1. Observasi Geologi Karangsambung | 11
BAB II
OBSERVASI GEOLOGI KARANGSAMBUNG
2.1 Tinjauan Umum
Pada dasarnya geofisika sangat berkaitan erat dengan ilmu geologi, karena pada
hakikatnya kedua ilmu tersebut sama-sama mempelajari tentang kondisi bumi dan bawah
permukaan bumi dengan obyek fisik utama yang diteliti berupa tanah dan batuan. Hasil
pengukuran dari berbagai metode geofisika akan diteliti dan diinterpretasi dengan lebih rinci
menggunakan ilmu geologi. Perlunya mahasiswa geofisika dalam mempelajari ilmu geologi
yang patut diaplikasikan dalam bentuk kuliah lapangan dimana mahasiswa melihat secara
langsung dan mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan tentang geologi serta penerapan
aplikasi metoda geofisika pada berbagai kasus anomali geologi yang ada, menjadi hal yang
sangat penting. Oleh karena itu perlu ada daerah penelitian yang dapat menunjang proses
pembelajaran dai kuliah lapangan ini, daerah yang memiliki geologi yang unik dan
mempunyai berbagai anomali menarik untuk diukur dan diinterpretasi serta memiliki
kemudahan fasilitas untuk field camp, salah satu contoh daerah tersebut adalah daerah
Karangsambung.
Daerah penelitian Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Batas wilayah daerah ini adalah di utara berbatasan dengan wilayah
Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan
berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah
Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 109°37’30” –
109°45’00” BT dan 7°30’00” – 7°37’30” LS. Daerah ini dipilih sebagai tempat Kuliah
Lapangan oleh Program Studi Teknik Geofisika ITB, dikarenakan daerah Karangsambung
tersebut memiliki struktur geologi yang unik dalam bentuk kompleks melange yang
menyebabkan daerah ini memiliki berbagai macam jenis batuan sehingga sangat menunjang
dalam pembelajaran dan penerapan ilmu geologi serta pengaplikasian metode-metode
geofisika. Daerah Karangsambung juga dipilih sebagai tempat Kuliah Lapangan karena
adanya sarana dan fasilitas yang baik dan memadai untuk pengadaan kuliah berupa Kampus
LIPI Karangsambung.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
2. Observasi Geologi Karangsambung | 12
Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan
geologi terlengkap di Dunia. Ia merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang
terjadi 117 juta tahun - 60 juta tahun. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan
lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu
pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene
(Eocene). Oleh karena itu di sini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang
direpresentasikan oleh singkapan-singkapan (outcrop) batuan dengan usia tua dan
merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung di Jawa Tengah
adalah singkapan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang disebut dengan Luk
Ulo Melange Complex, suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman
Cretaceous. Luk Ulo Melange Complex merupakan lapisan Pra-Tersier tertua yang umurnya
diperkirakan sudah 117 juta tahun.
Verbeek (1891), seorang ahli geologi dari Belanda, adalah orang yang pertama kali
melakukan penelitiaan di daerah Karangsambung. Akan tetapi hasil penelitian ini baru
dipetakan secara geologi oleh Harlof (1933). Prof. Sukendar Asikin adalah geolog Indonesia
pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori tektonik lempeng.
Beliau menyelesaikan desertasi doktornya pada tahun 1972 dengan judul “Evolusi Geologi
Jawa Tengah Berdasarkan Teori Tektonik Dunia yang Baru”, dengan lokasi penelitian di
daerah Lok Ulo. Beliau menjelaskan proses pembentukan struktur rumit yang terbentuk di
Karangsambung dengan teori tektonik lempeng yang sedang populer pada akhir tahun 1960.
2.2 Geologi Regional Karangsambung
Daerah Karangsambung memiliki ciri khas geologi yang sangat menarik untuk
dipelajari dan dilakukan pengukuran geofisika. Pada daerah ini terdapat batuan Pra-tersier
dengan jenis batuan yang beragam serta tatanan dan struktur geologi yang sangat kompleks
karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi
pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi
pada sekitar zaman Paleogene (Eocene). Kondisi geologi yang kompleks ini terbentuk karena
pada daerah Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah pertemuan antara
lempeng (subduksi) yang terangkat. Secara singkat, kami akan mengulas kembali tentang
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
3. Observasi Geologi Karangsambung | 13
tektonik lempeng mengingat jika kita mempelajari daerah Karangsambung maka tidak akan
bisa terlepas dari sejarah pembentukan oleh tektonik lempeng yang ada disana.
Akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 para ahli geologis mengasumsikan bahwa
komponen utama bumi telah berada dalam bentuk yang tetap, dan kebanyakan fitur geologis
seperti pegunungan merupakan hasil pergerakan vertikal seperti yang dijelaskan dalam teori
geosinklinal. Teori tectonic plate atau lempeng tektonik berasal dari teori continental drift
(hanyutan benua) yang pertama kali dikemukanan oleh Alfred Wegener di tahun 1912 yang
menyatakan bahwa benua saat ini pertama kali dibentuk dari sebuah masa daratan besar yang
saling menjauhi satu sama lainnya, mengapung diatas inti batuan cair. Tetapi karena tanpa
bukti dan perhitungan yang detail maka teori ini masih dikesampingkan (Davies, 2001). Bukti
pertama datang dengan penemuan variabel arah medan magnet dai dalam batu karang yang
berasal dari berbagai zaman yang berbeda, dari bukti ini teori Wegener semula dianggap
menyimpang mulai dapat diterima. Berdasarkan anomali medan magnetik yang tergambar
kan oleh garis paralel simetris saling sebelah menyebelah pada sisi-sisi mid ocenic ridge.
Gambar 2.2-1 Gambar Lempeng Tektonik Dunia
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
4. Observasi Geologi Karangsambung | 14
Gambar 2.2-2 Gambar Pergerakan Lempeng
Dari gambar diatas terlihat bahwa oceanic crust dihasilkan dari proses hanyutan
benua, saling menekan kebawah benua (subduksi) di bagian benua yang lain yang merupakan
kelanjutan dasar lempeng samudera yang selanjutnya kan disubduksi dan diabsorbsi oleh
lapisan panas. Lapisan kulit bumi terdiri dari cairan panas, batuan semi liquid yang
mempunyai sirkulasi yang sangat lambat. (Davies, 2001; Kenyo and Turcotte, 1987) Ketika
bagian yang cair bergerak keatas , aktivitas vulkanik bawah laut terjadi dan lava mengalir
keluar dan secara cepat akan menjadi solid di dasar laut dalam tersebar, menyusut sedikit
demi sedikit dan menyebar dan akan terdeposit di bagian atas kerak samudera. Di zona
subduksi, kerak samudera didorong kebawah benua, secara berangsur-angsur meleleh
kembali kedalam mantel. Di dalam proses sedimen juga akan ditarik ke bawah juga, karena
panas dan tekanan sebagian dari material akan meleleh melalui kerak benua, menyebabkan
aktivitas vulkanik dan kerak benua baru terbentuk (Bott and Kusznir, 1984).
Pada sekitar tahun 1950 eksplorasi mengenai lantai samudera dilakukan secara luas
untuk meningkatkan informasi dan pemahaman tentang adanya deretan pegunungan dasar
laut yang kemudian dikenal dengan punggungan tengah samudera atau Mid Oceanic
Ridge(MOR). Penerbitan teori ilmiah geologis dari Amerika, Harry Hess, yang menyatakan
bahwa sebagai pengganti teori yang menyatakan bahwa benua bergerak melewati kerak
samudera (continental drift), kerak samudera dan kerak benua bergerak bersama dalam satu
unit yang sama. Penjelasan dari teori Hess adalah penemuan potongan pita magnetis yang
simetris di sekitar punggung bukit samudera atau Mid Oceanic Ridge(MOR). Sejak saat itu
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
5. Observasi Geologi Karangsambung | 15
para ilmuwan mulai berteori bahwa MOR di tandai dengan zona yang lemah dimana lantai
samudera terbelah menjadi dua bagian sepanjang ridge. Magma baru mudah keluar dari
bagian yang lemah ini dan menciptakan oceanic crust yang baru. Proses ini kemudian dikenal
dengan nama sea floor spreading. Hipotesis ini didukung dengan beberapa bukti :
1. Dekat dengan lereng ridge batuan lebih muda dan semakin tua pada daerah yang lebih
jauh.
2. Batuan yang muda memiliki polaritas yang normal
3. Terjadi pergantian polaritas pada batuan yang berada di lereng crest yang menunjukan
bahwa bayak perubahan medan magnit (Bott and Kusznir, 1984; Duxbury, et.at.,
1991).
Adapun beberapa empat tipe pergerakan lempeng berdasarkan pada teori continental drift dan
juga tectonic plate adalah sebagai berikut,
1. Divergent Boundaries
Divergent boundaries terjadi sepanjang pusat penyebaran dimana lempeng bergerak
terpisah kearah yang berlawanan. Contoh terbaik dari tipe ini adalah Mid Atlantic Ridge,
yang merupakan pegunungan bawah air yang meluas dari kutub utara ke ujung selatan Afrika
yang melingkari bumi. Tingkat sebaran lempeng ini bergerak rata-rata adalah 25 cm/tahun.
Konsekuensi gerakan ini dapat dilihat dengan mudah dengan adalah adanya gunung berapi
Krafla di bagian timur laut islandia disini terjadi retakan tanah yang melebar dan selalu
muncul retakan baru setiap beberapa bulan. Di Afrikaproses penyebaran telah memisahkan
Saudi Arabia dari benua Afrika, membentuk Laut Merah (Duxbury, et.at., 1991; Taylor &
McLennan, 1996).
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
6. Observasi Geologi Karangsambung | 16
Gambar 2.2-3 Gambar Lempeng Tektonik di Iceland
2. Convergence Boundaries
Ukuran bumi sudah tidak berubah sjak 600 juta tahun yang lalu, bentuk bumi
yangtidak berubak mengindikasikan bahwa kerak yang terbentuk harus dihancurkan dalam
jumlah yang sama dengan jumlah kerak baru yang terbentuk. Proses penghancuran terjadi
sepanjang perbatasan lempeng dimana lempeng saling bergerak satu sama lainnya, kadang
salah satu lempeng tenggelam di bawah yang lainnya. Lokasi dimana lempeng
tenggelam terjadi disebut zona subduksi.
