SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 185 TAHUN 2014
TENTANG
PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 2
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 185 TAHUN 2014
TENTANG
PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a. Bahwa air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang
harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat;
b. Bahwa peyediaan air minum dan sanitasi masih mengalami berbagai kendala
sehingga diperlukan percepatan penyediaannya untuk mencapai universal
access pada akhir tahun 2019
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Percepatan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.
Mengingat:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4377).
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 5063)
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Darah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 4490)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 4858)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan
Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 5570)
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR
MINUM DAN SANITASI
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Air Minum adalah minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum
2. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum
3. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik
4. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui pembangunan
sanitasi
5. Pembangunan sanitasi adalah upaya peningkatan kualitas dan perluasan
pelayanan persampahan rumah tangga, air limbah domestik, dan pengelolaan
drainase lingkungan secara terpadu dan berkelanjutan melalui peningkatan
perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik.
6. Perencanaan air minum adalah dokumen yang meliputi Peta Jalan (Roadmap)
Air Minum Nasional, Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi, dan Rencana
Induk Penyediaan Air Minum
7. Perencanaan sanitasi adalah dokumen yang meliputi Peta Jalan (Roadmap)
Sanitasi Nasional, Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi dan Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota
8. Peta Jalan (Roadmap) adalah dokkumen yang memberikan arahan dan
langkah-langkah penyelenggaraan percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi
9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota
10. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adlah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut
dengan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun dan
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
13. Menteri adalah menteri teknis terkait
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 4
BAB II
PRINSIP PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 2
Penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan dengan prinsip:
a. non diskriminatif
b. terjangkau
c. perlindungan lingkungan
d. berkelanjutan
e. partisipasi masyarakat, dan
f. keterpaduan
BAB III
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 3
(1) Pemerintah mengembangkan dan menerapkan teknologi di bidang air minum
dan sanitasi yang efektif dan efisien untuk mempercepat penyediaan air
minum dan sanitasi
(2) Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan:
a. Kuanitas;
b. Kualitas;
c. Kontinuitas dan
d. Keterjangkauan
(3) Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan:
a. pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan
b. akses yang lebih luas bagi masyarakat
c. kontinuitas layanan, dan
d. perlindungan dan pelestarian sumber air
BAB IV
PENERAPAN STANDAR KUALITAS AIR MINUM DAN SANITASI
Bagian Kesatu
Standar Kualitas Air Minum
Pasal 4
(1) Untuk menjamin ketersediaan air minum yang sehat pemerintah menetapkan
standar kualitas air minum
(2) Pemerintah melakukan bimbingan teknis, pelatihan, dan pendampingan
kepada pemerintah daerah dalam rangka pemenuhan standar kualitas air
minum
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 5
Pasal 5
(1) Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap kualitas air minum di
daerah masing-masing
(2) Pengawasan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pengawasan eksternal
(3) Pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
terhadap penyedia air minum meliputi:
a. perusahaan daerah air minum
b. depot air minum
c. penyedia air minum berbasis masyarakat
d. badan Usaha Swasta Penyedia Air Minum, dan
e. SPAM bukan jaringan perpipaan milik masyarakat
Bagian Kedua
Standar Kualitas Sanitasi
Pasal 6
(1) Pembangunan dan penyediaan infrastruktur sanitasi harus memenuhi
standar teknis
(2) Selain harus memenuhi standar teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kualitas hasil olahan infrastruktur sanitasi harus memenuhi standar baku
mutu lingkungan
(3) Standar teknis dan standar baku mutu lingkungan sebagai dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga
pemerintah non kementrian terkait.
BAB V
STRATEGI, KEBIJAKAN, DAN PERENCANAAAN
PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 7
(1) Untuk mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi pemerintah
menyusun kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem air minum
dan sanitasi
(2) Kebijakan dan strategi sebagaimana pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat:
a. isu strategis
b. tujuan dan sasaran; dan
c. kebijakan dan strategi
(3) Kebijakan dan staretegi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dijabarkan dalam bentuk Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan
Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional
(4) Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi
Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri yang
meneyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penyediaan air minum
dan/atau sanitasi
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 6
(5) Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Roadmap) Saniasi
Nasional sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) memuat sekurang-
kurangnya:
a. gambaran umum
b. isu strategis
c. tujuan dan sasaran pengembangan
d. dasar kebijakan
e. pendekatan penanganan
f. prioritas pengembangan
g. skenario pendanaan
h. konsepsi kebijakan operasional; dan
i. rencana strategis program pengembangan
(6) Kebijakan dan strategi, peta jalan (roadmap) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dan (2), dan ayat (3) menjadi acuan bagi kementrian, lembaga
pemerintah non kementrian, dan pemerintah daerah dalam percepatan
penyediaan air minum dan sanitasi.
Pasal 8
(1) Pemerintah provinsi menyusun Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi
yang mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan
(Roadmap) Sanitasi Provinsi yang mengacu pada Peta Jalan (Roadmap)
Sanitasi Nasional berkoordinasi dengan kabupaten/kota di wilayahnya.
(2) Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum
Provinsi dan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah
di bidang penyediaan air minum dan/atau sanitasi.
Pasal 9
(1) Pemerintah kabupaten/kota menyusun
a. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat
RISPAM
b. Strategi Santasi Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat SSK
(2) RISPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada Peta
Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi dan SSK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi kabupaten/kota terkait.
(3) Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan RISPAM dan SSK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penyediaan air minum dan/atau sanitasi.
BAB VI
IMPLEMENTASI PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 10
(1) Implementasi penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan sesuai dengan
rencana pembangunan yang mengacu pada RISPAM dan SSK
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 7
(2) Implementasi penyediaan air minum dan sanitasi meliputi:
a. pembangunan infrastruktur baru; dan/atau
b. rehabilitasi
Pasal 11
(1) Implementasi penyediaan air minum dan sanitasi dapat dilakukan oleh:
a. Setiap orang atau kelompok masyarakat untuk pembangunan unit
pelayanan individual dan/atau unit pengolahan setempat atau komunal
b. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
melalui kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian terkait,
SKPD Provinsi terkait, dan SKPD Kabupaten/Kota terkait untuk
pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi sesuai dengan
kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan
c. Badan usaha untuk pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi
sesuai dengan perizinan naskah kerja sama
(2) Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat, pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, dan badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diikuti dengan pembentukan unit pengelola untuk mengoperasikan dan
memelihara infrastruktur air minum dan sanitasi yang dibangun.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan unit pengelola infrastruktur
air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh
menteri yang membidangi urusan pemerintah di daerah.
