 2015Panduan penilaian   rapor sd ara - 24 june 2015
Panduan penilaian rapor sd ara - 24 june 2015Nia Piliang
 
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa IndonesiaKD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa IndonesiaDini Zakia
 
Contoh makalah bi
Contoh makalah biContoh makalah bi
Contoh makalah bialdyzilverz
 
Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013Shani Ulquiorra
 
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & KBahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & KAmphie Yuurisman
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANAditya Setyawan
 

Viewers also liked (6)

Panduan penilaian rapor sd ara - 24 june 2015
Panduan penilaian   rapor sd ara - 24 june 2015Panduan penilaian   rapor sd ara - 24 june 2015
Panduan penilaian rapor sd ara - 24 june 2015
 
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa IndonesiaKD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
KD 2.12_RPP SMK XI-Bahasa Indonesia
 
Contoh makalah bi
Contoh makalah biContoh makalah bi
Contoh makalah bi
 
Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013
Buku pegangan siswa pp kn smp kelas 9 kurikulum 2013
 
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & KBahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP MTs 2016 P & K
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
 

Similar to Menulis daftar pustaka yang baik

kelompok 4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka
kelompok  4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka kelompok  4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka
kelompok 4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka Fitri452865
 
Cara membuat daftar pustaka yang baik dan benar
Cara membuat daftar pustaka yang baik dan benarCara membuat daftar pustaka yang baik dan benar
Cara membuat daftar pustaka yang baik dan benarAbdulNajirSPt
 
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIAPPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIAHanifa Zulfitri
 
PPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptx
PPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptxPPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptx
PPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptxalfarizarf
 
Penulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar PustakaPenulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar PustakaIzan M.Pd
 
Teknik penulisan daftar pustaka
Teknik penulisan daftar pustakaTeknik penulisan daftar pustaka
Teknik penulisan daftar pustakaYoga Pratama
 
TEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI
TEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGITEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI
TEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGIrivalarief221
 
Notasi ilmiah
Notasi ilmiahNotasi ilmiah
Notasi ilmiahaks247
 
Kutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, Penyuntingan
Kutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, PenyuntinganKutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, Penyuntingan
Kutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, PenyuntinganAzharlina Rizqi Ardina
 
6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx
6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx
6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptxericaanden29
 
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiahMerangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiahKastam Syamsi S
 
3.1 kemahiran membuat rujukan
3.1 kemahiran membuat rujukan3.1 kemahiran membuat rujukan
3.1 kemahiran membuat rujukanLady30S
 
Penulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptx
Penulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptxPenulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptx
Penulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptxkhulelbuyun1
 

Similar to Menulis daftar pustaka yang baik (20)

kelompok 4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka
kelompok  4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka kelompok  4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka
kelompok 4 kelas 6A Tinjauan dan daftar pustaka
 
Ppt tinjauan pustaka dan daftar pustaka
Ppt tinjauan pustaka dan daftar pustakaPpt tinjauan pustaka dan daftar pustaka
Ppt tinjauan pustaka dan daftar pustaka
 
Bahasa indonesia kelompok
Bahasa indonesia kelompokBahasa indonesia kelompok
Bahasa indonesia kelompok
 
Cara membuat daftar pustaka yang baik dan benar
Cara membuat daftar pustaka yang baik dan benarCara membuat daftar pustaka yang baik dan benar
Cara membuat daftar pustaka yang baik dan benar
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Penulisan daftar pustaka .pdf
Penulisan daftar pustaka .pdfPenulisan daftar pustaka .pdf
Penulisan daftar pustaka .pdf
 
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIAPPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
 
Teknik Penulisan Referensi
Teknik Penulisan ReferensiTeknik Penulisan Referensi
Teknik Penulisan Referensi
 
PPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptx
PPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptxPPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptx
PPT 13 teknik penulisan daftar rujukan.pptx
 
Penulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar PustakaPenulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
 
Teknik penulisan daftar pustaka
Teknik penulisan daftar pustakaTeknik penulisan daftar pustaka
Teknik penulisan daftar pustaka
 
TEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI
TEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGITEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI
TEKNIK PENULISAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Notasi ilmiah
Notasi ilmiahNotasi ilmiah
Notasi ilmiah
 
Kutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, Penyuntingan
Kutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, PenyuntinganKutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, Penyuntingan
Kutipan Tidak Langsung, Daftar Rujukan, Catatan Kaki, Penyuntingan
 
6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx
6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx
6_Catatan Kaki_C9_Erica,Nadien,Palupi,Tegar,Vinna.pptx
 
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiahMerangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah
Merangkum dan mengutip dalam penulisan karya ilmiah
 
3.1 kemahiran membuat rujukan
3.1 kemahiran membuat rujukan3.1 kemahiran membuat rujukan
3.1 kemahiran membuat rujukan
 
Penulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptx
Penulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptxPenulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptx
Penulisan Rujukan dan Daftar_Pustaka.pptx
 
