Makalah ini membahas tiga aliran psikologi yaitu kognitif, behaviorisme, dan social learning. Aliran kognitif fokus pada proses berpikir manusia seperti persepsi, ingatan, dan pengolahan informasi. Behaviorisme menekankan pengaruh lingkungan terhadap perilaku. Social learning melihat pengaruh lingkungan sosial dan model dalam belajar.
1. MAKALAH
PSIKOLOGI UMUM I
ALIRAN PSIKOLOGI
KOGNITIF, BEHAVIORISME, DAN SOCIAL LEARNING
Oleh:
Muhammad Anggy Fajar Purba (121301104)
Netova Sibuea (121301058)
Rebecca Evelyn (121301090)
Anisa Avinda Ahmad (121301102)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang menganugrahkan ilmu
pengetahuan kepada manusia sehingga dengan ilmu pengetahuan manusia terangkat harkat
dan martabatnya. Dengan ilmu pengetahuan, umat manusia menjadi beradab. Shalawat dan
salam semoga tetap kita limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dengan jerih payah
dan perjuangannya, mampu mengantarkan umat manusia menuju pencerahan. Dan juga
karena berkat penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Psikologi Umum I ini
mengenai Aliran Kognitif, Behavioristik dan Social Learning.
Makalah Psikologi Umum I Aliran Kognitif, behavioristik, dan Social Learning ini
dimaksudkan sebagai alat agar pembaca dapat lebih mengenal psikologi berdasarkan aliran
Kognitif, Behavioristik, dan Social Learning. Pembaca juga diharapkan agar lebih menguasai
cara belajar berdasarkan aliran-aliran yang dikemukakan oleh para tokoh.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Psikologi Umum
I Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi dan Ibu Dina Nazriani, M.Psi, psikolog karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas kami.
Untuk menyempurnakan makalah ini, kami menerima kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat memenuhi maksud dan tujuan pembuatannya serta
menjadi karya yang lebih baik.
Medan, September 2012
Kelompok 13 (Tiga Belas)
i
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Kognitif 2
2.2 Aliran Behaviorisme 6
2.3 Aliran Social learning 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
ii
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad
sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya menjadi
subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara spesifik , selama
abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling bersaing untuk mendominasi yang
lain.
Para psikolog bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki
berbagai macam peran, bahkan dalam lingkungan akademia psikologi kontemporer cukup
sulit diidentifikasi.
Semakin banyak yang diketahui, semakin beragam pula anggapan para tokoh terhadap
psikologi. Berdasarkan perbedaan tersebut, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
menjelaskan beberapa aliran psikologi seperti aliran kognitif, behaviorisme dan social
learning. Dengan banyak tokoh, teori dan karakteristiknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu psikologi aliran kognitif, behaviorisme dan social learning?
2. Siapa saja tokoh dari setiap aliran dan apa teorinya?
3. Apa ciri khas dari setiap aliran?
4. Apa fungsi dari mempelajari aliran psikologi tersebut?
1.3 Tujuan
Diharapkan pembaca lebih mengerti psikologi berdasarkan aliran kognitif,
behavioristik dan social learning.
Agar pembaca dapat lebih mengetagui tokoh dan teori di dalam aliran tersebut.
Agar pembaca mengetahui karakteristik dari tiap aliran.
Mengetahui pengaruh aliran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
1
5. BAB II
PEMBAHASAN
Manusia merupakan objek dalam psikologi yang selalu membutuhkan pendewasaan
didalam dirinya. Oleh sebab itu, pendidikanlah yang dianggap paling baik untuk
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Maka untuk melakukan
pendekatan di bidang pendidikan itu bermunculan berbagai aliran-aliran dalam psikologi.
Diantaranya adalah aliran kognitif, aliran behavioristik, dan aliran social learning.
2.1 Aliran Kognitif
Aliran kognitif merupakan aliran yang lebih terfokus kepada pemikiran ingatan
manusia. Pendekatan kognitif lebih mengutamakan proses bukan hanya hasil. Bagi aliran ini,
belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Aliran ini melihat bahwa perilaku manusia
dibentuk berdasarkan bagaimana cara mereka mempersepsi,mengorganisasi dan mengolah
informasi. Kognitif meliputi higher mental proses seperti pengetahuan, intelegensi, pikiran
imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, ingatan,perhatian, mimpi.
