1. POLA PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHID DAN
DARUL WALAD KECAMATAN CIDADAP KOTA BANDUNG
Oleh:
Kelompok 1 Pendidikan Geografi*)
Abstrak
Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya. Dengan
melakukan peralatan sederhana kami melakukan observasi di pondok pesantren
Daarut Tauhid dan Darul Walad Kecamatan Cidadap Kota Bandung. Guna
mengetahui berbagai aspek pendidikan di kedua pondok pesantren tersebut dan
bagaimana keislaman di dalamnya.Pola pembelajaran di kedua pondok pesantren
merupakan pemberian materi yang lebih aplikatip dan merupakan suatu
pembiasaan hal-hal positif dalam islam, agar pembiasaan tersebut akan terus
terbawa hingga kelak setelah santri lulus pesantren. Secara tidak langsung
pondok pesantren sangat berperan di masyarakat, diantaranya mengubah citra
masyarakat mejadi lebih baik.
Kata Kunci : Pendidikan, Islam, Pondok Pesantren.
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan pilar kehidupan sebuah bangsa. Hakikatnya,
pendidikan mampu berperan sebagai modal kemajuan dan kekuatan yang besar
bagi suatu generasi. Pendidikan menjadi hak setiap individu manusia, tanpa
pandang kasta atupun ras. Tak heran jika dewasa ini, pendidikan menjadi sebuah
sektor yang sangat diperhatikan oleh setiap individu di berbagai negara dan
ajaran. Begitu pula dalam ajaran Islam. Pendidikan berkembang menjadi salah
satu urgensi yang erat dengan kehidupan suatu umat manusia. Melalui pendidikan
yang terintegrasi dengan ajaran Islam, manusia semestinya semakin tersinergikan
dengan pencipta dari segalanya. Seperti halnya dengan salah satu pernyataan
dalam hadist nabi berikut ini.
“Allah Mendidikku, maka ia memberikan kepadaku sebaik-baik
pendidikan”
1
2. Jelas bahwa dari hadist tersebut, tercerminkan bahwa pendidikan yang
berasal dari sang pemilik segalanya, merupakan muara dari segala bentuk
pendidikan. Allah SWT menjadi pusat dari segala bentuk pendidikan yang
manusia jalani. Pendidikan yang bermuara dan berawal dari-Nya senantiasa
memiliki nuansa yang berbeda. Itulah mengapa pendidikan Islam menjadi sangat
populer di kalangan masyarakat muslim.
Secara terminologis, beberapa ahli pendidikan Islam memiliki pengertian
yang berbeda-beda tentang apa itu Pendidikan Islam. Namun dalam hal ini,
Ahmad D. Marimba dalam Hamdani Ihsan (2001:15) menyatakan bahwa
Pendidikan Islam merupakan sebuah proses yang meliputi bimbingan jasmani dan
rohani manusia berdasarkan ajaran Islam dengan tujuan membentuk kepribadian
utama yang memiliki nilai-nilai agama Islam dan bertanggung jawab di dalamnya.
Dewasa ini, salah satu wujud implementasi hal tersebut di masyarakat
adalah adanya proses pendidikan Islam berbasis pondok pesantren. Pondok
pesantren banyak diyakini sebagai wadah yang tepat untuk merealisasikan
bimbingan yang mencakup jasmani dan rohani secara tersinergikan hingga
membentuk kepribadian Islami yang kuat. Untuk itulah, penulis mencoba untuk
menganalisis secara sederhana tentang pola pendidikan yang diterapkan di
pesantren untuk menakar kekuatan program tersebut dalam membentuk generasi
moralis, agamis, serta sesuai dengan nilai dan norma agama.
2. Teoritis
a. Pengertian Pendidikan dalam Islam
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam
2
3. sebagai suatu system keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang
secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
b. Karakteristik Pendidikan dalam Islam
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil „alamin. Untuk mengenalkan Islam
ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk
kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun
Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan.
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu
orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang
mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah
alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan
dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh
makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul
kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia.
Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah
terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan
manfaat bagi alam dan seisinya. Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran
orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun
manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11). Bahkan syaithan kewalahan terhadap
orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya
oleh tipu muslihat syaithan.
c. Definisi Pesantren
Pesantren berasal dari kata santri degan awalan pe- dan akhiran -an berarti
tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra
Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar
agama Islam sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang
berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren adl
suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk
mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup
keseharian. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai
3
4. asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara
istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa
tinggal di pondok (asrama) dgn materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-
kitab umum bertujuan utk menguasai ilmu agama Islam secara detail serta
mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dgn menekankan penting moral
dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Pembahasan
a. Profil Singkat
Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Tahun ‟80-an, sekitaran Jalan Gegerkalong Girang terkenal sebagai
“gudang maksiat.” Tapi setelah datangnya seorang pemuda bernama Abdullah
Gymnastiar dengan membawa beragam aktivitas positif, justru kawasan yang
sering disebut „Gerlong‟ saja itu, kini lebih dikenal sebagai pusat dakwah.
