1. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
مِحميِ رَّ نلالِحنمِْنم رَّ لِهلالّهنملالِ سِْنم بِ
Kisah 1
“Ketika saya kecil, ibu dan ayah saya mendidik saya dalam suasana al-Qur’an sehingga hati saya amat
terkesan dengan ayat-ayat al-Qur'an. Terutama ayat-ayat yang menganjurkan kita untuk menolak
kezaliman dan pemerasan….Antaranya adalah firman Allah dalam surah asy Syura ayat 39 yang
bermaksud : Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka
membela diri. Ketika ibu saya meninggal dan hati saya dirundung kesedihan saya sentiasa merenung
surah al-Fajr, Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diredhai-Nya. Maka masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam syurga Ku
Inilah antara coretan yang ditemui dalam salah satu lembaran diari kecil hingga kini tetap terpelihara. Di
atas lembar-lembar diari itu, tertulis petikan ayat-ayat al-Qur’an. Begitulah sepintas kenangan manis
masa kecil milik Alija Izzatbegovic. Sosok itu menghadapi badai permusuhan hebat yang menghempas
agama dan bangsanya di Bosnia Herzegovina.
Inilah antara cebisan kisah peribadi-peribadi yang dibentuk oleh gema al-Qur’an dalam jiwa mereka sejak
kecil.
Gema al-Qur’an semasa mereka kecil amat mempengaruhi
kehidupan dewasa kemudian hari……
Kisah 2
“Ayahku menyimpan cita-cita agar Allah memberinya rezeki seorang anak yang mempunyai suara dan
bacaan al-Qur'an yang indah. Ternyata, puteranya, tak ditakdirkan memiliki suara yang merdu. Puteranya
itu sekadar menjadi seorang yang suka menyemak bacaan al-Qur'an. Ayahku sering mengundang para
qurra' untuk tilawah al-Qur'an di rumahku. Bermula dari detik itu, sedikit demi sedikit, kesenangan dan
rasa sukacita itu tumbuh subur dan memekar dalam jiwaku. Bila terdengar al-Qur'an dibaca, aku yang
masih kecil terdiam dan menyemaknya dengan penuh perhatian. Berkembanglah keterpautan jiwaku
dengan al-Qur'an. Dan kelak, aku memang sekali lagi tak menjadi qari'ul Qur'an……”
Namun putera ini termasuk segelintir para tokoh pemikir Islam yang memiliki saham besar dalam arus
kebangkitan Islam di zaman kini. Sayyid Qutb nama yang tidak asing dalam dunia Islam. Beliau bukan
qari’ul Qur’an namun beliaulah pengarang kitab Tafsir al-Qur’an – Fi Dzilalil Qur’an…….
Kunci kemenangan
Al-Qur'an telah terbukti menjadi kunci kemenangan dan ‘izzah kaum muslimin. Suatu ketika
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 1
2. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
dahulu tatkala dalam dada umat tertanam kedekatan serta pemahaman yang dalam terhadap al-Qur'an,
mampu mengobarkan semangat seterusnya melahirkan kekuatan sangat besar. Dalam siri-siri
peperangan, banyak kisah sahabat yang berjaya meraih kemenangan melalui bacaan al-
Qur'an. Dalam perang Qadasiyah contohnya, Umar ra memerintahkan Sa'ad bin Abi Waqash ra untuk
membaca dan memperdalam kandungan ayat dalam surat al-Anfal di kalangan pasukannya.
Lalu terjadilah perubahan dahsyat dalam jiwa pasukan Islam. Mereka bangkit setelah hampir
tewas dan kehilangan semangat hingga mampu meraih kemenangan. (Hayatu shahabah 4, hal 556).
Malah keistimewaan orang yang membaca dan mempelajari al-Qur'an diumpamakan oleh Rasulullah,
ibarat suata bejana yang penuh berisi minyak wangi yang baunya selalu semerbak di mana-mana
(Riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi, Abu Daud). Peribadi al-Qur’an bagai sebuah mercu obor yang
memancarkan cahaya dan memberi terang di malam gelap kepada umat manusia.
Maka tidak ada yang lebih baik kecuali berusaha mengenalkan seseorang pada al-Qur'an sejak
dini. Kisah Alija dan Sayyid Quthb semasa kecil di atas, boleh dijadikan ibrah bahawa
pendidikan al-Qur'an sejak kecil, sebagai tonggak utama terbentuknya mental
dan keperibadian anak yang sihat dan diredhai Allah SWT. Dalam petikan kisah di atas juga
ternyata menunjukkan kesan yang lahir dari kedekatan seseorang dengan al-Qur'an. Alija yang terlatih
dengan ayat-ayat Allah contohnya sentiasa menghubungkan garis peristiwa hidupnya dengan ungkapan-
ungkapan al-Qur'an. Sayyid Quthb pula yang sejak kecil memiliki rasa hormat yang demikian agung
dalam hatinya kepada al-Quran, sehiagga di akhir hayatnya, beliau dapat dengan tenang menyongsong
syahadah di tiang gantung demi membela aqidahnya.
Oleh itu sudah sewajarnya seorang anak, sejak kecil diusahakan untuk memiliki ikatan-ikatan
rohani melalui gema al-Qur’an. Sehingga jiwanya memiliki kejernihan, cahaya, keimanan dan
keikhlasan. Menjadi tanggungjawab kedua ibu bapa untuk membuka mata anak sejak kecil untuk
mengetahui prinsip baik dan buruk, masalah halal dan haram, benar dan salah, dosa dan pahala
sebagaimana yang ditetapkan oleh al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda:Suruhlah anak-anakmu mentaati
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya…(Riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu al-Mundzir).
Ikatan rohani dalam jiwa anak
Pendidikan al-Qur'an adalah salah satu ikatan rohani yang paling efektif untuk mendidik jiwa
seseorang. Rasulullah SAW bersabda: Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai
Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca al-Qur'an.
Sesungguhnya orang-orang yang membawa a!- Qur'an berada dalam naungan Arsy Allah
ketika tidak ada naungan kecuali naungan Nya, bersama para nabi dan orang-orang suci.
(Riwayat ath-Thabrani).
Para ulama terdahulu telah menekankan kepentingan dan keutamaan pengajaran al-Qur'an
agar dimulakan sejak zaman kanak-kanak. Dalam Muqaddimah-nya, Ibun Khaldun mengisyaratkan
pentingnya mengajar dan menghafal al-Qur'an kepada anak-anak.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 2
3. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Menurut beliau pengajaran al-Qur'an adalah dasar pengajaran dalam semua kurikulum sekolah
di berbagai negara Islam. Al-Qur’an merupakan semboyan agama yang mengukuhkan akidah. Begitu
juga Ibnu Sina, dalam kitabnya as-Siyasah, menekankan kaum muslimin seharusnya mempersiapkan
fizikal dan mental anak yang dimulakan dengan pengajaran al-Qur'an.
Imam al-Ghazali dalam Ihyanya pula mewasiatkan pengajaran al-Qur'an, hadis dan cerita orang-
orang soleh kepada anak-anak. Malah telah menjadi suatu kebiasaan para orang tua menyerahkan anak-
anak mereka kepada seorang syaikh murabbi (pendidik) untuk diajar al-Qur'an. Sehingga roh mereka
begitu tinggi, hati mereka khusyuk, air mata mereka mudah berlinangan bila mengingati Allah. Inilah
kesan lantunan gema al-Qur’an, keimanan dan aqidah yang telah meresap ke dalam jiwa.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (iaitu)
orang-orang yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka. ( al-Hajj: 34-35).
Menumbuhkan Rasa Cinta pada al-Qur'an
“Tak kenal maka tak cinta.” “Dari mana datangnya cinta ? Dari mata turun ke hati.”
Ungkapan-ungkapan ini sering dilafazkan apabila kita berbicara tentang cinta. Oleh itu bagaimana
menyuburkan rasa cinta dalam jiwa anak terhadap al-Qur'an? Dalam hal ini ibu bapa adalah pihak
yang paling berperanan menjadi pembentuk cinta tersebut. Rasa cinta akan tumbuh subur dalam jiwa
anak-anak apabila mereka sering melihat dan membaca Al-Qur’an. Anak-anak akan terpengaruh dengan
persekitaran yang dilihat disekelilingnya. Hidup dalam suasana membaca Al-Qur’an, membincangkan atau
menghafal ayat-ayat suci al-Qur'an dalam sebuah keluarga akan menumbuhkan rasa hormat dan
menimbulkan kebanggaan dalam jiwa anak kepada al-Qur'an.
Perlihatkanlah kepada anak-anak suasana indah bersama Al-Qur’an. Tidurkan mereka dengan
kisah-kisah dari Al-Qur’an. Bukannya dongengan dari kayangan. Dodoikan anak-anak dengan
dendangan Al-Qur’an. Pujuklah mereka dengan janji-janji dari Al-Qur’an. Takutkan mereka dengan
ancaman dalam Al-Qur’an. Bukan takut binatang atau hantu atau kegelapan.Biarkan mereka kenal Al-
Qur’an dalam kehidupan. Jangan jadikan Al-Qur’an asing dalam kehidupan. Hanya
disentuh apabila ada kematian atau diletakkan tinggi kononnya dimuliakan sehingga dibaca anai-anai.
Semaklah bacaan al-Qur'an anak-anak sebagaimana kita menyemak tugas sekolah mereka.
Putarkan alunan Al-Qur’an melalui pita rakaman. Bukan hanya lagu-lagu yang mengasyikkan.
Gemakanlah Al-Qur’an dalan jiwa anak-anak agar ia melahirkan generasi
cinta Al-Qur’an.
Generasi tetap pendirian,
generasi yang hidup dengan semangat perjuangan.
Generasi yang sanggup menumpahkan darah demi mempertahankan Al-Qur’an.
Generasi bijak yang beriman.
Generasi yang berwawasan.
Generasi al-Qur’an…..
Ia bukan suatu dongengan.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 3
4. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Metode Rumah Qurani yang kami maksud adalah metode yang diilhami dari pengajaran Al
Quran di Jamiatul Quran yang didirikan oleh Sayyid Muhammad Mahdi Tabatabai, di Iran. Insya Allah,
metode lengkapnya secara bertahap akan di-upload di website Rumah Pohonku. Namun untuk sementara,
inilah garis besar metode tersebut, yang bisa Anda terapkan kepada anak-anak Anda mulai dari sekarang.
Tujuan utama metode Rumah Qurani adalah mengajar anak mengenal Al Quran secara
menyenangkan dan komprehensif sehingga insya Allah tercipta generasi yang cinta Al Quran
dan berakhlak Qurani.
Langkah Pertama: tetapkan motivasi yang benar
Yang jelas, motivasi kita untuk mengajar anak menghafal Al Quran bukanlah karena orang lain, Lihat itu,
si Budi sudah hapal 10 surat, masak kamu tidak bisa?! Carilah motivasi yang benar, antara lain, untuk
mendidik akhlak anak agar sesuai dengan ajaran Kitab Suci Ilahi ini. (baca: Mengapa Kita dan Anak Kita
Perlu Menghafal Al Quran)
Langkah Kedua: mulailah dengan pengajaran ayat-ayat yang sederhana dan mudah
diaplikasikan anak dalam kehidupan sehari-hari
Langkah ini bertujuan antara lain untuk membuat anak familiar dengan bunyi-bunyi bahasa Arab yang
tentu awalnya terasa asing bagi mereka. Dengan kata lain, mereka akan menyadari bahwa ayat Quran
adalah sesuatu yang 'hidup' dalam keseharian, bukan 'mantra-mantra aneh'. Konsep-konsep dalam ayat-
ayat pilihan tersebut dengan mudah bisa digambar oleh orang tua, lalu anak disuruh mewarnainya. Anak
dan orang tua juga bisa mendiskusikan banyak hal dari ayat itu.