Ciri-ciri aliran kognitif:
1. mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
3. mementingkan peranan kognitif
4. mementingkan kondisi waktu sekarang
5. mementingkan pembentukan struktur kognitif
6. mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7. mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
SEJARAH RINGKAS ALIRAN KOGNITIF
Mulanya revolusi kognitif adalah ketika para ahli psikologi kecewa tentang batasan
dan cara behaviourisme. Faktor lain adalah kemunculan komputer dimana kemunculan ini
menyebabkan manusia lebih percaya Faktor lain yang penting
ialah kemunculan komputer di mana memberikan kebolehpercayaan metafora manusia
memproses maklumat dan alat penting sebagai model dan penjelajahan proses kognitif
manusia.
2
6. TOKOH-TOKOH DAN TEORINYA
Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget (1896 – 1980 )
Ruang lingkup kognitif sangat luas karena kognitif meliputi segala sesuatu yang
dipikirkan oleh manusia. Lebih spesifiknya lagi, kognitif meliputi pengetahuan, kesadaran,
intelegensi, pikiran,imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, pemecahan masalah,
konsep, klasifikasi, fantasi mimpi. Menutur Piaget,perkembangan ini dipengaruhi oleh 4
faktor, yaitu:
1. Kematangan. Menurut Piaget, kematangan otak atau susunan saraf memungkin anak
untuk menggunakan pikiran dan bahasa. Yang tepenting bukanlah apakah kematangan
mempunyai pengaruh melainkan sejauh mana pentingnya peran kematangan dan
bagaimana pengarus tersebut berlangsung. Kematangan fisik hanya salah satu faktor
saja. Seorang anak tidak dapat melakukan suatu tindakan tertentu sebelum mencapai
satu tingkat kematangan tertentu.
2. Pengalaman.
3. Transmisi sosial. Maksudnya adalah adanya pengaruh sosial terhadap pemikiran anak.
Dapat juga diartikan sebagai penanaman nilai-nilai melaui pendidikan ataupun bahasa
yang strukturnya dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang baru.
4. Equilibrium. Maksudnya adalah keseimbangan dan kontrol antara bawaan dan faktir
pengalaman. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan seperti
kematangann, pengalaman, lingkungan fisik serta lingkungan sosial. Oleh sebab itu,
diperlukanlah sistem kognitif agar dapat merubah menjadi penyesuaian keseimbangan.
Menurut Piaget, ada 3 konsep pembelajaran kognitif, antara lain :
a. Belajar aktif. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, perlu diciptakan suatu
kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri. Misalnya : melakukan
kerajinan tangan sendiri ataupun membandingkan penemuan/praktikum sendiri.
b. Belajar lewat interaksi sosial. Interaksi dalam belajar sangat dibutuhkan karena
interaksi antara subjek belajar dapat membantu perkembangan kognitif si anak. Tanpa
adanya interaksi sosial dalam belajar, akan muncul sifat egois dari si anak.
c. Belajar dari pengalaman sendiri. Dengan menggunakan pengalaman nyata, maka
perkembangan kognitif seorang anak akan lebih baik daripada hanya menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa memang sangat perlu untuk berkomunikasi
3
7. namun bila tidak disertai dengan pengalaman atau penerapan, maka perkembangan
kogntif cenderung mengarah ke verbalisme.
Teori free discovery learning (Jerome Bruner)
Bruner menyatakan dalam belajar terdapat 4 hal pokok yang perlu
diperhatikan :
a. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar. Dalam
pembelajaran dibutuhkan pengalaman untuk melakukan sesuatu dimana
pengalaman tersebut diharapkan dapat menjadi pengalaman yang positif.
Maka dari itu murid tidak akan melakukan banyak kesalahan lagi. Guru
pun memberikan banyak kesempatan kepada murid untuk mengoptimalkan
pengalamannya.
b. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal. Artinya
pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu
pengetahuan yang dipelajari anak-anak
c. Perincian urutan penyajian mata pelajaran.
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui
urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan
mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi sangat berpengaruh
pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Yang
mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar
sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan
perbedaan individu.
d. Cara pemberian “reinforcement”
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran
yang digunakan sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner
mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi
dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari guru adalah
dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah
menjadi dorongan yang bersifat intrinsic.
