Learning Journal Agenda I etika dan kepemimpinan pancasi fix jornal.docx
Perilaku tercela
1. PERILAKU TERCELA
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk yang sebaik-baiknya, bila
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain di dunia ini, manusia merupakan makhluk yang
paling baik bentuknya dan paling sempurna karena mempunyai akal. Bila dibandingkan
antara sesama manusia sendiri, maka di antara mereka ada kelebihan dan ada kekurangannya.
Tidak ada manusia yang paling sempurna bila dibandingkan dengan yang lain. Oleh
karenanya Allah SWT melarang manusia berlaku sombong karena di balik kelebihan yang
dimiliki, dia juga mempunyai kekurangan. Apalagi kelebihan yang dimiliki oleh manusia
adalah pemberian Allah SWT. Jadi, tidak ada alasan untuk sombong. Berikut ini merupakan
salah satu cerita Rasulullah saw. mengenai orang yang sombong :
Percakapan antara Surga dan Neraka
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Neraka
bercakap-cakap dengan surga, isi percakapan itu adalah :
Neraka berkata: Aku akan dimasuki oleh orang yang zalim dan takabur (sombong).
Syurga berkata: Aku akan dimasuki oleh orang yang lemah dan miskin.
Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada Neraka: Kamu adalah siksaan-Ku. Aku akan
menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki melaluimu. Allah berfirman: Aku gunakan kamu
untuk menimpakan bencana terhadap siapa saja yang Aku kehendaki. Allah berfirman pula
kepada surga: Kamu adalah rahmat-Ku. Aku akan berikan rahmat-Ku melalui kamu kepada
siapa saja yang Aku kehendaki. Kedua-dua dari kamu Aku akan isi hingga penuh.
Sebagai bekal yang lebih mendalam agar kita terdorong untuk selalu menghindari sifat
sombong (takabur), simaklah pembahasan berikut ini !
A. Pengertian Takabur
Takabur adalah menganggap rendah orang lain, merasa lebih dibandingkan dengan
orang lain. Biasanya di pengaruhi oleh kekayaan, kedudukan, kecantikan, ketampanan,
kepandaian, dan sebagainya. Takabur merupakan sebagian dari sifat tercela (madmunah),
yakni sifat yang mengingkari kebenaran, bahkan menganggap dirinya yang paling benar dan
selalu merendahkan orang lain.
Mendengar kata dan istilahnya saja secara spontan tentu merasakan bahwa sombong
merupakan perbuatan yang tidak menyenangkan. Dan siapapun tentu tidak senang bila
berhadapan, bergaul, bahkan berkawan dengan orang yang sombong. Tanyakan kepada diri
kalian masing-masing, apakah ada yang betah bersahabat dengan orang yang sombong ?
Tentunya tidak ada yang suka sama sekali.
Namun, di sisi yang lain disadari atau tidak, terkadang seseorang menampakkan sikap
angkuh dan sombongnya. Apabila sikap sombong ini hanya dilakukan sesekali, barangkali
orang yang di sekelilingnya belum memberikan predikat sebagai orang yang sombong.
Predikat sombong ini biasanya baru diberikan ketika perbuatan sombong itu berulang-ulang
kali dilakukan dan ditampakkannya, baik berupa sikap, perkataan, maupun cara bertingkah
laku.
2. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menghindarkan diri dari sifat dan
perilaku sombong ini. Teladan seorang muslim adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok
manusia yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun beliau tidak pernah sedikitpun
merasa lebih. Bahkan para pengikutnya pun dipanggilnya dengan sebutan “sahabat”. Sebutan
sahabat ini mempuyai makna tersirat yakni kesetaraan. Jadi, Rasulullah SAW sebagai
pemimpin yang mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari
para pengikutnya yang disebutnya dengan sahabat itu.
