SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
I. KEPEMILIKAN DAN AKAD
A. KEPEMILIKAN (MILKIYAH)
1. Pengertian Milkiyah
ْ ْ
Milkiyah menurut bahasa berasal dari kata (‫ )ٌكْلِم‬artinya: sesuatu yang berada dalam
kekuasaannya, sedang milkiyah menurut istilah adalah suatu harta atau barang yang secara
hukum dapat dimiliki oleh seseorang untuk dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan
penguasaannya kepada orang lain.
“‫م‬Hai‫م‬Nabi,‫م‬sesungguhnya‫م‬Kami‫م‬telah‫م‬menghalalkan‫م‬bagimu‫م‬isteri-isterimu yang telah kamu
berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu
peroleh‫م‬dalam‫م‬peperangan‫م‬yang‫م‬dikaruniakan‫م‬Allah‫م‬untukmu‫(“…م‬QS.‫م‬Al‫م‬Ahzab‫)05م:م‬
Menjaga dan mempertahankan hak milik hukumnya wajib, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :

“‫م‬Siapa‫م‬yang‫م‬gugur‫م‬dalam‫م‬mempertahankan‫م‬hartanya‫م‬ia syahid, siapa yang gugur dalam
mempertahankan darahnya ia syahid, siapa yang gugur dalam mempertahankan agamanya ia
syahid,‫م‬siapa‫م‬yang‫م‬gugur‫م‬dalam‫م‬mempertahankan‫م‬keluarganya‫م‬ia‫م‬syahid‫(“م‬HR.‫م‬Bukhari‫م‬dan‫م‬
Muslim).
2. Sebab-sebab Kepemilikan
a. Barang atau harta itu belum ada pemiliknya secara sah (Ihrazul Mubahat).
Contohnya : Ikan di sungai, ikan di laut, hewan buruan, Burung-burung di alam bebas, air
hujan dan lain-lain.
b. Barang atau harta itu dimiliki karena melalui akad (bil Uqud), contohnya : lewat jual beli,
hutang piutang, sewa menyewa, hibah atau pemberian dan lain-lain.
c. Barang atau harta itu dimiliki karena warisan (bil Khalafiyah), contohnya : mendapat
bagian harta pusaka dari orang tua, mendapat barang dari wasiat ahli waris.
d. Harta atau barang yang didapat dari perkembang biakan (Attawalludu minal mamluk)
Contohnya : Telur dari ayam yang dimiliki, anak sapi dari sapi yang dimiliki dan lain-lain.
3. Macam-macam Kepemilikan
Kepemilikan terhadap suatu harta ada tiga macam, yaitu :
a. Kepemilikan penuh (milk-taam), yaitu penguasaan dan pemanfaatan terhadap benda atau
harta yang dimiliki secara bebas dan dibenarkan secara hukum.
b. Kepemilikan materi, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang terbatas
kepada penguasaan materinya saja.
c. Kepemilikan manfaat, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang terbatas
kepada pemanfaatannya saja, tidak dibenarkan secara hukum untuk menguasai harta itu.
Menurut Dr. Husain Abdullah kepemilikan dapat dibedakan menjadi :
a. Kepemilikan pribadi (Individu), yaitu suatu harta yang dimiliki seseorang atau kelompok,
namun bukan untuk umum, Contohnya: Rumah, Mobil, Sawah dan lain-lain.
b. Kepemilikan publik (umum), yaitu harta yang dimiliki oleh banyak orang. Contohnya:
Jalan Raya, laut, lapangan Olah Raga dan lain-lain.
c. Kepemilikan Negara
Contohnya: Gedung Sekolah Negeri, Gedung Pemerintahan, Hutan dan lain-lain.
4. Ihrazul Mubahat dan Khalafiyah
a. Ihrazul Mubahat
1). Pengertian Ihrazul Mubahat (Barang bebas), maksudnya adalah bolehnya seseorang
memiliki harta yang tidak bertuan (belum dimiliki oleh seseorang atau kelompok).
2). Syarat Ihrazul Mubahat
Syarat untuk terpenuhinya ihrazul mubahat adalah sebagai berikut :
a. Benda atau harta yang ditemukan itu belum ada yang memilikinya.
b. Benda atau harta yang ditemukan itu memang dimaksudkan untuk dimilikinya.
Contohnya : burung yang menyasar dan masuk kerumah.
b. Khalafiyah
1). Pengertian Khalafiyah
Khalafiyah adalah bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru ditempat yang lama yang
sudah tidak ada dalam berbagai macam hak.
2). Macam-macam Khalafiyah
a.‫م‬Khalafiyah‫م‬Syakhsyi‫’م‬an‫م‬syakhsy‫(م‬seseorang‫م‬terhadap‫م‬seseorang)
adalah kepemilikan suatu harta dari harta yang ditinggalkan oleh pewarisnya, sebatas
memiliki harta bukan mewarisi hutang si pewaris.
b.‫م‬Khalafiyah‫م‬syai’in‫‘م‬an‫م‬syai’in‫(م‬sesuatu‫م‬terhadap‫م‬sesuatu)
Adalah kewajiban seseorang untuk mengganti harta / barang milik orang lain yang dipinjam
karena rusak atau hilang sesuai harga dari barang tersebut.
5. Ihyaul Mawat
a. Pengertian Ihyaul Mawat
Ihyaul Mawat ialah upaya untuk membuka lahan baru atas tanah yang belum ada pemiliknya.
Misalnya, membuka hutan untuk lahan pertanian, menghidupkan lahan tandus menjadi
produktif yang berasal dari rawa-rawa yang tidak produktif atau tanah tandus lainnya agar
menjadi produktif.
b. Hukum Ihyaul Mawat
Menghidupkan lahan yang mati hukumnya boleh (mubah) berdasarkan hadits
Rasulullah SAW, sebagai berikut :

“Barang‫م‬siapa‫م‬yang‫م‬menghidupkan‫م‬tanah‫م‬mati,‫م‬maka‫م‬tanah‫م‬itu‫م‬menjadi‫م‬haknya,‫م‬orang‫م‬yang
mengalirkan‫م‬air‫م‬dengan‫م‬dzalim‫م‬tidak‫م‬mempunyai‫م‬haknya”(HR.‫م‬Abu‫م‬Daud,‫م‬An-Nasa’i‫م‬dan‫م‬
Tirmidzi).
c. Syarat membuka lahan baru
1). Tanah yang dibuka itu cukup hanya untuk keperluannya saja, apabila lebih orang lain
boleh mengambil sisanya.
2). Ada kesanggupan dan cukup alat untuk meneruskanya, bukan semata-mata sekedar untuk
menguasai tanahnya saja.
d. Hikmah Ihyaul Mawat
1). Mendorong manusia untuk bekerja keras dalam mencari rezeki.
2). Munculnya rasa kemandirian dan percaya diri bahwa di dalam jagad raya ini terdapat
potensi alam yang dapat dikembangkan untuk kemaslahatan hidup.
3). Termanfaatkannya potensi alam sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah atas
kemampuan manusia dalam bidang IPTEK.
6. Hikmah Kepemilikan
Ada‫م‬beberapa‫م‬hikmah‫م‬disyari’atkannya‫م‬kepemilikan dalam Islam, antara lain :
a. Terciptanya rasa aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Terlindunginya hak-hak individu secara baik.
c. Menumbuhkan sikap kepedulian terhadap fasilitas-fasilitas umum.
d. Timbulnya rasa kepedulian sosial yang semakin tinggi.
B. AKAD
1. Pengertian dan Dasar Hukum Akad
Akad menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah akad adalah
transaksi atau kesepakatan antara seseorang (yang menyerahkan) dengan orang lain (yang
menerima) untuk pelaksanaan suatu perbuatan. Contohnya : akad jual beli, akad sewa
menyewa, akad pernikahan.
Dasar hukum dilakukannya akad adalah :

“Hai‫م‬orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad‫م‬itu”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Maidah‫.)1م:م‬
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa melakukan isi perjanjian atau akad itu
hukumnya wajib.
2. Rukun akad dan Syarat akad
Adapun rukun akad adalah :
a. Dua orang atau lebih yang melakukan akad (transaksi) disebut Aqidain.
b. Sighat (Ijab dan Qabul).
c.‫م‬Ma’qud‫‘م‬alaih‫(م‬sesuatu‫م‬yang‫م‬diakadkan).
Sementara itu syarat akad adalah sebagai berikut :
1. Syarat orang yang bertransaksi antara lain : berakal, baligh, mumayis dan orang yang
dibenarkan secara hukum untuk melakukan akad
2. Syarat barang yang diakadkan antara lain : bersih, dapat dimanfaatkan, milik orang yang
melakukan akad dan barang itu diketahui keberadaannya.
3. Syarat sighat: dilakukan dalam satu majlis, ijab dan qabul harus ucapan yang bersambung,
ijab dan qabul merupakan pemindahan hak dan tanggung jawab.
3. Macam-macam Akad
Ada beberapa macam akad, antara lain:
1. Akad lisan, yaitu akad yang dilakukan dengan cara pengucapan lisan.
2. Akad tulisan, yaitu akad yang dilakukan secara tertulis, seperti perjanjian pada kertas
bersegel atau akad yang melalui akta notaris.
3. Akad perantara utusan (wakil), yaitu akad yang dilakukan dengan melalui utusan atau
wakil kepada orang lain agar bertindak atas nama pemberi mandate
4. Akad isyarat, yaitu akad yang dilakukan dengan isyarat atau kode tertentu.
5.‫م‬Akad‫م‬Ta’athi‫(م‬saling‫م‬memberikan),‫م‬akad‫م‬yang sudah berjalan secara umum. Contoh: beli
makan di warung, harga dan pembayaran dihitung pembeli tanpa tawar menawar.
4. Hikmah Akad
Ada beberapa hikmah dengan disyariatkannya akad dalam muamalah, antara lain:
a. Munculnya pertanggung jawaban moral dan material.
b. Timbulnya rasa ketentraman dan kepuasan dari kedua belah pihak.
c. Terhindarnya perselisihan dari kedua belah pihak.
d. Terhindar dari pemilikan harta secara tidak sah.
e. Status kepemilikan terhadap harta menjadi jelas.
II. JUAL BELI dan KHIYAR
A. JUAL BELI
1. Pengertian dan Dasar hukum Jual Beli
Menurut bahasa jual beli berasal dari kata (‫ )َييع – ُعيبَم – َع م‬artinya tukar menukar sesuatu
‫َا‬
َ
َ َ َْ
dengan sesuatu, menurut istilah jual beli adalah suatu transaksi tukar menukar barang atau
harta yang mengakibatkan pemindahan hak milik sesuai dengan Syarat dan Rukun tertentu.
Dasar hukum jual beli bersumber dari Al-Qur’an‫م‬dan‫م‬Al-Hadits :
Firman Allah SWT :
“Dan‫م‬Allah‫م‬telah‫م‬menghalalkan‫م‬jual‫م‬beli‫م‬dan‫م‬mengharamkan‫م‬riba”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Baqarah‫.)572م:م‬
Sabda Rasulullah SAW :