Menyebut Gerlong pasti ingat Daarut Tauhid, begitu juga sebaliknya. Yayasan
Daarut Tauhid didirikan oleh Abdulah Gymnastiar - seorang ulama otodidak
(belajar langsung dari K.H. Choer Affandi, pimpinan Pesantren Manonjaya –
Tasikmalaya, dari seorang ulama sepuh dari Garut, serta seorang ulama sepuh dari
Demak) secara resmi pada 4 September 1990.
Profil Singkat Pondok Pesantren Darul Walad
Pondok pesantren ini merupakan pesantren yang berdiri sejak tahun 2000
yang dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat sekitar untuk membangun
kegiatan agama yang terorganisir dan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan
antar masyarakatnya, dengan tanah wakaf dari bapak H. Oman dan bantuan dari
masyarakat sekitar. Lokasi pondok pesantren ini cukup strategis, yakni berada di
jalan Dr.Setiabudhi, yang lokasinya berdekatan dengan kantor kepolisian polsek
Cidadap.
Luas dari pondok pesantren ini sekitar 40 tumbak. Kemudian sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan kerohanian antara lain mesjid ar-rahman,
ruang kelas, perpustakaan dan gudang. Pesantren ini masih sangat sederhana
sehingga pendidikan yang berjalan tidak terlalu formal. Walaupun TKA, TPA dan
4
5. MDA nya sudah terdaftar di derpartemen agama setempat. Para pengajar dari
podok pesantren ini juga merupakan masyarakat sekitar atau para mahasiswa yang
kebetulan bertempat tinggal dekat dengan lokasi tersebut.
b. Dasar Pendidikan Kedua Pesantren
Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan pada dasarkan kedua
pondok pesantren Daarut Tauhid dan Darul Walad memiliki dasar yang sama
yakni Al-Qur‟an dan Hadits, secara detail dasar pendidikan di kedua pesantren
tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
Q.S An-Nahl ayat 125.
Q.S Ar-Ra‟du ayat 3
Q.S Al-Imron ayat 104.
Q.S Az-Zariat ayat 56.
Q.S Al-Maidah ayat 40.
Hadist yang berkenaan dengan mencari ilmu.
c. Pola Pendidikan
Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Pondok pesantren Daarut Tauhid merupakan pesantren yang sudah
terkenal, dan memiliki pola pembelajaran yang sangat terorganisir. Dalam pola
pembelajarannya pondok pesantren ini membagi kedalam beberapa pola
pembelajaran santri antara lain sebagai berikut.
Pesantren Husnul Khatimah. Dengan pola pembelajaran yang
mengkhusukan pada para santri yang lanjut usia, dengan pemberian
materi berupa Menuju husnul khotimah, Karakteristik Hamba Pecinta
Alloh, Ma‟rifatullah, Aqidah, Rububiyah, Aqidah Uluhiyah, Aqidah
Asma wa shifat, Materi-materi Kepesantrenan, Fiqih, ibadah praktis
Akhlaq (MQ) Tilawah al-qur‟an. Dan materi pembiasaan lainnya.
Santri Siap Guna (SSG). Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid, pada
awal pendiriannya dicetuskan oleh K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
pada tanggal 25 April 1999 yang pendekatan visinya lebih dititikberatkan
5
6. sebagai pelayan masyarakat baik di bidang dakwah, ekonomi, maupun
soslal kemasyarakatan. Selain itu, Santri Siap Guna juga disiapkan
sebagai sarana pengkaderan dan pembinaan generasi muda mandiri yang
mampu untuk menjadi motivator, stabilisator dan integrator bagi
masyarakat. Santri Siap Guna Menuju Generasi Ahli Dzikir, Ahli Pikir,
dan Ahli Ikhtiar. Konsep ini telah berjalan selama 10 tahun dengan
dukungan kerja sama yang sinergis dan keberpihakan antara Santri Siap
Guna, Aparat Pemerintahan, Ormas-Ormas dan Masyarakat yang
senantlasa berjalan secara berjamaah. Disamping itu, adanya salah satu
target program yaitu untuk menjadikan Kota Bandung sebagai Pilot
Project untuk mewujudkan Kota Santri yang Bermartabat. Santri Siap
Guna yang sudah tersebar di tiga provinsi besar, yaitu Jawa Barat
(meliputi Bandung, Garut, Cianjur, Sumedang, Subang dan Depok),
Banten (meliputi Tangerang dan Banten), dan DKI Jakarta.
