SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
See	discussions,	stats,	and	author	profiles	for	this	publication	at:	https://www.researchgate.net/publication/311910302
Pemilihan	Model	Organisasi	dalam
Mewujudkan	Prinsip-Prinsip	Good	Corporate
Governance
Working	Paper		in		Jurnal	Ekonomi	Malaysia	·	February	2009
DOI:	10.13140/RG.2.2.22405.55526
CITATIONS
0
READS
283
1	author:
Some	of	the	authors	of	this	publication	are	also	working	on	these	related	projects:
The	Problems	of	Implementing	Scientific	Approach	Faced	by	Civics	and	Citizenship	Education
Teacher	at	SMP	Negeri	1	Grujugan	View	project
International	Perspective	of	Civics	and	Citizenship	Education	View	project
Manik	Sukoco
Universitas	Negeri	Yogyakarta
22	PUBLICATIONS			0	CITATIONS			
SEE	PROFILE
All	content	following	this	page	was	uploaded	by	Manik	Sukoco	on	26	December	2016.
The	user	has	requested	enhancement	of	the	downloaded	file.
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 78
PEMILIHAN MODEL ORGANISASI DALAM MEWUJUDKAN
PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Manik Sukoco
Universitas Negeri Malang
itsmanik@fastmail.net
Abstract
The inability to implement the principles of good corporate governance (GCG) as demonstrated
in the surveys is due to a number of constraints which can be classified into three; namely internal
constraints, external constraints, and constraints coming from the structure of ownership. Internal
constraints cover the commitment of leaders and workers, the level of understanding of GCG principles
from leaders and workers, good example from leaders, the corporate culture supporting the
implementation of GCG principles, effectiveness of internal control system, and formality trap
(implementing CG only to meet regulations). The issues in the internal constraints mentioned are related
to the internal functions of the company. As a business organization, corporation is unable to achieve its
goal to successfully implement GCG principles since it is not support by its internal elements of the
organizations. In order to fix the internal functions, it is necessary to diagnostic the corporation by the
model of organization. In this case, we must used some criteria to choose the most approritate model to
fix the internal functions, since there are ten models that we can use to diagnostic the organization.
Based on some criteria we can conclude that Pascale’s Adaptation is the most appropriate model to fix
internal functions. Pacsale’s Adaptation model can depict the relationship between condition of every
elements of organization with the successful implementation of GCG principles.
Keywords: Good Corporate Governance Principles, Models of Organization
Abstrak
Ketidakmampuan penerapan prinsip good corporate governance (GSC) didemonstrasikan
dalam survei dengan konstrain yang diklasifikasikan dalam 3 konstrain yaitu konstrain internal,
konstrain eksternal dan konstrain yang berasal dari struktur pemilik. Konstrain internal meliputi
komitmen pemimpin dan pekerja, tingkat pemahaman prinsip GCG oleh pemimpin dan pekerja,
keefektifan sistem kontrol internal dan formality trap (implementasi CG hanya untuk memenuhi regulasi).
Konstrain internal yang disebutkan berkaitan dengan fungsi internal perusahaan. Sebagai sebuah
organisasi bisnis, korporasi tidak mampu mencapai tujuan menerapkan GCG dengan sukses bila tidak
didukung elemen internal organisasi. Untuk membentuk fungsi internal diperlukan diagnosa korporasi
dengan model organisasi. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa kriteria untuk memilih model
yang paling tepat dari 10 model yang ada. Dari beberapa kriteria dapat disimpulkan bahwa Adaptasi
Pascal merupakan model yang paling tepat. Model ini dapat menggambarkan hubungan antara kondisi
tiap elemen organisasi dengan kesuksesan implementasi prinsip GCG.
Kata kunci: Prinsip Good Corporate Governance, model organisasi
PENDAHULUAN
Di Asia, termasuk Indonesia,
corporate governance (CG) mulai banyak
diperbincangkan pada pertengahan tahun
1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda
negara-negara tersebut (Indaryanto, 2004).
Berbeda dengan pelaksanaan CG di negara-
negara maju, Black pada tahun 2001
menyatakan bahwa di negara-negara yang
sedang berkembang (seperti di Asia)
pelaksanaan CG mempunyai variasi yang
besar. Besarnya variasi tersebut
menyebabkan CG merupakan faktor yang
berdampak signifikan untuk meningkatkan
nilai saham dari perusahaan (Black, Jang,
dan Kim, 2003).
Kondisi pelaksanaan CG oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Hasil survai yang dilakukan oleh Credit
Lyonnaise Securities (CLSA) sejak
tahun 2001 sampai dengan tahun 2007
memberikan nilai yang rendah kepada
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 79
perusahaan-perusahaan di Indonesia
dalam mewujudkan prinsip-prinsip
good corporate governance (GCG),
bahkan jika dibandingkan dengan
negara-negara Asia lainnya. Secara
garis besar, pelaksanaan survai tersebut
dapat dibagi dua. Pada tahun 2001
sampai dengan tahun 2003, CLSA
melakukan penilaian terhadap
perlaksanaan CG berdasarkan pada
tujuh dimensi berikut: (i) disiplin,
(ii) transparansi, (iii) kemandirian, (iv)
akuntabilitas, (v) tanggung jawab, (vi)
keadilan, dan (vii) kepedulian sosial.
Pada tahun 2004 sampai dengan 2007,
CLSA melakukan kerjasama dengan
Asian Corporate Governance
Association (ACGA) dalam menilai
pelaksanaan CG oleh perusahaan-
perusahaan di kawasan Asia. Berbeda
dengan tiga tahun sebelumnya, kali ini
penilaian pelaksanaan CG didasarkan
pada lima dimensi makro, yaitu: (i)
hukum dan peraturan, (ii) penegakkan
hukum dan peraturan baik oleh
regulator maupun oleh pasar, (iii)
lingkungan politik, (iv) standar-standar
akuntansi dan auditing serta (v) budaya
CG.
Gambar 1Gambaran Pelaksanaan CG
oleh Perusahaan-perusahaan di Kawasan
Asia Selama Tahun 2001 – 2006
Secara keseluruhan, hasil survai dari
CLSA dapat digambarkan sebagaimana
tampak dalam Gambar 1.
2. Hasil penelitian Sulistyanto dan
Nugraheni menunjukkan bahwa
pelaksanaan CG belum mampu
mengurangi manipulasi laporan-laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh
perusahaan-perusahaan terbuka yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
(Sulistyanto dan Wibisono, 2003)
Kedua kondisi di atas menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia
belum mampu melaksanakan CG dengan
sungguh-sungguh sehingga perusahaan
mampu mewujudkan prinsip-prinsip GCG
dengan baik. Penyebabnya, terdapat
sejumlah kendala yang dihadapi oleh
perusahaan-perusahaan tersebut pada saat
perusahaan berupaya untuk mewujudkan
prinsip-prinsip GCG. Kendala ini dapat
dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala
eksternal, dan kendala yang berasal dari
struktur kepemilikan.
Kendala internal meliputi kurangnya
komitmen dari pimpinan dan karyawan
perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman
pimpinan dan karyawan perusahaan tentang
prinsip-prinsip GCG, kurangnya panutan
atau teladan yang diberikan oleh pimpinan,
belum adanya budaya perusahaan yang
mendukung terwujudnya prinsip-prinsip
GCG, serta belum efektifnya sistem
pengendalian internal (Djatmiko, 2004;
Poeradisastra, 2005; The Indonesian
Institute for Corporate Governance, 2007).
Kendala eksternal dalam pelaksanaan
CG terkait dengan perangkat hukum, aturan
dan penegakannya. Fuady pada tahun 2003
mengakui bahwa peraturan mengenai pasar
modal di Indonesia masih sederhana untuk
kondisi pasar yang cukup kompleks dan
peraturan yang masih sederhana tersebut
belum ditegakkan sepenuhnya atau tingkat
penegakannya masih sangat lemah
(Patriadi, 2001). Lemahnya penegakan
hukum pada pasar modal dapat dilihat dari
ringannya sanksi yang diberikan oleh
Bapepam kepada pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran dibandingkan
dengan kerugian akibat pelanggaran itu
sendiri; bahkan, Bapepam pernah tidak
mengenakan sanksi apapun kepada
sejumlah emiten yang tidak membayar
denda selama tiga tahun berturut-turut
(Winasis, Abdullah, dan Sibuea, 2004).
Kendala yang ketiga adalah
kendala yang berasal dari struktur
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
2001 2002 2003 2004 2005 2007
Tahun
SkorCG
Singapura
Malaysia
India
Thailand
Taiwan
Cina
Korea
Pilipina
Indonesia
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 80
kepemilikan. Berdasarkan prosentasi
kepemilikan dalam saham, kepemilikan
terhadap perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu kepemilikan yang
terkonsentrasi dan kepemilikan yang
menyebar. Kepemilikan yang terkonsentrasi
terjadi pada saat suatu perusahaan dimiliki
secara dominan oleh seseorang atau
sekelompok orang saja (40,00% atau lebih).
Kepemilikan yang menyebar terjadi pada
saat suatu perusahaan dimiliki oleh
pemegang saham yang banyak dengan
jumlah saham yang kecil-kecil (satu
pemegang saham hanya memiliki saham
sebesar 5,00% atau kurang). Salah satu
dampak negatif yang ditimbulkan oleh
struktur kepemilikan adalah perusahaan
tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan
dengan baik karena pemegang saham yang
terkonsentrasi pada seseorang atau
sekelompok orang dapat menggunakan
sumber daya perusahaan secara dominan
sehingga dapat mengurangi nilai
perusahaan (Pinteris, 2002). Sama seperti
halnya kendala eksternal, dampak negatif
yang ditimbulkan dari struktur kepemilikan
dapat diatasi jika perusahaan memiliki
sistem pengendalian internal yang efektif,
seperti mempunyai sistem yang menjamin
pendistribusian hak-hak dan tanggung
jawab secara adil diantara berbagai
partisipan dalam organisasi (Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, manajer,
pemegang saham, serta pemangku
kepentingan lainnya), dan dampak negatif
ini juga akan hilang jika dalam stuktur
organisasinya, perusahaan mempunyai
Komisaris Independen dengan jumlah
tertentu dan memenuhi kualifikasi yang
ditentukan (syarat-syarat yang ditentukan
untuk menjadi Komisaris Independen).
Keberadaan Komisaris Independen ini
diharapkan mampu mendorong dan
menciptakan iklim yang lebih independen,
