SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
Downloaden Sie, um offline zu lesen
{FISIKA} BIO OPTIK 
Posted by kharismaido on December 7, 2012 | Subscribe 
in Uncategorized 
BIO OPTIK 
Pengertian Biooptik 
Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ 
zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian 
ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada klasifikasi 
Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera 
penglihatan manusia, yaitu mata. 
Mata menjadi alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup. Bagaimana 
proses sebuah objek dapat dilihat dan dipersepsikan di otak? Apa saja bagian-bagian mata 
yang berperan? Mengapa seseorang bisa rabun, atau Mengapa respon mata terhadap 
perubahan intensitas cahaya di gelap atau terang berbeda? Apa itu rod dan kone? Apa saja 
jenis kelainan mata dan bagaimana cara mengoreksi atau memperbaikinya? 
Optika Geometri dan Optika Fisik 
1. Optika Geometri 
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya 
di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah 
melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus 
cermin dan lensa : 
f = focus = titik api 
b = jarak benda 
v = jarak bayangan 
Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) : 
n = indeks bias 
i = sudut datang 
r = sudut bias (refraksi) 
2. Optika Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan malui 
metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri 
fisik dari cahaya tersebut. Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan 
peristiwa cahaya sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan 
dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahaya itu terdiri 
atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. 
Dengan menggunakan teori Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila 
terkena sinar. 
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat menjelaskan bahwa 
cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell (1831-1879) berkebangsaan 
Skotlandia, dari hasil percobaannya dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10 
m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. 
Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah sumber 
cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang bergetar 
olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens 
yang belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya. Dari 
hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan cahaya akan 
memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki 
sifat fartikel dan gelombang magnetic. 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat materi (partikel) dan 
sifat gelombang. 
Macam-macam Bentuk Lensa 
Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu: 
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam pula, yaitu: 
 Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif 
Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal 
dari bagian tepinya. Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada 
titik focus kedua yang berada pada sisi transmisi lensa tersebut. 
 Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif 
Sebuah lensa negative atau lensa menyebar adalah lensa yang bagian tepinya lebih tebal 
daripada bagian tengahnya. Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa negative 
memancar seolah-olah dari titik focus kedua, yang berada pada sisi datang lensa. 
 Lensa yang mempunyai permukaan silindris 
Adalah lensa yang mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus yang positif dan ada pula 
yang mempunyai panjang fokus negatif.
Kekuatan Lensa (Dioptri) 
Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan lensa (P) sama dengan 
kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang fokus dalam meter, kekuatan lensa adalah 
dalam dioptri (D): 
P = = + dioptri 
P = Kekuatan lensa (dioptri) 
F = fokus lensa (m) 
s = jarak benda dari lensa (m) 
s´ = jarak bayangan dari lensa (m) 
1D = 1 m-1 
Kesesatan Lensa 
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan , jarak focus, 
radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan kemungkinan adanya 
kesesatan lensa (aberasi lensa). Aberasi ini ada bermacam-macam : 
1. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).Sinar-sinar paraksial / sinar-sinar dari 
pinggir lensa membentuk bayangan di P’. aberasi ini dapat dihilangkan dengan 
mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan 
aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan. 
2. Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar di 
tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik 
benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat 
diperbaiki dengan diafragma. 
3. Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik benda membentuk 
sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer dan 
sekunder. Apabila sudut antara sumbu dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan 
besar akan berbentuk koma. 
4. Kelengkungan medan, Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya tidak dalam 
satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini disebut lengkungan medan 
atau lengkungan bidang bayangan. 
5. Distorsi, Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya bayangan palsu ini 
oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma atau cela. Benda 
berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi 
ini dapat dihilangkan dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa. 
6. Aberasi kromatis, Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena focus lensa berbeda-beda 
untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak 
dari lensa.
Aberasi 
Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal dengan istilah aberasi. Aberasi 
sferis merupakan hasil dari kenyataan bahwa permukaan melengkung hanya memfokuskan 
sinar-sinar paraksial (sinar-sinar yang berjalan dekat sumbu utama) pada sebuah titik tunggal. 
Sinar-sinar non paraksial pada titik dekat yang bergantung pada sudut yang dibuat dengan 
sumbu utamanya. Sinar-sinar yang mengenai lensa jauh dari sumbu utamadibelokkan lebihh 
dari sinar-sinar yang dekat dengan sumbu utama, dengan hasilnya bahwa tidak semua sinar 
difokuskan pada sebuah titik tunggal. Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan sebagai sebuah 
cakram melingkar. Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit berada pada titik, di mana 
garis tengahnya minimum. 
Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran permukaan melengkungnya, yang 
juga berarti memperkecil jumlah cahaya yang mencapai bayangannya. Aberasi seperti ini 
namun lebih rumit disebut coma (comet-shapet image) dan astigmatisma yang terjadi saat 
obyek-obyek berada di luar sumbu utama. Aberasi dalam bentuk bayagan obyek yang 
memanjang yang disebabkan kenyataan bahwa perbesaran bergantung pada jarak titik obyek 
dari sumbu utama disebut distorsi. 
Aberasi kromatik, yang terjadi pada lensa bukan pada cermin, adalah hasil dari variasi indeks 
bias dengan panjang gelombang. 