Santri Akhlak Plus Wirausaha. Merupakan pola pembelajaran yang di
khususkan agar santri memiliki akhlak dan kepribadian yang islami dalam
membangun sebuah usaha. Materi yang diberikan mencapai 3 tahap yang
pertama adalah pembentukan karakter, pembekalan pengetahuan agama,
leadeership dan wirausaha dan praktek di lapangan
Pola pembelajaran tahfiz Qu‟an. Pola pembelajaran yang diterapkan
adalah lebih terfokus pada agar santri tahfiz Qur‟an.
Santri Mukim Dauroh Qalbiyah (1 Bulan). Dauroh Qolbiyah merupakan
program unggulan Pesantren Daarut Tauhiid. Program ini dilaksanakan
satu bulan. Dirancang dengan pendekatan pelatihan yang
mengkombinasikan berbagai metode belajar andragogi (pembelajaran
orang dewasa ), sehingga dengan waktu yang singkat namun tetap efektif.
Santri mendapatkan manfaat pembelajaran baik dalam menambah
pengetahuan, pengembangan karakter, dan peningkatan keterampilan
tertentu. Program ini bersifat tematik, dengan tetap berpijak pada materi
kepesantrenan sebagai bahan pokok maupun ekstrakurikuler.
6
7. Pondok Pesantren Darul Walad
Berbeda dengan pondok pesantren Daarut Tauhid. Pondok pesantren ini
masih sangat sederhana. Dimana pola pendidikan yang diajarkan adalah cerama
dari ustadz kepada para santrinya, kemudian dilanjutkan dengan materi-materi
pembiasaan seperti itikaf, tahajud dan lain sebagainya, pondok pesantren ini
memang tidak mengijinkan atau para santrinya tidak bermukim di kawasan
pesantren, sehingga para santrinya hanya berkisar dari anggota masyarakat sekitar
saja dikarenakan belum ada penginapan khusu untuk para santrinya.
d. Peran di Masyarakat
Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Peran pondok pesantren Daarut tauhid dapat kita lihat. Dimana para
santrinya memiliki berbagai bekal setelah lulus dari pondok pesantren, untuk
mengembangkan dirinya menjadi lebih baik di masyarakat. Selain itu berdirinya
pondok pesantren DT ini juga mengubah citra daerah geger kalong yang dulunya
terkenal dengan maksiat. Selain itu banyak masyarakat sekitar yang mengikuti
kegiatan positif yang diadakan oleh pondok pesantren. Kemudian dengan
didirikannya pasar dan supermarket di DT, masyarakat menjadi lebih mudah
dalam mendapatkan kebutuhan setiap harinya, dengan harga yang tidak terlalu
mahal. Dampak positif dari pondok pesantren ini juga dirasakan oleh banyak
masyarakat di luar Gerlong.
Pondok Pesantren Darul Walad
Berbeda dengan Daarut Tauhid, pondok pesantren Darul Walad ini
manfaatnya dirasakan oleh masyarakat sekitar dimana sebelum adanya pondok
pesantren ini, kegiatan agama antar masyarakatnya kurang terorganisir dengan
baik. Sehingga menyebabkan kurangnya silaturahim antar masyarakat sekitarnya.
Setelah dibangn pondok pesantren ini, kegiatan keagamaan masyarakat sekitar
lebih terorganisir dan teratur, sehingga lebih mempererat tali silaturahim antar
masyarakatnya. Walaupun manfaat bagi masyarakatnya tidak seperti Daarut
Tauhid yang luas, namun pondok pesantren ini mulai dirintis untuk terus
berkembang menjadi lebih baik.
7
8. e. Pembentukan Mental Santri Kedua Pondok Pesantren
Pembagian angket kepada para santri adalah sebuah bentuk penggalian
lebih dalam mengenai muatan dan persepsi mereka terhadap pembelajaran di
pesantren. Diharapkan dengan mengisi angket tersebut kami sebagai penyusun
dapat memahami lebih dalam mengenai pola pembelajaran, aspek pembelajaran,
persepsi santri terhadap pendidikan di pesantren dan tujuan santri terhadap
pesantren. Dalam rangkaian 10 pertanyaan angket tersebut tergambar setidaknya
beberapa hal. Apa yang dikemukakan santri sebagai responden mengungkap lebih
banyak kejujuran dan hal alamiah dalam pandangan mereka terhadap pesantren.
