1. Dokumen menjelaskan asal usul suku Minangkabau dan sejarah Sumatera Barat. Suku Minangkabau berasal dari desa Minangkabau di Tanah Datar yang dinamai dari peristiwa adu kerbau. Masyarakatnya hidup sebagai petani, nelayan, dan pedagang.
2. Masyarakatnya menganut sistem kekerabatan matrilineal dan budaya merantau. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Minangkabau.
3. Asal Mula dan Sejarah Suku Minangkabau
Siapa yang tidak mengenal suku minang? Suku ini
merupakan salah satu suku yang terkenal dengan cerita
rakyatnya yang begitu melegenda di seluruh tanah air.
Suku Minang berada di Sumatera Barat sebagai salah
satu provinsi yang terletak di sepanjang pesisir pulau
Sumatera. Padang sebagai ibu kota Sumatera Barat
dikenal dengan masakannya yang khas dan dominan
bumbu asli dari rempah-rempah Indonesia. Provinsi
dengan jumlah penduduk 4.846.909 jiwa ini memang
dominan di huni oleh masyarakat yang beretnis Minang,
karena itu wajar saja jika Sumatra Barat dikenal lewat
suku Minangkabau. Namun provinsi yang begitu elok ini
tentu memiliki sejarah tersendiri. Bagaimana asal-usul
Sumatra Barat?
4. Melirik sejarah singkat Minangkabau, merupakan salah satu desa yang berada di kawasan Kecamatan
Sungayang, Tanah Datar, Sumatera Barat. Desa tersebut awalnya merupakan tanah lapang. Namun
karena adanya isu yang berkembang bahwa Kerajaan Pagaruyung akan di serang kerajaan Majapahit
dari Provinsi Jawa maka terjadilah peristiwa adu kerbau atas usul kedua belah pihak. Kerbau tersebut
mewakili peperangan kedua kerajaan. Karena kerbau Minang berhasil memenangkan perkelahian maka
muncul kata manang kabau yang selanjutnya di jadikan nama Nagari atau desa tersebut. Upaya
penduduk setempat mengenang peristiwa bersejarah tersebut, penduduk Pagaruyung mendirikan
sebuah rumah loteng (rangkiang) dimana atapnya mengikuti bentuk tanduk kerbau. Menurut sejarah,
rumah tersebut didirikan di batas tempat bertemunya pasukan Majapahit yang di jamu dengan hormat
oleh wanita cantik Pagaruyung. Situasi masyarakat saat itu umumnya hidup dengan cara berdagang,
bertani sawah, hasil hutan dan mulai berkembang pertambangan emas. Beberapa pernyataan timbul
bahwa alat transportasi yang digunakan untuk menelusuri dataran tinggi Minangkabau adalah kerbau.
Alasan menggunakan kerbau karena agama yang dipercaya pada waktu itu di ajarkan untuk menyayangi
binatang gajah, kerbau, dan lembu. Karena ajaran tersebut mereka menggunakan kerbau sebagai masyarakat
dengan adu kerbau.
5. Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi
Berdasarkan arah utara ke selatan, Provinsi Sumatra Barat adalah salah satu provinsi yang berada di wilayah
tengah pulau Sumatra. Wilayah provinsi Sumatra Barat meliputi dataran utama di sebelah barat pulau Sumatra serta
beberapa pulau yang termasuk dalam kepulauan Mentawai, antara lain pulau Siberut, pulau Sipora, pulau Pagai
Utara, dan pulau Pogai Selatan.