Aberasi kromatik dan aberasi lainnya dapat diperbaiki sebagian dengan menggunakan 
kombinasi beberapa lensa sebagai ganti sebuah lensa tunggal. Sebagai contoh, sebuah lensa 
positif dan sebuah lensa negative dengan panjang fokus lebih besar dapat digunakan bersama-sama 
untuk menghasilkan sebuah sistem lensa pengumpul yang mempunyai aberasi kromatik 
jauh lebih sedikit dibandingkan sebuah lensa tunggal dengan panjang fokus yang sama. 
Lensa-lensa kamera yang bagus biasanya berisi elemen-elemen untuk memperbaiki berbagai 
aberasi yang muncul. 
Instrumen Optik 
Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya sering sangat 
sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah melipatgandakan 
kemampuan kita untuk melihat dan memahami dunia yang melingkupi kita. 
1. Mata 
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan sistem optik yang 
paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat keindahan alam sekitar kita. 
Bagian-bagian Mata 
Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi- fungsi tertentu sebagai alat optik, yaitu: 
b) Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai pelindung 
bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi avaskuler (tidak memiliki 
suplai darah).
c) Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat 
membedakan warna. Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen dengan lubang 
yang agak di tengah yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa dan sebagian di 
depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos. Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah 
cahaya yang masuk. 
d) Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris, berfungsi 
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. 
e) Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening, berserat dan 
kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya. 
f) Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka terhadap 
cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Retina 
merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya. Retina 
berperan sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun dari sel kerucut yang 
bertanggung jawab untuk penglihatan warna dan sel batang yang bertanggung jawab untuk 
penglihatan di tempat gelap. 
g) Aquaeuos humor, merupakan cairan mata. 
h) Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat cahaya dan 
warna ke otak. 
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk membedakan gelap 
atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.Ada tiga komponen pada penginderaan 
penglihatan : 
v Mata memfokuskan bayangan pada retina, 
v System syaraf mata yang memberi informasi ke otak, 
v Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut. 
2. Pembentukan Bayangan Pada Mata 
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata dengan 
cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan 
diperkecil pada retina. Ada tiga komponen penginderaan penglihatan, yaitu: 
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina 
2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak 
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut. 
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang menutupi 
permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat luas yang 
disebutbatang (rod) dan kerucut (cone) yang menerima dan memancarkan informasi di 
sepanjang serat saraf optic ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot 
siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem 
lensa kornea berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke
retina. Apabila benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang 
dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke 
retina. Proses ini disebut akomodasi. 
3. Ketajaman Penglihatan 
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kacamata, di klinik dikenal 
dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman penglihatan ini disebut resolusi 
mata. 
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya (kacamata), tetapi 
mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik buruknya fungsi 
mata secara keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah: nilai kebalikan sudut 
(dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih dapat dilihat dan dapat dibedakan. 
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai ukuran 
huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal pada waktu diperiksa 
diperoleh 20/40, berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft, sedangkan bagi mata 
normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m). Dengan demikian dapat dirumuskan 
dengan persamaan: 
V = 
d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita 
D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal 
Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh karena 
huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf 
dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari 
kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan kartu Cincin Landolt. Kartu ini mempunyai 
sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang sama besar, dengan lubang yang arahnya ke 
atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Dari atas ke bawah cincin itu diatur agar lubangnya 
mengecil secara berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukan deretan cincin tersebut 
hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka visus ini dapat didapat dengan menghitung sudut di 
mana cincin Landolt itu diamati. Misalnya penderita menunjukan cincin Landolt tanpa salah 
0,8 mm jarak 4 meter. 
4. Medan Penglihatan 
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan alatPerimeter. 
Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal 130º, sedangkan medan penglihatan 
horizontal 155º. 
5. Tanggap Cahaya 
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada retina 
yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod dan Cone tidak terletak pada permukaan retina
melainkan beberapa lapis di belakang jaringan saraf. Tiap mata memiliki 6,5 juta cone yang 
berfungsi untuk melihat siang hari, disebut penglihatan fotopik. Melalui cone kita dapat 
mengenal beberapa warna, tetapi hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang 
gelombang 550 nm). Cone terdapat terutama pada fovea sentralis. 
Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan skotopik, dan 
merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap mata 
terdapat 120 juta rod. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20º terdapat kepadatan 
yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru dan hijau (510 nm). 
Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650-700 nm), tetapi 
penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan rod. 
6. Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap 
Dari ruang gelap masuk ke ruangan terang kurang mengalami kesulitan dalam penglihatan. 
Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan 
dalam penglihatan dan diperlukan waktu agar memperoleh penyesuaian. 
