1. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP
SEMANGAT KERJA KARYAWAN”
(Disusun dan di buat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah aplikom)
DOSEN : AHMAD KHAMIM SE
Disusu Oleh :
NAMA
: SAID
NIM
: (10340039)
JURUSAN
: MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
TAHUN 2014
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayahnya ke pada penulis serta Shalawat dan salam untuk tetap
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulisan tugas ini dapat
diselesaikan. Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisa tugas akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu, penulis mohon maaf yang sebear-besarnya
kepada pembaca apabila dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak terdapat
kesalahan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.”kelemahan adalah milik kita dan kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT”
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Bapak Ahmad Khamim SE selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis sampai
terselesainya tugas ini.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau :
1. Kedua orang tuaku yang telah mendukung dan mensupport aku dalam penulisan
tugas ini
2. Para dosen fakultas ekonomi yang telang menyalurkan ilmunya untukku
3. Dan kepada teman-temanku yang telah memberikan dan membimbingku dalam
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata sekali lagi penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari semua pihak terutama dari pembaca.
Surabaya, 02, Februari, 2014
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan sumber daya (resource) yang paling strategik dimiliki
oleh suatu organisasi, walaupun tidak mengurangi pentingnya sumber daya yang lain
seperti modal, mesin, waktu, energi, informasi dan sebagainya. Walaupun dana dan
daya memungkinkan organisasi berbuat sesuatu, akan tetapi sumber daya manusialah
yang menyebabkan terjadinya suatu organisasi (Siagian,2002). Manajemen harus
menyadari bahwa manusia bukanlah makhluk yang sederhana melainkan sangat
kompleks. Banyak faktor yang turut berpengaruh pada kompleksitas manusia,
sehingga diperlukan upaya yang terus menerus untuk mengenalinya dengan lebih
baik, termasuk oleh yang bersangkutan sendiri sebagai insan yang mempunyai jati
diri
(Ruky,2002).
Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja pegawainya. Kinerja
pegawai adalah kondisi dari sebuah kelompok di mana ada tujuan yang jelas dan
tetap yang dirasakan menjadi penting dan terpadu dengan tujuan individu
(Panggabean,2004). Setiap organisasi maupun instansi akan selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerja pegawai, dengan harapan apa yang menjadi tujuan instansi
akantercapai(Waridin,2005).
Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan sangat dipengaruhi oleh
semangat kerja karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu
berusaha untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, dengan harapan apa yang
menjadi tujuan perusahaan akan tercapai (Waridin, 2005:63). Bila suatu perusahaan
mampu meningkatkan semangat kerja karyawannya, maka perusahaan akan
memperoleh banyak keuntungan. Karyawan yang mempunyai semangat kerja tinggi,
maka pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi,
absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan karyawan dapat diperkecil
seminimal mungkin (Nitisemito 1992:160). Banyak sekali faktor yang dapat
mempengaruhi semangat kerja, beberapa diantaranya adalah kondisi pekerjaan,
rekan kerja, kompensasi, kepemimpinan, perusahaan dan lingkungan.
4. Di hampir semua perusahaan yang ada, karyawan (SDM) merupakan asset
penting yang wajib mereka jaga. Oleh karena itu bagi perusahaan yang khususnya
bergerak dibidang jasa pelayanan yang mengandalkan tingkat kinerja karyawan di
perusahaannya, maka perusahaan tersebut dituntut untuk mampu mengoptimalkan
kinerja pegawainya. Salah satu pendekatan dalam upaya untuk meningkatkan kinerja
karyawan tersebut dapat dilakukan melalui praktek kepemimpinan atau gaya
kepemimpinan yang handal dan motivasi berprestasi yang tinggi dan terarah.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam
memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya
kepemimpinan. Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan,
dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi didalam diri setiap orang
bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan komunikasi yang
harmonis serta memberikan pembinaan pegawai, akan menyebabkan tingkat kinerja
karyawan rendah. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi karyawan seperti
tidak disiplin masuk kerja, malas-malasan dalam bekerja akan menyebabkan kinerja
karyawan rendah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “ PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN
KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN”
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan
masalah sebagai berikut
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan terhadap semangat
kerja karyawan ?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan lingkungan kerja terhadap semangat
kerja karyawan ?
3. Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja secara
bersama-sama terhadap semangat kerja karyawan ?
5. 4. TUJUAN PENELITIAN
dari latar belakang di atas penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh yang positif atau signifikan gaya kepemimpinan
terhadap semangat kerja karyawan
2. Untuk mengetahui pengaruh yang positif atau signifikan lingkungan kerja
terhadap semangat kerja karyawan
3. Untuk mengtahui pengaruh antara gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja
secara bersama-sama terhadap semangat kerja karyawan.