David Ausuble
4
8. Ausuble mngemukakan tentang meaningful learning. Belajar bermakna adalah
proses menghubungkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan
dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Prasyarat belajar bermakna
adalah: materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial dan anak yang
belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Empat prinsip pembelajaran,
antara lain:
a. Pengatur Awal (Advance Organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu
mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman
berbagai macam materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang mempunyai
struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi
suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
b. Diferensiasi Progresif
Di dalam proses belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi
konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan
lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran
dari umum ke khusus.
c. Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar
tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar
superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya
merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Penyesuaian Integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua
atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau
bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi
5
9. pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran
penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa,
sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke
bawah selama informasi disajikan.
2.2 ALIRAN BEHAVIORISME
Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat danberpengaruh, serta memiliki
akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusiaberdasarkan laporan-laporan subjektif)
dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentangalam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme mengakui adanya jiwa dan masihmemfokuskan diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme memandang pula bahwa ketikadilahirkan, pada dasarnya manusia tidak
membawa bakat apa-apa. Manusia akanberkembang berdasarkan pengaruh yang diterimanya
dari lingkungan sekitarnya.
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME :
• Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari
jiwa atau mental yang abstrak
• Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
• Menurut Watson (tokoh behaviorisme) bahwa observable behavior, adalah satu-satunya
subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
• Dalam perkembangannya, pandangan dikembangkan lagi
oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal, meskipun fokus pada overt behavior tetap
terjadi.
• Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
• Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam
dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Terhadap aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran
terhadap potensi alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia
tidak memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah
6
10. lakunya sendiri.
A. John B. Watson.
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada
gunanya. Alasannya adalahpsikologi merupakan sebuah ilmu maka ia dapat diukur dan
diamati. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanyadengan mempelajari apa yang
dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkanpsikologi menjadi ilmu yang objektif.
Bertolak belakang dengan kognitif, Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam
psikologi.Watson tidak mengabaikan kemungkinan eksistensi kondisi mental sentral, seperti
kesadaran, namun meyakini bahwa karena kondisi mental sentral semacam itu bersifat non
fisik dan tidak dapat dipelajari secara ilmiah, hal itu merupakan masalah semu psikologi. Ia
menganut refleksologi pengkondisian dari Pavlov dan metode kotak teka-teki dari dari
Thorndike. Meskipun demikian, Watson tidak pernah sepenuhnya memahami karakteristik
penguatan, dan sangat skeptik tentang hukum efek Thorndike, yang dikritiknya sebagai
konsep yang didasarkan pada kesimpulan-kesimpulan mentalistik, tanpa dukungan empiris.
Namun, Watson sepenuhnya meyakini prinsip-prinsip asosiasi sebagai kunci pertumbuhan
psikologis (behavioral), meskipun ia memahami bahwa teori pembelajaran yang
dikemukakannya sangat tidak adekuat.
3 prinsip dalam aliran behaviorisme:
1. Menekankan respon terkondisi sebagai
elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir
dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia
dan hewan.
2. Perilaku dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan
maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari
pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang
akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.
3. Memusatkan pada
perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
7
11. Asumsi Behaviorisme
Secara umum, paradigma behaviorisme memiliki beberapa asumsi, yang menjadi
dasar dalam penelitian para pengikutnya, yaitu:
Manusia tidak memiliki jiwa atau pikiran
Perilaku adalah hasil dari pengkondisian
Kita tidak dapat secara sadar melakukan sesuatu
Kita tidak bertanggungjawab terhadap perilaku kita
Dengan belajar maka akan mendapatkan perilaku baru.
Kondisioning Watson
Penelitian yang dilkaukan oleh J.B Watson dan istrinya Rosalie Rayner Watson, dapat
dipakai sebagai contoh bagaimana strategi kondisioning Pavlov apabila diterapkan pada
manusia. Albert (nama samaran yang diberikan Watson) diasuh sejak bayi di rumah sakit
anak-anak dimana ibunya bekerja sebagai perawat. Anak yang “pendiam dan tidak
emosional” itu menjadi subjek eksperimen Watson sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun. Tujuan
eksperimen adalah untuk menunjukkan bahwa respon emosional yang kompleks (eksperimen
Albert memusatkan perhatian kepada perasaan takut) dikembangkan organisme mengikuti
prinsip kondisioning Pavlov.
