SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
EKOTON Vol. 3, No.1: 1-6, April 2003                                                   ISSN 1412-3487

                                        HASIL PENELITIAN

     EFEK POTASSIUM SIANIDA (KCN) TERHADAP KEBERHASILAN
            REPRODUKSI BULUBABI Echinometra mathaei

                Markus T. Lasut 1 *, Deiske A. Sumilat 1 & Octavianus Lintong
                          1
                           Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
                                     Universitas Sam Ratulangi, Manado
                 * Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam (PPLH-SDA),
                          Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado

       Abstract. A laboratory experiment to study the effect of potassium cyanide (KCN), a
       potential pollutant on the reproduction (embryo development) aspect of the sea urchin,
       Echinometra mathaei was performed using artificial fertilisation. The cyanide at three
       different sublethal concentrations (5, 10, and 15 ppm was applied to the sea urchin
                                                                  )
       prior fertilisation at five different exposure time (2, 4, 6, 8, and 10 days) plus a control
       (i.e. no cyanide used). The result showed that the cyanide affected the development of
       embryo and the artificial fertilisation achievement. The cyanide at concentrations of 10
       and 15 ppm caused development of pleteus malformation, exogastrula and 3               -cells
       embryos. The exogastrula and 3-celss embryos were also observed at the concentration
       of 5 ppm. The achievement of artificial fertilisation was also affected by the pollutant.

       Keywords: Potassium cyanide (KCN), sea urchin, Echinometra mathaei, artificial
                 fertilisation.

               PENDAHULUAN                             mengekstrasi beberapa logam, terutama emas
Indikasi adanya suatu bahan pencemar (polutan)         (Manahan 1992). Sianida juga digunakan untuk
dalam suatu perairan dapat dilakukan ketika            menangkap ikan, penyu atau organisme laut
polutan tersebut terdapat dalam konsentrasi yang       lainnya yang bernilai ekonomis tinggi.
sangat rendah dan tidak mematikan (subletal).                  Untuk membuktikan asumsi yang telah
Polutan tersebut tetap dapat menimbulkan efek          dikemukakan diatas maka, perlu dilakukan
negatif terhadap aspek biologi organisme               pengujian dengan menggunakan organisme
(Rompas 1992) dan lingkungannya dan dengan             sebagai indikator. Dalam hal ini dipilih bulubabi
demikian menujukkan terjadinya pencemaran.             (Eichinoidea) sebagai organisme uji.
       Dari bebagai sistem kehidupan organisme                 Dalam hubungannya dengan studi
laut, salah satu sistem yang dapat terpengaruh         pencemaran, secara umum bulubabi sangat ideal
oleh adanya polutan adalah sistem reproduksi,          untuk di pengujian di bidang ekotoksikologi
misalnya turunnya kemampuan reproduksi                 (Kobayashi, 1984). Embrio organisme layak
organisme. Sehingga populasi organisme akan            dipakai dalam uji biologi untuk pemantauan
menurun yang berarti sumberdaya yang ada akan          lingkungan (Dinnel, 1994). Disamping itu teknik
berkurang.                                             fertilisasi buatan pada bulu babi telah berhasil
       Sianida adalah salah satu bahan polutan         dilakukan dan terus berkembang (Ch izak, 1975).
yang berpotensi untuk itu. Menurut Health
(1987) sianida merupakan senyawa beracun dan                   MATERIAL DAN METODE
memberikan efek toksik bagi mahluk hidup.              Organisme uji yang digunakan adalah bulubabi
Sianida banyak digunakan dalam proses                  Echinometra mathaei Tipe C. Sampel organisme
pembersihan logam pada pabrik bahan tekstil,           uji diambil dari alam (di perairan Desa
plastik, bahan pertanian serta digunakan dalam         Tongkeina, Teluk Manado) dan ditempatkan
penelitian-penelitian   kimia.   Sianida     juga      dalam wadah yang berisi air laut dengan aerasi
digunakan pada industri pertambangan untuk             yang baik. Kemudian sampel dibawa ke
                                    ____________________________________________________________
                                    © Pusat Penelitian Lingkungan Hidup & Sumberdaya Alam (PPLH-SDA),
                                         Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia,
                                                                                               April 2003
2                      M. T. LASUT, D. A. SUMILAT & O. LINTONG

laboratorium dan ditempatkan dalam wadah kaca              pada beker glas.
(aquarium).                                            ?   Sperma langsung diambil dengan pinset, lalu
         Larutan uji dan air laut yang digunakan           diencerkan dan ditampung pada cawan petri.
masing-masing yaitu Potassium Sianida (KCN)            ? Kemudian diambil 1 ml telur dari beker glas
dan air laut di ambil dari perairan tempat sampel          dan dimasukkan ke dalam glas arloji yang
organisme uji diperoleh.                                   berisi air laut steril.
         Teknik fertilisasi buatan akan diaplikasi     ? Telur dicuci sekurang-kurangnya 2 kali dan
dalam percobaan ini. Air laut yang digunakan               ditempatkan pada cawan petri.
sebelumnya disaring dengan menggunakan filter          ? Setelah itu diambil 1 ml sperma dan
ukuran 0,45 ? m dan disterilisasi dengan                   dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
menggunakan autoclave sampai pada suhu 121o C              berisi telur.
selama 30 menit.                                       ? Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan
         Percobaan dilakukan pada suhu air 28-             mikroskop.
290 C (diukur dengan termometer), pH=7                          Tahap ini akan kembali dilakukan apabila
(pengukurannya dilakukan dengan kertas                 pendedahan mencapai 4, 6, 8, dan 10 hari, untuk
lakmus), dan salinitas 33 ppt (diukur dengan           organisme uji yang lain.
refraktometer).                                                 Adapun indikator yang digunakan sebagai
         Pada Tahap Pendahuluan, organisme uji         parameter dalam percobaan ini untuk mencapai
dikultur dalam wadah yang mengandung larutan           tujuan penelitian adalah:
uji. Prosedur kultur dimo difikasi dari Hinegarder     1. Jumlah sel telur yang berhasil menjadi
(1975) menggunakan metode statis (air tidak                pluteus, dinyatakan dalam persentase pluteus.
mengalir). Organisme uji diberi makan lamun            2. Berbagai perkembangan abnormal embrio
(rumput-rumputan laut) secukupnya.                         yang terjadi, yaitu: pembelahan 3 sel,
         Ada 4 wadah kultur dalam percobaan,               exogastrula dan sel-sel telur yang terbentuk
yakni wadah yang masing-masing mengandung                  menjadi pluteus tapi memiliki formasi
larutan uji dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 5          struktur tidak normal (malformasi).
ppm, 10 ppm, dan 15 ppm di mana di dalamnya                       Untuk       mengetahui      keberhasilan
ditempatkan masing-masing 20 organisme uji.            fertilisasi buatan dan perkembangan embrio dari
Untuk menjaga ketersediaan organisme uji maka          bulu babi yang telah didedah pada konsentrasi
pada setiap konsentrasi digunakan tiga wadah.          sianida dan lama pendedahan yang berbeda maka
Pendedahan (kontaminasi) dilakukan selama 2      –     diaplikasikan Uji Sidik Ragam (ANOVA) Dua-
10 hari.                                               Arah dan Uji-Tukey.
         Setelah pendedahan berlangsung selaman                 Perhitungan        hasil analisis   ragam
2 hari, masing-masing wadah (tiap konsentrasi)         dilakukan dengan menggunakan Program
diambil 3 pasang organisme uji, kemudian               Komputer MINITAB Versi 8.0.
dibersihkan dan dibedah. Selanjutnya dilakukan
fertilisasi buatan di wadah yang bersih atau tanpa             HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan      uji.  Prosedur     fertilisasi buatan     Tabel 1 dan 2 masing-masing menampilkan
dimodifikasi dari Osani (1975), yaitu sebagai          persentase rata-rata keberhasilan reproduksi
berikut:                                               bulubabi E. mathei Tipe C pada konsentrasi
? Telur dirangsang keluar dengan pemberian             sianida (KCN) dan waktu pendedahan yang
     0,5 M KCI. Telur yang keluar ditampung            berbeda. Indikator/parameter reproduksi yang