Provinsi Sumatra barat memiliki perbatasandarat dengan 4 provinsi. Di sebelah Selatan, Provinsi Sumatra Barat
memiliki garis perbatasan darat yang panjang dengan Provinsi Jambi dan garis perbatasan darat yang pendek dengan
Provinsi Bengkulu. Di sebelah timur,Sumatra Barat memiliki garis perbatasan darat yang panjang dengan provinsi
Riau. Di sebelah Utara, Provinsi Sumatra Barat berbatasan dengan Sumatra Utara. Garis pantai terdapat di sisi Barat,
yaitu berbatasan dengan Samudra Hindia. Kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatra Barat terdapat di wilayah
pantai ini. Kepulauan Mentawai yang terdapat cukup jauh di lepas pantai berjajar searah dengan garis pantai daratan
utama dan menjadi penghalang terpaan ombak besar dari samudra Hindia. Ini menyebabkan perairan laut antara
kepulauan Mentawai dan daratan utama provinsi Sumatra Barat merupakan perairan laut yang cukup tenang. Kondisi
ini cukup mendukung sektor pariwisata dan perikanan di wilayah ini. Perairan tenang dapat dilayari dengan aman
serta banyak kehidupan laut menjadikan perairan di wilayah ini sebagai habitat utama.
6. Bentang daratan Sumatra Barat didominasi
oleh perbukitan dan pegunungan. Wilayah
daratan tinggi dan pegunungan, termasuk
kawasan Bukit Barisan merupakan daerah
terluas di Sumatra Barat merupakan
perbukitan dan pegunungan yang memiliki
lereng-lereng yang terjal, terutama lereng-
lereng perbukitan dan pegunungan di
sebelah Barat yang menghadap ke
samudra Hindia.
7. Wilayah, Suku dan Bahasa yang digunakan Sumatera Barat
Penduduk Sumatera Barat dihuni oleh mayoritas suku Minangkabau. Selain suku Minang, di wilayah Pasaman
di huni oleh suku Mandailing dan suku Batak. Awal munculnya penduduk suku tersebut pada abad ke-18 masa
Perang Paderi. Daerah Padang Gelugur, Lunang Silaut, dan Sitiung yang merupakan daerah transmigrasi terdapat
juga suku Jawa. Sebagian di daerah tersebut terdapat penduduk imigran keturunan Suriname yang kembali
memilih pulang ke Indonesia pada akhir 1950-an. Para imigran tersebut di tempatkan di daerah Sitiung. Mayoritas
penduduk suku Mentawai juga berdomisili di kepulauan Mentawai dan sangat jarang di temui penduduk suku
Minangkabau. Beberapa suku lainnya seperti etnis Tionghoa memilih menetap di kota-kota besar seperti
Bukittinggi, Padang, dan Payakumbuh. Suku Nias dan Tamil sendiri berada di daerah Pariaman dan Padang
walaupun dalam jumlah yang sedikit. Di masa PRRI, provinsi Sumatera Tengah mengalami perpecahan yang di
sebabkan adanya peraturan perundangan nomor 19 tahun 1957. Sumatera Tengah di jadikan 3 provinsi yaitu Riau,
Jambi, dan Provinsi Sumatera barat. Kerinci yang sebelumnya masuk dalam bagian Kabupaten Pesisir Selatan
Kerinci, dimasukkan ke dalam Provinsi Jambi menjadi kabupaten sendiri. Untuk wilayah Rokan Hulu, Kampar, dan
Kuantan Singingi digabungkan ke wilayah Riau. Bahasa yang umumnya di gunakan bagi penduduk Sumatera Barat
adalah bahasa Minangkabau. Bahasa tersbut dipakai dalam percakapan sehari-hari yang memiliki dialek seperti,
dialek Pariaman, dialek Payakumbuh, dialaek Pesisir Selatan, dan dialek Bukittinggi. Sementara itu bahasa
Mentawai mayoritas digunakan di kepulauan Mentawai juga. Bahasa batak yang berdialek Mandailing digunakan di
wilayah Pasaman Barat dan Pasaman perbatasan Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera
Barat tahun 1958, ibu kota Sumatera Barat yang dulunya di Bukittinggi kemudian dipindahkan ke daerah Padang.