obyektif, dan menempatkan keadilan
sebagai prinsip utama yang memperhatikan
kepentingan pemegang saham minoritas
dan pemangku kepentingan lainnya. Peran
Komisaris Independen ini diharapkan
mampu mendorong diterapkannya prinsip
dan praktik CG pada perusahaan-
perusahaan publik di Indonesia, termasuk
BUMN (Zaini, 2002). Upaya perusahaan
untuk menghadirkan sistem pengendalian
internal yang efektif tersebut terkait dengan
upaya perusahaan untuk mengatasi kendala
internalnya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa dampak negatif dari
struktur kepemilikan akan hilang jika
perusahaan mampu mengatasi
permasalahan yang terkait dengan kendala
internalnya.
Permasalahan dalam kendala internal
terkait dengan fungsi dari sejumlah elemen
yang terdapat di dalam organisasi
perusahaan. Perusahaan sebagai suatu
organisasi bisnis1
tidak dapat mencapai
tujuannya untuk mewujudkan prinsip-
prinsip GCG karena tidak didukung oleh
fungsi dari sejumlah elemen yang terdapat
di dalamnya. Dalam hal ini, untuk
membenahi fungsi dari sejumlah elemen
yang terdapat di dalam oragniasi
perusahaan, diperlukan model organisasi.
Model organisasi merupakan representasi
dari suatu organisasi yang membantu
seseorang untuk lebih memahami secara
jelas dan cepat apa yang diamati dalam
organisasi tersebut. Secara lebih rinci,
Burke menjelaskan berbagai kegunaan dari
model organisasi: (i) model membantu
untuk meningkatkan pemahaman tentang
perilaku organisasi, (ii) model membantu
untuk mengelompokkan data tentang
organisasi, (iii) model membantu
menginterpretasikan data tentang
organisasi, dan (iv) model membantu untuk
memberikan bahasa yang umum serta
singkat tentang organisasi (Falletta, 2005).
Menurut Falleta (2005), sejak tahun 1976
sampai dengan tahun 1992 terdapat
beberapa model organisasi yang telah
1
Perusahaan merupakan organisasi bisnis. Hal ini
dinyatakan oleh Blau dan Scott pada tahun 1962. Secara
lebih rinci, Blau dan Scoot pada tahun 1962
mengklasifikasikan organisasi dalam empat jenis: (i)
mutual-benefit organization (organisasi yang anggota-
anggotanya yang saling memberikan keuntungan satu sama
lain seperti partai dan serikat kerja), (ii) business
organizations (organisasi yang tujuan utamanya mencapai
keuntungan, seperti perusahaan, bank, pabrik), (iii)
service organizations (organisasi yang bertujuan, secara
terus menerus, memberikan pelayanan tertentu untuk orang-
orang tertentu pula seperti sekolah, rumah sakit dan social
care institutions), serta (iv) commonweal organizations
(organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan untuk
komunitas lokal dan juga umum, seperti organisasi
pemerintahan, tentara, dan polisi) (Des Grades, 2004).
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 81
dikembangkan oleh pakar. Secara rinci,
model-model tersebut adalah: (i)
Weisbord’s Six Box Model pada tahun
1976, (ii) Congruence Model for
Organizational Analysis pada tahun 1977,
(iii) McKinsey 7-S Model (Model 7-S dari
McKinsey) pada tahun 1980 dan 1981, (iv)
Tichny’ s Technical Political Culture (TPC)
Framework pada tahun 1983, (v) High
Performance Programming pada tahun
1984, (vi) Diagnosing Individual and
Group Behaviour pada tahun 1987, dan
(vii) Burke-Litwin Model of Organizational
Performance and Change pada tahun 1992.
Pada tahun 1990, Model 7-S dari McKinsey
dikembangkan oleh Pascale menjadi Model
Pascale’s Adaptation (Pascale, 1990) dan
pada tahun 1994, Model 7-S dari McKinsey
dikembangkan lagi oleh D’Aveni menjadi
New 7-S (D’ Aveni, 1994). Disamping
kesembilan model tersebut, akhir-akhir ini
berkembang pula sebuah model yang
memberikan perspektif sistem untuk
memahami kinerja yang dicapai oleh suatu
organisasi. Model tersebut adalah Malcolm
Baldrige Criteria for Performance
Excellence (MBCtPE). MBCtPE pertama
kali dikembangkan pada tahun 1987 oleh U.
S Congress dalam rangka mengadopsi
prinsip-prinsip manajemen pengendalian
kualitas (TQM) (NIST,2003). Dengan
demikian, sejak tahun 1976 sampai dengan
tahun 1994 terdapat 10 (sepuluh) model
organisasi.
Sehubungan dengan cukup banyaknya
model organisasi yang dapat digunakan
untuk membenahi fungsi-fungsi internal
organisasi, maka yang menjadi pertanyaan
dalam penelitian ini adalah model mana
yang paling tepat untuk membenahi fungsi
internal organisasi sehingga model tersebut
dapat menggambarkan dengan jelas
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi dengan terwujudnya
prinsip-prinsip GCG dengan baik?
TINJAUAN PUSTAKA
Organisasi Sebagai Suatu Sistem yang
Terbuka
Organisasi sebagai suatu sistem yang
terbuka mengacu pada pandangan yang
dikemukakan oleh teori organisasi moderen
yang berkembang sejak tahun 1950-an.
Dalam teori ini, organisasi cenderung
dipandang sebagai berikut: (i) organisasi
merupakan suatu sistem yang terbuka, (ii)
di dalam organisasi terjadi transformasi
masukan yang menghasilkan keluaran
tertentu, masukan diperoleh dari
lingkungannya sedangkan keluaran akan
diberikan organisasi kepada lingkungannya,
(iii) di dalam organisasi terdapat elemen-
elemen yang penting yang saling
berhubungan satu sama lain, serta (iv)
organisasi memiliki tujuan dan batasan
tertentu yang membedakan organisasi
tersebut dari lingkungannya. Pandangan
tentang organisasi yang dikemukan oleh
teori organisasi moderen tersebut, terutama
memberikan wawasan kepada manajemen
untuk memandang organisasi secara
keseluruhan maupun sebagai bagian dari
lingkungan eksternal (Reksohadiprodjo dan
Handoko, 2004).
Secara lengkap, penggambaran
organisasi sebagai suatu sistem yang
terbuka dapat dilihat pada Gambar 2.
berikut.
Gambar 2. Organisasi sebagai sistem terbuka
dari Kast dan Rosenzweig pada tahun 1986
(Kreitner dan Kinicki, 2004)
Dalam perkembangannya,
pandangan tentang organisasi sebagai suatu
sistem terbuka yang dikemukakan oleh teori
organisasi moderen telah digunakan oleh
beberapa pakar untuk membuat model-
model organisasi.
o Budaya
o Filosofi
o Tujuan keseluruhan
o Tujuan kelompok
o Tujuan individu
o SDM
o Sikap
o Persepsi
o Motivasi
o Dinamika kelompok
o Kepemimpinan
o Komunikasi
o Hubungan antar personil
o Penetapan tujuan
o Perenancanaan
o Penyusunan sumber daya
o Pengorganisasi
o Pengimplementasian
o Pengontrolan
Subsistem tujuan dan
nilai-nilai
Subsistem teknis
o Pengetahuan-
pentetahuan
o Teknik-teknik
o Fasilitas-
fasilitas
o Peralatan
Subsistem budaya
Subsistem
psikologi
o Tugas-tugas
o Aliran Kerja
o Kelompok-
kelompok kerja
o Kewenangan
o Aliran informasi
o Prosedur-prosedur
o Aturan-aturan
Subsistem manajerial
Output
o Produk
o Jasa
o Kepuasan
manusia
o Keberlangsung-
an dan
pertumbuhan
organisasi
o Keuntungan
sosial
Input
o Material
o Uang
o Usaha-usaha
manusia
o Informasi
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 82
Karateristik Sistem dari Sepuluh Model
Organisasi
Sebagaimana telah disinggung pada
Bagian Pendahuluan, sejak tahun 1976
sampai dengan tahun 1994 terdapat 10
(sepuluh) model organisasi. Model-model
ini dapat pula disebut sebagai model sistem
dari organisasi, karena pada dasarnya,
model-model ini terkait dengan
penggambaran organisasi sebagai suatu
sistem yang terbuka dengan berbagai
elemen yang membentuknya.
Sebagai suatu sistem, karateristik
dari kesepuluh model tersebut dapat rinci
berdasarkan sejumlah faktor yang
membentuknya dan menurut Daellenbach
(1994), faktor-faktor yang membentuk
karateristik dari suatu sistem dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Pengamat (observer): siapa yang
tertarik pada sistem?
2. Tujuan (purpose): mengapa
mendefinisikan sistem?
3. Lingkungan (environment): hal-hal
yang terdapat di luar sistem yang
menentukan batas-batas dari sistem.
4. Input (inputs): hal-hal yang
mempengaruhi sistem tetapi tidak
dipengaruhi oleh sistem; input dapat
berupa seseuatu yang dapat
dikendalikan atau tidak dapat
dikendalikan oleh sistem (variabel atau
parameter keputusan).
5. Output (outputs): hal-hal yang
dipengaruhi oleh sistem, termasuk
ukuran dari kesuksesan.
6. Komponen atau elemen (components):
hal-hal yang terdapat di dalam sistem.
7. Hubungan atau proses transformasi
(relationship/ transformation process):
hubungan antara input, output, dan
komponen-komponen dari sistem.
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor
yang menjadi karateristik dari suatu sistem
tersebut, kesepuluh model yang telah
diuraikan dalam Bagian Pendahuluan dapat
dirinci sebagaimana tampak dalam Tabel 2.
PEMILIHAN MODEL ORGANISASI
Kriteria Pemilihan Model
Kriteria adalah serangkaian standar
yang dapat digunakan untuk memilih
sesuatu, sehingga suatu keputusan dapat
dibuat setelah suatu subyek
diidentifikasikan
(www.indiana.edu/~iuaudit/ glossary.
html,2005). Dengan kata lain, kriteria
adalah standar yang dapat digunakan untuk
membedakan satu subyek terhadap subyek
lainnya sehingga dapat dihasilkan suatu
keputusan. Berdasarkan kondisi ini, faktor-
faktor yang menggambarkan karakteristik
dari setiap model sistem organisasi (siapa
pengamat dari sistem, tujuan sistem,
lingkungan sistem, input, output, dan
komponen sistem, serta hubungan atau
proses transformasi di dalam sistem), dapat
dibedakan menjadi faktor-faktor yang dapat
digunakan sebagai kriteria dan faktor-faktor
yang tidak dapat digunakan sebagai kriteria
untuk memilih model sistem organisasi
yang dapat menggambarkan dengan jelas
hubungan antara kondisi dari setiap elemen
organisasi dengan terwujudnya prinsip-
prinsip GCG. Dalam hal ini, hanya faktor-
faktor yang dapat membedakan dengan
jelas antara satu model sistem organisasi
dengan model organisasi lainnya yang
dapat digunakan sebagai kriteria.
Berikut adalah faktor-faktor yang
tidak dapat digunakan sebagai kriteria
untuk memilih model sistem organisasi:
Pengamat. Pengamat tidak dapat
digunakan sebagai kriteria untuk memilih
model sistem organisasi. Pengamat dari
seluruh model sistem organisasi adalah
mereka yang akan mengambil keputusan
untuk memecahkan masalah yang terkait
dengan organisasi. Adanya pandangan
tentang kesamaan pengamat bagi seluruh
model, menyebabkan faktor pengamat tidak
dapat dijadikan sebagai kriteria untuk
