SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menyelesaikan soal dalam matematika penting untuk diketahui
tentang teori yang berlaku dalam penyelesaian sebuah soal. Hal ini penting
dilakukan supaya dalam penyelesaiannya memperhatikan prosedur
penyelesaian soal . seperti dalam penyelesaian soal keterbagian.
Teori bilangan adalah salah satu cabang pelajaran matematika. Dalam
teori bilangan ada bab yang berjudul keterbagian bilangan. Keterbagian
bilangan merupakan bagian dasar dari berbagai sifat teori bilangan, oleh
karenanya kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi pendidikan matematika
harus mempelajari dan memahami keterbagian bilangan. Menyikapi hal
tersebut kami sebagai penyusun makalah ini berusaha menyajikannya dalam
bentuk catatan yang akan menambah pengetahuan kita semua sebagai
mahasiswa pendidikan matematika.
1.2 Rumusan masalah
a) Apa yang dimaksud dengan keterbagian ?
b) Apa sajakan sifat yang berlaku dalam keterbagain ?
c) Bagaimana ciri suatu bilangan yang habis dibagi ?
d) Bagaimana teorema menghitung pembagi persekutuan ?
1.3 Tujuan penulisan
a) Pembaca mengetahui tentang keterbagian
b) Pembaca juga mengetahu sifat yang berlaku dalam keterbagian untuk
dapat diaplikasikan
2
c) Pembaca mengetahui ciri suatu bilangan yang habis dibagi dan dapat
menerapkannya dalam soal keterbagian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keterbagian
Keterbagian merupakan bilangan bulat b dibagi oleh a jika terdapat
bilangan bulat x, sehingga b = ax dan dinotasikan a│b. dibaca “a membagi
b”, atau “ b terbagi habis oleh a” atau “b kelipatan dari a”. sifat pembagian ini
: jika a≠ 0 dan terdapat x € z sedemikian sehingga b = ax, maka x tunggal.
Sebagai bukti : misalkan b = ax1 dan b = ax2 sehingga ax1 = ax2 ,
ax1 - ax2 = 0 ↔ a(x1 – x2 ) = 0
↔ karena a ≠ 0, maka x1 – x2 = 0……….. Sehingga x1 = x2
Jika a=0, maka x tak ada kecuali b = 0, dalam kasus ini x tidak
tunggal, untuk b =ax, maka a disebut factor dari b dan b disebut kelipatan dari
a. untuk a≠ 0, x disebut hasil bagi b oleh a. bilangan bulat x dalam b = ax
sering disebut juga factor komplemen b oleh a.
2.2 Sifat-sifat keterbagian
Jika a,b,c bilangan bulat maka berlaku:
a) a│ b → a │bc, untuk setiap c bilangan bulat.
Bukti Jika d│a maka ada suatu bilangan bulat k sehingga a = dk. Dengan
mengalikan kedua ruas pada persamaan di atas dengan n, kita peroleh a(n)
= dk(n). Dengan menggunakan sifat-sifat komutatif, asosiatif, dan
ketertutupan perkalian pada bilangan bulat, kita peroleh n.a = d (nk). Jadi
d│na.
b) (a │ b, b │c) → a │ c.
Bukti a│b dan b│k maka menurut definisi, terdapat bilangan bulat f dan g
sedemikian sehingga k = bg = (af)g = a(fg). Jadi, k = a(fg). Akibatnya
menurut definisi, a│k.
c) (a │ b, b │a) → a = ± b.
4
d) (a │ b, a │c) → a │ (b ± c).
Bukti d│a mengakibatkan a = md, m suatu bilangan bulat. d│b
mengakibatkan b = nd, n suatu bilangan bulat a + b = md + nd = (m + n)d
Karena m dan n bilangan bulat, m + n juga bilangan bulat, d│ (a + b).
Dengan demikian, d membagi a + b, atau ditulis d│ (a + b).
e) (a │ b, a │c) → a │ (ax + by) untuk setiap x,y bilangan bulat.
Bukti j│a dan j│b maka terdapat bilangan bulat f dan g sedemikian
sehingga dan b =jg sehingga, ka + lb = kjf + ljg = j(kf+lg). Akibatnya,
j│(ka+lb).
Untuk selanjutnya ax + by disebut kombinasi linear dari b dan c
f) a>0, b > 0 dan a │b) → a ≤ b.
g) a │b ↔ ma │ mb untuk setiap m bilangan bulat dan m ≠ 0
h) ( a│b dan a │ b+c ) → a │c.
2.3 Ciri suatu bilangan habis dibagi
Ada beberapa teorema yang berkaitan dengan ciri suatu bilangan
yang habis dibagi, yaitu
a. Teorema 7-10 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka
(a + b + c ) juga habis dibagi x
b. Teorema 7-11 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka (
a-b-c) juga habis dibagi x
c. Teorema 7-12 : untuk a,b,c € Z, jika a│c, maka c│ab
2.3.1 Suatu bilangan ahabis dibagi 2 juka bilangan yang diwakili oleh angka
terakhirnya genap.
Bukti : misalkan bilangan tersebut adalah ab = a.10 + b. a.10 habis
dibagi 2, supaya ab habis dibagi 2, maka haruslah b dibagi 2
Contoh : 24 = 2.10 + 4
2.10 habis dibagi 2 dan 4 juga habis dibagi 2, maka tentulah
24 habis dibagi 2
5
2.3.2 Bilangan yang habis dibagi oleh 2n
Untuk n=1 maka suatu bilangan yang habis dibagi 2 jika satu
bilangan terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 2.
Untuk n=2 maka suatu bilangan yang habis dibagi 4 jika dua
bilangan terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 4. Apakah
11348 habis dibagi 4? Kita ambil dua digit terakhir 48 ternyata habis
dibagi 4, jadi 11348 habis dibagi 4.
Utuk n=3 maka suatu bilangan yang habis dibagi 8 jika tiga angka
terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 8.
Contoh : Apakah 532096 habis dibagi 8? Kita ambil tiga digit
terakhir yaitu bilangan 096 ternyata habis dibagi 8, jadi 532096 habis
dibagi 8.
2.3.3 Suatu bilangan habis dubagi 4, jika dua angka terakhir bilangan tersebut
habis dibagi 4.