Sebagai contoh, ayat yang berhubungan dengan berbuat baik kepada ibu-bapak (waa bil waalidaini
ihsaanaa -- Al Israa:23). Kita bisa menggambar di kertas: seorang anak yang sedang mencium tangan
ibu dan ayah. Beberapa contoh gambar sederhana, bisa dilihat di situs ini :
http://www.arisprasetya.net/komunitas/modules/gallery2/main.php
Pilihan topik-topik ayat lain yang konsepnya mudah diaplikasikan:
a. Topik ayat: kebersihan badan
Ayat: wallahu yuhibbul mutathaahhiriin (At-Taubah:108)
Gambar: anak sedang mandi.
b. Topik ayat: kebersihan baju
Ayat: wa tsiyaabaka fa thahhir (Al Mudatsir:4)
Gambar: anak di samping mesin cuci dan baju di jemuran
c. Topik ayat: berhias/ berpenampilan rapi kalau ke mesjid
Ayat: khudzuu ziinatakum inda kulli masjid (Al A’raaf: 31)
Gambar: Anak sedang bersisir (bersiap-siap akan ke mesjid)
d. Topik ayat: mendirikan sholat
Ayat: wa aaqimis-sholaata li dzikrii (Thaha:14)
Gambar: anak sedang sholat (posisi berdiri)
e. Topik ayat: bekerjasama dengan teman dalam kebaikan
Ayat: wa ta’aawanu alal birri wa taqwaa (Al Maidah:2)
Gambar: seorang anak sedang memapah temannya yang kakinya terluka
Langkah Ketiga: lakukan proses menghafal dengan suasana yang menyenangkan dan
komprehensif
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 4
5. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Bila mengikuti metode aslinya (yaitu menggunakan metode Rumah Qurani), tentu saja diperlukan
pelatihan terlebih dahulu. Namun, untuk sementara, kita bisa mencoba sebatas kemampuan kita saja,
antara lain sbb:
a. Memahamkan kepada anak makna ayat yang sedang dihafal dengan menggunakan isyarat tangan.
Misalnya ketika mengajarkan surat Al-Ikhlas:
qul huwal-Laahu ahad Qul (artinya: katakanlah) - tangan menunjuk ke mulut
Huwal- (artinya: Dia) - jari telunjuk menunjuk ke atas
Laahu (artinya: Allah) - jari telunjuk menunjuk ke atas
Ahad (artinya: satu) - tangan menunjukkan bilangan satu
b. Bila penggunaan isyarat tangan sulit dilakukan (karena memang untuk
itu, kita harus menguasai minimalnya, sedikit, bahasa Arab), kita bisa
menyiasatinya dengan menjelaskan makna ayat melalui gambar (seperti
langkah kedua di atas) atau melalui dongeng.
Misalnya, Anakku, coba lihat di sekitarmu, ada pohon, gunung, langit,
bunga, kupu-kupu...tahukah engkau siapa yang menciptakan semua itu?
Alam semesta ini diciptakan oleh Allah yang Satu. Qul huwal-Laahu Ahad.
Allah itu Satu. Dst.c. Gunakan alat-alat bantu, misalnya VCD Quran yang banyak tersedia di pasaran.
c. Buat game atau permainan agar anak tidak merasa bosan.
Misalnya, ayah-ibu-Ahmad secara bergantian menyebut ayat yang sedang dihafal. Ayah ayat pertama,
lalu Ibu ayat kedua, lalu Ahmad ayat ketiga, lalu kembali ke Ayah, dst. Ayah dan Ibu bisa saja berpura-
pura lupa, lalu mendapat hukuman.
Langkah Keempat: berikan keteladanan
Salah satu hal yang paling menonjol dari metode pengajaran hafalan Quran yang diterapkan oleh Jamiatul
Quran (yang sebagian metodenya kemudian diadaptasi oleh Rumah Qurani) adalah peran serta ibu dalam
proses pengajaran itu (artinya, di Iran, para ibu ikut duduk di kelas bersama anak-anak mereka).
Meskipun di Indonesia agaknya sistem ini sulit diterapkan, namun setidaknya ada nilai penting yang bisa
kita ambil, yaitu pentingnya keteladanan orangtua. Bagaimana mungkin kita berharap anak-anak kita
mencintai Al Quran dan memiliki akhlak Qurani bila kita sendiri orangtuanya jarang membaca Al Quran?
Langkah Kelima: berilah anak hadiah
Setelah anak berhasil menghafal satu ayat atau satu surat pendek, berilah dia hadiah. Bila kondisi
keuangan terbatas, bisa saja hadiah diberikan secara akumulatif. Misalnya, ketika anak sudah menghafal
satu ayat atau satu surat pendek, buat tanda bintang di kertas khusus. Katakan kepada anak, jika dia
sudah mengumpulkan 10 tanda bintang (misalnya), dia akan mendapat hadiah buku cerita (atau apa saja
sesuai kemampuan). Hadiah sangat berpengaruh besar kepada psikologis anak. Dia akan mendapatkan
kenangan indah dari proses menghafal Al Quran dan insya Allah, kecintaan kepada Al Quran pun tumbuh
dalam dadanya.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 5
6. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Namanya Muhammad Husain Tabatabai. Dalam usianya yang baru lima tahun (sekarang sih,
mungkin 13 thn-an), dia sudah menghapal seluruh isi Al Quran, plus dengan artinya.
Bak komputer, ia mampu menyebutkan ayat pertama dari setiap halaman Al Quran, baik berurutan dari
depan ke belakang, atau dari belakang ke depan. Dia mampu membacakan ayat-ayat dalam satu
halaman secara mundur (dari ayat terakhir hingga ayat pertama). Dia mampu menjawab pertanyaan
“Apa bunyi ayat dari surat sekian, ayat sekian? ” atau sebaliknya, “Ayat ini berasal dari surat mana, ayat
berapa?” Dia bisa menjawab pertanyaan tentang topik-topik ayat, misalnya “Sebutkan semua ayat dalam
Al Quran yang berhubungan dengan Isa bin Maryam.” Pada usia enam tahun, dia mendapat gelar Dr. HC
dari sebuah universitas Islam di London.
Ketika saya mengandung Kirana, saya dan suami telah bercita-cita memasukkan anak kami ke Jamiatul
Quran, sebuah sekolah hapalan Quran untuk anak-anak yang didirikan oleh ayahanda Muhammad Husain
Tabatabai, setelah beliau berhasil mendidik anaknya menjadi hafiz Quran. Akhirnya, ketika Kirana
berumur empat tahun, cita-cita itu tercapai. Sejak empat bulan yang lalu, Kirana mulai belajar di Jamiatul
Quran. Inilah sekelumit cerita tentang sekolah itu:
Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini, tidak disuruh langsung menghapal juz’amma, melainkan
setiap kali datang, diperlihatkan gambar kepada mereka, misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya,
(di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu). Lalu, guru cerita tentang gambar itu (jadi anak harus
baik…dll). Kemudian, si guru mengajarkan ayat “wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23” dengan
menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya, “walidaini”, isyaratnya bikin kumis dan bikin
kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak-anak mengucapkan ayat itu sambil
memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua
ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca,
dan baru kemudian mulai menghapal juz’amma.
Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai pulang, para guru
mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar…dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah
ini hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar
tempel, pensil warna, mobil-mobilan, dll. Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal
ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak-anak saling berebut memberikan
pendapatnya. (Sayang Kirana karena masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya).
Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu
juga duduk di kelas, bersama anak-anaknya. Kelas itu durasinya 90 menit .
Hasilnya? Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air terlalu besar, Kirana akan
nyeletuk, “Mama, itu israf (mubazir)!” (Soalnya, gurunya menerangkan makna surat Al A’raf :31 “kuluu
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 6
7. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
washrabuu walaatushrifuu/makanlah dan minumlah, dan jangan israf/berlebih-lebihan). Waktu dia lihat
TV ada polisi mengejar-ngejar penjahat, dia nyeletuk “Innal hasanaat yuzhibna sayyiaat/ Sesungguhnya
kebaikan akan mengalahkan kejahatan” (Hud:114). Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa
tiap kali dia ngobrol dgn temannya ttg orang lain, anaknya akan nyeletuk “Mama, ghibah ya?” (soalnya,
dia sudah belajar ayat “laa yaghtab ba’dhukum ba’dhaa”). Anak saya (dan anak-anak lain, sesuai
penuturan ibu-ibu mereka), ketika sendirian, suka sekali mengulang-ulang ayat-ayat itu tanpa perlu
disuruh. Ayat-ayat itu seolah-olah menjadi bagian dari diri mereka. Mereka sama sekali tidak disuruh
pakai kerudung. Tapi, setelah diajarkan ayat tentang jilbab, mereka langsung minta sama ibunya untuk
dipakaikan jilbab. Anak saya, ketika ingkar janji (misalnya, janji tidak main keluar lama-lama, ternyata
mainnya lama), saya ingatkan ayat “limaa taquuluu maa laa taf’alun” …dia langsung bilang “Nanti nggak
gitu lagi Ma…!” Akibatnya, jika saya mengatakan sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu pula yang keluar
dari mulutnya!
Setelah bertanya pada pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti ini tujuannya adalah untuk
menimbulkan kecintaan anak-anak kepada Al Quran. Anak-anak balita itu di masa depan akan
mempunyai kenangan indah tentang Al Quran. Di Iran, gerakan menghapal Quran untuk anak-anak kecil
memang benar-benar digalakkan. Setiap anak penghapal Quran dihadiahi pergi haji bersama orangtuanya
oleh negara dan setiap tahunnya ratusan anak kecil di bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al Quran
(baik berasal dari Jamiatul Quran, maupun sekolah-sekolah lain). Salah satu tujuan Iran dalam hal ini
(kata salah seorang guru) adalah untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang ingin memecah-
belah umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang Iran itu lain daripada yg lain. Sepertinya,
saya memang harus bersyukur bahwa Kirana memiliki kesempatan untuk bergabung dalam gerakan
menghapal Quran ini.
(disalin dari: http://bundakirana.multiply.com/journal/item/10, tim rumah qur’ani )
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 7
8. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Penemu metode Assalam (pembelajaran Al Qur'an sejak bayi dalam kandungan), Ustazd
Drs.Mustofa AY mengungkapkan, anak akan cerdas dan berkualitas serta mencintai
membaca apabila sejak dini sudah diajarkan Al Qur'an.
Selain melahirkan anak yang cerdas dan berkualitas sebagai generasi mendatang, apabila di dalam
rumah dibaca ayat-ayat suci Al Qur'an, maka rumah tersebut ber berkah,ujarnya pada pelatihan
pembelajaran Al Qur'an bagi bayi dalam kandungan, di Banjarmasin, Minggu.
Dihadapan ratusan peserta yang sebagian besar wanita itu, Ustazd Mustofa yang didampingi isteri
dan anaknya yang baru berusia 2,5 tahun itu, menyatakan, pembelajaran Al Qur'an sejak dini kepada
anak-anak itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak itu dimasa mendatang.
Pembelajaran Al Qur'an sejak dini itu, kata Mustofa yang merintis sekolah bayi itu menyebutkan,
pengaruhnya selain terhadap anak, juga terhadap ibu, bapak dan seluruh lingkungan tempat
tinggalnya.Dia menjelaskan, ayat-ayat Al Qur'an yang diajarkan kepada anak sejak dini atau sejak
bayi masih dalam kandungan itu akan mampu
merangsang syaraf otak, telinga dan mata sehingga mereka akan mudah belajar Al Qur'an.
Adapun tujuan pembelajaran Al Qur'an sejak bayi dalam kandungan itu untuk menajamkan
fitrah iman dan Islam pada anak sehingga mereka nantinya diharapkan menjadi anak yang shaleh
dan shalehah dan mencintai Al Qur'an.Mustofa yang memiliki tiga anak dan dua orang sudah bisa
mengkhatamkan Al Qur'an sejak Taman Kanak-kanak (TK) itu menjelaskan, anak yang sejak dini
diajarkan membaca Al Qur'an itu, maka mereka akan mencintai membaca sehingga diharapkan
akanlahir generasi yang lebih baik dimasa mendatang.
Saya berharap sejak anak dalam kandungan itu hendaknya diajarkan orangtuanya pemikiran yang
positif, mengingat sejak hamil ada rahasia pembentukan karakter anak, katanya. Dia
menyatakan, mendukung program pendidikan usia dini yang akan dilaksanakan pemerintah dan
pendidikan usia dini yang akan dilakukan itu harus dilandasi nilai-nilai Al Qur'an
agar mampu melahirkan generasi Qur'ani dimasa mendatang.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 8
9. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Banjarmasin-RoL-- Ketua Tim Penggerak PKK Kalimantan Selatan, Ir.Hj.Hayatun Fardah Rudy
Ariffin berpendapat,belajar Al Qur'an sejak dini atau sejak bayi dalam kandungan memiliki nilai
strategis menyiapkan generasi Qur'ani dimasa mendatang.