memilih model atau sebagai kriteria yang
membedakan satu model dengan model
yang lainnya.
1. Lingkungan sistem. Berdasarkan
penggambaran lingkungan dalam
model, model-model dapat dibedakan
menjadi dua. Model-model yang
menggambarkan lingkungan secara
eksplisit dan model-model yang
menggambarkan lingkungan secara
implisit (tidak eksplisit). Akan tetapi
karena tujuan dari pemilihan model ini
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 83
adalah memilih model yang dapat
menggambarkan dengan jelas kondisi
dari setiap elemen organisasi (fungsi-
fungsi internal yang terdapat di dalam
organisasi), maka tidak menjadi
masalah apakah model menggambarkan
lingkungan eksternal secara eksplisit
atau implisit. Dengan kata lain,
berdasarkan kondisi yang perlu
digambarkan dengan jelas oleh model
yang terpilih, penggambaran
lingkungan dalam model bukan
merupakan kriteria atau bahan
pertimbangan yang tepat untuk memilih
model.
2. Eksplisit tidaknya penggambaran
input dan output. Berdasarkan input-
ouputnya, kesepuluh model dapat
dibedakan menjadi dua. Model-model
yang menggambarkan input-outputnya
secara eksplisit dan model-model yang
tidak menggambarkan input-outputnya
eksplisit. Eksplisit atau tidaknya
penggambaran input dan output di
dalam model tidak dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih model Hal ini disebabkan,
sebagaimana digambarkan dalam
Gambar 2.1, sebagai suatu sistem,
model-model tersebut tetap
memerlukan input dan menghasilkan
output tertentu. Input dapat berupa
sumber daya manusia dan modal,
sedangkan output dapat berupa produk,
jasa, kepuasan manusia,
keberlangsungan pertumbuhan
organisasi, keuntungan sosial, dan
sebagainya.
Dengan demikian, berdasarkan
hasil eliminasi tersebut, hanya ada empat
faktor yang dapat dijadikan sebagai kriteria
untuk memilih model, yaitu ujuan sistem,
cakupan dari output sistem, komponen
sistem, dan hubungan atau proses
transformasi di dalam sistem.
1. Tujuan model vs tujuan pemilihan
model
Sebagaimana tampak dalam Tabel
2.1.,tidak ada satupun model yang
tujuannya sama persih dengan tujuan
pemilihan model yaitu mendapatkan
model organisasi yang dapat
menggambarkan dengan jelas
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi dengan terwujudnya
prinsip-prinsip GCG. Namun demikian,
dilihat dari tujuan awal yang ingin
dicapai oleh setiap model, kesepuluh
model tersebut dapat dibedakan
menjadi model-model yang tujuannya
memang kurang sesuai karena tidak
mampu menggambarkan dengan jelas
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi dengan terwujudnya
prinsip-prinsip GCG dan model-model
yang cukup sesuai karena dapat
menggambarkan dengan cukup jelas
hubungan tersebut.
Model-model yang tujuannya
kurang sesuai karena tidak mampu
menggambarkan dengan jelas
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi dengan terwujudnya
prinsip-prinsip GCG, dapat dirici
sebagai berikut: Weisbord’s Six Model,
Tichy’s TPC Framework, High-
Performance Programming, Malcolm
Baldrige Criteria For Performance
Excellence Diagnosing Individual and
Group Behaviour, serta New 7-S.
 Weisbord’s Six Model merupakan
model yang hanya bertujuan untuk
melihat kesenjangan antara apa
yang terjadi dan apa yang
seharusnya terjadi. Secara lebih
rinci model ini bertujuan untuk
memodelkan penyelesaian isu-isu
internal di dalam organisasi,
terutama dengan mencari
kesenjangan antara apa yang terjadi
dan apa yang seharusnya terjadi.
Berdasarkan tujuannya, model ini
kurang tepat untuk dipilih karena
belum dapat menggambarkan
dengan jelas hubungan antara
kondisi dari setiap elemen
organisasi dengan kinerja yang
akan dicapai, yaitu keberhasilan
perusahaan untuk mewujudkan
prinsip-prinsip GCG
 Congruence Model for
Organizational Analysis bertujuan
untuk memodelkan dampak
kekongruenan dari berbagai level
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 84
perilaku organisasi (perilaku level
individu, kelompok, dan sistem)
terhadap kinerja individu dan
kinerja yang dicapai organisasi.
Berdasarkan tujuan tersebut, model
kurang tepat untuk dipilih karena
yang ingin digambarkan dalam
model yang terpilih adalah
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi (bukan hubungan
antara berberbagai level perilaku
organisasi) dengan kinerja yang
dicapai organisasi, yaitu
terwujudnya prinsip-prinsip GCG
(bukan dengan kinerja individu).
 Tichy’s TPC Framework
merupakan model yang secara
spesifik bertujuan untuk
memodelkan dinamika hubungan
diantara permasalahan teknik,
politik, dan budaya serta
memodelkan hubungan diantara
elemen-elemen organisasi dalam
menyelesaikan dinamika dari
permasalahan teknik, politik, dan
budaya tersebut. Berdasarkan
tujuan tersebut model kurang tepat
untuk dipilih karena yang ingin
digambarkan dalam model yang
terpilih adalah hubungan antara
kondisi dari setiap organisasi
dengan kinerja yang akan dicapai,
yaitu keberhasilan perusahaan
untuk mewujudkan prinsip-prinsip
GCG dan tidak bermaksud untuk
memodelkan dinamika hubungan
diantara permasalahan teknik,
politik, dan budaya yang
berkembang di organisasi.
 High-Performance Progamming
merupakan model yang bertujuan
untuk memodelkan perilaku
pimpinan terhadap perfomansi yang
dicapai oleh organisasi Berdasarkan
tujuan tersebut, model kurang tepat
untuk dipilih karena yang ingin
digambarkan dalam model terpilih
adalah hubungan antara kondisi
dari setiap elemen organisasi (tidak
hanya kondisi dari elemen
kepemimpinan) dengan kinerja
yang dicapai, yaitu keberhasilan
perusahaan untuk mewujudkan
prinsip-prinsip GCG.
 Diagnosing Individual and Group
Behaviour merupakan model yang
bertujuan untuk memodelkan
keterkaitan antara kinerja di level
kelompok dan individu, termasuk
kualitas kehidupan kerja terhadap
output atau kinerja yang dicapai
organisasi. Berdasarkan tujuannya,
model ini kurang relevan karena
yang ingin digambarkan dalam
model yang terpilih adalah
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi (bukan
keterkaitan antara kinerja di level
kelompok dan individu) dengan
keberhasilan perusahaan untuk
mewujudkan prinsip-prinsip GCG
e.
 Model Malcolm Baldrige Criteria
For Performance Excellence
(MBCtPE) merupakan model yang
betujuan untuk memodelkan peran
dari kategori-kategori (elemen-
elemen) yang terdapat dalam
organisasi dalam rangka
mengadopsi prinsip-prinsip
manajemen pengendalian kualitas,
dimana kepemimpinan merupakan
pendorong yang utama yang diikuti
dengan dua pendorong lainnya
yaitu manajemen strategik dan
fokus pada konsumen dan pasar.
Berdasarkan tujuan tersebut, model
kurang tepat untuk dipilih karena
yang ingin digambarkan dalam
model yang terpilih adalah
hubungan antara setiap kondisi
elemen organisasi dengan
terwujudnya prinsip-prinsip GCG,
bukan hanya kondisi dari elemen
kepemimpinan, elemen manajemen
strategik, dan elemen fokus kepada
konsumen dan pasar dengan
terwujudnya prinsip-prinsip GCG
 New 7-S merupakan model yang
kurang relevan untuk digunakan,
karena model tidak terkait dengan
elemen-elemen organisasi. New 7-S
lebih menggambarkan cara-cara
untuk melakukan interupsi pada
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 85
kondisi persaingan yang sangat
ketat, sedangkan yang ingin
digambarkan dalam rangka
pembenahan fungsi internal
organisasi adalah kondisi dari
setiap elemen organisasi dengan
kinerja yang akan dicapai, yaitu
keberhasilan perusahaan untuk
mewujudkan prinsip-prinsip GCG.
Berbeda dengan ketujuh model
diatas, tiga model lainnya yaitu, Model
7-S dari McKinsey, Burke-Litwin
Model of Organizational Performance
and Change, dan Model Pascale’s
Adaptation adalah model-model yang
cukup tepat untuk memodelkan
hubungan antara kondisi dari setiap
elemen organisasi dengan terwujudnya
prinsip-prinsip GCG.
 Model 7-S dari McKinsey bertujuan
untuk memodelkan kekongruenan
perubahan yang terjadi pada seluruh
elemen organisasi dalam rangka
mencapai output yang diinginkan.
Berdasarkan hal ini, Model 7-S dari
McKinsey dapat digunakan untuk
memodelkan kekongruenan
perubahan kondisi yang terjadi pada
setiap posisi elemen organisasi
dalam rangka mewujudkan prinsip-
prinsip GCG.
 Burke-Litwin Model of
Organizational Performance and
Change bertujuan untuk
memodelkan posisi dari elemen-
elemen transformasional dan
elemen-elemen transaksional dalam
menyikapi satu dorongan
perubahan tertentu. Berdasarkan hal
ini, Burke-Litwin Model of
Organizational Performance and
Change dapat digunakan untuk
memodelkan kondisi dari setiap
elemen-elemen organisasi yang
termasuk dalam elemen
transformasional dan elemen
transaksional dalam menyikapi satu
dorongan perubahan, yaitu
mewujudkan prinsip-prinsip GCG.
 Model Pascale’s Adaptation
bertujuan untuk memodelkan
wahana perjalanan bagi organisasi,
dimana untuk suatu keadaan, setiap
elemen organisasi dapat dipetakan
pada posisi tertentu yang sesuai
dengan keadaan yang dihadapi oleh
organisasi tersebut. Berdasarkan hal
ini, melalui pemetaaan setiap
elemen organisasi pada posisi
tertentu yang sesuai dengan prinsip-
prinsip GCG, model Pascale’s
Adaptation dapat digunakan untuk
memodelkan hubungan antara
kondisi dari setiap elemen
organisasi dengan terwujudnya
prinsip-prinsip GCG.
2. Cakupan output model vs cakupan
output dari pembenahan fungsi
internal organisasi.
Berdasarkan cakupan outputnya,
kesepuluh model dapat dibedakan
menjadi model-model yang outputnya
adalah kinerja organisasi secara
keseluruhan dan model-model yang
membagi outputnya dalam berbagai
level organisasi (level individu, level
kelompok, dan level organisasi). Dalam
hal pembenahan fungsi internal
organisasi, output yang dituju adalah
kinerja organisasi secara keseluruhan
yaitu terwujudnya prinsip-prinsip GCG.
Berdasarkan hal ini, Weisbord’s Six
Model, Model 7-S dari McKinsey, High
Performance Programming, Malcolm
Baldrige Criteria For Performance
Excellence, Model Pascale’s
Adaptation, dan New 7-S merupakan
model-model yang lebih tepat untuk
dipilih dibandingkan dengan ketiga
model lainnya karena cakupan output
dari model-model tersebut sejalan
dengan cakupan output yang