Di usia 9 bulan, Albert di dudukkan di kursi makan anak-anak, dan Watson berturut-
turut menunjukkan kepada anak itu tikus putih, kelinci, anjing, kera, topeng gundul, topeng
gimbal, gulungan benang wol, dan koran yang terbakar. Secara umum Albert yang belum
memiliki pengalaman dengan stimuli-stimuli itu, mereaksi dengan perasaan ingin tahu dan
ingin menyentuh objek itu. Menurut Watson, itu adalah bukti Albert tidak takut dan “tidak
menangis”
Ketika Albert berusia 11 bulan 3 hari, Watson memulai penelitian kondisioningnya
kondisioningnya. Dari hasil penelitian yang lalu, ditemukan bahwa suara yang keras dan
mendadak misalnya suara batang besi yang dipukul keras-keras akan menimbulkan reaksi
takut yang tajam pada hampir semua bayi. Penelitian Pavlov dikenakan kepada Albert:
Seekor tikus putih di dekatkan kepada Albert, dan dia menjulurkan tangan kirinya untuk
meraih tikus itu. Pas ketika tangannya menyentuh tikus itu, dibunyikan dentang batang besi
dipukul palu di belakang kepalanya. Bayi itu meloncat keras sampai jatuh dari kursi dan
8
12. menyembunyikan mukanya di karpet, walaupun dia tidak menangis. Percobaan dilkaukan
sekali lagi, sesudah itu satu minggu Albert tidak dikenai tritmen apapun. Sesudah satu
minggu, ditunjukkan tikus putih kepada Albert, di dekatkan berangsur-angsur tanpa dibarengi
suara dentang keras. Dia tidak menangis, tetapi menarik tanganya. Kemudian percobaan
menunjukkan tikus dibarengi suara dentangan itu dilakukan lagi beberapa kali, sampai
akhirnya Albert menjadi menangis, menarik tubuhnya menjauh dari tikus, dan menutup
mukanya sambil terisak. Berikutnya, menunjukkan tikus saja (tanpa suara keras) sudah cukup
mengakibatkan Albert ketakutan.
Satu minggu kemudian kepada Albert ditunjukkan berbagai objek baru seperti kelinci putih,
anjing, gulungan benang wol putih, bahkan Watson juga memakai rambut putihnya yang
diturunkannya di hadapan wajah Albert. Secara umum ternyata Albert menggeneralisir
respon takut dan menarik diri kepada semua stimuli itu, karena semua mempunyai persamaan
dengan tikus putih. Ada perbedaan tingkat reaksi takut, anjing misalnya hanya sedikit
memberi rasa takut. Namun kesimpulan penelitian ini sangat jelas, Albert mempelajari respon
emosi takut sebagai reaksi generalisasi dari kondisioning klasik.
Watson dan Rayner mencatat secara teliti reaksi Albert, memperlama istirahat antar
sesi penelitian. Pada usia 1 tahun 21 hari, yang berarti tenggang dengan sesi terakhir lamanya
31 hari, Watson dan Rayner menunjukkan kepada Albert topeng Santa Claus, mantel bulu,
dan tikus putih. Rasa takut sudah berkurang tetapi reaksi takut dan menarik diri masih
terdeteksi. Watson juga mencatat Albert cenderung melakukan “kompensasi penghambat”
(compensatory blocking) dengan mneghisap ibu jarinya, sampi-sampai Watson memaksa
menarik ibu jari itu dari mulut Albert untuk memperoleh respon takut yang dikondisikan.
Dari penelitian ini, Watson menyimpulkan 2 (dua) hal, yaitu:
1. Freud salah mengenai dorongan seks sebagai motif primer. Menurut Watson, kedudukan
seks sama dengan takut dalam pembentukan kepribadian, sama-sama diperoleh dari
kondisioning
2. Gangguan fobia (ketakutan yang sangat dan irasional mengenai objek-tempat-orang),
dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip kondisioning, tanpa menyentuh jargon
ketidaksadaran asosiasi, keinginan atau konflik. Ketakutan Albert terhadap barang yang
putih dan lembut, dapat dijelaskan dengan mudah kalau riwayat belajarnya diketahui.
