Dokumen tersebut membahas tentang adat pernikahan masyarakat Batak yang terdiri dari 12 tahapan ritual mulai dari prosesi pertunangan, pembicaraan mas kawin, pemberkatan gereja, pesta adat, hingga tahap-tahap setelah menikah. Adat pernikahan Batak dianggap sangat penting oleh masyarakatnya meskipun saat ini sebagian sudah disederhanakan.
1. PERNIKAHAN ORANG BATAK
Suku Batak terkenal dengan adat istiadatnya yang sangat rumit dan unik, posisi adat dalam suku Batak
berada pada urutan kedua setelah Agama. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari adat memiliki peran yang
sangat penting dalam masyarakat Batak, adat menjadi alat pemersatu antara individu dengan individu
yang lain, antara satu keluarga dengan keluarga lain, antara marga yang satu dengan marga yang lain.
Adat sangat dijunjung tinggi keberadaannya oleh orang Batak karena adat menjadi sebuah alat dapat
mengatur kekerabatan suku-suku Batak. Dengan mengetahui adat, maka orang Batak akan bisa
memposisikan dirinya ketika berkenalan dengan orang baru hanya dengan menanyakan marga orang
tersebut. Dalam acara-acara Batak juga tidak lepas dari adat, baik acara sukacita maupun dukacita. Ciri
yang paling khas adalah kehadiran ulos dalam setiap acara Batak.
Salah satu yang cukup rumit dan unik dalam adat Batak adalah pernikahan, bagi suku Batak pernikahan
adalah sebuah acara yang sangat berharga. Pernikahan bagi masyarakat Batak khususnyaorang Toba
wajib dilaksanakan dengan menjalankan sejumlah ritualperkawinan adat Batak setelah menerima
pemberkatan dari Gereja. Dalam keunikan dan ragam keistimewaannya, upacara pernikahan adatBatak
Tobacukup merepotkan, apabila dibandingkan dengan pernikahan suku-suku lain yang ada di Indonesia.
Acara adat Batak bisa berlangsung dari pagi hingga malam hari pukul 10 WIB karena panjangnya tata
acara adat yang dilaksanakan. Sehingga bagi mereka yang baru pertama mengikuti acara nikah orang
Batak akan merasa heran dengan panjangnya acara tersebut.
Pernikahan Batak akan dipandang sah dalam masyarakat harus mengikuti tata adat yang berlaku. Walau
sebenarnya pemberkatan di Gereja adalah hal yang paling utama, namun jika tidak melakukan acara adat
secara penuh (adat na gok) maka keluarga yang baru terbentuk belum sah posisinya dalam adat batak.
Berikut ini tata adat dalam pernikahan Batak yang disebut dengan adat na gok pernikahan orang Batak:
1. Mangarisika/ Perekenalan dan bertunangan.
Dalam hal ini pihak pria melakukan kunjungan tidak resmi ke rumah wanita dalam rangka penjajakan
atau perkenalan pihak keluarga pria kepada orang tua wanita, biasanya diutus dua atau tiga orang dari
pihak pria. Jika pihak wanita terbuka untuk menerima peminangan maka pihak orang tua pria
memberikan tanda kasih (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata) berupa kain, cincin emas,
dan lain-lain.
2. Marhori-hori Dinding/Marhusip
Marhusip (Indo: berbisik), marhusip bukan dalam artian pihak pria dan pihak wanita berbisik-bisik. Akan
tetapi pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan
kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum. Tahap ini adalah kelanjutan dari mangarisika, yaitu
acara bertamu antara orang tua serta kerabat pria kepada orang tua serta kerabat wanita.
Akan tetapi akhir-akhir ini acara Marhori hori Dinding sudah agak melenceng dari sebenarnya dimana
acara ini tidak hanya menjajaki lagi namun sudah langsung membicarakan hal-hal pokok seperti berapa
besarnya nilai Mas Kawin / sinamot yang akan diberikan pihak pria kepada pihak perempuan tersebut,
tempat Pesta Pernikahan, akan tetapi pembicaraan ini belum bersifat resmi.