                                                   Tabel 1
                     Persentase rata-rata keberhasilan reproduksi bulubabi Echinometra
                          mathaei pada konsentrasi sianida (KCN) yang berbeda.

                    Konsentrasi    Pluteus    Pluteus       Pembelahan     Exogastrula
                      (ppm)                  Malformasi        3 sel
                         0         62,70       17,10             0             0
                         5         62,74       17,46           0,98           1,29
                        10         61,74       24,93           1,31           1,32
                        15         60,37       47,27           2,74           3,12
EFEK POTASSIUM SIANIDA TERHADAP Echinometra mathaei                                        3

                                                   Tabel 2
                     Persentase rata-rata keberhasilan reproduksi bulubabi Echinometra
                    mathaei dengan waktu pendedahan (kontaminasi) yang berbeda pada
                                               sianida (KCN).

                     Konsentrasi   Pluteus    Pluteus      Pembelahan     Exogastrula
                       (ppm)                 Malformasi       3 sel
                          2        62,89       24,07          0,76           0,73
                          4        62,25       23,78          1,22           1,26
                          6        63,12       22,32          1,26           1,56
                          8        61,34       27,44          1,45           1,59
                         10        59,83       35,85          1,60           1,76

diamati adalah pluteus, pluteus malformasi,               dipengaruhi polutan (bahan pencemar) dari
pembelahan 3 sel, dan exogastrula. Gambar 1               lokasi pengambilan, sehingga keberhasilan
dan 2 memperlihatkan bentuk dari tiap tahap               fertilisasinya menurun. Oleh karena cara
perkembangan embrio secara normal dan                     paling sederhana mengetahui keberadaan
abnormal      akibat    efek     sianida      yang        polutan di perairan laut adalah dengan
dikontaminasikan sebelum fertilisasi.                     menggunakan indikator biologi melalui uji
       Besarnya ratio telur yang dapat mencapai           biologi/bioassay (Xhapman & Long, 1983;
tahap larva pluteus dalam suatu fertilisasi buatan        Abel, 1991; Ax   iak, 1991), dan keberhasilan
yang dilakukan mengindikasikan tingkat                    fertilisasi buatan dan perkembangan embrio
kebersihan fertilisaasi buatan tersebut (Czihak,          bulu babi, banyak digunakan sebagai
1975; Kobayashi 19994). Semakin besar ratio               indikator pencemaran (Dinnel, 1994).
maka tingkat keberhasilan semakin tinggi dan                   Meskipun demikian, jumlah pluteus dapat
demikian sebaliknya.                                  mencapai lebih dari 60% pada fertilisasi buatan
       Dalam penelitian ini, persentase pluteus       yang dilakukan dalam kontrol tersebut, hal ini
yang dapat dihasilkan tidak dapat mencapai            dapat dikatakan bahwa organisme tersebut layak
100%, meskipun fertilisasi buatan dilakukan           digunakan untuk menilai efek suatu polutan.
terhadap organisme uji dalam wadah kontrol.           Asalkan dipastikan bahwa hampir semua telur
Persentase pluteus terbesar hanya mencapai            dalam wadah fertilisasi membentuk membran
64,01 % atau terdapat sekitar 35,99 % sel telur       fertilisasi (Dinnel, 1994; Dinnel, dkk . 1982;
yang gagal mencapai pluteus.                          Kobayashi, 1994).
       Sel telur yang gagal mencapai pluteus                   Rata-rata jumlah pluteus pada wadah
dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu:                   kontrol adalah 62,7%. Sedangkan pada
1. Terjadinya perubahan kondisi fisik terutama        organisme        uji    yang     telah      didedah
   suhu dan salinitas dalam wadah fertilisasi         (terkontaminasi) dalam konsentrasi 15 ppm
   buatan yang tidak dapat terhindarkan. Suhu         adalah 60,37%. Hal ini berarti bahwa ada
   salinitas berbeda memberikan pengaruh              penurunan sebesar 2,33%. Namun dari hasil
   berbeda pada keberhasilan sel-sel telur untuk      analisis data diketahui bahwa nilai penurunan
   mencapai pluteus (Giudice 1986). Beberapa          jumlah pluteus tersebut tidak signifikan. Dengan
   spesies bulu babi memiliki kisaran suhu dan        demikian pendedahan organisme uji pada ketiga
   salinitas optimum pada fertilisasi yang            tingkat konsentrasi larutan uji selama waktu
   dilakukan secara buatan. Fertilisasi yang          tertentu, tidak mempengaruhi jumlah pluteus
   dilakukan di luar kisaran tersebut dapat           yang dapat dihasilkan.
   menurunkan keberhasillan fertilisasi yang                   Tidak    berpengaruhnya      larutan    uji
   dilakukan (Czihak, 1975; Osanai, 1975).            terhadap jumlah pluteus yang dihasilkan,
   Selain itu, kondisi fertillisasi buatan yang       tampaknya disebabkan oleh sifat toksik larutan
   tidak steril sempurna sehingga terdapat            uji sianida (KCN) yang digunakan. Sianida
   organisme lain seperti siliata yang dapat          merupakan bahan toksik yang bersifat efek akut.
   menurunkan stok telur dalam wadah.                          Penjelasan lainnya yang beralasan adalah
                                                      aspek yang berhubungan dengan kematangan
2. Karena stok-stok       organisme    uji   yang
                                                      gonad. Bulubabi yang telah matang gonad,
   digunakan dalam        penelitian   ini   telah
4                              M. T. LASUT, D. A. SUMILAT & O. LINTONG