9
13. Watson disebut sebagai tokoh radical behaviorism karena konsep-konsep dan
eksperimen yang ia lakukan. Terutama dengan pernyataannya:
“Give me a dozen healthy infants, well-formed, and my own specified world to bring them up
in and I'll guarantee to take any one at random and train him to become any type of specialist
I might select – doctor, lawyer, artist, merchant-chief and, yes, even beggar-man and thief,
regardless of his talents, penchants, tendencies, abilities, vocations, and race of his ancestors.
I am going beyond my facts and I admit it, but so have the advocates of the contrary and they
have been doing it for many thousands of years”
B. B.F. Skinner
”Behaviorisme”, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam
pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh. Hal
ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard, B.F. Skinner.
Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan respon dalam
bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang mempertahankan adanya
respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena adanya
perubahan pola ganjaran dan hukuman.
Skinner, berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan
pribadi individu . Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan
sangat menentukan perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan
khas bagi individu yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3
asumsi dasar, yaitu:
(1) Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled)
(2) Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat
dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id atau Ego
(3) Perilaku manusia tidakditentukan oleh pilihan individual.
Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka,
seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat
mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar
stimulus-respon, sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Para
pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh
10
14. lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih
banyak lagi lainnya.
C. Edward Lee Thorndike
Berbeda dengan Watson, Thorndike tidak pernah bermaksud menjadi pembangun
sistem, dan karya terdahulunya yang lebih teoritis kemudian beralih ke masalah-masalah
yang lebih praktis terkait pembelaran dan pendidikan manusia. Menurut Thorndike bentuk
paling dasar dari proses belajar adalah trial and error learning (belajar dengan uji coba), atau
yang disebutnya sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Apabila suatu
organisme berada dalam suatu situasi yang mnegandung masalah, maka organism itu akan
mengeluarkan serentetan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ia miliki untuk
memecahkan masalah itu.salah satu atau beberapa dari rentetan tingkah laku secara kebetulan
akan bisa memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka suatuwaktu
apabila ia menghadapi masalah serupa, organism itu akan tahu tingkah laku mana yang harus
dikeluarkannya untuk memecahkan masalah itu. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu
dengan suatu tingkah laku tertentu.
Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar
bersifat incremental (bertahap), bukan insightful (langsung ke pengertian). Dengan kata lain,
belajar dilakukan dalam langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke
pengertian yang mendalam. Dalam proses belajar yang mengikuti prinsip-prinsip trial and
error ini, ada beberapa hukum yang dikemukakan oleh Thorndike, yaitu:
1. Hukum Efek (law of effect)
Jika suatu respons diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang
memuaskan), kekuatan koneksi akan bertambah. Jika respons diikuti oleh annoying state
affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi itu menurun. Dalam terminologi
modern, jika suatu stimulus menimbulkan suatu respons, yang pada gilirannya menimbulkan
penguatan (reinforcement), maka koneksi S-R akan menguat. Jika di lain pihak, stimulus
menimbulkan respons yang pada gilirannya menimbulkan hukuman, koneksi S-R akan
melemah.
2. Hukum Latihan (law of exercise), hukum ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
11
15. a. Koneksi antara stimulus dan respons akan mneguat saat keduanya dipakai. Dengan kata
lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons
akan memperkuat koneksi di antra keduanya. Bagian dari dari hukum latihan ini
dinamakan law of use (hukum penggunaan).
b. Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan hubungan
dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan
law of disuse (hukum ketidakgunaan).
Sehubungan dengan teorinya tentang Hukum Efek di atas, Thorndike sampai kepada
penyelidikan tentang “transfer of training”. Dalam bukunya yang ditulis bersama tokoh
Kelompok Columbia lain bernama Woodworth, Thorndike mengemukakan bahwa apa yang
telah dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari terdahulu., maka akan
terjadi transfer yang positif di mana hal yang baru itu tidak akan terlalu sulit dipelajari.
Misalnya orang yang sudah pernah menunggang kuda, tidak akan terlalu sulit belajar
mengemudikan kereta berkuda. Sebaliknya, kalua antara hal yang dipelajari kemudian dan
hal yang dipelajari terdahulu terdapat banyak perbedaan, maka akan sulitlah mempelajari hal
yang kemudian itu, dan di sini terjadi transfer yang negatif. Misalnya, seorang yang sudah
biasa menulis dengan tangan kanan, akan sangat sulitlah belajar menulis dengan tangan kiri,
karena menulis dengan tangan kiri sama sekali lain caranya daripada menulis dengan tangan
kanan.