Bukti : misalkan bilangan tersebut abc
abc = a.100 + b.10 + c
a.100 habis dibagi 4 sebab a.100 = 4(25a)
jadi agar abc habis dibagi 4, maka kharuslah (b.10 + c) habis
dibagi 4
Contoh : 732 = 7.100 + 3.10 + 2
7.100 habis dibagi 4, sebab 700 = 4(175), 32 habis dibagi 4,
sehingga 732 habis dibagi 4.
2.3.4 Suatu bilangan habis dibagi 8, jika 3 angka terakhir bilangan tersebut
habis dibagi 8
Bukti : misalkan bilangan tersebut abcd
abcd = a.1000 + b.100 + c.10 + d
a.1000 habis dibagi 8 sebab a.1000 = 8 (125a).
jadi supaya abcd habis dibagi 8, maka haruslah (b.100 + c.10 +
d) habis dibagi 8
6
Contoh : 2832 = 2.1000 + 8.100 + 3.10 + 2
2.1000 habis dibagi 8, sebab 2000 = 8 (250), 832 habis dibagi
8, oleh karena itu 2832 habis dibagi 8.
2.3.5 Suatu bilangan habis dibagi lima, jika angka paling kanan dari bilangan
tersebut adalah 5 atau 0.
Bukti : i) misalkan bilangan tersebut ab, yang berarti ab = a.10 + b,
dengan b=5, karena ada a.10 merupakan kelipatan 5, berarti
a.10 habis dibagi 5, sedangkan b=5 juga habis dibagi 5,
sehingga secara keseluruhan ab habis dibagi 5.
ii) 10 habis dibagi 5, setiap bilangan yang angka terakhirnya nol
berarti puluhan atau kelipatan sepuluh, maka jelas bilangan
tersebut habis dibagi 5.
Contoh : 235 = 2.100 + 3.10 + 5
2.100 habis dibagi 5, 3.10 habis dibagi 5 dan 5 juga habis
dibagi 5. Oleh sebab itu, 235 habis dibagi 5
2.3.6 Suatu bilangan habis dibagi 9, jika jumlah bilangan yang diwakili oleh
angka-angkanya habis dibagi 9.
Bukti : misalkan a € Z dengan 1≤ a ≥ 9, maka
Bilangan puluhan bisa ditulis a(9 + 1)
Bilangan ratusan dapat ditulis a(99 + 1)
Bilangan ribuan dapat ditulis a(999 + 1)
Bilangan puluhan ribu dapat ditulis a(9999 + 1) dan seterusnya.
Misalkan bilangan yang akan diperiksa adalah abcd
abcd = a.1000 + b.100 + c.10 + d
= a(999 + 1) + b(99 + 1) + c(9 + 1) + d
= (999.a + 99.b + 99.c) + (a+ b+c+ d)
Karena (999.a + 99.b + 99.c) kelipatan 9, agar abcd habis dibagi 9,
maka haruslah (a+ b+c+ d) habis dibagi 9.
7
Contoh : 6804 = 6(999+1) + 8(99+1) + 0(9+1) + 4
= 6.999 + 8.99 + 0.9 + (6+8+0+4)
Karena 6.999 + 8.99 + 0.9 habis dibagi 9 dan (6+8+0+4) = 18
habis dibagi 9, maka 6804 habis dibagi 9
2.3.7 Suatu bilangan habis dibagi 3, jika jumlah bilangan yang diwakili oleh
angka-angkanya habis dibagi 3.
Bukti : misalkan a € Z dengan 1≤ a ≥ 9, maka
Bilangan puluhan bisa ditulis a(9 + 1)
Bilangan ratusan dapat ditulis a(99 + 1)
Bilangan ribuan dapat ditulis a(999 + 1)
Bilangan puluhan ribu dapat ditulis a(9999 + 1) dan seterusnya.
Contoh : 123 = 1(99+1) + 2(9+1) + 3
= (1.99 + 2.9) + (1+2+3)
1.99 2.9 habis dibagi 3, maka 123 habis dibagi 3.
2.3.8 Suatu bilangan habis dibagi 6, jika bilangan tersebut habis dibagi 2 dan
habis dibagi 3.
Bukti : misalkan a € Z dengan 1≤ a ≥ 9, maka
Bilangan puluhan bisa ditulis a(9 + 1)
Bilangan ratusan dapat ditulis a(99 + 1)
Bilangan ribuan dapat ditulis a(999 + 1)
Bilangan puluhan ribu dapat ditulis a(9999 + 1) dan seterusnya.
Contoh : 972 habis dibagi 2, juga habis dibagi 3 sebab 9+7+2 = 28
habis dibagi 3, oleh karena itu 972 habis dibagi 6.
2.3.9 Suatu bilangan habis dibagi 7 jika selisih antara bilangan yang diwakili
oleh bilangan semula kecuali angka yang terakhir dengan dua kali
angka yang terakhir habis dibagi 7.
8
Contoh : 7│ 84 sebab 8 – 2 (4) = 0 + 0.7
0 habis dibagi 7
7 │ 483 sebab 48 – 2(3) = 42
Jelas 42 kelipatan dari 7, jadi 7 │ 483
2.3.10 Suatu bilangan habis dibagi 10 jika angka terakhir dari bilangan
tersebut adalah nol.
Contoh : 40 habis dibagi 10, karena angka terakhir dari bilangan
tersebut adalah 0.
2.3.11 Suatu bilangan habis dibagi 11 jika pada bilangan tersebut jumlah
bilangan yang diwakili oleh angka pada tempat ganjil (dihitung dari
kanan) dikurangi dengan jumlah bilangan yang diwakili oleh angka-
angka pada tempat genap habis dibagi 11.
Bukti : bilangan berpangkat 10 dapat ditulis dalam kelipatan 1,
sebagai berikut :
100
= 0.11 + 1
101
= 1.11 – 1
102
= 9.11 + 1
103
= 91.11 – 1
104
= 909.11 + 1
105
= 9091.11 - 1
…………………
102k
= m.11 + 1, untuk suatu k, m bilangan cacah
102k+1
= n.11 – 1, untuk suatu k, n bilangan cacah.
Misalkan bilangan yang akan kita tunjukkan adalah abcd.
abcd artinya :
e.100
= e(k1.11 + 1) = e.k1.11 + e
d.101
= d(k2.11 – 1) = d.k2.11 – d
9
c.102
= c(k3.11 + 1) = c.k3.11 + c
b.103
= d(k4.11 – 1) = b.k4.11 – b
a.104
= a(k5.11 – 1) = a.k5.11 + a
Jadi abcd = (ek1 + dk2 + ck3 + bk4 + ak5). 11 + (a+c+e) – (d+b) agar
abcd habis dibagi 11, maka haruslah {(a+c+e) – (d+b)} habis dibagi
11.
Contoh :
1) 76978 habis dibagi 11 sebab (7+9+8) - (6+7) = k.11 dengan
k=1, maka 76978 habis dibagi 11
2) 765842902 habis dibagi 11 sebab (7+5+4+9+2) – (6+8+2+0) =
27 – 16 = 11 merupakan kelipatan dari 11.
Untuk ciri-ciri suatu bilangan habis dibagi oleh bilangan yang
lebih besar dari pembagi yang telah dibahas diatas, jika bilangan itu
komposit pada dasarnya sama, kecuali untuk pembagi-pembagi prima
yang lebih besar dari 13.
2.4 Pembagi Persekutuan
