Bab 1 membahas tentang kehadiran dan faktor penggerak apresiasi sastra. Kehadiran apresiasi sastra ditandai oleh gejala umum seperti minat terhadap karya sastra dan gejala khusus seperti penelitian tentang unsur-unsur pembangun karya sastra. Faktor penggeraknya berasal dari dalam diri karya sastra seperti nilai-nilai estetisnya dan juga faktor luar seperti kebut
1. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
A. Pendahuluan..................................................................................................... 1
B. Bab 1 Kehadiran Apresiasi Sastra.................................................................... 1
1.1. Catatan Pembuka.................................................................................... 1
1.2. Gejala Kehadiran Apresiasi Sastra ......................................................... 1
1.3. Pendorong Kehadiran Apresiasi Sastra .................................................. 3
C. Komentar Penulis Laporan Mengenai Isi Bacaan Yang Dilaporkan ............... 4
D. Penutup ............................................................................................................ 6
MAKALAH
Laporan Bacaan “Dasar Apresiasi Sastra”
2. Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pengajaran Apresiasi Sastra
O
L
E
H
Nama : Dorlima Manik
NPM : 10070160
Semester : VI-B
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
STKIP “TAPANULI SELATAN
PADANGSIDIMPUAN
2013
DASAR APRESIASI SASTRA
E. Pendahuluan
3. Judul buku : Dasar Apresiasi Sastra
Pengarang : Dr. Djoko Publishing
Penerbit : Elinatera Publishing
Tahun terbit : 2009
Cetakan : Pertama
Jumlah halaman : 327
Harga buku : -
F. Bab 1 Kehadiran Apresiasi Sastra
1.4. Catatan Pembuka
Kehadiran apresiansi sastra tidak terlepas dari tanya sastra itu sendiri. Hal ini
disebabkan oleh nilai-nilai estetis yang melekat dalam diri sastra. Nilai-nilai inilah
yang menjadi daya tarik yang dapat menggugah para penikmat sastra sehingga
menumbuhkan sikap kepedulian, penikmatan/penjiwaan, serta pengidahan. Sebagai
bentuk apresiasi terhadap sastra sastra. Selain itu, kehadiran apresiasi sastra juga tidak
terlepas dari kehidupan masyarakat yaitu banyak orang yang menjadikan sastra
sebagai wahana untuk mengeksperesikan diri seperti pengungkapan akan keagungan
dan kuasa Tuhan, dan sebagainya. Hal inilah yang terlintas dibenak penulis. Namun,
secara dikotonomis gejala-gejala kehadiran sastra dapat digolongkan menjadi dua,
seperti yang diuraikan dibawah ini.
1.5. Gejala Kehadiran Apresiasi Sastra
1.5.1.Gejala Umum - awan
Yang dimaksud dengan gejala umum – awan yaitu gejala kehadiran apresiasi
sastra yang tampak pada masyarakat sastra secara alamiah, wajar, dan tak disadari.
Gejala ini merupakan proses penceburan atau penyatuan diri (masyarakat sastra)
seperti alur, latar, penokohan, perwatakan, dan tema. Sebagai akibat dari unsure-
unsur keindahan yang dipancarkan oleh karya sastra.
4. Beberapa gejala yang digolongkan di dalam gejala umum – awan ini.
Pertama gejala kepedulian dan pengindahan karya sastra oleh masyarakat sastra pada
umumnya. Misalnya, membaca buku-buku sastra, mendatangi toko-toko buku, dan
sebagainya. kedua, gejala pelisanan karya sastra dan penikmatan pelisanan karya
sastra. Misalnya, membaca dan mendengarkan puisi atau prosa dalam kegiatan-
kegiatan tertentu. Kitiga, omong-omong tentang sastra. Misalnya, Mahasiswa
membicarakan tentang novel-novel yang mereka baca; bagaimana alurnya,
penokohan, tokoh-tokoh, dan sebagainya. keempat. Gejala pengadaan lomba-lomba
pembacaan karya sastra di berbagai tempat. Misalnya, lomba membaca puisi, menulis
puisi, cerpen, dan sebagainya oleh lembaga pendidikan atau instansi lain yang dapat
menarik simpatik para pecinta karya sastra.