Generasi Qur'ani yang telah dibentengi dengan Al Qur'an itu diharapkan mampu menyelamatkan
peradaban dunia dimasa mendatang, tandasnya dalam sambutan tertulis dibacakan, isteri
Sekdaprov Kalsel, Dra.Hj.Jauhar Manikam Muchlis Gafuri, di Banjarmasin, Minggu.
Sambutan Ketua Tim Penggerak PKK Kalsel selaku pembina Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Taman Kanak-kanak Al Qur'an (LPPTKA) Badan Komunikasi Pemuda Remaja
Masjid Indonesia (BKPRMI) Kalsel itu disampaikan saat membuka pelatihan mengajar Al Qur'an bayi
dalam kandungan.
Pelatihan pembelajaran Al Qur'an bagi bayi dalam kandungan yang mendatangkan pelatih dari
Ambarawa, Jawa Tengah (Jateng) ini terselenggara atas kerjasama LPPTKA BKPRMI Kalsel dengan
Tim Penggerak PKK Kalsel.
Karena itu, kata Hayatun Fardah, melalui pelatihan pembelajaran Al Qur'an bagi bayi dalam
kandungan oleh Drs.Mustofa AY bersama isterinya di Kalsel ini diharapkan mampu memberikan
pengalaman dan pendidikan pada anak sejak dini untuk belajar dan mencintai Al Qur'an.
Menurut Hayatun Fardah, belajar Al Qur'an sejak usia dini sangat penting sebagai tonggak awal
untuk membentengi anak sejak dini dari pengaruh peradaban dunia atau globalisasi yang tidak
sesuai dengan akidah Islam.
Diharapkan dengan upaya tersebut, anak-anak di Indonesia terutama di daerah ini
tidak ikut-ikutan larut dalam sikap yang negatif dan bertentangan dengan akidah Islam akibat
terpengaruh globalisasi.
Dia mengatakan, kegiatan pelatihan pembelajaran Al Qur'an bagi bayi dalam kandungan ini sejalan
atau sinergi dengan program pemberantasan buta huruf Al Qur'an yang sedang dilakukan LPPTKA
BKPRMI Kalsel.
Secara terpisah, Pengasuh Nasional LPPTKA BKPRMI, H.Chairani Idris berharap, pembelajaran Al
Qur'an bagi bayi dalam kandungan dalam rangka menyiapkan generasi Qur'ani guna menyongsong
masa depan gemilang akan menjadi gerakan nasional seperti gerakan TKA BKPRMI.
Menurut Chairani, umat Islam yang mengajarkan Al Qur'an terhadap bayi dalam kandungan dengan
menggunakan metode Assalam ini adalah mereka yang merindukan anak atau generasi shaleh dan
shalehah dimasa mendatang.
Untuk gerakan TKA BKPRMI, kata Chairani, Kalsel masih sebagai percontohan di Indonesia dan hal
ini hendaknya bisa dipertahankan dan sampai saat ini sudah mampu membebaskan anak sekitar 20
persen warga Kalsel dari buta huruf Al Qur'an.
Ketua Panitia Pelaksana, M.Tarsyi T, A.Ma.Pd, melaporkan, pelatihan ini dihadiri sekitar 285 orang
yang berasal dari Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Barito Kuala (Batola), Kotabaru,
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 9
10. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Tanah Bumbu (Tanbu), Tabalong, Hulu Sungai Tengah (HST) dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
(HSS).
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 10
11. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih
shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu
harus ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib diajarkan kepada anak
adalah segala hal tentang al-Quran karena ia adalah pedoman hidup manusia.
Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai
Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca al-quran karena orang-orang yang memelihara Al-
Qur'an itu berada dalam lindungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain
daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci. (HR ath Thabrani).
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus
dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar. (QS Al-Isra'[17]:9)
Sejak kapan al-Quran sebaiknya diajarkan pada anak?
Tentu sedini mungkin. Semakin dini semakin baik.
Akan sangat bagus jika sejak anak dalam kandungan seolah-olah calon anak kita itu sudah terbiasa
hidup bersama al-Quran; yakni ketika sang ibu yang mengandungnya, rajin membaca al-Quran.
Agar Anak Selalu Hidup Bersama al-Quran
1. Mengenalkan.
Saat yang paling tepat mengenalkan alQuran adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku.
Sayang, banyak orangtua yang lebih suka menyimpan al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali
perlihatkanlah al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal buku buku lain, apalagi buku
dengan gambar-gambar yang lebih menarik.
Mengenalkan al-Quran juga bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyah; bukan
mengajarinya membaca, tetapi sekadar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A, B, C. D.
Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering dilihat anak;
lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik. Dengan sering melihat, anak akan terpancing untuk
bertanya lebih lanjut. Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf al-Quran.
2. Memperdengarkan.
Memperdengarkan ayat-ayat al-Quran bisa dilakukan secara langsung atau dengan memutar kaset atau
CD.
Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan
meningkatkan kecerdasan, insya Allah memperdengarkan al-Quran akan jauh lebih baik pengaruhnya
bagi bayi.
Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri. Ketika membaca alQuran, suasana hati dan pikiran ibu
akan menjadi lebih khusyuk dari tenang. Kondisi seperti ini akan sangat membantu perkembangan
psikologis janin yang ada dalam kandungan.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 11
12. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Pasalnya, secara teoretis kondisi psikologis ibu tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan bayi,
khususnya perkembangan psikologisnya. Kondisi stres pada Ibu tentu akan berpengaruh buruk pada
kandungannya.
Memperdengarkan al-Qurari bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja; juga tidak mengenal batas usia
anak. Untuk anak-anak yang belum bisa berbicara, insya Allah lantunan ayat al-Quran itu akan
terekam dalam memorinya. Jangan aneh kalau tiba-tiba si kecil lancar melafalkan surat al-Fatihah,
misalnya, begitu dia bisa berbicara.
Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat alQuran (surat-surat pendek) kepadanya
terbukti memudahkan sang anak menghapalkannya.
3. Menghapalkan.
Menghapalkan al-Quran bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat
yang pendek atau potongan ayat (misalnya fastabiq al-khayrat, hudan li an-nas, birr al-walidayn, dan
sebagainya).
Menghapal bisa dilakukan dengan cara sering-sering membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak. Lalu
latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hapal di luar kepala.
Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya
ingat yang luar biasa.
Orangtua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik jika tidak ingin menyesal kehilangan masa
emas (golden age) pada anak.
Agar anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang dihapal anak bisa juga sering dibaca ketika ayah
menjadi imam atau ketika naik mobil dalam perjalanan. Disamping anak tidak mudah lupa, hal itu juga
sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat. Nabi saw.
bersabda:
Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hapalan Al-Qur'an itu lebih cepat lepasnya
daripada seekor unta pada tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
4. Membaca
Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka dia.akan mendapat satu kebaikan. Satu
kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu
huruf. Akan tetapi, alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf. (HR at-Tirmidzi).
Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang dijanjikan kepada siapa saja yang biasa membaca al-
Quran. Bimbing dan doronglah anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma beberapa
ayat. Orangtua penting memberikan contoh.
Jadikanlah membaca al-Quran, utamanya pada pagi hari usai shalat subuh atau usai shalat magrib,
sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Ajaklah anak-anak yang belum bisa membaca untuk bersama-
sama mendengarkan kakak-kakaknya yang sedang membaca al-Quran. Orangtua mempunyai kewajiban
untuk mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca al-Quran.
Untuk bisa membaca al-Quran, termasuk mengetahui kaidah-kaidahnya, sekarang ini tidaklah sulit. Telah
banyak metode yang ditawarkan untuk bisa mudah dan cepat membaca. Ada metode Iqra, Qiroati dan
sebagainya. Metode-metode itu telah terbukti memudahkan ribuan anak-anak bahkan orangtua untuk
mahir membaca al-Quran.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 12
13. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak di bawah
bimbingan orangtua. Ketika seorang anak membaca, yang lain menyimaknya. Jika anak salah membaca,
yang lain bisa membetulkan. Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi
dengan bacaan al-Quran sehingga berkah
5. Menulis.
Belajar menulis akan mempermudah anak dalam belajar membaca al-Quran. Diktekan kepada anak kata-
kata tertentu yang mempunyai makna. Dengan begitu, selain anak bisa menulis, sekaligus anak belajar
bahasa Arab. Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata alif, ba, dan dal
anak diminta menulis a, ba da (tolong tuliskan Arabnya, ya: a-ba-da) artinya diam; ba-da-a (yang ini
juga) artinya mulai; dan sebagainya.
Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat al-Quran. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi
menulis. Jika anak memiliki kemampuan yang lebih dalam menulis huruf al-Quran, ia bisa diajari lebih
lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi.
Rangkaian huruf menjadi suku kata yang mengandung arti bertujuan untuk melatih anak dalam
memperkaya kosakata, di samping memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya tentang setiap
kata yang diucapkan serta mengembangkan cita rasa seni mereka. Jadi, tidak hanya bertujuan
mengenalkan huruf-alQuran semata.
6. Mengkaji.
Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Quran. Ayah bisa memimpinnya setelah shalat magrib atau subuh.
Paling tidak, seminggu sekali kajian sekeluarga ini dilakukan. Tema yang dingkat bisa saja tema-tema
yang ingin disampaikan berkaitan dengan perkembangan perilaku anak selama satu minggu atau
beberapa hari.
Kajian bersama, dengan merujuk pada satu atau dua ayat al-Quran ini, sekaligus dapat menjadi sarana
tawsiyah untuk seluruh anggota keluarga. Sekali waktu, tema yang akan dikaji bisa diserahkan kepada
anak-anak.
Adakalanya anak diminta untuk memimpin kajian. Orangtua bisa memberi arahan atau koreksi jika ada
hal-hal yang kurang tepat. Cara ini sekaligus untuk melatih keberanian anak menyampaikan isi al-Quran.
7. Mengamalkan dan memperjuangkan AI-Quran.
AI-Quran tentu tidak hanya untuk dibaca, dihapal dan dikaji. Justru yang paling penting adalah diamalkan
seluruh isinya dan diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia.
Sampaikan kepada anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan al-Quran dan pahala
yang akan diraihnya. Insya Allah, hal ini akan memotivasi anak.
Kepada anak juga bisa diceritakan tentang bagaimana para Sahabat dulu yang sangat teguh berpegang
pada alQuran; ceritakan pula bagaimana mereka bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar
al-Quran tegak dalam kehidupan.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 13
14. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Oleh: Rasyidah Munir
Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu pada waktu kecil adalah
seperti memahat batu, sedangkan perumpamaan mempelajari ilmu
ketika dewasa adalah seperti menulis di atas air. (HR ath-Thabrani dari Abu
Darda’ ra.).
Dalam sejarah, tidak ditemukan suatu agama yang mendorong pemeluk-nya untuk memberikan
pengajaran kepada anak-anak seperti Islam. Islam menjadikan seorang Muslim memiliki antusiasme yang
sangat tinggi untuk belajar dan mengajar. Antusiasme inilah yang menjadikan mereka sangat isimewa
sepanjang sejarahnya yang panjang. Apalagi bagi mereka, menuntut ilmu adalah ibadah yang paling
utama, yang bisa dijadikan media untuk mendekatkan diri kepada Alllah.
Masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur untuk melakukan pembinaan keilmuan
dan pemikiran. Pada masa ini daya tangkap dan daya serap otak mereka berada pada kemampuan
maksimal; dada mereka lebih longgar dan lebih hapal terhadap apa yang mereka dengar. Abu Hurairah
ra. meriwayatkan secara marfû’, bahwa Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): Siapa yang
mempelajari al-Quran ketika masih muda, maka al-Quran itu akan menyatu
dengan daging dan darahnya. Siapa yang mempelajarinya ketika dewasa, sedangkan ilmu itu
akan lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya, maka ia mendapatkan pahala dua kali. (HR al-Baihaqi,
ad-Dailami, dan al-Hakim).
Agar para orangtua dapat mengarahkan anak melangkah menuju ilmu, belajar, serta mencintai ilmu dan
ulama, ada beberapa hal penting yang harus ditempuh:
1. Tanamkan bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah Swt.
Kecintaan anak kepada Allah, yang seyogyanya sudah terlebih dulu ditanamkan, akan memunculkan
ketaatan pada perintah-Nya dan takut akan azab-Nya, termasuk dalam menuntut ilmu. Cinta dan takut
kepada Allah akan memunculkan sikap konsisten dalam mencari ilmu tanpa bosan dan dihinggapi rasa
putus asa.