10 Karya Tulis Ilmiah
10 Karya Tulis Ilmiah10 Karya Tulis Ilmiah
10 Karya Tulis Ilmiah
 

More from Paul Aurel

Kalimat majemuk
Kalimat majemuk Kalimat majemuk
Kalimat majemuk Paul Aurel
 
Cara mudah belajar simple past tense
Cara mudah belajar simple past tense Cara mudah belajar simple past tense
Cara mudah belajar simple past tense Paul Aurel
 
Phrasal verbs
Phrasal verbs Phrasal verbs
Phrasal verbs Paul Aurel
 
Cara Menghitung Persen
Cara Menghitung Persen Cara Menghitung Persen
Cara Menghitung Persen Paul Aurel
 
Isi pembukaan uud 1945
Isi pembukaan uud 1945 Isi pembukaan uud 1945
Isi pembukaan uud 1945 Paul Aurel
 
Pembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemen
Pembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemenPembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemen
Pembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemenPaul Aurel
 
Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3
Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3 Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3
Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3 Paul Aurel
 
Standar kompetensi Bimbingan dan Konseling
Standar kompetensi Bimbingan dan KonselingStandar kompetensi Bimbingan dan Konseling
Standar kompetensi Bimbingan dan KonselingPaul Aurel
 
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi Paul Aurel
 
Penjelasan UUD 1945
Penjelasan UUD 1945 Penjelasan UUD 1945
Penjelasan UUD 1945 Paul Aurel
 
Soal cpns TWK 1
Soal cpns TWK 1Soal cpns TWK 1
Soal cpns TWK 1Paul Aurel
 
Soal cpns TWK 2
Soal cpns TWK 2Soal cpns TWK 2
Soal cpns TWK 2Paul Aurel
 
Soal cpns TWK 3
Soal cpns TWK 3Soal cpns TWK 3
Soal cpns TWK 3Paul Aurel
 
Soal cpns TIU 1
Soal cpns TIU 1Soal cpns TIU 1
Soal cpns TIU 1Paul Aurel
 
Soal cpns TIU 2
Soal cpns TIU 2Soal cpns TIU 2
Soal cpns TIU 2Paul Aurel
 
Soal cpns TIU 3
Soal cpns TIU 3Soal cpns TIU 3
Soal cpns TIU 3Paul Aurel
 
Proses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaProses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaPaul Aurel
 
Print.tes karakteristik pribadi TKP cpns
Print.tes karakteristik pribadi TKP cpnsPrint.tes karakteristik pribadi TKP cpns
Print.tes karakteristik pribadi TKP cpnsPaul Aurel
 
Kisi - KISI SOAL TES CPNS
Kisi - KISI SOAL TES CPNSKisi - KISI SOAL TES CPNS
Kisi - KISI SOAL TES CPNSPaul Aurel
 

More from Paul Aurel (20)

Silogisme
Silogisme Silogisme
Silogisme
 
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk Kalimat majemuk
Kalimat majemuk
 
Cara mudah belajar simple past tense
Cara mudah belajar simple past tense Cara mudah belajar simple past tense
Cara mudah belajar simple past tense
 
Phrasal verbs
Phrasal verbs Phrasal verbs
Phrasal verbs
 
Cara Menghitung Persen
Cara Menghitung Persen Cara Menghitung Persen
Cara Menghitung Persen
 
Isi pembukaan uud 1945
Isi pembukaan uud 1945 Isi pembukaan uud 1945
Isi pembukaan uud 1945
 
Pembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemen
Pembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemenPembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemen
Pembukaan dan isi uud 1945 hasil amandemen
 
Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3
Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3 Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3
Cara perhitungan akar kuadarat dan akar pangkat 3
 
Standar kompetensi Bimbingan dan Konseling
Standar kompetensi Bimbingan dan KonselingStandar kompetensi Bimbingan dan Konseling
Standar kompetensi Bimbingan dan Konseling
 
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi
 
Penjelasan UUD 1945
Penjelasan UUD 1945 Penjelasan UUD 1945
Penjelasan UUD 1945
 
Soal cpns TWK 1
Soal cpns TWK 1Soal cpns TWK 1
Soal cpns TWK 1
 
Soal cpns TWK 2
Soal cpns TWK 2Soal cpns TWK 2
Soal cpns TWK 2
 
Soal cpns TWK 3
Soal cpns TWK 3Soal cpns TWK 3
Soal cpns TWK 3
 
Soal cpns TIU 1
Soal cpns TIU 1Soal cpns TIU 1
Soal cpns TIU 1
 
Soal cpns TIU 2
Soal cpns TIU 2Soal cpns TIU 2
Soal cpns TIU 2
 
Soal cpns TIU 3
Soal cpns TIU 3Soal cpns TIU 3
Soal cpns TIU 3
 
Proses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaProses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasila
 
Print.tes karakteristik pribadi TKP cpns
Print.tes karakteristik pribadi TKP cpnsPrint.tes karakteristik pribadi TKP cpns
Print.tes karakteristik pribadi TKP cpns
 