“Pendapatan‫م‬yang‫م‬paling‫م‬utama‫م‬dari‫م‬seorang‫م‬adalah‫م‬hasil‫م‬usaha‫م‬sendiri‫م‬dan‫م‬hasil‫م‬jual‫م‬beli‫م‬
yang‫م‬mabrur”‫(م‬HR.‫م‬Thabrani).
2. Syarat dan Rukun Jual Beli
a. Syarat Barang yang Diperjual Belikan
1). Barang itu suci, artinya bukan barang najis.
2). Barang itu bermanfaat.
3).Barang itu milik sendiri atau milik orang lain yang telah mewakilkan untuk menjualnya.
4). Barang itu dapat diserah terimakan kepemilikannya.
5). Barang itu dapat diketahui jenis, ukuran, sifat dan kadarnya.
b. Syarat Penjual dan Pembeli
1). Berakal sehat, orang yang tidak sehat pikirannya atau idiot (bodoh), maka akad jual
belinya tidak sah.
2). Atas kemauan sendiri, artinya jual beli yang tidak ada unsur paksaan.
3). Sudah dewasa (Baligh), artinya akad jual beli yang dilakukan oleh anak-anak jual belinya
tidak sah, kecuali pada hal-hal yang sifatnya sederhana atau sudah menjadi adat kebiasaan.
Seperti jual beli es, permen dan lain-lain.
4). Keadaan penjual dan pembeli itu bukan orang pemboros terhadap harta, karena keadaan
mereka yang demikian itu hartanya pada dasarnya berada pada tanggung jawab walinya.
c. Rukun Jual Beli
1). Ada penjual.
2). Ada pembeli.
3). Ada barang atau harta yang diperjual belikan.
4). Ada uang atau alat bayar yang digunakan sebagai penukar barang.
5). Ada lafadz ijab qabul, yaitu sebagai bukti akan adanya kerelaan dari kedua belah pihak.
3. Jual Beli yangTerlarang
a. Jual beli yang sah tapi terlarang, antara lain:
1). Jual beli yang harganya diatas/dibawah harga pasar dengan cara menghadang penjual
sebelum tiba dipasar. Sabda Nabi SAW dari Ibnu Abbas ra.:

“Janganlah‫م‬kamu‫م‬menghadang‫م‬orang‫م‬yang‫م‬berangkat‫م‬kepasar”(Muttafaq‫م‬Alaih).
2). Membeli barang yang sudah dibeli atau dalam proses tawaran orang lain. Sabda Nabi
SAW :

“Janganlah‫م‬seseorang‫م‬menjual‫م‬sesuatu‫م‬yang‫م‬telah‫م‬dibeli‫م‬orang‫م‬lain”‫(م‬Muttafaq‫م‬Alaih).
3). Jual beli barang untuk ditimbun supaya dapat dijual dengan harga mahal dikemudian
hari, padahal masyarakat membutuhkannya saat itu. Sabda Rasulullah SAW :

“Tidak‫م‬ada‫م‬yang‫م‬menahan‫م‬barang‫م‬kecuali‫م‬orang‫م‬yang‫م‬durhaka‫(م‬salah)”‫(م‬HR.‫م‬Muslim).
4). Jual beli untuk alat maksiat:
Firman Allah SWT :

“Dan‫م‬jangan‫م‬tolong‫م‬menolong‫م‬dalam‫م‬berbuat‫م‬dosa‫م‬dan‫م‬pelanggaran”(QS.‫م‬Al‫م‬Maidah:‫.)2م‬
5). Jual beli dengan cara menipu, sabda Nabi SAW :
“Nabi‫م‬melarang‫م‬memperjual‫م‬belikan‫م‬barang‫م‬yang‫م‬mengandung‫م‬tipuan”(HR.‫م‬Muslim).
6). Jual beli yang mengandung riba, Firman Allah SWT. :

“Hai‫م‬orang-orang‫م‬yang‫م‬beriman,‫م‬janganlah‫م‬kamu‫م‬memakan‫م‬riba‫م‬dengan‫م‬berlipat‫م‬ganda”(QS.‫م‬
Ali Imran: 130).
b. Jual beli terlarang dan tidak sah, yaitu :
1). Jual beli sperma binatang, Sabda Nabi SAW. dari Jabir ra.:

“Nabi‫م‬SAW.‫م‬telah‫م‬melarang‫م‬menjual‫م‬air‫م‬mani‫م‬binatang‫م‬jantan”‫(م‬HR.‫م‬Muslim‫م‬dan‫م‬Nasa’i).
2). Menjual anak ternak yang masih dalam kandungan induknya.
sabda Nabi SAW.dari Abu Hurairah ra.:
‫ا‬
“Bahwa‫م‬Nabi‫م‬SAW.‫م‬melarang‫م‬menjual‫م‬belikan‫م‬anak‫م‬ternak‫م‬yang‫م‬masih‫م‬dalam‫م‬kandungan‫م‬
induknya”‫(م‬HR‫م‬Al‫م‬Bazzar).
3). Menjual belikan barang yang baru dibeli sebelum diserah terimakan kepada pembelinya,
sabda Nabi SAW. :

“Janganlah‫م‬kamu‫م‬menjual‫م‬sesuatu‫م‬yang‫م‬kamu‫م‬beli‫م‬sebelum‫م‬kamu‫م‬terima”(HR.‫م‬Ahmad‫م‬dan‫م‬Al‫م‬
Baihaqy).
4). Menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya, Sabda Nabi SAW. dari Ibnu Umar ra. :

“Nabi‫م‬SAW.‫م‬Telah‫م‬melarang‫م‬menjual‫م‬buah-buah‫م‬yang‫م‬belum‫م‬tampak‫م‬manfaatnya”
(Muttafaq Alaih).
4. Hikmah Jual Beli
1. Membentuk kepribadian Muslim yang terhindar dari kepemilikan harta secara batil. (QS.
An Nisa : 29).
2. Membentuk kepribadian Muslim yang terhindar dari kepemilikan harta secara riba (QS. Al
Baqarah : 275).
3. Mendorong untuk saling menolong sesama manusia sehingga mempunyai nilai sosial
kemasyarakatan (QS. Al Maidah : 2).
4. Melaksanakan hukum yang dihalalkan Allah SWT. Dan menjauhi yang diharamkan. (QS.
Al Baqarah : 275).
5. Mendidik pihak penjual dan pembeli agar memiliki sifat-sifat tenggang rasa, saling hormat
menghormati, lapang dada dan tidak tergesa-gesa.
Sabda Nabi SAW. Dari Jabir ra.:
“Allah‫م‬memberi‫م‬rahmat‫م‬kepada‫م‬orang‫م‬yang‫م‬berlapang‫م‬dada‫م‬pada‫م‬saat‫م‬menjual,‫م‬pada‫م‬saat‫م‬
membeli dan pada saat menagih hutang (HR. Bukhari dan Tirmidzi).

B. KHIYAR
Khiyar menurut bahasa artinya memilih yang terbaik, sedangkan menurut istilah khiyar ialah
: memilih antara melangsungkan akad jual beli atau membatalkan atas dasar pertimbangan
yang matang dari pihak penjual dan pembeli.
1. Jenis-jenis Khiyar
Khiyar ada 3 macam, yaitu :
a. Khiyar Majlis, artinya memilih untuk melangsungkan atau mmembatalkan akad jual beli
sebelum keduannya berpisah dari tempat akad. Sabda Rasulullah SAW. :

“Dua‫م‬orang‫م‬yang‫م‬berjual‫م‬beli‫م‬boleh‫م‬memilih‫(م‬meneruskan‫م‬atau‫م‬mengurungkan) jual belinya
selama‫م‬keduanya‫م‬belum‫م‬berpisah”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari‫م‬dan‫م‬Muslim).
b. Khiyar Syarat, yaitu khiyar yang dijadikan syarat waktu akad jual beli, artinya si pembeli
atau si penjual boleh memilih antara meneruskan atau mengurungkan jual belinya selama
persyaratan itu belum dibatalkan setelah mempertimbangkan dalam dua atau tiga hari.
Khiyar syarat paling lama tiga hari. Sabda Nabi SAW. :

“Engkau‫م‬boleh‫م‬melakukan‫م‬khiyar‫م‬pada‫م‬segala‫م‬barang‫م‬yang‫م‬telah‫م‬engkau‫م‬beli‫م‬selama‫م‬tiga‫م‬hari‫م‬
tiga‫م‬malam”‫(م‬Al‫م‬Baihaqi dari Ibnu Majah).
c. Khiyar Aibi, yaitu memilih melangsungkan akad jual beli atau mengurungkannya bilamana
terdapat bukti cacat pada barang.
2. Hikmah dan Manfaat Khiyar
Adapun hikmah khiyar antara lain adalah :
1. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan jual beli.
2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya unsur penipuan dalam jual beli.
3. Mendidik penjual agar bersikap jujur dalam menjelaskan kualitas barang dagangannya.
4. Menghindarkan terjadinya penyesalan dikemudian hari bagi penjual dan pembeli.
“Dari‫م‬Abu‫م‬Hurairah‫م‬RA‫م‬Nabi‫م‬SAW.‫م‬bersabda‫م:م‬Barang‫م‬siapa‫م‬mencabut‫(م‬jual‫م‬beli)‫م‬terhadap
orang‫م‬yang‫م‬menyesal,‫م‬maka‫م‬Allah‫م‬mencabut‫م‬kerugiannya”‫(م‬HR.‫م‬Al‫م‬Bazzar

III.‫م‬MUSAQAH,‫م‬MUZARA’AH‫م‬DAN‫م‬MUKHABARAH
A. MUSAQAH
1. Pengertian dan dasar hukum Musaqah
Menurut‫م‬bahasa,‫م‬Musaqah‫م‬berasal‫م‬dari‫م‬kata‫“م‬As-Saqyu”‫م‬yang‫م‬artinya‫م‬penyiraman.‫م‬Sedangkan‫م‬
menurut istilah musaqah adalah kerjasama antara pemilik kebun (tanah) dengan petani
penggarap, yang hasilnya dibagi berdasarkan perjanjian.
Musaqah hukumnya jaiz (boleh), hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW :

Dari‫م‬ibnu‫م‬Umar‫م‬ra.‫“م‬bahwasanya‫م‬Nabi‫م‬SAW‫م‬telah‫م‬mempekerjakan‫م‬penduduk‫م‬Khaibar‫م‬dengan‫م‬
syarat akan diberi upah separuh dari hasil tanaman atau buah-buahan yang keluar dari lahan
tersebut”‫(م‬HR.‫م‬Muttafaq‫م‬Alaih).
2. Rukun dan Syarat Musaqah
Rukun Musaqah (Musaqi) adalah sebagai berikut:
a. Pemilik kebun dan petani penggarap (Saqi).
b. Pohon atau tanaman dan kebun yang dirawat.
c. Pekerjaan yang dilaksanakan baik waktu, jenis dan sifat pekerjaannya.
d. Pembagian hasil tanaman atau pohon.
e. Akad, baik secara lisan atau tertulis maupun dengan isyarat.
Sementara itu syarat-syarat musaqah adalah sebagai berikut :
a. Pohon atau tanaman yang dipelihara harus jelas dan dapat dilihat.
b. Waktu pelaksanaan musaqah harus jelas, misalnya: setahun, dua tahun atau sekali panen
atau
lainnya agar terhindar dari keributan di kemudian hari.
c. Akad Musaqah yang dibuat hendaknya sebelum nampak buah atau hasil dari tanaman itu.
d. Pembagian hasil disebutkan secara jelas.
3. Masa berakhirnya Musaqah
Akad musaqah akan berakhir apabila :
a. Telah habis batas waktu yang telah disepakati bersama.
b. Petani penggarap tidak sanggup lagi bekerja.
c. Meninggalnya salah satu dari yang melakukan akad.
4. Hikmah Musaqah
1. Dapat terpenuhinya kemakmuran yang merata.
2. Terciptanya saling memberi manfaat antara kedua belah pihak (si pemilik tanah dan petani
penggarap).
3. Bagi pemilik tanah merasa terbantu karena kebunnya dapat terawat dan menghasilkan.
4. Disamping itu kesuburan tanahnya juga dapat dipertahankan.
B.‫م‬MUZARA’AH‫م‬DAN‫م‬MUKHABARAH
1.‫م‬Pengertian‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah
Menurut‫م‬bahasa‫م‬muzara’ah‫م‬artinya‫م‬penanaman‫م‬lahan.‫م‬Menurut‫م‬istilah‫م‬muzara’ah‫م‬adalah‫م‬suatu‫م‬
usaha kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani penggarap yang hasilnya
dibagi menurut kesepakatan, dimana benih tanaman dari si Pemilik tanah. Adapun zakat dari
hasil kerja sama ditanggung oleh pemilik sawah atau ladang.
Sedangkan mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani
penggarap yang hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan kedua belah pihak, dimana benih
tanaman dari petani penggarap.
Adapun zakat dari hasil usaha tersebut ditanggung oleh penggarap.
2.‫م‬Rukun‫م‬dan‫م‬Syarat‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah
a.‫م‬Rukun‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah
1). Pemilik dan penggarap sawah.
2). Sawah atau lading.
3). Jenis pekerjaan yang harus dilakukan.
4). Kesepakatan dalam pembagian hasil (upah).
5). Akad (sighat).
b.‫م‬Syarat‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah
1).‫م‬Pada‫م‬muzara’ah‫م‬benih‫م‬dari‫م‬pemilik‫م‬tanah,‫م‬sedangkan‫م‬pada mukhabarah benih dari
penggarap.
2).‫م‬Waktu‫م‬pelaksanaan‫م‬muzara’ah‫م‬dan‫م‬mukhabarah‫م‬jelas.
3).‫م‬Akad‫م‬muzara’ah‫م‬dan‫م‬mukhabarah‫م‬hendaknya‫م‬dilakukan‫م‬sebelum‫م‬pelaksanaan‫م‬pekerjaan.
4). Pembagian hasil disebutkan secara jelas.
3.‫م‬Hikmah‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah
a. Terwujudnya kerja sama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan petani
penggarap.
b. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
c. Tertanggulanginya kemiskinan.
d. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang memiliki kemampuan bertani
tetapi tidak memiliki tanah garapan.