Tipe konvergensi yang sangat lambat disebut collision dimana tergantung jenis batuan
lithosphere yang dilibatkan. Konvergensi dapat terjadi antara lempeng oseanik dan lempeng
kontinental yang lebih besar, atau antara dua lempeng oseanik yang besar, atau antara dua
lempeng kontinental yang besar (Duxbury, et.at., 1991; Taylor & McLennan, 1996).
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
7. Observasi Geologi Karangsambung | 17
3. Konvergensi Oceanic - Continental
Konvergensi ini akan membentuk trench (palung laut) sepanjang ribuan kilo meter
dengan kedalaman 8 – 10 kilometer. Akhir pantai Amerika Selatan sepanjang Peru-
Chile, Oceanic Nazca Plate mendorong kedalam dan tersubduksi ke bawah bagian
continental di bagaian selatan , sehingga bagian benua akan terangkat dan menciptakan
Pegunungan Andes. Gempa bumi kuat yang bersifat merusak dan pengangkatan yang
cepat dari rangakaian pegunungan merupakan ciri umum pola konvergensi ini. Konvergensi
ini juga banyak memicu aktivitas gunung berapi. Erupsi/letusan gunung berapi jelas
berhubungan dengan subduksi. (Duxbury, et.at., 1991; Taylor & McLennan, 1996).
4. Konvergensi Oceanic - Oceanic
Ketika dua oceanic plate bertemu maka salah satu biasanya akan tersubduksi di bawah
yang lain dn dalam prosesnya akan membentuh trench dan membentuk gunuung berapi.
Contoh nyata dari peristiwa ini adalah terbentuknya marianas trench. Pembentukan gunung
berapi yang terjadi selama berjuta tahun, hasil erupsinya akan tertimbun dai samudera dan
lama kelamaan akan muncul kepermukaan sebagai daratan baru. Rangkaian pegunungan
berapi yang muncul dari dasar lautan ini dikenal sebagai Island Arc. (Duxbury, et.at.,
1991; Taylor & McLennan, 1996).
5. Konvergensi Continental - Continental
Pegunungan Himalaya merupakan contoh dramatis yang nyata terlihat dari plate
tektonik. Ketia dua kontinen bertabarakan tidak terjadi subduksi karena batuan kontinent
relatif ringan seperti tabrakan dua gunung es, lapisan pelindungnya akan bergerak kebawah,
sebagai gantinya kerak akan mengangkat dan mendorong ke atas atau ke samping. Tubrukan
india dengan asia 50 juta tahaun yang lalu menyebabkan lempeng eurasian menyilang keatas
melewati indian plate. Setelah tubrukankonvergensi yang lambat terus berlangsung antara
dua lempeng lebih dari berjuta tahun dan membentuk pegunungan himalaya dan tibet plateau.
(Duxbury, et.at., 1991; Taylor & McLennan, 1996).
6. Transform Fault
Zona diantara dua lempeng yang sling meluncur secara horizontal disebut tansform
fault, yang konsep aslinya dikemukakan oleh geologis Canada J. Tuzo Wilson yang
mengusulkan bahwa patahan besar atau fracture zone menghubungkan dua pusat sebaran
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
8. Observasi Geologi Karangsambung | 18
(divergent plate boundaries) atau sekurangnya trench (convergent plate boundaries).
Kebanyakan transform fault ditemukan di dasar samudera, umumnya mengganti penyebaran
lereng aktif, menghasilkan plate margin zig-zag dan biasanyadicirikan dengan gempa bumi
dangkal. Bagaimanapun beberapa terjadi di daratan, sebagai contoh patahan San Andreas di
California.
Gambar 2.2-4 Gambar Tipe Pergerakan Lempeng Tektonik
Berdasarkan teori tektonik lempeng, diketahui bahwa di Indonesia bagian tengah
terjadi beberapa kali proses subduksi pada zaman yang berbeda-beda. Daerah
Karangsambung merupakan salah satu daerah yang dilalui jalur subduksi ini dan merekam
paling banyak petunjuk yang berhubungan dengan proses ini berupa singkapan batuan
berusia tua, batuan dari dasar samudera dan campuran bebagai jenis batuan dan endapan
(melange) yang merupakan ciri khas utama proses subduksi. Oleh karena itu di daerah ini
terdapat banyak jenis batuan dari sumber yang berbeda-beda dengan distribusi yang tidak
beraturan sehingga sulit untuk dipetakan.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
9. Observasi Geologi Karangsambung | 19
Gambar 2.2-5 Gambar kompleks subduksi purba yang melewati Indonesia
Pada Gambar 2.2-5 terlihat bahwa jalur subduksi pada zaman Late Cretaceous
melintasi Karangsambung dan singkapan batuan dari zaman Pre-Tersier terdapat di beberapa
tempat seperti di Ciletuh, Karangsambung, dan Bayah. Perkembangan tektonik di daerah ini
diduga akibat tumbukan lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Benua Asia sejak Late
Cretaceous (Kapur Akhir) atau Early Tertier (Tersier Awal), disusul kemudian oleh pelipatan
dan pensesaran dasar samudera sehingga mengakibatkan terbentuknya suatu palung (Asikin,
1974). Bentukan palung inilah yang lebih kenal dengan sebutan Prisma Akresi seperti yang
telah dijelaskan oleh Dr. Ir. Agus Handoyo Harsolumakso, pada kuliah lapangan di
Karangsambung.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
10. Observasi Geologi Karangsambung | 20
Gambar 2.2-6 Contoh bentukan melange complex
Gambar 2.2-7 Gambar penampang kompleks melange atau prisma akresi di daerah
Pagerbako, Karangsambung
(dijelaskan pada observasi geologi regional kuliah lapangan Karangsambung, 26 Mei 2012)
Lempeng Hindia-Australia yang datang dari selatan ini kemungkinan merupakan
bagian dari benua purba Gondwana sehingga membawa jenis batuan yang berusia tua. Proses
subduksi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga tidak hanya melange yang
merupakan endapan khas subduction zone yang terdapat di Karangsambung, tetapi juga
batuan-batuan dasar samudera dan batuan di sekitar Mid Oceanic Ridge terseret sampai
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
11. Observasi Geologi Karangsambung | 21
mendekati kontak kedua lempeng, bahkan kompleks oviolith telah terangkat ke permukaan
dan menjadi bagian dari kerumitan distribusi batuan daerah ini.
Perkembangan struktur di daerah ini dipengaruhi oleh beberapa periode tektonik.
Periode tektonik paling tua adalah deformasi dan proses penempatan batuan Pra-tersier pada
Kapur Akhir-Paleosen. Periode berikutnya yang mempengaruhi Formasi Karangsambung dan
Totogan. Dan hal tersebut diperkirakan berlangsung antara Oligo-Miosen sampai Miosen
Awal. Periode tektonik pada Plio-Pleistosen dianggap sebagai periode terkait yang
mempengaruhi pembentukan struktur didaerah ini. Oleh karena hal tersebut, maka pada
daerah Karangsambung ini ditemukan berbagai batuan yang sangat beragam jenisnya dan
singkapan yang kompleks, berupa batuan sedimen, batuan beku, batuan alterasi, serta batuan
metamorf yang berstruktur rumit. Pada daerah ini juga terdapat batuan yang sangat jarang
ditemui di daerah lain, seperti batuan dari kompleks ofiolit (rijang, lava bantal, basalt, gabro,
batuan ultra basa seperti dunite, amphibolit, dsb.) yang merupakan kompleks batuan dari laut
dalam, khususnya pada batuan ultra basa yang merupakan batuan yang berada pada mantel
bagian atas yang posisinya sangat jauh dari permukaan bumi. Begitu rumitnya dan banyaknya
proses pembentukan dan pengendapan batuan-batuan pada bentukan kompleks melange dapat
dilihat pada gambar dibawah ini,
Gambar 2.2-8 Contoh bentukan chaotic deposits melange origin
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
12. Observasi Geologi Karangsambung | 22
Gambar 2.2-9 Contoh bentukan prisma akresi dengan konsep olistostrome
Pada daerah Karangsambung ini, terdapat 2 jenis melange, yaitu melange tektonik dan
melange sedimen. Melange tektonik adalah melange yang dihasilkan secara langsung dari
proses pembentukan prisma akresi tersebut. Sementara melange sedimen merupakan
komponen melange yang berbentuk blok–blok yang tercampur di dalam suatu matriks
sedimen. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya suatu sedimentasi yang bersamaan dengan
berlangsungnya proses subduksi pada cekungan palung yang dihasilkan dari proses subduksi
tersebut. Jika kita berbicara satuan batuan di komplek melange Luk Ulo, umur satuan batuan
ini adalah Kapur Atas hingga Paleosen namun yang menarik adalah formasi batuan setelah
itu. Diatasnya secara tidak selaras diendapkan Formasi Karangsambung dan Formasi
Ttotogan. Kedua formasi ini merupaka sebuah olistrostrom seperti yang kami tunjukan pada
Gambar 2.2-9 dan mereka berumur Eosen atas dan Oligo Miosen. Lalu diatasnya diendapkan
formasi Waturanda yang berumur Miosen Awal yang terdiri dari breksi vulkanik dan
batupasir. Pada Miosen tengah diendapkan Formasi Penosogan yang disusun oleh batu
gampingan dan napal tufaan. Diatasnya diendapkan formasi Halang yang berumur Pliosen
dan disusun oleh perselingan batu pasir dan napal (Asikin, 1974).
Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas jika dibandingkan dengan
daerah lain. Hal ini terlihat dari Geomorfologi yang berbentuk lonjong-lonjong dan berbukit
dengan batuan yang berbeda-beda, Stratigrafi daerah ini sangat khas dan membentuk formasi
yang beragam, dan Struktur geologi pada daerah ini terdiri dari lipatan, sesar, dan kekar.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
13. Observasi Geologi Karangsambung | 23
Gambar 2.2-10 Peta geologi lembar Kebumen, Jawa (Asikin et al., 1992)
2.3 Geologi Daerah Penelitian
Observasi dan pemetaan geologi dilaksanakan pada paruh pertama kuliah lapangan
yaitu pada tanggal 25-30 Mei 2012. Observasi geologi mengambil tempat di area
Karangsambung secara keseluruhan namun untuk pemetaan geologi mengambil lokasi yang
lebih spesifik daerahnya. Pemetaan geologi mengambil lokasi sedikit ke arah utara dari
kampus LIPI. Luas area penelitian ini adalah sebesar ± 2,625 m2. Koordinat area ini adalah
pada 109°40’31” – 109°41’17” BT dan 7°32’22” – 7°33’16” LS. Area ini meliputi beberapa
singkapan utama yang dapat merepresentasikan keunikan distribusi dan struktur geologi
Karangsambung di antaranya adalah singkapan intrusi diabas di Gunung Parang, singkapan
intrusi lava dan satuan batuan tuff di Bukit Bujil, satuan batuan breksi di Gunung Paras dari
formasi Halang dan juga penyelidikan formasi Penosogan. Tidak hanya singkapan batuan,
beberapa struktur mulai dari yang berskala kecil seperti microfold dan slickenside, sampai
yang berskala besar seperti zona breksiasi, sesar, dan kekar terdapat pada area ini. Faktor ini
semua menjadikan area ini cukup baik untuk dijadikan area pemetaan geologi.
2.3.1 Fisiografi
Daerah penelitian Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Daerah Karangsambung yang berada dan menjadi titik pusat di dalam
penelitian kuliah lapangan ini terletak ±20 km di sebelah utara kota Kebumen (Gambar 1.4-1
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
14. Observasi Geologi Karangsambung | 24
dan Gambar 1.4-2). Batas wilayah daerah ini adalah di utara berbatasan dengan wilayah
Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan
berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah
Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 109°37’30” –
109°45’00” BT dan 7°30’00” – 7°37’30” LS.
Secara fisiografi bagian utara lembarnya termasuk dalam lajur pegunungan Serayu
Selatan dan bagian selatan termasuk dalam lajur lekukan tengah. Daerah ini merupakan
pemisah lajur pegunungan selatan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada umumnya daerah ini
terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 520 m. Berdasarkan fisiografi Jawa yang disketsa oleh Van
Bemmelen (1970), Daerah Karangsambung merupakan bagian dari Pegunungan Serayu
Selatan di Jawa.
Gambar 2.3.1-1 Fisiografi Jawa dan Madura (Van Bemmelen, 1970)
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
15. Observasi Geologi Karangsambung | 25
Karangsambung area dengan lebar sekitar ±30 x 10 km2 merupakan bagian dari
Gunung Serayu Selatan yang telah mengalami erosi yang dalam pada batuan pra-tersier.
Menurut Van Bemmelen juga, Jawa Tengah dibagi menjadi 6 satuan fisiografi, yaitu satuan
Gunung Api Kwarter, satuan Aluvial Jawa Utara, satuan Antiklinorium Bogor – Serayu Utara
– Kendeng, satuan Depresi Jawa Tengah, satuan Pegunungan Selatan Jawa, dan satuan
Pegunungan Serayu Selatan. Kompleks Karangsambung dikelilingi oleh pegunungan lipatan
yang menunjukkan bentukan Amphiteater. Amphiteater ialah bentukan lembah Antiklin yang
tererosi. Banyak sekali hipotesa yang berhubungan tentang kemana menghilangnya lembah
antiklin yang begitu besar itu, salah satu hipotesanya adalah ia tererosi oleh media erosi Kali
Luk Ulo, namun kami berpendapat perlu ada penyelidikan lebih lanjut mengenai ini. Ini
menjadi hal menarik karena mungkin saja jika kita bisa memeriksa satuan batuan yang
terdapat pada laut selatan Jawa, Samudra Hindia di selatan Jawa, maka mungkin saja kita bisa
menemukan satuan batuan yang membentuk lembah antiklin tersebut yang terendapkan di
laut akibat proses erosi oleh sungai Kali Luk Ulo purba.
2.3.2 Geologi Morfologi
Morfologi di daerah ini adalah perbukitan struktural dan daerah ini juga disebut
sebagai kompleks melange. Tinggian yang berada di daerah Karangsambung antara lain
adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul, Bukit Jatibungkus,
dan lain-lain. Penyajian Melange di lapangan Karangsambung adalah dalam bentuk blok
dengan skala ukuran dari puluhan meter hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat
melange yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
16. Observasi Geologi Karangsambung | 26
Gambar 2.3.2-1 Peta kontur daerah penelitian Karangsambung; cukup memperlihatkan
bentukan morfologi yang ada.
Selain itu, juga terdapat morfologi aluvial di daerah Karangsambung. Salah satu
morfologi aluvial yang berada di daerah Karangsambung adalah sungai Luk Ulo. Sungai Luk
Ulo ini termasuk sungai pendahulu, yaitu jenis sungai yang memotong struktur geologi utama
dan termasuk ke dalam umur dewasa. Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari bentuknya
yang berkelok-kelok dan adanya keterdapatan meander pada sisi-sisi belokannya serta
terbentuknya deposit pada teras sungai. Selain sungai utama, Karangsambung juga memiliki
sungai lainnya, seperti Kali Muncar, Kali Cacaban, Kali Mandala, Kali Brengkok, Kali
Jebug, dan lainnya.
Perbedaan kekerasan dan ketahanan batuan pada daerah ini menghasilkan bentuk
topografi dengan timbunan halus sampai kasar. Sebagian lembahnya sempit dan dalam
berbentuk V dengan lereng yang terjal. Akibat perbedaan kekerasan batuan ada bukit yang
seakan-akan mencuat terhadap sekitarnya, misalnya dekat Bukit Jatibungkus, Bujil, dan
Pesanggrahan. Pada daerah ini terdapat deretan punggungan bukit Gunung Bulukuning,
Dwilang, dan Prahu yang melengkung seperti busur terbuka ke arah Barat. Ini menunjukkan
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
17. Observasi Geologi Karangsambung | 27
bahwa sebenarnya mengikuti bentuk antiklin Karangsambung yang sumbunya menunjam ke
arah timur.
Daerah Karangsambung umumnya bermorfologi oval atau elips atau mampat di
ujung-ujungnya. Terdiri dari bukit-bukit dan punggungan melingkar, dierosi oleh aliran Kali
Luk Ulo yang telah membentuk pola meander serta lembah-lembah anak sungai Kali Luk
Ulo. Morfologi perbukitan pada umumnya dibangun oleh batuan berumur pra-Tersier,
sedangkan morfologi punggungan di daerah ini disusun oleh endapan Tersier yang cukup
tebal.
2.3.3 Stratigrafi dan Penampang Stratigrafi
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab geologi regional bahwa daerah
Karangsambung menurut Prof. Dr. Ir. Sukendar Asikin P.Hd, dibagi menjadi beberapa
formasi, yaitu Kompleks Melange Luk Ulo, formasi Karangsambung, formasi Totogan,
formasi Waturanda, formasi Penosogan, dan formasi Halang (Asikin, 1974). Namun, dosen
geologi kami, Dr. Ir. Agus Handoyo Harsolumakso berpendapat lain, beliau menggunakan
tahapan pendeskripsian yang menganggap formasi Karangsambung dan formasi Totogan
sebagai sebuah kesatuan batuan dalam ”kompleks Lempung dan Breksi Lempung” karena
sangat sulit menentukan batas keduanya dan ciri – cirinya pun hampir sama (Harsolumakso et
al., 1994).
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
18. Observasi Geologi Karangsambung | 28
Gambar 2.3.3-1 Peta peologi wilayah Karangsambung (Asikin et al., 1992)
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
19. Observasi Geologi Karangsambung | 29
Secara garis besar stratigrafi daerah penelitian Karangsambung diurutkan berdasarkan
umur dari tua ke muda, adalah:
1. Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange yang berumur Pra Tersier.
2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik / scaly clay.
4. Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5. Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir karbonat.
Untuk penjelasan lebih rincinya, silahkan melihat bagian penjelasan dibawah ini,
Gambar 2.3.3-2 Kolom stratigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
20. Observasi Geologi Karangsambung | 30
Daerah Karangsambung dikenal sebagi salah satu tempat tersingkap satuan batuan
campuran, yaitu kompleks Melange Luk Ulo yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen.
Satuan batuan ini dianggap sebagai produk dari proses subduksi antara lempeng Indo-
Australia yang menunjam di bawah lempeng Asia Tenggara (Asikin, 1974). Berikut
penjelasan lebih lanjut mengenai formasi di Karangsambung,
1. Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Luk Ulo
Berbicara tentang daerah Karangsambung pada kuliah lapangan ini maka kita pasti
akan berbicara tentang Sungai Luk Ulo. Nama salah satu sungai besar di Karangsambung ini
menjadi sebuah nama formasi yang menyusun daerah itu pula. Luk Ulo merupakan formasi
tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pra Tersier. Batuannya meliputi
graywacke, lempung hitam, lava bantal yang beasosiasi dengan rijang dan lempung merah,
turbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis.
Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur
penunjaman (subduction zone), yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra
dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada
masa dasarnya, yaitu satuan Jatisamit di sebelah Barat dan satuan Seboro di sebelah Utara.
Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri
bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku
basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis mika. Batuan
tersebut membetuk morfologi yang tinggi seperti G. Sipako, G. Bako, dan gunung-gunung
lain yang ada. Sukendar Asikin (1974) menyatakan bahwa gunung-gunung itu terbentuk dari
bongkah-bongkah batu pasir graywacke yang relatif keras. Bongkah-bongkah itu sendiri
terbentuk dari lapisan batupasir yang terpotong-potong oleh gaya tektonik. Pada bongkah-
bongkah yang lebih kecil dapat diamati struktur yang terdapat di dalamnya yaitu struktur
gores-garis. Struktur ini disebabkan adanya penggerusan yang sangat kuat. Selain gores-garis,
ditemukan juga mempunyai retakan-retakan. Pada bongkah-bongkah yang tidak terlalu besar,
arah memanjangnya dapat diukur dan diamati, dimana sumbu memanjang mempunyai arah
yang sama. Bongkah yang ada ini mempunyai lingkungan pembentukan yang berbeda dengan
lingkungan pembentukan massa dasar. Bongkah yang mempunyai lingkungan pembentukan
di laut dalam, seperti rijang, batugamping merah, lava basalt, dan batuan beku ultra basa di
daerah ini telah tercampur dengan bongkah-bongkah yang terbentuk di tempat lain, seperti
batupasir graywacke.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
21. Observasi Geologi Karangsambung | 31
Massa dasar yang mengepung bongkah-bongkah asing tersebut umumnya terdiri atas
batu lempung yang mengalami penggerusan yang sangat kuat. Ini terlihat dari bidang-bidang
belah terarah pada batu lempung tersebut. Lempung ini telah terpecah-pecah menjadi kecil-
kecil, dan tiap bagian kecil tersebut dipisahkan oleh bidang yang sangat mengkilat. Dengan
kata lain, lempung disini telah menyerpih, sehingga apabila diremas akan hancur melalui
bidang-bidang belah yang mengkilat tadi. Lempung yang menjadi massa dasar ini merupakan
batuan sedimen yang diendapkan pada lingkungan palung, yang mengimbangi gerakan
lempeng. Sukendar Asikin (1974) mengutarakan secara petrografis, lempung ini terlihat telah
mengalami perubahan yang lemah. Penentuan umur yang dilakukan oleh peneliti ini
ditujukan pada masa dasar, yang akan memberikan umur minimum, dan pada bongkah
memberikan umur maksimum. Hasilnya, untuk massa dasar berumur Kapur Atas - Paleosen,
bongkah-bongkah berumur Kapur Atas. Di sini meskipun umur dari massa dasar dan
bongkah dapat ditentukan, tetapi tidak dapat disusun urutan stratigrafinya secara umum,
karena di sini batuan yang mempunyai umur yang berbeda telah tercampur menjadi struktur
yang acak.
Gunung Parang merupakan daerah penelitian dengan menggunakan metode gayaberat
dan magnetik, guna mengamati bagaimana bentuk intrusi Gunung Parang dibawah
permukaan. Secara geologi, Gunung Parang merupakan intrusi batuan beku diabas. Berwarna
abu–abu terang, fanerik, masif, kompak, terdapat banyak mineral plagioklas, mika putih,
pyroxene dengan tekstur mineral konsentris. Terdapat struktur kekar kolom dengan struktur :
45, N 255° E ; 56, N 242° E; Pengamatan dilakukan di bagian barat Gunung Parang. Arah
kekar tegah lurus dengan bidang pendinginan, sehingga pada Gunung Parang dilihat dari arah
kekarnya membentuk bidang pendinginan berupa kipas terbalik. Pengamatan bentuk kekar
kolom sangat jelas terlihat pada observasi yang dilakukan di daerah Kali Jebug.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
22. Observasi Geologi Karangsambung | 32
Struktur geologi
Gunung Parang yang
terlihat seperti kekar
kolom.
Gambar 2.3.3-3 Catatan lapangan Gunung Parang dalam melihat struktur kekarnya
(dijelaskan pada observasi geomorfologi kuliah lapangan Karangsambung, 25 Mei 2012)
2. Formasi Karangsambung
Karakteristik litologinya yaitu terdiri dari batulempung abu-abu yang mengandung
concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batupasir kuarsa polemik yang
berlaminasi. Batupasir greywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang
bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut
diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi di bawah permukaan air
dengan volume besar (gravitasi subaquatic), estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang
dilihat pada inset batu pasir. Batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir yang kami
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
23. Observasi Geologi Karangsambung | 33
temukan di sana mewakili olistolith yang terkepung di tanah liat. Batugamping numulites,
konglomerat polemik dan concressions besi ditemukan di sekitar kampus lapangan.
Perbukitan Pasanggrahan sebelah perguruan tinggi, adalah konglomerat besar polemic
olistolith.
Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah sampai Eosen Akhir,
dilihat berdasarkan adanya kehadiran foraminifera plankton. Juga adanya kehadiran
Globorotalia cerroazulensis dan Truncolotarloides topilenses selain Nummulites javana
dalam batu kapur. Selain itu, ada juga ditemukan Alvegina dan Discocyclina sp. Sebagai
batas usia Eosen akhir, dilihat berdasarkan kehadiran Hantkenina alabamensis dalam napal
dari Formasi Karangsambung (Harsolumaksi, 1996).
Di beberapa tempat Formasi Karangsambung telah terkait dengan kompleks Melange
Luk Ulo, kedua massa dasar yang berisi tanah liat dan hitam - serpih abu-abu, kadang-kadang
sulit untuk mendapatkan diferensiasi. Terutama ketika singkapan itu berjamur. Salah satu
kriteria yang dapat digunakan untuk membedakan adalah mempelajari lebih akurat "batu" di
dalam sana. Dalam Melange, biasanya menunjukkan pola retak sistematis dan berpasangan.
Dalam Melange, umumnya memiliki struktur belahan, sementara pada Formasi
Karangsambung (olistostrom) arahnya berantakan.
3. Formasi Totogan
Formasi Totogan memiliki karakteristik litologi yang sama dengan Formasi
Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan
kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa
batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batu pasir, batu kapur fossil, dan batuan
beku. Fragman tersebut memiliki bentuk sub-bulat, dengan permukaan licin (seperti erosi
haved) dan berukuran antara 2 sampai 20 cm.
Umur dari Formasi Totogan adalah Oligosen, yang didasarkan pada keberadaan
Globoquadrina praedehiscens dan Globigeriona binaensis. Hubungan stratigrafi antara
Formasi Totogan dengan Formasi Karangsambung dapat dirasakan dengan sempurna, tapi
dengan adanya cakupan waktu yang menunjukkan sebuah ketidakselarasan. Tapi dengan
adanya keberadaan Formasi Waturanda, maka ketidakselarasan ini menjadi sesuai.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
24. Observasi Geologi Karangsambung | 34
Lingkungan pengendapan dari Formasi Totogan, menunjukkan kondisi laut mdala
(100-200 m), didasarkan oleh banyaknya temuan foraminifera plankton, dengan garis pantai
terjal dan dasar laut yang curam sehingga memungkinkan banyaknya batu jatuhan yang
terjadi di tempat itu, dan dilanjutkan dengan terbentuknya olisostrome. Kondisi seperti ini
dapat dideskripsikan sebagai geosinklin dengan struktur sesar di sisi. Peralihan dari
olisosthrome untuk kekeruhan terjadi berulang kali.
Singkapan dari Formasi Totogan ini dapat dirasakan di sekitar sungai Luk Ulo yang
dekat dengan desa Totogan, dan di samping desa Totogan ke arah alan desa Pucangan. Di
jalan jembatan Pucangan Totogan-tua, ada menunjukkan singkapan yang baik, yang
menunjukkan ulangan antara batulumpur lumpur dan breksi. Dan keduanya menunjukkan
dengan karakteristik lumpur yang sama, yaitu struktur bersisik.
4. Formasi Waturanda
Usia Formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung, berdasarkan
posisi stratigrafi ke bawah diperkirakan sebagai usia Meocene yang terdiri dari breksi
vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batulempung di bagian atas. Massa dasar
batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri dari kepingan batuan
beku dan obsidian. Batupasir greywacke ini berupa sisipan dengan tebal 60 – 300 cm.
Ketebalan breksi ± 5 m. Pada bagian bawah terdapat batupasir wacke dengan penyusunnya
felspar, piroksen, lempung, dan kepingan batuan. Batupasir tersebut berwarna hitam, berbutir
kasar, terpilah buruk, butirannya menyudut hingga menyudut tanggung, dan berlapis dengan
tebal 2 – 100 cm. Pada bagian atas terdapat breksi vulkanik dengan sisipan batupasir wake,
batulempung, dan tufa gampingan. Breksi vulkanik tersebut terdiri dari andesit dan basalt
berukuran ± 30 cm.
Struktur sedimen yang terbentuk adalah perlapisan bersusun yang ditunjukkan dengan
perubahan besar butir makin ke atas makin kasar. Struktur perlapisan sejajar ada di bagian
atas breksi. Keberadaan graded bedding menunjukkan bahwa formasi ini didominasi oleh
arus turbidit.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
25. Observasi Geologi Karangsambung | 35
Gambar 2.3.3-4 Sketsa lapangan penampang formasi Waturanda dan formasi Totogan
(dijelaskan pada observasi petrologi, Jatibungkus, 27 Mei 2012)
5. Formasi Penosogan
Diendapkan Formasi Panosogan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa
perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir
tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Panosogan yang terletak selaras
diatasnya.
Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir,
batulempung, sebagian gampingan, kalkarenit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya
dicirikan oleh perlapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar kerbonatnya semakin
tinggi. Bagian atas terdiri dari perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkarenit. Bagian
atas didominasi oleh batulempung tufan dan tuf.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
26. Observasi Geologi Karangsambung | 36
Berdasarkan kandungan foraminifera, formasi ini menunjukkan umur Miosen Tengah.
Struktur sedimen yang berkembang pada batupasir terdiri dari perlapisan bersusun, laminasi
sejajar, konvolut, laminasi bersilang yang menunjukkan ciri arus turbidit.
Gambar 2.3.3-5 Cross-section penampang stratigrafi formasi Karangsambung (Asikin et at.,
1992)
2.3.4 Geologi Struktur
Bentukan alam daerah Karangsambung tergolong merupakan salah satu yang paling
unik di Indonesia. Ini tercermin dari begitu kompleksnya struktur regional yang ada disana.
Bila kita berbicara struktur, di beberapa tempat struktur lipatan dan sesar tampak jelas dan
tercermin pada bentuk bentang alamnya, seperti pada daerah Karangsambung, khususnya di
lembah antiklinnya yang nanti akan kita bahas. Di tempat lain bentuk struktur hanya dapat
diketahui dari pola sebaran batuan atau ditafsirkan dari pengukuran kenampakan lapisan di
lapangan. Pada umumnya struktur sesar, kekar dn lipatan pada daerah Karangsambung
tersebut biasanya dijumpai pada batuan-batuan yang berumur Kapur hingga Pliosen.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
27. Observasi Geologi Karangsambung | 37
Pada daerah Karangsambung, terdapat struktur selokan boudinage dan boudin yang
berbentuk bulat panjang, dari ukuran yang dapat dipetakan hingga yang berukuran kecil dan
tidak dapat dipetakan, terkepung dalam litologi dasar Clay. Berdasarkan dengan apa yang
dijelaskan pada observasi geologi di Bukit Pagerbako, struktur baoudinage yang ada di
daerah Karangsambung biasanya ditemukan berupa batuan batupasir, dike batuan beku
ataupun metamorf.