2. Tanamkan bahwa al-Quran adalah sumber kebenaran.
Al-Quran sebagai sumber kebenaran (QS al-Maidah [5]: 48) sejak awal harus disampaikan oleh orangtua
kepada anak. Semua yang benar menurut al-Quran itulah yang harus dan boleh dilakukan. Ini
memerlukan keteladanan orangtua. Dengan begitu, anak akan melihat realisasi al-Quran sebagai sumber
kebenaran dalam setiap perilaku orangtuanya. Begitu pula ketika menilai suatu keburukan, semuanya
dinilai dengan standar al-Quran.
3. Ajarkan metode belajar yang benar menurut Islam.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan dalam kitab As-Syakhshiyah al-Islâmiyyah jilid 1, bahwa
Islam mengajarkan metode belajar yang benar, yaitu:
1. Mempelajari sesuatu dengan mendalam hingga dipahami apa yang dipelajari dengan benar.
2. Meyakini ilmu yang sedang dipelajari hingga bisa dijadikan dasar untuk berbuat.
3. Sesuatu yang dipelajari bersifat praktis, bukan sekadar teoretis, hingga dapat menyelesaikan suatu
masalah.
Dalam mempelajari alam semesta, misalnya, dikatakan secara teoretis bahwa bulan mengelilingi bumi.
Untuk menjadikannya sebagai pemahaman yang mendalam haruslah anak diajak melihat fakta bulan,
yang dari hari ke hari berubah bentuk dan besarnya. Dengan demikian, anak pun menjadi yakin bahwa
perubahan tanggal setiap harinya adalah karena peredaran bulan. Dengan begitu, ia dapat mengetahui
bahwa menentukan tanggal satu Ramadhan, misalnya, adalah dengan melihat bulan.
4. Memilihkan guru dan sekolah yang baik bagi anak.
Guru adalah cermin yang dilihat oleh anak sehingga akan membekas di dalam jiwa dan pikiran mereka.
Guru adalah sumber pengambilan ilmu. Para Sahabat dan Salaf ash-Shâlih sangat serius di dalam memilih
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 14
15. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
guru yang baik bagi anak-anak mereka.
Ibnu Sina dalam kitabnya, As-Siyâsah, mengatakan, “Seyogyanya seorang anak itu dididik oleh seorang
guru yang mempunyai kecerdasan dan agama, piawai dalam membina akhlak, cakap dalam mengatur
anak, jauh dari sifat ringan tangan dan dengki, dan tidak kasar di hadapan muridnya.”
Imam Mawardi (dalam Nashîhah al-Mulûk hlm. 172) menegaskan urgensi memilih guru yang baik dengan
mengatakan, “Wajib bersungguh-sungguh di dalam memilihkan guru dan pendidik bagi anak, seperti
kesungguhan di dalam memilihkan ibu dan ibu susuan baginya, bahkan lebih dari itu. Seorang anak akan
mengambil akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan dari gurunya melebihi yang diambil dari orangtuanya
sendiri.”
Begitupun memilihkan sekolah yang baik yang di dalamnya diajarkan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan agama, apalagi yang merusak akidah anak-anak Muslim. Banyak orangtua memilih sekolah untuk
anaknya sekadar agar anak dapat memperoleh ilmu dan prestasi yang bagus, tetapi lupa akan
perkembangan kekokohan akidah dan akhlaknya.
Namun demikian, tentulah guru yang paling pertama dan utama adalah orangtuanya, dan sekolah yang
paling pertama dan utama adalah rumah tempat tinggalnya bersama orangtua.
5. Mengajari anak untuk memuliakan para ulama.
Abu Umamah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): Ada tiga manusia,
tidak ada yang meremehkan mereka kecuali orang munafik. Mereka adalah orangtua, ulama, dan
pemimpin yang adil. (HR ath-Thabrani).
Ulama adalah pewaris para nabi. Memuliakan dan menghormati mereka, bersikap santun dan lembut di
dalam bergaul dengan mereka, adalah di antara adab yang harus dibiasakan sejak kanak-kanak.
Memuliakan ulama menjadikan anak akan memuliakan ilmu yang diterimanya, yang dengannya Allah
menghidupkan hati seseorang. Abu Umamah ra. juga menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda (yang artinya): Sesungguhnya Luqman berkata kepada putranya, “Wahai anakku, engkau harus
duduk dekat dengan ulama. Dengarkanlah perkataan para ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah
menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati
dengan hujan deras.” (HR ath-Thabrani).
6. Membiasakan seluruh keluarga membaca dan menghapal ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabi
saw.
Dalam membina akidah anak, mengajarkan al-Quran dan Hadis Nabi saw. adalah hal yang utama dalam
membentuk mentalitas anak. Keduanya merupakan sumber untuk menghidupkan ilmu yang akan
menyinari dan menguatkan akal. Para Sahabat ra. sangat berambisi sekali mengikat anak-anak mereka
dengan al-Quran. Anas bin Malik ra., setiap kali mengkhatamkan al-Quran, mengumpul-kan istri dan
anak-anaknya, lalu berdoa untuk kebaikan mereka.
Pada masa Rasulullah saw. masih hidup, Ibnu Abbas ra. telah hapal al-Quran pada usia sepuluh tahun.
Imam Syafii rahimahullâh telah hapal al-Quran pada usia tujuh tahun. Imam al-Bukhari mulai menghapal
hadis ketika duduk dibangku madrasah dan mengarang kitab At-Târîkh pada usia 18 tahun.
7. Membuat perpustakaan rumah, sekalipun sederhana.
Mempelajari ilmu tak akan lepas dari kitab ataupun buku-buku sebagai media referensi yang senantiasa
akan memenuhi kebutuhan ilmu. Keberadaan perpustakaan rumah menjadi hal yang sangat penting
untuk mengkondisikan anak-anak seantiasa dekat dengan ilmu dan bersahabat dengan kitab-kitab ilmu.
Imam asy-Syahid Hasan al-Banna dalam Risâlah-nya, Sarana Paling Efektif dalam Mendidik Generasi
Muda dengan Pendidikan Islam yang Murni, mengatakan, “Adalah sangat penting adanya perpustakaan di
dalam rumah, sekalipun sederhana. Koleksi bukunya dipilihkan dari buku-buku sejarah Islam, biografi
Salafus Shâlih, buku-buku akhlak, hikmah, kisah perjalanan para ulama ke berbagai negeri, kisah-kisah
penaklukan berbagai negeri, dan semisalnya….”
8. Mengajak anak menghadiri majelis-majelis kaum dewasa.
Nabi saw. pernah menceritakan bahwa beliau ketika masih kecil juga turut menghadiri majelis-majelis
kaum dewasa. Beliau mengatakan: “Aku biasa menghadiri pertemuan-pertemuan para pemuka kaum
bersama paman-pamanku….” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad sahih dalam Musnad-nya
[2/157] dan oleh Ahmad [1/190]).
Dengan membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, akalnya akan meningkat, jiwanya akan terdidik,
semangat dan kecintaannya kepada ilmu akan semakin kuat. Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 15
16. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Kehadliran buah hati bagi para orang tua merupkan investasi yang berkesinambungan. Tentu harus
ditumbuhkembangkan sehingga menjadi kader penerus cita-cita besar keluarga. Yaaa, berusaha dan
berdo’a jangan sampai anak-anak kita menjadi beban tiada berkeseduhan. Beban kita. Beban para
anggota keluarga. Beban masyarakat. Dan beban negara. Nahhh, kiat sederhana ini diharapkan dapat
menjadi jamu untuk menyembuhkan segala penyakit. Jamu racikan sendiri ini dihadiahkan para orang tua
siap mempunyai generasi yang mBeneh. Mengapa demikian? Inilah jawabannya dalam kiat-kita
melejitkan potensi anak
1. Ubahlah diri, prilaku, kebiasaan kita, para orang tua sesuai dengan visi, misi, target yang
diharapkan pada diri anak. Nahhhh kita mengenal diri kita lebih dalam. Kita harus menyesuaikan
diri kita dengan cita-cita terhadap masa depan anak. Bagaimana kita punya cita-cita
mensholehkan anak jika tiap saat anak melihat kita dalam bencana keteledoran. Bagamana ada
harapan anak mandiri jika setiap hari tidak ditemukan latihan-latihan. Mengubah diri untuk
merancang masa depan anak kita. Mau? Berani? Pasti sukses.
2. Catat kembali kebiasaan buruk masa kecil, masa remaja, dan saat ini. Catat kebiasan buruk yang
ditampilkan diri kita. Perbaikan menuju prilaku terpuji. Perbaiki menjadi investasi kenangan yang
masuk di otak anak. Jangan biarkan prilaku buruk menghiasi kehidupan anda sehingga secara
otomatis anda turunkan ke anak tiap waktu.
3. Sabarlah, tenanglah jika mendapatkan kenyataan perangai, fisik, prestasi dan kebiasaan anak jauh
dengan target dan cita-cita kita. Saatnya melakukan pendekatan. Saatnya mencari sumber apinya.
Yaaaa jika ada asap pasti ada sumber apinya. Melalui deteksi sumber api, kita masuk untuk
mengubah bertahab, pelan, sabar dan telaten. Kemarahan, kejengkelan tidak mampu mengatasi
masalah. Justru menambah rumitnya masalah.
4. Tempatkan anak-anak kita di situasi terbaik. Maaf situasi terbaik sering dalam persepsi yang tidak
sama setiap orang. Semisal ada ibu-ibu yang memanjakan anak dianggap mendidik dalam situasi
terbaik. Nah situasi terbaik adalah mengkondisikan lingkungan anak jauh dari pengganggu tumbuh
kembang anak baik secara fisik, psikis maupun moral. Dan mendekatkan semua sumber
kehidupan yang mampu menumbuhkembangkan inisiatif dan partisipatif positif setiap waktu.
5. Berilah waktu 24 dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu untuk buah hati kita. Tentu kita
bertanya, “berarti kita tidak beraktifitas lain? Berarti kita tidak bekerja?”. Jawaban singkatnya
“tidak. Tidak demikian.” Justru kita bekerja dan beraktifitas lain tetapi waktu kita tetap untuk anak
secara penuh. Inilah kecerdasan dalam mengatur waktu diri sendiri dan keluarga. Semua dapat
berjalan sesuai dengan cara mengatur waktu kita dan memandang esensi waktu. “Bagaimana
dengan orang tua yang putra-putrinya lebih dari satu?” Jawabnya sama saja. Bergantung pada
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 16
17. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
kecerdasan mengatur waktu. Masih bingung? Ikuti bahasan dalam sesi kecerdasan mengatur
waktu, Insya Allah kali lain.
6. Salurkan energi bathin ke dalam raga dan kehidupan anak. Kekuatan bathin anda dapat mengubah
semua prilaku anak. Do’a, tirakat, puasa senin kamis, sholat malam, memberi usapan pada kepala
atau sekujur tubuh merupakan upaya menyalurkan energi perubahan prilaku. Kita saat ini sudah
jadi orang tua. Napas doa kita harus tersampung dan terikat napas anak-anak kita. Keringat badan
kita harus mampu menetes pada pori-pori tubuh anak. Hentakkan langkah perjalanan kita harus
mengiringi kemana mereka pergi.
7. Siapkan perbekalan yang dibutuhkan. Apa sebenarnya perbekalan yang dibutuhkan oleh si buah
hati kita untuk menjadi pemimpin?
8. Jangan biarkan buah hati kita, tidur di pangkuan pembantu. Jangan biarkan buah hati kita, makan
dari kunyahan gigi pembantu. Jangan biarkan buah hati kita, mandi dari tetesan air sumber
pembantu. Ambil alih segera tugas berat pembantu di tangan Anda. Segala tugas berat tersebut
menyalurkan energi prilaku. Berilah tugas pada pembantu yang tidak terkait dengan hal-hal di
atas.
9. Beri yang dibutuhkan tapi jangan diberi mata uang. Anak kita tidak makan uang tapi makan
makanan yang halal dan thoyib. Hindari memberi uang. Memberi uang berarti menjerumuskan
anak. Menjerumuskan ke dalam segala malapetaka.