5. MANFAAT PENELITIAN
1. Agar dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi)
2. Agar dapat
menjadikan pengalaman yang nantinya akan bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi penulis
3. Bermanfaat
pula
bagi
perusahaan
agar
dapat
mengoreksi/mengkaji
perusahaanya supaya lebih meningkatkan kualitasnya
4. Menjadikan bahan acuan untuk meningkatkan dan menstabilkan kualitas kerja
pimpinan.
5. Bagi
Akademis
Dapat
memberikan
pengetahuan
mengenai
gaya
kepemimpinan dan motivasi sehingga dapat berguna di masa yang akan
datang.
6. Bagi Praktisi dapat mengetahui mengenai pengaruh antara gaya kepemimpinan
dan motivasi kerja yang diberikan dengan kinerja pegawai.
6. BAB II
LANDASAN TEORTI
1. SUMBER DAYA MANUSIA
2.1.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah orang-orang yang berada di dalam organisasi
(Simamora,2004). Aset organisasi paling penting yang harus dimiliki oleh
organisasi dan sangat diperhatikan oleh manajemen adalah aset manusia dari
organisasi
tersebut.
Ketika pimpinan terlibat dalam aktivitas sumber daya manusia sebagai bagian dari
pekerjaannya, mereka berupaya memfasilitasi kontribusi yang disodorkan oleh
orang-orang untuk mencapai rencana dan strategi organisasi. Signifikansi upaya
sumber daya manusia bermuara dari kenyataan bahwa orang-orang (manusia)
merupakan elemen yang senantiasa ada di dalam setiap organisasi. Betapapun
sumber daya manusia sesuatu yang dibutuhkan dalam organisasi,tetapi orang-orang
yang handal yakni, sumber daya manusia yang berkualitaslah yang sangat
dibutuhkan dalam organisasi.
Sumber daya manusia memicu percikan kreatif di setiap organisasi.
Orang-orang merancang dan menghasilkan barang dan jasa, mengawasi mutu,
meningkatkan pelayanan, mengalokasikan sumber daya finansial, dan merumuskan
seluruh strategi dan tujuan organisasi. Organisasi dikelola dan terdiri atas orangorang dan para pegawainya. Tanpa orang-orang, organisasi tidak bakal ada.
Tantangan, peluang, dan kekecewaan dalam pembentukan dan pengelolaan
organisasi sering bersumber dari masalah yang berhubungan dengan orang-orang
dan muncul dari dalam mereka. Sebaliknya, masalah yang berkaitan dengan orangorang seringkali berakar dari keyakinan manajemen yang mengasumsikan bahwa
semua orang pada hakekatnya sama, dan mereka semua dapat diperlakukan dengan
identik. Sebenarnya, tidak ada dua orang yang betul-betul identik, dan setiap orang
berbeda secara fisik maupun psikologis satu dengan yang lainnya. Intinya adalah
7. kemajemukan di kalangan pegawai menuntut perhatian agar setiap pribadi dapat
menggali potensinya sehingga organisasi dapat memaksimalkan efektivitasnya.
2.
GAYA KEPEMIMPINAN
2.2.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Dibawah ini pengertian kepemimpinan
Menurut Para ahli
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama,
yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting
behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi
(supporting), dan kendali bebas (delegating). Pada gaya kepemimpinan otokrasi,
pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan
sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik
8. itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai
pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila
anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing
memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan
pemimpin. Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya
kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang ingin
dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini
anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada
kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada
kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin
dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang
menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Gaya kepemimpinan kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang
paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya
menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi
kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran,
dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan
demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja. Lalu, gaya
kepemimpinan yang mana yang sebaiknya dijalankan? Jawaban dari pertanyaan ini
adalah tergantung pada kondisi anggota itu sendiri. Pada dasarnya tiap gaya
kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan mengetahui
kondisi nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model kepemimpinan
yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin menerapkan gaya yang
berbeda untuk divisi atau seksi yang berbeda.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk
anggota
yang
memiliki
kompetensi
rendah
tapi
komitmennya
tinggi.
Kepemimpinan pembinaan cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang
dan komitmen rendah. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang
memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sementara itu,
kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan
komitmen tinggi.
Ada beberapa macam gaya kepemimpinan antara lain sebagai berikut :
9. 1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi.