Kisi - KISI SOAL TES CPNS
Kisi - KISI SOAL TES CPNSKisi - KISI SOAL TES CPNS
Kisi - KISI SOAL TES CPNS
 

Recently uploaded

Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdfHeriyantoHeriyanto44
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfAnggaaBaraat
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...YulfiaFia
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 

Recently uploaded (20)

Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 

Menulis daftar pustaka yang baik

  • 1. Berikut ini beberapa panduan untuk menulis daftar pustaka yang baik: 1. Nama penulis diurutkan sesuai alfabetis dari A-Z, nama pengarang yang ditulis lebih dahulu adalah nama belakang, jika ada nama atau buku asing maka sebaiknya didahulukan dulu untuk ditulis. 2. Beri Tanda titik sebagai jeda kemudian tulis tahun buku diterbitkan 3. Selanjutnya beri tanda titik lagi dan tulis judul buku yang dicetak miring atau ditulis tebal dan diberi garis bawah. 4. Beri tanda titik lagi kemudian tulis kota tempat buku diterbitkan. 5. Yang terakhir setelah kota beri titik dua dan tulis penerbit buku tersebut 6. Jika yang dipakai referensi pengarangnya sama tapi bukunya berbeda, anda dapat menuliskannya tepat dibawah nama penulis dan memberi garis panjang. 7. Sebaiknya dipisah antara referensi yang berasal dari buku, internet atau media cetak. Contoh Penulisan Daftar Pustaka 1. Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari internet Pertama; tulis nama, Kedua; tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), Ketiga; tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, Keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu beri tanda koma, Kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. Seperti contoh dibawah ini: · Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance). From http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008 2. Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari buku Pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, Kedua; Tahun pembuatan atau penerbitan buku, Ketiga; Judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), Keempat; Tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), Kelima; Penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik).Seperti contoh dibawah ini: · Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. · Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo. 3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. Pertama tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap. Setelah penulisan nama kedua selesai, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; Tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ ( )] setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; Judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. Keempat; Yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir
  • 2. Kelima; Nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok. Untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar pustaka.Nah ini contohnya Seperti dibawah ini: · Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika. · Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education. 4. Penulisan daftar pustaka Dengan Banyak Pengarang/Penulis Jika dalam penulisan daftar pustaka memiliki banyak nama pengarang Pertama; Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik Kedua; Untuk mengganti nama-nama pengarang lainnya gunakan singkatan et al yang artinya dan lain-lain contoh penulisan banyak pengarang; Morris, Alton C., et al. College English, the Firts Year. New York: Harcourt, Brace&World.Inc., 1964. 5. Penulisan daftar pustaka Untuk Buku hasil terjemahan Untuk penulisan daftar pustaka dari buku-buku terjemahan cara penulisannya Pertama; Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis Kedua; Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisah dengan tanda koma, Contoh Penulisannya; Multatuli. Max Havelaar, atau lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, Terj. H.B Jasin, Jakarta: Djambatan, 1972 6. Penulisan Daftar Pustaka dari majalah, Jurnal Untuk penulisan daftar pustaka jurnal dan majalah Baca di Penulisan Daftar Pustaka Jurnal, koran dan majalah Bagi anda yang sedang menulis suatu karangan ilmiah, baik itu tugas akhir, ataupun sejenis penelitian lainnya, jangan lupa untuk menulis daftar pustaka sesuai abjadnya (alfabetis) berdasarkan nama pengarangnya, jadi bisa tertata rapi, jadi begitulah penulisan Daftar Pustaka yang sesungguhnya. Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat buat teman-teman yang sedang mengerjakan tugas akhir. Tolong bantu share ya ke sosial media. Kalau anda share berarti anda sudah berbagi ilmu juga. Referensi; Prof. DR, Gorys Keraf dalam Buku Komposisi Rasyid Sartuni, SS., M.A Dalam buku Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal, Koran dan Majalah By imuz corner → 11 Jul 2013 Penulisan daftar pustaka harus ditulis di sebuah tulisan baik makalah, karya ilmiah, penelitian, skripsi, jurnal, Thesis atau pun artikel ilmiah lainnya bukan hanya sebagai referensi Anda tetapi juga sebagai tanggung jawab moral atas hak kekayaan intelektual orang lain, dan Anda wajib mencantumkan daftar pustaka. Sebelumnya saya sudah berbagi cara penulisan daftar pustaka yang benar untuk sebuah karya ilmiah. Bagaimana Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal, Koran Majalah; berikut cara penulisannya; 1. Jurnal atau Journal Seiring dengan era digital, Jurnal bukan hanya dari jurnal cetak yang dijilid dari berbagai volume, namun ada jurnal digital yang menjadi sumber referensi di era digital ini. Karena perpustakaan modern sudah mempublikasikan jurnal online agar lebih mudah diakses. Bagaimana Penulisan daftar pustaka jurnal, Jurnal Cetak; Penulisannya; 1. Nama Pengarang atau Penulis (Tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan Berdasarkan Alphabetis 2. Tahun Penerbitan Jurnal 3. Judul Jurnal 4. Penulisan Nama Penerbit 5 Penulisan volume atau edisi jurnal Jurnal Online atau Jurnal Digital 1. Nama Pengarang atau Penulis (Tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan Berdasarkan Alphabetis 2. Tahun Penerbitan Jurnal 3. Judul Jurnal 4. Penulisan Nama Penerbit 5. Penulisan volume atau edisi jurnal 6. Alamat URL 7. Tanggal pengambilan data tersebut Contoh; Ridjanović, Midhat. PhD, July 2013, "Naive Translation Equivalent". Translation Journal. Volume 17, No. 3, http://translationjournal.net/journal/65naive.htm, 10 July 2013. 2. Koran atau Surat Kabar Artikel Dari Koran bisa menjadi referensi Anda, begini cara penulisan daftar pustaka dari koran; Nama Penulis. Tahun Penerbitan. “Judul Artikel”. Nama Koran. TanggalPenerbitan. Contoh; Arifin, Mushallin. 2013. "Rahasia Sukses Menjadi IB Forex". KOMPAS, 2 Juni 2013.