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod secara 
maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi 
apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada 
bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak ada suatu objek pun 
yang terlihat. Perubahan sensitivitas retina secara automatis ini dikenal sebagai fenomena 
penyesuaian terang dan gelap. 
 Mekanisme Penyesuaian Terang (Cahaya) 
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energy sinar yang disebutfoto 
kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retina dan 
skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh enzim alcohol 
dehydrogenase dan koenzym DPN-H + H+ (=DNA) dan terjadi proses timbale balik (visa 
verasa). 
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia, ternyata 
konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang 
besar dan dilakukan secara terus menerus, konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat 
menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun. 
 Mekanisme Penyesuaian Gelap 
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan terang, jumlah 
rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat 
objek/benda di ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan rhodopsin di 
dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup 
dalam beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam 
waktu singkat. 
Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000 hanya 
dalam waktu beberapa menit saja.kepekaan retina mencapai 1.000, waktu yang diperlukan 1
jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang dari 
ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 
1 sampai 10 menit. Penyesuaian gelap ini ternyata cone lebih cepat daripada rod. Dalam 
waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian 
dilanjutkan penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 sampai 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 
menit pertama. 
7. Tanggap Warna 
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna 
tersebut belum diketahui secara jelas. Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat 
melihat warna namun tidak dapat membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari 
pusat medan penglihatan. 
 Teori Tanggap Warna 
Cone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu cone member jawaban yang selektif 
terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak 
dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young 
Helmholtz berpendapat ada tiga tipe cone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu 
biru, hijau dan merah. 
1) Cone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400- 
500 millimikron. Berarti cone biru dapat menerima cahaya ungu, biru dan hijau. 
2) Cone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 
dan 675 millimikron. Ini berarti cone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, 
orange dan merah. 
3) Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon 
terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya. 
Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut trikhromatik. 
 Buta Warna 
Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat melihat warna hijau, kuning 
orange dan warna merah dengan menggunakan cone hijau, tetapi tidak dapat membedakan 
secara tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai cone merah 
untuk kontras/membandingkan dengan cone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan 
cone hijau, ia masih dapat melihat seluruh warna, tetapi tidak dapat membedakan antara 
warna hijau, kuning, oranye dan merah. Hal ini disebabkan cone hijau yang sedikit tidak 
mampu mengkontraskan dengan cone merah. Jadi tidak adanya cone merah atau hijau akan 
timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara warna merah dan 
hijau, keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus yang jarang sekali, tetapi bisa 
jadi seseorang kekurangan cone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, 
biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru (blue weakness). 
Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5% terdapat pada 
wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Ada pula orang buta terhadap
warna merah disebut protanopia, buta terhadap warna hijau disebut deuteranopia dan buta 
warna terhadap warna biru disebut tritanopia. 
8. Daya Akomodasi 
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea 
mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tepat, demikian pula bola mata yang 
berdiameter 20-23 mm. Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek disebut daya 
akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang 
dilihat, semakin kuat mata/lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. 
Usia semakin tua daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan 
kekenyalan/elastisitas lensa semakin berkurang. 
Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada retina dan 
bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di mana lensa mata memfokuskan suatu bayangan 
pada retina disebut titik dekat (punctum proksimum). Pada saat ini mata berakomodasi 
sekuat-kuatnya (berakomodasi maksimum). Jarak dari mata ke titik dekat ini sangat beragam 
pada tiap orang dan berubah dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat 
sedekat 7 cm, sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm karena 
kehilangan keluwesan lensa akibat elastisitas lensa semakin berkurang, disebut mata 
presbyop atau mata tua dan bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang diambil untuk 
titik dekat ini adalah 25 cm, dan dianggap sebagai mata normal. 
Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda terletak pada titik jauh 
(punctum remotum). Pada saat ini mata tidak berakomodasi.lepas akomodasi. 
9. Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi 
 Mata Normal 
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak 
terhingga. Apabila mata memiliki titik dekat tidak sama dnegan 25 cm dan titik jauh tidak 
sama dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat mata. Hal ini mengakibatkan mata 
sulit melihat benda yang jauh maupun dekat karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina. 
 Rabun Jauh (Miopi) 
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm) dan titik 
jauh pada jarak tertentu. Orang yang menderita miopi dapat melihat dengan jelas benda pada 
jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Hal ini terjadi karena lensa 
mata tidak dapat menjadi piph sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di 
depan retina, disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda dengan jarak dekat atau 
kurang dari 25 cm. cacat mata ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa cekung 
(minus). 
 Rabun Dekat (Hipermetropi) 
Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan titik jauhnya pada jarak tak 
terhingga. Penderita rabun dekat dapat melihat jelas benda-benda yang sangat jauh tetapi 
tidak dapat melihat benda-benda dekat dnegan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di belakang 