1.5.2.Gejala Khusus – teknis
Yang dimaksud dengan gejala khusus – teknis yaitu kehadiran apresiasi
sastra yang didasarkan pada keinginan untuk mengetahui unsur-unsur yang
membangun sebuah karya sastra secara ilmiah. Gejala ini lebih merupakan usaha-
usaha pembahasan, pengajian, serta penggalian sosok apresiasi sastra oleh masyarakat
sastra (pemersatu pakar atau ahli sastra).
Beberapa gejala yang dapat digolongkan ke dalam jejak khusus – teknis ini.
Pertama, gejala ditulisnya buku-buku yang bertopik atau bertajuk oleh orang-orang
yang ahli di bidang itu. Misalnya, buku yang berjudul Apresiasi sastra kesusastraan
dan Antologi kesusastaraan oleh Jakob Sumardjo dan Aalni K.M. Tahun 1986.
Kedua, gejala adanya rubrik-rubrik dimajalah dan Koran yang bertajuk apresiasi
sastra. Ketiga, gejala pemfomalan dan pencantunan istilah apresiasi sastra beserta
wujud dan isinya ke dalam kurikulum lembaga formal untuk semua jenjang
pendidikan (SD,SMP, SMA, dan PT) yang mengakibatkan semua buku pelajaran
bahasa Indonesia menguguhkan pokok bahasa apresiasi sastra meskipun wujud dan
isinya antara buku yang satu dengan buku yang lain berbeda –beda. Keempat, gejala
adanya penelitian-penelitian taraf keampuan apreasiasi sastra yang dikerjakan oleh
5. pokok-pokok, ahli-ahli, dan akademisi-akademisi, bahkan mahasiswa bidang
pendidikan bahasa dan sastra yang mengerjakan skripsi.
1.6. Pendorong Kehadiran Apresiasi Sastra
1.6.1.Faktor Pendorong Internal
Faktor pendorong internal ialah faktor-faktor kehadiran apresiasi sastra yang
bersumber dari karya sastra itu sendiri. Karya sastra memiliki kemampuan atau daya
yang mampu menilai orang (masyarakat) untuk menggauli dan bersahabat
dengannya. Dalam hubungan itu karya sastra dipelakukan sebagai sosok yang hidup
yang memiliki daya-diri untuk mengatur dirinya sendiri.
Sebagai sosok yang hidup dan daya-dirinya, sastra mampu membangun-
membangun, mendirikan, dan menegakkan dunianya tersendiri yang berbeda dengan
bidang lain. maksudnya, karya sastra memiliki pandangan hidup sebagai ideology
perkembangan sastra mampu memberikan kenyamanan psokologi dan batiniah
kepada manusia. Hal ini tampak jelas dalam perjalan hidup sastra dan manusia bahwa
sastra telah membangun dunia khas sastra yang konterpatif, religious, imajinatif,
ilaliah, penuh damai, penuh kejujuran, penuk kearifan, penuh ketelanana dan
sebagainya.
Selain itu, sastra juga mempunyai kemampuan untuk merekam semua
peristiwa dan pengalaman hidup menusia seperti sedih, gembira menyenangkan,
mengharukan, mengerikan sadis, kejam, dan sebagainya. Dengan daya yang dimiliki
pula sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia sehingga
sewaktu-waktu manusia mengingat kejadian/peristiwa yang dialaminya mereka dapat
membaca karya sastra yang memuat kisah hidupnya tersebut.
Sastra juga mampu menawarkan dan menguguhkan berbagai pengertian khas
sastra dengan struktur yang memikat dan gaya-metoforis yang memikat. Beraneka
ragam pengetahuan yang dapat kita temukan di dalam sastra, seperti religious,
etismoral, sosial, politik, psikologis, tergantung dengan daya nalar kita.
6. Dengan pengalaman-pengalaman kemanusian dan pengetahuan-pengetahuan
yang terdapat di dalamnya, sastra juga mampu mengingatkan manusia dari jalan yang
tak semestinya. Hal ini dapat kita temukan dari amanat atau pesan yang tersirat dalam
sebuah karya.
1.6.2.Faktor Pendorong Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor-faktor kehadiran apresiasi sastra di luar karya
sastra itu. Hal ini bisa berasal dari diri manusia atau intuisi yang diciptakan oleh
manusia. Dalam hubungan ini ada dua hipotesis. Pertama, manusia memerlukan
sastra, karena sastra dapat memenuhi kepedulian hidupnya. Kedua, manusia
menciptakan institusi-institusi tertentu untuk mewadahi akan sastra.