8. Bahasa Minangkabau
Bahasa Minangkabau (bahasa Minang: baso Minang) adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa
Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau sebagai bahasa ibu khususnya di provinsi Sumatera Barat
(kecuali kepulauan Mentawai), pantai barat Aceh dan Sumatera Utara, bagian barat provinsi Riau, bagian
utara Jambi dan Bengkulu, serta Negeri Sembilan, Malaysia. Bahasa Minang dihipotesiskan sebagai
bahasa Melayik, seperti halnya Bahasa Banjar, Bahasa Betawi, dan Bahasa Iban.
Sempat terdapat pertentangan mengenai hubungan Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu.
Sebagian pakar bahasa menganggap Bahasa Minangkabau sebagai salah satu dialek Melayu, karena
banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tutur di dalamnya. Sementara yang lain justru beranggapan
bahwa bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Bahasa Melayu.
Kerancuan ini disebabkan karena Bahasa Melayu dianggap satu bahasa. Kebanyakan pakar kini
menganggap Bahasa Melayu bukan satu bahasa, tetapi merupakan satu kelompok bahasa dalam rumpun
bahasa Melayik. Dimana Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang ada dalam kelompok
Bahasa Melayu tersebut.
9. Bahasa Minang masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau, baik yang berdomisili
di Sumatera maupun di perantauan. Namun untuk masyarakat Minangkabau yang lahir di perantauan, sebagian besar
mereka telah menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari.
Secara historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung
yang berpusat di pedalaman Minangkabau. Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang atau Tambo
Minangkabau berikut ini:
Dari Sikilang Aia Bangih
Hinggo Taratak Aia Hitam
Dari Durian Ditakuak Rajo
Hinggo Aia Babaliak Mudiak
10. Sistem mata pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Bagi yang
tinggal di pinggir laut mata pencaharian utamanya menangkap ikan. Seiring dengan
perkembangan zaman, banyak masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota
besar. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini.
Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan
adalah kain songket. Hasil kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari
Minangkabau. Kerajinan tangan: kerajinan perak bakar dari Koto Gadang, sebuah desa
dekat Bukittinggi dan kain songket dari Silukang, sebuah desa dekat Sawah Lunto.
Bercocok tanam: bersawah, menanam sayur mayur untuk perdagangan
Berdagang. Kehidupan perdagangan di Minangkabau kebanyakan dikuasai oleh penduduk
Minangkabau sendiri.
11. Organisasi Sosial
Orang Minang terkenal sebagai penganut Islam yang taat dengan prinsip keturunannya menganut sistem
matrilineal. "Unsur tersebut berfungsi sebagai roda yang menggerakkan dan mengatur kehidupan sosial orang Minang di
daerahnya,". Selain sebagai penganut Islam dan sistem matrilineal, ada satu lagi yang menjadi kekhasan orang Minang
yaitu Budaya Merantau, walaupun ada etnik lain di Indonesia yang juga mempunyai budaya merantau seperti orang
Bugis, orang Banjar, orang Batak, dan orang Madura. "Orang Minang merantau erat kaitannya dengan sistem matrilineal
yang terjalin dalam sistem sosialnya,".
Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat
istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali nan Tigo Sapilin.
Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau
yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.
Sistem sosial masyarakat Minangkabau yang matrilineal, yaitu suatu sistem sosial yang mengikuti garis keturunan
dari pihak ibu. Suatu sistem sosial yang termasuk langka didunia ini sehingga menarik minat para ahli dan peneliti.
Sistem matrilineal menurut ahli antropologi merupakan suatu sistem sosial masyarakat tertua yang telah lahir jauh
sebelum lahirnya sistem patrilineal yang berkembang sekarang.
Sistem ini akan tetap kuat dan berlaku dalam masyarakat Minangkabau sampai sekarang, dia tidak akan mengalami
evolusi, sehingga menjadi sistem patrilineal. Sistem ini menjadi langgeng dan mapan karena sistem ini memang sejiwa
dengan adat Minangkabau yang universal, yang meliputi seluruh segi kehidupan manusia, baik kehidupan secara
individu maupun kehidupan bermasyarakat.