diharapkan akan dihasilkan dari
pembenahan fungsi internal organisasi.
3. Komponen model vs komponen
dalam pembenahan fungsi internal
organisasi
Berdasarkan komponennya, kesepuluh
model dapat dibedakan menjadi model-
model yang membedakan
komponennya dalam berbagai level
organisasi (level individu, level
kelompok, dan level organisasi) dan
model-model yang tidak membedakan
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 86
komponennya dalam berbagai
organisasi. Disamping itu, model-
model juga dapat dibedakan menjadi
model-model yang komponen atau
elemennya terkait dengan elemen
organisasi (seperti struktur, sistem,
kepemimpinan, dan sebagainya) dan
model-model yang komponen atau
elemennya terkait dengan cara
organisasi bertindak (membangun
kecepatan, meningkatkan kepuasan
pemegang saham, dan sebagainya).
Sebagaimana tampak dalam Tabel 2.1,
hanya Diagnosing Individual and
Group Behaviour yang membedakan
komponennya untuk berbagai level
organisasi dan hanya New 7-S yang
komponen atau elemennya
menggambarkan cara dari organisasi
bertindak. Berdasarkan hal tersebut,
dari kesepuluh model organisasi, hanya
Diagnosing Individual and Group
Behaviour dan New 7-S yang kurang
tepat untuk dipilih karena komponen
dari kedua model tersebut tidak sejalan
dengan komponen yang akan
digambarkan dalam pembenahan fungsi
internal organisasi. Komponen yang
akan digambarkan dalam pembenahan
fungsi interrnal organisasi adalah
kondisi dari setiap elemen organisasi,
bukan cara dari setiap elemen
organisasi dan tidak dibedaan menurut
level organisasi.
4. Hubungan atau proses transformasi
vs hubungan atau proses
transformasi dari pembenahan
fungsi internal organisasi
Untuk hubungan atau proses
transformasi antar elemen, model-
model dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu model-model yang hubungan
antar elemennya tidak atau kurang jelas
dan model-model yang hubungan antar
elemennya jelas. Model-model yang
hubungan antara elemennya jelas dapat
dibedakan lagi menjadi: (i) model-
model yang hubungan antar elemennya
hanya bersifat dua arah saja, (ii) model-
model yang membedakan hubungan
antar elemennya menjadi hubungan
yang bersifat satu arah dan dua arah,
tetapi tidak membedakan mana
hubungan yang relatif lebih kuat dari
yang lainnya, dan (iii) model-model
yang membedakan hubungan antar
elemennya menjadi hubungan yang
bersifat satu arah, dua arah, hubungan
yang relatif lebih kuat, dan hubungan
yang relatif lebih lemah.
Model-model yang hubungan antar
elemen atau proses transformasinya
kurang atau tidak jelas, tidak dapat
dipilih sebagai model untuk penelitian
ini. Alasannya, model yang hubungan
antar elemen atau proses transformasi
kurang atau tidak jelas, tidak dapat
memenuhi kriteria mekanisme
transparansi sehingga penelitian ini
tidak dapat membuat hubungan yang
jelas antara posisi elemen-elemen
organisasi dengan terwujudnya prinsip-
prinsip GCG. Siregar pada tahun 1991
menyatakan bahwa suatu model
dikatakan baik jika seseorang dapat
melihat mekanisme suatu model dalam
memecahkan masalah; artinya
seseorang bisa menerangkan kembali
(melakukan rekonstruksi) tanpa ada
yang disembunyikan. Jadi, jika dalam
model tersebut terdapat suatu formula,
maka formula tersebut dapat
diterangkan kembali (Simatupang,
1994).
Dengan demikian, berdasarkan kriteria
kejelasan proses transformasi, terdapat
dua model kurang tepat untuk dipilih
karena tidak dapat menggambarkan
dengan jelas hubungan antara kondisi
setiap elemen organisasi dengan
terwujudnya prinsip-prinsip GCG, yaitu
Weisbord’s Six Box Model dan High
Performance Programming.
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara ringkas, hasil dari pemilihan
model ini dapat dilihat pada Tabel 1.
berikut.
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 87
Tabel 1. Hasil Pemilihan Model
Tanda ceklist (√) yang terdapat
pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
model cukup tepat untuk dipilih karena
dapat menggambarkan dengan cukup jelas
hubungan antara kondisi dari setiap elemen
organisasi dengan terwujudnya prinsip-
prinsip GCG; sedangkan tanda silang
menyatakan kondisi yang sebaliknya.
Berdasarkan hal ini, Model 7-S dari
McKinsey dan Model Pascale’s merupakan
2 (dua) buah model yang paling tepat untuk
dipilih karena keduanya mempunyai tanda
ceklist (√) yang paling banyak.
Model Pascale’s Adaptation sendiri
merupakan perkembangan lebih lanjut dari
Model 7-S dari McKinsey (Pascale, 1990).
Dibandingkan dengan Model 7-S dari
McKinsey, Model Pascale’s Adaptation
mempunyai kelebihan. Model Pascale’s
Adaptation menggambarkan secara lebih
detil berbagai kondisi yang dihadapi oleh
setiap elemen organisasi. Penggambaran
secara detil ini dilakukan dengan
memberikan kontinum yang memiliki dua
polaritas dalam setiap elemennya. Adanya
kontinum dengan dua polaritas ini
memberikan kemudahan untuk
menunjukkan strategi seperti apa, struktur
seperti apa, sistem seperti apa, staf seperti
apa, corak seperti apa, kecakapan seperti
apa, serta nilai-nilai bersama seperti apa
yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Berdasarkan hal ini, dibandingkan dengan
Model 7-S dari McKinsey, Model
Pascale’s Adaptation merupakan model
yang lebih tepat untuk dipilih.
Hasil penelitian ini terbatas pada
memilih satu model yang paling tepat untuk
menggambarkan dengan jelas kondisi dari
setiap elemen organisasi dengan
terwujudnya prinsip-prinsip GCG. Akan
tetapi, dari model yang terpilih, penelitian
ini belum menentukan kondisi elemen
organisasi yang bagaimana yang sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG. Berdasarkan
hal ini, penelitian lanjutan dapat dilakuan
dengan mengkaji model yang terpilih secara
lebih dalam sehingga dapat ditentukan
strategi seperti apa, strategi seperti apa,
struktur seperti apa, sistem seperti apa, staf
seperti apa, corak seperti apa, kecakapan
seperti apa, serta nilai-nilai bersama seperti
apa yang sesuai dengan prinsip-prinsip
GCG.
DAFTAR PUSTAKA
1. Black, B., Jang, H., dan Kim, W.
(2003), Does Corporate Governance
Affect Firm Value? Evidence from
Korea, Research Paper Series,, KDI
School of Public Policy and
Management, 05/11.
2. Chen, K.C.W, Chen, Z., dan Wei,
K.C.J. (2003), Disclosure, Corporate
Governance, and The Cost of Equity
Capital in Emerging Markets,
Working Paper Series, Social Science
Research Network.
3. D ‘Aveni, R.A. (1994),
Hypercompetition, The Free Press,
New York.
4. Daellenbanch, H.G. (1994), System
and Decision Making, John Wiley &
Sons, Chichester-England.
5. Des Grades (2004), Role Agricultural
Cooperatives in Agricultural
Development- The Case of Menoufiya
Governorate, Disertasi, Rheinischen
Model
Tujuan
model VS
tujuan
pemilihan
model
Cakupan
output
model VS
cakupan
output dari
pembenahan
fungsi
internal
organisasi
Komponen
model VS
komponen
dari
pembenahan
fungsi internal
organisasi
Hubungan/
proses
transformasi
VS hubungan/
proses
transformasi
dalam
pembenahan
fungsi internal
organisasi
Kesimpulan
Jumlah
tanda
X
Jumlah
tanda
√
Weisbord’s Six
Box Model X √ √ X 2 2
Congruence
Model for
Organizational
Analysis X X √ √ 2 2
McKinsey 7-S
Framework √ √ √ √ 0 4
Tichy’s TPC
Framework X X √ √ 2 2
High -
Performance
Programming X √ √ X 2 2
Diagnosing
Individual and
Group
Behaviour X X X √ 3 1
Malcolm
Baldrige
Criteria For
Performance
Excellence X √ √ √ 1 3
Burke-Litwin
Model of
Organizational
Performance
and Change √ X √ √ 1 3
Pascale’s
Adaptation √ √ √ √ 0 4
New 7-S X √ X √ 2 2
Keterangan
X: model kurang tepat untuk dipilih
√: model cukup tepat untuk dipilih
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 88
Friedrich-Wilhelms-Universitat,
Egypt.
6. Djatmiko, H.E. (2004), Ada
Kemajuan, Banyak Keprihatinan,
SWA, XX, 4.
7. Falletta, S.V. (2005), Organizational
Diagnostic Models: A Review &
Synthesis, Leadersphere Inc.,
http://leadersphere.com/orgmodels.pd
f.
8. Gill, A. (2002), CG Watch :
Corporate Governance in Emerging
Markets, http:// www.clsa.com
9. Gill, A. dan Allen, J. (2003), CG
Watch Corporate Governance in
Asia, http:// www.clsa.com
10. Gill, A. dan Allen, J. (2005), CG
Watch Corporate Governance in
Asia, http:// www.clsa.com
11. Gill, A. dan Allen, J. (2007), CG
Watch Corporate Governance in
Asia, http:// www.clsa.com
12. Indaryanto, K.G. (2004), Konsepsi
Good Corporate Governance, dalam
Suprayitno, G., Indaryanto, K.G,
Yasni, S., Krismatono, D., Rita, L.,
dan Rahayu, R.G., Komitmen
Menengakkan Good corporate
Governance, The Indonesian Institute
for Corporate Governance, Jakarta,
Indonesia.
13. Kreitner, R. dan Kinicki, A. (2004),
Organizational Behaviour, McGraw-
Hill Companies. Inc, New York.
14. NIST (2003), Baldridge National
Quality Program,
www.baldrige.nist.gov
15. Pascale, R. (1990), Managing on the
Edge: How Successful Companies
Use Conflict to Stay Ahead, dalam
Fox, C., McKinsey’s 7-S and
Pascale’s Adaptation Thereof,
http://www.chrisfoxinc.com/7SAndP
ascale. htm.
16. PassMatrix (2004), Module 100:
General Management and
Organization, Samples Modul
Certified Associate Business
Manager, http://www.apbm.
org/pdf/cabm-sample-
modules/100.pdf
17. Patriadi, P. (2004), Segi Hukum
Bisnis dalam Kebijakan Privatisasi
BUMN Melalui Penjualan Saham di
Pasar Modal Indonesia, Kajian
Ekonomi dan Keuangan, 8, 1, 32-75
18. Pinteris, G. (2002), Agency Costs,
Ownership Structure and
Performance in Argentine Banking,
Working Paper, Department of
Economics, University of Illinois.
19. Poeradisastra, T. (2005) : GCG,
Antibiotik yang Ditakuti Perusahaan,
SwaOnline,
http://www.swa.co.id/swamajalah/saj
ian.
20. Reksohadiprodjo, S. dan Handoko, H.
(2004) : Organisasi Perusahaan:
Teori, Struktur dan Perilaku, BPFE,
Yogyakarta.
21. Sulistyanto, S. dan Wibisono, H.
(2003) : Rekayasa Keuangan:
Refleksi Sikap Oportunis Manajer?,
Seri Kajian Ilmiah, 12, 1,
http://artikel.us// hsulistyanto4.html.
22. The Indonesian Institute for
Corporate Governance (2007) :
Corporate Governance Perception
Index (CGPI), http://www.iicg.org
23. Winasis, K.W., Abdullah, dan
Sibuea, P. (2004), Lolosnya Kasus
Indosat,
http://www.majalahtrust.com/hukum.