dengan sendirinya akan memijah dan tidak lagi                       fertilisasi buatan yang dilakukan pada organisme
dipengaruhi oleh intervensi bahan asing,                            uji yang telah didedah pada konsentasi 15 ppm
termasuk polutan. Lebih mungkin suatu polutan                       selama 10 hari, yakni sebesar 63,10%.
dapat mempengaruhi reproduksi bulubabi jika                                 Kobayashi      (1984;    1994)     dalam
polutan itu berada selama proses gametogenesis.                     serangkaian penelitiannya menyimpulkan bahwa
       Tetapi dari penelitian ini tampak bahwa                      sebagian besar polutan, meskipun pada kondisi
pendedahan      dalam    larutan    uji   sianida                   pencemaran berat, tidak mempengaruhi secara
berpengaruh pada formasi pluteus yang                               nyata jumlah pluteus yang dihasilkan. Tetapi
dihasilkan. Dari hasil analisis data, konsentrasi                   menyebabkan perubahan pada formasi pluteus-
10 dan 15 ppm menyebabkan penigkatan jumlah                         pluteus yang dihasilkan. Karena itu untuk
pluteus malformasi (pluteus yang memiliki                           menilai efek suatu polutan disarankan untuk
formasi struktur yang tidak normal). Pada                           melihat formasi pluteus, disamping melihat
konsentrasi 10 ppm menyebabkan peningkatan                          jumlah pluteus yang dihasilkan.
pluteus malformasi pada lama pendedahan 8 dan                               Unsur-unsur bahan pencemar (misalnya
10 hari. Konsentrasi 15 ppm, menyebabkan                            logam berat dan sianida) masuk ke dalam tubuh
penigkatan pada lama pendedahan 2 hari. Jumlah                      organisme perairan melalui insang dan difusi
pluteus malformasi tertinggi terjadi dalam                          permukaan kulit. Khusus untuk sianida, bahan

          Efek
         Sianida
         (KCN)
                                                  bb’




                                                         d                     e                 f
                                        c

            a              b



             Perkembangan
                                                  i                                                  g
             embrio normal
                                                              ii’                   h




                                                                                           gg’


                                            ii’




    Gambar 1. Perkembangan embrio bulubabi Echinometra mathaei Tipe C dan perkembangan abnormal
    (malformasi) yang terjadi sebagai respon dari efek sianida (a: sel telur, b: dua sel, c: 4 sel, d: 8 sel, e: 16 sel,
    f: blastula, g: gastrula, h: prisma, i: pluteus, bb’: 3 sel, gg’: exogasrula, ii’: pluteus malformasi).
EFEK POTASSIUM SIANIDA TERHADAP Echinometra mathaei                                          5

kimia ini kemudian akan mempengaruhi                    kemampuan sel untuk mengikat oksigen selama
organisme tersebut sesuai dengan daya                   fertilisasi dan perkembangan embrio. Sehingga
toksiknya.                                              sel tidak memiliki cukup oksigen yang sangat
        Menurut Edward & Hassall (1980, Heath           dibutuhkan untuk melangsungkan perkembangan
(1987), Manahan (1992), daya toksik (toxicity)          secara normal.
sianida dalam tubuh organisme disebabkan oleh                    Hal tersebut lebih dipertegas lagi dengan
kemampuannya berikatan dengan Fe(III) dalam             adanya data hasil penelitian ini, di mana terjadi
oksidasi Ferrisitokrom (Fe(III) Oksidase), suatu        peningkatan jumlah pembelahan abnormal (3 sel)
metaloprotein yang megandung besi dan bersifat          dan exogastrula selama perkembangan embrio.
sebagai akseptor elektron selama oksidasi gula.                  Pembelahan abnormal (3 sel) terjadi
Keadaan ini menyebabkan terhalangnya reduksi            ketika suatu sel dalam embrio membelah
enzim      ferrisitokrom     Oksidase   menjadi         sedangkan sel lainnya tidak dapat melakukan
ferrositokrom      oksidase.   Hasilnya   adalah        pembelahan. Akibatnya, kelihatan sel yang
ferrositokrom oksidase yang dibutuhkan untuk            terbentuk hanya 3. Demikian pula halnya dengan
bereaksi dengan oksigen tidak terbentuk, dan            abnormal lainnya, pembelahan 3 sel cepat atau
dengan demikian penggunaan oksigen dalam sel            lambat akan rusak sehingga tidak dapat
terhalang/terhambat.                                    melanjutkan perkembangan normalnya (Dinnel
        Selanjutnya Yanagisawa (1975) dalam             dkk ., 1982; Farmanfamaian & Giese, 1963;
penelitiannya mengenai tingkat konsumsi                 Kobayashi, 1984) dan akhirnya menyebabkan
oksigen oleh sel yang diamati selama                    terjadinya mortalitas.
perkembangan embrio berlangsung, menyimpul-                      Dalam penelitian ini, diketahui bahwa
kan bahwa konsumsi oksigen oleh sel akan                pada semua kombinasi perlakuan, jumlah sel
meningkat selama fertilisasi dan perkembangan           yang membelah abnormal (3 sel) kurang dari 4%.
embrio. Semakin tinggi tahap perkembangan               Tetapi dari hasil analisis data, pendedahan pada
embrio, konsumsi oksigen akan semakin tinggi.           tingkat larutan uji yang dicobakan tersebut
        Dalam hubungannya dengan sianida, oleh          menyebabkan peningkatan secara nyata jumlah
karena sianida merupakan agen penghambat                sel yang membelah abnormal tersebut, meskipun
(bloker) enzim sitokrom oksidase (Heath 1987),          dari jumlahnya masih dikategorikan sebagai efek
bahan ini diduga menyebabkan penurunan                  penghambatan        ringan    (slight    inhibition)