IV. SYIRKAH
A. SYIRKAH
1. Pengertian dan Macam Syirkah
Menurut bahasa syirkah artinya : persekutuan, kerjasama atau bersama-sama. Menurut istilah
syirkah adalah suatu akad dalam bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang
modal atau jasa, untuk mendapatkan keuntungan.
Syirkah atau kerjasama ini sangat baik kita lakukan karena sangat banyak manfaatnya,
terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu ada yang sifatnya antar
pribadi, antar group bahkan antar Negara.
Dalam kehidupan masyarakat, senantiasa terjadi kerjasama, didorong oleh keinginan untuk
saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan keuntungan bersama.
Firman Allah SWT
“Dan‫م‬tolong‫م‬menolonglah‫م‬kamu‫م‬dalam‫(م‬mengerjakan)‫م‬kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong‫م‬dalam‫م‬berbuat‫م‬dosa‫م‬dan‫م‬pelanggaran”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Maidah‫.)2م:م‬
Macam-Macam Syirkah
Secara garis besar syirkah dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Syirkah amlak (Syirkah kepemilikan) Syirkah amlak ini terwujud karena wasiat atau
kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih.
2. Syirkah uqud (Syirkah kontrak atau kesepakatan), Syirkah uqud ini terjadi karena
kesepakatan dua orang atau lebih kerjasama dalam syarikat modal untuk usaha, keuntungan
dan kerugian ditanggung bersama. Syirkah uqud dibedakan menjadi empat macam :
A.‫م‬a.‫م‬Syirkah‫‘م‬inan‫(م‬harta).
Syirkah harta adalah akad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga terkumpul sejumlah
modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan.
Sabda Nabi SAW. dari Abu Hurairah ra. :

Rasulullah SAW. bersabda : Firman Allah SWT. Saya adalah pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat selama seorang diantaranya tidak mengkhianati yang lain. Maka apabila
berkhianat salah seorang diantara keduanya,‫م‬saya‫م‬keluar‫م‬dari‫م‬perserikatannya‫م‬itu”‫(م‬HR.‫م‬Abu‫م‬
Daud dan Hakim menshohihkannya).
Sebagian fuqaha, terutama fuqaha Irak berpendapat bahwa syirkah dagang ini disebut juga
dengan qiradl.
b.‫م‬Syirkah‫م‬a’mal‫(م‬serikat‫م‬kerja/‫م‬syirkah‫‘م‬abdan)
Syirkah‫م‬a’mal‫م‬adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih yang bergerak dalam
bidang jasa atau pelayanan pekerjaan dan keuntungan dibagi menurut kesepakatan.
Contoh : CV, NP, Firma, Koperasi dan lain-lain.
c. Syirkah Muwafadah
Syirkah Muwafadah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan syarat kesamaan
modal, kerja, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba yang didapat.
d. Syirkah Wujuh (Syirkah keahlian)
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik serta
ahli dalam bisnis.
2. Rukun dan Syarat Syirkah
Rukun dan syarat syirkah dapat dikemukakan sebagai berikut :
 Anggota yang berserikat, dengan syarat : baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan
baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan mengetahui pokok-pokok perjanjian.
 Pokok-pokok perjanjian syaratnya :
- Modal pokok yang dioperasikan harus jelas.
- Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas.
- Yang disyarikat kerjakan (obyeknya) tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip‫م‬syari’at‫م‬
Islam.
 Sighat, dengan Syarat : Akad kerjasama harus jelas sesuai dengan perjanjian.
3. Hukum dan Hikmah Syirkah
Pada prinsipnya bahwa hukum syirkah adalah mubah/boleh dan sah-sah saja. Namun
apabila terjadi penyimpangan oleh anggota syarikat, maka hal ini sudah tidak benar. Adapun
mengenai‫م‬syirkah‫م‬kerja‫م‬menurut‫م‬madzhab‫م‬Syafi’i‫م‬tidak‫م‬sah‫م‬dan‫م‬tidak‫م‬boleh.
Mengenai hikmah syirkah dapat dikemukakan disini sebagai berikut :
a. Dapat meningkatkan daya saing produksi, karena ada tambahan modal yang besar.
b. Dapat meningkatkan hubungan kerja sama antar kelompok sosial dan hubungan bilateral
antar negara.
c. Dapat memberi kesempatan kepada pihak yang lemah ekonominya untuk bekerjasama
dengan pihak ekonomi yang lebih kuat
d. Dapat menampung tenaga kerja, sehingga akan dapat mengurangi pengangguran.
V.‫م‬JI’ALAH‫(م‬SAYEMBARA)
1.‫م‬Pengertian‫م‬Ji’alah
Menurut‫م‬bahasa‫م‬Ji’alah‫م‬artinya‫م‬upah‫م‬atau‫م‬pemberian.‫م‬Menurut‫م‬istilah‫م‬artinya‫م‬upah‫م‬yang‫م‬
diberikan kepada seseorang atas keberhasilannya dalam memenuhi keinginan pemberi upah.
Contohnya : seorang yang kehilangan kuda, dia berkata : barang siapa yang mendapatkan
kudaku dan dia kembalikan kuda itu, maka aku berikan upah sekian.
2.‫م‬Hukum‫م‬Ji’alah
Ji’alah‫م‬hukumnya‫م‬mubah‫(م‬Boleh),‫م‬dasar‫م‬hukumnya‫م‬bermula‫م‬dari‫م‬Firman‫م‬Allah‫م‬SWT.‫:م‬

“Penyeru-penyeru‫م‬itu‫م‬berkata‫”:م‬Kami‫م‬kehilangan‫م‬Piala‫م‬Raja‫م‬dan‫م‬barang‫م‬siapa‫م‬yang‫م‬dapat‫م‬
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan akan
menjanjikan‫م‬terhadapnya“‫(م‬QS.‫م‬Yusuf‫.)27م:م‬
3.‫م‬Rukun‫م‬dan‫م‬Syarat‫م‬Ji’alah
a.‫م‬Lafazd‫(م‬akad)‫م‬Ji’alah,‫م‬dengan‫م‬syarat :
1). Lafazd dapat dimengerti isi dan maksudnya.
2). Mengandung izin untuk melakukan apa yang diharapkan oleh pembuat lafazd.
3). Ada batas tertentu dalam melakukan sayembara.
b. Orang yang menjanjikan upah, syaratnya :
1). Orang yang punya hak memberikan sayembara.
2). Orang yang dibenarkan secara hukum menyelenggarakan sayembara.
c. Pekerjaan (sesuatun yang harus dilakukan), syaratnya :
1). Pekerjaan itu memungkinkan untuk dilakukan oleh manusia.
2). Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang tidak mengandung unsur maksiat.
d. Upah, syaratnya diketahui terlebih dahulu sebelum pekerjaan itu dilaksanakan.
4.‫م‬Hikmah‫م‬Ji’alah
1). Memacu prestasi dalam suatu bidang yang disayembarakan (dilombakan) ;
2). Menumbuhkan sikap saling tolong menolong antar sesama manusia ;
3). Adanya penghargaan terhadap suatu prestasi dari pekerjaan yang dilaksanakan

VI. WAKAF
1. Pengertian Wakaf
Wakaf‫م‬menurut‫م‬bahasa‫م‬berarti‫“م‬menahan”‫م‬sedangkan‫م‬menurut‫م‬istilah‫م‬wakaf‫م‬yaitu‫م‬
memberikan
suatu benda atau harta yang dapat diambil manfaatnya untuk digunakan bagi kepentingan
masyarakat menuju keridhaan Allah SWT.
2. Hukum Wakaf
Hukum wakaf adalah sunat, hal ini didasarkan pada Al-Qur’an.
Firman Allah SWT. :

“Dan‫م‬berbuatlah‫م‬kebajikan‫م‬agar‫م‬kamu‫م‬beruntung”(QS.‫م‬Al‫م‬Hajj:‫.)77م‬
Firman Allah SWT.:
“Tidak‫م‬akan‫م‬tercapai‫م‬olehmu‫م‬suatu‫م‬kebaikan‫م‬sebelum‫م‬kamu‫م‬sanggup‫م‬membelanjakan‫م‬
sebagian
harta‫م‬yang‫م‬kamu‫م‬sayangi”
3. Rukun Wakaf
A. Orang yang memberikan wakaf (Wakif).
B. Orang yang menerima wakaf (Maukuf lahu).
C. Barang yang yang diwakafkan (Maukuf).
D. Ikrar penyerahan (akad).
2. 4. Syarat-syarat Wakaf
A. Orang yang memberikan wakaf berhak atas perbuatan itu dan atas dasar kehendaknya
sendiri.
B. Orang yang menerima wakaf jelas, baik berupa organisasi atau perorangan.
C. Barang yang diwakafkan berwujud nyata pada saat diserahkan.
D. Jelas ikrarnya dan penyerahannya, lebih baik tertulis dalam akte notaris sehingga jelas dan
tidak akan menimbulkan masalah dari pihak keluarga yang memberikan wakaf.
5. Macam-macam Wakaf
Wakaf dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Wakaf Ahly (wakaf khusus), yaitu wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan keluarga atau tidak. Misalnya wakaf yang
diberikan kepada seorang tokoh masyarakat atau orang yang dihormati.
2. Wakaf Khairy (wakaf untuk umum), yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan
umum. Misalnya wakaf untuk Masjid, Pondok Pesantren dan Madrasah.
6. Perubahan Benda Wakaf
Menurut‫م‬Imam‫م‬Syafi’i‫م‬menjual‫م‬dan‫م‬mengganti‫م‬barang‫م‬wakaf‫م‬dalam‫م‬kondisi‫م‬apapun‫م‬
hukumnya tidak boleh, bahkan terhadap wakaf khusus (waqaf Ahly) sekalipun, seperti wakaf
bagi keturunannya sendiri, sekalipun terdapat seribu satu macam alasan untuk itu.Sementara
Imam Maliki dan Imam Hanafi membolehkan mengganti semua bentuk barang wakaf,
kecuali masjid. Penggantian semua bentuk barang wakaf ini berlaku, baik wakaf khusus atau
umum (waqaf Khairy), dengan ketentuan :
1. Apabila pewakaf mensyaratkan (dapat dijual atau digantikan dengan yang lain), ketika
berlangsungnya pewakafan.
2. Barang wakaf sudah berubah menjadi barang yang tidak berguna.
3. Apabila penggantinya merupakan barang yang lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan.
4. Agar lebih berdaya guna harta yang diwakafkan.
7. Hikmah Wakaf
Hikmah‫م‬disyari’atkannya‫م‬wakaf,‫م‬antara‫م‬lain‫م‬sebagai‫م‬berikut‫:م‬
1. Menanamkan sifat zuhud dan melatih menolong kepentingan orang lain.
2. Menghidupkan lembaga-lembaga‫م‬sosial‫م‬maupun‫م‬keagamaan‫م‬demi‫م‬syi’ar‫م‬Islam‫م‬dan‫م‬
keunggulan kaum muslimin.
3. Memotivasi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam beramal karena pahala wakaf akan
terus mengalir sekalipun pemberi wakaf telah meninggal dunia.
4. Menyadarkan umat bahwa harta yang dimiliki itu ada fungsi sosial yang harus dikeluarkan.