BAB VII
KOORINASI PERCEPATAN PENYEDIAAN
AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 12
(1) Dalam rangka pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
dibentuk Gugus Tugas Percepatan Penyediaan Air Minum dan Saniatsi, yang
selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Gugus Tugas.
(2) Gugus Tugas berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden.
Pasal 13
Gugus Tugas mempunyai tugas:
a. Mengoordinasikan dan menyinkronkan penyusunan rencana dan
program kerja percepatan penyediaan air minum dan sanitasi pada
kementrian dan lembaga pemerintah non kementrian
b. Mengoordinasikan penyusunan program prioritas dalam rangka
pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
c. Mengoordinasikan mobilitasi sumber dana, sarana, dan daya dalam
rangka pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
d. Mengoordinasikan penyelenggaraan advokasi dalam rangka pelaksanaan
percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 8
e. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan percepatan
penyediaan air minum dan sanitasi
Pasal 14
(1) Susunan keanggotaan Gugus Tugas terdiri dari Pengarah dan Tim Teknis
(2) Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua (merangkap anggota) : Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan
b. Wakil Ketua I (merangkap anggota) : Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencaaan Pembangunan Nasional
c. Wakil Ketua II (merangkap anggota) : Menteri Dalam Negeri
d. Sekretaris (mengkap anggota) : Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan,
Kependudukan dan Keluarga Berencana, Kementrian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
e. Anggota:
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2. Menteri Kelautan dan Perikanan
3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
4. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
5. Menteri Sosial
6. Menteri Komunikasi dan Informatika
7. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan
8. Sekretaris Kabinet
(3) Ketua Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sekaligus
menjabat sebagai Ketua Gugus Tugas
(4) Anggota Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan oleh Ketua Pengarah
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi, keanggotaan, tugas, dan
tata kerja Tim Teknis diatur oleh Ketua Pengarah
Pasal 15
(1) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota membentuk Kelompok
Kerja Air Minum dan sanitasi / kelompok kerja lain.
(2) Anggota Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tetrdiri atas unsur pemerintah,
perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, media
massa, pelaku usaha, dan anggota masyarakat
(3) Ketentuan mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Kelompok Kerja Air
Minum dan Sanitasi/kelompok kerja lain provinsi diatur oleh Gubernur dan
Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain kabupaten/kota
diatur oleh Bupati/Walikota.
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 9
BAB VIII
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Pasal 16
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e dilaksanakan secara
berkala.
Pasal 17
Ketua Gugus Tugas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara
berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
Pasal 18
(1) Gubernur melaporkan hasil pelaksanaan percepatan air minum dan sanitasi
di wilayah provinsi kepada Ketua Gugus Tugas melalui melalui Menteri Dalam
Negeri secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu-
waktu apabila diperlukan.
(2) Laporan hasil pelaksanaan atas percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi di wilayah provinsi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikoordinasikan
oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain provinsi.
Pasal 19
(1) Bupati/Walikota melaporkan hasil pelaksanaan pelaksanaan percepatan
penyediaan air inum dan sanitasi di wilayah kabupaten/kota kepada
Gubernur melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja
lain secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu-
waktu apabila diperlukan.
(2) Laporan hasil pelaksanaan atas percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi di wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok
kerja lain kabupaten/kota.
BAB IX
PEMBINAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 20
(1) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
bertanggung jawab atas pembinaan percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi sesuai azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
(2) Pembinaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana
dimaksud dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh:
a. Menteri pada tingkat nasional
b. Gubernur pada tingkat provinsi, dan
c. Bupati/walikota pada tingkat kabupaten/kota
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 10
Pasal 21
(1) Lingkup pembinaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (2) meliputi:
a. perencanaan
b. pengaturan
c. pengendalian, dan
d. pengawasan
(2) Dalam melaksanakan pembinaan percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri melakukan koordinasi
lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan, baik vertikal
maupun horizontal.
Pasal 22
Pembinaan perencanaan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a dimaksudkan agar terjadi sinergi antara
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah untuk
penyediaan air minum dan sanitasi.
Pasal 23
Pembinaan perencanaan penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 dilakukan melalui :
a. Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi,
RISPAM, dan perencanaan teknis air minum;
b. Pendampingan; dan
c. Pendidikan dan pelatihan.
Pasal 24
(1) Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi
dan RISPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, berisikan
tentang pedoman proses penyusunan, metode dan cara anlisis, serta tata
cara penetapan kebijakan air minum provinsi.
(2) Penetapan pedoman perencanaan teknis air minum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi pedoman penyusunan rancangan detail kegiatan,
spesifikasi teknis, rancangan anggarn biaya, analisis harga satuan, tahapan
dan jadual kegiatan, dan dokumen pelaksanaan.
(3) Pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perencanaan teknis air minum
seebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penyediaan air minum.
Pasal 25
Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b, meliputi
pendampingan dalam penyusunan perencanaan, persiapan pelaksanaan,
pelaksanaan pembangunan infrastruktur, operasional dan perawatan
infrastruktur, dan dalam proses monitoring dan evaluasi.
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 11
Pasal 26
(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasl 23 ayat (1) huruf
c, meliputi pelatihan sumber daya manusia dalam penyusunan perencanaan,
persiapan pelaksanaan, pelaksanaan pembangunan infrastruktur, operasional
dan perawatan infrastruktur, dan dalam proses monitoring dan evaluasi.
(2) Pelaithan sebagaimana dimakusd pada ayat (1), dilakukan berdasarkan
kurikulum yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan di
bidang penyediaan air minum.
Pasal 27
Pembinaan perencanaan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
dilakukan melalui:
a. penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi,
SSK, dan perencanaan teknis sanitasi;
b. pendampingan; dan
c. pendidikan dan pelatihan.
Pasal 28
(1) Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) sanitasi dan SSK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a, meliputi pedoman
penyusunan program dan kegiatan penanganan, rencana berdasar unsur
kelayakan yang memenuhi kriteria teknis, ekonomi dan lingkungan, program
prioritas, tahapan pelaksanaan, pengaturan dan kelembagaan, pembiayaan
dan peran serta masyarakat.
(2) Pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi dan SSK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri serta
membidangi pelaksanaan urusan pemerintah di daerah.
(3) Pedoman penyusunan SSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sanitasi.
(4) Penetapan pedoman perencanaan teknis sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi pedoman penyusunan rencana induk, rancangan
detail teknis, dan kriteria pelaksanaan operasional
(5) Pedoman perencanaan teknis sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sanitasi.
Pasal 29
Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf b; meliputi
pendampingan dalam penyusunan perencanaan, persiapan pelaksanaan,
pelaksanaan pembangunan infrastruktur, oprasional dan perawatan infrastruktur,
dan dalam proses monitoring dan evaluasi.
Pasal 30
(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)
huruf c, meliputi peningkatan pengetahuan dan kemampuan pada pengelola
proram dan kegiatan pembangunan sanitasi di daerah dalam penyusunan
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 12
perencanaan saniatsi, pemenuhan kesiapan daerah, penyusunan rencana
teknis dan rencana detail sanitasi, pelaksanaan implementasi, pelaksanaan
