1. TUGAS MANDIRI
SALAHUDDIN YUSUF AL-AYYUBI ( 1138 – 1193 M )
Oleh :
RAVELIA AMANDA
SITI MARYAM
VIII A
MTs ROUDLOTU THOLIBI
GUPPI 3 ASTOMULYO
2. Salahuddin Yusuf al-Ayubbi ( 1138-1193)
Salahuddin Yusuf al-Ayubbi dianggap sebagai pemburu di Mesir karena dapat
mengembalikan mazhab sunni. Beberapa usaha yang dilakukan oleh Salahuddin Yusuf al-
Ayubbi dalam membangun pemerintahan adalah
1. Mendirikan madrasah-madrasah yang menganut mazhab Syafi’i dan mazhab Maliki.
2. Mengganti kadi-kadi Syiah dengan kadi-kadi Suni.
3. Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi.
4. Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
Melihat keberhasilan itu, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberikan gelar
kepadanya al-Mu’izz li Amiril-Mu’minin. Khalifah al-Mustadi juga memberikan Mesir, an-
Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah, dan Magrib sebagai wilayah kekuasaan Salahuddin Yusuf
al-Ayubbi pada tahun 1175 M. sejak saat itu, ia dianggap sebagai Sultanul-Islam wal-
Muslimin.
Dalam masa pemerintahannya, Salahuddin Yusuf al-Ayubbi menghadapi pemberontakan dari
kalangannya sendiri. Hal itu terjadi karena keirian dan kedengkian terhadap keberhasilan
yang dicapai oleh Salahuddin Yusuf al-Ayubbi. Orang pertama yang merasa iri terhadap
Salahuddin Yusuf al-Ayubbi adalah Nuruddin Zanki. Ia merasa bahwa kebesarannya telah
tersaingi oleh Salahuddin Yusuf al-Ayubbi. Selain itu, Salahuddin Yusuf al-Ayubbi tidak
menepati janjinya untuk membantu Nuruddin Zanki dalam menghadapi tentara Salib yang
menguasai Kerak dan Syaubak.
Kepala rumah tangga Khalifah al-Adid yang bernama Hajib juga membenci Salahuddin
Yusuf al-Ayubbi. Ia merasa hak-haknya banyak dikurangi. Kemudian, ia bersekongkol
dengan tentara an-Naubah dari Sudan untuk menggulingkan Salahuddin Yusuf al-Ayubbi.
Pemberontakan lain muncul dari kaum Asassin yang dipimpin oleh Syek Sinan. Selain itu,
3. kelompok Zanki yang merupakan pembela al-Malik as-Salih Ismail juga mengadakan
persekongkolan dengan al-Gazi (penguasa Mosul dan paman al-Malik as-Salih Ismail) untuk
menjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayubbi. Semua pemberontakan itu dapat diselesaikan
oleh Salahuddin Yusuf al-Ayubbi, baik dengan jalan damai maupun peperangan.
Selain menghadapi pemberontakandari kalangan sendiri, Salahuddin Yusuf al-Ayubbi
menghadapi ancaman yang besar dari tentara Salib. Mereka adalah orang-orang Krinten
Franka, nenek moyang bangsa Prancis saat ini. Kekuasaan Salahuddin Yusuf al-Ayubbi yang
makin besar membuat mereka merasa terancam. Untuk itu, mereka meminta bantuan Prancis,
Jerman, Inggris, Bizantium dan Paus untuk menguasai kembali daerah-daerah mereka yang
dikuasai Salahuddin Yusuf al-Ayubbi, termasuk Baitulmakdis.
Perang melawan tentara Salib yang pertama adalah melawan Amalric I, Raja Yerusalem.
Selanjutnya, melawan Balwin IV ( putra Almaric I ) dan melawan Raynald de Chatillon
(penguasa Benteng Karak di sebelah timur Laut Mati). Kemudian, melawan Raja Baldwin V
sehingga kota-kota seperti Tiberias, Nasirah, Samaria, Suweida, Beirut, Batrun, Akra,
Ramalah, Gaza, Hebron, Baitul Makdis, Bait al-Lahm dan Gunung Zaitun berhasil dikuasai
Salahuddin Yusuf al-Ayubbi pada tahun 1187M. setelah berhasil menguasai kota-kota
tersebut, Salahuddin Yusuf al-Ayubbi menbangun sekolah-sekolah, rumah sakit, serta
membangun kembali Masjidilaksa. Salib yang terpasang di atas Kubah batu segera
diturunkan.
Setelah Baitulmakdis dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-Ayubbi, Paus Gregory
mengumandangkan Perang Salib. Hal itu segera disambut oleh orang-orang Eropa.
Selanjutnya, perang ini diteruskan oleh Clement III yang menggantikan Gregory. Selain
Clement III, bebrapa penguasa yang membantu dalam perang melawan Salahuddin Yusuf al-
Ayubbi adalah :
4. a. Philip II, Raja Prancis
b. Richard I (The Lion Heart), Raja Inggris
c. William, Raja Sisilia
d. Frederick Barbarbossa, Kaisar Jerman
Peperangan pun terjadi dalam waktu bertahun-tahun lamanya. Akhirnya, peperangan itu
diakhiri dengan perjanjian damai. Adik Raja Richard I dinikahkan dengan adik Salahuddin
Yusuf al-Ayubbi yang bernama al-Adil. Selanjutnya, al-Adil menjadi penguasa di
Baitulmakdis. Orang Nasrani bebas keluar masuk untuk beribadah dengan syarat tidak
membawa senjata.
Setelah perang melawan tentara Salib selesai, Salahuddin Yusuf al-Ayubbi memindahkan
pusat pemerintahannya ke Damaskus. Ia meninggal disana tahun 1193 M dalam usia 57
tahun.
5. Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Ayyubiyah
Pada masa Dinasti Fatimiah, al-Azhar didirikan sebagai media penyebarluasan paham Syiah.
Pada masa Dinasti Ayyubiyah yang menganut mazhab Suni, al-Azhar berubah menjadi media
penyebarluasan mazhab Suni. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan datangnya
ulama-ulama masyhur untuk mengajar di al-Azhar. Beberapa ulama tersebut adalah
1. Abdul Latif al-Bagdadi, ahli ilmu mantik dan bayan.
2. Syek h Abdul Qasim al-Manfalubi, ahli fikih
3. Syamsuddin Khallikan, ahli sejarah
4. Abu Abdullah al-Quda’I, seorang ahli fikih, hadis dan sejarah
5. Al-Hufi, ahli bahasa
6. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu
7. Hasan bin Khatir al-Farisi, ahli fikih dan tafsir.
Selain itu, beberapa karya tulis juga dihasilkan pada masa itu. Beberapa karya tulis di
antaranya ditulis oleh Abu Abdullah al-Quda’I, yaitu :
1. Asy-Syihab (Bintang)
2. Sanadus-Sihah (Perawi hadis-hadis Sahih)
3. Manaqib al-Imami asy-Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i)
4. Anba’ al-anbiya (Cerita para Nabi)
5. Uyun al-Ma’arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan)
6. Al-Mukhtar fiz-Zikr al-Khutat wa al-Asar (Buku tentang Sejarah Mesir)