10. Teliti apa yang dibawa anak dri luar rumah.
11. Hantarkan tidur anak dalam bekal kematian. (maaf keterangannya nanti yaaa. Ini tadi nulisnya
sambil nuggu berbuka puasa)
1) Membiasakan dan melatih diri untuk cinta ilmu dan sekaligus menambah keilmuan setiap waktu.
2) Hiasi ilmu dengan ketawadluan dan keikhlasan.
3) Peganglah prinsip bahwa ilmu merupakan karunia Allah Ta’ala.
4) Guru ada di setiap kesempatan dan kehidupan. Ambillah hikmah dari guru yang dating setiap saat
itu.
5) Buka diri untuk menerima kritik orang lain.
6) Amalkan ilmu secara bertahab. Datangi murid dan beri layanan padanya.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 17
18. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Jalan Pintas Guru Unggul
1. Kembalilah pada orientasi awal Anda. Apakah Anda sejak awal ingin jadi guru atau hanya
masuk pekerjaan alternatif? Batu loncatan saja? Daripada nganggur lebih baik cari aktifitas.
Nahhhh, ada peluang terbuka jadi guru. Anda masuk. Renungkan azam dan niat awal Anda.
Apa. Bagaimana. Mau kemana. Udah di mana.
2. Apabila saat ini udah mendapatkan diri Anda. Mantapkan dan matangkan. Tak perlu melirik
rumput tetangga. Sadari pengaruh hidup dari lingkungan.
3. Manfaatkan kemampuan dasar yang telah Anda kenali. Tumbuhkan menjadi bekal dasyat.
Salah satu teknisnya adalah optimalkan lingkaran yang diamanahkan kepada kita.
4. Dengarkan pertanyaan siswa Anda. Bertanyalah kenapa siswa kita bertanya yang demikian.
Lakukan evaluasi diri dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
5. Lihatlah hasil kerja siswa Anda. Bertanyalah mengapa hasil siswa kita seperti ini dan atau
seperti itu? Lakukan evaluasi diri dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
6. Suara guru atas kelas kita. Suara guru atas mata pelajaran yang dalam tanggung jawab kita.
Suara guru atas penampilan diri kita. Atas kita, bagaimana teman guru Anda, berkomentar?
7. Kepala sekolah harus Anda pandang sebagai sosok pemacu prestasi. Hindarkan prasangka
negatif terhadap kepala sekolah. Sikap tersebut merupakan pedang tajam yang akan
menusuk ulu hati kita.
8. Selamilah dunia anak dengan kaca mata orang desa bahwa anak seusia anak yang ada di
hadapan Anda adalah anak, buka Anda dan bukan pula sosok teori dalam kuliah Anda.
9. Bujuklah kerumunan anak didik menjadi komonitas dan tim yang solid. Teknik membujuk
tercanggih adalah mendengar segala yang diinginkan mereka.
10.Berikan penilaian pada siswa Anda, bahwa mereka adalah generasi siap dan mampu. Beri
stempel bahwa mereka semua pandai dan cukup dewasa. Ajak komunikasi secara terbuka.
Sebagaimana komunikasi suami istri dalam keterbukaan segala hal.
11.Hentikan keluhan di hadapan anak didik. Yang Anda perdengarkan kepada mereka adalah api
kesuksesan.
12.Berilah anak didik kesempatan. Akui dan hormati hasilnya. Mulai dari diri Anda untuk
berkomitmen.
13.Ambil segala hal yang terkecil tetapi fokus.
14.Janjilah bersama bahwa tim Anda semua ini tim pemberani dan siap ambil segala resiko.
15.Belajar besama untuk menyukai segala yang tidak enak, segala yang pahit, segala yang
menyakitkan, segala yang di luar kemampuan. Sukai. Sekali lagi sukai dan jangan
mencemooh apalagi melarikan diri.
16.Buatlah awal pembicaraan dengan siswa Anda segala yang layak didengar. Segala yang
layak ditindaklanjuti. Segala yang layak mendapatkan penghargaan.
17.Ubahlah kepemimpinan serba memerintah menuju kepemimpinan serba kerja bersama.
Ajukan tawaran. Tawaran. Tawaran dan tawaran. Walau harus memberi taaran hingga ke
seribu.
18.Selalu mendahulukan kepentingan anak didik atau kepentingan teman guru lainnya.
Perjuangkan segala yang menjadi hak anak didik.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 18
19. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
19.Buatlah Janji untuk ditepati. Jangan obral janji
20.Mengajarlah materi pembelajaran yang bener-bener telah dikuasi. Paling tidak teah
dipraktekkan. Jangan asal ngomong. Pasti tidak ada magnitnya. Jangan asal kutip sumber
informasi dari teks book atau sumber lainnya. Tetapi materi pembelajari telah terhayati.
21.Katakan bahwa Anda telah prima. Anda telah unggul. Anda telah efektif. Saat ini sudah luar
biasa. Saat ini waktu memutuskannya.
22.Latihlah diri Anda dapat jalan alternatif saat mendapatkan jalan buntu. Jalan buntu itu hanya
sebatas pandangan mata kita saja.
23.Tinggalkan segera segala yang tiada manfaat.
24.Jauhi gunjing menggunjing
25.Libatkan Robb Anda
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 19
20. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Usia tua mendapatkan gelar Doktor, wajar. Atau orang yang telah menempuh pendidikan strata tersebut
untuk mendapatkan gelar Doktor juga wajar. Tapi anak usia 7 tahun mendapatkan gelar Doktor
Kehormatan, sepertinya itu tidak wajar. Apalagi gelar Doctor Honoris Causa itu dari Hijaz College Islamic
University, Inggris. Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College Islamic University, peraih nilai 60-70
akan diberi sertifikat Diploma, 70-80 Sarjana Kehormatan, 80-90 Magister Kehormatan, dan di atas 90
Doktor Kehormatan (Honoris Causa). Tepat pada tanggal 19 Oktober 1998 lelaki cilik itu menerima ijazah
Doktor Honoris Causa dalam bidang ‘Science of The Retention On the Holy Qur’an’ dengan nilai yang
diraih 93. Luar biasa. Siapakah lelaki cilik itu? Dan seberapa pintarkah lelaki cilik itu?.
Bocah cilik itu bernama lengkap, Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i. Husein datang ke Inggris 2
pekan sebelum akhirnya dia menerima Doctor Honoris Causa. Selama 2 pekan itu, Husein diundang dalam
berbagai acara Qur’ani. Situs BBC Online memberitakan bahwa sekitar 13.000 muslim Inggris datang
menemui Husein di Islamic Centre yang berlokasi di barat laut London. Dalam pertemuan-pertemuan itu,
berbagai pertanyaan diajukan kepadanya. Husein menjawab semuanya dengan lancar. Dia memang
sudah biasa dengan forum semacam itu sejak usia 5 tahun. Biasanya, hadirin akan menyebutkan
potongan sebuah ayat dan bertanya, “Ayat ini di mana letaknya dalam Al-Qur’an?.” Atau, hadirin
menyebutkan arti/makna sebuah ayat dan menanyakan, “Apa bunyi ayat yang saya maksudkan?”,
sebagian yang lain menanyakan pertanyaan sederhana, misalnya, “Engkau memiliki berapa orang
paman?” Husein selalu menjawab dengan menggunakan ayat Al-Qur’an, sehingga pertanyaan tadi
dijawabnya dengan dua ayat, “Sudah sampaikah kepadamu kisah Musa (QS 79:15)” dan “Muhammad itu
adalah utusan Allah (QS 48:29)”. Yang dimaksud Husein, dia memiliki 2 paman, satu bernama Musa dan
satu lagi bernama Muhammad (hal 14).
Husein seperti biasa duduk di depan mikrofon dan para hadirin silih berganti mengajukan berbagai
pertanyaan kepadanya. Husein cilik akan terdiam sebentar, dan matanya yang bundar indah berputar-
putar, seolah-olah sedang mencari-cari file data dalam benaknya. Lalu dengan lancar, dia akan
menyebutkan ayat itu, lengkap dengan artinya, di halaman mana ayat itu berada, di baris ke berapa.
Seseorang bertanya kepadanya, “Apa yang dilakukan Imam Khomeini terhadap Iran?”. Husein menjawab,
(Dia) membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (QS 7:157).
Yang dimaksud Husein, pada masa pemerintahan monarki, rakyat Iran terbelenggu dan tertindas, lalu
Imam Khomeini memimpin revolusi untuk membebaskan mereka dari belenggu dan penindasan itu. (hal
19).
Buku ini dibagi menjadi empat bab. Bab pertama menjelaskan tentang saat-saat menakjubkan di luar dan
dalam negeri Mukjizat Abad 20 Doctor Honoris Causa 7 tahun. Bab dua menjelaskan tentang anak kecil
yang berbicara dengan Al-Qur’an yang lebih menekankan pada substansi buku ini. Bab tiga menjelaskan
tentang metode penghafalan Al-Qur’an ala Si Doktor Cilik. Dan bab empat menjelaskan tentang hasil uji
coba Rumah Qur’ani terhadap metode Doktor Cilik di Indonesia.
Buku ini juga mempersembahkan metode menyenangkan untuk hafalan dan pemahaman Al-Qur’an buat
anak-anak; teruji dari pengalaman Husein dan ratusan bocah serupa. Jadi buku ini sangat berguna sekali
bagi orangtua yang menginginkan mengenalkan dunia Al-Qur’an yang menyenangkan kepada anak-
anaknya. Sehingga membuat mereka menghayati makna Al-Qur’an serta bisa menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu Al-Qur’an bukan lagi sekadar huruf-huruf dengan bentuk
dan bunyi yang asing bagi anak-anak. Mereka tidak lagi dipaksa belajar membaca huruf-huruf asing
itu dengan doktrin ‘harus, karena kamu beragama Islam”. Namun anak diajak untuk menyelami sebuah
firman sebuah firman cinta dari Allah, Sang Pemilik Alam Semesta. Mereka bukan lagi diharuskan untuk
menghafalkan ayat-ayat pendek tanpa tahu apa maknanya, tapi dimotivasi untuk menyadari, bahwa
inilah surat cinta dari Sang Maha Lembut. Resensi di Harian Kedaulatan Rakyat, Minggu, 11 November
2007. (M. Faqih, santri PP. Nurul Ummah, Mahasiswa FIB, Sastra Indonesia UGM)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 20
21. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Dewan Imamah Nusantara pernah menggelar dialog dan dengar pendapat dengan anggota DPR yang
tergabung dalam pnasus RUU Antipornografi dan Pornografi (RUU APP). Tepatnya Senin, 20 Maret 2006
bertepatan 19 Shafar 1427 H di Hotel Santika Surabaya Jl. Pandegiling Raya Darmo No. 45 Surabaya.
Namun hasilnya hingga sekarang tidak jelas jluntrungnya, wujuduh ka adamih. Para peserta yang hadir
menyepakati bahwa pornografi merupakan akar penyebab tindakkan mesum (baca perzinaan). Dalam
tulisan sederhana ini kami hanya membatasi akar budaya mesum pelajar. Hal ini menarik dibahas karena
budaya ini sudah membahayakan. Udah menjadi tradisi dan tidak lagi menjadi hal yang tabu. Para orang
tua dan guru sudah tidak risi lagi jika mendapatkan kabar terjadi perbuatan mesum pelajar.
Ada baiknya peristiwa ini kita jadikan teladan. Suatu hari putrid Sahabat Abu Bakar yang bernama Asma’
masuk ke dalam kamar Rasulullah sholallah alaihi was salam. Putri tersebut memakai busana yang tipis.
Saat itu Rasulullah sholallah alaihi was salam berpaling, seraya bersabda:
Wahai Asma’, sesungguhnya perempuan jika telah mencapai usia baligh, tidak diperkenankan terlihat
darinya kecuali ini dan ini, seraya menunjuk wajah dan telapak tangannya. (HR Abu Dawud)
Busana perempuan dalam harus ditata, diatur dan diberi batasan tidak dibiarkan bebas. Demikian pula
busana laki-laki. Inilah yang disebut dengan aurot. Aurat bagi perempuan yang sedang keluar rumah
adalah kerudung (al-khimâr) yang menutup seluruh kepala, kecuali wajah hingga dada (al-Nur: 31) dan
pakaian bagian bawahnya diwajibkan mengenakan al-jilbâb (al-Ahzab: 59). Jilbab itu merupakan baju
yang menutup seluruh tubuh hingga telapak kaki. Di samping memperhatikan pakaian terdapat tata cara
berhias saat para perempuan di luar rumah. Batasan minimalnya adalah memperhatikan apakah
dandanya mencolok, berlebihan sehingga mampu menarik perhatian seksual laki-laki. Berhias yang
berlebihan termasuk memakai parfum yang menimbulkan daya syahwat laki-laki.