Set batuan dengan karakteristik khas ini, yang terdiri dari campuran batuan beku,
sedimen, metamorf hancuran, dengan permukaan equiamplitude dari gerus retak (permukaan
geser), dalam jangka tektonik diakui sebagai Melange. Seperti yang telah dijelaskan pada sub
bab Geologi Regional, kami mengakui adanya pembentukan kompleks Melange oleh
melange batuan sedimen, atau biasa disebut sebagai konsep “Olisthostrome”. Batuan yang
berasal (terbentuk) dari laut, seperti basalt berbentuk lava bantal dan interval rijang yang
berselingan dengan tanah liat merah dan batu kapur klastik, lalu keberadaan batuan seperti
Clay abu-abu hitam dan pasir greywacke menyebabkan bentuk batuan kacau yang kemudian
juga mengalami pen-sesaran antara grup rock fasies Metamorf sekis hijau, seperti phylite
sekis, klorit dan amphibolite. Formasi ini berkorelasi sebagai produk interaksi konvergen
yang diikuti oleh infiltrasi fenomena subduksi atau penunjaman. Olisthostrome adalah batuan
bancuh/kacau yang terjadi akibat proses sedimentasi dan didominasi oleh gravitasi (runtuhan)
ke dalam kompleks prisma akresi.
Berikut penjelasan tentang struktur regional yang didapat dari observasi geologi kuliah
lapangan Karangsambung,
1. Struktur Sesar
Dalam ilmu geologi pada artiannya, sesar adalah struktur rekahan yang telah
mengalami pergeseran. Secara umum disertai struktur yang lain seperti lipatan, bidang rekah,
dll. Di lapangan dapat dikenali dari peta topografi atau foto udara dengan adanya kelurusan
atau pembelokan alur sungai, bukit yang berpindah, gawir sesar atau bidang sesar, breksiasi,
gouge, milonit, deretan mata air, sumber air panas, penyimpangan atau pergeseran kedudukan
lapisan, gejala-gejala struktur minor seperti cermin sesar, gores-garis, dan lipatan.
Sukendar Asikin (1974) berdasarkan penelitiannya mendapatkan hasil bahwa secara
umum sesar-sesar utama di daerah Luk Ulo ini mempunyai arah Timur Laut – Barat Daya
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
28. Observasi Geologi Karangsambung | 38
untuk daerah utara dan arah Utara - Selatan di bagian selatan. Sesar yang dijumpai berupa
sesar naik, sesar geser, dan sesar turun.
Sesar naik dijumpai di bagian tengah lembah dengan bagian selatan nisbinya naik dan
arah jurusnya hampir sejajar dengan arah umum perlipatan. Sesar ini terpotong oleh sesar
geser-jurus. Sesar naik yang lebih kecil dengan arah barat - timur dijumpai pada beberapa
daerah di Karangsambung (Gambar 2.2-7). Keterdapatan sesar naik juga ditemukan di daerah
Pagerbako seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini,
Gambar 2.3.4-1 Catatan lapangan bentukan struktur sesar yg menyebabkan metamorfosis
fillit dan juga boudinage
(dijelaskan pada observasi geologi kuliah lapangan Karangsambung, 26 Mei 2012)
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
29. Observasi Geologi Karangsambung | 39
Struktur kekar kolom
yang terlihat pada basalt
dan diabas.
Lempung yang ter-
milonitisasi karena
sesar.
Gambar 2.3.4-2 Foto lapangan yang memperlihatkan struktur kekar kolom dan milonitisasi
karena sesar di daerah Kali Jebug
2. Struktur Kekar
Dalam pengertiannya di ilmu geologi, kekar adalah suatu struktur rekah yang belum
mengalami pergeseran. Secara umum struktur ini dicirikan oleh pemotongan bidang
perlapisan batuan, biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa, dan
kenampakan breksiasi. Kekar dapat dijumpai pada batuan yang berumur Tersier atau Pra-
Tersier. Sebagai contoh kekar yang berkembang dengan baik pada batupasir di bagian atas
formasi Karangsambung. Kekar tersebut di beberapa tempat tampak memotong tegak lurus.
Beberapa kekar tampak menunjukkan rekahan terbuka, dan sebagian lagi tertutup. Analisis
kekar di beberapa lokasi menunjukkan bahwa gaya utama yang membentuk struktur di daerah
ini kurang lebih berarah utara - selatan.
Struktur kekar di lokasi pengamatan ditemukan terutama di daerah dengan batuan
yang relatif keras, contohnya saja misalkan struktur kekar di Kali Jebug, yang dibangun oleh
batuan basalt atau diabas. Kekar-kekar disini terdiri dari shear dan tension fracture. Dari arah
kekar yang ada, dapat di gunakan pula sebagai indikasi sesar. Tetapi disini tidak dilakukan
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
30. Observasi Geologi Karangsambung | 40
pengambilan data pasangan kekar yang lebih terperinci dikarenakan kesulitan medan yang
dihadapi, sehingga struktur kekar ini tidak dapat dijelaskan lebih lanjut.
Contohnya kekar yang dutemukan pada daerah Sungai Kali jebung. Kekar tersebut
banyak terdapat pada lava basalt dan diabas. Kekar-kekar disini telah banyak terisi oleh kalsit
yang berwarna putih. Dan pada bagian bawahnya terdapat struktur batulempung yang
terlipat-lipat, ada indikasi hal ini terjadi struktur sesar disini, tapi untuk membuktikan benar
atau tidak, kami rasa perlu penyelidikan lebih lanjut.
Gambar 2.3.4-2 Catatan lapangan kekar kolom Kali Jebug
(dijelaskan pada observasi geomorfologi kuliah lapangan Karangsambung, 25 Mei 2012)
Selain itu, juga ditemukannya kekar berupa kekar kolom di daerah kaki Gunung
Parang. Kekar tersebut memiliki litologi berupa batuan beku diabas berwarna abu-abu dengan
keterdapatan urat kuarsa pada batas-batas kekar kolomnya. Struktur kekar kolom ini
mempunyai arah struktur : 45, N 255° E ; 56, N 242° E; Pengamatan dilakukan di bagian
barat Gunung Parang. Arah kekar tegah lurus dengan bidang pendinginan, sehingga pada
Gunung Parang dilihat dari arah kekarnya membentuk bidang pendinginan berupa kipas
terbalik. (Gambar 2.3.3.3-3). Bentukan kekar kolom seperti ini juga ditemukan pada saat
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
31. Observasi Geologi Karangsambung | 41
observasi petrologi di Gunung Bujil, dibagian selatan bujil ditemukan struktur kekar kolom
dari batuan basalt dan diabas. Alasan inilah yang membuat kelompok kami menginterpretasi
bahwa daerah Gunung Bujil merupakan suatu struktur intrusi batuan beku.
3. Struktur Lipatan
Struktur geologi berikutnya yang sering kami amati di lapangan Karangsambung
adalah struktur lipatan (fold). Secara konsepnya lapisan batuan yang mengalami tegasan,
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan membentuk
sebuah Lipatan. Struktur lipatan tersebut dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan bentuk
lengkungannya, yaitu :
1. Sinklin : lipatan batuan yang cembung ke bawah
2. Antiklin : lipatan batuan yang cembung ke atas
Sebagai tambahan bentukan lipatan lain yang kami gunakan sebagai istilah di lapangan untuk
melakukan observasi geologi tentang lipatan, adalah sebagaimana yang ditunjukan oleh
bagan gambar dibawah ini,
Gambar 2.3.4-3 Bentukan struktur pada bentang alam pegunungan lipatan (Brahmantyo dan
Bandono, 2006)
Dari pengajaran di lapangan saat observasi geologi morfologi yang dilakukan pada
tanggal 25 Mei 2012, di Bukit Wagir Sambeng, Karangsambung, Pak Dr.Ir. Budi
Brahmantyo, M.Sc.. selaku dosen pembimbing geologi menjelaskan bahwa struktur lipatan
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
32. Observasi Geologi Karangsambung | 42
utama yang ada di daerah penelitian terlihat jelas pada bentukan lembah antiklin
Karangsambung.
Punggungan
sinklin
Lembah antiklin
Lembah antiklin
Gambar 2.3.4-4 Foto lapangan lembah antiklin dari Bukit Wagir Sambeng; Puncak Paras
menjadi salah satu bentukan sinklin dari antiklin purba yang dulu ada.
Meskipun kedudukan lapisan yang mencerminkan struktur antiklin ini hanya dapat
diukur pada formasi batuan teratas, tapi dapat dipastikan bahwa struktur antiklin ini juga
melibatkan formasi-formasi yang lebih tua. Hal ini adalah berdasarkan pemikiran bahwa
apabila suatu batuan yang terletak lebih atas dari batuan lainnya terkena pengaruh gaya, maka
dengan sendirinya batuan yang terletak di bawahnya juga terpengaruh oleh gaya tersebut.
Jika kita perhatikan puncak dari Gunung Paras merupakan bagia dari struktur lembah antiklin
tersebut, yaitu pada bagian sayap bagian agak bawahnya. Jika melihat sumbu antiklin yang
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
33. Observasi Geologi Karangsambung | 43
berarah barat-timur itu, dapat diketahui gaya yang menyebabkan terbentuknya lipatan berarah
utara-selatan. Apabila dihubungkan dengan teori tektonik lempeng, maka gaya ini berasal
dari tumbukan antara Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia. Sebelum
menyebabkan terbentuknya lipatan, gaya ini telah menyebabkan terbentuknya cekungan
tempat diendapkannya formasi-formasi yang terlipat tersebut. Pada saat ini, struktur lipatan
yang ada telah berubah menjadi lembah antiklin (Karangsambung) dan punggungan sinklin
(Pegunungan Paras).