Pembagi persekutuan merupakan suatu bilangan bulat a disebut
pembagi (=factor persekutuan dari b dan c, jika a│ b dan a│c.
Setiap bilangan bulat tak nol hanya memiliki berhingga banyak factor
saja, oleh sebab itu factor persekutuan dari b dan c hanya ada sejumlah
terbatas saja, kecuali dalam kasus b = c = 0. Bilangan 1 membagi setiap
bilangan bulat, oleh karena itu 1 merupakan pembagi persekutuan dua
bilangan sebarang a dan b. Jadi setiap pasang bilangan memiliki pembagi
persekutuan.
Paling sedikit ada satu diantara b danc adalah tak nol, yang terbesar
diantara pembagi-pembagi persekutuan yang positif dinamakan pembagi
persekutuan terbesar (factor persekutuan terbesar „FPB‟ ) dari b dan c. notasi
(b.c) menyatakan fpb dari b dan c.
10
Pembagi persekututan terbesar Dari b dan c dapat dinyatakan sebagai
kombinasi linear dari b dan c. hal tersebut dinyatakan dengan teorema sebagai
berikut :
Teorema 7-13 : jika g = (b,c) maka terdapat bilangan bulat x0 dan y0
sedemikian sehingga g = bx0 + cy0
Bukti : Pandang kombinasi linear bentuk bx + cy dengan x dan y sebagai
bilangan bulat dan K = { m│ m = bx +cy }, himpunan K ≠ Ø, sebab
0 € K, yaitu untuk x = 0 dan y = 0.
Pilih x0 dan y0 sedemikian sehingga h = bx0 + cy0 bilangan positif
terkecil dalam K. tunjukkan bahwa h│ b dan h│ c . andaikan h
tidak│b, maka b = hq + r dengan 0 < r< h
atau r = b – qh
= b – q(bx0 + cy0 )
= b(1-qx0) + c(-qy0) karena 1 – qx0 € Z dan –cy0 € Z,
maka r berbentuk bx + cy untuk suatu x,y bilangan bulat. Dengan
kata lain r € K. hal ini bertentangan dnengan pengandaian bahwa
terkecil dalam K dan 0 < r < h. maka haruslah h│ b dan b│h.
Karena g = (b,c) maka terdapat bilangan bulat m,n sedemikian
sehingga b = g.m dan c = g.n. dari h = bx0 + cy0 = gmx0 + gny0 =
g(mx0 + ny0 ). Jadi g│h. berdasarkan teorema 7-5 jika g│h maka g ≤
h.
Tidak mungkin terjadi g < h, karena g pembagi persekutuan terbesar
dari b dan c, maka haruslah g = h = bx0 + cy0
11
Contoh : (27,45) = 9 berarti 9 = 27xo + 45yo dan dapat diambil
9 = 27(2) + 45(-1) atau
9 = 27 (-3) + 45 (2) atau
9 = 27 (-8) + 45 (5)
Teorema 7-14 : Jika g = (b,c) maka g mempunyai ciri-ciri :
(1) G bilangan bulat positif terkecil yang berbentuk
bx + cy untuk x dan y bilangan bulat positif
(2) G pembagi persekutuan yang positif dari b dan c
dan g terbagi oleh persekutuan b dan c
Teorema 7-15 : Untuk sembarang bilangan bulat p > 0berlaku
(pa,pb) = p(a,b)
Teorema 7-16 : Jika d > 0, d│a dan d│b, maka ( , ) = ( a,b)
Jika (a,b) = g , maka , ) = 1 ( bilangan bulat a
dan b saling prima jika (a,b) = 1
Teorema 7-17 : Suatu bilangan bulat b relative prima terhadap yang
tidak nol, jika sisa hasil bagi b oleh a juga relative
prima terhadap prima.
Teorema 7-18 : Jika c│ab dan (b,c) = 1, maka c│a = 1
Teorema 7-19 : Algoritma Euclid
Diberikan bilangan bulat b dan c dengan c > 0, bila
kita terapkan alogaritma pembagian berkali-kali
maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
12
b = cq1 + r1 0 < r1 < o
c = r1 q2 + r2 0 < r2 < r1
r1 = r2 q3 + r3 0 < r3 < r2
r2 = r3 q4 + r4 0 < r4 < r3
.......................................................
rj-4 = rj-3 qj-2 + rj-2 0 < rj-2 < rj-3
rj-3 = rj-2 qj-1 + rj-1 0 < rj-1 < rj-2
rj-2 = rj-1 qj + rj 0 < rj < rj-1
rj-1 = rj qj-1
FPB dari b dan c adalah rj yang merupakan sisa tak
nol pada langkah ke j dalam proses pembagian
diatas.
Contoh : Misalkan b = 161 dan c = 91, maka
161 = 1.91 + 70
91 = 1.70 + 21
70 = 3.21 + 7
21 = 3.7
Jadi FPB dari 161 dan 91 adalah 7 atau (161,91) = 7.
Berdasarkan teorema 7-13, jika (161,91) = 7, maka
13
Sehingga 7 = 161x0 + 91y0
7 = 70 – 3.21
7 = 70 – 3(91 – 1.70)
= 4.70 – 3.91
= 4(161 – 1.91) – 3.91
= 4(161) – 7 (91)
7= 161(4) + 91(-71)
diperoleh xo = 4 dan yo = -7
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterbagian merupakan bilangan bulat b dibagi oleh a jika terdapat
bilangan bulat x, sehingga b = ax dan dinotasikan a│b. dibaca “a membagi
b”, atau “ b terbagi habis oleh a” atau “b kelipatan dari a”. sifat pembagian ini
: jika a≠ 0 dan terdapat x € z sedemikian sehingga b = ax, maka x tunggal.
Jika a,b,c bilangan bulat maka berlaku sifat keterbagian:
a. a│ b → a │bc, untuk setiap c bilangan bulat.
b. (a │ b, b │c) → a │ c.
c. (a │ b, b │a) → a = ± b.
d. (a │ b, a │c) → a │ (b ± c).
e. (a │ b, a │c) → a │ (ax + by) untuk setiap x,y bilangan bulat.
f. a>0, b > 0 dan a │b) → a ≤ b.
g. a │b ↔ ma │ mb untuk setiap m bilangan bulat dan m ≠ 0
h. ( a│b dan a │ b+c ) → a │c.
Ada beberapa teorema yang berkaitan dengan ciri suatu bilangan
yang habis dibagi, yaitu
a. Teorema 7-10 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka
(a + b + c ) juga habis dibagi x
b. Teorema 7-11 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka
( a-b-c) juga habis dibagi x
c. Teorema 7-12 : untuk a,b,c € Z, jika a│c, maka c│ab
15
DAFTAR PUSTAKA
Erman. 1993.Perkenalan dengan Teori Bilangan. Bandung: Wijayakusumah
Lutfi, nurul aulia. 2012. Makalah Teori Bilangan Keterbagian. http//: Lutfi, nurul
aulia.blogspot.com