More Related Content

Similar to ModelOrganisasiGCG

BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...
BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...
BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...Monica Rizki Lestari
 
BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...
BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...
BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...syifa khoirudin
 
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...Hadi saputra Maska
 
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...Hadi saputra Maska
 
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...Rizki Aditama
 
BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...
BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...
BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...Ruslan -
 
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...Muh Agus Priyetno
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...adecaswito
 
Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017
Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017
Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017Ruslan -
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Serafinus Octavia Puspitasari
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Serafinus Octavia Puspitasari
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Serafinus Octavia Puspitasari
 
Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...
Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...
Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...Ramsey Ramli
 
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...AndreasFabianPramudi
 
Be&gg,erna,hapzi ali,ethics and business
Be&gg,erna,hapzi ali,ethics and businessBe&gg,erna,hapzi ali,ethics and business
Be&gg,erna,hapzi ali,ethics and businesserna wati
 
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122Rame Priyanto
 
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...Wawan P
 
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...Wawan P
 

Similar to ModelOrganisasiGCG (20)

BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...
BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...
BE & GG. 12,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Governance Rating, Universitas Mer...
 
BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...
BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...
BE & GG, Syifa Khoirudin, Hapzi Ali, Penerapan Good Governance di Indonesia, ...
 
Corporate Governance
Corporate GovernanceCorporate Governance
Corporate Governance
 
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
 
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
Begg, hadi saputra maska, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, good corporate gov...
 
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ...
 
BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...
BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...
BE & GG, Ruslan, Hapzi Ali, Konsep GCG dan penerapannya pada budaya Indonesia...
 
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
 
Gcg dan kinerja
Gcg dan kinerjaGcg dan kinerja
Gcg dan kinerja
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, good corporate governance, ...
 
Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017
Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017
Be&gg ruslan hapzi ali_governance rating_universitas mercu buana_2017
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
 
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
Be & gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, the corporate culture ...
 
Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...
Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...
Sipi, ramsey ramli, hapzi ali, tugas 2 UAS sistem informasi dan pengendalian ...
 
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
 
Be&gg,erna,hapzi ali,ethics and business
Be&gg,erna,hapzi ali,ethics and businessBe&gg,erna,hapzi ali,ethics and business
Be&gg,erna,hapzi ali,ethics and business
 
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
 
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
 
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
Si & pi, wawan pryono, hapzi ali, konsep dasar pengendalian internal. hubunga...
 

More from Yogyakarta State University

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...Yogyakarta State University
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...Yogyakarta State University
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Yogyakarta State University
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaYogyakarta State University
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaYogyakarta State University
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaYogyakarta State University
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Yogyakarta State University
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionYogyakarta State University
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaYogyakarta State University
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Yogyakarta State University
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Yogyakarta State University
 
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakGlobalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakYogyakarta State University
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumYogyakarta State University
 
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Yogyakarta State University
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifYogyakarta State University
 

More from Yogyakarta State University (20)

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi KontemporerIsu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
 
Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
 
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakGlobalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
 
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
 
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di KampusMenumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
 
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di IndonesiaBenang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
 
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di SekolahDiskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
 

Recently uploaded

power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 

Recently uploaded (16)