Antiklin besar di lembah ini adalah antiklin Karangsambung yang merupakan antiklin
tak setangkup (asimetri) dengan sumbu berarah kurang lebih barat - timur, menunjam ke arah
timur dan menerus ke arah barat, ke lembar Banyumas. Di utara Karangsambung dapat
dijumpai sinklin Gunung Paras yang berarah barat - timur dan di bagian timur membelok
menjadi barat - timur laut. Berikut dapat dilihat secara lengkap pada penampang di bawah ini,
Waturanda
Paras
Lembah antiklin Karangsambung
Gambar 2.3.4-5 Sketsa lapangan penampang lembah antiklin Karangsambung; juga
memperlihatkan punggungan sinklinnya.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
34. Observasi Geologi Karangsambung | 44
Struktur antiklin juga kami jumpai pada beberapa tempat penyelidikan observasi
geologi, khususnya pada penyelidikan geoogi struktur dan geologi petrologi. Walaupun
bentukan skala antiklinnya tidak sebesar skala antikin lembah Karangsambung, namun kami
menilainya cukup menarik. Contoh pertama adalah untuk antiklin yang kami temukan pada
daerah Kali Welaran. Antiklin yang ada disini merupakan lipatan dari lapisan batuan
konglomerat, batugamping dan perselingan pasir-lempung. Ia kami temukan sebagai
singkapan-singkapan batuan di sungai, walaupun kondisi batuan kami melihatnya sudah tidak
segar lagi, beberapa konglomerat malah terlihat sebagai bongkah, tapi berdasarkan
pengukuran di lapangan terhadap strike dan dip-nya kami melihatnya sebagai sebuah lapisan.
Berikut sketsa lapangan dan data dari strike dip-nya,
Gambar 2.3.4-6 Sketsa lapangan antiklin sungai Kali Welaran
(dijelaskan pada observasi petrologi kuliah lapangan Karangsambung, 27 Mei 2012)
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
35. Observasi Geologi Karangsambung | 45
Gambar 2.3.4-7 Fotolapangan lapisan batuan pada antiklin Kali Welaran; Kiri : lapisan
batuan pasir-lempung; Kanan : lapisan batuan konglomerat
Berdasarkan pada observasi lapangan, kemungkinan gaya yang berpengaruh disana
adalah gaya tektonik yang berarah barat laut – tenggara. Pendapat kami karena ini struktur
lipatan yang tidak terlalu besar, kemudian ia terdapat pada lembah antiklin yang dahulu
merupakan bagian dari prisma akresi maka kami berpendapat bahwa lipatan antiklin ini
mungkin saja disebabkan oleh proses pembentukan prisma akresi yang ada. Bentukan lipatan
seperti juga terobservasi pada daerah kali Soka. Namun pada daerah ini bentukan lipatan
terlihat lebih jelas, lebih segar dan juga bentuk lipatannya yang lebih kompleks. Selain pada
struktur lipatan terdapat pula struktur sesar geser walau pada pengamatan di lapangan tidak
begitu terlihat jelas pergeserannya. Berikut gambar sketsa lapangannya,
Gambar 2.3.4-8 Sketsa lapangan penampang struktur lipatan pada daerah Kali Soka
(dijelaskan pada observasi petrologi kuliah lapangan Karangsambung, 27 Mei 2012)
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
36. Observasi Geologi Karangsambung | 46
Bagian lapisan sinklin-antiklin
Kenampakan lapisan yang terlipat
Lapisan sayap antiklin
Gambar 2.3.4-9 Beberapa foto lapangan kondisi struktur lipatan pada daerah Kali Soka
(dijelaskan pada observasi petrologi kuliah lapangan Karangsambung, 27 Mei 2012)
2.3.5 Observasi Geologi Pendukung
Pada bab observasi geologi pendukung ini, penulis mencoba memasukan kegiatan
observasi yang dilakukan sepanjang kuliah lapangan karangsambung minggu pertama tentang
semua hal geologi daerah penelitian. Data-data yang akan kami ssjikan mungkin akan lebih
berfungsi sebagai pelengkap dari penjelasan mengenai fisiografi, morfologi ataupun struktur
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Selain sebagi informasi pelengkap, ada juga beberapa
catatan dari beberapa lokasi yang belum disebutkan pada sub bab sebelumnya yang menurut
pandangan penulis merupakan hasil observasi yang cukup penting dalam pelaporan untuk
mempelajari geologi daerah Karangsambung. Dalam penyajiannya, penulis mencoba
menyajikan observasi geologi tambahan ini dalam bentuk tabel diertai dengan foto-foto
lapangan jika ada. Berikut rincian lengkapnya pada tabel dibawah,
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
37. Observasi Geologi Karangsambung | 47
Tanggal : 25 Mei 2012
Tujuan : Pengenalan alat dan pengukuran lapisan + Geomorfologi daerah penelitian
Cuaca : Cerah
Lokasi Deskripsi
Terdapat bongkah batugamping numulites yang memiliki struktur
perlapisan dengan arah N3190E/160NE. Batuan berwarna abu-abu
terang, memiliki fragmen berupa foraminifera numulites, semen
karbonatan, bentuk butir membundar, dan kemas terbuka.
Depan Kampus LIPI
Tidak jauh dari bongkah batugamping numulites ditemukan adanya
bongkah batu konglomerat yang memiliki struktur perlapisan dengan
arah N2130E/320SE. Batuan berwarna cokelat kehitaman, matriks
pasir, terdapat mineral berupa kuarsa susu dan batuan beku mafik,
bentuk butir membundar, kemas terbuka, pemilahan buruk, serta
ukuran butir kerakal.
Terdapat batulempung berwarna abu-abu dengan struktur ductile dan
berbentuk seperti kelokan. Juga terdapat batulempung yang
termilonitisasi menjadi batuan metamorf dengan proses
Kali Jebug
metamorfisme dinamik, berwarna abu-abu gelap.
Tidak jauh dari tempat ditemukannya batulempung, ditemukan
adanya batuan beku dengan struktur kekar kolom yang tegak lurus
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
38. Observasi Geologi Karangsambung | 48
terhadap bidang pendinginan, dengan arah struktur perlapisan 540,
N1620E.
Terdapat batu diabas yang berwarna abu-abu terang dengan
kandungan mineral berupa biotit, plagioklas, zeolit, dan piroksen.
Gunung Parang Memiliki kekar-kekar kolom dengan orientasi diantaranya 450,
N2440E; 600, N2400E; 550, N2350E; serta 700, N2480E.
(Gambar 2.3.3-3)
Penyelidikan dan observasi Geomorfologi. Pada penyelidikan ini
Wagir Sambeng menghasilkan sketa geomorfologi lembah antiklin Karangsambung.
(Gambar 2.3.4-4)
Tabel 2.3.5-1 Kegiatan Observasi geologi hari pertama
Tanggal : 26 Mei 2012
Tujuan : Observasi Sejarah dan Struktur Geologi daerah penelitian
Cuaca : Cerah
Lokasi Deskripsi
Terdapat batu serpentinit yang berwarna hijau, tekstur massif,
memiliki kilap dan struktur slicken side. Batuan asalnya merupakan
Pucangan
batuan beku ultramafik yang telah mengalami proses metamorphosis
yang berhubungan dengan air laut.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
39. Observasi Geologi Karangsambung | 49
Terdapat batu rijang yang berselang-seling dengan batu gamping dan
di bagian atasnya terdapat struktur lava bantal. Batu rijang berwarna
merah kehitaman dan memiliki kilap serta mengandung banyak
silica.
Juga terdapat batu basalt yang bertekstur afanitik, terdapat lubang-
lubang yang berisi mineral zeolit.
Lava bantal yang berada di atas perselingan batu gamping dan batu
rijang meiliki dip 600 dan fraktur pola radial.
Tidak jauh dari lokasi batu rijang-gamping ditemukan singkapan
batulempung-breksi. Singkapan tersebut merupakan singkapan blok
Kali Muncar
yang terfragmentasi dan terselimuti batulempung.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
40. Observasi Geologi Karangsambung | 50
Terdapat batu schist yang memiliki kilap mika, berfoliasi, dan
mengandung banyak kuarsa. Batuan ini berasal dari batuan sedimen
dengan kandungan kuarsa tinggi yang kemudian mengalami proses
metamorfisme yang terjadi karena pengaruh tekanan dan
temperature tinggi di daerah palung.
Kali Brengkok
Terdapat batu filit yang singkapannya hanya berada di bagian bawah
Tepi Sungai Luk Ulo
dekat sungai. Batu filit ini merupakan hancuran batupasir dengan
(Timur Bukit
komponen greywacke yang mengalami proses metamorfisme dengan
Pagerbako)
tekanan tinggi dan temperature rendah.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
41. Observasi Geologi Karangsambung | 51
Tabel 2.3.5-2 Kegiatan Observasi geologi hari kedua
Tanggal : 27 Mei 2012
Tujuan : Observasi Sejarah dan Struktur Geologi daerah penelitian
Cuaca : Cerah
Lokasi Deskripsi
Terdapat batu konglomerat berfragmen lempung yang menempel
pada batugamping numulites. Juga terdapat batupasir yang memiliki
bedding. Ditemukan adanya antiklin dimana pada batugamping
Kali Welaran numulites yang terletak di sebelah utara memiliki kedudukan
N550E/550NW sedangkan di sebelah selatan memiliki kedudukan
N530E/800SE.
(Gambar 2.3.4-6 dan Gambar 2.3.4-7)
Terdapat singkapan yang terdiri dari batu konglomerat, breksi,
Kali Welaran batugamping numulites, batupasir, dan batulempung. Terdapat gejala
Bagian Barat sesar pada singkapan tersebut. Di sekitar singkapan juga ditemukan
adanya batu schist.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
42. Observasi Geologi Karangsambung | 52
Terdapat bukit yang kemungkinan berupa intrusi/karbonat build up.
Ditemukan adanya kontak antara batulempung dan batugamping.
Untuk lempungnya, berdasarkan hasil analisa warnanya adalah abu
gelap. Terlihat adanya rekahan-rekahan kecil. Brittle. Mineral sedikit
kuarsa. Orientasi yang terukur N 300 E/60 SW.
Sedangkan untuk lapisan batugampingnya, karakteristiknya adalah
reff atau karang. Kemungkinan terbentuk dari coral. Mineral sedikit
yang terlihat adalah kuarsa dan mineral gelap seperti basalt.
Jatibungkus Orientasinya N 95 E/48 SW.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
43. Observasi Geologi Karangsambung | 53
Terdapat singkapan breksi volkanik berwarna kehitaman.