12. 1.Keturunan dihitung menurut garis ibu
2.Suku dibentuk menurut garis ibu
3.Pembalasan dendam merupakan tata kewajiban bagi seluruh suku
4.Kekuasaan di dalam suku, menurut teori terletak di tangan ibu tetapi jarang dipergunakan.
5.Tiap-tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar suku
6.Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-lakinya.
7.Perkawinan bersifat matrilokal yaitu suami mengunjungi rumah istri
Garis keturunan dan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi inti dari sistem kekerabatan matrilineal ini adalah
“paruik”. Setelah masuk islam di Minangkabau disebut kaum. Kelompok sosial lainnya yang merupakan pecahan dari
paruik adalah “jurai”.
Interaksi sosial yang terjadi antara seseorang, atau seseorang dengan kelompoknya, secara umum dapat dilihat pada
sebuah kaum. Pada masa dahulu mereka pada mulanya tinggal dalam sebuah rumah gadang. Bahkan pada masa dahulu
didiami oleh berpuluh-puluh orang. Ikatan batin sesama anggota kaum besar sekali dan hal ini bukan hanya didasarkan
atas pertalian darah saja, tetapi juga di luar faktor tersebut ikut mendukungnya.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan yang berkaitan dengan perkawinan ini adalah sebagai berikut:
1.Inisiatif datang dari pihak keluarga perempuan
2.Calon menantu cenderung dicari hubungan keluarga terdekat
3.Setelah perkawinan suami tinggal di rumah isteri
Tali kekerabatan antara keluaraga istri dengan keluarga rumah gadang suami setelah perkawinan dan juga
sebaliknya.
Sistem kekerabatan di Minangkabau adalah sebagai berikut:
13. Dalam sistem pengerahuan masyarakat Minangkabau sangat berkaitan erat dengan pola keturunan dan pewarisan
adat, suku Minang menganut pola matrilineal, yang mana hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia
menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh
agama Islam yang menjadi anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang,
dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang
diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang
diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam.
Suku Minang terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia
bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama,
pengajar, jurnalis, dan pedagang. Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (3% dari penduduk Indonesia),
Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khusus
tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang.
Sistem Pengetahuan
14. Kesenian
Kesenian Minangkabau bertempatan asli di Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. bermacam-macam yang disesuaikan
rupanya dari berbagai daerah bahagian di Sumatra Barat. Keelokan dan kebanyakan kesenian Minangkabau ini
merupakan warisan yang dapat menyokong dan melengkapi kesenian lain yang banyak berada di Indonesia.
Kesenian-kesenian ini berupakan tari-tarian yang terdiri dari Tari Piring, Tari Randai, Tari Indang, Tari Payung, dan
lain-lain. Selain itu ada kesenian pantun dan sambah-manyambah. Ada kesenian musik dengan alat musik Talempong,
Saluang, Gandang Tabuik, Rebana, dll. Ada kebusanaan seronok, dan sebagainya.
Kesenian ini sudah menjalar ke daerah lain di Indonesia bahkan sampai ke Negeri Sembilan, Malaysia. Khazanah
kesenian dan kebudayaan Minangkabau telah terkenal dan boleh sebati dalam suku-suku lain di Indonesia seperti
Melayu, Betawi, Sunda, Jawa, dll karena perantauan dan perkawinan yang bersangat-sangat semenjak dahulu yang
dianggarkan mula abad ke-15 dari Kerajaan Pagaruyung hingga termasuk ke Kerajaan Malaka.
Minangkabau memiliki alat musik khas. Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi tari-tarian.
15. • Alat musik tiup :
1. Saluang
Saluang terbuat dari bambu, kira-kira panjangnya 70 meter dan
berdiameter 3 centimeter. Memiliki tiga atau empat lubang
nada. Fungsinya untuk mengiringi dendang.
2. Bansi
si juga terbuat dari bambu. Ukurannya lebih kecil dari bahan
saluang. Panjangnya sekitar 15 cm. Diameternya sekita 2 centi
meter dan memiliki sampai enam lubang nada. Ujung tanpa
buku disumbat dengan kayu. Pada sumbatan itu dibuat celah
untuk meniup sehingga menghasilkan bunyi. Nada yang
dihasilkannya sangat indah, melodius dan lagunya melankolis.