  • 3. 3. Majalah Penulisan daftar pustaka dari Majalah bisa menjadi referensi penulisan ilmiah ataupun penelitian lainnya, begini cara penulisannya; Nama Penulis. Tahun Penerbitan. “Judul Artikel”. Nama Majalah Nomor edisi Misal; Arifin, Lukman. 2012. "Janji Politikus dan Janji Pengusaha". Gatra IXXX Mudah-mudahan Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal, Koran dan Majalah bermanfaat untuk membantu Anda dalam tata cara penulisan daftar pustaka. Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Internet Posted on by caramenulisbuku453 Saya sering melihat Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Internet yang salah dalam tugas makalah mahasiswa saya. Pertama, kebanyakan format penulisan daftar pustaka dari internetnya amburadul, formatnya tidak standar. Kedua, banyak mahasiswa yang mengambil referensi dari sumber yang kurang meyakinkan. Misalnya mereka banyak mengutip dari blog yang kurang terpercaya seperti blog gratisan. Padahal yang mereka tulis adalah karya intelektual, bukan artikel biasa. Bagaimana cara mengatasi dua masalah ini? Sebenarnya, untuk menulis format daftar pustaka dari internet yang benar tidaklah susah. Berikut ini adalah urutannya: Nama pengarang. Penulisan nama pengarang sama seperti aturan penulisan nama pada daftar pustaka biasa, yaitu nama depan ditulis di belakang. Judul. Judul tulisan diberi tanda kutip. Tanggal Akses Alamat situs atau blog. Alamatnya harus berupa URL (Uniform Resource Locator) alias: Rngkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet. Seperti ini: http://id.wikipedia.org/wiki/URL Contoh Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet: Aini, Ratu. “Cara Beternak Itik Lampung”. 15 Januari 2001. http://ternakindo.com/2008/12/literasi-informasi-ternak-itik-nasional.html. Mengenai masalah kedua, kekuatan referensi. Agar argumentasi kita kuat kita harus merujuk pada sumber yang asli dan terpercaya saja, bukan sumber yang asalan. Mengambil referensi dari internet tidak boleh sembarangan. Hal ini karena tulisan di internet banyak sekali hasil kopi pas (copy-paste). Apalagi kalau kita ingin membuat sebuah karya intelektual, pertanggungjawaabannya cukup berat sehingga kita harus hati-hati dalam memilih referensi. Kata Baku dan Tidak Baku dalam bahasa Indonesia Kata Baku dan Tidak Baku Kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum. Kata yang tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum tersebut. Fungsi Kata Baku 1. Pemersatu. Pemakaian bahasa baku dapat memepersatukan sekelompok orang menjadi satu masyarakat bahasa. 2. Pemberi kekhasan. Pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya. 3. Pembawa kewibawaan. Pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya. 4. Kerangka acuan. Bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang. Ciri-Ciri Bahasa Baku 1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah. Baku Tidak Baku saya gua mengapa kenapa dilihat dilihatin bertemu ketemu 2. Tidak dipengaruhi bahasa asing. Baku Tidak Baku kantor tempat kantor di mana sudah banyak sarjana sudah banyak sarjana-sarjana itu benar itu adalah benar kesempatan lain lain kesempatan 3. Bukan merupakan bahasa percakapan. Baku Tidak Baku dengan sama mengapa kenapa memberi kasih tidak enggak tetapi tapi 4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit. Baku Tidak Baku Ia bekerja keras Ia kerja keras Tyson menyerang lawannya Tyson serang lawannya 5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat. Baku Tidak Baku suka akan suka dengan disebabkan oleh disebabkan karena lebih besar daripada lebih besar dari 6. Tidak terkontaminasi, tidak rancu. Baku Tidak Baku berkali-kali berulang kali mengesampingkan mengenyampingkan
  • 4. mengajar siswa mengajar bahasa 7. Tidak mengandung arti pleonasme. Baku Tidak Baku para tamu para tamu-tamu hadirin para hadirin pada zaman dahulu pada zaman dahulu kala maju maju ke depan C. Beberapa jenis klasifikasi bahasa baku dan tidak baku a. Awalan di-/ke- dan kata depan di/ke Untuk menunjuk preposisi: Salah Benar diantara di antara dihadapan di hadapan disini di sini di setujui Disetujui di tolak Ditolak di revisi Direvisi keatas ke atas kemana ke mana kesana ke sana ke panasan Kepanasan ke tahuan Ketahuan ke lamaan Kelamaan b. Ditambah satu huruf Salah Benar hembus Embus geladi Gladi himbau Imbau kangker Kanker katholik Katolik konggres Kongres perduli Peduli silahkan silakan standard standar theologi teologi c. Dikurang satu huruf Salah Benar Australi Australia esok besok ensiklopedi Ensiklopedia Itali Italia karna karena standarisasi standardisasi d. Contoh kata baku dan tidak baku Tidak baku Baku Tidak baku Baku adzan azan negoisasi negosiasi bolpen, pulpen bolpoin nekad nekat bis bus automotif otomotif cabe cabai paska pasca hadist hadis prosen persen kokoh kukuh Rebo Rabu import impor Ramadhan Ramadan intruksi instruksi renumerisasi remunerisasi interprestasi interpretasi rubuh roboh lembab lembap shalat, sholat salat lesung pipit lesung pipi seketaris, sekertaris sekretaris maghrib magrib Saptu Sabtu mahsyur masyhur contek sontek mahzab mazhab supir sopir pungkir mungkir sorga, syurga surga acuh tak acuh ijasah ijazah azas asas jadual jadwal basar bazar accu aki asesori aksesori pisik fisik extra esktra esklusif eksklusif dinamu dinamo apotik apotek amien amin abjat abjad haemoglobin hemoglobin aktuil aktual administerasi administrasi aerodinamika aerodinamik insyaf insaf syah sah