power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 

ModelOrganisasiGCG

  • 1. See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/311910302 Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Working Paper in Jurnal Ekonomi Malaysia · February 2009 DOI: 10.13140/RG.2.2.22405.55526 CITATIONS 0 READS 283 1 author: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: The Problems of Implementing Scientific Approach Faced by Civics and Citizenship Education Teacher at SMP Negeri 1 Grujugan View project International Perspective of Civics and Citizenship Education View project Manik Sukoco Universitas Negeri Yogyakarta 22 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Manik Sukoco on 26 December 2016. The user has requested enhancement of the downloaded file.
  • 2. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 78 PEMILIHAN MODEL ORGANISASI DALAM MEWUJUDKAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE Manik Sukoco Universitas Negeri Malang itsmanik@fastmail.net Abstract The inability to implement the principles of good corporate governance (GCG) as demonstrated in the surveys is due to a number of constraints which can be classified into three; namely internal constraints, external constraints, and constraints coming from the structure of ownership. Internal constraints cover the commitment of leaders and workers, the level of understanding of GCG principles from leaders and workers, good example from leaders, the corporate culture supporting the implementation of GCG principles, effectiveness of internal control system, and formality trap (implementing CG only to meet regulations). The issues in the internal constraints mentioned are related to the internal functions of the company. As a business organization, corporation is unable to achieve its goal to successfully implement GCG principles since it is not support by its internal elements of the organizations. In order to fix the internal functions, it is necessary to diagnostic the corporation by the model of organization. In this case, we must used some criteria to choose the most approritate model to fix the internal functions, since there are ten models that we can use to diagnostic the organization. Based on some criteria we can conclude that Pascale’s Adaptation is the most appropriate model to fix internal functions. Pacsale’s Adaptation model can depict the relationship between condition of every elements of organization with the successful implementation of GCG principles. Keywords: Good Corporate Governance Principles, Models of Organization Abstrak Ketidakmampuan penerapan prinsip good corporate governance (GSC) didemonstrasikan dalam survei dengan konstrain yang diklasifikasikan dalam 3 konstrain yaitu konstrain internal, konstrain eksternal dan konstrain yang berasal dari struktur pemilik. Konstrain internal meliputi komitmen pemimpin dan pekerja, tingkat pemahaman prinsip GCG oleh pemimpin dan pekerja, keefektifan sistem kontrol internal dan formality trap (implementasi CG hanya untuk memenuhi regulasi). Konstrain internal yang disebutkan berkaitan dengan fungsi internal perusahaan. Sebagai sebuah organisasi bisnis, korporasi tidak mampu mencapai tujuan menerapkan GCG dengan sukses bila tidak didukung elemen internal organisasi. Untuk membentuk fungsi internal diperlukan diagnosa korporasi dengan model organisasi. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa kriteria untuk memilih model yang paling tepat dari 10 model yang ada. Dari beberapa kriteria dapat disimpulkan bahwa Adaptasi Pascal merupakan model yang paling tepat. Model ini dapat menggambarkan hubungan antara kondisi tiap elemen organisasi dengan kesuksesan implementasi prinsip GCG. Kata kunci: Prinsip Good Corporate Governance, model organisasi PENDAHULUAN Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance (CG) mulai banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda negara-negara tersebut (Indaryanto, 2004). Berbeda dengan pelaksanaan CG di negara- negara maju, Black pada tahun 2001 menyatakan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang (seperti di Asia) pelaksanaan CG mempunyai variasi yang besar. Besarnya variasi tersebut menyebabkan CG merupakan faktor yang berdampak signifikan untuk meningkatkan nilai saham dari perusahaan (Black, Jang, dan Kim, 2003). Kondisi pelaksanaan CG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Hasil survai yang dilakukan oleh Credit Lyonnaise Securities (CLSA) sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 memberikan nilai yang rendah kepada
  • 3. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 79 perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam mewujudkan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG), bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Secara garis besar, pelaksanaan survai tersebut dapat dibagi dua. Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003, CLSA melakukan penilaian terhadap perlaksanaan CG berdasarkan pada tujuh dimensi berikut: (i) disiplin, (ii) transparansi, (iii) kemandirian, (iv) akuntabilitas, (v) tanggung jawab, (vi) keadilan, dan (vii) kepedulian sosial. Pada tahun 2004 sampai dengan 2007, CLSA melakukan kerjasama dengan Asian Corporate Governance Association (ACGA) dalam menilai pelaksanaan CG oleh perusahaan- perusahaan di kawasan Asia. Berbeda dengan tiga tahun sebelumnya, kali ini penilaian pelaksanaan CG didasarkan pada lima dimensi makro, yaitu: (i) hukum dan peraturan, (ii) penegakkan hukum dan peraturan baik oleh regulator maupun oleh pasar, (iii) lingkungan politik, (iv) standar-standar akuntansi dan auditing serta (v) budaya CG. Gambar 1Gambaran Pelaksanaan CG oleh Perusahaan-perusahaan di Kawasan Asia Selama Tahun 2001 – 2006 Secara keseluruhan, hasil survai dari CLSA dapat digambarkan sebagaimana tampak dalam Gambar 1. 2. Hasil penelitian Sulistyanto dan Nugraheni menunjukkan bahwa pelaksanaan CG belum mampu mengurangi manipulasi laporan-laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) (Sulistyanto dan Wibisono, 2003) Kedua kondisi di atas menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mampu melaksanakan CG dengan sungguh-sungguh sehingga perusahaan mampu mewujudkan prinsip-prinsip GCG dengan baik. Penyebabnya, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut pada saat perusahaan berupaya untuk mewujudkan prinsip-prinsip GCG. Kendala ini dapat dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur kepemilikan. Kendala internal meliputi kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman pimpinan dan karyawan perusahaan tentang prinsip-prinsip GCG, kurangnya panutan atau teladan yang diberikan oleh pimpinan, belum adanya budaya perusahaan yang mendukung terwujudnya prinsip-prinsip GCG, serta belum efektifnya sistem pengendalian internal (Djatmiko, 2004; Poeradisastra, 2005; The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2007). Kendala eksternal dalam pelaksanaan CG terkait dengan perangkat hukum, aturan dan penegakannya. Fuady pada tahun 2003 mengakui bahwa peraturan mengenai pasar modal di Indonesia masih sederhana untuk kondisi pasar yang cukup kompleks dan peraturan yang masih sederhana tersebut belum ditegakkan sepenuhnya atau tingkat penegakannya masih sangat lemah (Patriadi, 2001). Lemahnya penegakan hukum pada pasar modal dapat dilihat dari ringannya sanksi yang diberikan oleh Bapepam kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran dibandingkan dengan kerugian akibat pelanggaran itu sendiri; bahkan, Bapepam pernah tidak mengenakan sanksi apapun kepada sejumlah emiten yang tidak membayar denda selama tiga tahun berturut-turut (Winasis, Abdullah, dan Sibuea, 2004). Kendala yang ketiga adalah kendala yang berasal dari struktur 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 2001 2002 2003 2004 2005 2007 Tahun SkorCG Singapura Malaysia India Thailand Taiwan Cina Korea Pilipina Indonesia
  • 4. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 80 kepemilikan. Berdasarkan prosentasi kepemilikan dalam saham, kepemilikan terhadap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepemilikan yang terkonsentrasi dan kepemilikan yang menyebar. Kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi pada saat suatu perusahaan dimiliki secara dominan oleh seseorang atau sekelompok orang saja (40,00% atau lebih). Kepemilikan yang menyebar terjadi pada saat suatu perusahaan dimiliki oleh pemegang saham yang banyak dengan jumlah saham yang kecil-kecil (satu pemegang saham hanya memiliki saham sebesar 5,00% atau kurang). Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh struktur kepemilikan adalah perusahaan tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan dengan baik karena pemegang saham yang terkonsentrasi pada seseorang atau sekelompok orang dapat menggunakan sumber daya perusahaan secara dominan sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan (Pinteris, 2002). Sama seperti halnya kendala eksternal, dampak negatif yang ditimbulkan dari struktur kepemilikan dapat diatasi jika perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang efektif, seperti mempunyai sistem yang menjamin pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab secara adil diantara berbagai partisipan dalam organisasi (Dewan Komisaris, Dewan Direksi, manajer, pemegang saham, serta pemangku kepentingan lainnya), dan dampak negatif ini juga akan hilang jika dalam stuktur organisasinya, perusahaan mempunyai Komisaris Independen dengan jumlah tertentu dan memenuhi kualifikasi yang ditentukan (syarat-syarat yang ditentukan untuk menjadi Komisaris Independen). Keberadaan Komisaris Independen ini diharapkan mampu mendorong dan menciptakan iklim yang lebih independen, obyektif, dan menempatkan keadilan sebagai prinsip utama yang memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya. Peran Komisaris Independen ini diharapkan mampu mendorong diterapkannya prinsip dan praktik CG pada perusahaan- perusahaan publik di Indonesia, termasuk BUMN (Zaini, 2002). Upaya perusahaan untuk menghadirkan sistem pengendalian internal yang efektif tersebut terkait dengan upaya perusahaan untuk mengatasi kendala internalnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dampak negatif dari struktur kepemilikan akan hilang jika perusahaan mampu mengatasi permasalahan yang terkait dengan kendala internalnya. Permasalahan dalam kendala internal terkait dengan fungsi dari sejumlah elemen yang terdapat di dalam organisasi perusahaan. Perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis1 tidak dapat mencapai tujuannya untuk mewujudkan prinsip- prinsip GCG karena tidak didukung oleh fungsi dari sejumlah elemen yang terdapat di dalamnya. Dalam hal ini, untuk membenahi fungsi dari sejumlah elemen yang terdapat di dalam oragniasi perusahaan, diperlukan model organisasi. Model organisasi merupakan representasi dari suatu organisasi yang membantu seseorang untuk lebih memahami secara jelas dan cepat apa yang diamati dalam organisasi tersebut. Secara lebih rinci, Burke menjelaskan berbagai kegunaan dari model organisasi: (i) model membantu untuk meningkatkan pemahaman tentang perilaku organisasi, (ii) model membantu untuk mengelompokkan data tentang organisasi, (iii) model membantu menginterpretasikan data tentang organisasi, dan (iv) model membantu untuk memberikan bahasa yang umum serta singkat tentang organisasi (Falletta, 2005). Menurut Falleta (2005), sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 1992 terdapat beberapa model organisasi yang telah 1 Perusahaan merupakan organisasi bisnis. Hal ini dinyatakan oleh Blau dan Scott pada tahun 1962. Secara lebih rinci, Blau dan Scoot pada tahun 1962 mengklasifikasikan organisasi dalam empat jenis: (i) mutual-benefit organization (organisasi yang anggota- anggotanya yang saling memberikan keuntungan satu sama lain seperti partai dan serikat kerja), (ii) business organizations (organisasi yang tujuan utamanya mencapai keuntungan, seperti perusahaan, bank, pabrik), (iii) service organizations (organisasi yang bertujuan, secara terus menerus, memberikan pelayanan tertentu untuk orang- orang tertentu pula seperti sekolah, rumah sakit dan social care institutions), serta (iv) commonweal organizations (organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan untuk komunitas lokal dan juga umum, seperti organisasi pemerintahan, tentara, dan polisi) (Des Grades, 2004).