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03KuliahKita
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
Metode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaMetode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaDidik Sadianto
 
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8kreasi_cerdik
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaranNia Matus
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanNia Matus
 

Was ist angesagt? (20)

BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Metode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaMetode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematika
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
AKM SPLDV - Pertemuan 2
AKM SPLDV - Pertemuan 2AKM SPLDV - Pertemuan 2
AKM SPLDV - Pertemuan 2
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
 

Ähnlich wie Keterbagian

Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawabanfondaessa
 
Kumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika smaKumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika smaRisca Wentiari
 
Bahas osp matematika sma 2011
Bahas osp matematika sma 2011Bahas osp matematika sma 2011
Bahas osp matematika sma 2011Mina Lim
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERRarasenggar
 
To 1 mat ipa 1213 01
To 1 mat ipa 1213   01To 1 mat ipa 1213   01
To 1 mat ipa 1213 01Tri Bagus
 
Presentasi pembelajaran limpiade
Presentasi pembelajaran limpiadePresentasi pembelajaran limpiade
Presentasi pembelajaran limpiadeVen Dot
 
Ss inge didin pdf
Ss inge didin pdfSs inge didin pdf
Ss inge didin pdfInge A
 
Ss inge didin pdf
Ss inge didin pdfSs inge didin pdf
Ss inge didin pdfInge A
 
2017 osn matematika sma kota (solusi)
2017 osn matematika sma kota (solusi)2017 osn matematika sma kota (solusi)
2017 osn matematika sma kota (solusi)Ahmad Kholili
 
Latihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahas
Latihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahasLatihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahas
Latihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahasNafis Kurtubi
 