Berkaitan dengan sifat sombong ini Rasulullah SAW bersabda :
َلُجَّالر َّنِإ ٌلُجَر َلاَقَف ٍْربِك ْنِم ٍة َّرَذ ُلاَقْثِم ِهِبْلَق ْيِف َانَك ْنَم َةَّنَجْلا ُلُخْدَي َالًةَنَسَح ُهُلْعَن َو اًنَسَح ُهَب ْوَث َن ْوُكَي ْنَأ َّب ُِحيَلل َّنِإ َلاَق
)مسلم (رواه ِاسَّنال ُطْمَغ َو ِِّقَحْلا ُرْطَب ُْربِكْلا َو َلاَمَجْلا ُّب ُِحي ٌلْيِمَج
Artinya : “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya tersimpan sedikit saja
kesombongan. Lalu ada seorang sahabat berkata : sesungguhnya ada seseorang yang suka
berpakaian bagus dan sandalnya juga bagus. Rasulullah bersabda : sesungguhnya Allah itu
indah dan menyukai keindahan, sedangkan sombong itu menolak kebenaran dan
merendahkan orang”. (HR. Muslim).
Surat An-Nahl ayat 23 :
:النحل (سورة َين ِرِبْكَتْسُمْلا ُّب ُِحي َال ُهَّنِإ32)
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.”
Surat Al Mukmin ayat 60 :
ْوُلُخْدَيَس يِتَداَبِع ْنَع َن ْوُرِبْكَتْسَي َْنيِذَّلا َّنِإ:المؤمن (سورة َْني ِر ِاخَد َمَّنَهَج َن06)
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”
Sabda Rasulullah SAW :
ُلاَقْثِم ِهِبْلَق ىِف َانَك ْنَم َةَّنَجْلا ُلُخْدَيَال)مسلم (رواه ٍْربِك ْنِم ٍلَدَْرخ ْنِم ٍةَّبَح
Artinya : “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi
dari sifat kesombongan.” (HR. Muslim)
B. Bentuk-bentuk Takabur
Sombong ada dua macam, yaitu sombong lahir (takabur zahir) dan sombong batin
(takabur batin). Sombong lahir yaitu perbuatan sombong yang dilakukan oleh anggota badan
dan jelas terlihat. Sombong batin yaitu sifat kesombongan di dalam jiwa atau hati yang tidak
terlihat.
3. Orang yang sombong tidak memiliki perasaan untuk mencintai dan menyayangi
sesama saudaranya yang mukmin sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Orang yang
sombong banyak memiliki sifat yang buruk, misalnya merendahkan orang lain, pemarah,
pembohong, khianat, dan sebagainya. Orang yang sombong tidak segan-segan menggunakan
hal-hal yang buruk untuk mempertahankan kemuliaannya.
Rasulullah saw menjelaskan, bahwa ada dua macam sifat yang merupakan himpunan
dari sifat sombong, yaitu menolak kebenaran dan menghina orang lain, sebagaimana
sabdanya :
ِكْلَا)ابودودوالحكيم (رواه . َاسَّنال َطَمَغ َو َّقَحْلا َرَطَب ْنَم ُْرب
Artinya : “Sombong adalah (sifat) orang yang mengingkari kebenaran dan menghina orang
lain.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
Itulah sifat orang yang sombong, ia senantiasa menolak kebenaran yang dianggapnya
akan merugikan dirinya dan menghina atau merendahkan orang lain. Orang yang sombong
sering lupa diri; siapa dia, dari mana, dan hendak ke mana ia sebenarnya. Fir’aun adalah bukti
sejarah dari seorang yang sombong yang membanggakan pangkat dan kedudukannya sampai
mendaulat dirinya sebagai Tuhan. Perangai Fir’aun yang sombong itu benar-benar dan
terang-terangan menentang Tuhan.
Orang yang sombong telah merampas suatu sifat yang sebenarnya tidak pantas
disandangnya karena sifat itu hanyalah milik Allah SWT. Perilaku orang yang sombong
ibarat seorang budak yang mengambil mahkota raja, kemudian ia memakainya. Setelah itu ia
duduk di singgasana raja bertingkah seperti raja yang patut dihormati. Tentu saja sang raja
sangat murka terhadap budak yang kurang ajar itu dan menjatuhkan hukuman yang sangat
berat.