3. SEMANGAT KERJA KARYAWAN
2.3.1. Pengertian Semangat Kerja Karyawan
Semangat kerja karyawan menjadi hal yang sangat penting bagi
perusahaan karena berhubungan langsung dengan seluruh rangkaian kegiatan
manajemen dan operasional perusahaan. Dalam hal ini, kompensasi yang
diberikan kepada karyawan diharapkan mampu meningkatkan semangat kerja
karyawan, dengan demikian maka diharapkan produktifitas perusahaan juga akan
meningkat.
Semangat kerja dapat dilihat dari adanya kesenangan dan kegairahan
dalam bekerja serta timbulnya rasa puas dalam diri karyawan dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya. Dalam kaitannya dengan hal ini, Nitisemito (1992:160)
mengemukakan bahwa :
10. “Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan
demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat terselesaikan, kerusakan
pada produk dapat dikurangi, absensi dapat diperkecil, serta dapat mengurangi
perputaran karyawan”.
Para dosen BPA – UGM (dalam Anoraga dan Suyati, 1995:74)
menyatakan bahawa, “semangat kerja adalah sikap kejiwaan dan peranan yang
menimbulkan kesediaan pada kelompok orang untuk bersatu padu secara giat
dalam usahanya untuk mencapai tujuan bersama”. Karyawan yang kurang
produktif tentu saja akan mengganggu kelancaran perusahaan dalam melakukan
kegiatan produksi maupun administrasinya, oleh karena itu semangat kerja
karyawan sangat diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan dan mewujudkan
tujuan perusahaan. Hasibuan (2002:94) menyatakan bahwa : “Semangat kerja
adalah kemauan untuk melakukan pekerjaan dengan giat dan antusias, sehingga
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik”.
Mengacu pada beberapa pendapat diatas, maka semangat kerja dapat diartikan
sebagai kemauan atau kesediaan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan
lebih giat sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.
Semangat kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor. Siswanto
(1997:168) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi turun naiknya
semangat kerja adalah:
a. Setiap tenaga kerja senantiasa terus memantau lingkungan kerjanya untuk
memperoleh tanda-tanda yang mungkin mempengaruhi keberuntungan
psikologisnya.
b. Berbagai macam informasi mengenai pekerjaan dinilai sebagai dukungan
moral, atau sebagai rekanan atau juga sebagai sesuatu yang netral.
c. Dampak keputusan manajemen yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya.
Turunnya semangat kerja karyawan akan menimbulkan permasalahan
yang kompleks bagi lingkungan karyawan maupun bagi keseluruhan organisasi
perusahaan. Menurut Nitisemito (1992:161), turunnya semangat kerja dapat
dilihat dari:
a. Rendahnya produktifitas kerja
b. Tingkat absensi yang tinggi
c. Tingkat perpindahan karyawan
d. Tingkat kerusakan produktifitas yang tinggi
11. e. Kegelisahan di mana-mana
f. Pemogokan.
4. Kerangka Pemikiran
Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dengan Kinerja Pegawai (Y)
Kepemimpinan itu adalah usaha suatu program pada saat terjadinya interaksi
melalui komunikasi dengan gaya tertentu yang memotivasi seseorang atau
kelompok dengaan pengaruh yang tidak memaksa untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum,
serta sesuai dengan moral maupun etika. Kepemimpinan itu ditentukan dengan
gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin itu sendiri, jika gaya
kepemimpinan yang diberikan baik dan dapat memberikan arahan kepada
bawahan dengan baik maka kinerja pegawai akan meningkat sesuai dengan gaya
kepemimpinan yang diberikan.
Pengaruh Motivasi Kerja (X2) dengan Kinerja Pegawai (Y) Motivasi kerja
adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam
dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi
menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Untuk dapat
memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang pegawai
membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap
semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dan Motivasi Kerja (X2) secara
bersama-sama dengan Kinerja Pegawai (Y). Gaya kepemimpinan ditentukan oleh
pemimpin itu sendiri, sehingga jika gaya kepemimpinan yang diterapkan baik dan
dapat memberikan arahan yang baik kepada bawahan, maka akan timbul
kepercayaan dan menciptakan motivasi kerja dalam diri pegawai, sehingga
semangat kerja pegawai meningkat yang juga mempengaruhi kinerja pegawai
kearah yang lebih baik.
Keterkaitan antar variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
Y
12. X2
5. HIPOTESIS PENELITIAN
2.5.1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban
tersebut masih perlu diuji kebenarannya. Seorang peneliti pasti akan mengamati
sesuatu gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi focus perhatiannya. Sebelum
mendapatkan fakta yang benar, mereka akan membuat dugaan tentang gejala,
peristiwa, atau masalah yang menjadi titik perhatiannya tersebut.