                             Pembelahan 3
          Efek                   Sel
                                                                           Exogastrula
          sianida
                                                                                                  M
                                                                                                  O
                                                                                                  R
                                                                                                  T
           Sel            Pembelahan         Hatching          blastula       gastrula            A
           telur         2, 4, 8, 16 sel
                                                                                                  L
                             (n-sel)                                                              I
                         PERKEMBANGAN EMBRIO NORMAL                                               T
                                                                                                  A
                                                                                                  S
         Organisme                              pluteus                        prisma




                                           malformasi


       Gambar 2. Skema perkembangan embrio bulubabi dan perkembangan abnormal yang terjadi
       akibat efek sianida (KCN).
6                      M. T. LASUT, D. A. SUMILAT & O. LINTONG

(Kobayashi, 1984).                                      cell toxicity test for marine waters. Halaman
        Sedangkan exogastrula terbentuk ketika          82-89 dalam J. G. Pearson, R. B. Foster & W.
air laut terkontaminasi bahan toksik seperti ion-       E. Bishop (eds.). Aquatic toxicity and hazard
ion yang bersifat logam (metalik). Archenteron          assessment. STP 766 Amer. Soc. Test. Mater.
tidak terbentuk dalam emb rio selama proses             Philadelphia. 400 hal.
gastrulasi dan jaringan yang menghubungkan           Dinnel, P. A. 1994. Toxicity testing in marine
endoderm menjulur keluar embrio. Kondisi                environment. SNC-Lavalin International Inc.
inilah yang disebut exogastrula (Waterman,           Edward, N.A. & K.A. Hassall. 1980. Bioche-
1937).                                                  mistry and physiology of the cell: an
        Dari hasil analisis, diketahui bahwa            introductory text. Second Edition. McGraw-
semua tingkat konsentrasi larutan uji yang              Hill Book Co. (UK) Ltd. London. 448 hal.
dicobakan, menyebabkan peningkatan jumlah            Farmanfamaian, A. & A. C. Giese. 1963.
exogastrula pada perkembangan embrio. Namun             Thermal tolerance and acclimation in the
pada semua kombinasi perlakuan, jumlah                  western purple sea urchin, Strongylocentrotus
exogastrula yang terjadi kurang dari 4%.                purpuratus. Physiol. Zool. 36: 237-243.
Sehingga efek penghambatannya dikategorikan          Giudice, G. 1986. The sea urchin embryo: a
sebagai penghambatan ringan.                            development biological system. Springer-
        Sama seperti perkembangan abnormal              Verlag, Berlin, Heidelberg. 214 hal.
lainnya, exogastrula lama-kelamaan akan hancur       Heath, A. G. 1987. Water pollution and fish
dan tidak dapat meneruskan perkembangan                 physiology. CRC Press, Boca Raton. Ann
(Kobayashi 1984) dan mengalami mortalitas,              Arbor, London. 245 hal.
sehingga mengurangi jumlah telur yang dapat          Hinegarder, R. 1975. Care and handling of sea
mencapai pluteus.                                       urchin eggs, embryos and adults. Halaman
        Terjadinya pembelahan 3 sel dan                 10-22 dalam G. Czihak (ed.). The sea urchin
exogastrula selama perkembangan embrio diduga           embryo. Biochemistry and Morphogenesis.
akibat penghambatan enzim sitokrom oksidase             Springer-Verlag, Berlin.
oleh sianida. Akibatnya suplai oksigen selama        Kobayashi, N. 1984. Marine ecotoxicological
perkembangan       tidak    mencukupi      untuk        testing with echinoderms. G. Persoone, E.
membentuk energi yang dibutuhkan sel agar               Jaspers & C. Claus (eds.). State Univ. Ghent
dapat melangsungkan perkembangan normal                 and Inst. Mar. Sci. Res. Belgia. Vol. I. 798
(Gambar 2).                                             hal.
                                                     Kobayashi, N. 1994. Application of eggs of the
                 REFERENSI                              sea urchin Diadema setosum on marine
Abel, P. D. 1991. Lethal toxicity test: theory and      pollution bioassay. Phuket Marine Biological
   methodology. Halaman 39-56 dalam P.D.                Centre Research Bulletin 59: 91-94.
   Abel & V. Axiak (eds.). Ecotoxicology and         Manahan, S. E. 1992. Toxicology chemistry.
   the marine environment. Ellis Horwood. New           Second Edition. Lewis Publisher. Boca Raton
   York.                                                Ann Arbor. London. 449 hal.
Axiak, V. 1991. Sublethal toxicity test:             Osani, K. 1975. Handling Japaness sea urchin
   physiological responses. Halaman 132-136             and their embryo. Halaman 26-36 dalam G.
   dalam P.D. Abel & V. Axiak (eds.).                   Czihak (ed.). The sea urchin embryo.
   Ecotoxicology and the marine environment.            Biochemistry and Morphogenesis. Springer-
   Ellis Horwood. New York.                             Verlag, Berlin, Heidelberg, New York.
Chapman, P. M. & E. R. Long. 1983. The use of        Waterman, A. J. 1937. Effect of salts of heavy
   bioassay as part of a comphrehensive                 metals on development of the sea urchin
   approach to marine pollution assessment.             Arbacia punctulata. Biol. Bull 73: 401-420.
   Marine Pollution Bulletin 14(3): 81-84.           Yanagisawa, T. 1975. Respiration and energy
Czihak, G. 1975. The sea urchin embryo.                 metabolism. Halaman 510-538 dalam G.
   Biochemistry and Morphogenesis. Springer-            Czihak (ed.). The sea urchin embryo.
   Verlag, Berlin Heidelberg, New York. 700             Biochemistry and Morphogenesis. Springer-
   hal.                                                 Verlag, Berlin.
Dinnel, P. A., Q. J. Stober, S. C. Crumley & R.
   E. Nakatani. 1982. Development of a sperm                                        ISSN 1412-3487

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Residu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolam
Residu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolamResidu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolam
Residu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolamdamar_kp3
 
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....Repository Ipb
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasSalsabila Azzahra
 
Identifikasi Antioksidan
Identifikasi AntioksidanIdentifikasi Antioksidan
Identifikasi AntioksidanIshakZw
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...Repository Ipb
 
Magdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrumMagdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrummagdalenapraharani
 
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_afia deifitita
 
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...Dede Safitri
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah parePuspita Eka Rohmah
 
Drought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentationDrought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentationEla Afellay
 
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimSantika Dewi
 
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong masPembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong massemarang state university
 
Proposal seminar
Proposal seminarProposal seminar
Proposal seminarDboys S
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasisimao belo
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Rista Siti Mawarni
 

Was ist angesagt? (20)