Sebenarnya kami tidak terlalu lama singgah di lokasi ini. Sebagian
besar waktu dihabiskan untuk sesi diskusi bersama dosen
pembimbing mengenai kemenerusan dan batas struktur formasi
waturanda dan totgan pada lembah antiklin Karangsambung.
(Gambar 2.3.4-5)
Waturanda
Kali Soka Pada lokasi ini dilakukan penyelidikan tentang lapisan yang terkena
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
44. Observasi Geologi Karangsambung | 54
struktur lipatan secara kompleks. Struktur lipatan yang ada selain
antiklin ditemukan juga sinklin dan bahkan struktur yang ada
dilengkapi juga dengan adanya sesar geser. Pembahasan lebih lanjut
mengenai ini bisa ditinjau pada sub bab Geologi Struktur.
(Gambar 2.3.4-8 dan Gambar 2.3.4-9)
Tabel 2.3.5-3 Kegiatan Observasi geologi hari ketiga
2.4 Pemetaan Geologi
Suatu observasi geologi biasanya terdiri dari banyak macam pengamatan geologi,
baik itu pengamatan akan strukturnya, morfologinya, lithologinya, sejarah pembentukannya,
pengendapannya, dan salah satu yang terpenting adalah pengamatan akan lapisan batuan
(lithologi) dan kemenerusannya pada suatu daerah. Pada Kuliah lapngan Karangsambung
2012 ini, kami para peseta field camp melakukan observasi geologi berupa observasi
petrologi. Sebagai seorang calon Geophysicist yang baik tentunya tidak hanya harus terlatih
dalam melakukan survey-survey geofisika dengan berbagai metode yang ada tetapi juga
harus mempunyai kapabilitas untuk melakukan observasi Geologi, secara tersistematika
dengan baik dan mampu menuangkan semua hasil observasi yang ada kedalam sebuah peta
geologi.
Dengan cara mendata informasi-informasi geologi yang kita temui sepanjang lintasan
misalnya singkapan beserta kedudukannya dll. Singkapan dapat diartikan sebagai bagian
dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang muncul dipermukaan akibat adanya pengikisan
lapisan tanah yang menutupinya. Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari)
pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
45. Observasi Geologi Karangsambung | 55
tinggi seperti aliran sungai, dinding lembah, puncak bukit dan hasil aktivitas manusia yang
mengakibatkan terbukanya singkapan seperti misalnya jalan dan sumur, tebing yang
ditambang batunya, dll. Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan
antara lain :
Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.
Pengukuran dan pengamatan struktur geologi (minor atau major) yang ada.
Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik,
tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi
endapan.
Tingkat dari ketelitian suatu peta geologi bergantung pada informasi geologi yang kita
dapatkan dan seberapa rapat data kita diambil kerapatan ini ditunjukan oleh skala pengerjaan
peta. Suatu peta dengan skala 1 : 25.000 sudah bisa dikatakan cukup teliti pada tahap
explorasi awal tetapi tidak cukup teliti untuk tahap penentuan prospek karena skala yang
dibutuhkan paling tidak 1:10.000, kesimpulannya ketelitian peta juga di pengaruhi oleh tahap
explorasi apa yang sedang kita kerjakan, dengan kata lain sesuai tujuan dan target yang ingin
dicapai.
Lintasan adalah hal yang penting dalam pemetaan geologi karena lintasan akan
mempengaruhi data yang kita dapat di lapangan. Lintasan memiliki dua tipe yaitu lintasan
terbuka dan lintasan tertutup lintasasan terbuka adalah lintasan yang memiliki titik awal dan
titik akhir yang berbeda sedangkan lintasan tertutup adalah lintasan yang titik awal dan akhir
nya yang sama. Untuk melakukan pemetaan geologi yang efektif maka hal paling awal yang
harus kita perhatikan adalah pemilihan lintasan pemetaan. Penentuan lintasan ini sebaiknya
dilakukan setelah kita mengetahui dengan jelas kondisi geologi regional dan morfologi dari
daerah tersebut agar informasi-informasi yang kita dapat saat survey pemeetaan nanti dapat
meng-cover kondisi geologi di tempat tersebut dengan baik. Lintasan yang baik adalah
lintasan yang memotong perlapisan bukan yang sejajar dengan perlapisan agar didapat variasi
lithologi batuan, untuk mendapatkannya biasanya lintasan dibuat mengikuti arah aliran
sungai atau jalur-jalur kikisan dikarenakan jalur kikisan ini biasanya memotong perlapisan.
Sedangkan jalur yang sejajar dengan perlapisan gunanaya untuk menentukan kemenerusan
lapiasan tersebut. Dari data yang kita dapat dari lintasan nantinya kita akan menentukan
korelasi antar singkapan yang kita temukan dan menentukan batas satuan litologi. Kami
yakin bahwa peta geologi yang dibuat nantinya dapat menunjang interpretasi hasil data yang
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
46. Observasi Geologi Karangsambung | 56
didapat dari survey geofisika, tentunya data dan peta geologi disini akan berfungsi sebagai
data ikat. Oleh karena itu, pembuatan hasil observasi dalam bentuk sebuah peta geologi
menjadi sebuah hal penting dalam Kuliah Lapangan Karangsambung ini.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan tentang lokasi penelitian, untuk
daerah penelitian yang akan dipetakan dalam peta geologi pada Kuliah Lapangan
Karangsambung ini, kami melakukannya pada area selatan Gunung Paras, Gunung Bujil,
Desa Karangsambung. Luas area penelitian ini adalah sebesar ± 2,625 m2. Berikut peta
geologi yang kami jadikan sebagai dasar observasi petrologi dan pemetaan geologi pada
kuliah lapangan ini,
Gambar 2.4-1 Gambar peta geologi daerah penelitian yang digunakan dalam Kuliah
Lapangan Karangsambung 2012
Untuk gambaran garis besar teknik observasi petrologi dan pemetaan geologi yang
dilakukan, kami sebagai peserta field camp Karangsambung ditemani dengan 5 (lima) orang
assisten dan seorang dosen pembimbing, yaitu Dr. I Gusti Bagus Eddy Sucipta, ST, MT.
melakukan pemetaan geologi selama 3 hari pada daerah penelitian (lihat Tabel 1.4-1). Untuk
pemetaan geologi secara mandiri, seluruh peserta kuliah lapangan dibagi kedalam 4
kelompok besar dan ditemani oleh assiten untuk melakukan observasi petrologi dan pemetaan
geologi pada suatu lintasan yang telah ditentukan. Lintasan jalan ditentukan oleh tim dosen
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
47. Observasi Geologi Karangsambung | 57
dan assisnten yang merupakan zona yang bisa merepresentasikan jenis-jenis lithologi yang
ada di daerah penelitian. Keempat lintasan itu adalah Kali Wuluh, Kali Jebug, Kali Salak, dan
Daerah Bujil, sementara Kali Plikon dipakai untuk observasi terpadu pada hari pertama
pemetaan geologi oleh semua peserta. Jika tiap kelompok sudah melakukan penyelidikan
pada daerah targetnya masing-masing maka mereka boleh melakukan observasi dan
pemetaan ke daerah lain sesuai dengan keperluan. Lalu pada akhirnya dat, catatan dan
pemetaan yang dilakukan oleh semua kelompok digabung untuk saling mengkoreksi dan
melengkapi sehingga nantinya dapat dibuat sebuah peta geologi yang diharapkan. Dengan
metoda pemetaan yang seperti itu, kami sebagai tim penulis berpendapat bahwa penyajian
data-data dan penjelasan akan observasi petrologi da pemetaan geologi yang akan kami
sajikan selanjutnya akan kami bagi pembahasannya kedalam beberapa bagian berdasarkan 4
daerah/lintasan pemetaan geologi yang telah disebutkan. Berikut rincian dari pemetaan
geologi beserta foto-foto lapangan yang ada pada tiap lintasan jalan observasi dan pemetaan
geologi di daerah penelitian,
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
48. Observasi Geologi Karangsambung | 58
Lintasan Observasi & Pemetaan Kali Jebug
Daerah : Daerah sepanjang Sungai Kali Jebug dan sekitarnya
Tujuan : Observasi petrologi dan pemetaan geologi
Cuaca : Cerah
Peta Kerja :
No Sketsa/Foto Deskripsi
Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Lempung
Deskripsi : Terdapat singkapan
lempung. Berwarna abu abu. Sebagian
besar kompak dengan mineral
lempungan.
JB01
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
49. Observasi Geologi Karangsambung | 59
Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Basalt
Deskripsi : Terdapat singkapan batuan
beku basalt afanitik. Berwarna abu abu
gelap dan mengandung mineral mafik.
JB02
Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Basalt
Deskripsi : Terdapat singkapan batuan
beku basalt, dengan ciri hampir sama
dengan singkapan JB02, afanitik
berwarna abu abu gelap dan
JB03
mengandung mineral mafik.
Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Basalt Andesit
Deskripsi : Terdapat batuan basalt
andesit afanitik yang merupakan
bongkahan batuan beku. Berwarna abu
abu gelap dan mengandung mineral
JB04
mafik. Terdapat batuan yang
berstruktur amigdaloid.
Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Basalt Andesit
Deskripsi : Terdapat singkapan batuan
beku basalt andesit, dengan tekstur
afanitik, berwarna abu abu gelap dan
mengandung mineral mafik.
JB05
JB06 Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Breksi
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
50. Observasi Geologi Karangsambung | 60
Deskripsi : Terdapat breksi dengan
matriks pasir , fragmen batuan beku
lapuk terdapat rekahan yang terisi
kalsit, matrix pasir berwarna coklat
dengan kemas terbuka dan butiran
menyudut.