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Agoeng Siswantara
 
Olimpiademattkkota2010
Olimpiademattkkota2010Olimpiademattkkota2010
Olimpiademattkkota2010giani149
 

Ähnlich wie Keterbagian (20)

Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
 
Emi samrt
Emi samrtEmi samrt
Emi samrt
 
Smart solutions
Smart solutionsSmart solutions
Smart solutions
 
Kumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika smaKumpulan soal olimpiade matematika sma
Kumpulan soal olimpiade matematika sma
 
Bahas osp matematika sma 2011
Bahas osp matematika sma 2011Bahas osp matematika sma 2011
Bahas osp matematika sma 2011
 
Diantra pdf
Diantra pdfDiantra pdf
Diantra pdf
 
Diantra pdf
Diantra pdfDiantra pdf
Diantra pdf
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
To 1 mat ipa 1213 01
To 1 mat ipa 1213   01To 1 mat ipa 1213   01
To 1 mat ipa 1213 01
 
Presentasi pembelajaran limpiade
Presentasi pembelajaran limpiadePresentasi pembelajaran limpiade
Presentasi pembelajaran limpiade
 
Ss inge didin pdf
Ss inge didin pdfSs inge didin pdf
Ss inge didin pdf
 
Smart solution pdf
Smart solution pdfSmart solution pdf
Smart solution pdf
 
Smart solution pdf
Smart solution pdfSmart solution pdf
Smart solution pdf
 
Ss inge didin pdf
Ss inge didin pdfSs inge didin pdf
Ss inge didin pdf
 
2017 osn matematika sma kota (solusi)
2017 osn matematika sma kota (solusi)2017 osn matematika sma kota (solusi)
2017 osn matematika sma kota (solusi)
 
Latihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahas
Latihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahasLatihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahas
Latihan soal-un-smp-mts-2012-matematika-bahas
 
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Olimpiademattkkota2010
Olimpiademattkkota2010Olimpiademattkkota2010
Olimpiademattkkota2010
 