  • 5. e. Akhiran -is/-a Umumnya berasal dari akhiran bahasa Inggris “ize”: Salah Benar analisa analisis diagnosa diagnosis sintesa sintesis f. Akhiran -it is/-itas Mumnya berasal dari akhiran bahasa Inggris “-itiy”, beberapa menjadi akhiran “-iti”, dan beberapa menjadi “-itas”. Salah Benar komoditas komoditi sekuritas sekuriti Kata-kata yang penulisannya menggunakan “-as”: Salah Benar aktiviti, aktifitas aktivitas komuniti komunitas realiti, realita realitas selebriti selebritas universiti universitas utiliti utilitas validiti validitas Klausa Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausan mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa klausa. Klausa sering kali di kontraskan dengan frasa. Sebuah kumpulan kata dikatakan sebagai klausa apabila ia mempunyai Kata kerja finit dan subyeknya sementara sebuah frasa berisi kata kerja finit namun tanpa subyeknya Frasa kata kerja, atau tidak berisi kata kerja. Sebagai contoh kalimat "Aku tidak tahu kalau kau membuat lukisan itu", "kau membuat lukisan itu" adalah klausa dan sebuah kalimat benuh sedangkan "lukisan itu" dan "membuat lukisan itu" adalah sebuah frasa. Ahli Bahasa masa kini tidak membuat perbedaan seperti itu, mereka menerima ide akan klausa non-finit, klausa yang di atur disekitar kata kerja non-finit. Klausa dependen dan independen Klausa umumnya di bagi menjadi klausa dependen dan klausa independen. Sebuah klausa independen dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat sedangkan klausa dependen harus terhubung dengan klausa lainnya. Klausa independen dapat berupa anak kalimat atau kalimat yang setara dengan klausa yang lainnya. KALIMAT YANG BEROBJEK DAN BERPELENGKAP April 21, 2010 – 1:36 am Ditulis dalam Uncategorized Kalimat yang Berobjek dan Berpelengkap Dlam bahasa Indonesia dikenal lima (5) sebutan fungsi kalimat, yakni Subjek (S), Predikat (P), Objek (O) Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). kelima fungsi tersebut kedudukannya antara lain dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut. 1. Ayah Kresna menulis buku pelajaran. S P O 2. Kaosnya bergambarkan burung merpati. S P Pel 3. Kakak membelikan Anto buku pelajaran. S P O Pel Jika diperhatikan dalam kalimat di atas, fungsi objek (O) dan pelengkap (Pel) selalu di belakang predikat (P). Atas dasar itu, antara keduanya sering dipersamakan. Padahal di antara keduanya terdapat karakteristik yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut. No. Objek Pelengkap 1. Katagori katanya berupa nomina atau benda. Kresna membaca buku. Selain nomina, pelengkap bisa diisi olehajektif Adik bermain bola. Bajunya berwarna hijau. 2. Berada langsung di belakang verba transitif aktif tanpa preposisi Ronaldo menendang bola. Berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh preposisi -Mereka bermain tenis(semitransitif) -Ayah memerintahkan kakak bersenam pagi(dwitransitif) -Ibu berkata bahwa adik sedang sakit (bahwa=peposisi) 3. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif -Wasit meniup peluit. O -Peluit ditiup wasit. S Tidak dapat dijadikan bentuk pasif -Adik bermain bola basket. Pel -Bola basket bermain adik (?). 4. Dapat diganti dengan bentuk nya- -Adik menyantap makanan. -Adik mmenyantapnya. Tidak dapat diganti dengan bentuk –nya Kecuali didahului oleh preposisi -Negara ini berdasar hukum. Negara ini berdasarnya (?) -Negara ini berdasar pada hukum. Negara ini berdasar padanya. Diambil dari : Bimbingan pemantapan Bahasa Indonesia, E Kosasih 1. Pengertian Klausa Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat. Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya :
  • 6. (1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh. Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan. 2. Ciri-ciri Klausa Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final; (3) dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4) klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada. 3. Jenis-jenis Klausa Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1) kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2) ada–tidaknya kata yang menegatifkan P: klausa negative dan klausa positif, (3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa nonverbal, (4) dan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung. a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu, klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa lengkap susun balik. Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya : (2) Tulisan Hendi sangat berbobot. Klausa (2) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan Hendi berada di depan P, sangat berbobot. Klausa tak lenngkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa buntung merupakan klausa yang unsure internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya : (3) terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu Klausa (3) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya ditambah S, misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu. b. Klausa Negatif dan Klausa Positif Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa posit if. Klausa negatif ialah klausa yang di dalamnya terdapat kata negative, yang menegasikan P.menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut ini adalah contoh klausa negative : (4) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya. Klausa (4) merupakan klausa negatif karena terdapat kata tidak yang menegasikan mengurus. c. KLausa Verbal dan Klausa Nonverbal Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang mengandung verba intransitif. Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut : (5) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang. (6) Pengidap AIDS bertambah. Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4) klausa resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149). Klausa aktif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif. Klausa pasif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif pasif. Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif reflektif, yaitu verba yang menyatakan “perbuatan’ yang mengenai ‘pelaku’ perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang diikuti kata diri.Adapun klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya berupa verba transitif resiprokal, yaitu verba yang menyatakan kesalingan. Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh: (7) Yang kita bela kebenaran (8) Budi pekertinya mulia (9) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah (10) Yang dikorupsi 300 juta rupiah (11) Kedatangannya kemarin sore d. Klausa Mandiri dan Klausa Tergabung Klausa mandiri merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya : (12) Merokok dapat menyebabkan kanker Klausa tergabung a) Klausa Mandiri Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yan kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya:  Merokok dapat menyebabkan kanker  Nirina sedang belajar b) Klausa Tergabung Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Contoh: (1) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. (2a) Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu. (2b) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat menghadiri rapat. Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konatruksi (1) terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi (2) terdapat klausa-klausa tergabung secara subordinatif. Klausa Koordinatif Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa koordinatif. Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungka secara koordinatif oleh penghubung-penghubung koordinatif dan, atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain. Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi kontrastif, (3) koordinasi alternatif, (4) koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat dilihat dalam contoh-contoh kalimat berikut. (1) Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa (2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannyajauh lebih sulit (3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang S-2?
  • 7. (3) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu diangsur. Klausa Subordinatif Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa induk, Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif. Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan klausa terkandung. Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural. Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa berbatasan: (1) final, contoh Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati. (2) kausal, contoh Rombogan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk Presiden Soeharto (3) kondisional, contoh Jika diundang, ia mau datang. (4) konsekutif, contoh Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil. (5) konsesif, contoh Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi. (6) temporal, contoh Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim memperkuat Benfica. Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif sepertiagar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang berturut-turut dinamakan sebagai klausa berbatasan. Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa pemerlengkap.  Klausa pewatas Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya. Contohnya ialah beberapa klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:  Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.  Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.  Klausa Pemerlengkap Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang berfungsi melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung dalam) verba matriks. Klausa pemerlengkap dibedakan lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2) klausa pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan. Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi. Contoh:  Dokter berkata, “ASI sangat baik untuk anak.” Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.  Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat wilayah B, pada tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan media kampus. Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa dan proses pada kalimat-kalimat berikut.  Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari pekerjannya sudah terduga sebelumnya.  Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya diketahui oleh para penulis. Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin dilakukan. Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan, mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Misalnya:  Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela Zahra mendorong Ela  Prof. Dr. Fathur Rokhman mulai meneliti masalah itu pada tahun yang lalu Prof. Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah, menolak, gagal, dan lupa. Misalnya:  Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah Kami tidak membawa uang saku ke sekolah  Imron gagal mengikuti lomba Imron tidak mengikuti lomba Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verbabermaksud, berniat, bertekad, merencanakan, menganjurkan, dan menyarankan.Misalnya:  Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin  Samdum mengajak Dian pergi ke Mal Ciputra Dian pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal Ciputra JENIS-JENIS PARAGRAF Dipublikasi pada 14 April 2011 oleh jelajahduniabahasa Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas : 1. Paragraf argumentasi 2. Paragraf eksposisi 3. Paragraf deskripsi 4. Paragraf persuasi 5. Paragraf naratif A. PARAGRAF ARGUMENTASI Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan pembaca Ciri-ciri paragraf argumentasi bersifat nonfiksi /ilmiah bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar dll ditutup dengan kesimpulan MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF ARGUMENTASI POLA PENGEMBANGAN SEBAB – AKIBAT adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.Ditandai dengan kata – kata sebab, karena, disebabkan, dikarenakan dll. POLA PENGEMBANGAN AKIBAT- SEBAB adalah paragraf yang mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui. Kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi. CONTOH PARAGRAF ARGUMENTASI