Ada beberapa fungsi hipotesis yaitu sebagai berikut :
Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam suatu rencana
penelitian, setidaknya ada empat yaitu:
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji
dalam penelitian.
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian. Hipotesis merupakan tujuan
khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang
diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
2.5.2. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh yang positif atau signifikan antara Gaya Kepemimpinan
(X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
2. Terdapat pengaruh yang positif atau signifikan antara Motivasi Kerja (X2)
terhadap Kinerja Pegawai (Y)
3. Terdapat pengaruh antara Gaya Kepemimpinan (X1) dan Motivasi Kerja (X2)
secaya bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai (Y)
13. BAB III
ANALISA / HASIL DAN PEMBAHASAN
1. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
3.1.1. Persamaan Regresi
Untuk mengetahui persamaan regresi maka digunakan Analisis Regresi
Sederhana, analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat atau dengan kata lain untuk mengetahui seberapa jauh
perubahan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Dalam analisis
regresi sederhana, pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat dapat
dibuat persamaan sebagai berikut :
Y = a + b X.
Keterangan :
Y : Variabel terikat (Dependent Variable)
X : Variabel bebas (Independent Variable)
a : Konstanta
b : Koefisien Regresi.
Untuk mencari persamaan garis regresi dapat digunakan berbagai
pendekatan atau cara, sehingga nilai konstanta (a) dan nilai koefisien regresi (b)
dapat dicari dengan cara sebagai berikut :
a = [(ΣY . ΣX2) – (ΣX . ΣXY)] / [(N . ΣX2) – (ΣX)2] atau a = (ΣY/N) – b (ΣX/N)
14. b = [N(ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / [(N . ΣX2) – (ΣX)2]
Dengan menggunakan rumus di atas, maka nilai a dan b dapat diperoleh yaitu
sebagai berikut :
a = [(ΣY . ΣX2) – (ΣX . ΣXY)] / [(N . ΣX2) – (ΣX)2]
a = [(95 . 336) – (500 . 931)] / [(30 . 336) – 500] = 45,26
b = [N(ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / [(N . ΣX2) – (ΣX)2]
b = [(30. 931) – (500 . 95] / [(30 . 336) – 500] = 2,04
Sehingga persamaan regresinya dapat diketahui yaitu: Y = 45,26 + 2,04 X
Dari hasil perhitungan dari persamaan regresi tersebut diatas, maka dapat
diketahui bahwa :
1. Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif atau signifikan
(koefisien regresi (b) = 2,04)terhadap Semangat Kerja (Y), artinya jika
semakin baik gaya kepemimpinan dalam mengarahkan karyawan, maka akan
semakin baik atau tinggi pula semangat kerja karyawan tersebut.
2. N
i
ANOVAa
l
a
i
k
o
n
s
t
a
nta sebesar 45,26 artinya jika Lingkungan Kerja Tidak nyaman atau sama
dengan nol, maka semangat kerja sebesar 45,26 dengan asumsi variabelvariabel lain yang dianggap tetap.
3.1.2. Nilai Regresi Simultan(R2), Fhitung dan Ftabel
15. D
ala
m
me
nca
Model
Sum of Squares
Regression
26,910
df
Mean Square
1
13,455
51,257 27
Residual
2
F
7,088
Sig.
,003b
1,898
ri
nila
Total
78,167 29
i
a. Dependent Variable: y
reg
b. Predictors: (Constant), x2, x1
resi
, simultan (R2),Fhitung dan Ftabelbisa dilakukan menggunakan perhitungan SPSS
yang hasilnya dapat diperoleh seperti tabel dibawah ini:
Hasil analisis regresi simultan (R2) variabel Gaya Kepemimpinan (X1)
dan Lingkungan Kerja (X2) berpengaruh terhadap Semangat Kerja (Y) secara
simultan/bersama-sama menunjukan hasil nilai Fhitung adalah sebesar 7,088
dengan Signifikan F sebesar 0.003 atau lebih kecil dari 0,05 (5%), sehingga
menolak Ho. Hasil ini menyatakan bahwa secara simultan semua Variabel Bebas
yaitu variabel Gaya Kepemimpinan (X1) dan Lingkungan Kerja (X2) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Semangat Kerja (Y).