HIBAH, SHADAQAH DAN HADIAH
1.
2. A. HIBAH
1. 1. Pengertian dan Hukum Hibah
Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia hidup
tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang.
Firman Allah SWT. :

“Dan‫م‬memberikan‫م‬harta‫م‬yang‫م‬dicintainya‫م‬kepada‫م‬kerabatnya,‫م‬anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta dan
(memerdekakan)‫م‬hamba‫م‬sahaya”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Baqarah‫.)771م:م‬
Memberikan Sesutu kepada orang lain, asal barang atau harta itu halal termasuk perbuatan
terpuji dan mendapat pahala dari Allah SWT. Untuk itu hibah hukumnya mubah.
Sabda Nabi SAW. :
“Dari‫م‬Khalid‫م‬bin‫م‬Adi,‫م‬sesungguhnya‫م‬Nabi‫م‬Muhammad‫م‬SAW.‫م‬telah‫م‬bersabda,‫“م:م‬Barang‫م‬siapa‫م‬
yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak ia minta,
hendaklah diterima (jangan ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian
yangdiberikan‫م‬Allah‫م‬kepadanya”‫(م‬HR.‫م‬Ahmad).
1. 2. Rukun dan Syarat Hibah
A. a. Pemberi Hibah (Wahib)
Syarat-syarat pemberi hibah (wahib) adalah sudah baligh, dilakukan atas dasar kemauan
sendiri, dibenarkan melakukan tindakan hukum dan orang yang berhak memiliki barang.
1. b. Penerima Hibah (Mauhub Lahu)
Syarat-syarat penerima hibah (mauhub lahu), diantaranya :
Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu dilakukan hibah. Apabila tidak
ada secara nyata atau hanya ada atas dasar perkiraan, seperti janin yang masih dalam
kandungan ibunya maka ia tidak sah dilakukan hibah kepadanya.
1. c. Barang yang dihibahkan (Mauhub)
Syarat-syarat barang yang dihibahkan (Mauhub), diantaranya : jelas terlihat wujudnya,
barang yang dihibahkan memiliki nilai atau harga, betul-betul milik pemberi hibah dan dapat
dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah.
1.‫م‬d.‫م‬Akad‫(م‬Ijab‫م‬dan‫م‬Qabul),‫م‬misalnya‫م‬si‫م‬penerima‫م‬menyatakan‫“م‬saya‫م‬hibahkan‫م‬atau‫م‬
kuberikan tanah ini kepadamu”,‫م‬si‫م‬penerima‫م‬menjawab,‫“م‬ya‫م‬saya‫م‬terima‫م‬pemberian‫م‬saudara”.
1. 3. Macam-macam Hibah
Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang mencakup
materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi
(harapan) apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar dimanfaatkan harta atau
barang yang dihibahkan itu, namun materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi
hibah. Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak guna
atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah
seumur hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena
setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan.
1. 4. Mencabut Hibah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram, kecualii hibah
orang tua terhadap anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. :
‫ُِّةاٍَاٍاُياعَُيَيلٍََا م ُيطع َُيَلجبَم ًعَ مَ َُيَييَيةَََََُّْطعَم َْنْم ٌمْلسِم ٍلجكِم ََُُّحكَم‬
َ َ
ْ َ ْ ‫ْ َ ْ َ ْ َ ال‬
َ
َ ْ َّ
َ ْ
“Tidak‫م‬halal‫م‬seorang‫م‬muslim‫م‬memberikan‫م‬suatu‫م‬barang kemudian ia tarik kembali, kecuali
seorang‫م‬bapak‫م‬kepada‫م‬anaknya”‫(م‬HR.‫م‬Abu‫م‬Dawud).
Sabda Rasulullah SAW. :

“Orang‫م‬yang‫م‬menarik‫م‬kembali‫م‬hibahnya‫م‬sebagaimana‫م‬anjing‫م‬yang‫م‬muntah‫م‬lalu‫م‬dimakannya‫م‬
kembali‫م‬muntahnya‫م‬itu”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari‫م‬Muslim).
Hibah yang dapat dicabut, diantaranya sebagai berikut :
1. Hibahnya orang tua (bapak) terhadap anaknya, karena bapak melihat bahwa mencabut itu
demi menjaga kemaslahatan anaknya.
2. Bila dirasakan ada unsur ketidak adilan diantara anak-anaknya, yang menerima hibah..
3. Apabila dengan adanya hibah itu ada kemungkinan menimbulkan iri hati dan fitnah dari
pihak lain.
1. 5. Beberapa Masalah Mengenai Hibah
A. Pemberian Orang Sakit yang Hampir Meninggal
Hukumnya adalah seperti wasiat, yaitu penerima harus bukan ahli warisnya dan
jumlahnya tidak lebih dari sepertiga harta. Jika penerima itu ahli waris maka hibah itu tidak
sah. Jika hibah itu jumlahnya lebih dari sepertiga harta maka yang dapat diberikan kepada
penerima hibah (harus bukan ahli waris) hanya sepertiga harta.
1. Penguasaan Orang Tua atas Hibah Anaknya
Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai barang yang
dihibahkan kepada anaknya yang masih kecil dan dalam perwaliannya atau kepada anak yang
sudah dewasa, tetapi lemah akalnya. Pendapat ini didasarkan pada kebolehan meminta
kembali hibah seseorang kepada anaknya.
1. 6. Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :
1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
3. Dapat mempererat tali silaturahmi
4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.
1. B. SHADAQAH DAN HADIAH
1. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Shadaqah dan Hadiah
Shadaqah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya
imbalan dengan harapan mendapat ridla Allah SWT. Sementara hadiah adalah akad
pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan sebagai
penghormatan atas suatu prestasi. Shadaqah itu tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga
dalam bentuk tindakan seperti senyum kepada orang lain termasuk shadaqah. Hal ini sesuai
dengan Sabda Rasulullah SAW. :
‫)رَاًعٍ عخعرى( ٌاَقَ م ِ ٍَبَم َْكيْبَم ُيَجْ م ََعمابَم‬
َّ َ
ََ َ ‫َ ى‬
“Tersenyum‫م‬dihadapan‫م‬temanmu‫م‬itu‫م‬adalah‫م‬bagian‫م‬dari‫م‬shadaqah”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari).
Hukum hadiah-menghadiahkan dari orang Islam kepada orang diluar Islam atau sebaliknya
adalah boleh karena persoalan ini termasuk sesuatu yang berhubungan dengan sesama
manusia (hablum minan naas).
1. 2. Hukum Shadaqah dan Hadiah
A. Hukum shadaqah adalah sunah
B. Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh saja dilakukan dan boleh ditinggalkan.
Sabda Rasulullah SAW. :
“Dari‫م‬Abu‫م‬Hurairah,‫م‬Rasulullah‫م‬SAW.telah‫م‬bersabda‫م‬sekiranya‫م‬saya‫م‬diundang‫م‬untuk‫م‬makan‫م‬
sepotong kaki binatang, undangan itu pasti saya kabulkan, begitu juga kalau potongan kaki
binatang dihadiahkan kepada saya tentu saya‫م‬terima”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari).
1. 3. Perbedaan antara Shadaqah dan Hadiah
A. Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar, sedangkan hadiah ditujukan kepada orang
yang berprestasi.
B. Shadaqah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya,
sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang yang
dihormati.
C. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah
hukumnya mubah (boleh).
1. 4. Syarat-syarat Shadaqah dan Hadiah
A. Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu sehat akalnya dan tidak dibawah
perwalian orang lain. Hadiah orang gila, anak-anak dan orang yang kurang sehat jiwanya
(seperti pemboros) tidak sah shadaqah dan hadiahnya.
B. Penerima haruslah orang yang benar-benar memerlukan karena keadaannya yang terlantar.
C. Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak memiliki, jadi shadaqah atau
hadiah kepada anak yang masih dalam kandungan tidak sah.
D. Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan harus bermanfaat bagi penerimanya.
1. 5. Rukun Shadaqah dan Hadiah
A. Pemberi shadaqah atau hadiah.
B. Penerima shadaqah atau hadiah.
C. Ijab dan Qabul artinya pemberi menyatakan memberikan, penerima menyatakan suka.
D. Barang atau Benda (yang dishadaqahkan/dihadiahkan).
1. 6. Hikmah Shadaqah dan Hadiah
A. Hikmah Shadaqah
1). Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah
2). Dapat menghindarkan dari berbagai bencana
3). Akan dicintai Allah SWT.
1. Hikmah Hadiah
1). Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2). Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.
Sabda‫م‬Nabi‫م‬Muhammad‫م‬SAW.‫“:م‬Saling‫م‬hadiah-menghadiahkan kamu, karena dapat
menghilangkan tipu daya dan
kedengkian”‫(م‬HR.‫م‬Abu‫م‬Ya’la).
“Hendaklah‫م‬kamu‫م‬saling‫م‬memberi‫م‬hadiah,‫م‬karena‫م‬ia‫م‬akan‫م‬mewariskan‫م‬kecintaan‫م‬dan‫م‬
menghilangkan kedengkian-kedengkian”‫(م‬HR.‫م‬Dailami).

