3. MENU :
A. WUJUD ALLAH
B. TAUHIDULLAH
ALLAH SWT
C. MAKNA “LA
ILLAHA ILLALAH”
X
D. NAMA-NAMA SIFAT
ALLAh
4. A. WUJUD ALLAH
Wujud(ada)-nya Allah SWT adalah sesuatu
yang badihiyah.Badihiyah adalah segala
sesuatu yang kebenarannya perlu dalil
pembuktian,tetapi karena sudah sangat umum
dan mendarah daging maka kebenaran itu
tidak perlu lagi pembuktian
BACK TO MENU
6. 1. Dalil Fithrah
Allah SWT menciptakan manusia dengan
fithrah bertuhan,atau dengan kata lain setiap
anak manusia dilahirkan sebagai seorang
muslim
7. “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fithrah,maka bapak-ibu nyalah ( yang berperan)
mengubah anak itu menjadi seorang Yahudi,atau
Nasrani,atau Majusi…’’(HR.Bukhari).
kesimpulan:
bahwa secara esensi tidak ada seorang manusia
yang tak bertuhan,yang ada hanyalah mereka
mempertuhankan sesuatu yang bukan tuhan
yang sebenarnya ( Allah SWT).
BACK
8. 2. Dalil Akal
Dengan menggunakan akal pikiran untuk
merenungkan dirinya sendiri,alam semesta
dan lain-lainnya seorang manusia bisa
membuktikan adanya Tuhan(Allah SWT).
9. • Untuk membuktikan adanya Tuhan (Allah
SWT) lewat merenungkan alam semesta ,
termasuk diri manusia itu sendiri , dapat
dipakai beberapa “qanun’’(teori hukum)
antara lain:
10. a) Qanun al-‘illah
illah artinya sebab.Segala sesuatu ada
sebabnya.Setiap ada perubahan tentu ada
yang menjadi sebab terjadinya perubahan
11. b) Qanun al-wujub
Wujub artinya wajib.Wujud segala sesuatu
tidak bisa terlepas dari salah satu
kemungkinan:wajib,mustahil,atau mungkin
12. c) Qanun al-Huduts
Huduts artinya baru. Alam semesta
seluruhnya adalah sesuatu yang hadits
(baru,ada awalnya), bukan sesuatu yang
qadim (tidak berawal).
13. d) Qanun an-Nizham
Nizham artinya aturan,teratur.Seluruh alam
semesta seperti bulan,matahari dan planet
planet beroperasi secara teratur
BACK
14. 3. Dalil Naqli
Sekalipun secara fithrah manusia bisa
mengakui adanya Tuhan , dan dengan akal
pikiran bisa membuktikannya,namun manusia
tetap memrlukan dalil naqli(Alquran dan
Sunnah) untuk membimbing manusia
mengenal Tuhan yang sebenarnya dengan
segala asma dan sifat-Nya
16. a) Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada
permulaan bagi wujud-Nya.Dia juga Al-Akhir
artinya tidak ada akhir dari wujud-Nya.
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir
dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (Al-Hadid : 3)
17. b) Tidak ada satupun yang menyerupai-Nya
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan
bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-
pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha Mendengar dan Melihat.”(As-
Syura:11)
18. c) Allah SWT Maha Esa
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa.”(Al-Ikhlas:1)
19. d) Allah SWT mempunyai al-Asma’was
Shiffat(Nama-nama dan sifat-sifat) yang
disebutkan-Nya untuk diri-Nya di dalam
Alquran serta semua nama dan sifat yang
dituturkan untuk-Nya oleh Rasullah SAW
dalam sunnahnya.
BACK
20. 4. Dalil Sejarah
Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan
Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa
yang telah berlaku di atas muka bumi.
BACK
21. 5. Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi
menjadi dua:
22. a)Kita dapat mendengar dan menyaksikan
terkabulnya doa orang-orang yang berdoa
serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada
orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal
ini menunjukkan secara pasti tentang wujud
Allah.
23. b)Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat,
yang dapat disaksikan atau didengar banyak
orang merupakan bukti yang jelas tentang
keberadaan Yang Mengutus para Nabi
tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada
di luar kemampuan manusia
BACK
24. B. TAUHIDULLAH SWT
Esensi iman kepada Allah SWT adalah tauhid yaitu mengesekan-Nya, baik
dalam zat, asma’ was-shifaat, maupun af’al (perbuatan)-Nya. Tauhid
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Tauhid Rubuwiyah (mengmani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb)
Secara etimologis kata “Rabb” sebenarnya mempunyai banyak arti, antara
lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara,
memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin,
menyelesaikan suatu perkara, memiliki dan lain-lain. Tetapi dari semua arti
diatas, yang perlu kita pahami secara mendasar dan disimpulkan sebagai
pencipta, member rezeki, memelihara, mengelola dan memiliki.