Kami telah siapkan 50 angket untuk setiap pesantren yang kami jadikan
bahan observasi, namun karena keterbatasan waktu dan keadaan di lapangan yang
tidak memungkinkan, maka hanya terkumpul 34 angket dengan masing-masing di
Pondok Pesantren Darul Walad sebanyak 21 buah angket dan di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid sebanyak 13 buah angket.
Berdasarkan statistik, diperoleh jumlah 34 responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 14 dan perempuan 20 orang. Usia rata-rata responden Darul
Walad (DW) adalah 11-20 tahun, sedangkan usia responden Daarut Tauhid (DT)
adalah 17-37 tahun.
Pertanyaan pertama ingin mengungkap aktifitas pendidikan santri selain
belajar di pesantren. Ternyata didapat bahwa sebagian besar santri mengenyam
pendidikan formal. Untuk DW kecenderungannya adalah santri muda dengan usia
pendidikan menengah. Untuk DT merupakan santri dewasa dengan usia
pendidikan tinggi. Dengan demikian jelas taraf pendidikan dan kematangan santri
DW dengan DT. Hal ini juga berkaitan dengan pertanyaan selanjutnya, diketahui
bahwa kebanyakan dari mereka pernah masuk (atau mungkin sedang) mengenyam
pendidikan dulu sebelum masuk pesantren.
Pertanyaan ketiga ingin mengetahui pandangan santri mengenai
pendidikan yang dianggapnya paling baik. Ternyata 80% responden menyatakan
bahwa pendidikan pesantren lebih baik. Namun tidak ada pertanyaan yang
mengarah pada aspek apa pendidikan pesantren itu lebih baik. Karena
8
9. dikhawatirkan responden lebih memiliki terhadap pesantren daripada sekolah
formal.
Pertanyaan keempat ingin mengetahui aspek pembelajaran apa yang paling
dominan di pesantren. Ternyata 95% santri menyatakan bahwa muatan belajar
paling banyak adalah ilmu agama. Disusul dengan IPS, softskill dan IPA. Dari hal
ini tergambar bahwa siswa diajarkan materi yang sama seperti pendidikan formal,
namun kadarnya berbeda. Pertanyaan kelima digunakan untuk mengetahui
mindset santri terhadap pendidikan yang dilakukan oleh pesantren. Sebanyak 95%
responden menjawab bahwa pendidikan di pesantren adalah disiplin dan tegas.
Dari hal ini kita bias mengetahui pola yang diajarkan dan aktifitas santri dalam
masa pendidikan.
Pertanyaan keenam ingin mengungkap kemungkinan penyimpangan dalam
pendidikan di pesantren. Namun hampir seluruhnya menjawab tidak ada
penyimpangan. Dalam pertanyaan ini kami ingin menekankan pada fokus
pembahasan kami yaitu terorisme. Dikhawatirkan apabila ada suatu kejanggalan
dalam pembelajaran, akan membawa efek buruk bagi santri nantinya. Inilah yang
selama ini diberitakan media, bahwa pesantren menjadi bibit terorisme. Hal itu
dimungkinkan apabila terdapat kejanggalan dalam menyampaikan suatu materi.
Sehingga menjadi doktrinasi dan menjadi faham yang fanatis tidak
bertanggungjawab.
Pertanyaan ketujuh digunakan untuk mengetahui muatan ekstra apa saja
yang diberikan pesantren pada santrinya agar dapat hidup mandiri kelak. Dari
hasil angket didapat bahwa pesantren bukan hanya tempat meninmba ilmu agama,
namun juga dapat mengembangkan softskill kita untuk dapat mandiri. Beberapa
softskill yang diajarkan pesantren tersebut adalah marawis, wirausaha, public
speaking, dan ma‟rifatullah. Pertanyaan kedelapan ingin mengetahui awal mula
mereka memutuskan belajar di pesantren. Kebanyakan responden menjawab
karena ingin mengetahui ilmu agama lebih dalam, lainnya adalah karena saran
orang tua dan ada hal yang bias membantunya dalam pekerjaan kelak (sehingga ia
memilih ke pesantren).