More Related Content

What's hot (20)

001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
 
Pengelolaan Wakaf
Pengelolaan WakafPengelolaan Wakaf
Pengelolaan Wakaf
 
KHI Buku III
KHI Buku IIIKHI Buku III
KHI Buku III
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
 
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAM
 
Makalah muamalah
Makalah muamalahMakalah muamalah
Makalah muamalah
 
04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud
 
Teori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamTeori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam Islam
 
15 wakaf
15 wakaf15 wakaf
15 wakaf
 
Akad Wadhiah dan Ariyah
Akad Wadhiah dan Ariyah Akad Wadhiah dan Ariyah
Akad Wadhiah dan Ariyah
 
Jual beli
Jual beliJual beli
Jual beli
 
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
 
Teori Pemilikan
Teori PemilikanTeori Pemilikan
Teori Pemilikan
 
Konsep Pemilikan Dalam Islam
Konsep Pemilikan Dalam IslamKonsep Pemilikan Dalam Islam
Konsep Pemilikan Dalam Islam
 
Konsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islamKonsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islam
 
Wakaf
WakafWakaf
Wakaf
 
Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
02.2 AKIBAT HARTA HARAM
02.2 AKIBAT HARTA HARAM02.2 AKIBAT HARTA HARAM
02.2 AKIBAT HARTA HARAM
 
Wakaf,haji,zakat
Wakaf,haji,zakatWakaf,haji,zakat
Wakaf,haji,zakat
 

Similar to Akad

Bahanajar_1609920355 (3).pdf
Bahanajar_1609920355 (3).pdfBahanajar_1609920355 (3).pdf
Bahanajar_1609920355 (3).pdfrizkihapiz
 
Bab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islam
Bab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islamBab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islam
Bab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islamwahyudinia112
 
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02Hamzah Robbani
 
WAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptx
WAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptxWAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptx
WAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptxMUSTAINMAS
 
perekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptxperekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptxMadeLombok
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxMikaMee
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdfkuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdfRiyanto44
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadSekar Lukinanti
 
Hukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahHukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahchaoru
 
Teori hak (fiqh muammalah 1)
Teori hak (fiqh muammalah 1)Teori hak (fiqh muammalah 1)
Teori hak (fiqh muammalah 1)Abdul Aziz
 

Similar to Akad (20)

Materi bab 6
Materi bab 6Materi bab 6
Materi bab 6
 
Materi bab 6
Materi bab 6Materi bab 6
Materi bab 6
 
Materi bab 7
Materi bab 7Materi bab 7
Materi bab 7
 
Konsep kepemilikan
Konsep kepemilikanKonsep kepemilikan
Konsep kepemilikan
 
Bahanajar_1609920355 (3).pdf
Bahanajar_1609920355 (3).pdfBahanajar_1609920355 (3).pdf
Bahanajar_1609920355 (3).pdf
 
Bab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islam
Bab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islamBab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islam
Bab 7 kepemilikan (milkiyah) dalam islam
 
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
 
Materi bab 7
Materi bab 7Materi bab 7
Materi bab 7
 
WAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptx
WAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptxWAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptx
WAKAF Dr. MUNIR, M.Hum.pptx
 
perekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptxperekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptx
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdfkuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
 
Mu'amalah xi
Mu'amalah xiMu'amalah xi
Mu'amalah xi
 
Hukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahHukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalah
 
94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat
 
94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat
 
Makalah pegadaian
Makalah pegadaianMakalah pegadaian
Makalah pegadaian
 
Teori hak (fiqh muammalah 1)
Teori hak (fiqh muammalah 1)Teori hak (fiqh muammalah 1)
Teori hak (fiqh muammalah 1)
 