  • 8. 1. Pola pengembangan sebab-akibat Pencemaran lingkungan hampir terjadi di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Pencemaran itu, antara lain, polusi udara dari kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin banyak, pembuangan limbah industri dari pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan prosedur, dan ulah masyarakat sendiri yang sering membuang sampah sembarangan . Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Misalnya udara menjadi kotor dan tidak sehat, menyebarnya berbagai virus dan bakteri atau menjangkitnya wabah penyakit, serta bencana banjir karena saluran-saluran air tersumbat oleh sampah. 2. Pola pengembangan akibat-sebab Jumlah anak jalanan di kota-kota besar semakin hari semakin bertambah. Mereka memenuhi jalan-jalan utama di pusat kota dengan segala tingkah dan aksinya. Berbagai macam cara mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di jalanan, dari cara yang sopan hingga yang paling brutal. Mereka berkeliaran di jalan dan mencari hidup dengan cara meminta-minta. Fenomena seperti ini mulai tampak menggejala ketika krisis ekonomi melanda negara kita. Krisis yang berkepanjangan menjadi penyebab kesulitan hidup di segala sektor/bidang. B. PARAGRAF DESKRIPSI Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh penulis CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI Menggambarkan /melukiskan objek tertentu (orang, tempat, keindahan alam dll) Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek MACAM /POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DESKRIPSI Deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini penulis Deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis Deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek secara detail khususnya ruangan, benda,atau tempat Deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan berdasarkan waktu peristiwa cerita tersebut CONTOH-CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI Lapisan ozon menipis. Hutan-hutan tropis mulai meranggas. Gurun makin luas. Akibatnya suhu bumi meningkat, cuaca tidak menentu, dan bencana alam makin sering datang. Kesimpulannya, bumi makin kritis. Siapa sesungguhnya yang berperan dalam menjadikan planet bumi ini menjadi demikian ? Jawabnya tentu manusia sendiri! (Deskripsi subjektif) 2. Dia memakai rok panjang warna cokelat. Betapa sesuai benar dengan warna blus panjangnya. Rok dan blusnya seakan-akan menambah keanggunan pribadinya. Jalannya sungguh santun memikat hati orang yang memandang ( Deskripsi subjektif) 3. Pantai Nusa Penida memiliki tata keindahan alam yang menarik, khususnya bagi wisatawan yang mendambakan suasana nyaman, tenang, jauh dari kebisingan kota. Pohon-pohonnya rindang. Bentangan lautnya luas. Bagi penyelam , Pantai Nusa Penida juga menawarkan keindahan ikan laut yang sedang berenang. Pemda Bali harus menata dan mengelola Pantai Nusa Penida sebagai tujuan wisata alternatif( Deskripsi objektif/tempat ) 4. Jika diumpamakan permata, pesona pantai Nusa Penida bak mutiara yang memantulkan cahaya putih kekuning-kuningan, namun jika diibaratkan gadis maka pesonanya laksana sosok perawan kencur. Kiasan tersebut sepintas memang kedengarannya seperti berlebihan, namun itulah sesungguhnya kata yang paling tepat untuk menggambarkan pesona alam Pantai Nusa penida. (Deskripsi subjektif/tempat) 5. Dalam waktu yang tidak lama. Aku mencoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di sebelah kiriku, seorang gadis cantik berambut panjang. Sambil melirik, kuperhatikan dia. Gadis itu berambut pirang, berkulit kuning, dan berbibir tipis ( deskripsi objektif) 6. Tidak lama. Dengan rasa penasaran, kucoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di sebelah kiriku, seorang gadis berambut panjang menarik hatiku. Sambil melirik, kuperhatikan dia. Rambutnya pirang, rambutnya kuning indah, matanya memandang sayu, ditambah dengan bibirnya yang tipis, dia membuat jantungku berdetak hebat. Rasanya, aku mengenalnya. Tapi di mana ? (deskripsi subjektif) 7. Sungai ciliwung terletak di Jakarta. Sungai ini mengalir di seluruh Jakarta. Sayangnya, Sungai Ciliwung dipenuhi tumpukan sampah. Tumpukan sampah di sungai dihinggapi lalat. Lalat-lalat itu selalu berterbangan ke perumahan warga dan membawa berbagai macam penyakit. Selain itu tumpukan sampah juga menebarkan bau yang sangat menyengat. Sungguh pemandangan yang sangat menyedihkan (Deskripsi spasial) C. PARAGRAF EKSPOSITIF PENGERTIAN PARAGRAF EKSPOSITIF/EKSPOSISI Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang CIRI-CIRI PARAGRAF EKSPOSITIF - bersifat nonfiksi/ilmiah - bertujuan menjelaskan/memaparkan - berdasarkan fakta - tidak bermaksud mempengaruhi MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSITIF – pola umum-khusus (deduksi) Adalah paragraf yang dimulai dari hal –hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan dengan kalimat –kalimat pendukung yang khusus - pola khusus-umum (induksi) Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum - pola perbandingan Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Kata hubung (jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama dengan,selaras dengan,sesuai dengan) - pola pertentangan/kontras Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu) - pola analogi Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi /fungsi dari kedua hal tadi sebagai ilustrasi - pola pengembangan proses Adalah pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu - pola pengembangan klasifikasi Adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu - pola pengembangan contoh/ilustrasi Adalah paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, umpamanya,misalnya) - pola pengembangan difinisi Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya dilengkapi oleh pembaca - pola sebab akibat Adalah pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya CONTOH-CONTOH PARAGRAF EKSPOSITIF