Banyak hal yang dapat memungkinkan seseorang terjerumus ke dalam kesombongan,
antara lain : keturunan, kekayaan harta, kepandaian atau ilmu pengetahuan, kedudukan,
kecantikan / ketampanan, kekuatan tubuh. Demikianlah banyak celah yang dapat menjadikan
seseorang bersifat sombong. Oleh sebab itu, hendaklah kita memohon kepada Allah agar
diberi petunjuk ke jalan yang benar dan terhindar dari sifat sombong.
C. Akibat Negatif Takabur
Sifat takabur adalah sifat tercela yang harus di jauhi oleh setiap mukmin, karena akan
berakibat sangat fatal di antaranya :
Tidak mau menerima kebenaran
Tidak menyadari bahwa segala keberhasilan yang diperolehbya adalah karunia Allah
Menganggap rendah pada orang lain
Setan sudah menguasai dirinya
4. Tidak pernah bersyukur kepada Allah
Dalam pergaulan tidak disenangi oleh orang lain
Di akhirat hanya di neraka tempatnya
D. Cara Menghindari Takabur
1. Memahami dan menyadari tentang bahaya takabur, baik bahayanya di dunia maupun
bahaya di akhirat nanti.
2. Menerima setiap nikmat maupun kelebihan yang dimiliki semata-mata karena karunia
Allah SWT.
3. Menyadari bahwa asal kejadian semua manusia adalah sama, yakni dari sel sperma dan
ovum. Yang mungkin manusia itu sendiri merasa jijik bila melihatnya. Kalau kemudian
menjadi makhluk yang sangat bagus bentuknya semua itu karena kehendak dan kasih
sayang dari Allah SWT, dan diri kita sendiri tidak pernah memesannya kepada Allah
SWT.
4. Berusaha untuk dapat bergaul dengan siapa saja denga baik, tanpa membeda-
bedakannya.
5. Segera mengikis benih-benih kesombongan di dalam hati yang setiap saat dihembuskan
oleh setan, dengan cara membaca istighfar manakala kita menyadari telah berbuat
sombong.
1. Sejak abad ke 7 – 8 M pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India sudah singgah di
wilayah Nusantara.
2. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan melalui jalur perdagangan, hubungan sosial
(perkawinan, politik) dan pengajaran (pesantren, tasawwuf, kesenian).
3. Penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh Walisongo, yaitu : Sunan Gresik, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus,
Sunan Kalijaga, Sunan Muria.
4. Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Indonesia adalah Samudera Pasai, Cirebon,
Giri, Ternate, Demak, Aceh Darussalam, Banten, Kutai, Buton, Palembang, Pajang,
Mataram, Goa, Banjar, Kotawaringin, Bima, Siak Sri Indrapura.
5. Agama Islam yang kita anut sekarang ini diturunkan di Tanah arab, yang letaknya
sangatlah jauh dari tempat kita hidup sekarang ini. Coba bayangkan seandainya tidak ada
orang yang mau membawa dan menyebarkan ajaran Islam dari tanah arab sampai ke negara
kita ini, tentulah kita akan menjadi orang yang hidup dalam kegelapan (jahiliyah). Pernahkah
kamu bersyukur kepada Allah dan kepada mereka (para suhada dan mubaligh) yang telah
mengorbankan waktu, harta, tenaga, dan bahkan nyawanya untuk sampainya Islam kepada
kita? Untuk itu, marilah kita senantiasa terus bersyukur kepada Allah dan tetap mendoakan
kepada para syuhada dan mubaligh agar mereka semua selalu dalam lindungan Allah swt. Di
samping itu kita berusaha untuk tetap menerima dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
dengan khusu’ dan istiqamah, diiringi usaha untuk menyebarkan kepada orang lain walaupun
sangat sederhana.
Dakwah : penyiaran ajaran Islam
Syiar : penyebaran ajaran Islam
Mubaligh : orang yang menyiarkan ajaran Islam
Syahid : orang yang mati dalam membela Islam
Jihad : memperjuangkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh
Tabayun : meminta penjelasan