Akad

  • 1. I. KEPEMILIKAN DAN AKAD A. KEPEMILIKAN (MILKIYAH) 1. Pengertian Milkiyah ْ ْ Milkiyah menurut bahasa berasal dari kata (‫ )ٌكْلِم‬artinya: sesuatu yang berada dalam kekuasaannya, sedang milkiyah menurut istilah adalah suatu harta atau barang yang secara hukum dapat dimiliki oleh seseorang untuk dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan penguasaannya kepada orang lain. “‫م‬Hai‫م‬Nabi,‫م‬sesungguhnya‫م‬Kami‫م‬telah‫م‬menghalalkan‫م‬bagimu‫م‬isteri-isterimu yang telah kamu berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh‫م‬dalam‫م‬peperangan‫م‬yang‫م‬dikaruniakan‫م‬Allah‫م‬untukmu‫(“…م‬QS.‫م‬Al‫م‬Ahzab‫)05م:م‬ Menjaga dan mempertahankan hak milik hukumnya wajib, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “‫م‬Siapa‫م‬yang‫م‬gugur‫م‬dalam‫م‬mempertahankan‫م‬hartanya‫م‬ia syahid, siapa yang gugur dalam mempertahankan darahnya ia syahid, siapa yang gugur dalam mempertahankan agamanya ia syahid,‫م‬siapa‫م‬yang‫م‬gugur‫م‬dalam‫م‬mempertahankan‫م‬keluarganya‫م‬ia‫م‬syahid‫(“م‬HR.‫م‬Bukhari‫م‬dan‫م‬ Muslim). 2. Sebab-sebab Kepemilikan a. Barang atau harta itu belum ada pemiliknya secara sah (Ihrazul Mubahat). Contohnya : Ikan di sungai, ikan di laut, hewan buruan, Burung-burung di alam bebas, air hujan dan lain-lain. b. Barang atau harta itu dimiliki karena melalui akad (bil Uqud), contohnya : lewat jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, hibah atau pemberian dan lain-lain. c. Barang atau harta itu dimiliki karena warisan (bil Khalafiyah), contohnya : mendapat bagian harta pusaka dari orang tua, mendapat barang dari wasiat ahli waris. d. Harta atau barang yang didapat dari perkembang biakan (Attawalludu minal mamluk) Contohnya : Telur dari ayam yang dimiliki, anak sapi dari sapi yang dimiliki dan lain-lain. 3. Macam-macam Kepemilikan Kepemilikan terhadap suatu harta ada tiga macam, yaitu : a. Kepemilikan penuh (milk-taam), yaitu penguasaan dan pemanfaatan terhadap benda atau harta yang dimiliki secara bebas dan dibenarkan secara hukum. b. Kepemilikan materi, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang terbatas kepada penguasaan materinya saja. c. Kepemilikan manfaat, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang terbatas kepada pemanfaatannya saja, tidak dibenarkan secara hukum untuk menguasai harta itu.
  • 2. Menurut Dr. Husain Abdullah kepemilikan dapat dibedakan menjadi : a. Kepemilikan pribadi (Individu), yaitu suatu harta yang dimiliki seseorang atau kelompok, namun bukan untuk umum, Contohnya: Rumah, Mobil, Sawah dan lain-lain. b. Kepemilikan publik (umum), yaitu harta yang dimiliki oleh banyak orang. Contohnya: Jalan Raya, laut, lapangan Olah Raga dan lain-lain. c. Kepemilikan Negara Contohnya: Gedung Sekolah Negeri, Gedung Pemerintahan, Hutan dan lain-lain. 4. Ihrazul Mubahat dan Khalafiyah a. Ihrazul Mubahat 1). Pengertian Ihrazul Mubahat (Barang bebas), maksudnya adalah bolehnya seseorang memiliki harta yang tidak bertuan (belum dimiliki oleh seseorang atau kelompok). 2). Syarat Ihrazul Mubahat Syarat untuk terpenuhinya ihrazul mubahat adalah sebagai berikut : a. Benda atau harta yang ditemukan itu belum ada yang memilikinya. b. Benda atau harta yang ditemukan itu memang dimaksudkan untuk dimilikinya. Contohnya : burung yang menyasar dan masuk kerumah. b. Khalafiyah 1). Pengertian Khalafiyah Khalafiyah adalah bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru ditempat yang lama yang sudah tidak ada dalam berbagai macam hak. 2). Macam-macam Khalafiyah a.‫م‬Khalafiyah‫م‬Syakhsyi‫’م‬an‫م‬syakhsy‫(م‬seseorang‫م‬terhadap‫م‬seseorang) adalah kepemilikan suatu harta dari harta yang ditinggalkan oleh pewarisnya, sebatas memiliki harta bukan mewarisi hutang si pewaris. b.‫م‬Khalafiyah‫م‬syai’in‫‘م‬an‫م‬syai’in‫(م‬sesuatu‫م‬terhadap‫م‬sesuatu) Adalah kewajiban seseorang untuk mengganti harta / barang milik orang lain yang dipinjam karena rusak atau hilang sesuai harga dari barang tersebut. 5. Ihyaul Mawat a. Pengertian Ihyaul Mawat Ihyaul Mawat ialah upaya untuk membuka lahan baru atas tanah yang belum ada pemiliknya. Misalnya, membuka hutan untuk lahan pertanian, menghidupkan lahan tandus menjadi produktif yang berasal dari rawa-rawa yang tidak produktif atau tanah tandus lainnya agar menjadi produktif. b. Hukum Ihyaul Mawat Menghidupkan lahan yang mati hukumnya boleh (mubah) berdasarkan hadits Rasulullah SAW, sebagai berikut : “Barang‫م‬siapa‫م‬yang‫م‬menghidupkan‫م‬tanah‫م‬mati,‫م‬maka‫م‬tanah‫م‬itu‫م‬menjadi‫م‬haknya,‫م‬orang‫م‬yang mengalirkan‫م‬air‫م‬dengan‫م‬dzalim‫م‬tidak‫م‬mempunyai‫م‬haknya”(HR.‫م‬Abu‫م‬Daud,‫م‬An-Nasa’i‫م‬dan‫م‬
  • 3. Tirmidzi). c. Syarat membuka lahan baru 1). Tanah yang dibuka itu cukup hanya untuk keperluannya saja, apabila lebih orang lain boleh mengambil sisanya. 2). Ada kesanggupan dan cukup alat untuk meneruskanya, bukan semata-mata sekedar untuk menguasai tanahnya saja. d. Hikmah Ihyaul Mawat 1). Mendorong manusia untuk bekerja keras dalam mencari rezeki. 2). Munculnya rasa kemandirian dan percaya diri bahwa di dalam jagad raya ini terdapat potensi alam yang dapat dikembangkan untuk kemaslahatan hidup. 3). Termanfaatkannya potensi alam sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah atas kemampuan manusia dalam bidang IPTEK. 6. Hikmah Kepemilikan Ada‫م‬beberapa‫م‬hikmah‫م‬disyari’atkannya‫م‬kepemilikan dalam Islam, antara lain : a. Terciptanya rasa aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat. b. Terlindunginya hak-hak individu secara baik. c. Menumbuhkan sikap kepedulian terhadap fasilitas-fasilitas umum. d. Timbulnya rasa kepedulian sosial yang semakin tinggi. B. AKAD 1. Pengertian dan Dasar Hukum Akad Akad menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah akad adalah transaksi atau kesepakatan antara seseorang (yang menyerahkan) dengan orang lain (yang menerima) untuk pelaksanaan suatu perbuatan. Contohnya : akad jual beli, akad sewa menyewa, akad pernikahan. Dasar hukum dilakukannya akad adalah :  “Hai‫م‬orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad‫م‬itu”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Maidah‫.)1م:م‬ Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa melakukan isi perjanjian atau akad itu hukumnya wajib. 2. Rukun akad dan Syarat akad Adapun rukun akad adalah : a. Dua orang atau lebih yang melakukan akad (transaksi) disebut Aqidain. b. Sighat (Ijab dan Qabul). c.‫م‬Ma’qud‫‘م‬alaih‫(م‬sesuatu‫م‬yang‫م‬diakadkan). Sementara itu syarat akad adalah sebagai berikut : 1. Syarat orang yang bertransaksi antara lain : berakal, baligh, mumayis dan orang yang dibenarkan secara hukum untuk melakukan akad 2. Syarat barang yang diakadkan antara lain : bersih, dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad dan barang itu diketahui keberadaannya.
  • 4. 3. Syarat sighat: dilakukan dalam satu majlis, ijab dan qabul harus ucapan yang bersambung, ijab dan qabul merupakan pemindahan hak dan tanggung jawab. 3. Macam-macam Akad Ada beberapa macam akad, antara lain: 1. Akad lisan, yaitu akad yang dilakukan dengan cara pengucapan lisan. 2. Akad tulisan, yaitu akad yang dilakukan secara tertulis, seperti perjanjian pada kertas bersegel atau akad yang melalui akta notaris. 3. Akad perantara utusan (wakil), yaitu akad yang dilakukan dengan melalui utusan atau wakil kepada orang lain agar bertindak atas nama pemberi mandate 4. Akad isyarat, yaitu akad yang dilakukan dengan isyarat atau kode tertentu. 5.‫م‬Akad‫م‬Ta’athi‫(م‬saling‫م‬memberikan),‫م‬akad‫م‬yang sudah berjalan secara umum. Contoh: beli makan di warung, harga dan pembayaran dihitung pembeli tanpa tawar menawar. 4. Hikmah Akad Ada beberapa hikmah dengan disyariatkannya akad dalam muamalah, antara lain: a. Munculnya pertanggung jawaban moral dan material. b. Timbulnya rasa ketentraman dan kepuasan dari kedua belah pihak. c. Terhindarnya perselisihan dari kedua belah pihak. d. Terhindar dari pemilikan harta secara tidak sah. e. Status kepemilikan terhadap harta menjadi jelas. II. JUAL BELI dan KHIYAR A. JUAL BELI 1. Pengertian dan Dasar hukum Jual Beli Menurut bahasa jual beli berasal dari kata (‫ )َييع – ُعيبَم – َع م‬artinya tukar menukar sesuatu ‫َا‬ َ َ َ َْ dengan sesuatu, menurut istilah jual beli adalah suatu transaksi tukar menukar barang atau harta yang mengakibatkan pemindahan hak milik sesuai dengan Syarat dan Rukun tertentu. Dasar hukum jual beli bersumber dari Al-Qur’an‫م‬dan‫م‬Al-Hadits : Firman Allah SWT : “Dan‫م‬Allah‫م‬telah‫م‬menghalalkan‫م‬jual‫م‬beli‫م‬dan‫م‬mengharamkan‫م‬riba”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Baqarah‫.)572م:م‬ Sabda Rasulullah SAW : “Pendapatan‫م‬yang‫م‬paling‫م‬utama‫م‬dari‫م‬seorang‫م‬adalah‫م‬hasil‫م‬usaha‫م‬sendiri‫م‬dan‫م‬hasil‫م‬jual‫م‬beli‫م‬ yang‫م‬mabrur”‫(م‬HR.‫م‬Thabrani). 2. Syarat dan Rukun Jual Beli a. Syarat Barang yang Diperjual Belikan 1). Barang itu suci, artinya bukan barang najis. 2). Barang itu bermanfaat.
  • 5. 3).Barang itu milik sendiri atau milik orang lain yang telah mewakilkan untuk menjualnya. 4). Barang itu dapat diserah terimakan kepemilikannya. 5). Barang itu dapat diketahui jenis, ukuran, sifat dan kadarnya. b. Syarat Penjual dan Pembeli 1). Berakal sehat, orang yang tidak sehat pikirannya atau idiot (bodoh), maka akad jual belinya tidak sah. 2). Atas kemauan sendiri, artinya jual beli yang tidak ada unsur paksaan. 3). Sudah dewasa (Baligh), artinya akad jual beli yang dilakukan oleh anak-anak jual belinya tidak sah, kecuali pada hal-hal yang sifatnya sederhana atau sudah menjadi adat kebiasaan. Seperti jual beli es, permen dan lain-lain. 4). Keadaan penjual dan pembeli itu bukan orang pemboros terhadap harta, karena keadaan mereka yang demikian itu hartanya pada dasarnya berada pada tanggung jawab walinya. c. Rukun Jual Beli 1). Ada penjual. 2). Ada pembeli. 3). Ada barang atau harta yang diperjual belikan. 4). Ada uang atau alat bayar yang digunakan sebagai penukar barang. 5). Ada lafadz ijab qabul, yaitu sebagai bukti akan adanya kerelaan dari kedua belah pihak. 3. Jual Beli yangTerlarang a. Jual beli yang sah tapi terlarang, antara lain: 1). Jual beli yang harganya diatas/dibawah harga pasar dengan cara menghadang penjual sebelum tiba dipasar. Sabda Nabi SAW dari Ibnu Abbas ra.: “Janganlah‫م‬kamu‫م‬menghadang‫م‬orang‫م‬yang‫م‬berangkat‫م‬kepasar”(Muttafaq‫م‬Alaih). 2). Membeli barang yang sudah dibeli atau dalam proses tawaran orang lain. Sabda Nabi SAW : “Janganlah‫م‬seseorang‫م‬menjual‫م‬sesuatu‫م‬yang‫م‬telah‫م‬dibeli‫م‬orang‫م‬lain”‫(م‬Muttafaq‫م‬Alaih). 3). Jual beli barang untuk ditimbun supaya dapat dijual dengan harga mahal dikemudian hari, padahal masyarakat membutuhkannya saat itu. Sabda Rasulullah SAW : “Tidak‫م‬ada‫م‬yang‫م‬menahan‫م‬barang‫م‬kecuali‫م‬orang‫م‬yang‫م‬durhaka‫(م‬salah)”‫(م‬HR.‫م‬Muslim). 4). Jual beli untuk alat maksiat: Firman Allah SWT :  “Dan‫م‬jangan‫م‬tolong‫م‬menolong‫م‬dalam‫م‬berbuat‫م‬dosa‫م‬dan‫م‬pelanggaran”(QS.‫م‬Al‫م‬Maidah:‫.)2م‬ 5). Jual beli dengan cara menipu, sabda Nabi SAW :