Keterbagian

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyelesaikan soal dalam matematika penting untuk diketahui tentang teori yang berlaku dalam penyelesaian sebuah soal. Hal ini penting dilakukan supaya dalam penyelesaiannya memperhatikan prosedur penyelesaian soal . seperti dalam penyelesaian soal keterbagian. Teori bilangan adalah salah satu cabang pelajaran matematika. Dalam teori bilangan ada bab yang berjudul keterbagian bilangan. Keterbagian bilangan merupakan bagian dasar dari berbagai sifat teori bilangan, oleh karenanya kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi pendidikan matematika harus mempelajari dan memahami keterbagian bilangan. Menyikapi hal tersebut kami sebagai penyusun makalah ini berusaha menyajikannya dalam bentuk catatan yang akan menambah pengetahuan kita semua sebagai mahasiswa pendidikan matematika. 1.2 Rumusan masalah a) Apa yang dimaksud dengan keterbagian ? b) Apa sajakan sifat yang berlaku dalam keterbagain ? c) Bagaimana ciri suatu bilangan yang habis dibagi ? d) Bagaimana teorema menghitung pembagi persekutuan ? 1.3 Tujuan penulisan a) Pembaca mengetahui tentang keterbagian b) Pembaca juga mengetahu sifat yang berlaku dalam keterbagian untuk dapat diaplikasikan
  • 2. 2 c) Pembaca mengetahui ciri suatu bilangan yang habis dibagi dan dapat menerapkannya dalam soal keterbagian.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Keterbagian Keterbagian merupakan bilangan bulat b dibagi oleh a jika terdapat bilangan bulat x, sehingga b = ax dan dinotasikan a│b. dibaca “a membagi b”, atau “ b terbagi habis oleh a” atau “b kelipatan dari a”. sifat pembagian ini : jika a≠ 0 dan terdapat x € z sedemikian sehingga b = ax, maka x tunggal. Sebagai bukti : misalkan b = ax1 dan b = ax2 sehingga ax1 = ax2 , ax1 - ax2 = 0 ↔ a(x1 – x2 ) = 0 ↔ karena a ≠ 0, maka x1 – x2 = 0……….. Sehingga x1 = x2 Jika a=0, maka x tak ada kecuali b = 0, dalam kasus ini x tidak tunggal, untuk b =ax, maka a disebut factor dari b dan b disebut kelipatan dari a. untuk a≠ 0, x disebut hasil bagi b oleh a. bilangan bulat x dalam b = ax sering disebut juga factor komplemen b oleh a. 2.2 Sifat-sifat keterbagian Jika a,b,c bilangan bulat maka berlaku: a) a│ b → a │bc, untuk setiap c bilangan bulat. Bukti Jika d│a maka ada suatu bilangan bulat k sehingga a = dk. Dengan mengalikan kedua ruas pada persamaan di atas dengan n, kita peroleh a(n) = dk(n). Dengan menggunakan sifat-sifat komutatif, asosiatif, dan ketertutupan perkalian pada bilangan bulat, kita peroleh n.a = d (nk). Jadi d│na. b) (a │ b, b │c) → a │ c. Bukti a│b dan b│k maka menurut definisi, terdapat bilangan bulat f dan g sedemikian sehingga k = bg = (af)g = a(fg). Jadi, k = a(fg). Akibatnya menurut definisi, a│k. c) (a │ b, b │a) → a = ± b.
  • 4. 4 d) (a │ b, a │c) → a │ (b ± c). Bukti d│a mengakibatkan a = md, m suatu bilangan bulat. d│b mengakibatkan b = nd, n suatu bilangan bulat a + b = md + nd = (m + n)d Karena m dan n bilangan bulat, m + n juga bilangan bulat, d│ (a + b). Dengan demikian, d membagi a + b, atau ditulis d│ (a + b). e) (a │ b, a │c) → a │ (ax + by) untuk setiap x,y bilangan bulat. Bukti j│a dan j│b maka terdapat bilangan bulat f dan g sedemikian sehingga dan b =jg sehingga, ka + lb = kjf + ljg = j(kf+lg). Akibatnya, j│(ka+lb). Untuk selanjutnya ax + by disebut kombinasi linear dari b dan c f) a>0, b > 0 dan a │b) → a ≤ b. g) a │b ↔ ma │ mb untuk setiap m bilangan bulat dan m ≠ 0 h) ( a│b dan a │ b+c ) → a │c. 2.3 Ciri suatu bilangan habis dibagi Ada beberapa teorema yang berkaitan dengan ciri suatu bilangan yang habis dibagi, yaitu a. Teorema 7-10 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka (a + b + c ) juga habis dibagi x b. Teorema 7-11 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka ( a-b-c) juga habis dibagi x c. Teorema 7-12 : untuk a,b,c € Z, jika a│c, maka c│ab 2.3.1 Suatu bilangan ahabis dibagi 2 juka bilangan yang diwakili oleh angka terakhirnya genap. Bukti : misalkan bilangan tersebut adalah ab = a.10 + b. a.10 habis dibagi 2, supaya ab habis dibagi 2, maka haruslah b dibagi 2 Contoh : 24 = 2.10 + 4 2.10 habis dibagi 2 dan 4 juga habis dibagi 2, maka tentulah 24 habis dibagi 2
  • 5. 5 2.3.2 Bilangan yang habis dibagi oleh 2n Untuk n=1 maka suatu bilangan yang habis dibagi 2 jika satu bilangan terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 2. Untuk n=2 maka suatu bilangan yang habis dibagi 4 jika dua bilangan terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 4. Apakah 11348 habis dibagi 4? Kita ambil dua digit terakhir 48 ternyata habis dibagi 4, jadi 11348 habis dibagi 4. Utuk n=3 maka suatu bilangan yang habis dibagi 8 jika tiga angka terakhir dari bilangan tersebut habis dibagi 8. Contoh : Apakah 532096 habis dibagi 8? Kita ambil tiga digit terakhir yaitu bilangan 096 ternyata habis dibagi 8, jadi 532096 habis dibagi 8. 2.3.3 Suatu bilangan habis dubagi 4, jika dua angka terakhir bilangan tersebut habis dibagi 4. Bukti : misalkan bilangan tersebut abc abc = a.100 + b.10 + c a.100 habis dibagi 4 sebab a.100 = 4(25a) jadi agar abc habis dibagi 4, maka kharuslah (b.10 + c) habis dibagi 4 Contoh : 732 = 7.100 + 3.10 + 2 7.100 habis dibagi 4, sebab 700 = 4(175), 32 habis dibagi 4, sehingga 732 habis dibagi 4. 2.3.4 Suatu bilangan habis dibagi 8, jika 3 angka terakhir bilangan tersebut habis dibagi 8 Bukti : misalkan bilangan tersebut abcd abcd = a.1000 + b.100 + c.10 + d a.1000 habis dibagi 8 sebab a.1000 = 8 (125a). jadi supaya abcd habis dibagi 8, maka haruslah (b.100 + c.10 + d) habis dibagi 8