  • 5. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 81 dikembangkan oleh pakar. Secara rinci, model-model tersebut adalah: (i) Weisbord’s Six Box Model pada tahun 1976, (ii) Congruence Model for Organizational Analysis pada tahun 1977, (iii) McKinsey 7-S Model (Model 7-S dari McKinsey) pada tahun 1980 dan 1981, (iv) Tichny’ s Technical Political Culture (TPC) Framework pada tahun 1983, (v) High Performance Programming pada tahun 1984, (vi) Diagnosing Individual and Group Behaviour pada tahun 1987, dan (vii) Burke-Litwin Model of Organizational Performance and Change pada tahun 1992. Pada tahun 1990, Model 7-S dari McKinsey dikembangkan oleh Pascale menjadi Model Pascale’s Adaptation (Pascale, 1990) dan pada tahun 1994, Model 7-S dari McKinsey dikembangkan lagi oleh D’Aveni menjadi New 7-S (D’ Aveni, 1994). Disamping kesembilan model tersebut, akhir-akhir ini berkembang pula sebuah model yang memberikan perspektif sistem untuk memahami kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi. Model tersebut adalah Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCtPE). MBCtPE pertama kali dikembangkan pada tahun 1987 oleh U. S Congress dalam rangka mengadopsi prinsip-prinsip manajemen pengendalian kualitas (TQM) (NIST,2003). Dengan demikian, sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 1994 terdapat 10 (sepuluh) model organisasi. Sehubungan dengan cukup banyaknya model organisasi yang dapat digunakan untuk membenahi fungsi-fungsi internal organisasi, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah model mana yang paling tepat untuk membenahi fungsi internal organisasi sehingga model tersebut dapat menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG dengan baik? TINJAUAN PUSTAKA Organisasi Sebagai Suatu Sistem yang Terbuka Organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka mengacu pada pandangan yang dikemukakan oleh teori organisasi moderen yang berkembang sejak tahun 1950-an. Dalam teori ini, organisasi cenderung dipandang sebagai berikut: (i) organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, (ii) di dalam organisasi terjadi transformasi masukan yang menghasilkan keluaran tertentu, masukan diperoleh dari lingkungannya sedangkan keluaran akan diberikan organisasi kepada lingkungannya, (iii) di dalam organisasi terdapat elemen- elemen yang penting yang saling berhubungan satu sama lain, serta (iv) organisasi memiliki tujuan dan batasan tertentu yang membedakan organisasi tersebut dari lingkungannya. Pandangan tentang organisasi yang dikemukan oleh teori organisasi moderen tersebut, terutama memberikan wawasan kepada manajemen untuk memandang organisasi secara keseluruhan maupun sebagai bagian dari lingkungan eksternal (Reksohadiprodjo dan Handoko, 2004). Secara lengkap, penggambaran organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka dapat dilihat pada Gambar 2. berikut. Gambar 2. Organisasi sebagai sistem terbuka dari Kast dan Rosenzweig pada tahun 1986 (Kreitner dan Kinicki, 2004) Dalam perkembangannya, pandangan tentang organisasi sebagai suatu sistem terbuka yang dikemukakan oleh teori organisasi moderen telah digunakan oleh beberapa pakar untuk membuat model- model organisasi. o Budaya o Filosofi o Tujuan keseluruhan o Tujuan kelompok o Tujuan individu o SDM o Sikap o Persepsi o Motivasi o Dinamika kelompok o Kepemimpinan o Komunikasi o Hubungan antar personil o Penetapan tujuan o Perenancanaan o Penyusunan sumber daya o Pengorganisasi o Pengimplementasian o Pengontrolan Subsistem tujuan dan nilai-nilai Subsistem teknis o Pengetahuan- pentetahuan o Teknik-teknik o Fasilitas- fasilitas o Peralatan Subsistem budaya Subsistem psikologi o Tugas-tugas o Aliran Kerja o Kelompok- kelompok kerja o Kewenangan o Aliran informasi o Prosedur-prosedur o Aturan-aturan Subsistem manajerial Output o Produk o Jasa o Kepuasan manusia o Keberlangsung- an dan pertumbuhan organisasi o Keuntungan sosial Input o Material o Uang o Usaha-usaha manusia o Informasi
  • 6. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 82 Karateristik Sistem dari Sepuluh Model Organisasi Sebagaimana telah disinggung pada Bagian Pendahuluan, sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 1994 terdapat 10 (sepuluh) model organisasi. Model-model ini dapat pula disebut sebagai model sistem dari organisasi, karena pada dasarnya, model-model ini terkait dengan penggambaran organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka dengan berbagai elemen yang membentuknya. Sebagai suatu sistem, karateristik dari kesepuluh model tersebut dapat rinci berdasarkan sejumlah faktor yang membentuknya dan menurut Daellenbach (1994), faktor-faktor yang membentuk karateristik dari suatu sistem dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengamat (observer): siapa yang tertarik pada sistem? 2. Tujuan (purpose): mengapa mendefinisikan sistem? 3. Lingkungan (environment): hal-hal yang terdapat di luar sistem yang menentukan batas-batas dari sistem. 4. Input (inputs): hal-hal yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem; input dapat berupa seseuatu yang dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan oleh sistem (variabel atau parameter keputusan). 5. Output (outputs): hal-hal yang dipengaruhi oleh sistem, termasuk ukuran dari kesuksesan. 6. Komponen atau elemen (components): hal-hal yang terdapat di dalam sistem. 7. Hubungan atau proses transformasi (relationship/ transformation process): hubungan antara input, output, dan komponen-komponen dari sistem. Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor yang menjadi karateristik dari suatu sistem tersebut, kesepuluh model yang telah diuraikan dalam Bagian Pendahuluan dapat dirinci sebagaimana tampak dalam Tabel 2. PEMILIHAN MODEL ORGANISASI Kriteria Pemilihan Model Kriteria adalah serangkaian standar yang dapat digunakan untuk memilih sesuatu, sehingga suatu keputusan dapat dibuat setelah suatu subyek diidentifikasikan (www.indiana.edu/~iuaudit/ glossary. html,2005). Dengan kata lain, kriteria adalah standar yang dapat digunakan untuk membedakan satu subyek terhadap subyek lainnya sehingga dapat dihasilkan suatu keputusan. Berdasarkan kondisi ini, faktor- faktor yang menggambarkan karakteristik dari setiap model sistem organisasi (siapa pengamat dari sistem, tujuan sistem, lingkungan sistem, input, output, dan komponen sistem, serta hubungan atau proses transformasi di dalam sistem), dapat dibedakan menjadi faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai kriteria dan faktor-faktor yang tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk memilih model sistem organisasi yang dapat menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip- prinsip GCG. Dalam hal ini, hanya faktor- faktor yang dapat membedakan dengan jelas antara satu model sistem organisasi dengan model organisasi lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria. Berikut adalah faktor-faktor yang tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk memilih model sistem organisasi: Pengamat. Pengamat tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk memilih model sistem organisasi. Pengamat dari seluruh model sistem organisasi adalah mereka yang akan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan organisasi. Adanya pandangan tentang kesamaan pengamat bagi seluruh model, menyebabkan faktor pengamat tidak dapat dijadikan sebagai kriteria untuk memilih model atau sebagai kriteria yang membedakan satu model dengan model yang lainnya. 1. Lingkungan sistem. Berdasarkan penggambaran lingkungan dalam model, model-model dapat dibedakan menjadi dua. Model-model yang menggambarkan lingkungan secara eksplisit dan model-model yang menggambarkan lingkungan secara implisit (tidak eksplisit). Akan tetapi karena tujuan dari pemilihan model ini
  • 7. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 83 adalah memilih model yang dapat menggambarkan dengan jelas kondisi dari setiap elemen organisasi (fungsi- fungsi internal yang terdapat di dalam organisasi), maka tidak menjadi masalah apakah model menggambarkan lingkungan eksternal secara eksplisit atau implisit. Dengan kata lain, berdasarkan kondisi yang perlu digambarkan dengan jelas oleh model yang terpilih, penggambaran lingkungan dalam model bukan merupakan kriteria atau bahan pertimbangan yang tepat untuk memilih model. 2. Eksplisit tidaknya penggambaran input dan output. Berdasarkan input- ouputnya, kesepuluh model dapat dibedakan menjadi dua. Model-model yang menggambarkan input-outputnya secara eksplisit dan model-model yang tidak menggambarkan input-outputnya eksplisit. Eksplisit atau tidaknya penggambaran input dan output di dalam model tidak dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model Hal ini disebabkan, sebagaimana digambarkan dalam Gambar 2.1, sebagai suatu sistem, model-model tersebut tetap memerlukan input dan menghasilkan output tertentu. Input dapat berupa sumber daya manusia dan modal, sedangkan output dapat berupa produk, jasa, kepuasan manusia, keberlangsungan pertumbuhan organisasi, keuntungan sosial, dan sebagainya. Dengan demikian, berdasarkan hasil eliminasi tersebut, hanya ada empat faktor yang dapat dijadikan sebagai kriteria untuk memilih model, yaitu ujuan sistem, cakupan dari output sistem, komponen sistem, dan hubungan atau proses transformasi di dalam sistem. 1. Tujuan model vs tujuan pemilihan model Sebagaimana tampak dalam Tabel 2.1.,tidak ada satupun model yang tujuannya sama persih dengan tujuan pemilihan model yaitu mendapatkan model organisasi yang dapat menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG. Namun demikian, dilihat dari tujuan awal yang ingin dicapai oleh setiap model, kesepuluh model tersebut dapat dibedakan menjadi model-model yang tujuannya memang kurang sesuai karena tidak mampu menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG dan model-model yang cukup sesuai karena dapat menggambarkan dengan cukup jelas hubungan tersebut. Model-model yang tujuannya kurang sesuai karena tidak mampu menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG, dapat dirici sebagai berikut: Weisbord’s Six Model, Tichy’s TPC Framework, High- Performance Programming, Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence Diagnosing Individual and Group Behaviour, serta New 7-S.  Weisbord’s Six Model merupakan model yang hanya bertujuan untuk melihat kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Secara lebih rinci model ini bertujuan untuk memodelkan penyelesaian isu-isu internal di dalam organisasi, terutama dengan mencari kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Berdasarkan tujuannya, model ini kurang tepat untuk dipilih karena belum dapat menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan kinerja yang akan dicapai, yaitu keberhasilan perusahaan untuk mewujudkan prinsip-prinsip GCG  Congruence Model for Organizational Analysis bertujuan untuk memodelkan dampak kekongruenan dari berbagai level
  • 8. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 84 perilaku organisasi (perilaku level individu, kelompok, dan sistem) terhadap kinerja individu dan kinerja yang dicapai organisasi. Berdasarkan tujuan tersebut, model kurang tepat untuk dipilih karena yang ingin digambarkan dalam model yang terpilih adalah hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi (bukan hubungan antara berberbagai level perilaku organisasi) dengan kinerja yang dicapai organisasi, yaitu terwujudnya prinsip-prinsip GCG (bukan dengan kinerja individu).  Tichy’s TPC Framework merupakan model yang secara spesifik bertujuan untuk memodelkan dinamika hubungan diantara permasalahan teknik, politik, dan budaya serta memodelkan hubungan diantara elemen-elemen organisasi dalam menyelesaikan dinamika dari permasalahan teknik, politik, dan budaya tersebut. Berdasarkan tujuan tersebut model kurang tepat untuk dipilih karena yang ingin digambarkan dalam model yang terpilih adalah hubungan antara kondisi dari setiap organisasi dengan kinerja yang akan dicapai, yaitu keberhasilan perusahaan untuk mewujudkan prinsip-prinsip GCG dan tidak bermaksud untuk memodelkan dinamika hubungan diantara permasalahan teknik, politik, dan budaya yang berkembang di organisasi.  High-Performance Progamming merupakan model yang bertujuan untuk memodelkan perilaku pimpinan terhadap perfomansi yang dicapai oleh organisasi Berdasarkan tujuan tersebut, model kurang tepat untuk dipilih karena yang ingin digambarkan dalam model terpilih adalah hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi (tidak hanya kondisi dari elemen kepemimpinan) dengan kinerja yang dicapai, yaitu keberhasilan perusahaan untuk mewujudkan prinsip-prinsip GCG.  Diagnosing Individual and Group Behaviour merupakan model yang bertujuan untuk memodelkan keterkaitan antara kinerja di level kelompok dan individu, termasuk kualitas kehidupan kerja terhadap output atau kinerja yang dicapai organisasi. Berdasarkan tujuannya, model ini kurang relevan karena yang ingin digambarkan dalam model yang terpilih adalah hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi (bukan keterkaitan antara kinerja di level kelompok dan individu) dengan keberhasilan perusahaan untuk mewujudkan prinsip-prinsip GCG e.  Model Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence (MBCtPE) merupakan model yang betujuan untuk memodelkan peran dari kategori-kategori (elemen- elemen) yang terdapat dalam organisasi dalam rangka mengadopsi prinsip-prinsip manajemen pengendalian kualitas, dimana kepemimpinan merupakan pendorong yang utama yang diikuti dengan dua pendorong lainnya yaitu manajemen strategik dan fokus pada konsumen dan pasar. Berdasarkan tujuan tersebut, model kurang tepat untuk dipilih karena yang ingin digambarkan dalam model yang terpilih adalah hubungan antara setiap kondisi elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG, bukan hanya kondisi dari elemen kepemimpinan, elemen manajemen strategik, dan elemen fokus kepada konsumen dan pasar dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG  New 7-S merupakan model yang kurang relevan untuk digunakan, karena model tidak terkait dengan elemen-elemen organisasi. New 7-S lebih menggambarkan cara-cara untuk melakukan interupsi pada