D. Ivan Petrovich Pavlov
PenemuanPavlov yang sangat menentukan dalam sejarah Psikologi adalah hasil
penyelidikannya tentang refleks berkondisi. Dalam penemuan ini Pavlov meletakkan dasar-
dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasarbagi penelitian-penelitian mengenai
proses dan pengembangan teori-teori tentang belajar.Kesimpulan dari teori Pavlov adalah:
bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain dari rangkaian refleks berkondisi yaitu refleks-
refleks yang terjadi setelah adanya proses conditionin. Dimana refleks-refleks yang tadinya
dihubungakan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama kelamaan dihubungkan dengan
rangsang berkondisi. Berikut adalah penjelasan tentang eksperimen Pavlov: Pavlov
menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan,anjing itu diikat kemudian rahang
nya dibedah sehingga air liurnya dapat di tampung dan dapat diukur jumlahnyakemudian
Pavlov meletakkan makannan di depan anjing sehingga anjing tersebut menggeluarkan air
liur yang terlihat jelas pada alat pengukur. Dalam hal ini makanan disebut sebagai rangsang
12
16. tak berkondisi atau unconditioned stimulus. Dan air liur yang keluar setelah anjing melihat
makanan disebut refleks tak berkondisi atau unconditionedrefleks,karena setiap anjing akan
melakukan refleksi yang sama (mengeluarkan air liur)jika melihat rangsang yang sama
pula(makanan). Selanjutnya Pavlov melakuakan eksperimen kembali dengan menggunakan
bel setiapkali ia hendak menggeluarka makanan.Percobaan ini dilakukan berkali-kali
sehingga,anjing akan selalu mendengar bel dahulu sebelummelihat makanan.Mula-mul
sudaha air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan atau refleks tak berkondisi,tapi
lama kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing mendengar bel.Keluarnya air liur
setelah anjing mendengar bel disebut refleks berkondisi atau conditioned refleks.Karena
refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan ha nya anjing yang sudah
mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya,maka bunyi bel jadinya adalah rangsang
berkondisi atau condition stimulus. Kalau latihan itu diteruskan maka pada suatuwaktu
keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetapterjadi walaupun tidak ada
lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengankata lain refleks berkondisi akan bertahan
walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi.Pada tingkat yang lebih lanjut bunyi bel di
dahului dengan sebuah lampu yang menyala,mak lama kelamaan air liur akan keluar walau
pun bel tidak berbunyi lagi. Demikianlah sau rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan
rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan dapat mempertahankan refleks
berkondisi walaupun rangsang tak berkondisitidak lagi diberikan.
2.3 Social Learning
A. Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada
04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan
juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat
pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi.
Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura
menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah
lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam
pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan
tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik
sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American
13
17. Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada
tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan
belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses
identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi
pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang
pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat,
walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena
penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert
Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu
konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B. Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar
perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian
besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan
lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan
perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori
pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan
reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk
memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar
social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam
dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu
kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah
paling penting dalam pembelajaranterpadu.
14
18. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama.
Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang
dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji
dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru
melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang
dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru
perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif
atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model
itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat
tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus
diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model
(Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori
pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh
Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah
diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori –
teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana
tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak
peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya,
sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru
tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain
sebagai model bagi dirinya.
15
19. C. Teori Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John
Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan
( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang
lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran
social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah
memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh
hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar
tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian,
contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak –
anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959,
1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan
dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan
dapat berlakuhanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang
yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus.
Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau
pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian
menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori
pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa
mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor
dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau
telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau
telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-
anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan
palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah
menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan
terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak
tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan
oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru
secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal
terbang kertasdan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses
peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru
tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan
contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak
di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan
16
20. memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan
tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi
tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul
apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang
anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam
diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan
berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir
islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan
anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara
yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak
hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh
difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah
diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan.
Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh
dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal
ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami
pengajaran yangdisampaikan.