  • 6. “Nabi‫م‬melarang‫م‬memperjual‫م‬belikan‫م‬barang‫م‬yang‫م‬mengandung‫م‬tipuan”(HR.‫م‬Muslim). 6). Jual beli yang mengandung riba, Firman Allah SWT. :  “Hai‫م‬orang-orang‫م‬yang‫م‬beriman,‫م‬janganlah‫م‬kamu‫م‬memakan‫م‬riba‫م‬dengan‫م‬berlipat‫م‬ganda”(QS.‫م‬ Ali Imran: 130). b. Jual beli terlarang dan tidak sah, yaitu : 1). Jual beli sperma binatang, Sabda Nabi SAW. dari Jabir ra.: “Nabi‫م‬SAW.‫م‬telah‫م‬melarang‫م‬menjual‫م‬air‫م‬mani‫م‬binatang‫م‬jantan”‫(م‬HR.‫م‬Muslim‫م‬dan‫م‬Nasa’i). 2). Menjual anak ternak yang masih dalam kandungan induknya. sabda Nabi SAW.dari Abu Hurairah ra.: ‫ا‬ “Bahwa‫م‬Nabi‫م‬SAW.‫م‬melarang‫م‬menjual‫م‬belikan‫م‬anak‫م‬ternak‫م‬yang‫م‬masih‫م‬dalam‫م‬kandungan‫م‬ induknya”‫(م‬HR‫م‬Al‫م‬Bazzar). 3). Menjual belikan barang yang baru dibeli sebelum diserah terimakan kepada pembelinya, sabda Nabi SAW. : “Janganlah‫م‬kamu‫م‬menjual‫م‬sesuatu‫م‬yang‫م‬kamu‫م‬beli‫م‬sebelum‫م‬kamu‫م‬terima”(HR.‫م‬Ahmad‫م‬dan‫م‬Al‫م‬ Baihaqy). 4). Menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya, Sabda Nabi SAW. dari Ibnu Umar ra. : “Nabi‫م‬SAW.‫م‬Telah‫م‬melarang‫م‬menjual‫م‬buah-buah‫م‬yang‫م‬belum‫م‬tampak‫م‬manfaatnya” (Muttafaq Alaih). 4. Hikmah Jual Beli 1. Membentuk kepribadian Muslim yang terhindar dari kepemilikan harta secara batil. (QS. An Nisa : 29). 2. Membentuk kepribadian Muslim yang terhindar dari kepemilikan harta secara riba (QS. Al Baqarah : 275). 3. Mendorong untuk saling menolong sesama manusia sehingga mempunyai nilai sosial kemasyarakatan (QS. Al Maidah : 2). 4. Melaksanakan hukum yang dihalalkan Allah SWT. Dan menjauhi yang diharamkan. (QS. Al Baqarah : 275). 5. Mendidik pihak penjual dan pembeli agar memiliki sifat-sifat tenggang rasa, saling hormat menghormati, lapang dada dan tidak tergesa-gesa. Sabda Nabi SAW. Dari Jabir ra.:
  • 7. “Allah‫م‬memberi‫م‬rahmat‫م‬kepada‫م‬orang‫م‬yang‫م‬berlapang‫م‬dada‫م‬pada‫م‬saat‫م‬menjual,‫م‬pada‫م‬saat‫م‬ membeli dan pada saat menagih hutang (HR. Bukhari dan Tirmidzi). B. KHIYAR Khiyar menurut bahasa artinya memilih yang terbaik, sedangkan menurut istilah khiyar ialah : memilih antara melangsungkan akad jual beli atau membatalkan atas dasar pertimbangan yang matang dari pihak penjual dan pembeli. 1. Jenis-jenis Khiyar Khiyar ada 3 macam, yaitu : a. Khiyar Majlis, artinya memilih untuk melangsungkan atau mmembatalkan akad jual beli sebelum keduannya berpisah dari tempat akad. Sabda Rasulullah SAW. : “Dua‫م‬orang‫م‬yang‫م‬berjual‫م‬beli‫م‬boleh‫م‬memilih‫(م‬meneruskan‫م‬atau‫م‬mengurungkan) jual belinya selama‫م‬keduanya‫م‬belum‫م‬berpisah”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari‫م‬dan‫م‬Muslim). b. Khiyar Syarat, yaitu khiyar yang dijadikan syarat waktu akad jual beli, artinya si pembeli atau si penjual boleh memilih antara meneruskan atau mengurungkan jual belinya selama persyaratan itu belum dibatalkan setelah mempertimbangkan dalam dua atau tiga hari. Khiyar syarat paling lama tiga hari. Sabda Nabi SAW. : “Engkau‫م‬boleh‫م‬melakukan‫م‬khiyar‫م‬pada‫م‬segala‫م‬barang‫م‬yang‫م‬telah‫م‬engkau‫م‬beli‫م‬selama‫م‬tiga‫م‬hari‫م‬ tiga‫م‬malam”‫(م‬Al‫م‬Baihaqi dari Ibnu Majah). c. Khiyar Aibi, yaitu memilih melangsungkan akad jual beli atau mengurungkannya bilamana terdapat bukti cacat pada barang. 2. Hikmah dan Manfaat Khiyar Adapun hikmah khiyar antara lain adalah : 1. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan jual beli. 2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya unsur penipuan dalam jual beli. 3. Mendidik penjual agar bersikap jujur dalam menjelaskan kualitas barang dagangannya. 4. Menghindarkan terjadinya penyesalan dikemudian hari bagi penjual dan pembeli.
  • 8. “Dari‫م‬Abu‫م‬Hurairah‫م‬RA‫م‬Nabi‫م‬SAW.‫م‬bersabda‫م:م‬Barang‫م‬siapa‫م‬mencabut‫(م‬jual‫م‬beli)‫م‬terhadap orang‫م‬yang‫م‬menyesal,‫م‬maka‫م‬Allah‫م‬mencabut‫م‬kerugiannya”‫(م‬HR.‫م‬Al‫م‬Bazzar III.‫م‬MUSAQAH,‫م‬MUZARA’AH‫م‬DAN‫م‬MUKHABARAH A. MUSAQAH 1. Pengertian dan dasar hukum Musaqah Menurut‫م‬bahasa,‫م‬Musaqah‫م‬berasal‫م‬dari‫م‬kata‫“م‬As-Saqyu”‫م‬yang‫م‬artinya‫م‬penyiraman.‫م‬Sedangkan‫م‬ menurut istilah musaqah adalah kerjasama antara pemilik kebun (tanah) dengan petani penggarap, yang hasilnya dibagi berdasarkan perjanjian. Musaqah hukumnya jaiz (boleh), hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW : Dari‫م‬ibnu‫م‬Umar‫م‬ra.‫“م‬bahwasanya‫م‬Nabi‫م‬SAW‫م‬telah‫م‬mempekerjakan‫م‬penduduk‫م‬Khaibar‫م‬dengan‫م‬ syarat akan diberi upah separuh dari hasil tanaman atau buah-buahan yang keluar dari lahan tersebut”‫(م‬HR.‫م‬Muttafaq‫م‬Alaih). 2. Rukun dan Syarat Musaqah Rukun Musaqah (Musaqi) adalah sebagai berikut: a. Pemilik kebun dan petani penggarap (Saqi). b. Pohon atau tanaman dan kebun yang dirawat. c. Pekerjaan yang dilaksanakan baik waktu, jenis dan sifat pekerjaannya. d. Pembagian hasil tanaman atau pohon. e. Akad, baik secara lisan atau tertulis maupun dengan isyarat. Sementara itu syarat-syarat musaqah adalah sebagai berikut : a. Pohon atau tanaman yang dipelihara harus jelas dan dapat dilihat. b. Waktu pelaksanaan musaqah harus jelas, misalnya: setahun, dua tahun atau sekali panen atau lainnya agar terhindar dari keributan di kemudian hari. c. Akad Musaqah yang dibuat hendaknya sebelum nampak buah atau hasil dari tanaman itu. d. Pembagian hasil disebutkan secara jelas. 3. Masa berakhirnya Musaqah Akad musaqah akan berakhir apabila : a. Telah habis batas waktu yang telah disepakati bersama. b. Petani penggarap tidak sanggup lagi bekerja. c. Meninggalnya salah satu dari yang melakukan akad. 4. Hikmah Musaqah
  • 9. 1. Dapat terpenuhinya kemakmuran yang merata. 2. Terciptanya saling memberi manfaat antara kedua belah pihak (si pemilik tanah dan petani penggarap). 3. Bagi pemilik tanah merasa terbantu karena kebunnya dapat terawat dan menghasilkan. 4. Disamping itu kesuburan tanahnya juga dapat dipertahankan. B.‫م‬MUZARA’AH‫م‬DAN‫م‬MUKHABARAH 1.‫م‬Pengertian‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah Menurut‫م‬bahasa‫م‬muzara’ah‫م‬artinya‫م‬penanaman‫م‬lahan.‫م‬Menurut‫م‬istilah‫م‬muzara’ah‫م‬adalah‫م‬suatu‫م‬ usaha kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani penggarap yang hasilnya dibagi menurut kesepakatan, dimana benih tanaman dari si Pemilik tanah. Adapun zakat dari hasil kerja sama ditanggung oleh pemilik sawah atau ladang. Sedangkan mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani penggarap yang hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan kedua belah pihak, dimana benih tanaman dari petani penggarap. Adapun zakat dari hasil usaha tersebut ditanggung oleh penggarap. 2.‫م‬Rukun‫م‬dan‫م‬Syarat‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah a.‫م‬Rukun‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah 1). Pemilik dan penggarap sawah. 2). Sawah atau lading. 3). Jenis pekerjaan yang harus dilakukan. 4). Kesepakatan dalam pembagian hasil (upah). 5). Akad (sighat). b.‫م‬Syarat‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah 1).‫م‬Pada‫م‬muzara’ah‫م‬benih‫م‬dari‫م‬pemilik‫م‬tanah,‫م‬sedangkan‫م‬pada mukhabarah benih dari penggarap. 2).‫م‬Waktu‫م‬pelaksanaan‫م‬muzara’ah‫م‬dan‫م‬mukhabarah‫م‬jelas. 3).‫م‬Akad‫م‬muzara’ah‫م‬dan‫م‬mukhabarah‫م‬hendaknya‫م‬dilakukan‫م‬sebelum‫م‬pelaksanaan‫م‬pekerjaan. 4). Pembagian hasil disebutkan secara jelas. 3.‫م‬Hikmah‫م‬Muzara’ah‫م‬dan‫م‬Mukhabarah a. Terwujudnya kerja sama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan petani penggarap. b. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat. c. Tertanggulanginya kemiskinan. d. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang memiliki kemampuan bertani tetapi tidak memiliki tanah garapan. IV. SYIRKAH
  • 10. A. SYIRKAH 1. Pengertian dan Macam Syirkah Menurut bahasa syirkah artinya : persekutuan, kerjasama atau bersama-sama. Menurut istilah syirkah adalah suatu akad dalam bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang modal atau jasa, untuk mendapatkan keuntungan. Syirkah atau kerjasama ini sangat baik kita lakukan karena sangat banyak manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu ada yang sifatnya antar pribadi, antar group bahkan antar Negara. Dalam kehidupan masyarakat, senantiasa terjadi kerjasama, didorong oleh keinginan untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan keuntungan bersama. Firman Allah SWT “Dan‫م‬tolong‫م‬menolonglah‫م‬kamu‫م‬dalam‫(م‬mengerjakan)‫م‬kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong‫م‬dalam‫م‬berbuat‫م‬dosa‫م‬dan‫م‬pelanggaran”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Maidah‫.)2م:م‬ Macam-Macam Syirkah Secara garis besar syirkah dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Syirkah amlak (Syirkah kepemilikan) Syirkah amlak ini terwujud karena wasiat atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. 2. Syirkah uqud (Syirkah kontrak atau kesepakatan), Syirkah uqud ini terjadi karena kesepakatan dua orang atau lebih kerjasama dalam syarikat modal untuk usaha, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Syirkah uqud dibedakan menjadi empat macam : A.‫م‬a.‫م‬Syirkah‫‘م‬inan‫(م‬harta). Syirkah harta adalah akad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga terkumpul sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan. Sabda Nabi SAW. dari Abu Hurairah ra. : Rasulullah SAW. bersabda : Firman Allah SWT. Saya adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama seorang diantaranya tidak mengkhianati yang lain. Maka apabila berkhianat salah seorang diantara keduanya,‫م‬saya‫م‬keluar‫م‬dari‫م‬perserikatannya‫م‬itu”‫(م‬HR.‫م‬Abu‫م‬ Daud dan Hakim menshohihkannya). Sebagian fuqaha, terutama fuqaha Irak berpendapat bahwa syirkah dagang ini disebut juga dengan qiradl. b.‫م‬Syirkah‫م‬a’mal‫(م‬serikat‫م‬kerja/‫م‬syirkah‫‘م‬abdan) Syirkah‫م‬a’mal‫م‬adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih yang bergerak dalam bidang jasa atau pelayanan pekerjaan dan keuntungan dibagi menurut kesepakatan. Contoh : CV, NP, Firma, Koperasi dan lain-lain. c. Syirkah Muwafadah Syirkah Muwafadah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan syarat kesamaan modal, kerja, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba yang didapat. d. Syirkah Wujuh (Syirkah keahlian) Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik serta ahli dalam bisnis. 2. Rukun dan Syarat Syirkah
  • 11. Rukun dan syarat syirkah dapat dikemukakan sebagai berikut :  Anggota yang berserikat, dengan syarat : baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan mengetahui pokok-pokok perjanjian.  Pokok-pokok perjanjian syaratnya : - Modal pokok yang dioperasikan harus jelas. - Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas. - Yang disyarikat kerjakan (obyeknya) tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip‫م‬syari’at‫م‬ Islam.  Sighat, dengan Syarat : Akad kerjasama harus jelas sesuai dengan perjanjian. 3. Hukum dan Hikmah Syirkah Pada prinsipnya bahwa hukum syirkah adalah mubah/boleh dan sah-sah saja. Namun apabila terjadi penyimpangan oleh anggota syarikat, maka hal ini sudah tidak benar. Adapun mengenai‫م‬syirkah‫م‬kerja‫م‬menurut‫م‬madzhab‫م‬Syafi’i‫م‬tidak‫م‬sah‫م‬dan‫م‬tidak‫م‬boleh. Mengenai hikmah syirkah dapat dikemukakan disini sebagai berikut : a. Dapat meningkatkan daya saing produksi, karena ada tambahan modal yang besar. b. Dapat meningkatkan hubungan kerja sama antar kelompok sosial dan hubungan bilateral antar negara. c. Dapat memberi kesempatan kepada pihak yang lemah ekonominya untuk bekerjasama dengan pihak ekonomi yang lebih kuat d. Dapat menampung tenaga kerja, sehingga akan dapat mengurangi pengangguran. V.‫م‬JI’ALAH‫(م‬SAYEMBARA) 1.‫م‬Pengertian‫م‬Ji’alah Menurut‫م‬bahasa‫م‬Ji’alah‫م‬artinya‫م‬upah‫م‬atau‫م‬pemberian.‫م‬Menurut‫م‬istilah‫م‬artinya‫م‬upah‫م‬yang‫م‬ diberikan kepada seseorang atas keberhasilannya dalam memenuhi keinginan pemberi upah. Contohnya : seorang yang kehilangan kuda, dia berkata : barang siapa yang mendapatkan kudaku dan dia kembalikan kuda itu, maka aku berikan upah sekian. 2.‫م‬Hukum‫م‬Ji’alah Ji’alah‫م‬hukumnya‫م‬mubah‫(م‬Boleh),‫م‬dasar‫م‬hukumnya‫م‬bermula‫م‬dari‫م‬Firman‫م‬Allah‫م‬SWT.‫:م‬  “Penyeru-penyeru‫م‬itu‫م‬berkata‫”:م‬Kami‫م‬kehilangan‫م‬Piala‫م‬Raja‫م‬dan‫م‬barang‫م‬siapa‫م‬yang‫م‬dapat‫م‬ mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan akan menjanjikan‫م‬terhadapnya“‫(م‬QS.‫م‬Yusuf‫.)27م:م‬ 3.‫م‬Rukun‫م‬dan‫م‬Syarat‫م‬Ji’alah a.‫م‬Lafazd‫(م‬akad)‫م‬Ji’alah,‫م‬dengan‫م‬syarat : 1). Lafazd dapat dimengerti isi dan maksudnya. 2). Mengandung izin untuk melakukan apa yang diharapkan oleh pembuat lafazd. 3). Ada batas tertentu dalam melakukan sayembara. b. Orang yang menjanjikan upah, syaratnya : 1). Orang yang punya hak memberikan sayembara. 2). Orang yang dibenarkan secara hukum menyelenggarakan sayembara.