Mendasarkan pembahasan di atas dapat ditelusuri akar permasalahan mengapa terdapat budaya mesum
pelajar?
1. Pelajar baik laki-laki maupun perempuan di negeri kita ini memakai pakaian yang tidak menutup
aurot
2. Para pelajar perempuan yang tidak menutup aurot tersebut berhias, dandanannya menimbulkan
daya tarik laki-laki sehingga syahwat birahi seksnya meledak-ledak. Baik laki-laki tersebut sesama
temannya maupun laki-laki itu gurunya.
3. Budaya kholwat yaitu bercampur antara laki-laki dan perempuan baik di dalam kelas, di kegiatan-
kegiatan sekolah intra atau ekstra dan atau saat mereka lepas dari sekolah.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 21
22. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
4. Tanggung jawab dan nasehat dari pihak sekolah sangat lemah. Peranturan dan tata tertib di
sekolah tidak mengatur batasan pakaian dan pergaulan yang sesuai dengan aturan syariat.
5. Para orang tua memberi kelonggoran pergaulan semi bebas dan atau bebas pada putra dan
putrinya
6. Akses bebas terhadap pornografi dan pornoaksi didapat oleh para pelajar dari berbagai sumber,
dan jalur baik di sekolah, di masyarakat atau di rumah.
7. Iklan perusahan menggunakan adegan porno baik yang ditampilkan lewat tayangan TV dan atau
gambar-gambar banner di pinggir jalan. Iklan ini memberi akses bebas setiap saat kepada semua
usia.
8. (Mohon maaf) kadang-kadang pergaulan orang tua di rumah atau di luar rumah juga memberi
dampak pada persepsi putra-putrinya, Jika budaya cium pipi kanan cium pipi kiri diterapkan dan
anak menyaksikan maka itu sama saja dengan cara pembelajaran terefektif agar anak berbuat
mesum.
9. Tidak ada sanksi yang menjerakan. Sanksi yang diberikan kadang-kadang hanya menimbulkan
dampak psikologis saja. Belum menyentuh pada tujuan utama sebuah hukuman. Yaitu memberi
pengaruh baik secara fisik, perasaan dan kesadaran agar jera bagi pelakunya dan bagi yang
melihat hukuman tersebut sehingga tidak berani coba-coba.
10. Media. Baik itu media tertulis atau bergambar, tayangan TV ataupun saluran internet. Pemerintah
yang ragu. Tidak tegas terhadap pembatasan dan pemberian sanksi terhadap media menjadikan
media porno berkembang cepat dan mudah diakses oleh semua usia.
11. Tauladan para guru di sekolah udah sirna.
12. Orang tua memberi fasilitas agar pelajar dapat menjalankan akses mesum secara sempurna.
13. Peranan agama telah dikebiri
14. Budaya pergaulan gaul.
15. Perkembangan modes, bentuk dan trend pakaian
16. Menjamurnya warung cethe, warung café, dan vila atau hotel yang memberi akses bebas bagi para
pelajar untuk berbuat mesum.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 22
23. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
17. Kebijaksanaan pariwisata yang diambil dan diterapkan oleh pemerintah sangat tidak tepat karena
hanya mementingkan pemerolehan PAD saja tanpa memperhatikan dampak kerusakkan moral.
Para pelajar diberi akses bebas memanfaatkan pariwisata untuk perbuatan mesum
18. Rokok, narkoba dan miras merupakan teman dan pintu perbuatan mesum pelajar.
19. Jeratan makelar perdagangan seks.
20. Ada upaya dari bangsa penjah, negara barat untuk merusak moral generasi muda dengan
pergaulan bebas yang mengarah perbuatan mesum.
21. Kehidupan dan budaya global yang masuk tanpa difilter.
22. Kehidupan rumah yang tidak sholih, tidak harmonis terdapat keretakan komunikasi.
23. Orang tua anak-anak pelajar yang TKI dan TKW juga menjadi penyebab adanya kegiatan mesum
pelajar.
24. Perlakuan kekerasan seks dini baik oleh tetangganya, oleh gurunya atau oleh keluarganya sendiri
memberi dampak pada prilaku seks pelajar.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 23
24. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Seseorang di antara kamu mengambil talinya, lalu dia memikul seikat kayu bakar di atas
punggungnnya kemudian dia jual sehingga dengan begitu Allah menyelamatkan mukanya
adalah lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang, baik diberi maupun ditolak (HR
Bukhori)
Setiap naik bus, baik bus kota maupun bus antar kota pasti akan mendapatkan hiburan dari para
pengamen. Bahkan dalam satu perjalanan mendapatkan lebih dari lima kali pengamen. Saat ini mengamen juga
dilakukan dari rumah ke rumah. Mengamen sudah dipandang sebagai pekerjaan. Jika pandangan kita seperti itu,
dapatkah dijelaskan bahwa mengamen merupakan bentuk kemandirian anak dalam hidupnya. Benarkah
mengamen itu bekerja? Ataukah mengamen itu hanya bentuk lain dari meminta-minta? Kalau tidak boleh
dibilang mengemis?
Setiap hari di kantor LPI Al Azhaar tidak kurang dari 3 orang yang rutin meminta-minta. Peminta-
minta ini keliling ke setiap rumah. Setiap kita berziarah ke makam para walisonggo pasti akan disambut
segerombolan orang yang berprofesi meminta-minta. Profesi ini terorganisai dengan baik dan dilakukan
oleh orang yang sudah memiliki kecukupan hidup. Mengapa mereka berprofesi yang tidak ada kemulyaan,
bahkan mendekati kehinaan?
Dua tahun yang lalu ada seorang sarjana menyampaikan surat lamaran pekerjaan ke kantor LPI Al
Azhaar. Hebatnya dia ditemani dan diantar langsung oleh ibunya yang sudah berusia di atas lima-lima
tahun. Dua minggu berikutnya diadakan test tulis, wawancara dan micro teaching, sarjana ini juga
ditemani ibunya hingga usia test. Lima hari beikurtnya saat menanyakan pengumuman juga bersama
ibunya. Kemandirian belum dimiliki oleh sarjana tersebut, demikian simpulan para penguji saat itu
sehingga tidak dapat diluluskan. Beberapa anak SD kelas tiga belum dapat melayani dirinya sendiri.
Bahkan saat ini tidak jarang ditemukan anak-anak usia SLTP juga belum dapat mencuci bajunya sendiri,
menyetelika atau pekerjaan untuk dia hidup dan menghadapi dirinya sendiri.
Kemadirian merupakan prilaku hidup yang tidak dalam ketergantungan mutlak dan selamanya. Seorang
bayi tidak hidup dalam ketergantungan disusui, disuapi, digandeng dalam berjalan, dimandikan dan
bentuk bantuan lainnya. Namun dia dilatih dan dibiasakan mengurangi ketergantungan prilaku tersebut,
lambat laun dapat makan, mandi, berjalan dan berpakain sendiri. Prinsip kemandirian adalah
mengerjakaan sesuai tahapan dan kemampuan sendiri. Salah satu tugas orang tua adalah memandirikan
anak agar dapat menatap kehidupan masa yang lebih sulit dari masa yang dialami para orang tua. Para
orang tua menyiapkan generasinya agar tidak menjadi generasi peminta-minta, generasi pengamen,
generasi hedoisme tetapi yang kuat aqidah dan kuat ekonominya.
Kondisi masyarakat kita yang terjerumus ke dalam peminta-minta
adalah disebabkan oleh faktor-faktor:
Pertama yaitu masyarakat yang lemah ekonomi dikarenakan tidak memiliki skill kehidupan dan
skhill yang dibutuhkan oleh kehidupan. Bahkan secara pendidikan sangat rendah. Kedua adalah mereka
yang bermalas-malas melakukan pekerjaan yang dianggap berat, tetapi dia ingin hidup enak. Mereka
sebenarnya dapat bekerja dan bahkan memiliki lahan pekerjaan tetapi malas Ketiga ingin memperkaya
diri dengan jalan pintas Keempat sangat ingin menikmati sesuatu tetapi tidak punya.
Kasus meminta-minta juga terjadi di lingkunagn para pejabat. Semisal atas dorongan mmiliki dan
menikmati sesuatu tetapi gajinya tidak menukup. Maka para pejabat tersebut mendatangi toko, rekanan
kerja atau pihak lainnya yang membutuhkan jasa dia untuk mengajukan permohonan-permohonan
sumbangan dengan segala macam dalih. Yang lebih menyakitkan hati kita adalah mobil keliling meminta-
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 24
25. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
minta atas nama pembangunan masjid atau pesantren. Tentu saja para pendidik dan orang tua tidak rela
bila generasi yang sekarang diasuh terjerumus sebagai peminta-minta. Para pendidik dan orang tua
sudah selayaknya bertekat untuk menghasilkan generasi mandiri.
Anak semestinya dilatih agar menjauhkan diri dari sifat meminta-minta. Para pendidik dan orang
tua apabila menyaksikan anak dalam pergaulan dengan teman sebaya, meminta sesuatu yang dimiliki
oleh teman sebayanya hendaknya menasehatinya dan mengarahkan agar tidak punya sifat meminta-
minta. Upaya yang dilakukan oleh para pendidik dan orang tua ini untuk membentuk mental dan karakter
kripribadian agar tidak terbiasa hidup hedoisme dengan jalan pintas meminta-minta. Untuk membentuk
karakter mental dan kepribadian agar tidak terjerumus meminta-minta dan memiliki kemandirian, paling
tidak yang dapat dilakukan oleh para pendidik dan orang tua adalah:
Pertama, melatih anak terlibat dalam pekerjaan keseharian. Pekerjaan yang dilakukan oleh anak
ini sifatnya adalah melatih, membiaakan dan memberi pemahaman secara langsung, konkrit dan
dilaksanakan bersama-sama. Semisal para pendidik dan orang tua mengajak anak-anak membersiahkan
lantai, kaca cendela, menyiram bunga dan alangkah baiknya anak-anak kemudian diberi tugas dan
jadwal.
Kedua apabila anak-anak meminta atau menginkan sesuatu baik harus dibeli ataupun tidak
hendaknya para pendidik dan orang tua mengajak diskusi dengan cara apa anak-anak dapat memenuhi
keinginannya jika pada suatu saat para pendidik dan orang tua sudah tidak mendampingi. Jika anak-anak
telah memahami bahwa harus dengan cara bekerja, maka latihlah melakukan pekerjaan ringan sebagai
latihan kemudian setelah dapat melaksanakan dengan baik baru permintaannya dikabulkan. Kasus yang
ada saat ini adalah para pendidik dan orang tua mengkabulkan permintaan anak bersifat menjejali,
mendikti dan tanpa dilakukan pendekatan kemandirian anak.
Ketiga membiasakan dan melatih anak menjaga harga dirinya. Dalam keadaan apapun dibiasakan
dan ditumbuhkan rasa malu bila akan meminta-minta demi menjaga kehormatan dirinya. Bahkan para
pendidik dan orang tua perlu menanamkan doktrin hukum para peminta-pinta itu dosa, jelek, tidak
disukai oleh Allah dan harga dirinya rendah, serta terhina.
Keempat, para pendidik dan orang tua melatih dan membiasakan kemandirian anak dengan
memberi pendidikan zuhud. Zuhud merupakan sifat dan sikap qonaah atas pemberiaan yang diberikan
oleh Allah dan mencukupkan dirinya dari apa yang telah dimiliki, yang telah ada, dan dapat dimanfaatkan
untuk kehidupan. Zuhud merupakan upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan
dalam memenuhi kebutuhan. Zuhud bukan berarti melupakan dunia tetapi memanfaatkan dunia
seoptimal mungkin.
Kelima membiasakan hidup hemat dengan cara menyisihkan apa yang diberikan oleh Allah untuk
ditabung.
Keenam membiasakan hidup untuk menolong orang lain, berempati atas kesusahan orang lain
tanpa harus menunggu orang lain meminta-minta.