  • 9. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 85 kondisi persaingan yang sangat ketat, sedangkan yang ingin digambarkan dalam rangka pembenahan fungsi internal organisasi adalah kondisi dari setiap elemen organisasi dengan kinerja yang akan dicapai, yaitu keberhasilan perusahaan untuk mewujudkan prinsip-prinsip GCG. Berbeda dengan ketujuh model diatas, tiga model lainnya yaitu, Model 7-S dari McKinsey, Burke-Litwin Model of Organizational Performance and Change, dan Model Pascale’s Adaptation adalah model-model yang cukup tepat untuk memodelkan hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG.  Model 7-S dari McKinsey bertujuan untuk memodelkan kekongruenan perubahan yang terjadi pada seluruh elemen organisasi dalam rangka mencapai output yang diinginkan. Berdasarkan hal ini, Model 7-S dari McKinsey dapat digunakan untuk memodelkan kekongruenan perubahan kondisi yang terjadi pada setiap posisi elemen organisasi dalam rangka mewujudkan prinsip- prinsip GCG.  Burke-Litwin Model of Organizational Performance and Change bertujuan untuk memodelkan posisi dari elemen- elemen transformasional dan elemen-elemen transaksional dalam menyikapi satu dorongan perubahan tertentu. Berdasarkan hal ini, Burke-Litwin Model of Organizational Performance and Change dapat digunakan untuk memodelkan kondisi dari setiap elemen-elemen organisasi yang termasuk dalam elemen transformasional dan elemen transaksional dalam menyikapi satu dorongan perubahan, yaitu mewujudkan prinsip-prinsip GCG.  Model Pascale’s Adaptation bertujuan untuk memodelkan wahana perjalanan bagi organisasi, dimana untuk suatu keadaan, setiap elemen organisasi dapat dipetakan pada posisi tertentu yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Berdasarkan hal ini, melalui pemetaaan setiap elemen organisasi pada posisi tertentu yang sesuai dengan prinsip- prinsip GCG, model Pascale’s Adaptation dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG. 2. Cakupan output model vs cakupan output dari pembenahan fungsi internal organisasi. Berdasarkan cakupan outputnya, kesepuluh model dapat dibedakan menjadi model-model yang outputnya adalah kinerja organisasi secara keseluruhan dan model-model yang membagi outputnya dalam berbagai level organisasi (level individu, level kelompok, dan level organisasi). Dalam hal pembenahan fungsi internal organisasi, output yang dituju adalah kinerja organisasi secara keseluruhan yaitu terwujudnya prinsip-prinsip GCG. Berdasarkan hal ini, Weisbord’s Six Model, Model 7-S dari McKinsey, High Performance Programming, Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence, Model Pascale’s Adaptation, dan New 7-S merupakan model-model yang lebih tepat untuk dipilih dibandingkan dengan ketiga model lainnya karena cakupan output dari model-model tersebut sejalan dengan cakupan output yang diharapkan akan dihasilkan dari pembenahan fungsi internal organisasi. 3. Komponen model vs komponen dalam pembenahan fungsi internal organisasi Berdasarkan komponennya, kesepuluh model dapat dibedakan menjadi model- model yang membedakan komponennya dalam berbagai level organisasi (level individu, level kelompok, dan level organisasi) dan model-model yang tidak membedakan
  • 10. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 86 komponennya dalam berbagai organisasi. Disamping itu, model- model juga dapat dibedakan menjadi model-model yang komponen atau elemennya terkait dengan elemen organisasi (seperti struktur, sistem, kepemimpinan, dan sebagainya) dan model-model yang komponen atau elemennya terkait dengan cara organisasi bertindak (membangun kecepatan, meningkatkan kepuasan pemegang saham, dan sebagainya). Sebagaimana tampak dalam Tabel 2.1, hanya Diagnosing Individual and Group Behaviour yang membedakan komponennya untuk berbagai level organisasi dan hanya New 7-S yang komponen atau elemennya menggambarkan cara dari organisasi bertindak. Berdasarkan hal tersebut, dari kesepuluh model organisasi, hanya Diagnosing Individual and Group Behaviour dan New 7-S yang kurang tepat untuk dipilih karena komponen dari kedua model tersebut tidak sejalan dengan komponen yang akan digambarkan dalam pembenahan fungsi internal organisasi. Komponen yang akan digambarkan dalam pembenahan fungsi interrnal organisasi adalah kondisi dari setiap elemen organisasi, bukan cara dari setiap elemen organisasi dan tidak dibedaan menurut level organisasi. 4. Hubungan atau proses transformasi vs hubungan atau proses transformasi dari pembenahan fungsi internal organisasi Untuk hubungan atau proses transformasi antar elemen, model- model dapat dibedakan menjadi dua, yaitu model-model yang hubungan antar elemennya tidak atau kurang jelas dan model-model yang hubungan antar elemennya jelas. Model-model yang hubungan antara elemennya jelas dapat dibedakan lagi menjadi: (i) model- model yang hubungan antar elemennya hanya bersifat dua arah saja, (ii) model- model yang membedakan hubungan antar elemennya menjadi hubungan yang bersifat satu arah dan dua arah, tetapi tidak membedakan mana hubungan yang relatif lebih kuat dari yang lainnya, dan (iii) model-model yang membedakan hubungan antar elemennya menjadi hubungan yang bersifat satu arah, dua arah, hubungan yang relatif lebih kuat, dan hubungan yang relatif lebih lemah. Model-model yang hubungan antar elemen atau proses transformasinya kurang atau tidak jelas, tidak dapat dipilih sebagai model untuk penelitian ini. Alasannya, model yang hubungan antar elemen atau proses transformasi kurang atau tidak jelas, tidak dapat memenuhi kriteria mekanisme transparansi sehingga penelitian ini tidak dapat membuat hubungan yang jelas antara posisi elemen-elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip- prinsip GCG. Siregar pada tahun 1991 menyatakan bahwa suatu model dikatakan baik jika seseorang dapat melihat mekanisme suatu model dalam memecahkan masalah; artinya seseorang bisa menerangkan kembali (melakukan rekonstruksi) tanpa ada yang disembunyikan. Jadi, jika dalam model tersebut terdapat suatu formula, maka formula tersebut dapat diterangkan kembali (Simatupang, 1994). Dengan demikian, berdasarkan kriteria kejelasan proses transformasi, terdapat dua model kurang tepat untuk dipilih karena tidak dapat menggambarkan dengan jelas hubungan antara kondisi setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG, yaitu Weisbord’s Six Box Model dan High Performance Programming. KESIMPULAN DAN SARAN Secara ringkas, hasil dari pemilihan model ini dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.
  • 11. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 87 Tabel 1. Hasil Pemilihan Model Tanda ceklist (√) yang terdapat pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa model cukup tepat untuk dipilih karena dapat menggambarkan dengan cukup jelas hubungan antara kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip- prinsip GCG; sedangkan tanda silang menyatakan kondisi yang sebaliknya. Berdasarkan hal ini, Model 7-S dari McKinsey dan Model Pascale’s merupakan 2 (dua) buah model yang paling tepat untuk dipilih karena keduanya mempunyai tanda ceklist (√) yang paling banyak. Model Pascale’s Adaptation sendiri merupakan perkembangan lebih lanjut dari Model 7-S dari McKinsey (Pascale, 1990). Dibandingkan dengan Model 7-S dari McKinsey, Model Pascale’s Adaptation mempunyai kelebihan. Model Pascale’s Adaptation menggambarkan secara lebih detil berbagai kondisi yang dihadapi oleh setiap elemen organisasi. Penggambaran secara detil ini dilakukan dengan memberikan kontinum yang memiliki dua polaritas dalam setiap elemennya. Adanya kontinum dengan dua polaritas ini memberikan kemudahan untuk menunjukkan strategi seperti apa, struktur seperti apa, sistem seperti apa, staf seperti apa, corak seperti apa, kecakapan seperti apa, serta nilai-nilai bersama seperti apa yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Berdasarkan hal ini, dibandingkan dengan Model 7-S dari McKinsey, Model Pascale’s Adaptation merupakan model yang lebih tepat untuk dipilih. Hasil penelitian ini terbatas pada memilih satu model yang paling tepat untuk menggambarkan dengan jelas kondisi dari setiap elemen organisasi dengan terwujudnya prinsip-prinsip GCG. Akan tetapi, dari model yang terpilih, penelitian ini belum menentukan kondisi elemen organisasi yang bagaimana yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Berdasarkan hal ini, penelitian lanjutan dapat dilakuan dengan mengkaji model yang terpilih secara lebih dalam sehingga dapat ditentukan strategi seperti apa, strategi seperti apa, struktur seperti apa, sistem seperti apa, staf seperti apa, corak seperti apa, kecakapan seperti apa, serta nilai-nilai bersama seperti apa yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. DAFTAR PUSTAKA 1. Black, B., Jang, H., dan Kim, W. (2003), Does Corporate Governance Affect Firm Value? Evidence from Korea, Research Paper Series,, KDI School of Public Policy and Management, 05/11. 2. Chen, K.C.W, Chen, Z., dan Wei, K.C.J. (2003), Disclosure, Corporate Governance, and The Cost of Equity Capital in Emerging Markets, Working Paper Series, Social Science Research Network. 3. D ‘Aveni, R.A. (1994), Hypercompetition, The Free Press, New York. 4. Daellenbanch, H.G. (1994), System and Decision Making, John Wiley & Sons, Chichester-England. 5. Des Grades (2004), Role Agricultural Cooperatives in Agricultural Development- The Case of Menoufiya Governorate, Disertasi, Rheinischen Model Tujuan model VS tujuan pemilihan model Cakupan output model VS cakupan output dari pembenahan fungsi internal organisasi Komponen model VS komponen dari pembenahan fungsi internal organisasi Hubungan/ proses transformasi VS hubungan/ proses transformasi dalam pembenahan fungsi internal organisasi Kesimpulan Jumlah tanda X Jumlah tanda √ Weisbord’s Six Box Model X √ √ X 2 2 Congruence Model for Organizational Analysis X X √ √ 2 2 McKinsey 7-S Framework √ √ √ √ 0 4 Tichy’s TPC Framework X X √ √ 2 2 High - Performance Programming X √ √ X 2 2 Diagnosing Individual and Group Behaviour X X X √ 3 1 Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence X √ √ √ 1 3 Burke-Litwin Model of Organizational Performance and Change √ X √ √ 1 3 Pascale’s Adaptation √ √ √ √ 0 4 New 7-S X √ X √ 2 2 Keterangan X: model kurang tepat untuk dipilih √: model cukup tepat untuk dipilih
  • 12. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. IV, No 1, Januari 2009 88 Friedrich-Wilhelms-Universitat, Egypt. 6. Djatmiko, H.E. (2004), Ada Kemajuan, Banyak Keprihatinan, SWA, XX, 4. 7. Falletta, S.V. (2005), Organizational Diagnostic Models: A Review & Synthesis, Leadersphere Inc., http://leadersphere.com/orgmodels.pd f. 8. Gill, A. (2002), CG Watch : Corporate Governance in Emerging Markets, http:// www.clsa.com 9. Gill, A. dan Allen, J. (2003), CG Watch Corporate Governance in Asia, http:// www.clsa.com 10. Gill, A. dan Allen, J. (2005), CG Watch Corporate Governance in Asia, http:// www.clsa.com 11. Gill, A. dan Allen, J. (2007), CG Watch Corporate Governance in Asia, http:// www.clsa.com 12. Indaryanto, K.G. (2004), Konsepsi Good Corporate Governance, dalam Suprayitno, G., Indaryanto, K.G, Yasni, S., Krismatono, D., Rita, L., dan Rahayu, R.G., Komitmen Menengakkan Good corporate Governance, The Indonesian Institute for Corporate Governance, Jakarta, Indonesia. 13. Kreitner, R. dan Kinicki, A. (2004), Organizational Behaviour, McGraw- Hill Companies. Inc, New York. 14. NIST (2003), Baldridge National Quality Program, www.baldrige.nist.gov 15. Pascale, R. (1990), Managing on the Edge: How Successful Companies Use Conflict to Stay Ahead, dalam Fox, C., McKinsey’s 7-S and Pascale’s Adaptation Thereof, http://www.chrisfoxinc.com/7SAndP ascale. htm. 16. PassMatrix (2004), Module 100: General Management and Organization, Samples Modul Certified Associate Business Manager, http://www.apbm. org/pdf/cabm-sample- modules/100.pdf 17. Patriadi, P. (2004), Segi Hukum Bisnis dalam Kebijakan Privatisasi BUMN Melalui Penjualan Saham di Pasar Modal Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, 8, 1, 32-75 18. Pinteris, G. (2002), Agency Costs, Ownership Structure and Performance in Argentine Banking, Working Paper, Department of Economics, University of Illinois. 19. Poeradisastra, T. (2005) : GCG, Antibiotik yang Ditakuti Perusahaan, SwaOnline, http://www.swa.co.id/swamajalah/saj ian. 20. Reksohadiprodjo, S. dan Handoko, H. (2004) : Organisasi Perusahaan: Teori, Struktur dan Perilaku, BPFE, Yogyakarta. 21. Sulistyanto, S. dan Wibisono, H. (2003) : Rekayasa Keuangan: Refleksi Sikap Oportunis Manajer?, Seri Kajian Ilmiah, 12, 1, http://artikel.us// hsulistyanto4.html. 22. The Indonesian Institute for Corporate Governance (2007) : Corporate Governance Perception Index (CGPI), http://www.iicg.org 23. Winasis, K.W., Abdullah, dan Sibuea, P. (2004), Lolosnya Kasus Indosat, http://www.majalahtrust.com/hukum.