retina, disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat mata ini 
dapat diatasi dengan kacamata berlensa cembung (plus). 
 Mata Tua (Presbiopi) 
Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya akomodasi yang berkurang 
akibat bertambah usia. Letak titik dekat maupun titik jauh telah bergeser. Titik dekatnya lebih 
dari 25 cm dan titik jauhnya hanya pada jarak tertentu. Pada penderita presbiopi tidak dapat 
melihat benda jauh dengan jelas serta tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis 
mata ini dapat ditolong dengan kacamata berlensa rangkap (minus di atas dan plus di 
bawah) yang disebut kacamata bifocal. 
 Astigmatisma 
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih 
melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain. Akibatnya sebuah titik akan difokuskan 
sebagai garis pendek. Penderita astagmatisma, dengan satu mata akan melihat garis dalam 
satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan. Penderita astagmatisma dapat diatasi 
dnegan menggunakan kacamata berlensa silindris. 
 Mata Campuran 
Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan miopi, maka memiliki titik 
dekat yang letaknya terlalu jauh dan titik jauh terlalu kecil, dapat ditolong dengan kacamata 
berlensa rangkap atau bifocal (negatif di atas dan positif di bawah). 
10. Peralatan Dalam Pemeriksaan Mata 
Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas dalam kaitan 
pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu : pemeriksaaan mata 
bagian dalam, pengukuran daya focus mata, pengukuran kelengkungan kornea. Peralatan 
dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu : 
1. Opthalmoskop 
2. Retinoskop 
3. Keratometer 
4. Tonometer dari schiotz 
5. Pupilometer 
6. Lensometer 
1) Opthalmoskop 
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan 
opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah 
khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu : 
ü Pencerminan mata secara langsung
Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak 
melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata 
penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan 
mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk 
gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita. 
ü Pencerminan mata secara tak langsung 
Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin 
datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata 
sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan 
mata yang berkaitan dengan tumor otak. 
2) Retinoskop 
Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas 
penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si 
pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana mata penderita tanpa 
akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber 
cahaya bagi sipemeriksa. 
Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata 
akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan 
focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita 
melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai 
dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan 
pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau 
dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. 
Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D. 
3) Keratometer 
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian 
lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea 
yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu : 
1. Hard contact lens. Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat 
efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi 
astigmatisma. 
2. Soft contact lens adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat 
mengoreksi astigmatisma. 
Dasar kerja keratometer : 
Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui 
akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian 
dapat ditentukan permukaan cermin cembung. 
Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea 
bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus 
agar memperoleh jarak dari kornea.
Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar 
menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus 
kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan 
kornea 7,7 mm. penderita dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan 
dibuat arah vertical dan horizontal. 
4) Tonometer 
Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular 
yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz. 
Teknik dasar : 
Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. 
Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan 
terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai 
skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. 
Apabila pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 g maka 
berat total tonometer: 
= Berat plug + alat pemberat 
= 11 gram + 5,5 gram 
= 16,5 gram. 
16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di 
dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau 
tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan 
normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan 
pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari. 
Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara 
elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan 
tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran dengan memakai alat 
ini penderita dalam posisi duduk. 
5) Pupilometer Dari Eindhoven 
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu 
lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat 
melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi maka diperoleh 
perjalanan sinar sebagai berikut : 
“Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 
adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, 
sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar pupil, jarak 
antara lubang dan mata tidak menjadi masalah” 
6) Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau 
sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar : Menentukan focus lensa 
positif sangat mudah , dapat dengan cara : 
 Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari) 
 Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya. 
Teknik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat dilakukan sedikit 
modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa positif kuat yang telah 
ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut : 
Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan 
tajam melalui pengamatan lensa. 
REFERENSI: 
Hani, Ahmadi Ruslan, S.Pd, dan Riwidikdo, Handoko, S.Kp. 2008. Fisika Kesehatan. 
Jogjakarta: Mitra Cebdikia Press. 
J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta 
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html 
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalam-keperawatan.html 
http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/05/fisika-bahasan-bio-optik.html 
... other posts by kharismaido