Analisi regresi dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dan
hubungan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara sendirisendiri maupun bersama. Kriteria hubungan sebagai pedoman umum yang
digunakan adalah sebagi berikut :
KRITERIA HUBUNGAN
Nilai r
Kriteria Hubungan
0
Tidak ada korelasi
16. 0 – 0,20
Korelasi sangat lemah
0,21 – 0,40
Korelasi lemah
0,41 – 0,70
Korelasi kuat
0,71 – 0,90
Korelasi sangat kuat
0,91 – 0,99
Korelasi sangat kuat sekali
1
Korelasi sempurna
Sumber : Peramalan Bisnis (Sugiarto dan Harijono, 2000:92)
3.1.3. Nilai Korelasi Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
Analisis Korelasi (r) : digunakan untuk mengukur tinggi redahnya
derajat hubungan antar variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya derajat keeratan
tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasinya. Koefisien korelasi yang
mendekati angka + 1 berarti terjadi hubungan positif yang erat, bila mendekati
angka – 1 berarti terjadi hubungan negatif yang erat. Sedangkan koefisien korelasi
mendekati angka 0 (nol) berarti hubungan kedua variabel adalah lemah atau tidak
erat. Dengan demikian nilai koefisien korelasi adalah – 1 ≤ r ≤ + 1. Untuk
koefisien korelasi sama dengan – 1 atau + 1 berarti hubungan kedua variabel
adalah sangat erat atau sangat sempurna dan hal ini sangat jarang terjadi dalam
data riil. Untuk mencari nilai koefisen korelasi (r) dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
r = [(N . ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / √{[(N . ΣX2) – (ΣX)2] . [(N . ΣY2) – (ΣY)2]}
r = [(N . ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / √{[(N . ΣX2) – (ΣX)2] . [(N . ΣY2) – (ΣY)2]}
r = [(30 . 931) – (500 . 95) / √{[(30. 336) – (500)2] . [(30 . 190) – (95)2]} = 0,022
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,022 ini menggambarkan bahwa antara
gaya kepemimpinan,lingkungan kerja dan semangat kerja mempunyai hubungan
positif dan hubungannya erat, yaitu jika gaya kepemimpinan dan lingkungan
kerjanya baik maka semangat kerjanya juga akan baik dan sebaliknya jika gaya
kepemimpinan dan lingkungan kerjanya jelek maka semangat kerjanya juga akan
jelek.
17. 3.1.4.Nilai Thitung dari Masing-masing Variabel Bebas dan Ttabel
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
t
Sig.
Beta
1,828
1,127
1,622
,116
1 x1
,125
,036
,545 3,445
,002
x2
-,067
,073
-,144 -,912
,370
a. Dependent Variable: y
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Variabel (X1) = 3,445
Variabel (X2) = ,912
3.1.5. Variabel yang Paling Dominan Mempengaruhi Semangat Kerja
Karyawan dan gambar kurvanya.
Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh seperti dapat dilihat pada tabel
output diatas dapat disimpulkan bahwa nilai Thitung dari masing-masing Variabel
bebas adalah
Variabel (X1) = 3,445
Variabel (X2) = 912
Oleh karena itu Variabel yang paling dominan berpengaruh adalah
Variabel Gaya Kepemimpinan (X1), dimana nilai Thitung nya adalah 3,445 yang
lebih besar dari Variabel Lingkungan Kerja(X2) dengan nilaai sebesar ,912
(0,912).
18. Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
t tabel
t hitung X1 t hitung X2
1,622
3,445
912
kurva uji t dan daerah penerimaan dan penolakan Ho
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan positif atau signifikan dengan tingkat sangat kuat antara
variabel Gaya Kepemimpinan dengan Semangat Kerja Karyawan dimana thitung
sebesar =3,445, maka dari itu, variabel Gaya Kepemimpinan ini sangatlah
dominan terhadap tercapainya semangat kerja untuk dapat efektif.
2. Terdapat hubungan positif atau signifikan dengan tingkat kekuatan kuat antara
variabel lingkungan kerja dengan semangat kerja karyawan Ttabelsebesar ,912
lebih rendah dibanding variabel gaya kepemimpinan
3. Terdapat hubungan positif dengan tingkat kekuatan kuat antara variabel Gaya
Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja secara bersama-sama dengan Semangat
Kerja. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja secara bersama-
19. sama terhadap Kinerja sangat kuat dengan nilai koefisien korelasi yaitu sebesar
0,022 dengan kriteria hubungan yang sangat kuat.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-sosioekotekno.org/article/116373/pengaruh-kepemimpinan-danlingkungan-kerja-terhadap-kinerja-pegawai----pada-dinas-perkebunan----provinsi-jawatengah.html
Diakses Pukul 22:00 (31/01/2014)
http://www.arismaduta.org/index.php?option=com_content&view=article&id=100:gayakepemimpinan&catid=60:keorganisasian&Itemid=87
http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macammacam-gaya-kepemimpinan/
Diakses Pukul 22:10 (31/01/2014)
http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/05/pengertian-semangat-kerja.html
Diakses Pukul 22:42 (31/01/2014)