Lokasi : Kali Jebug Singkapan : Breksi berfragmen beku
Deskripsi : Terdapat breksi dengan
matriks pasir, dengan adanya
perselingan batuan breksi dan batuan
pasir kasar. Batuan breksi berwarna
JB07
kecoklatan dan mengandung fragmen
yang berupa batuan beku.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
51. Observasi Geologi Karangsambung | 61
Lintasan Observasi & Pemetaan Kali Wuluh
Daerah : Daerah sepanjang Sungai Kali Wuluh dan sekitarnya
Tujuan : Observasi petrologi dan pemetaan geologi
Cuaca : Cerah
Peta Kerja :
No Sketsa/Foto Deskripsi
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batulempung
Deskripsi : Singkapan batu lempung
berwarna abu-abu kehijauan
kekompakan baik butir lempung
lanauan kemas tertutup sorting baik,
WU01
porositas dan permebilitas baik scaly
clay kondisi segar ada fragmen
karbonatan.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
52. Observasi Geologi Karangsambung | 62
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Kontak lempung
Deskripsi : Ditemukan singkapan yang
terdapat kontak antara batulempung
dengan batulempung karbonatan yang
berwarna lebih terang lebih keras
WU02
dengan kedudukan N31E/11SE
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Kontak lempung
Deskripsi : Ditemukan singkapan yang
masih relatif sama dengan singkapan
di stasiun WU 02.
WU03
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batulempung
Deskripsi : Singkapan batulempung.
Warna kuning. Kompak. Mengandung
tuff. Kondisi singkapan Segar.
WU04
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batupasir
Deskripsi : Terdapat boulder batu
pasir. Warna coklat kehijauan. Struktur
parallel laminasi. Besar butir pasir
halus. Kompak. Permeabilitas baik.
WU05
Ada fragmen batuan beku dan breksian.
Kemas terbuka. N 35 E/21 NW.
WU06 Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batulempung
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
53. Observasi Geologi Karangsambung | 63
Deskripsi : Singkapan batulempung.
Berwarna kuning. Scaly clay. Bagian
bawahnya lunak bagian atasnya keras.
Struktur laminasi. Kedudukan batuan.
N 7 E/51 SE. Terdapat efek bakar.
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batu beku
Deskripsi : Singkapan batuan beku.
Warna hitam. Struktur vasikuler.
Afanitik. Ada lava bantal berwarna
hitam dibagian atasnya.
WU07
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batulempung
Deskripsi : Singkapan batu lempung.
Berwarna kuning. Struktur laminasi.
Kedudukan batuan N 10 E/27 SE; N
354 E/35 NE; N7 E/30 SE;
WU08
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batulempung
Deskripsi : Singkapan batu lempung.
Fragmental : batupasir warna abu-abu.
Butir pasir halus. Kompak dan masif.
Ada fragmen karbonatan. Kedudukan
WU09
N 75 E/42 SE.
WU10 Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Bidang sesar
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
54. Observasi Geologi Karangsambung | 64
Deskripsi : Bidang sesar dengan
ditandai ditemukannya slicken slide.
Orientasi N 195 E/49 SE. Ditemukan
pada singkapan pillow lava. Warna
abu-abu. Afanitik. Basalt.
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Lempung bersisik
Deskripsi : Terdapat singkapan batu
lempung atau scaly clay. Dan ada
slicken slide. Warna bau-abu gelap.
Getas. Segar. Non-karbonaan.
WU11
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Lava diabas
Deskripsi : Terdapat otobreksi lava
diabas. Warna abu gelap. Ditemukan
juga urat kalsit. Mineral olovine dan
plagioklas. Kilap kaca. Intrusif.
WU12
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Lava diabas
Deskripsi : Terdapat otobreksi lava
diabas. Warna abu gelap. Ditemukan
juga urat kalsit. Mineral olovine dan
plagioklas. Kilap kaca. Intrusif.
WU13
WU14 Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Diabas
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
55. Observasi Geologi Karangsambung | 65
Deskripsi : Ditemukan singkapan
batuan beku diabas. Warna abu gelap.
Struktur garis. Kedudukannya 26, N 35
E. Terkekarkan dengan kuat. Masif.
Urat terisi kalsit.
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Greywacke
Deskripsi : Singkapan batu pasir.
Greywacke. Warna abu-abu gelap.
Struktur reverse gradded bedding.
Terdapat sisipan batu lempung.
WU15
Fragmen batuan breksi. Ukuran pasir
sedang. Menyudut. N 321 E/35 SE
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Greywacke
Deskripsi : Singkapan batu pasir.
Greywacke. Warna abu-abu gelap.
Struktur reverse gradded bedding.
Terdapat sisipan batu lempung.
WU16
Fragmen batuan breksi. Ukuran pasir
sedang. Mud-drift. N 327 E/15 NE
Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Batupasir fragmental
Deskripsi : Ditemukan singkapan batu
pasir berfragmen lempung. Namun
lempung seperti tererosi membentuk
struktur vasIkuler. Mud-drift.
WU17
WU18 Lokasi : Kali Wuluh Singkapan : Breksi
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
56. Observasi Geologi Karangsambung | 66
Deskripsi : Ditemukan singkapan
breksi. Berwarna coklat. Kemas
terbuka. Fragmen batuan beku. Matriks
batu pasir.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
57. Observasi Geologi Karangsambung | 67
Lintasan Observasi & Pemetaan Kali Salak
Daerah : Daerah sepanjang Sungai Kali Salak dan sekitarnya
Tujuan : Observasi petrologi dan pemetaan geologi
Cuaca : Cerah
Peta Kerja :
No Sketsa/Foto Deskripsi
Lokasi : K. Salak Singkapan : Breksi
Deskripsi : Terdapat breksi dengan
matrix pasir , fragmen batuan beku
lapuk terdapat rekahan yang terisi kalsit
dimensi 4 x 2 m, matrix pasir berwarna
SA01
coklat dengan kemas terbuka dan
butiran menyudut.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
58. Observasi Geologi Karangsambung | 68
Lokasi : K. Salak Singkapan : Breksi
Deskripsi : Terdapat singkapan Breksi
Matrix pasir fragmen breksi batuan
lapuk kedududkan N45E, matriks lebih
halus dari pada singkapan 1, fregmen
SA02
batuan beku, matrix lanau.
Lokasi : K. Salak Singkapan : Batuan beku
Deskripsi : Terdapat singkapan batuan
beku , warna abu-abu terang afanitik
basalt berselingan dengan batupasir,
kompak, semen non karbonatan.
SA03
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Deskripsi : N 15 E/60 SE dan
disebelah selatannya, N 245 E/71 NW.
Warna abu kehijauan. Lapuk. Fragmen
breksi. Laminasi pasir.
SA04
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lapisan lempung
Deskripsi : parallel laminasi lempung
pasir. Warna abu-abu kehijauan. N 45
E/86 SE.
SA05
SA06 Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
59. Observasi Geologi Karangsambung | 69
Deskripsi : warna kehijauan. Bereaksi
dengan HCl. Lapuk.
Lokasi : K. Salak Singkapan : Pasir-lempungan
Deskripsi : Terdapat singkapan
Perselingan lempung pasir dengan
kedududkan N 38 E/55 NW.
SA07
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Deskripsi : warna abu kehijauan.
Sisipan pasir. Fragmen gelas. N 64
E/60 SE.
SA08
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Deskripsi : warna abu-abu kehijauan.
Semen karbonatan.
SA09
SA10 Lokasi : K. Salak Singkapan : Pasir-lempungan
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
60. Observasi Geologi Karangsambung | 70
Deskripsi : N 235 E/85 NW.
perselingan pasir lempung. Butir pasir
> 2cm.
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Deskripsi : warna abu-abu terang.
Terlihat seperti slicken slide.
SA11
Lokasi : K. Salak Singkapan : Batuan beku
Deskripsi : afanitik. Warna hiatm
keabuan. Ada berbatasan dengan
lempung yg terasa lebih keras, mungkin
efek bakar. N 230 E/68 NW.
SA12
Lokasi : K. Salak Singkapan : Batuan beku
Deskripsi : afanitik. Warna bau-abu
kehitaman. Vesikuler.
SA13
SA14 Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
61. Observasi Geologi Karangsambung | 71
Deskripsi : terlihat ada kontak batuan
beku. N 30 E/78 SE.
Lokasi : K. Salak Singkapan : Sesar
Deskripsi : N 130 E -. Bidang strike
sesar.
SA15
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Deskripsi : N 43 E/78 NW.
SA16
Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Deskripsi : N 140 E/68 SW.
fragmennya yang terlihat besarnya
seperti pasir.
SA17
SA18 Lokasi : K. Salak Singkapan : Lempung
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
62. Observasi Geologi Karangsambung | 72
Deskripsi : warna abu-abu kehijauan.
Brittle. Orientasi tidak jelas terlihat.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
63. Observasi Geologi Karangsambung | 73
Lintasan Observasi & Pemetaan Kali Plikon + Gunung Bujil
Daerah : Daerah sepanjang Sungai Plikon, Gunung Bujil dan sekitarnya
Tujuan : Observasi petrologi dan pemetaan geologi
Cuaca : Cerah
Peta Kerja :
No Sketsa/Foto Deskripsi
Lokasi : Banjarsari Singkapan : Lempung
Deskripsi : warna abu gelap. Ukuran
butir lempung. Memiliki unsur
karbonatan di fracturenya. Semen tidak
terobservasi. Brittle. Segar. Terlihat ada
BJ01
slicken slide. Beberapa bagian terlihat
sebagai lempung-lanauan.
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012
64. Observasi Geologi Karangsambung | 74
Lokasi : Banjarsari Singkapan : Lempung
Deskripsi : warna abu-abu. Ukuran
butir lempung. Fracture terlihat jelas.
Orientasi sulit dilihat. Brittle.
Singkapan segar.
BJ02
Lokasi : K. Plikon Singkapan : Batuan beku
Deskripsi : abu-abu. Fanerik. Euhedral.
Mafik. Mineral plagioklas, mika dan
kuarsa.
Pl01
Lokasi : K. Plikon Singkapan : Lempung.
Deskripsi : N 270 E/85 NE. Abu-abu.
Butir lempung. Porositas jelek. Fracture
terlihat. Kekompakan buruk. Singkapan
segar. Dimensi 1x1m.
PL02
Lokasi : K. Plikon Singkapan : Lempung-lanau
Deskripsi : Singkapan segar. Dimensi
3x1.5m. N 270 E/72 N. Warna abu
kehijauan. Butir lanau + lempungan.
Porositas jelek. Kompak.
PL03
PL04 Lokasi : K. Plikon Singkapan : Kontak lempung - alluvial
Fajar N.Jodi C.Rafi A.Yuny F – TG2009
Kuliah Lapangan Karangsambung 2012