  • 12. c. Pekerjaan (sesuatun yang harus dilakukan), syaratnya : 1). Pekerjaan itu memungkinkan untuk dilakukan oleh manusia. 2). Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang tidak mengandung unsur maksiat. d. Upah, syaratnya diketahui terlebih dahulu sebelum pekerjaan itu dilaksanakan. 4.‫م‬Hikmah‫م‬Ji’alah 1). Memacu prestasi dalam suatu bidang yang disayembarakan (dilombakan) ; 2). Menumbuhkan sikap saling tolong menolong antar sesama manusia ; 3). Adanya penghargaan terhadap suatu prestasi dari pekerjaan yang dilaksanakan VI. WAKAF 1. Pengertian Wakaf Wakaf‫م‬menurut‫م‬bahasa‫م‬berarti‫“م‬menahan”‫م‬sedangkan‫م‬menurut‫م‬istilah‫م‬wakaf‫م‬yaitu‫م‬ memberikan suatu benda atau harta yang dapat diambil manfaatnya untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat menuju keridhaan Allah SWT. 2. Hukum Wakaf Hukum wakaf adalah sunat, hal ini didasarkan pada Al-Qur’an. Firman Allah SWT. :  “Dan‫م‬berbuatlah‫م‬kebajikan‫م‬agar‫م‬kamu‫م‬beruntung”(QS.‫م‬Al‫م‬Hajj:‫.)77م‬ Firman Allah SWT.: “Tidak‫م‬akan‫م‬tercapai‫م‬olehmu‫م‬suatu‫م‬kebaikan‫م‬sebelum‫م‬kamu‫م‬sanggup‫م‬membelanjakan‫م‬ sebagian harta‫م‬yang‫م‬kamu‫م‬sayangi” 3. Rukun Wakaf A. Orang yang memberikan wakaf (Wakif). B. Orang yang menerima wakaf (Maukuf lahu). C. Barang yang yang diwakafkan (Maukuf). D. Ikrar penyerahan (akad). 2. 4. Syarat-syarat Wakaf A. Orang yang memberikan wakaf berhak atas perbuatan itu dan atas dasar kehendaknya sendiri. B. Orang yang menerima wakaf jelas, baik berupa organisasi atau perorangan. C. Barang yang diwakafkan berwujud nyata pada saat diserahkan. D. Jelas ikrarnya dan penyerahannya, lebih baik tertulis dalam akte notaris sehingga jelas dan tidak akan menimbulkan masalah dari pihak keluarga yang memberikan wakaf. 5. Macam-macam Wakaf Wakaf dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Wakaf Ahly (wakaf khusus), yaitu wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan keluarga atau tidak. Misalnya wakaf yang
  • 13. diberikan kepada seorang tokoh masyarakat atau orang yang dihormati. 2. Wakaf Khairy (wakaf untuk umum), yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan umum. Misalnya wakaf untuk Masjid, Pondok Pesantren dan Madrasah. 6. Perubahan Benda Wakaf Menurut‫م‬Imam‫م‬Syafi’i‫م‬menjual‫م‬dan‫م‬mengganti‫م‬barang‫م‬wakaf‫م‬dalam‫م‬kondisi‫م‬apapun‫م‬ hukumnya tidak boleh, bahkan terhadap wakaf khusus (waqaf Ahly) sekalipun, seperti wakaf bagi keturunannya sendiri, sekalipun terdapat seribu satu macam alasan untuk itu.Sementara Imam Maliki dan Imam Hanafi membolehkan mengganti semua bentuk barang wakaf, kecuali masjid. Penggantian semua bentuk barang wakaf ini berlaku, baik wakaf khusus atau umum (waqaf Khairy), dengan ketentuan : 1. Apabila pewakaf mensyaratkan (dapat dijual atau digantikan dengan yang lain), ketika berlangsungnya pewakafan. 2. Barang wakaf sudah berubah menjadi barang yang tidak berguna. 3. Apabila penggantinya merupakan barang yang lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan. 4. Agar lebih berdaya guna harta yang diwakafkan. 7. Hikmah Wakaf Hikmah‫م‬disyari’atkannya‫م‬wakaf,‫م‬antara‫م‬lain‫م‬sebagai‫م‬berikut‫:م‬ 1. Menanamkan sifat zuhud dan melatih menolong kepentingan orang lain. 2. Menghidupkan lembaga-lembaga‫م‬sosial‫م‬maupun‫م‬keagamaan‫م‬demi‫م‬syi’ar‫م‬Islam‫م‬dan‫م‬ keunggulan kaum muslimin. 3. Memotivasi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam beramal karena pahala wakaf akan terus mengalir sekalipun pemberi wakaf telah meninggal dunia. 4. Menyadarkan umat bahwa harta yang dimiliki itu ada fungsi sosial yang harus dikeluarkan. HIBAH, SHADAQAH DAN HADIAH 1. 2. A. HIBAH 1. 1. Pengertian dan Hukum Hibah Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia hidup tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang. Firman Allah SWT. : “Dan‫م‬memberikan‫م‬harta‫م‬yang‫م‬dicintainya‫م‬kepada‫م‬kerabatnya,‫م‬anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta dan (memerdekakan)‫م‬hamba‫م‬sahaya”‫(م‬QS.‫م‬Al‫م‬Baqarah‫.)771م:م‬ Memberikan Sesutu kepada orang lain, asal barang atau harta itu halal termasuk perbuatan terpuji dan mendapat pahala dari Allah SWT. Untuk itu hibah hukumnya mubah. Sabda Nabi SAW. : “Dari‫م‬Khalid‫م‬bin‫م‬Adi,‫م‬sesungguhnya‫م‬Nabi‫م‬Muhammad‫م‬SAW.‫م‬telah‫م‬bersabda,‫“م:م‬Barang‫م‬siapa‫م‬ yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak ia minta,
  • 14. hendaklah diterima (jangan ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian yangdiberikan‫م‬Allah‫م‬kepadanya”‫(م‬HR.‫م‬Ahmad). 1. 2. Rukun dan Syarat Hibah A. a. Pemberi Hibah (Wahib) Syarat-syarat pemberi hibah (wahib) adalah sudah baligh, dilakukan atas dasar kemauan sendiri, dibenarkan melakukan tindakan hukum dan orang yang berhak memiliki barang. 1. b. Penerima Hibah (Mauhub Lahu) Syarat-syarat penerima hibah (mauhub lahu), diantaranya : Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu dilakukan hibah. Apabila tidak ada secara nyata atau hanya ada atas dasar perkiraan, seperti janin yang masih dalam kandungan ibunya maka ia tidak sah dilakukan hibah kepadanya. 1. c. Barang yang dihibahkan (Mauhub) Syarat-syarat barang yang dihibahkan (Mauhub), diantaranya : jelas terlihat wujudnya, barang yang dihibahkan memiliki nilai atau harga, betul-betul milik pemberi hibah dan dapat dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah. 1.‫م‬d.‫م‬Akad‫(م‬Ijab‫م‬dan‫م‬Qabul),‫م‬misalnya‫م‬si‫م‬penerima‫م‬menyatakan‫“م‬saya‫م‬hibahkan‫م‬atau‫م‬ kuberikan tanah ini kepadamu”,‫م‬si‫م‬penerima‫م‬menjawab,‫“م‬ya‫م‬saya‫م‬terima‫م‬pemberian‫م‬saudara”. 1. 3. Macam-macam Hibah Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya. 2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan. 1. 4. Mencabut Hibah Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram, kecualii hibah orang tua terhadap anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. : ‫ُِّةاٍَاٍاُياعَُيَيلٍََا م ُيطع َُيَلجبَم ًعَ مَ َُيَييَيةَََََُّْطعَم َْنْم ٌمْلسِم ٍلجكِم ََُُّحكَم‬ َ َ ْ َ ْ ‫ْ َ ْ َ ْ َ ال‬ َ َ ْ َّ َ ْ “Tidak‫م‬halal‫م‬seorang‫م‬muslim‫م‬memberikan‫م‬suatu‫م‬barang kemudian ia tarik kembali, kecuali seorang‫م‬bapak‫م‬kepada‫م‬anaknya”‫(م‬HR.‫م‬Abu‫م‬Dawud). Sabda Rasulullah SAW. : “Orang‫م‬yang‫م‬menarik‫م‬kembali‫م‬hibahnya‫م‬sebagaimana‫م‬anjing‫م‬yang‫م‬muntah‫م‬lalu‫م‬dimakannya‫م‬ kembali‫م‬muntahnya‫م‬itu”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari‫م‬Muslim). Hibah yang dapat dicabut, diantaranya sebagai berikut : 1. Hibahnya orang tua (bapak) terhadap anaknya, karena bapak melihat bahwa mencabut itu demi menjaga kemaslahatan anaknya. 2. Bila dirasakan ada unsur ketidak adilan diantara anak-anaknya, yang menerima hibah.. 3. Apabila dengan adanya hibah itu ada kemungkinan menimbulkan iri hati dan fitnah dari
  • 15. pihak lain. 1. 5. Beberapa Masalah Mengenai Hibah A. Pemberian Orang Sakit yang Hampir Meninggal Hukumnya adalah seperti wasiat, yaitu penerima harus bukan ahli warisnya dan jumlahnya tidak lebih dari sepertiga harta. Jika penerima itu ahli waris maka hibah itu tidak sah. Jika hibah itu jumlahnya lebih dari sepertiga harta maka yang dapat diberikan kepada penerima hibah (harus bukan ahli waris) hanya sepertiga harta. 1. Penguasaan Orang Tua atas Hibah Anaknya Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai barang yang dihibahkan kepada anaknya yang masih kecil dan dalam perwaliannya atau kepada anak yang sudah dewasa, tetapi lemah akalnya. Pendapat ini didasarkan pada kebolehan meminta kembali hibah seseorang kepada anaknya. 1. 6. Hikmah Hibah Adapun hikmah hibah adalah : 1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama 2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong 3. Dapat mempererat tali silaturahmi 4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka. 1. B. SHADAQAH DAN HADIAH 1. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Shadaqah dan Hadiah Shadaqah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan dengan harapan mendapat ridla Allah SWT. Sementara hadiah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan sebagai penghormatan atas suatu prestasi. Shadaqah itu tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk tindakan seperti senyum kepada orang lain termasuk shadaqah. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW. : ‫)رَاًعٍ عخعرى( ٌاَقَ م ِ ٍَبَم َْكيْبَم ُيَجْ م ََعمابَم‬ َّ َ ََ َ ‫َ ى‬ “Tersenyum‫م‬dihadapan‫م‬temanmu‫م‬itu‫م‬adalah‫م‬bagian‫م‬dari‫م‬shadaqah”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari). Hukum hadiah-menghadiahkan dari orang Islam kepada orang diluar Islam atau sebaliknya adalah boleh karena persoalan ini termasuk sesuatu yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minan naas). 1. 2. Hukum Shadaqah dan Hadiah A. Hukum shadaqah adalah sunah B. Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh saja dilakukan dan boleh ditinggalkan. Sabda Rasulullah SAW. : “Dari‫م‬Abu‫م‬Hurairah,‫م‬Rasulullah‫م‬SAW.telah‫م‬bersabda‫م‬sekiranya‫م‬saya‫م‬diundang‫م‬untuk‫م‬makan‫م‬ sepotong kaki binatang, undangan itu pasti saya kabulkan, begitu juga kalau potongan kaki binatang dihadiahkan kepada saya tentu saya‫م‬terima”‫(م‬HR.‫م‬Bukhari). 1. 3. Perbedaan antara Shadaqah dan Hadiah A. Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar, sedangkan hadiah ditujukan kepada orang yang berprestasi. B. Shadaqah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya, sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang yang
  • 16. dihormati. C. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah hukumnya mubah (boleh). 1. 4. Syarat-syarat Shadaqah dan Hadiah A. Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu sehat akalnya dan tidak dibawah perwalian orang lain. Hadiah orang gila, anak-anak dan orang yang kurang sehat jiwanya (seperti pemboros) tidak sah shadaqah dan hadiahnya. B. Penerima haruslah orang yang benar-benar memerlukan karena keadaannya yang terlantar. C. Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak memiliki, jadi shadaqah atau hadiah kepada anak yang masih dalam kandungan tidak sah. D. Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan harus bermanfaat bagi penerimanya. 1. 5. Rukun Shadaqah dan Hadiah A. Pemberi shadaqah atau hadiah. B. Penerima shadaqah atau hadiah. C. Ijab dan Qabul artinya pemberi menyatakan memberikan, penerima menyatakan suka. D. Barang atau Benda (yang dishadaqahkan/dihadiahkan). 1. 6. Hikmah Shadaqah dan Hadiah A. Hikmah Shadaqah 1). Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah 2). Dapat menghindarkan dari berbagai bencana 3). Akan dicintai Allah SWT. 1. Hikmah Hadiah 1). Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang 2). Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian. Sabda‫م‬Nabi‫م‬Muhammad‫م‬SAW.‫“:م‬Saling‫م‬hadiah-menghadiahkan kamu, karena dapat menghilangkan tipu daya dan kedengkian”‫(م‬HR.‫م‬Abu‫م‬Ya’la). “Hendaklah‫م‬kamu‫م‬saling‫م‬memberi‫م‬hadiah,‫م‬karena‫م‬ia‫م‬akan‫م‬mewariskan‫م‬kecintaan‫م‬dan‫م‬ menghilangkan kedengkian-kedengkian”‫(م‬HR.‫م‬Dailami).