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzhKomunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzhYabniel Lit Jingga
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatanWulan Yulian
 
Bahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaBahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaEka Rahmawaty
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal pjj_kemenkes
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikwidya1972
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikwidya1972
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imunphrast
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safetyVicky Thio
 
prinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatanprinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatanzzikok pratama
 
Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx atikprihatin
 
MIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRONMIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRONMAFIA '11
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensiNirma Syari Vutry
 
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Dian Malasari
 
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanMakalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanIyounk Mandalahi
 
Konsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiKonsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiWidiastutiwiwi
 

Was ist angesagt? (20)

Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzhKomunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 
Bahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaBahasan biooptik eka
Bahasan biooptik eka
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputik
 
Pemilihan balutan
Pemilihan balutanPemilihan balutan
Pemilihan balutan
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutik
 
Sop vulva hygiene
Sop vulva hygieneSop vulva hygiene
Sop vulva hygiene
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safety
 
prinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatanprinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatan
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx
 
MIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRONMIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRON
 
Holistic nursing theory
Holistic nursing theoryHolistic nursing theory
Holistic nursing theory
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
 
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanMakalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
 
Konsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiKonsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan Adaptasi
 

Ähnlich wie Biooptik fisika

Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikWarnet Raha
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikWarnet Raha
 
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)Gita Puspita
 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Gita Puspita
 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Gita Puspita
 
Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2Gita Puspita
 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Gita Puspita
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLydia Nurkumalawati
 
OPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptx
OPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptxOPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptx
OPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptxAdelyaChyaniPutri
 
Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)DWI BUDIANTO
 
Modul kelas x unit 6 optika geometri
Modul kelas x unit  6 optika geometriModul kelas x unit  6 optika geometri
Modul kelas x unit 6 optika geometriEko Supriyadi
 
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptxinderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptxssuserd410cc
 
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptxCahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptxJoshuaGraciasSimbolo1
 
P2 Cahaya Syifa
P2 Cahaya SyifaP2 Cahaya Syifa
P2 Cahaya Syifaruy pudjo
 

Ähnlich wie Biooptik fisika (20)

Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2
 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2
 
Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2
 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
 
OPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptx
OPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptxOPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptx
OPTIKA GEOMETRI (Kelompok 2).pptx
 
Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)
 
Modul kelas x unit 6 optika geometri
Modul kelas x unit  6 optika geometriModul kelas x unit  6 optika geometri
Modul kelas x unit 6 optika geometri
 
CAHAYA_DAN_OPTIK_KELAS_8.docx
CAHAYA_DAN_OPTIK_KELAS_8.docxCAHAYA_DAN_OPTIK_KELAS_8.docx
CAHAYA_DAN_OPTIK_KELAS_8.docx
 
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptxinderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
 
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptxCahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
 
P2 Cahaya Syifa
P2 Cahaya SyifaP2 Cahaya Syifa
P2 Cahaya Syifa
 
Cahaya dan sifat sifatnya.ppt
Cahaya dan sifat sifatnya.pptCahaya dan sifat sifatnya.ppt
Cahaya dan sifat sifatnya.ppt
 