25. 2. Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik)
Kata Malik yang berarti raja dan Malik yang berarti memiliki, berakar dari
akar kata yang sama yaitu ma-la-ka. Kedua nya memang memiliki
relevansi makna yang kuat. Si pemilik sesuatu pada hakikatnya adalah raja
dari sesuatu yang dimilikinya itu. Dalam pengertian bahasa seperti ini,
Allah SWT sebagai Rabb pemilik alam semesta, (Al-‘alamin) adalah raja
dari alam semesta tersebut, Dia bisa bebas melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya terhadap alam semesta tersebut. Dalam hal ini Allah SWT
adalah malik (raja) dan alam semesta adalah mamluk (hamba).
26. “Tiadakah Kamu Mengetahui Bahwa Kerajaan Langit Dan Bumi Adalah
Kepunyaan Allah? Dan Tiada Bagimu Selain Allah Seorang Pelindung Maupun
Seorang Penolong.” (QS.Al-Baqarah 2:107)
Kita banyak menemukan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT
adalah Pemilik dan Raja langit dan bumi, diantara nyaadalah:
27. • Bila kita mengimani bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Raja
yang menguasai alam semesta bumi langit dan seluruh isinya maka
kita minimal harus mengakui bahwa Allah SWT adalah Pemimpin
(Wali), penguasa yang menentukan (Hakim), dan yang menjadi
tujuan(Ghayah). Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah
pemimpin orang-orang yang beriman:
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (QS.Al-Baqarah 2:257)
28. kriteria Ulil Amri yang umat islam diperintahkan oleh
Allah SWT untuk loyal kepada mereka:
1. Kriteria ini adalah mendirikan sholat (ibadah
vertical langsung kepada Allah SWT),
2. menunaikan zakat (ibadah yang hasilnya bisa
langsung dirasakan oleh masyarakat secara
horizontal)
3. pemimpin itu harus tunduk kapada Allah
SWT dalam seluruh aspek kehidupannya (ra-
ki’un).
29. 3. Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Ilah)
Kata Ilah berakar dari kata a-la-ha (alif-lam-ha) yang mempunyai arti
antara lain tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah (‘abada). Semua
kata-kata ini relevan dengan sifat-sifat kekhususan. Zat Allah SWT seperti
dinyatakan olhe Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an:
“orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Radu’ 13:28)
30. • Dan diantara makna Ilah diatas maka yang paling asasi
adalah makna ‘abada (‘ain-ba-dal) yang mempunyai
beberapa arti, antara lain: hamba sahaya (‘abdun),
patuh dan tunduk(‘ibadah), yang muliadan agung (al-
ma’bad), selalu mengikutinya (‘abada bih). Jika arti
kata kata ini diurutkan maka dia menjadi susuan kata
yang sangat logis, yaitu: bila seseorang
menghambakan diri terhadap seseorang maka ia akan
mengikutinya, mengagungkannya, memuliakan,
mematuhi dan tunduk kepadanya,serta bersedia
mengorbankan kemerekaannya. Dalam konteks ini “al-
Ma’bud” berarti yang memiliki, yang dipatuhi, dan
yang diagungkan. (Al-Islam, 1979, 23-24).
• Jadi, Tauhid Ilahiyah adalah mengimani Allah SWT
sebagai satu-satunya Al-Ma’bud (yang disembah).
31. Antara tiga dimensi Tauhid di atas berlaku dua teori (dua dalil) yaitu:
a. Dalil at-Talazun
Talazun artinya kemestian. Maksudnya setiap orang yang
menyakini Tauhid Rububiyah, semestinya menyakini Tauhid
Mulkiyah, dan menyakini Mulkiyah semestinya meyakini Tauhid
Ilahiyah. Dengan kata lain Tauhid Mulkiyah adalah konsekuensi
logis dari Tauhid Rububiyah. Tauhid Ilahiyah adalah konsekuensi
logis dari Tauhid Mulkiyah. Apabila terhenti pada Rububiyah saja,
atau pada Mulkiyah saja tentu ada sesuatu yang tidak logis.
b. Dalil at-Tadhamun
Thadamun artinya cakupan. Maksudnya setiap orang yang sudah
sampai ketingkat Tauhid Ilahiyah tentunya sudah melalui dua
Tauhid sebelumnya. Kenapa kita beribadah kepada Allah SWT
semata? Karena Allahw SWT adalah rajanya ( Wali, Hakim, dan
Ghayah). Kenapa Allah SWT Rajanya? Karena Allah SWT adalah
Rabb-nya.