Bansi juga dapat digunakan untuk mengiringi dendang dan bisa
dimainkan secara instrumentalia.
16. 3. Pupuik tanduak
terbuat dari tanduk kerbau yang dibersihkan. Bagian ujungnya
dipotong rata dan berfungsi sebagai tempat meniup. Bentuknya
mengkilat dan hitam bersih. Fungsinya lebih pada alat
komunikasi. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau
tari. Dahulu digunakan untuk aba-aba pada masyarakat
misalnya pemberitahuan saat subuh dan magrib atau ada
pengumuman dari pemuka kampung.
• Alat musik pukul :
1. Talempong
Talempong terbuat dari bambu, kayu, dan logam. Cara
memainkannya ada dua macam. Pertama, dengan cara meneteng
atau memegang dua atau tiga talempong. Talempong ini
dinamakan Talempok Pacik. Kedua, meletakan talempong diatas
standar. Talempong ini dinamakan Talempong Duduak.
Talempong dapat, digunakan untuk mengiringi nyanyi atau
dendang dan dapat dimainkan secara instrumentalia
17. 2. Canang dan Gong
Gong dan Canang terbuat dari logam. Ukuran gong lebih besar
dari talempong, bentuknya sama dengan talempong. Canang
lebih besar dari talempong dan lebih kecil dari gong. Fungsinya
lebih banyak sebagai alat komunikasi ketimbang alat musik.
Canang biasanya dipukul keliling kampung sebagai imbauan
kepada masyarakat jika ada acara baralek atau pernikahan dan
sebagainya.
3. Tambur 4. Rabano
18. • Alat musik gesek :
1. Rabab
Rabab (satu-satunya), Rebab terbuat dari tempurung kelapa yang paling besar. Tempurung tersebut ditutup dengan
kulit kambing. Batang nya dibuat dari bambu. Pada ujungnya dibuat alat peregang tali dari kayu. Antara ujung
(peregang tali) dengan pangkalnya direntang dua tali melalui permukaan kulit. Diatas kulit itu dipasang kuda-kuda,
sehinhha tali yang direntang itu menjadi tegang. Penggeseknya seperti penggesek biola. Adakalanya dibuat dari
ekor kuda dan adakalanya dari benang nilon. Pengesek dipasang pada sebatang rotan yang dibengkokkan. Untuk
mengatur nadanya digunakan tangan perebab. Rebab digunakan untuk meniringi dendang. Kadang-kadang
dikombinansikan dengan saluang
19. Kesenian lainnya yang ada disumatra barat ranah minang
SILAT
Silat adalah seni beladiri tradisional Minangkabau. Ada dua
macam:
1. Pencak silat, yaitu silat yang biasa digunakan untuk tari-tarian
pertunjukan. Pemainnya disebut anak silek. Pencak silat
dilakukan dua orang. Gayanya seperti gerakan silat, tapi tidak
untuk menciderai lawan, tetapi hanya sebagai hiburan.
2. Silat (silek), yaitu yang bertujuan untuk bela diri. Pesilat
disebut pandeka. Ia punya aturan sendiri, yaitu musuah indak
dicari, jikok basuo pantang diilakkan
20. RANDAI
Randai dilaksanakan dalam bentuk teater arena. Permainan
randai dilakukan dengan membentuk lingkaran, kemudian
melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan
cerita lewat nyanyian secara berganti-gantian. Cerita randai
biasanya diambil dari kenyataan hidup di tengah masyarakat.
Fungsinya sebagai seni pertunjukan untuk hiburan; sebagai
penyampai pesan, nasihat, dan pendidikan. Semua gerakan
randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, disebut
janang.
SEPAK RAGO
Sepak rago merupakan sebuah olahraga tradisional. Permainannya mirip sepak takraw.