monitoring dan evaluasi pembangunan sanitasi, pelaksanaan opeasional dan
pemeliharaan infrastruktur sanitasi terbangun.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan di dalam dan/atau di luar negeri berdasarkan rencana pendidikan
dan pelatihan dalam percepatan pembangunan sanitasi.
Pasal 31
Pembinaan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b
dilakukan dengan menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi,
serta pembiayaan yang mendukung terwujudnya percepatan penyediaan air
minum dan sanitasi.
Pasal 32
Pembinaan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c
dilakukan untuk menjamin penyelenggaraan percepatan penyediaan air minum
dan sanitasi sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang telah
ditetapkan.
Pasal 33
Pembinaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d
dilakukan untuk mewujudkan pemantauan dan evaluasi yang terintegrasi dari
berbagai sektor yang terkait dengan penyediaan air minum dan sanitasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
BAB X
PENINGKATAN KERJA SAMA DALAM RANGKA PERCEPATAN
PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
Pasal 34
(1) Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan negara lain, lembaga
internasional, dan badan usaha dalam rangka percepatan penyediaan air
minum dan sanitasi.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. bantuan teknis
b. bantuan pendanaan
(3) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi:
a. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang air minum dan
sanitasi; dan
b. pengembangan sistem pengelolaan penyediaan air minum dan saniasi
(4) Bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf b, meliputi
pinjaman atau hibah
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 13
Pasal 35
(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah
lain dan badan usaha dalam rangka percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi
(2) Kerja sama sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 36
Pemerintah menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendukung
terwujudnya percepatan penyediaan air minum dan sanitasi.
BAB XI
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 37
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam upaya penyediaan air minum dan
sanitasi
(2) Untuk meningkatkan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pemerintah dan pemerintah daerah melakukan:
a. edukasi;
b. advokasi;
c. sosialisasi;
d. promosi; dan
e. kampanye
(3) Edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan dengan
melibatkan semua individu di lingkungan eksternal dan internal pengelola air
minum dan sanitasi melalui upaya peningkatan pengetahuan tentang
penyediaan dan layanan air minum dan sanitasi.
(4) Advokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan melalui upaya memperluas
kesadaran dan keterlibatannya dalam pengarusutamaan percepatan
penyediaan air minum dan sanitasi.
(5) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman tentang pelayanan publik di bidang air minum
dan sanitasi
(6) Promosi sebagaiana dimaksud pada ayat (2) huruf d, dilakukan dengan upaya
mendorong keikutsertaan serta peran serta setiap individu dalam setiap
proses peningkatan kualitas air minum dan layanan sanitasi.
(7) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, dilakukan untuk
memberikan keterlibatan publik akan pemahaman prioritas penyediaan air
minum dan sanitasi dengan upaya penyiaran melalui barang rekaman
berbentuk gambar atau suara atau bentuk lainnya.
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 14
BAB XII
PEMBIAYAAN
Pasal 38
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya menyediaan
anggaran yang memadai untuk percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi
(2) Penyediaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada
perencanaan perencanaan penyediaan air minum dan perencanaan
percepatan sanitasi
(3) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari APBN, APBD
Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota
(4) Selain anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pemerintah dan
pemerintah daerah dapat menerima dan memanfaatkan pembiayaan dari
sumber-sumber lain yang sah sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
(1) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi oleh pemerintah
dilakukan melalui APBN
(2) Pendanaan APBN untuk percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan:
a. arah dan target nasional penyediaan air minum dan sanitasi;
b. kemampuan keuangan daerah dan karakteristik daerah;
c. kebutuhan penyediaan air minum dan sanitasi di daerah; dan
d. kesiapan daerah
(3) Pendanaan APBN percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui belanja kementrian
atau lembaga pemerintah non kementrian, dana perimbangan, pinjaman,
hibah, atau pemanfaatan APBN lainnya yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(4) Pendanaan APBN untuk percepatan penyediaan air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), diselenggarakan berdasarkan pada program dan
kegiatan penydiaan air minum yang tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah.
(5) Pendanaan APBN untuk percepatan pembangunan sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), diselenggarakan berdasarkan pada program dan
kegiatan pembangunan sanitasi yang tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah.
(6) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui belanja
kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ditujukan untuk mendanai program dan kegiatan
penyediaan air minum dan sanitasi yang menjadi urusan pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(7) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui dana
perimbangan, pinjaman, hibah, atau pemanfaatan APBN lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ditujukan untuk mendanai program dan kegiatan
penyediaan air minum dan sanitasi yang dibutuhkan di daerah sesuai dengan
kebijakan penyediaan air minum dan sanitasi nasional.
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 15
Pasal 40
(1) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui belanja
kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3), yang dilakukan melalui dekonsentrasi atau
tugas pembantuan dialihkan secara bertahap menjadi Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum atau dana Alokasi Khusus bidang Sanitasi.
(2) Pengalihan bertahap pendanaan percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi yang dilakukan melalui dekonsentrasi atau tugas pembantuan
menjadi Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum atau Dana Alokasi Khusus
bidang Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan
menitikberatkan pada kesesuaian dengan kebutuhan daerah, asas manfaat,
dan prinsip good governance.
Pasal 41
(1) Pemerintah provinsi mendanai percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi melalui APBD Provinsi yang disalurkan melalui belanja SKPD,
pinjaman, hibah, bantuan keuangan, atau bentuk transfer provinsi lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pendanaan APBD Provinsi untuk percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi dilakukan melalui belanja SKPD sebagaimana dimakusd pada ayat (1)
untuk pembangunan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang
menjadi kewenangan provinsi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pendanaan APBD Provinsi untuk percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi yang dilakukan melalui pinjaman, hibah, bantuan keuangan, atau
bentuk transfer provinsi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mendanai kebutuhan percepatan penyediaan air minum dan
sanitasi yang tidak mampu didanai dengan APBD Kabupaten/Kota.
(4) Pendanaan APBD Provinsi untuk penyediaan air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan pada program dan
kegiatan penyediaan air minum yang tercantum dalam RKPD Provinsi.
(5) Pendanaan APBD Provinsi untuk percepatan pembangunan sanitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan pada
program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang tercantum dalam RKPD
Provinsi.
Pasal 42
(1) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk percepatan penyediaan air minum
sebagaimana dimaksud lam Pasal 38 ayat (3) diselenggarakan berdasarkan
pada program dan kegiatan penyediaan air minum yang tercantum dalam
RKPD Kabupaten/Kota yang mengacu pada RISPAM.
(2) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk percepatan pembangunan sanitasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) diselenggarakan pada
program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang tercantum dalam RKPD
Kabupaten/Kota yang mengacu pada SSK.
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 16
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 43
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Desember 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 389
PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 17
Indonesian Institute for Infrastructure Studies
Visit our Websites:
www.Nawasis.Com
www.FasilitatorSanitasi.Org
www.Sanitasi.Net