9
10. Pertanyaan kesembilan ingin mengetahui tujuan hidup mereka setelah
dapat lulus di pesantren. Didapat data bahwa kebanyakan santri ingin bekerja
setelah lulus. Hasil lainnya adalah, mereka ingin berdakwah, ada yang ingin
menikah dan sisanya berjihad. Ada satu lagi pertanyaan sebagai pelengkap
angket. Ada sebuah pertanyaan essay tentang pandangan santri terhadap tudingan
bahwa pesantren merupakan bibit terorisme. Dari keseluruhan responden
berpendapat bahwa anggapan tersebut salah. Tentunya dengan kapasitas mereka
sebagai santri yang mengetahui pola pendidikan pesantren, mereka dapat
memberikan pandangan dan pengalaman yang riil mengenai pola pendidikan
pesantren kaitannya dengan tudingan tersebut.
Mereka berpendapat bahwa justru pendidikan pesantren merupakan
pendidikan yang membentuk karakter manusia yang lebih baik. Tempat
pendidikan yang penuh disiplin dan ketegasan, tempat belajar agama lebih dalam.
Tentunya dengan ilmu agama yang mantap, akan memberikan kebijaksanaan
kepada mereka bagaimana bersikap dan berperilaku di masyarakat. Islam
mengajarkan perdamaian, islam itu indah. Mereka berpendapat bahwa selama ini
dunia barat telah banyak mempropagandakan hal yang salah dari dunia pesantren
dan islam pada umumnya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di diatas, pondok pesantren pada berbeda dasar
pendidikannya dengan pendidikan formal pada umumnya. dari sana kita melihat
bahwa pondok pesantren dasar atau latar belakang pendidikannya adalah
merupakan Al-Qur‟an dan Hadist, berbeda dengan pendidikan formal yang juga
mencantumkan peraturan atau dasar hukum yang berlaku di negaranya.
Dilihat dari pola pembelajarannya baik pondok pesantren Daarut Tauhid
maupun pondok pesantren Darul Walad masing masing memiliki pola
pembelajaran yang berbeda, walaupun di DT sudah lebih sedikit terorganisir. Pola
pembelajaran tersebut didasarkan atas materi-materi yang penting untuk di kuasi
pasara santrinya, selain itu materi tersebut juga merupakan pembiasaan, agar
10
11. ketika para santri setelah lulus dari pesantren akan terbiasa dengan kebiaan-
kebiasaan positif di pesantrennya.
Peran pesantren di masyarakat juga sangat penting, sebagai wadah untuk
mengorganisir kegiatan keagamaan masyarakat. Juga sebagai wadah pendidikan
masyarakat secara informal. Banyak dampak positif bagi masyarakat akan
keberadaan pesantren, yang diantaranya adalah baiknya pencitraan suatu daerah,
masyarakat menjadi lebih terpacu untuk melakukan kegiatan keagamaan dan lain
sebagainya. Materi yang diberikan lebih bersifat aplikatif dan sangat berperan
dalam pembentukan mental siswa nya. Materi lainnya yang diberikan juga
merupakan pembiasaan pada diri santri sehingga akan membentuk karakter santri
yang islami. Dengan demikian pondok pesantren sangat berperan dalam
membentuk santri nya memiliki mental yang baik dan islami, terbukti dari hasill
survey para siswa nya memilih berbagai hal positif untuk kelangsungan hidupnya.
5. Saran
Dari berbagai uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa keberadaan
pesantren sangat memberikan pengaruh positif bagi masyarakat. Sehingga secara
tidak disadari bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan informal yang
tetap harus di jaga keberadaannya. Walaupun pesantren merupakan lembaga
informal, namun pola pendidikannya tidak bisa di remehkan dalam membentuk
mental dan karakter para santrinya. Mari kita jaga keberadaan pesantren
diantaranya dengan tidak meremehkan dan menjaga citra dari pondok pesantren
kepada orang-orang yang kita kenal.
11
12. DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Digital
Ahmad. (2001). Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ahnadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Arifin, Muzayyin. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Gulo, W. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo, 2004.
Ihsan, Hamdani dan Fuad Ahmad. (2007). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung :
CV Pustaka Setia.
Nizar, Syamsul. (2002). Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Press.
Rohman, Antoir. (2012). Pendidikan Agama Islam. Makalah.
Uhbiyati, Nur. (1997). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Zakiya Daradjat. (1991). Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Bambomoeda. (24 Juni 2011). Aplikasi Sejarah Pesantren di Indonesia. [Online]
Tersedia: http://bambumoeda.wordpress.com/2011/06/24/sejarah-
pesantren-di-indonesia/ [14 September 2012 12:03 WIB].
Rahmat. (2010). Aplikasi Pondok Pesantren Sebagai lembaga Pendidikan Islam.
[Online] Tersedia: http://blog.re.or.id/pondok-pesantren-sebagai-lembaga-
pendidikan-islam.htm [14 September 2012 12:03 WIB].
12