Membangkitkan Motivasi Bekerja
Tanggung jawab terpenting yang harus dimiliki oleh para pendidik dan orang tua adalah
memotivasi untuk mendapatkan pekerjaan yang bebas baik itu pertukangan, bengkel, pertanian,
perkebunan, perdagangan maupun jasa. Teladan berwiraswasta telah diberikan para nabi. Dalam QS 11:
37-38 dijelaskan kegiatan Nabi Nuh dalam membuat bahtera yang selanjutnya beliau dengan para
pengikutnya selamat dati banjir. Dalam QS 21:80 dan QS 34:10-11, dijelaskan tentang keterampilan Nabi
Daud mebuat baju besi. Dalam QS 28:27-28 dijelaskan Nabi Musa bekerja sebagai penggembala domba
milik Nabi Syu’aib selama delapan tahun. Dan pekerjaan Nabi Musa nilia sebagai maskawin
perkawinannya dengan putri Nabi Syu’aib. Dan Rasulullah juga pernah sebagai penggembala domba. Hal
ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori kuntu ar’al ghonama qorooriitho liahli makkah,
Aku (Rasulullah) pernah menggembala kambing dengan upah beberapa qiroth dari penduduk Mekkah.
Rasulullah juga dua kali pergi ke Syam untuk berniaga. Kali pertama adalah ditemani dan bersama
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 25
26. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
pamannya, Abu Tholib. Saat itu beliau masih berusia dua belas tahun. Kali kedua adalah beliau ditemani
Maisarah yaitu hamba sahaya Khotijah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda inna afdlolal kasbi kasbur
rojuli min yadihi, sesungguhnya mencari nafkah yang paling mulia adalah mencari nafkahnya seseorang
oleh tangannya sendiri (dari tangangannya sendiri). Sedangkan Ath Thobaroni, Ibnu “Adiy dan at Tirmidzi
meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda innallaha yuhibbul abdal muhtarifu, sesungguhnya
Allah mencintai hanba yang bekerja (kreatif, memiliki skill dan bekerja dengan skillnya itu).
Untuk membangkitkan motivasi bekerja, Ibnu al jauzi meriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab
r.a. menemui suatau kaum yang tidak bekerja. Kemudian beliiau bertanya, “kenapa kalian tidak bekerja”.
Mereka menjawab, “kami bertawakkal”. Umar bin Khaththab r.a. berkata, “kalian dusta, sesungguhnya
orang yang bertawakkal adalah orang yang menanamkan biji-bijian di tanah, kemudian bertawakkal pada
Allah”. Dan Umar bin Khaththab r.a. berseru, “hendaknya tak seorang pun dari kalian hanya duduk saja,
tidak beraktifitas mencari rezki dan hanya berka: “ya Allah berilah aku rezki, padalah ia tahu bahwa langit
tidak akan menurunkan hujan emas dan perak”. Sedangkan Imam Asy Syafi’I berkata:
Memindahkan batu besar dari atas gunung
Adalah lebih aku sukai dari mengharapkan
Pemberian orang
Orang-orang mngatakan bahwa pekerjaan
Seperti itu adalah cela
Aku katakan bahwa selaha adala bagi
Orang yang meminta-minta.
Minat dan menyenangi pekerjaan harus ditananamkan sejak usia muda sebagai upaya membentuk
pribadi yang siap mandiri. Memandirikan anak memang harus diupayakan, karena kita akan
meninggalkan anak-anak kita, mungkin setelah membaca artikel ini, atau mungkin besuk pagi.
Tidakkah takut jika kita meninggalkan anak-anak kita dalam kondisi lemah, tidak mandiri dan terbiasa
tercukupi oleh kita kemudian untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangannya dia terpaksa harus
meminta-minta. Semoga Allah Ta’ala menjaga diri kita mendapatkan generasi yang tidak mandiri yaitu
generasi pengemis dan pengamen.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 26
27. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Oleh Ummu Kultsum
Umat Islam adalah umat yang dibangun pertama kali oleh Rasulullah saw. Umat inilah yang digelari Allah
Swt. sebagai umat terbaik atau khairu ummah (QS Ali Imran [3]: 110); yang terunggul di antara umat
manusia.Kita yakin bahwa julukan khairu ummah bukan hanya untuk para sahabat Nabi, tetapi berlaku
umum manakala kaum Muslim memenuhi syarat-syarat generasi unggulan itu.
Persoalannya, yang unggulan itu yang bagaimana?
Generasi unggulan adalah generasi yang tersusun atas individu-individu yang memiliki kepribadian yang
unggul di dunia akhirat. Kepribadian yang unggul di dunia adalah kepribadian yang telah berhasil
mencapai keunggulan dalam oleh pikir, olah rasa, dan olah raga sehingga mampu mengungguli pribadi-
pribadi lainnya; dalam kondisi prima memiliki keunggulan sumber daya manusia melebihi 10 orang kafir
(Lihat: QS al-Anfal [8]: 65) dan dalam kondisi di bawah form pun masih mampu mengungguli 2 orang
kafir (Lihat: QS al-Anfal [8]: 66).
Kepribadian yang unggul di akhirat lantaran telah terlatih memaksimalkan segala yang dimiliki dan
diperolehnya di dunia untuk kepentingan mendapatkan negeri akhirat (Lihat: QS al-Qashash [28]: 77).
Manusia yang unggul di akhirat adalah manusia penghuni surga tertinggi dan paling tengah, yaitu Jannah
al-Firdaus, yang dihuni oleh para pabi, shiddiqîn, para syuhada, dan orang-orang shalih.
Terwujudnya generasi unggulan dunia dan akhirat itulah visi yang
mesti ditetapkan bagi seluruh usaha pendidikan yang diselenggarakan
oleh kaum Muslim.
Visi dan misi itu wajib dimiliki seluruh umat Islam; baik individu, keluarga, kelompok masyarakat,
maupun negara. Dengan visi dan misi itu, akan lahir kembali generasi unggulan sebagaimana generasi
pertama umat ini dulu.
Mencetak Generasi Unggulan Lewat Pendidikan Alternatif
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama dari berbagai pihak, yaitu keluarga, masyarakat, dan
negara. Akan tetapi, dalam kondisi saat ini, ketika masyarakat tidak berdaya dan negara pun berlepas
diri, keluarga adalah benteng terakhir dalam penyelenggaraan pendidikan. Keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama dalam membentuk generasi unggulan. Ayah sebagai kepala rumah tangga
berfungsi sebagai pemimpin (leader) yang mengarahkan pendidikan anak-anaknya sesuai dengan visi dan
misi pendidikan Islam, sedangkan ibu berperan sebagai pelaksana harian dalam pendidikan anak-
anaknya.
Memang, dengan melihat kondisi masyarakat, negara, dan sekolah yang saat ini sangat memprihatinkan,
pilihan yang sepintas kelihatannya lebih baik adalah sekolah Islam terpadu (fullday school) dan pesantren
modern (boarding school).
Pada tataran masyarakat awam ada anggapan bahwa anak-anak mereka akan menjadi lebih baik
keislamannya hanya jika anak-anak mereka bersekolah di pesantren. Pada kalangan aktivis dakwah ada
sebagian pandangan bahwa anak-anak mereka dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan yang
tidak Islami dan dapat lebih mengental warna keislamannya dengan cara bersekolah di sekolah Islam
terpadu atau pesantren. Bahkan, ada yang mengkhususkan dirinya untuk memperjuangkan sekolah-
sekolah sejenis yang semakin marak.
Melihat kenyataan tersebut, tanpa mengurangi penghargaan terhadap usaha-usaha semacam itu,
tampaknya kita perlu berhitung secara obyektif mengenai kelebihan dan kekurangan dari sekolah terpadu
ataupun pesantren tersebut.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 27
28. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Dengan harapan, kita bisa menutupi kekurangan-kekurangan yang ada serta meningkatkan kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya. Selanjutnya, kita bisa menemukan alternatif lain yang bisa kita lakukan untuk
memecahkan permasalahan ini. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat kita lihat dari berbagai segi,
yaitu:
1. Pembiayaan.
2. Materi pelajaran.
3. Pembentukan kepribadian.
4. Efektivitas waktu membentuk generasi unggulan.
5. Efektivitas tenaga membentuk generasi unggulan.
6. Kontrol orangtua.
7. Efek multiplier dalam keluarga.
8. Efek multiplier dalam masyarakat.
9. Efektivitas penanaman nilai.
10. Kealamiahan: menghadapi kenyataan lingkungan masyarakat yang heterogen.
11. Gerak dakwah.
12. Sosialisasi dengan lingkungan.
Dilihat dari 12 segi di atas, penulis melihat kelebihan atau kekurangan sekolah Islam terpadu atau
pesantren umumnya:
1. Relatif mahal, tidak terjangkau oleh kalangan ekonomi lemah.
2. Siswa relatif mendapat lebih banyak mata pelajaran tsaqâfah Islam dibandingkan dengan sekolah
umum, namun relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pesantren salafiyah yang hanya mengajarkan
tsaqâfah Islam.
3. Karena kurikulum lembaga pendidikan formal ditentukan oleh negara, maka pembentukan
syakhshiyyah islâmiyyah dalam definisi di atas tidak menjadi program utama. Sekolah lebih menekankan
transfer pengetahuan Islam (ma‘ârif Islamiyah) dan aplikasi Islam yang terbatas pada ibadah ritual dan
akhlak semata. Persoalan akan muncul setelah anak didik lulus dan berinteraksi dengan masyarakat.
Belum ada satu bukti alumni pondok pesantren yang mayoritas maupun rata-ratanya menjadi pengemban
ideologi Islam. Yang ada justru sebaliknya, umumnya alumni pondok pesantren larut dengan lingkungan
masyarakat pergaulannya. Yang ketemu dengan penganut sosialis, menjadi aktivis sosialis kiri. Yang
ketemu paham sekular liberalis, menjadi aktivis gerakan sekular liberal. Yang ketemu dengan gerakan
Islam menjadi aktivis gerakan Islam.
4. Dengan melihat poin 2 dan 3, kita perlu mempertimbang efektivitas dan efisiensi pemberian
materi pada model pendidikan tersebut dalam melahirkan generasi unggulan: apakah masih ada
peluang bagi kita untuk memberikan usulan perubahan kurikulum yang memuat hal-hal yang memang
urgen dan efektif bagi kehidupan anak, kaum Muslim, dan dakwah Islam. Bila tidak ada perubahan
kurikulum, orangtua masih harus memberikan tambahan materi pelajaran di luar jam sekolah atau
pesantren untuk menyempurnakan materi yang mempengaruhi pembentukan syakhshiyyah islâmiyyah.
Bagi anak-anak yang sudah masuk pesantren hal ini hanya dapat dilakukan pada saat libur sekolah
setahun sekali. Terlalu banyaknya tsaqâfah Islam yang dipelajari yang kurang terfokus pada materi
pendidikan yang urgen bagi kehidupan anak, kaum muslimin dan dakwah Islam, maka proses pendidikan
yang dijalani si anak akan lebih lama daripada yang semestinya bilamana materi pelajaran bisa diseleksi
dengan seefektif mungkin.
5. Dengan melihat poin ke-4 maka orangtua harus mempunyai tenaga ekstra untuk menghapus
pemahaman yang bertentangan dengan akidah Islam dan atau syariat Islam yang sudah beberapa saat
mengendap dalam benak anak.
6. Orangtua memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk dapat mengontrol perkembangan
syakhshiyyah islâmiyyah anak-anaknya, karena hanya dapat dilakukan di luar jam sekolah (yang relatif
sedikit sekali) bahkan bagi yang menginap di pesantren hanya setahun sekali.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 28
29. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
7. Tingkat efek multiplier dalam keluarga rendah, karena waktu bertemu dengan keluarga sangat
terbatas. Jadi, pengaruh yang ditularkan kepada adik-adiknya sangat terbatas.
8. Tingkat efek multiplier dalam masyarakat sekitarnya juga rendah karena tidak cukup waktu
untuk bergaul dengan mereka. Jadi, pengaruh yang ditularkan pada lingkungan masyarakat sekitarnya
kurang terasa dan keluarga yang bersangkutan kurang termotivasi untuk mendorong masyarakat di
sekitarnya membentuk syakhshiyyah islâmiyah anak-anak mereka.
9. Lebih efektif dalam hal penanaman nilai, karena lingkungannya yang homogen sehingga lebih
mudah terjaga dari pengaruh negatif di luar lingkungan sekolah. Hal ini mungkin terjadi mengingat anak
lebih banyak bergaul dalam lingkungan sekolah saja, yang menerapkan aturan tertentu bagi seluruh
siswanya.