Bedanya, bola sepak rago terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam dan berbentuk kubus.
Jumlah pemain antara 5 – 10 orang.
Dalam permainan sepak rago terdapat ajaran budi yang sangat tinggi, yakni seseorang dalam
kehidupan memang harus lebih banyak berdialog dengan dirinya sendiri, berdiskusi, berbuat
sesuatu untuk kesejahteraan hidupnya, dan tidak lupa bahwa ia berada di tengah masyarakat.
21. TARIAN RAKYAT
Tarian tradisional yang bersifat klasik di Minangkabau umumnya memiliki
gerakan aktif dinamis, namun tetap berada dalam alur dan tatanan yang
khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar
kepada alam. Oleh karena itu, dinamisme gerakan tari-tari tradisi
Minangkabau selalu merupakan perlambang dari unsur alam. Pengaruh
agama Islam, keunikan adat matrilineal, dan kebiasan merantau masyarakat
juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari
GAMAT
Gamat adalah kesenian Melayu yang melibatkan seni tari, seni
suara, dan seni musik. Gamat biasanya dimainkan dalam acara
keramaian. Jenis tari gamat yang terkenal adalah tari payung, tari
selendang, dan tari saputangan
22. Sistem Religi
Pada prinsipnya orang Minangkabau menganut agama Islam. Disamping meyakini kebenaran ajaran-ajaran Islam,
sebagian dari mereka masih percaya adanya hal-hal bersifat takhayul dan magis, misalnya : hantu-hantu jahat, kuntilanak,
tenung (menggasing) dsb. Untuk menolak kejahatan makhluk halus itu orang biasanya pergi ke dukun.
Dahulu ada upacara selamatan yang bermacam-macam, seperti : tabuik (peringatan Hasan Husein), khitan, katam
mengaji, dan upacara dalam rangka lingkaran hidup manusia dari lahir sampai mati. Misalnya : kekah, tedak siten,
selamatan kematian pada hari ke-7 sampa dengan hari ke-100.
Karena kuatnya pengaruh adat-istiadat, maka dalam praktek kehidupan beragama di dalam masyarakat banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan dari ajaran Islam yang sebenarnya. Maka timbullah gerakan kaum muda yang baru datang
dari Mekah yang membawa pengaruh wahabi untuk membersihkan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Akhirnya timbullah pertentangan yang hebat antara kaum adat yang ingin tetap bertahan pada adatnya dengan kaum
paderi yang ingin membersihkan ajaran Islam dari pengaruh adat yang menyimpang dari ajaran Islam.
Pertentangan itu kemudian pecah menjadi perang terbuka yang semakin meluas karena ditunggangi oleh penjajah
Belanda, yang kala itu mulai ingin menanamkan kekuasaannya di Sumatera Barat. itulah awal dari pecahnya Perang
Paderi yang berlangsung cukup lama, mulai tahun 1825 sampai 1837 dengan tokoh utama yang disegani, yaitu Tuanku
Imam Bonjol dari daerah Bonjo
Editor's Notes
Asal Mula dan Sejarah Suku Minangkabau
Sumatera Barat adalah Propinsi yang mempunyai sejarah panjang, dimana setiap sejarahnya mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.
Asal Usul Sumatera Barat
Siapa yang tidak mengenal suku minang? Suku ini merupakan salah satu suku yang terkenal dengan cerita rakyatnya yang begitu melegenda di seluruh tanah air. Suku Minang berada di Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang terletak di sepanjang pesisir pulau Sumatera. Padang sebagai ibu kota Sumatera Barat dikenal dengan masakannya yang khas dan dominan bumbu asli dari rempah-rempah Indonesia. Provinsi dengan jumlah penduduk 4.846.909 jiwa ini memang dominan di huni oleh masyarakat yang beretnis Minang, karena itu wajar saja jika Sumatra Barat dikenal lewat suku Minangkabau. Namun provinsi yang begitu elok ini tentu memiliki sejarah tersendiri. Bagaimana asal-usul Sumatra Barat?