D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan
gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses
belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat
/ retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat
mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga
diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain
musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain
music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura &
Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality
Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang
lain pembelajaran dapat dipelajari.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem
ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak
bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi
juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
17
21. Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga
dapatmenunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang
disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil,
bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan
menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan
perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang
dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia
adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
E. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan
lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan
guru sebagai model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan
tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan
yang positif.
F. Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan
menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa
aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan
oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan
yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa
memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
18
22. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa
bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah
hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang
dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
Gambar Pemodelan Albert Bandura:
G. Jenis – jenis Peniruan (modelling)
Jenis – jenis Peniruan (modeling):
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran
social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya
modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara
tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku,
memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku
yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh :
Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada
buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di
sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
19
23. Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan
mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara
simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik
dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda
atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar
gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut
yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa
yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi
juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang
ditulis dalam buku panduan.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai
yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai
dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori
belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan
prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada
penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan
sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular
dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli
sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik
pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model
seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting
dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru
model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung
meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak –
anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang
dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi
antara ciri model dengan observernya.
H. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan
dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah
20
24. mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut
memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya
dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian
individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku
yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
I. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar
sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang
dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya
conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu
pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses
yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
21
25. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kami dapat menarik kesimpulan dari apa yang telah kami paparkan tersebut bahwa
aliran kognitif, behaviorisme, dan social learning saling terintegrasi antara satu dengan yang
lain. Juga para tokoh yang sangat memberikan kontribusi yang besar pada dunia dan
khususnya pada dunia psikologi yang memberikan suatu makna gagasan tersendiri dari teori-
teori mereka.
Hal yang ditekankan dalam Aliran Kognitif adalah aliran yang terfokus kepada
pemikiran ingatan manusia, Dalam aliran ini ada beberapa aspek yang di tekankan antaranya
persepsi, memori, dan pikiran.
Hal yang di tekankan dalam Aliran Behaviorisme adalah hanya mengamati pola perilaku
yang bisa di pelajari secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstruk
hipotetis seperti pikiran. Dan aliran ini beranggapan bahwa semua teori memiliki dasar yang
bisa diamati.
Hal yang di tekankan dalam Aliran Social Learning adalah kita belajar menjadi seperti yang
sekarang melalui keluarga, teman, dan kebudayaan. Selain itu teori ini berpendapat bahwa
sebaiknya fungsi psikologis itu dipahami sebagai suatu interaksi timbal-balik anatara perilaku
dengan kondisi-kondisi yang mengontrolnya. Setiap karakteristik individu yang unik itu di
tentukan oleh faktor-faktor seperti stimulus sosial, penguatan sosial, dan pribadi.
SARAN
1. Kami yakin seiring dengan kemajuan zaman teori-teori tersebut bisa saja terus
berkembang. Dan tidak bisa dipungkiri lagi perlu akan adanya teori-teori baru dan
gagasan-gagasan baru dari para ahli selanjutnya.
2. Aliran psikologi yang telah dipaparkan oleh para ahli tersebut seharusnya bisa
diaplikasikan ke dalam kehidupan kita.
3. Perlu adanya pengkajian kembali dan pengembangan dari teori-teori para ahli guna
mendapatkan suatu pemikiran yang konkret.
4. Akan lebih baik bila kita dapat belajar sesuai dengan teori belajar yang telah
didasarkan oleh eksperimen dari para tokoh aliran psikologi.
5. Setiap aliran memiliki ciri khas masing-masing, ada kelebihan dan kekurangan. Dari
sini bisa didapatkan potensi-potensi baik manusia dan dapat dioptimalkan dengan
proses belajar.
22
26. DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L. dkk. 1999. Pengantar Psikologi Jilid 1. Jakarta:
PenerbitErlangga.
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Turner, M. B. 1976. Psikologi and Science of Behavior. New York : Appleton-
Century-Crofts.
Watson, R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud.
Philadelphia :J. B. Lippincott.
King, L.A. 2010.Psikologi UmumSebuah Pandangan Apresiatif.
Jakarta:Salemba Humanika.
Lahey, Benjamin.B. 2007. Psychology an Introduction Ninth Edition. New
York : McGraw-Hill
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitif
http://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme
http://dosen.wordpress.com/2008/09/07/teori-behaviorisme/
http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/
23