Residu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolam
Residu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolamResidu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolam
Residu oksitetrasiklin dalam tubuh ikan dan sedimen kolam
 
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi Gas
 
Identifikasi Antioksidan
Identifikasi AntioksidanIdentifikasi Antioksidan
Identifikasi Antioksidan
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
 
Magdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrumMagdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrum
 
Paper agung
Paper agungPaper agung
Paper agung
 
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
 
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
 
Jurnal echino
Jurnal echinoJurnal echino
Jurnal echino
 
Drought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentationDrought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentation
 
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
 
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong masPembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
 
Proposal seminar
Proposal seminarProposal seminar
Proposal seminar
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasi
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
 
Chitosan sebagai bahan pengawet tahu
Chitosan sebagai bahan pengawet tahuChitosan sebagai bahan pengawet tahu
Chitosan sebagai bahan pengawet tahu
 

Ähnlich wie EFEK KCN BULUBABI

Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikasalni nindita
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalSMPN 4 Kerinci
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxLAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxKhilalAdit
 
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...Repository Ipb
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...Repository Ipb
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
poliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxpoliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxRusdiMachrizal1
 
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxProduksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxmimingperdana
 
EKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWA
EKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWAEKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWA
EKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWARepository Ipb
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitIrpandi Uciha
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027dwifitriyani7
 

Ähnlich wie EFEK KCN BULUBABI (20)

Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetikaInfografis farkel proses pembuatan kosmetika
Infografis farkel proses pembuatan kosmetika
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
 
Pf
PfPf
Pf
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxLAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
 
Hasil benih tiram
Hasil benih tiramHasil benih tiram
Hasil benih tiram
 
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
poliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxpoliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptx
 
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxProduksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
 
EKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWA
EKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWAEKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWA
EKSTRAK SECANG BERUKURAN NANO DENGAN KAOLIN SEBAGAI PEMBAWA
 
4. sesi pangan
4. sesi pangan4. sesi pangan
4. sesi pangan
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027
 

Mehr von Markus T Lasut

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMarkus T Lasut
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanMarkus T Lasut
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMarkus T Lasut
 
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Markus T Lasut
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaMarkus T Lasut
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningMarkus T Lasut
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairMarkus T Lasut
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautMarkus T Lasut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaMarkus T Lasut
 
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraAccumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraMarkus T Lasut
 

Mehr von Markus T Lasut (20)

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
 
Mt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jmsMt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jms
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
 
Mt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cmsMt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cms
 
Mt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cmsMt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cms
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair Peternakan
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
 
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
 
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraAccumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
 

Kürzlich hochgeladen

UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxKalpanaMoorthy3
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptxHalomoanHutajulu3
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal FaizinKanaidi ken
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3SatriaPamungkas18
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxvincentptk17
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxafkarzidan98
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWKafe Buku Pak Aw
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxpolianariama40
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Kanaidi ken
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxc9fhbm7gzj
 

Kürzlich hochgeladen (20)

UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
 

EFEK KCN BULUBABI

  • 1. EKOTON Vol. 3, No.1: 1-6, April 2003 ISSN 1412-3487 HASIL PENELITIAN EFEK POTASSIUM SIANIDA (KCN) TERHADAP KEBERHASILAN REPRODUKSI BULUBABI Echinometra mathaei Markus T. Lasut 1 *, Deiske A. Sumilat 1 & Octavianus Lintong 1 Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado * Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam (PPLH-SDA), Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado Abstract. A laboratory experiment to study the effect of potassium cyanide (KCN), a potential pollutant on the reproduction (embryo development) aspect of the sea urchin, Echinometra mathaei was performed using artificial fertilisation. The cyanide at three different sublethal concentrations (5, 10, and 15 ppm was applied to the sea urchin ) prior fertilisation at five different exposure time (2, 4, 6, 8, and 10 days) plus a control (i.e. no cyanide used). The result showed that the cyanide affected the development of embryo and the artificial fertilisation achievement. The cyanide at concentrations of 10 and 15 ppm caused development of pleteus malformation, exogastrula and 3 -cells embryos. The exogastrula and 3-celss embryos were also observed at the concentration of 5 ppm. The achievement of artificial fertilisation was also affected by the pollutant. Keywords: Potassium cyanide (KCN), sea urchin, Echinometra mathaei, artificial fertilisation. PENDAHULUAN mengekstrasi beberapa logam, terutama emas Indikasi adanya suatu bahan pencemar (polutan) (Manahan 1992). Sianida juga digunakan untuk dalam suatu perairan dapat dilakukan ketika menangkap ikan, penyu atau organisme laut polutan tersebut terdapat dalam konsentrasi yang lainnya yang bernilai ekonomis tinggi. sangat rendah dan tidak mematikan (subletal). Untuk membuktikan asumsi yang telah Polutan tersebut tetap dapat menimbulkan efek dikemukakan diatas maka, perlu dilakukan negatif terhadap aspek biologi organisme pengujian dengan menggunakan organisme (Rompas 1992) dan lingkungannya dan dengan sebagai indikator. Dalam hal ini dipilih bulubabi demikian menujukkan terjadinya pencemaran. (Eichinoidea) sebagai organisme uji. Dari bebagai sistem kehidupan organisme Dalam hubungannya dengan studi laut, salah satu sistem yang dapat terpengaruh pencemaran, secara umum bulubabi sangat ideal oleh adanya polutan adalah sistem reproduksi, untuk di pengujian di bidang ekotoksikologi misalnya turunnya kemampuan reproduksi (Kobayashi, 1984). Embrio organisme layak organisme. Sehingga populasi organisme akan dipakai dalam uji biologi untuk pemantauan menurun yang berarti sumberdaya yang ada akan lingkungan (Dinnel, 1994). Disamping itu teknik berkurang. fertilisasi buatan pada bulu babi telah berhasil Sianida adalah salah satu bahan polutan dilakukan dan terus berkembang (Ch izak, 1975). yang berpotensi untuk itu. Menurut Health (1987) sianida merupakan senyawa beracun dan MATERIAL DAN METODE memberikan efek toksik bagi mahluk hidup. Organisme uji yang digunakan adalah bulubabi Sianida banyak digunakan dalam proses Echinometra mathaei Tipe C. Sampel organisme pembersihan logam pada pabrik bahan tekstil, uji diambil dari alam (di perairan Desa plastik, bahan pertanian serta digunakan dalam Tongkeina, Teluk Manado) dan ditempatkan penelitian-penelitian kimia. Sianida juga dalam wadah yang berisi air laut dengan aerasi digunakan pada industri pertambangan untuk yang baik. Kemudian sampel dibawa ke ____________________________________________________________ © Pusat Penelitian Lingkungan Hidup & Sumberdaya Alam (PPLH-SDA), Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia, April 2003
  • 2. 2 M. T. LASUT, D. A. SUMILAT & O. LINTONG laboratorium dan ditempatkan dalam wadah kaca pada beker glas. (aquarium). ? Sperma langsung diambil dengan pinset, lalu Larutan uji dan air laut yang digunakan diencerkan dan ditampung pada cawan petri. masing-masing yaitu Potassium Sianida (KCN) ? Kemudian diambil 1 ml telur dari beker glas dan air laut di ambil dari perairan tempat sampel dan dimasukkan ke dalam glas arloji yang organisme uji diperoleh. berisi air laut steril. Teknik fertilisasi buatan akan diaplikasi ? Telur dicuci sekurang-kurangnya 2 kali dan dalam percobaan ini. Air laut yang digunakan ditempatkan pada cawan petri. sebelumnya disaring dengan menggunakan filter ? Setelah itu diambil 1 ml sperma dan ukuran 0,45 ? m dan disterilisasi dengan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah menggunakan autoclave sampai pada suhu 121o C berisi telur. selama 30 menit. ? Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan Percobaan dilakukan pada suhu air 28- mikroskop. 290 C (diukur dengan termometer), pH=7 Tahap ini akan kembali dilakukan apabila (pengukurannya dilakukan dengan kertas pendedahan mencapai 4, 6, 8, dan 10 hari, untuk lakmus), dan salinitas 33 ppt (diukur dengan organisme uji yang lain. refraktometer). Adapun indikator yang digunakan sebagai Pada Tahap Pendahuluan, organisme uji parameter dalam percobaan ini untuk mencapai dikultur dalam wadah yang mengandung larutan tujuan penelitian adalah: uji. Prosedur kultur dimo difikasi dari Hinegarder 1. Jumlah sel telur yang berhasil menjadi (1975) menggunakan metode statis (air tidak pluteus, dinyatakan dalam persentase pluteus. mengalir). Organisme uji diberi makan lamun 2. Berbagai perkembangan abnormal embrio (rumput-rumputan laut) secukupnya. yang terjadi, yaitu: pembelahan 3 sel, Ada 4 wadah kultur dalam percobaan, exogastrula dan sel-sel telur yang terbentuk yakni wadah yang masing-masing mengandung menjadi pluteus tapi memiliki formasi larutan uji dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 5 struktur tidak normal (malformasi). ppm, 10 ppm, dan 15 ppm di mana di dalamnya Untuk mengetahui keberhasilan ditempatkan masing-masing 20 organisme uji. fertilisasi buatan dan perkembangan embrio dari Untuk menjaga ketersediaan organisme uji maka bulu babi yang telah didedah pada konsentrasi pada setiap konsentrasi digunakan tiga wadah. sianida dan lama pendedahan yang berbeda maka Pendedahan (kontaminasi) dilakukan selama 2 – diaplikasikan Uji Sidik Ragam (ANOVA) Dua- 10 hari. Arah dan Uji-Tukey. Setelah pendedahan berlangsung selaman Perhitungan hasil analisis ragam 2 hari, masing-masing wadah (tiap konsentrasi) dilakukan dengan menggunakan Program diambil 3 pasang organisme uji, kemudian Komputer MINITAB Versi 8.0. dibersihkan dan dibedah. Selanjutnya dilakukan fertilisasi buatan di wadah yang bersih atau tanpa HASIL DAN PEMBAHASAN larutan uji. Prosedur fertilisasi buatan Tabel 1 dan 2 masing-masing menampilkan dimodifikasi dari Osani (1975), yaitu sebagai persentase rata-rata keberhasilan reproduksi berikut: bulubabi E. mathei Tipe C pada konsentrasi ? Telur dirangsang keluar dengan pemberian sianida (KCN) dan waktu pendedahan yang 0,5 M KCI. Telur yang keluar ditampung berbeda. Indikator/parameter reproduksi yang Tabel 1 Persentase rata-rata keberhasilan reproduksi bulubabi Echinometra mathaei pada konsentrasi sianida (KCN) yang berbeda. Konsentrasi Pluteus Pluteus Pembelahan Exogastrula (ppm) Malformasi 3 sel 0 62,70 17,10 0 0 5 62,74 17,46 0,98 1,29 10 61,74 24,93 1,31 1,32 15 60,37 47,27 2,74 3,12