G. Komentar Penulis Laporan Mengenai Isi Bacaan Yang Dilaporkan
Bab 1 ini menyajikan butir-butir pembahasan mengenai kehadiran apresiasi
sastra mencakup penjelasan secara rinci mengenai gejala kehadiran apresiasi sastra
(sub tab 1.2) dan faktor-faktor pendorong lahirnya operasi sastra (sub tab 1.3).
tampak jelas dari kedua topik ini penulis berusaha memaparkan bagaimana
sesungguhnya apresiasi sastra hadir di tengah-tengah masyarakat. Sehingga pembaca
mengetahui sejarah kehadiran apresiasi sastra serta perkembangan sastra dalam
kehidupan masyarakat yang selalu mengikuti perkembangan hidup manusia dan
perkembangan zaman.
Dalam proses penyajiannya penulis terkadang memasukkan kata atau istilah
bahasa asing dalam tulisannya. Namun, penggunaan kata itu tidak disesuaikan penulis
dengan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Akibatnya, penggunaan kata tersebut
tidak relepan/menyimpang dari tata aturan bahasa Indonesia, seperti kata elite (hal 8)
dan ber-competence (hal 8). Kedua kata ini merupakan proses penyerapan bahasa
asing de dalam bahasa Indonesi dan seharusnya penulisan, ejaan, dan pelafalannya
disesuikan menurut kaidah bahasa Indonesia sehingga menjadi elit dan kompeten.
Untuk perhatian, pembubuhan imbuhan ber- pada kata competence (ber-competen)
7. dalam kalimat itu juga sudah menyalahi bahasa Indonesia. Imbuhan harus
dikombinasikan pada kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia asli meskifun kata
tersebut merupakan penyerapan dari bahasa asing. Jadi perbaikan yang tepat adalah
berkompeten.
Begitu pula untuk menerangkan suatu konsep tertentu penulis cendrung
menggunakan istilah bahasa asing tanpa menjelaskan secara rinci mengenai istilah
yang dipakai. Akibatnya, pembaca tidak mengerti apa maksud dari istilah tersebut.
Misalnya, “ in abstracto atau by concept” (hal 15) dan res extenza maupun res
cogitans(hal 18) untuk menerangkan tentang pengalaman, tetapi pembaca tidak tahu
penalaman seperti apa yan dimaksud dengan istilah itu. berbeda halnya dengan
penggunaan istilah “manifestasi” penulis langsung menunjuk padanya kata atau
istilah tersebut yakni perwujudan dan penampakan (hal 29) dan overlapping untuk
menerangkan pedoman kata kacau atau numpang (hal 31).
Sejalan dengan itu penulis juga tidak jarang memunculkan kata atau istilah
bahasa Indonesia yang belum dikenal pembaca, seperti kewastitaan, kebijak
bestarian, membasah sejukkan, memekatajamkan, dan liar-jinak. Padahal penulis
masih bisa menggunakan istilah umum yang mudah dipahami pembaca dan tidak
membingungkan.
Selain itu, menurut kaca mata pembaca penyajian Bab 1 dan Bab 2
seharusnya harus dimulai dari Bab 2 (terutama sub bab 2.1 hakikat sastra dan sub bab
2.2 Pengertian Apresiasi Sastra) kemudian dilanjutkan dengan Bab 1. Syarat mutlak
bagi seseorang (pembaca) yang ingin mempelajari gejala dan pendorong kehadiran
sastra terlebih dulu harus mengetahui, mengerti, dan memahami apa sebenarnya
(hakikat dan pengertian) apresiasi sastra itu. dengan kata lain, mustahil seseorang bisa
mempelajari sejarah suatu negara jika negara bersangkutan tidak ada (tidak
diketahui).
H. Penutup
8. Berdasarkan penilaian (komentar) di atas penulis tidak bisa memungkiri
bahwa buku ini sangat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai
pedoman, sumber, atau referensi bagi pelajar, guru atau dosen, mahasiswa dan siapa
saja yang berniat untuk memperdalam pengetahuannya mengenai apresiansi sastra.
Buku ini juga memiliki peranan sebagai penopang keberlangsungan, kelancaran, dan
keberhasilan pembelajaran apresiasi sastra di seluruh lembaga pendidikan. Sehingga
apresiasi satra tidak asing lagi bagi anggota masyarakat. Dengan demikian, apresiasi
sastra meneliti peluang untuk mengembangkan dirinya sebagai sosok yang hidup.