3. Marhata Sinamot
Sinamot adalah tuhor ni boru, dalam adat Batak, pihak pria “membeli” wanita yang akan jadi istrinya dari
calon mertua. Jumlah sinamot yang akan dibayarkan pria kepada pihak wanita dibicarakan dalam acara
ini, sebelum membicarakan jumlah sinamot, terlebih dahulu acara makan bersama yang dihadiri beberapa
orang pihak pria dan wanita. Acara ini dilakukan di rumah kaum wanita, pihak pria (tanpa pengantin)
2. datang ke rumah wanita membawa juhut/daging dan makanan untuk dimakan bersama. Setelah makan
bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang terdiri dari :
1. Kerabat marga ibu (hula-hula)
2. Kerabat marga ayah (dongan tubu)
3. Anggota marga menantu (boru)
4. Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
5. Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan waktu
Martumpol dan Pamasu-masuon.
Dalam acara ini ada beberapa hal pokok yang dibicarakan yaitu:
1. Sinamot.2. Ulos3. Parjuhut dan Jambar4. Jumlah undangan6. Tanggal dan tempat
pesta.7. Tatacara adat
5. Martumpol (baca : martuppol)
Acara ini adalah penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana
perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja. Martumpol dilakukan biasanya dua minggu
sebelum pesta pernikahan. Dalam acara ini kedua pengantin ikut hadir serta anggota keluarga ke Gereja.
Selanjutnya pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat,
yang biasa disebut dengan Tingting (baca : tikting) seperti pemberitahuan bahwa kedua belah pihak akan
menikah. Tingting harus dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut, setelah dua kali tingting tidak ada
gugatan dari pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).
6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
Martonggo raja adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak
diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk empersiapkan kepentingan
pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis, dalam acara ini biasanya dihadiri oleh teman satu
kampung, dongan tubu (saudara). Pihak hasuhuton (tuan rumah) memohon izin pada masyarakat sekitar
terutama dongan sahuta (temansekampung) untuk mebantu mepersiapkan acara dan penggunaan fasilitas
umum pada pesta yang telah direncanakan.
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
Pemberkatan pernikahan kedua mempelai dilakukan di Gereja oleh Pendeta, setelah pemberkatan
pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah
pemberkatan dari Gereja selesai, kemudian kedua belah pihak pulang ke rumah untuk mengadakan acara
adat Batak dimana pesta ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak pria dan wanita.
8. Pesta Unjuk
Setelah selesai pemberkatan dari Gereja, kedua mempelai juga menerima pemberkatan dari adat yaitu dari
seluruh keluarga terkhusus kedua orang tua. Dalam pesta adat inilah disampaikan doa-doa bagi kedua
mempelai yang diwakili dengan pemberian ulos. Kemudian dilakukan pembagian jambar (jatah) berupa
daging dan juga uang yaitu:
1. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak wanita adalah jambar juhut (daging) dan jambar uang (tuhor
ni boru) dibagi menurut peraturan.
3. 2. Jambar yang dibagi-bagikan bagi pihak pria adalah dengke (baca : dekke/ ikan mas arsik) dan ulos
yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah
paranak.
9. Mangihut di ampang (dialap jual)
Dialap Jual artinya jika pesta pernikahan diadakan di kediaman kaum wanita, maka dilakukanlah acara
membawa mempelai wanita ke tempat mempelai pria.
10. Ditaruhon Jual.
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita dibolehkan
pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat
namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah mengantar), sedang dalam
dialap jual upa manaru tidak dikenal.
10. Paulak Unea
a. Seminggu setelah pesta adat dan wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka pihak pria, minimum
pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas
berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa lajangnya
(acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam
pernikahan).
b. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan selanjutnya
memulai hidup baru.
11. Manjae
Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga (kalau pria tersebut
bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian.
Biasanya anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya.
12. Maningkir Tangga (baca: manikkir tangga)
Setelah pengantin manjae atau tinggal di rumah mereka, maka orang tua serta keluarga pengantin datang
untuk mengunjungi rumah mereka, dan diadakan makan bersama.
Demikianlah tata pernikahan dalam adat Batak yang disebut dengan adat na gok, akan tetapi akhir-akhir
ini tidak semua lagi urutan ini dilakukan seperti semula, terutama orang-orang Batak yang diperantauan.
Beberapa sudah dibuat menjadi lebih simpel, ada juga sebagian yang digabungkan pelaksanaannya.
Terimakasih. Salam.