10. Lebih rentan menghadapi kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat yang sangat
heterogen kondisinya, karena lebih terbiasa dengan suasana lingkungan yang homogen. Siswa-siswa
yang lemah kepribadiannya akan lebih mudah terpengaruh dan sulit beradaptasi dengan kenyataan yang
dihadapinya yang sangat berbeda dengan lingkungannya di sekolah.
11. Berkaitan dengan poin 1, orangtua yang kondisi ekonominya pas-pasan harus berusaha sedemikian
rupa untuk dapat menutupi tingkat biaya yang relatif tinggi. Fokus perhatian orangtua sangat tersedot
dalam menghadapi masalah ini. Dalam jangka panjang hal tersebut akan mempengaruhi kesempatan
serta ketersediaan waktu, tenaga, dan pikiran untuk gerak dakwahnya; terutama ketika jenjang
pendidikan anaknya bertambah tinggi dan semakin bertambah jumlah anaknya yang bersekolah.
Berkaitan dengan poin 8, dakwah dari keluarga ini relatif kurang mengakar pada masyarakat di
lingkungan sekitarnya. Anak-anak mereka menjadi mercusuar bagi anak-anak di lingkungannya.
Orangtua sendiri relatif kurang menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar yang masih sangat
memerlukan bimbingan keislaman.
12. Kemampuan sosialisasi dengan lingkungan relatif rendah, karena waktu anak habis di sekolah
dan waktu yang tersisa tidak cukup untuk bergaul dengan masyarakat di sekitarnya. Namun demikian,
khusus bagi lingkungan perumahan yang bersifat individual dan dalam kondisi keluarga yang kedua
orangtuanya sibuk meniti jenjang karir, sekolah sejenis ini akan banyak membantu anak tersebut belajar
bersosialisasi. Khusus pada kasus ini, ketika mereka di rumah tidak ada orang tua yang mendampinginya,
dan kalaupun mereka keluar rumah, tidak ada teman yang bisa diajak bermain.
Program Praktis Membentuk Generasi Unggulan dalam Keluarga Masa Kini
Rasulullah Saw bersabda:
Seorang anak diaqiqahi pada hari ketujuh dari kelahirannya, diberi nama yang baik, dan dihilangkan
penyakitnya (dicukur rambut kepalanya). Usia 6 tahun ia diajarkan adab, usia 9 tahun dipisahkan tempat
tidurnya; usia 13 tahun dipukul jika tidak melaksanakan shalat dan shaum. Jika sudah menginjak usia 16
tahun, ayahnya mengawinkannya, lalu mendekatkan anaknya dengan tangannya sambil berkata, “Aku
telah mendidikmu, mengajarimu, dan mengawinkanmu. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah (yang
disebabkan) kamu, dari azab yang disebabkan olehmu. (HR Ibn Hibban dari Anas r.a.)
Berdasarkan dalil tersebut di atas, tahapan pendidikan Islam untuk melahirkan generasi unggulan adalah
sbb:
Tahap 1: Pendidikan masa kehamilan.
Saat hamil ibu sudah dapat melakukan hal-hal yang dapat merangsang janin yang masih dalam keadaan
fitrah tauhid (QS al-A‘raf [7]: 172). Secara praktis, ibu mengkondisikan dirinya yang sedang mengandung
janin agar selalu berada dalam suasana hati, jiwa, dan pikiran yang dipengaruhi oleh akidah Islam dan
keterikatan terhadap syariat Islam. Di samping membereskan pekerjaan rumah tangga, Ibu hamil harus:
(1) lebih mengoptimalkan pendekatan dirinya kepada Allah dengan meningkatkan ibadah: shalat, tadarus,
berdoa, berzikir, dll;
(2) lebih meningkatkan semangat mempelajari Islam (dengan cara membaca buku-buku keIslaman
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 29
30. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
ataupun menghadiri majelis ilmu yang membahas akidah Islam dan halal-haram) sebagai bekal untuk
mendidik anaknya dan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya.
(3) mengalirkan semangat memperjuangkan kemuliaan Islam dan kaum Muslim dengan lebih giat lagi
berdakwah dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatannya.
Tahap 2: Pendidikan usia bayi (0-1 tahun).
Ibu harus merangsang seluruh pancaindera anak dengan hal-hal yang tidak dilarang oleh Allah, bahkan
pelaksanaan perintah-perintah-Nya.
1) Bayi berkesempatan sebanyak mungkin menyaksikan ibu yang sedang menjalankan perintah-perintah
Allah.
2) Bayi sering diperdengarkan bahasa Islam termasuk kalimat thayyibah, shalawat, istighfar, doa, bacaan
al-Quran, dll.
Tahap 3: Pendidikan usia prasekolah.
Anak sudah dapat dilibatkan secara praktis dalam setiap usaha penanaman nilai-nilai Islam.
1) Mengenalkan Allah melalui ciptaan-Nya dan segala sesuatu Pemberian Allah untuk manusia.
2) Menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah dengan menunjukkan sekaligus mengajak anak
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah dalam kehidupannya sehari-hari.
3) Membentuk idola para tokoh Islam, terutama para sahabat, sebagai teladan nilai-nilai Islam.
4) Menanamkan akhlak Islam.
5) Mengenalkan dan membiasakan membaca al-Quran secara bertahap: talqîn, tahfîzh, tadarrus.
6) Membiasakan mengucapkan kalimat thayyibah sesuai dengan peristiwa yang dialami anak dalam
kehidupan sehari-hari.
7) Membaca doa sehari-hari.
8) Membiasakan memanfaatkan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat: bermain yang selektif
dalam jenis permainannya, teman bermainnya, waktu, dan tempatnya; menonton TV yang terkendali
waktu dan programnya terutama program berita dan pengetahuan untuk menumbuhkan sikap
intelektualitasnya dan terbiasa memperhatikan keadaan manusia termasuk kaum Muslim di berbagai
negara dalam berbagai peristiwa; membaca buku (dibacakan).
9) Memasukkan anak ke TK Islam yang materi pendidikannya lebih banyak keislamannya meliputi doa,
hadis, surat-surat pendek, gerakan dan bacaan shalat, kisah-kisah para nabi dan para sahabat, belajar al-
Quran dengan metode iqra, lagu-lagu Islami, dll.
10) Mengajak anak mengikuti kegiatan keislaman ayah atau ibu setiap ada kesempatan, baik mengikuti
maupun mengisi kajian keislaman.
11) Mengkondisikan suasana di rumah senantiasa kental warna keislamannya.
12) Bapak bisa mengajak anak shalat berjamaah ke masjid atau manakala bepergian jauh selalu mampir
ke masjid untuk menumbuh kecintaan anak pada masjid.
Tahap 4: Pendidikan usia sekolah.
Anak-anak sudah mulai diajarkan untuk serius dan terencana dalam menjalani kehidupan. Penanaman
nilai-nilai Islam sudah dapat dilakukan dengan metode berpikir dan berdialog untuk menumbuhkan
kesadaran akan keterikatannya dengan syariat Islam dan mempersiapkan anak memasuki usia balig
secara matang.
Kegiatannya sehari-hari sudah terjadwal sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-
sia. Misalnya, membuat majalah dinding di rumah, terbiasa mendengarkan program berita setiap hari,
banyak membaca buku untuk memperluas wawasan, mengomentari apa saja yang dilihat dengan
pemikiran-pemikiran Islam dan syariat Islam, membuat klipping informasi penting, senang mengikuti
kegiatan-kegiatan kajian keislaman, dll.
Dengan demikian, program majelis taklim keluarga sudah dapat dimulai. Waktu belajar adalah ba’da
Subuh dan ba’da Maghrib sekitar 1/2-1 jam sesuai dengan kondisi masing-masing, setiap hari. Materi
pelajaran ditujukan untuk membentuk kepribadian Islam serta yang diperlukan oleh umat Islam, yang
akan berlanjut dari tingkat SD, SMP, SMU, dst.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 30
31. Yuk kita bangun generasi qur'ani...
The Next Generation » Generasi-ku » Generasi 1 » Generasi Qur'ani
Dana yang diperlukan hanya untuk melengkapi buku-buku pokok sebagai pegangan dan buku-buku
referensi tambahan sebagai pelengkap. Pengajarnya adalah ayah dan ibu. Kita dapat melakuakn semua
itu sambil memotivasi masyarakat sekitar agar terdorong untuk mendidik anak-anaknya menjadi generasi
unggulan sehingga mereka membutuhkan adanya madrasah diniyah di lingkungan tersebut.
Selanjutnya, dengan menggunakan fasilitas dan sarana yang ada maka kita dapat melaksanakan
madrasah diniyah tersebut setiap sore hari ba’da sholat Ashar bagi anak usia SD atau ba’da Isya setiap
hari bagi anak tingkat SMP/SMU/dst. Gambaran materi pengajaran pada anak usia sekolah dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Gambaran materi pelajaran majelis taklim keluarga atau madrasah diniyah pada usia sekolah:
Khatimah
Dengan program pendidikan anak yang terjadwal rapi dan biaya yang sangat minim, fokus perhatian
orangtua tidak hanya melulu pada masalah biaya pendidikan formal yang relatif tinggi bagi anak-anaknya.
Dengan demikian, ayah dan ibu bisa optimal dalam berdakwah karena waktunya tidak habis untuk
menutupi biaya pendidikan yang relatif mahal. Selanjutnya, majelis taklim keluarga ini akan lebih terasa
langsung bagi lingkungannya ketika anak-anaknya bergaul dengan anak-anak tetangganya.
Orangtua terdorong untuk mewarnai lingkungan masyarakat sekitar yang akan menjadi lingkungan
pergaulan dari anak-anaknya. Dengan demikian, gerak dakwah orangtua menjadi efektif karena
mengakar pada lingkungan sekitar.
Satu catatan buat para aktivis dakwah yang mengklaim dirinya bergerak di tengah-tengah umat,
sudahkah langkah pendidikan dan dakwah yang mereka tempuh benar-benar melibatkan
umat dalam upaya membangkitkan mereka? Bila pendidikan yang diperoleh anak-anak umat dan
anak-anak para aktivis dakwah menciptakan gap, bukankah ini akan semakin menambah faktor kesulitan
masuknya dakwah Islam ke tengah-tengah masyarakat. Ironis sekali, para aktivis dakwah ingin
menyelamatkan anak-anak mereka sambil membiarkan anak-anak masyarakat berada dalam
keterpurukan pendidikan.
Bukankah keunggulan generasi yang ingin kita lahirkan adalah keunggulan generasi kaum Muslim, bukan
keunggulan keturunan segelintir orang? Wallâhu a‘lam.
Ummu Kultsum, Kepala RA dan Madrasah Diniyah serta praktisi pendidikan kemasyarakatan
Usia
Sekolah
Gambaran Materi Pengajaran
SD
(umur 7
tahun
sampai
menjelan
g baligh)
Melatih anak menyiapkan diri menerima tugas-tugas kemanusiaan sebagai hamba Allah
dengan cara:
1) Mulai konsentrasi belajar baca tulis dan selanjutnya dirangsang untuk gemar
membaca.
2) Penanaman aqidah agar tertancap kuat dalam benak anak, dengan metode
aqidah aqliyah secara praktis sebagaimana pendekatan Al Quran.
3) Melanjutkan hafalan qur’an, hadits, do’a, bacaan sholat dan artinya.
4) Mengamalkan apa yang dibolehkan dan diharamkan sehingga mulai mengatur
kehidupan anak agar selalu terikat dengan syariat Islam. Umur 7 sampai 10 tahun
diajarkan hukum-hukum ibadah: shalat, shaum, zakat, haji, dll. Targetnya adalah
pengenalan dan pelatihan (pembiasaan) praktek ibadah yang fardhu ‘ain. Salah satu
metode yang dapat dilakukan misalnya dengan membuat buku catatan ibadah harian
si anak, agenda ramadhan, dll. Pada umur 10 tahun sampai baligh, mulai
pendisiplinan untuk menjalankan ibadah yang fardhu ‘ain (sampai kalau perlu
dipukul) agar setelah memasuki usia baligh sudah tidak berat dan tidak lalai lagi
dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya, sehingga dapat dilanjutkan pada
hukum Islam yang bersifat fardhu kifayah. Jadi sudah harus ditumbuhkan kesadaran
akan keterikatannya dengan syariat Islam, sehingga diperlukan kajian tentang Islam
sebagai aqidah dan syariat.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. 4:9) Halaman : 31