Kürzlich hochgeladen

bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxvincentptk17
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptxMateri bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptxZadaLiza
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKArifinAmin1
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxwulandaritirsa
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxKalpanaMoorthy3
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxc9fhbm7gzj
 

Kürzlich hochgeladen (20)

bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptxMateri bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
Materi bab 6 biaya modal manajemen keuangan.pptx
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
 

Biooptik fisika

  • 1. {FISIKA} BIO OPTIK Posted by kharismaido on December 7, 2012 | Subscribe in Uncategorized BIO OPTIK Pengertian Biooptik Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Mata menjadi alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup. Bagaimana proses sebuah objek dapat dilihat dan dipersepsikan di otak? Apa saja bagian-bagian mata yang berperan? Mengapa seseorang bisa rabun, atau Mengapa respon mata terhadap perubahan intensitas cahaya di gelap atau terang berbeda? Apa itu rod dan kone? Apa saja jenis kelainan mata dan bagaimana cara mengoreksi atau memperbaikinya? Optika Geometri dan Optika Fisik 1. Optika Geometri Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa : f = focus = titik api b = jarak benda v = jarak bayangan Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) : n = indeks bias i = sudut datang r = sudut bias (refraksi) 2. Optika Fisik
  • 2. Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan malui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut. Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa cahaya sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar. Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell (1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil percobaannya dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10 m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang bergetar olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya. Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan gelombang magnetic. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat materi (partikel) dan sifat gelombang. Macam-macam Bentuk Lensa Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam pula, yaitu:  Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik focus kedua yang berada pada sisi transmisi lensa tersebut.  Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif Sebuah lensa negative atau lensa menyebar adalah lensa yang bagian tepinya lebih tebal daripada bagian tengahnya. Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah dari titik focus kedua, yang berada pada sisi datang lensa.  Lensa yang mempunyai permukaan silindris Adalah lensa yang mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus yang positif dan ada pula yang mempunyai panjang fokus negatif.
  • 3. Kekuatan Lensa (Dioptri) Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan lensa (P) sama dengan kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang fokus dalam meter, kekuatan lensa adalah dalam dioptri (D): P = = + dioptri P = Kekuatan lensa (dioptri) F = fokus lensa (m) s = jarak benda dari lensa (m) s´ = jarak bayangan dari lensa (m) 1D = 1 m-1 Kesesatan Lensa Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan , jarak focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa). Aberasi ini ada bermacam-macam : 1. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).Sinar-sinar paraksial / sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’. aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan. 2. Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki dengan diafragma. 3. Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan besar akan berbentuk koma. 4. Kelengkungan medan, Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan. 5. Distorsi, Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma atau cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi ini dapat dihilangkan dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa. 6. Aberasi kromatis, Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena focus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa.
  • 4. Aberasi Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal dengan istilah aberasi. Aberasi sferis merupakan hasil dari kenyataan bahwa permukaan melengkung hanya memfokuskan sinar-sinar paraksial (sinar-sinar yang berjalan dekat sumbu utama) pada sebuah titik tunggal. Sinar-sinar non paraksial pada titik dekat yang bergantung pada sudut yang dibuat dengan sumbu utamanya. Sinar-sinar yang mengenai lensa jauh dari sumbu utamadibelokkan lebihh dari sinar-sinar yang dekat dengan sumbu utama, dengan hasilnya bahwa tidak semua sinar difokuskan pada sebuah titik tunggal. Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan sebagai sebuah cakram melingkar. Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit berada pada titik, di mana garis tengahnya minimum. Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran permukaan melengkungnya, yang juga berarti memperkecil jumlah cahaya yang mencapai bayangannya. Aberasi seperti ini namun lebih rumit disebut coma (comet-shapet image) dan astigmatisma yang terjadi saat obyek-obyek berada di luar sumbu utama. Aberasi dalam bentuk bayagan obyek yang memanjang yang disebabkan kenyataan bahwa perbesaran bergantung pada jarak titik obyek dari sumbu utama disebut distorsi. Aberasi kromatik, yang terjadi pada lensa bukan pada cermin, adalah hasil dari variasi indeks bias dengan panjang gelombang. Aberasi kromatik dan aberasi lainnya dapat diperbaiki sebagian dengan menggunakan kombinasi beberapa lensa sebagai ganti sebuah lensa tunggal. Sebagai contoh, sebuah lensa positif dan sebuah lensa negative dengan panjang fokus lebih besar dapat digunakan bersama-sama untuk menghasilkan sebuah sistem lensa pengumpul yang mempunyai aberasi kromatik jauh lebih sedikit dibandingkan sebuah lensa tunggal dengan panjang fokus yang sama. Lensa-lensa kamera yang bagus biasanya berisi elemen-elemen untuk memperbaiki berbagai aberasi yang muncul. Instrumen Optik Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya sering sangat sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah melipatgandakan kemampuan kita untuk melihat dan memahami dunia yang melingkupi kita. 1. Mata Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan sistem optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat keindahan alam sekitar kita. Bagian-bagian Mata Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi- fungsi tertentu sebagai alat optik, yaitu: b) Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai pelindung bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi avaskuler (tidak memiliki suplai darah).