  • 6. 6 Contoh : 2832 = 2.1000 + 8.100 + 3.10 + 2 2.1000 habis dibagi 8, sebab 2000 = 8 (250), 832 habis dibagi 8, oleh karena itu 2832 habis dibagi 8. 2.3.5 Suatu bilangan habis dibagi lima, jika angka paling kanan dari bilangan tersebut adalah 5 atau 0. Bukti : i) misalkan bilangan tersebut ab, yang berarti ab = a.10 + b, dengan b=5, karena ada a.10 merupakan kelipatan 5, berarti a.10 habis dibagi 5, sedangkan b=5 juga habis dibagi 5, sehingga secara keseluruhan ab habis dibagi 5. ii) 10 habis dibagi 5, setiap bilangan yang angka terakhirnya nol berarti puluhan atau kelipatan sepuluh, maka jelas bilangan tersebut habis dibagi 5. Contoh : 235 = 2.100 + 3.10 + 5 2.100 habis dibagi 5, 3.10 habis dibagi 5 dan 5 juga habis dibagi 5. Oleh sebab itu, 235 habis dibagi 5 2.3.6 Suatu bilangan habis dibagi 9, jika jumlah bilangan yang diwakili oleh angka-angkanya habis dibagi 9. Bukti : misalkan a € Z dengan 1≤ a ≥ 9, maka Bilangan puluhan bisa ditulis a(9 + 1) Bilangan ratusan dapat ditulis a(99 + 1) Bilangan ribuan dapat ditulis a(999 + 1) Bilangan puluhan ribu dapat ditulis a(9999 + 1) dan seterusnya. Misalkan bilangan yang akan diperiksa adalah abcd abcd = a.1000 + b.100 + c.10 + d = a(999 + 1) + b(99 + 1) + c(9 + 1) + d = (999.a + 99.b + 99.c) + (a+ b+c+ d) Karena (999.a + 99.b + 99.c) kelipatan 9, agar abcd habis dibagi 9, maka haruslah (a+ b+c+ d) habis dibagi 9.
  • 7. 7 Contoh : 6804 = 6(999+1) + 8(99+1) + 0(9+1) + 4 = 6.999 + 8.99 + 0.9 + (6+8+0+4) Karena 6.999 + 8.99 + 0.9 habis dibagi 9 dan (6+8+0+4) = 18 habis dibagi 9, maka 6804 habis dibagi 9 2.3.7 Suatu bilangan habis dibagi 3, jika jumlah bilangan yang diwakili oleh angka-angkanya habis dibagi 3. Bukti : misalkan a € Z dengan 1≤ a ≥ 9, maka Bilangan puluhan bisa ditulis a(9 + 1) Bilangan ratusan dapat ditulis a(99 + 1) Bilangan ribuan dapat ditulis a(999 + 1) Bilangan puluhan ribu dapat ditulis a(9999 + 1) dan seterusnya. Contoh : 123 = 1(99+1) + 2(9+1) + 3 = (1.99 + 2.9) + (1+2+3) 1.99 2.9 habis dibagi 3, maka 123 habis dibagi 3. 2.3.8 Suatu bilangan habis dibagi 6, jika bilangan tersebut habis dibagi 2 dan habis dibagi 3. Bukti : misalkan a € Z dengan 1≤ a ≥ 9, maka Bilangan puluhan bisa ditulis a(9 + 1) Bilangan ratusan dapat ditulis a(99 + 1) Bilangan ribuan dapat ditulis a(999 + 1) Bilangan puluhan ribu dapat ditulis a(9999 + 1) dan seterusnya. Contoh : 972 habis dibagi 2, juga habis dibagi 3 sebab 9+7+2 = 28 habis dibagi 3, oleh karena itu 972 habis dibagi 6. 2.3.9 Suatu bilangan habis dibagi 7 jika selisih antara bilangan yang diwakili oleh bilangan semula kecuali angka yang terakhir dengan dua kali angka yang terakhir habis dibagi 7.
  • 8. 8 Contoh : 7│ 84 sebab 8 – 2 (4) = 0 + 0.7 0 habis dibagi 7 7 │ 483 sebab 48 – 2(3) = 42 Jelas 42 kelipatan dari 7, jadi 7 │ 483 2.3.10 Suatu bilangan habis dibagi 10 jika angka terakhir dari bilangan tersebut adalah nol. Contoh : 40 habis dibagi 10, karena angka terakhir dari bilangan tersebut adalah 0. 2.3.11 Suatu bilangan habis dibagi 11 jika pada bilangan tersebut jumlah bilangan yang diwakili oleh angka pada tempat ganjil (dihitung dari kanan) dikurangi dengan jumlah bilangan yang diwakili oleh angka- angka pada tempat genap habis dibagi 11. Bukti : bilangan berpangkat 10 dapat ditulis dalam kelipatan 1, sebagai berikut : 100 = 0.11 + 1 101 = 1.11 – 1 102 = 9.11 + 1 103 = 91.11 – 1 104 = 909.11 + 1 105 = 9091.11 - 1 ………………… 102k = m.11 + 1, untuk suatu k, m bilangan cacah 102k+1 = n.11 – 1, untuk suatu k, n bilangan cacah. Misalkan bilangan yang akan kita tunjukkan adalah abcd. abcd artinya : e.100 = e(k1.11 + 1) = e.k1.11 + e d.101 = d(k2.11 – 1) = d.k2.11 – d
  • 9. 9 c.102 = c(k3.11 + 1) = c.k3.11 + c b.103 = d(k4.11 – 1) = b.k4.11 – b a.104 = a(k5.11 – 1) = a.k5.11 + a Jadi abcd = (ek1 + dk2 + ck3 + bk4 + ak5). 11 + (a+c+e) – (d+b) agar abcd habis dibagi 11, maka haruslah {(a+c+e) – (d+b)} habis dibagi 11. Contoh : 1) 76978 habis dibagi 11 sebab (7+9+8) - (6+7) = k.11 dengan k=1, maka 76978 habis dibagi 11 2) 765842902 habis dibagi 11 sebab (7+5+4+9+2) – (6+8+2+0) = 27 – 16 = 11 merupakan kelipatan dari 11. Untuk ciri-ciri suatu bilangan habis dibagi oleh bilangan yang lebih besar dari pembagi yang telah dibahas diatas, jika bilangan itu komposit pada dasarnya sama, kecuali untuk pembagi-pembagi prima yang lebih besar dari 13. 2.4 Pembagi Persekutuan Pembagi persekutuan merupakan suatu bilangan bulat a disebut pembagi (=factor persekutuan dari b dan c, jika a│ b dan a│c. Setiap bilangan bulat tak nol hanya memiliki berhingga banyak factor saja, oleh sebab itu factor persekutuan dari b dan c hanya ada sejumlah terbatas saja, kecuali dalam kasus b = c = 0. Bilangan 1 membagi setiap bilangan bulat, oleh karena itu 1 merupakan pembagi persekutuan dua bilangan sebarang a dan b. Jadi setiap pasang bilangan memiliki pembagi persekutuan. Paling sedikit ada satu diantara b danc adalah tak nol, yang terbesar diantara pembagi-pembagi persekutuan yang positif dinamakan pembagi persekutuan terbesar (factor persekutuan terbesar „FPB‟ ) dari b dan c. notasi (b.c) menyatakan fpb dari b dan c.