More Related Content

What's hot

Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minumKebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
Joy Irman
 
Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan SanitasiPermasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Joy Irman
 

What's hot (20)

Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanKebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
 
Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minumKebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
 
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYARREVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
 
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdfBahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
 
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
 
Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan SanitasiPermasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
 
1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx
1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx
1. MENYUSUN RKPDES 2023 YG BERKUALITAS.pptx
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaan
 
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Proses Penyusunan Strategi Sanitasi (SSK)
Proses Penyusunan Strategi Sanitasi (SSK)Proses Penyusunan Strategi Sanitasi (SSK)
Proses Penyusunan Strategi Sanitasi (SSK)
 
Kota sehat
Kota sehatKota sehat
Kota sehat
 
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan PermukimanBuku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
 
Penyusunan RPJMDesa
Penyusunan RPJMDesa Penyusunan RPJMDesa
Penyusunan RPJMDesa
 
Materi sosialisasi dak 2022
Materi sosialisasi dak 2022Materi sosialisasi dak 2022
Materi sosialisasi dak 2022
 
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk  Persampahan (Master Plan)Rencana Induk  Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
 
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
 
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur air limbah
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur air limbahKriteria kegiatan pembangunan infrastruktur air limbah
Kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur air limbah
 

Viewers also liked

Intisari 101 seni perang sun tzu
Intisari 101 seni perang sun tzuIntisari 101 seni perang sun tzu
Intisari 101 seni perang sun tzu
Heru Subiyanto
 
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Jiantari Marthen
 
Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...
Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...
Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...
Jiantari Marthen
 
Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...
Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...
Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...
Jiantari Marthen
 
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Jiantari Marthen
 
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian 1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
Agus Riyanto
 
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Jiantari Marthen
 
Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...
Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...
Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...
Jiantari Marthen
 

Viewers also liked (20)

Manlab pemantapan mutu
Manlab pemantapan mutuManlab pemantapan mutu
Manlab pemantapan mutu
 
Internal audit - Copy
Internal audit - CopyInternal audit - Copy
Internal audit - Copy
 
kayboard
kayboardkayboard
kayboard
 
Pengantar manajemen
Pengantar manajemenPengantar manajemen
Pengantar manajemen
 
Pertemuan 12 Loss Prevention and Fraud
Pertemuan 12 Loss Prevention and FraudPertemuan 12 Loss Prevention and Fraud
Pertemuan 12 Loss Prevention and Fraud
 
Intisari 101 seni perang sun tzu
Intisari 101 seni perang sun tzuIntisari 101 seni perang sun tzu
Intisari 101 seni perang sun tzu
 
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
 
MANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASI
MANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASIMANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASI
MANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASI
 
Presentation_20110802213554
Presentation_20110802213554Presentation_20110802213554
Presentation_20110802213554
 
Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...
Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...
Makalah akuntansi internasional tax planning australia ungkap strategi double...
 
Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...
Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...
Makalah akuntansi internasional kel. ii defisit ekspor impor indonesia china ...
 
Langkah audit manajemen
Langkah audit manajemenLangkah audit manajemen
Langkah audit manajemen
 
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
 
Audit pemasaran (bab 6), Audit Kinerja Manajemen
Audit pemasaran (bab 6), Audit Kinerja ManajemenAudit pemasaran (bab 6), Audit Kinerja Manajemen
Audit pemasaran (bab 6), Audit Kinerja Manajemen
 
4.audit sdm
4.audit sdm4.audit sdm
4.audit sdm
 
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian 1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
 
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
 
4e360 manual-mutu-thp-2013-revisi-8
4e360 manual-mutu-thp-2013-revisi-84e360 manual-mutu-thp-2013-revisi-8
4e360 manual-mutu-thp-2013-revisi-8
 
audit manajemen
audit manajemenaudit manajemen
audit manajemen
 
Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...
Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...
Makalah akuntansi keperilakuan kel. i aspek keperilakuan pada persyaratan pel...
 

Similar to Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumPermenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Arina Priyanka
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Joy Irman
 

Similar to Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (20)

Permen 18 2007
Permen 18 2007Permen 18 2007
Permen 18 2007
 
Peraturan Menteri PU No.18 tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.18 tahun 2007Peraturan Menteri PU No.18 tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.18 tahun 2007
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Permenkes no 3 tahun 2014 final
Permenkes no 3 tahun 2014 finalPermenkes no 3 tahun 2014 final
Permenkes no 3 tahun 2014 final
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Si...
 
Permen 18 2007
Permen 18 2007Permen 18 2007
Permen 18 2007
 
Permen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Permen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPermen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Permen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
55 permenkes 416
55 permenkes 41655 permenkes 416
55 permenkes 416
 
Permenkes 416 90
Permenkes 416 90Permenkes 416 90
Permenkes 416 90
 
Permenkes 416 1990 syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
Permenkes 416 1990 syarat-syarat dan pengawasan kualitas airPermenkes 416 1990 syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
Permenkes 416 1990 syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
 
55 permenkes 416
55 permenkes 41655 permenkes 416
55 permenkes 416
 
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttdPmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
Pmk no. 3 ttg sanitasi total berbasis masyarakat ttd
 
Permen pu13 2013
Permen pu13 2013Permen pu13 2013
Permen pu13 2013
 
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdfPerpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
Perpres No. 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air.pdf
 
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumPermenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
 
Pp.37 2012 pengelolaan_das_
Pp.37 2012 pengelolaan_das_Pp.37 2012 pengelolaan_das_
Pp.37 2012 pengelolaan_das_
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air MinumPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan...
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
 
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdfPermenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
 

More from Joy Irman

More from Joy Irman (20)

Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan EvaluasiInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
 

Recently uploaded

ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
sayangkamuu240203
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke MalangSupplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
gentengcor outdoor
 
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
b54037163
 
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya Cytotec Asli Di Surabaya
 
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
b54037163
 

Recently uploaded (20)

Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawitPengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
Pengolahan Air Umpan Boiler untuk pabrik kelapa sawit
 
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
6. CONTAINER (MATKUL CARGO HANDLING) .ppt
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
 
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman""Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
"Bawal99: Menikmati Sensasi Taruhan Olahraga Online dengan Aman dan Nyaman"
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke MalangSupplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
Supplier Genteng Atap Rumah Modern Kirim ke Malang
 
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Jakarta Pusat 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
 
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu 7 pe,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) N...
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
 
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
 
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptxppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
ppt kelompok 3 bentuk bentuk organisasi.pptx
 
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
@#*MPT Kit*^^ In Doha Qatar*^^+27737758557^ ??₵*^Sell original abortion medic...
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
 

Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

  • 1. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
  • 2. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 2 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat; b. Bahwa peyediaan air minum dan sanitasi masih mengalami berbagai kendala sehingga diperlukan percepatan penyediaannya untuk mencapai universal access pada akhir tahun 2019 c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377). 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 5063) 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Darah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 4490) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 4858) 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 5570) MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
  • 3. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Air Minum adalah minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 2. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum 3. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik 4. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui pembangunan sanitasi 5. Pembangunan sanitasi adalah upaya peningkatan kualitas dan perluasan pelayanan persampahan rumah tangga, air limbah domestik, dan pengelolaan drainase lingkungan secara terpadu dan berkelanjutan melalui peningkatan perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik. 6. Perencanaan air minum adalah dokumen yang meliputi Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional, Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi, dan Rencana Induk Penyediaan Air Minum 7. Perencanaan sanitasi adalah dokumen yang meliputi Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional, Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota 8. Peta Jalan (Roadmap) adalah dokkumen yang memberikan arahan dan langkah-langkah penyelenggaraan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi 9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota 10. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adlah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah 11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat 12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah 13. Menteri adalah menteri teknis terkait
  • 4. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 4 BAB II PRINSIP PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 2 Penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan dengan prinsip: a. non diskriminatif b. terjangkau c. perlindungan lingkungan d. berkelanjutan e. partisipasi masyarakat, dan f. keterpaduan BAB III PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 3 (1) Pemerintah mengembangkan dan menerapkan teknologi di bidang air minum dan sanitasi yang efektif dan efisien untuk mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi (2) Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan: a. Kuanitas; b. Kualitas; c. Kontinuitas dan d. Keterjangkauan (3) Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan: a. pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan b. akses yang lebih luas bagi masyarakat c. kontinuitas layanan, dan d. perlindungan dan pelestarian sumber air BAB IV PENERAPAN STANDAR KUALITAS AIR MINUM DAN SANITASI Bagian Kesatu Standar Kualitas Air Minum Pasal 4 (1) Untuk menjamin ketersediaan air minum yang sehat pemerintah menetapkan standar kualitas air minum (2) Pemerintah melakukan bimbingan teknis, pelatihan, dan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam rangka pemenuhan standar kualitas air minum
  • 5. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 5 Pasal 5 (1) Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap kualitas air minum di daerah masing-masing (2) Pengawasan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengawasan eksternal (3) Pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan terhadap penyedia air minum meliputi: a. perusahaan daerah air minum b. depot air minum c. penyedia air minum berbasis masyarakat d. badan Usaha Swasta Penyedia Air Minum, dan e. SPAM bukan jaringan perpipaan milik masyarakat Bagian Kedua Standar Kualitas Sanitasi Pasal 6 (1) Pembangunan dan penyediaan infrastruktur sanitasi harus memenuhi standar teknis (2) Selain harus memenuhi standar teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kualitas hasil olahan infrastruktur sanitasi harus memenuhi standar baku mutu lingkungan (3) Standar teknis dan standar baku mutu lingkungan sebagai dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non kementrian terkait. BAB V STRATEGI, KEBIJAKAN, DAN PERENCANAAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 7 (1) Untuk mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi pemerintah menyusun kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem air minum dan sanitasi (2) Kebijakan dan strategi sebagaimana pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. isu strategis b. tujuan dan sasaran; dan c. kebijakan dan strategi (3) Kebijakan dan staretegi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dijabarkan dalam bentuk Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional (4) Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri yang meneyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penyediaan air minum dan/atau sanitasi
  • 6. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 6 (5) Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Roadmap) Saniasi Nasional sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) memuat sekurang- kurangnya: a. gambaran umum b. isu strategis c. tujuan dan sasaran pengembangan d. dasar kebijakan e. pendekatan penanganan f. prioritas pengembangan g. skenario pendanaan h. konsepsi kebijakan operasional; dan i. rencana strategis program pengembangan (6) Kebijakan dan strategi, peta jalan (roadmap) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan (2), dan ayat (3) menjadi acuan bagi kementrian, lembaga pemerintah non kementrian, dan pemerintah daerah dalam percepatan penyediaan air minum dan sanitasi. Pasal 8 (1) Pemerintah provinsi menyusun Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi yang mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi yang mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional berkoordinasi dengan kabupaten/kota di wilayahnya. (2) Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi dan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang penyediaan air minum dan/atau sanitasi. Pasal 9 (1) Pemerintah kabupaten/kota menyusun a. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat RISPAM b. Strategi Santasi Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat SSK (2) RISPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi dan SSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi kabupaten/kota terkait. (3) Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan RISPAM dan SSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penyediaan air minum dan/atau sanitasi. BAB VI IMPLEMENTASI PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 10 (1) Implementasi penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan sesuai dengan rencana pembangunan yang mengacu pada RISPAM dan SSK
  • 7. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 7 (2) Implementasi penyediaan air minum dan sanitasi meliputi: a. pembangunan infrastruktur baru; dan/atau b. rehabilitasi Pasal 11 (1) Implementasi penyediaan air minum dan sanitasi dapat dilakukan oleh: a. Setiap orang atau kelompok masyarakat untuk pembangunan unit pelayanan individual dan/atau unit pengolahan setempat atau komunal b. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota melalui kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian terkait, SKPD Provinsi terkait, dan SKPD Kabupaten/Kota terkait untuk pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi sesuai dengan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan c. Badan usaha untuk pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi sesuai dengan perizinan naskah kerja sama (2) Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat, pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diikuti dengan pembentukan unit pengelola untuk mengoperasikan dan memelihara infrastruktur air minum dan sanitasi yang dibangun. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan unit pengelola infrastruktur air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh menteri yang membidangi urusan pemerintah di daerah. BAB VII KOORINASI PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 12 (1) Dalam rangka pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi dibentuk Gugus Tugas Percepatan Penyediaan Air Minum dan Saniatsi, yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Gugus Tugas. (2) Gugus Tugas berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Pasal 13 Gugus Tugas mempunyai tugas: a. Mengoordinasikan dan menyinkronkan penyusunan rencana dan program kerja percepatan penyediaan air minum dan sanitasi pada kementrian dan lembaga pemerintah non kementrian b. Mengoordinasikan penyusunan program prioritas dalam rangka pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi c. Mengoordinasikan mobilitasi sumber dana, sarana, dan daya dalam rangka pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi d. Mengoordinasikan penyelenggaraan advokasi dalam rangka pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi
  • 8. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 8 e. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi Pasal 14 (1) Susunan keanggotaan Gugus Tugas terdiri dari Pengarah dan Tim Teknis (2) Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Ketua (merangkap anggota) : Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan b. Wakil Ketua I (merangkap anggota) : Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencaaan Pembangunan Nasional c. Wakil Ketua II (merangkap anggota) : Menteri Dalam Negeri d. Sekretaris (mengkap anggota) : Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan, Kependudukan dan Keluarga Berencana, Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan e. Anggota: 1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2. Menteri Kelautan dan Perikanan 3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 4. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 5. Menteri Sosial 6. Menteri Komunikasi dan Informatika 7. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan 8. Sekretaris Kabinet (3) Ketua Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sekaligus menjabat sebagai Ketua Gugus Tugas (4) Anggota Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Pengarah (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi, keanggotaan, tugas, dan tata kerja Tim Teknis diatur oleh Ketua Pengarah Pasal 15 (1) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota membentuk Kelompok Kerja Air Minum dan sanitasi / kelompok kerja lain. (2) Anggota Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tetrdiri atas unsur pemerintah, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, media massa, pelaku usaha, dan anggota masyarakat (3) Ketentuan mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi/kelompok kerja lain provinsi diatur oleh Gubernur dan Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain kabupaten/kota diatur oleh Bupati/Walikota.
  • 9. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 9 BAB VIII PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN Pasal 16 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e dilaksanakan secara berkala. Pasal 17 Ketua Gugus Tugas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Pasal 18 (1) Gubernur melaporkan hasil pelaksanaan percepatan air minum dan sanitasi di wilayah provinsi kepada Ketua Gugus Tugas melalui melalui Menteri Dalam Negeri secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu- waktu apabila diperlukan. (2) Laporan hasil pelaksanaan atas percepatan penyediaan air minum dan sanitasi di wilayah provinsi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain provinsi. Pasal 19 (1) Bupati/Walikota melaporkan hasil pelaksanaan pelaksanaan percepatan penyediaan air inum dan sanitasi di wilayah kabupaten/kota kepada Gubernur melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu- waktu apabila diperlukan. (2) Laporan hasil pelaksanaan atas percepatan penyediaan air minum dan sanitasi di wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi / kelompok kerja lain kabupaten/kota. BAB IX PEMBINAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 20 (1) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab atas pembinaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sesuai azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. (2) Pembinaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh: a. Menteri pada tingkat nasional b. Gubernur pada tingkat provinsi, dan c. Bupati/walikota pada tingkat kabupaten/kota
  • 10. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 10 Pasal 21 (1) Lingkup pembinaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (2) meliputi: a. perencanaan b. pengaturan c. pengendalian, dan d. pengawasan (2) Dalam melaksanakan pembinaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri melakukan koordinasi lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan, baik vertikal maupun horizontal. Pasal 22 Pembinaan perencanaan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a dimaksudkan agar terjadi sinergi antara rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah untuk penyediaan air minum dan sanitasi. Pasal 23 Pembinaan perencanaan penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan melalui : a. Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi, RISPAM, dan perencanaan teknis air minum; b. Pendampingan; dan c. Pendidikan dan pelatihan. Pasal 24 (1) Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi dan RISPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, berisikan tentang pedoman proses penyusunan, metode dan cara anlisis, serta tata cara penetapan kebijakan air minum provinsi. (2) Penetapan pedoman perencanaan teknis air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi pedoman penyusunan rancangan detail kegiatan, spesifikasi teknis, rancangan anggarn biaya, analisis harga satuan, tahapan dan jadual kegiatan, dan dokumen pelaksanaan. (3) Pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Air Minum Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perencanaan teknis air minum seebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penyediaan air minum. Pasal 25 Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b, meliputi pendampingan dalam penyusunan perencanaan, persiapan pelaksanaan, pelaksanaan pembangunan infrastruktur, operasional dan perawatan infrastruktur, dan dalam proses monitoring dan evaluasi.
  • 11. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 11 Pasal 26 (1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasl 23 ayat (1) huruf c, meliputi pelatihan sumber daya manusia dalam penyusunan perencanaan, persiapan pelaksanaan, pelaksanaan pembangunan infrastruktur, operasional dan perawatan infrastruktur, dan dalam proses monitoring dan evaluasi. (2) Pelaithan sebagaimana dimakusd pada ayat (1), dilakukan berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang penyediaan air minum. Pasal 27 Pembinaan perencanaan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan melalui: a. penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi, SSK, dan perencanaan teknis sanitasi; b. pendampingan; dan c. pendidikan dan pelatihan. Pasal 28 (1) Penetapan pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) sanitasi dan SSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a, meliputi pedoman penyusunan program dan kegiatan penanganan, rencana berdasar unsur kelayakan yang memenuhi kriteria teknis, ekonomi dan lingkungan, program prioritas, tahapan pelaksanaan, pengaturan dan kelembagaan, pembiayaan dan peran serta masyarakat. (2) Pedoman penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Provinsi dan SSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri serta membidangi pelaksanaan urusan pemerintah di daerah. (3) Pedoman penyusunan SSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sanitasi. (4) Penetapan pedoman perencanaan teknis sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi pedoman penyusunan rencana induk, rancangan detail teknis, dan kriteria pelaksanaan operasional (5) Pedoman perencanaan teknis sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sanitasi. Pasal 29 Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf b; meliputi pendampingan dalam penyusunan perencanaan, persiapan pelaksanaan, pelaksanaan pembangunan infrastruktur, oprasional dan perawatan infrastruktur, dan dalam proses monitoring dan evaluasi. Pasal 30 (1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf c, meliputi peningkatan pengetahuan dan kemampuan pada pengelola proram dan kegiatan pembangunan sanitasi di daerah dalam penyusunan