  • 5. c) Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat membedakan warna. Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen dengan lubang yang agak di tengah yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa dan sebagian di depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos. Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk. d) Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris, berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. e) Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening, berserat dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya. f) Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Retina merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya. Retina berperan sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun dari sel kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan warna dan sel batang yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat gelap. g) Aquaeuos humor, merupakan cairan mata. h) Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat cahaya dan warna ke otak. Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan : v Mata memfokuskan bayangan pada retina, v System syaraf mata yang memberi informasi ke otak, v Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut. 2. Pembentukan Bayangan Pada Mata Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Ada tiga komponen penginderaan penglihatan, yaitu: 1. Mata memfokuskan bayangan pada retina 2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak 3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut. Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat luas yang disebutbatang (rod) dan kerucut (cone) yang menerima dan memancarkan informasi di sepanjang serat saraf optic ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa kornea berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke
  • 6. retina. Apabila benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi. 3. Ketajaman Penglihatan Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kacamata, di klinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata. Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya (kacamata), tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah: nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih dapat dilihat dan dapat dibedakan. Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft, sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m). Dengan demikian dapat dirumuskan dengan persamaan: V = d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan kartu Cincin Landolt. Kartu ini mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang sama besar, dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Dari atas ke bawah cincin itu diatur agar lubangnya mengecil secara berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukan deretan cincin tersebut hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka visus ini dapat didapat dengan menghitung sudut di mana cincin Landolt itu diamati. Misalnya penderita menunjukan cincin Landolt tanpa salah 0,8 mm jarak 4 meter. 4. Medan Penglihatan Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan alatPerimeter. Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal 130º, sedangkan medan penglihatan horizontal 155º. 5. Tanggap Cahaya Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod dan Cone tidak terletak pada permukaan retina
  • 7. melainkan beberapa lapis di belakang jaringan saraf. Tiap mata memiliki 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari, disebut penglihatan fotopik. Melalui cone kita dapat mengenal beberapa warna, tetapi hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Cone terdapat terutama pada fovea sentralis. Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan skotopik, dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap mata terdapat 120 juta rod. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20º terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru dan hijau (510 nm). Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650-700 nm), tetapi penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan rod. 6. Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap Dari ruang gelap masuk ke ruangan terang kurang mengalami kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu agar memperoleh penyesuaian. Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak ada suatu objek pun yang terlihat. Perubahan sensitivitas retina secara automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.  Mekanisme Penyesuaian Terang (Cahaya) Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energy sinar yang disebutfoto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retina dan skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh enzim alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN-H + H+ (=DNA) dan terjadi proses timbale balik (visa verasa). Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus, konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun.  Mekanisme Penyesuaian Gelap Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat objek/benda di ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat. Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja.kepekaan retina mencapai 1.000, waktu yang diperlukan 1
  • 8. jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit. Penyesuaian gelap ini ternyata cone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 sampai 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit pertama. 7. Tanggap Warna Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas. Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihat warna namun tidak dapat membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.  Teori Tanggap Warna Cone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu cone member jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe cone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu biru, hijau dan merah. 1) Cone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400- 500 millimikron. Berarti cone biru dapat menerima cahaya ungu, biru dan hijau. 2) Cone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 dan 675 millimikron. Ini berarti cone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah. 3) Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya. Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut trikhromatik.  Buta Warna Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat melihat warna hijau, kuning orange dan warna merah dengan menggunakan cone hijau, tetapi tidak dapat membedakan secara tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai cone merah untuk kontras/membandingkan dengan cone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan cone hijau, ia masih dapat melihat seluruh warna, tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, oranye dan merah. Hal ini disebabkan cone hijau yang sedikit tidak mampu mengkontraskan dengan cone merah. Jadi tidak adanya cone merah atau hijau akan timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara warna merah dan hijau, keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus yang jarang sekali, tetapi bisa jadi seseorang kekurangan cone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru (blue weakness). Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5% terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Ada pula orang buta terhadap