  • 3. EFEK POTASSIUM SIANIDA TERHADAP Echinometra mathaei 3 Tabel 2 Persentase rata-rata keberhasilan reproduksi bulubabi Echinometra mathaei dengan waktu pendedahan (kontaminasi) yang berbeda pada sianida (KCN). Konsentrasi Pluteus Pluteus Pembelahan Exogastrula (ppm) Malformasi 3 sel 2 62,89 24,07 0,76 0,73 4 62,25 23,78 1,22 1,26 6 63,12 22,32 1,26 1,56 8 61,34 27,44 1,45 1,59 10 59,83 35,85 1,60 1,76 diamati adalah pluteus, pluteus malformasi, dipengaruhi polutan (bahan pencemar) dari pembelahan 3 sel, dan exogastrula. Gambar 1 lokasi pengambilan, sehingga keberhasilan dan 2 memperlihatkan bentuk dari tiap tahap fertilisasinya menurun. Oleh karena cara perkembangan embrio secara normal dan paling sederhana mengetahui keberadaan abnormal akibat efek sianida yang polutan di perairan laut adalah dengan dikontaminasikan sebelum fertilisasi. menggunakan indikator biologi melalui uji Besarnya ratio telur yang dapat mencapai biologi/bioassay (Xhapman & Long, 1983; tahap larva pluteus dalam suatu fertilisasi buatan Abel, 1991; Ax iak, 1991), dan keberhasilan yang dilakukan mengindikasikan tingkat fertilisasi buatan dan perkembangan embrio kebersihan fertilisaasi buatan tersebut (Czihak, bulu babi, banyak digunakan sebagai 1975; Kobayashi 19994). Semakin besar ratio indikator pencemaran (Dinnel, 1994). maka tingkat keberhasilan semakin tinggi dan Meskipun demikian, jumlah pluteus dapat demikian sebaliknya. mencapai lebih dari 60% pada fertilisasi buatan Dalam penelitian ini, persentase pluteus yang dilakukan dalam kontrol tersebut, hal ini yang dapat dihasilkan tidak dapat mencapai dapat dikatakan bahwa organisme tersebut layak 100%, meskipun fertilisasi buatan dilakukan digunakan untuk menilai efek suatu polutan. terhadap organisme uji dalam wadah kontrol. Asalkan dipastikan bahwa hampir semua telur Persentase pluteus terbesar hanya mencapai dalam wadah fertilisasi membentuk membran 64,01 % atau terdapat sekitar 35,99 % sel telur fertilisasi (Dinnel, 1994; Dinnel, dkk . 1982; yang gagal mencapai pluteus. Kobayashi, 1994). Sel telur yang gagal mencapai pluteus Rata-rata jumlah pluteus pada wadah dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu: kontrol adalah 62,7%. Sedangkan pada 1. Terjadinya perubahan kondisi fisik terutama organisme uji yang telah didedah suhu dan salinitas dalam wadah fertilisasi (terkontaminasi) dalam konsentrasi 15 ppm buatan yang tidak dapat terhindarkan. Suhu adalah 60,37%. Hal ini berarti bahwa ada salinitas berbeda memberikan pengaruh penurunan sebesar 2,33%. Namun dari hasil berbeda pada keberhasilan sel-sel telur untuk analisis data diketahui bahwa nilai penurunan mencapai pluteus (Giudice 1986). Beberapa jumlah pluteus tersebut tidak signifikan. Dengan spesies bulu babi memiliki kisaran suhu dan demikian pendedahan organisme uji pada ketiga salinitas optimum pada fertilisasi yang tingkat konsentrasi larutan uji selama waktu dilakukan secara buatan. Fertilisasi yang tertentu, tidak mempengaruhi jumlah pluteus dilakukan di luar kisaran tersebut dapat yang dapat dihasilkan. menurunkan keberhasillan fertilisasi yang Tidak berpengaruhnya larutan uji dilakukan (Czihak, 1975; Osanai, 1975). terhadap jumlah pluteus yang dihasilkan, Selain itu, kondisi fertillisasi buatan yang tampaknya disebabkan oleh sifat toksik larutan tidak steril sempurna sehingga terdapat uji sianida (KCN) yang digunakan. Sianida organisme lain seperti siliata yang dapat merupakan bahan toksik yang bersifat efek akut. menurunkan stok telur dalam wadah. Penjelasan lainnya yang beralasan adalah aspek yang berhubungan dengan kematangan 2. Karena stok-stok organisme uji yang gonad. Bulubabi yang telah matang gonad, digunakan dalam penelitian ini telah
  • 4. 4 M. T. LASUT, D. A. SUMILAT & O. LINTONG dengan sendirinya akan memijah dan tidak lagi fertilisasi buatan yang dilakukan pada organisme dipengaruhi oleh intervensi bahan asing, uji yang telah didedah pada konsentasi 15 ppm termasuk polutan. Lebih mungkin suatu polutan selama 10 hari, yakni sebesar 63,10%. dapat mempengaruhi reproduksi bulubabi jika Kobayashi (1984; 1994) dalam polutan itu berada selama proses gametogenesis. serangkaian penelitiannya menyimpulkan bahwa Tetapi dari penelitian ini tampak bahwa sebagian besar polutan, meskipun pada kondisi pendedahan dalam larutan uji sianida pencemaran berat, tidak mempengaruhi secara berpengaruh pada formasi pluteus yang nyata jumlah pluteus yang dihasilkan. Tetapi dihasilkan. Dari hasil analisis data, konsentrasi menyebabkan perubahan pada formasi pluteus- 10 dan 15 ppm menyebabkan penigkatan jumlah pluteus yang dihasilkan. Karena itu untuk pluteus malformasi (pluteus yang memiliki menilai efek suatu polutan disarankan untuk formasi struktur yang tidak normal). Pada melihat formasi pluteus, disamping melihat konsentrasi 10 ppm menyebabkan peningkatan jumlah pluteus yang dihasilkan. pluteus malformasi pada lama pendedahan 8 dan Unsur-unsur bahan pencemar (misalnya 10 hari. Konsentrasi 15 ppm, menyebabkan logam berat dan sianida) masuk ke dalam tubuh penigkatan pada lama pendedahan 2 hari. Jumlah organisme perairan melalui insang dan difusi pluteus malformasi tertinggi terjadi dalam permukaan kulit. Khusus untuk sianida, bahan Efek Sianida (KCN) bb’ d e f c a b Perkembangan i g embrio normal ii’ h gg’ ii’ Gambar 1. Perkembangan embrio bulubabi Echinometra mathaei Tipe C dan perkembangan abnormal (malformasi) yang terjadi sebagai respon dari efek sianida (a: sel telur, b: dua sel, c: 4 sel, d: 8 sel, e: 16 sel, f: blastula, g: gastrula, h: prisma, i: pluteus, bb’: 3 sel, gg’: exogasrula, ii’: pluteus malformasi).