  • 12. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 12 perencanaan saniatsi, pemenuhan kesiapan daerah, penyusunan rencana teknis dan rencana detail sanitasi, pelaksanaan implementasi, pelaksanaan monitoring dan evaluasi pembangunan sanitasi, pelaksanaan opeasional dan pemeliharaan infrastruktur sanitasi terbangun. (2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan di dalam dan/atau di luar negeri berdasarkan rencana pendidikan dan pelatihan dalam percepatan pembangunan sanitasi. Pasal 31 Pembinaan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dilakukan dengan menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi, serta pembiayaan yang mendukung terwujudnya percepatan penyediaan air minum dan sanitasi. Pasal 32 Pembinaan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c dilakukan untuk menjamin penyelenggaraan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang telah ditetapkan. Pasal 33 Pembinaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d dilakukan untuk mewujudkan pemantauan dan evaluasi yang terintegrasi dari berbagai sektor yang terkait dengan penyediaan air minum dan sanitasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB X PENINGKATAN KERJA SAMA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI Pasal 34 (1) Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan negara lain, lembaga internasional, dan badan usaha dalam rangka percepatan penyediaan air minum dan sanitasi. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk: a. bantuan teknis b. bantuan pendanaan (3) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi: a. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang air minum dan sanitasi; dan b. pengembangan sistem pengelolaan penyediaan air minum dan saniasi (4) Bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf b, meliputi pinjaman atau hibah
  • 13. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 13 Pasal 35 (1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah lain dan badan usaha dalam rangka percepatan penyediaan air minum dan sanitasi (2) Kerja sama sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 36 Pemerintah menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendukung terwujudnya percepatan penyediaan air minum dan sanitasi. BAB XI PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 37 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam upaya penyediaan air minum dan sanitasi (2) Untuk meningkatkan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemerintah dan pemerintah daerah melakukan: a. edukasi; b. advokasi; c. sosialisasi; d. promosi; dan e. kampanye (3) Edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan dengan melibatkan semua individu di lingkungan eksternal dan internal pengelola air minum dan sanitasi melalui upaya peningkatan pengetahuan tentang penyediaan dan layanan air minum dan sanitasi. (4) Advokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan melalui upaya memperluas kesadaran dan keterlibatannya dalam pengarusutamaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi. (5) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang pelayanan publik di bidang air minum dan sanitasi (6) Promosi sebagaiana dimaksud pada ayat (2) huruf d, dilakukan dengan upaya mendorong keikutsertaan serta peran serta setiap individu dalam setiap proses peningkatan kualitas air minum dan layanan sanitasi. (7) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, dilakukan untuk memberikan keterlibatan publik akan pemahaman prioritas penyediaan air minum dan sanitasi dengan upaya penyiaran melalui barang rekaman berbentuk gambar atau suara atau bentuk lainnya.
  • 14. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 14 BAB XII PEMBIAYAAN Pasal 38 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya menyediaan anggaran yang memadai untuk percepatan penyediaan air minum dan sanitasi (2) Penyediaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada perencanaan perencanaan penyediaan air minum dan perencanaan percepatan sanitasi (3) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota (4) Selain anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pemerintah dan pemerintah daerah dapat menerima dan memanfaatkan pembiayaan dari sumber-sumber lain yang sah sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 39 (1) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi oleh pemerintah dilakukan melalui APBN (2) Pendanaan APBN untuk percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan: a. arah dan target nasional penyediaan air minum dan sanitasi; b. kemampuan keuangan daerah dan karakteristik daerah; c. kebutuhan penyediaan air minum dan sanitasi di daerah; dan d. kesiapan daerah (3) Pendanaan APBN percepatan penyediaan air minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui belanja kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian, dana perimbangan, pinjaman, hibah, atau pemanfaatan APBN lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (4) Pendanaan APBN untuk percepatan penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diselenggarakan berdasarkan pada program dan kegiatan penydiaan air minum yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah. (5) Pendanaan APBN untuk percepatan pembangunan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diselenggarakan berdasarkan pada program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah. (6) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui belanja kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditujukan untuk mendanai program dan kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi yang menjadi urusan pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (7) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui dana perimbangan, pinjaman, hibah, atau pemanfaatan APBN lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditujukan untuk mendanai program dan kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi yang dibutuhkan di daerah sesuai dengan kebijakan penyediaan air minum dan sanitasi nasional.
  • 15. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 15 Pasal 40 (1) Pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui belanja kementrian atau lembaga pemerintah non kementrian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3), yang dilakukan melalui dekonsentrasi atau tugas pembantuan dialihkan secara bertahap menjadi Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum atau dana Alokasi Khusus bidang Sanitasi. (2) Pengalihan bertahap pendanaan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang dilakukan melalui dekonsentrasi atau tugas pembantuan menjadi Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum atau Dana Alokasi Khusus bidang Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan menitikberatkan pada kesesuaian dengan kebutuhan daerah, asas manfaat, dan prinsip good governance. Pasal 41 (1) Pemerintah provinsi mendanai percepatan penyediaan air minum dan sanitasi melalui APBD Provinsi yang disalurkan melalui belanja SKPD, pinjaman, hibah, bantuan keuangan, atau bentuk transfer provinsi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pendanaan APBD Provinsi untuk percepatan penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan melalui belanja SKPD sebagaimana dimakusd pada ayat (1) untuk pembangunan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang menjadi kewenangan provinsi sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (3) Pendanaan APBD Provinsi untuk percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang dilakukan melalui pinjaman, hibah, bantuan keuangan, atau bentuk transfer provinsi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk mendanai kebutuhan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi yang tidak mampu didanai dengan APBD Kabupaten/Kota. (4) Pendanaan APBD Provinsi untuk penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan pada program dan kegiatan penyediaan air minum yang tercantum dalam RKPD Provinsi. (5) Pendanaan APBD Provinsi untuk percepatan pembangunan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan pada program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang tercantum dalam RKPD Provinsi. Pasal 42 (1) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk percepatan penyediaan air minum sebagaimana dimaksud lam Pasal 38 ayat (3) diselenggarakan berdasarkan pada program dan kegiatan penyediaan air minum yang tercantum dalam RKPD Kabupaten/Kota yang mengacu pada RISPAM. (2) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk percepatan pembangunan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) diselenggarakan pada program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang tercantum dalam RKPD Kabupaten/Kota yang mengacu pada SSK.
  • 16. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 16 BAB XIII PENUTUP Pasal 43 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 22 Desember 2014 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ttd JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 22 Desember 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ttd YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 389
  • 17. PerPres Air Minum dan Sanitasi Halaman 17 Indonesian Institute for Infrastructure Studies Visit our Websites: www.Nawasis.Com www.FasilitatorSanitasi.Org www.Sanitasi.Net