  • 9. warna merah disebut protanopia, buta terhadap warna hijau disebut deuteranopia dan buta warna terhadap warna biru disebut tritanopia. 8. Daya Akomodasi Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tepat, demikian pula bola mata yang berdiameter 20-23 mm. Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia semakin tua daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan/elastisitas lensa semakin berkurang. Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada retina dan bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di mana lensa mata memfokuskan suatu bayangan pada retina disebut titik dekat (punctum proksimum). Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya (berakomodasi maksimum). Jarak dari mata ke titik dekat ini sangat beragam pada tiap orang dan berubah dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat sedekat 7 cm, sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm karena kehilangan keluwesan lensa akibat elastisitas lensa semakin berkurang, disebut mata presbyop atau mata tua dan bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang diambil untuk titik dekat ini adalah 25 cm, dan dianggap sebagai mata normal. Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda terletak pada titik jauh (punctum remotum). Pada saat ini mata tidak berakomodasi.lepas akomodasi. 9. Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi  Mata Normal Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga. Apabila mata memiliki titik dekat tidak sama dnegan 25 cm dan titik jauh tidak sama dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat mata. Hal ini mengakibatkan mata sulit melihat benda yang jauh maupun dekat karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina.  Rabun Jauh (Miopi) Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm) dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang yang menderita miopi dapat melihat dengan jelas benda pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi piph sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di depan retina, disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda dengan jarak dekat atau kurang dari 25 cm. cacat mata ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa cekung (minus).  Rabun Dekat (Hipermetropi) Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan titik jauhnya pada jarak tak terhingga. Penderita rabun dekat dapat melihat jelas benda-benda yang sangat jauh tetapi tidak dapat melihat benda-benda dekat dnegan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
  • 10. dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina, disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat mata ini dapat diatasi dengan kacamata berlensa cembung (plus).  Mata Tua (Presbiopi) Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya akomodasi yang berkurang akibat bertambah usia. Letak titik dekat maupun titik jauh telah bergeser. Titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya pada jarak tertentu. Pada penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas serta tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis mata ini dapat ditolong dengan kacamata berlensa rangkap (minus di atas dan plus di bawah) yang disebut kacamata bifocal.  Astigmatisma Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain. Akibatnya sebuah titik akan difokuskan sebagai garis pendek. Penderita astagmatisma, dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan. Penderita astagmatisma dapat diatasi dnegan menggunakan kacamata berlensa silindris.  Mata Campuran Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan miopi, maka memiliki titik dekat yang letaknya terlalu jauh dan titik jauh terlalu kecil, dapat ditolong dengan kacamata berlensa rangkap atau bifocal (negatif di atas dan positif di bawah). 10. Peralatan Dalam Pemeriksaan Mata Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu : pemeriksaaan mata bagian dalam, pengukuran daya focus mata, pengukuran kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu : 1. Opthalmoskop 2. Retinoskop 3. Keratometer 4. Tonometer dari schiotz 5. Pupilometer 6. Lensometer 1) Opthalmoskop Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu : ü Pencerminan mata secara langsung
  • 11. Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita. ü Pencerminan mata secara tak langsung Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor otak. 2) Retinoskop Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa. Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D. 3) Keratometer Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu : 1. Hard contact lens. Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi astigmatisma. 2. Soft contact lens adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat mengoreksi astigmatisma. Dasar kerja keratometer : Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung. Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea.
  • 12. Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan horizontal. 4) Tonometer Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz. Teknik dasar : Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 g maka berat total tonometer: = Berat plug + alat pemberat = 11 gram + 5,5 gram = 16,5 gram. 16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari. Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk. 5) Pupilometer Dari Eindhoven Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut : “Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah” 6) Lensometer
  • 13. Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar : Menentukan focus lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara :  Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari)  Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya. Teknik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut : Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa. REFERENSI: Hani, Ahmadi Ruslan, S.Pd, dan Riwidikdo, Handoko, S.Kp. 2008. Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cebdikia Press. J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html http://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalam-keperawatan.html http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/05/fisika-bahasan-bio-optik.html ... other posts by kharismaido