  • 5. EFEK POTASSIUM SIANIDA TERHADAP Echinometra mathaei 5 kimia ini kemudian akan mempengaruhi kemampuan sel untuk mengikat oksigen selama organisme tersebut sesuai dengan daya fertilisasi dan perkembangan embrio. Sehingga toksiknya. sel tidak memiliki cukup oksigen yang sangat Menurut Edward & Hassall (1980, Heath dibutuhkan untuk melangsungkan perkembangan (1987), Manahan (1992), daya toksik (toxicity) secara normal. sianida dalam tubuh organisme disebabkan oleh Hal tersebut lebih dipertegas lagi dengan kemampuannya berikatan dengan Fe(III) dalam adanya data hasil penelitian ini, di mana terjadi oksidasi Ferrisitokrom (Fe(III) Oksidase), suatu peningkatan jumlah pembelahan abnormal (3 sel) metaloprotein yang megandung besi dan bersifat dan exogastrula selama perkembangan embrio. sebagai akseptor elektron selama oksidasi gula. Pembelahan abnormal (3 sel) terjadi Keadaan ini menyebabkan terhalangnya reduksi ketika suatu sel dalam embrio membelah enzim ferrisitokrom Oksidase menjadi sedangkan sel lainnya tidak dapat melakukan ferrositokrom oksidase. Hasilnya adalah pembelahan. Akibatnya, kelihatan sel yang ferrositokrom oksidase yang dibutuhkan untuk terbentuk hanya 3. Demikian pula halnya dengan bereaksi dengan oksigen tidak terbentuk, dan abnormal lainnya, pembelahan 3 sel cepat atau dengan demikian penggunaan oksigen dalam sel lambat akan rusak sehingga tidak dapat terhalang/terhambat. melanjutkan perkembangan normalnya (Dinnel Selanjutnya Yanagisawa (1975) dalam dkk ., 1982; Farmanfamaian & Giese, 1963; penelitiannya mengenai tingkat konsumsi Kobayashi, 1984) dan akhirnya menyebabkan oksigen oleh sel yang diamati selama terjadinya mortalitas. perkembangan embrio berlangsung, menyimpul- Dalam penelitian ini, diketahui bahwa kan bahwa konsumsi oksigen oleh sel akan pada semua kombinasi perlakuan, jumlah sel meningkat selama fertilisasi dan perkembangan yang membelah abnormal (3 sel) kurang dari 4%. embrio. Semakin tinggi tahap perkembangan Tetapi dari hasil analisis data, pendedahan pada embrio, konsumsi oksigen akan semakin tinggi. tingkat larutan uji yang dicobakan tersebut Dalam hubungannya dengan sianida, oleh menyebabkan peningkatan secara nyata jumlah karena sianida merupakan agen penghambat sel yang membelah abnormal tersebut, meskipun (bloker) enzim sitokrom oksidase (Heath 1987), dari jumlahnya masih dikategorikan sebagai efek bahan ini diduga menyebabkan penurunan penghambatan ringan (slight inhibition) Pembelahan 3 Efek Sel Exogastrula sianida M O R T Sel Pembelahan Hatching blastula gastrula A telur 2, 4, 8, 16 sel L (n-sel) I PERKEMBANGAN EMBRIO NORMAL T A S Organisme pluteus prisma malformasi Gambar 2. Skema perkembangan embrio bulubabi dan perkembangan abnormal yang terjadi akibat efek sianida (KCN).
  • 6. 6 M. T. LASUT, D. A. SUMILAT & O. LINTONG (Kobayashi, 1984). cell toxicity test for marine waters. Halaman Sedangkan exogastrula terbentuk ketika 82-89 dalam J. G. Pearson, R. B. Foster & W. air laut terkontaminasi bahan toksik seperti ion- E. Bishop (eds.). Aquatic toxicity and hazard ion yang bersifat logam (metalik). Archenteron assessment. STP 766 Amer. Soc. Test. Mater. tidak terbentuk dalam emb rio selama proses Philadelphia. 400 hal. gastrulasi dan jaringan yang menghubungkan Dinnel, P. A. 1994. Toxicity testing in marine endoderm menjulur keluar embrio. Kondisi environment. SNC-Lavalin International Inc. inilah yang disebut exogastrula (Waterman, Edward, N.A. & K.A. Hassall. 1980. Bioche- 1937). mistry and physiology of the cell: an Dari hasil analisis, diketahui bahwa introductory text. Second Edition. McGraw- semua tingkat konsentrasi larutan uji yang Hill Book Co. (UK) Ltd. London. 448 hal. dicobakan, menyebabkan peningkatan jumlah Farmanfamaian, A. & A. C. Giese. 1963. exogastrula pada perkembangan embrio. Namun Thermal tolerance and acclimation in the pada semua kombinasi perlakuan, jumlah western purple sea urchin, Strongylocentrotus exogastrula yang terjadi kurang dari 4%. purpuratus. Physiol. Zool. 36: 237-243. Sehingga efek penghambatannya dikategorikan Giudice, G. 1986. The sea urchin embryo: a sebagai penghambatan ringan. development biological system. Springer- Sama seperti perkembangan abnormal Verlag, Berlin, Heidelberg. 214 hal. lainnya, exogastrula lama-kelamaan akan hancur Heath, A. G. 1987. Water pollution and fish dan tidak dapat meneruskan perkembangan physiology. CRC Press, Boca Raton. Ann (Kobayashi 1984) dan mengalami mortalitas, Arbor, London. 245 hal. sehingga mengurangi jumlah telur yang dapat Hinegarder, R. 1975. Care and handling of sea mencapai pluteus. urchin eggs, embryos and adults. Halaman Terjadinya pembelahan 3 sel dan 10-22 dalam G. Czihak (ed.). The sea urchin exogastrula selama perkembangan embrio diduga embryo. Biochemistry and Morphogenesis. akibat penghambatan enzim sitokrom oksidase Springer-Verlag, Berlin. oleh sianida. Akibatnya suplai oksigen selama Kobayashi, N. 1984. Marine ecotoxicological perkembangan tidak mencukupi untuk testing with echinoderms. G. Persoone, E. membentuk energi yang dibutuhkan sel agar Jaspers & C. Claus (eds.). State Univ. Ghent dapat melangsungkan perkembangan normal and Inst. Mar. Sci. Res. Belgia. Vol. I. 798 (Gambar 2). hal. Kobayashi, N. 1994. Application of eggs of the REFERENSI sea urchin Diadema setosum on marine Abel, P. D. 1991. Lethal toxicity test: theory and pollution bioassay. Phuket Marine Biological methodology. Halaman 39-56 dalam P.D. Centre Research Bulletin 59: 91-94. Abel & V. Axiak (eds.). Ecotoxicology and Manahan, S. E. 1992. Toxicology chemistry. the marine environment. Ellis Horwood. New Second Edition. Lewis Publisher. Boca Raton York. Ann Arbor. London. 449 hal. Axiak, V. 1991. Sublethal toxicity test: Osani, K. 1975. Handling Japaness sea urchin physiological responses. Halaman 132-136 and their embryo. Halaman 26-36 dalam G. dalam P.D. Abel & V. Axiak (eds.). Czihak (ed.). The sea urchin embryo. Ecotoxicology and the marine environment. Biochemistry and Morphogenesis. Springer- Ellis Horwood. New York. Verlag, Berlin, Heidelberg, New York. Chapman, P. M. & E. R. Long. 1983. The use of Waterman, A. J. 1937. Effect of salts of heavy bioassay as part of a comphrehensive metals on development of the sea urchin approach to marine pollution assessment. Arbacia punctulata. Biol. Bull 73: 401-420. Marine Pollution Bulletin 14(3): 81-84. Yanagisawa, T. 1975. Respiration and energy Czihak, G. 1975. The sea urchin embryo. metabolism. Halaman 510-538 dalam G. Biochemistry and Morphogenesis. Springer- Czihak (ed.). The sea urchin embryo. Verlag, Berlin Heidelberg, New York. 700 Biochemistry and Morphogenesis. Springer- hal. Verlag, Berlin. Dinnel, P. A., Q. J. Stober, S. C. Crumley & R. E. Nakatani. 1982. Development of a sperm ISSN 1412-3487