  • 9. 1. Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah.Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.(pola pengembangan definisi) 2. Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata. (pola pengembangan contoh) 3. Pemerintah akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapatkan sekitar 30 juta . Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawalan dari pihak LSM (pola pengembangan klasifikasi) 4. Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub – bab, dan paragraf. Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.(pola pengembangan analogi) 5.Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Jadi, membentuk kepribadian baik seorang anak ibarat menulisi kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat (analogi) 6. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan paa diri anak dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti dalam kehidupan anak-anak itu sendiri. (pola pengembangan perbandingan) D. PARAGRAF PERSUASIF PENGERTIAN PARAGRAF PERSUASIF Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan /menerima keinginan penulis CIRI-CIRI PARAGRAF PERSUASIF - ada fakta/bukti untuk mempengaruhi/membujuk pembaca - bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk pembaca - menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca CONTOH-CONTOH PARAGRAF PERSUASI 1. Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras organik lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para petani beras organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan keuntungan 34 % dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya mendapat keuntungan 16 % dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat meningkatkan taraf hidup. 2. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam “obat kuat’ untuk membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri itu sudah besar, kita dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakn praktik berpidato agar kita segera memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato. E. PARAGRAF NARATIF Paragraf naratif adalah suatu bentuk paragraf yang menceritakan serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan waktu terjadinya Ciri-ciri paragraf naratif - Ada tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan - Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa - Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman) tetapi juga terdapat dalam tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar,sejarah,riwayat perjalanan) Macam / pola pengembangan paragraf naratif Narasi ekspositoris/nonfiksi/informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi (cerita kepahlawanan, sejarah, biografi/otobiografi, cerita nyata dalam surat kabar) Narasi sugestif/fiksi/artistik adalah cerita yang menonjolkan khayalan sehingga pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan terhayut,bahkan merasa mengalami cerita tersebut( cerpen, novel dll) Contoh-contoh paragraf naratif Pernah suatu ketika aku bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang yang menyuruhku untuk pergi ke arah timur . Aku tidak mengerti apa maksudnya. Sesudah bangun , keinginan untuk memenuhi perintah si kakek itu seperti tidak terbendung. Aku harus pergi ke arah timur. Timur…timur mana ? Jakarta Timur? ……( Narasi sugestif) 2. Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Ia mengayunkan pedang itu dengan cepat ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar.Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal (Narasi sugestif) 3. Hari-hariku sebagai pekerja perempuan di perusahaan industri makanan olahan sangat padat dan melelahkan. Bayangkan pagi-pagi sekali aku harus bangun dan menyiapkan sarapan anak-anakku. Sebelumnya, aku tentu harus memandikan mereka karena anak-anakku masih kecil. Sambil aku ganti baju kerja, aku sempatkan menyuapi anakku yang paling kecil. Setelah beres urusan rumah, segera aku berlari untuk mengejar angkutan yang mengangkutku ke jalan raya yang dilalui bus.(Narasi ekspositoris) 4. Ratusan warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam setelah mereka menikmati hidangan dalam hajatan sunatan di rumah Slamet Riyadi (38), warga Desa Jompo Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 200 penduduk dari beberapa desa dibawa ke rumah sakit di puskesmas. Tak ada korban meninggal dalam musibah tersebut. ( Narasi ekspositoris) Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1] Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
  • 10. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum) Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya? Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Contoh: Kita bermain ke rumah Ina. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut. Majas sindiran[sunting | sunting sumber] Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ? Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Majas penegasan[sunting | sunting sumber] Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke atas. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. Majas pertentangan[ Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.