  • 10. 10 Pembagi persekututan terbesar Dari b dan c dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari b dan c. hal tersebut dinyatakan dengan teorema sebagai berikut : Teorema 7-13 : jika g = (b,c) maka terdapat bilangan bulat x0 dan y0 sedemikian sehingga g = bx0 + cy0 Bukti : Pandang kombinasi linear bentuk bx + cy dengan x dan y sebagai bilangan bulat dan K = { m│ m = bx +cy }, himpunan K ≠ Ø, sebab 0 € K, yaitu untuk x = 0 dan y = 0. Pilih x0 dan y0 sedemikian sehingga h = bx0 + cy0 bilangan positif terkecil dalam K. tunjukkan bahwa h│ b dan h│ c . andaikan h tidak│b, maka b = hq + r dengan 0 < r< h atau r = b – qh = b – q(bx0 + cy0 ) = b(1-qx0) + c(-qy0) karena 1 – qx0 € Z dan –cy0 € Z, maka r berbentuk bx + cy untuk suatu x,y bilangan bulat. Dengan kata lain r € K. hal ini bertentangan dnengan pengandaian bahwa terkecil dalam K dan 0 < r < h. maka haruslah h│ b dan b│h. Karena g = (b,c) maka terdapat bilangan bulat m,n sedemikian sehingga b = g.m dan c = g.n. dari h = bx0 + cy0 = gmx0 + gny0 = g(mx0 + ny0 ). Jadi g│h. berdasarkan teorema 7-5 jika g│h maka g ≤ h. Tidak mungkin terjadi g < h, karena g pembagi persekutuan terbesar dari b dan c, maka haruslah g = h = bx0 + cy0
  • 11. 11 Contoh : (27,45) = 9 berarti 9 = 27xo + 45yo dan dapat diambil 9 = 27(2) + 45(-1) atau 9 = 27 (-3) + 45 (2) atau 9 = 27 (-8) + 45 (5) Teorema 7-14 : Jika g = (b,c) maka g mempunyai ciri-ciri : (1) G bilangan bulat positif terkecil yang berbentuk bx + cy untuk x dan y bilangan bulat positif (2) G pembagi persekutuan yang positif dari b dan c dan g terbagi oleh persekutuan b dan c Teorema 7-15 : Untuk sembarang bilangan bulat p > 0berlaku (pa,pb) = p(a,b) Teorema 7-16 : Jika d > 0, d│a dan d│b, maka ( , ) = ( a,b) Jika (a,b) = g , maka , ) = 1 ( bilangan bulat a dan b saling prima jika (a,b) = 1 Teorema 7-17 : Suatu bilangan bulat b relative prima terhadap yang tidak nol, jika sisa hasil bagi b oleh a juga relative prima terhadap prima. Teorema 7-18 : Jika c│ab dan (b,c) = 1, maka c│a = 1 Teorema 7-19 : Algoritma Euclid Diberikan bilangan bulat b dan c dengan c > 0, bila kita terapkan alogaritma pembagian berkali-kali maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
  • 12. 12 b = cq1 + r1 0 < r1 < o c = r1 q2 + r2 0 < r2 < r1 r1 = r2 q3 + r3 0 < r3 < r2 r2 = r3 q4 + r4 0 < r4 < r3 ....................................................... rj-4 = rj-3 qj-2 + rj-2 0 < rj-2 < rj-3 rj-3 = rj-2 qj-1 + rj-1 0 < rj-1 < rj-2 rj-2 = rj-1 qj + rj 0 < rj < rj-1 rj-1 = rj qj-1 FPB dari b dan c adalah rj yang merupakan sisa tak nol pada langkah ke j dalam proses pembagian diatas. Contoh : Misalkan b = 161 dan c = 91, maka 161 = 1.91 + 70 91 = 1.70 + 21 70 = 3.21 + 7 21 = 3.7 Jadi FPB dari 161 dan 91 adalah 7 atau (161,91) = 7. Berdasarkan teorema 7-13, jika (161,91) = 7, maka
  • 13. 13 Sehingga 7 = 161x0 + 91y0 7 = 70 – 3.21 7 = 70 – 3(91 – 1.70) = 4.70 – 3.91 = 4(161 – 1.91) – 3.91 = 4(161) – 7 (91) 7= 161(4) + 91(-71) diperoleh xo = 4 dan yo = -7
  • 14. 14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Keterbagian merupakan bilangan bulat b dibagi oleh a jika terdapat bilangan bulat x, sehingga b = ax dan dinotasikan a│b. dibaca “a membagi b”, atau “ b terbagi habis oleh a” atau “b kelipatan dari a”. sifat pembagian ini : jika a≠ 0 dan terdapat x € z sedemikian sehingga b = ax, maka x tunggal. Jika a,b,c bilangan bulat maka berlaku sifat keterbagian: a. a│ b → a │bc, untuk setiap c bilangan bulat. b. (a │ b, b │c) → a │ c. c. (a │ b, b │a) → a = ± b. d. (a │ b, a │c) → a │ (b ± c). e. (a │ b, a │c) → a │ (ax + by) untuk setiap x,y bilangan bulat. f. a>0, b > 0 dan a │b) → a ≤ b. g. a │b ↔ ma │ mb untuk setiap m bilangan bulat dan m ≠ 0 h. ( a│b dan a │ b+c ) → a │c. Ada beberapa teorema yang berkaitan dengan ciri suatu bilangan yang habis dibagi, yaitu a. Teorema 7-10 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka (a + b + c ) juga habis dibagi x b. Teorema 7-11 : untuk a,b,c € Z, dan masing-masing habis dibagi x, maka ( a-b-c) juga habis dibagi x c. Teorema 7-12 : untuk a,b,c € Z, jika a│c, maka c│ab
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Erman. 1993.Perkenalan dengan Teori Bilangan. Bandung: Wijayakusumah Lutfi, nurul aulia. 2012. Makalah Teori Bilangan Keterbagian. http//: Lutfi, nurul aulia.blogspot.com