BACK TO MENU
32. C. MAKNA “LA ILAHA ILLALLAH”
Seperti yang sudah diuraikan pada bagian di atas bahwa kata “Ilah”
mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah
dan Mulkiyah, maka kata inilah yang dipilih Allah SWT untuk kalimat
Tayyibah yaitu: La Ilaha Illallah. Iqrar la Ilaha Illallah bersifat konprehensif,
mencakup pengertian:
• La Khaliqa Illallah ( Tidak Ada Yang Maha Pencipta Kecual Allah)
• La Razika Ilallah ( Tidak Ada Yang Maha Memberi Rezeki Keuali Allah)
• La Hafiza Ilallah ( Tiadak Ada Yang Maha Memelihara Kecuali Allah)
• La Mudabbira Illallah ( Tidak Ada Yang Maha Mengelola Kecuali Allah)
• La Malika Ilallah ( Tidak Ada Yang Maha Memiliki Kecuali Allah, Tidak Ada
Yang Maha Memiliki Kerajaan Kecuali Allah)
33. • La Waliya Illallah ( tidak ada maha memimpin
kecuali Allah)
• La Hakima Ilallah ( tidak ada yang maha
menentukan aturan kecuali Allah)
• La Ghayata Illallah ( tidak ada yang maha menjadi
tujuankecuali Allah)
• La Ma’buda Illallah ( Tidak Ada Yang Maha
Disembah Kecuali Allah).
BACK TO MENU
34. 1. Wujud ( Ada )
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan
atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya
sendiri.
Sifat mustahil-Nya adalah : Adam yang berarti tidak
ada.
2. Qidam ( Dahulu atau Awal )
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah SWT sebagai
Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan
isinya yang Ia ciptakan.
Sifat mustahil-Nya adalah : Hudus yang artinya baru.
Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha
Pencipta).
35. 3. Baqa’ ( Kekal )
Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau
penghabisan.
Sifat mustahilnya adalah : Fana’ artinya rusak atau
binasa.
Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti
manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan
rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada
awal dan ada akhirnya.
4. Mukhalafatu lil hawadits ( berbeda
dengan Ciptaannya )
Berbeda dengan semua yang baru (mahluk).
Sifat mustahil-Nya adalah : Mumasalatu lil hawadisi
Artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
36. 5. Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri
sendiri )
Qiyamuhu Binafsihi berarti, keberadaan Allah SWT itu
ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan
atau menciptakan.
Sifat mustahil-Nya adalah : Ihtiyaju lighairihi
artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda
sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini
tidak bisa hidup sendiri-sendiri.
6. Wahdaniyyah ( Esa atau Tunggal )
Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa
zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya.
Sifat mustahil-Nya adalah : Ta’adud
Artinya berbilang atau lebih dari satu.
37. 7. Qudrat ( Berkuasa )
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak,
tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik
terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-
Nya.
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Ajzu, artinya lemah.
Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah.
8. Iradat ( Berkehendak )
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas
kehendak-Nya sendiri.
Sifat mustahil-Nya adalah : Karahah, Artinya terpaksa.
Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam
jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab
karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah
SWT, wajib bersifat kesempurnaan.
38. 9. Ilmu ( Mengetahui )
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun
pada hal yang tidak terlihat.
Sifat mustahil-Nya adalah : Jahlun yang artinya bodoh.
Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang
sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak
terbatas.
10. Hayat ( Hidup )
Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya
melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah
Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang
diciptakan-Nya.
Sifat mustahil-Nya adalah : Mautun yang artinya mati.
39. 11. Sam’un ( Mendengar )
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam
semesta ini. Tidak ada suara yang terlepas dari
pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan
pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.
Sifat mustahil-Nnya adalah : Summun artinya tuli
(tidak mendengar)..
12. Basar ( Melihat )
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya
tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak
dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal).
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Umyun, artinya buta.
Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan.
40. 13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT
berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya.
Sifat mustahi-Nya adalah : Bukmun, artinya
Bisu.
41. Sehubungan dengan Al-Asma’ was-shifat ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Jangan memberi nama Allah SWT dengan
nama-nama yang tidak disebutkan didalam
Al-Qur’an dan Sunnah.
b) Jangan menyamakan (tamtsil), atau
memiripkan (tasybih) Zat Allah SWT, sifat-sifat
dan af’al (perbuatan) Nya dengan mahluk
apapun.
c) Mengimani al-asma’ was-shifat bagi Allah
SWT harus apa adanya tanpa menanyakan
atau mempertanyakan “bagaimana”
(kaifiyat).
BACK TO MENU