1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak berkebutuhan khusus dan kategori kekhususan belajar yang dapat dialami anak, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autisme, dan lainnya.
2. Juga dibahas strategi pembelajaran yang sesuai bagi setiap kategori kekhususan untuk memfasilitasi proses belajar anak berkebutuhan khusus.
3. Terakhir membahas tentang pengert
2. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN KEBUTUHAN DALAM BELAJAR
RINI NATALINA SITANGGANG
7223342005
MARIA FINSENSIA SIHALOHO
7223142020
IMMANUEL H SIBURIAN
7183342006
KARINA LOLO LIMBONG
7222442002
MELBA DAMANIK
7223142021
JERSY ARISANA SIMARMATA
7223142027
DOSEN PENGAMPU: Drs. DAITIN TARIGAN M.pd
3. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan
khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Kebutuhan mungkin disebabkan oleh kelainan
atau memang bawaan dari lahir atau karena masalah tekanan ekonomi,
politik, sosial, emosi, dan perilaku yang menyimpang. Disebut berkebutuhan
khusus karena anak tersebut memiliki kelainan dan keberbedaan dengan
anak normal pada umumnya.
4. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
MENURUT BEBERAPA AHLI
• Menurut Suran dan Rizzo (1979) Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau
Anak Luar Biasa ALB adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam
beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya.
• Menurut Ramadhan (2013) ABK adalah peserta didik yang memiliki
perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak pada
umumnya.
Jadi dapat kami simpulkan dari pemaparan di atas, ABK dapat diartikan
sebagai peserta didik yang memiliki kekhususan dan kebutuhan yang
berbeda dengan peserta didik normal lainnya. Kekhususan yang berbeda
tersebut meliputi fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional.
Sehingga setiap kekhususan yang di alami anak berkebutuhan khusus
membutuhkan penanganan dan pembelajaran yang berbeda pula.
5. KATEGORI KEKHUSUSAN BELAJAR
Anak dengan kesulitan belajar khusus atau Specific Learning
Disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan
pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan
mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
70/2009 Pasal 3 ayat 1 , Penggolongan PDBK dibagi menjadi:
Hambatan Penglihatan. Hambatan penglihatan pada anak disebut
dengan istilah tunanetra. Anak yang tergolong tunanetra tidak
dapat atau kurang dapat melihat. Karakteristiknya:
Sering menabrak ketika bergerak, Kesulitan membaca huruf pada buku
bacaan atau tulisan pada papan tulis, kesulitan menulis pada garis lurus,
Memegang buku dekat dengan muka ketika membaca, Sering mengeluh
kepala pusing, dan lain lainnya.
6. Hambatan Pendengaran. Hambatan pendengaran dikenal dengan
istilah tunarungu. Anak yang memiliki hambatan pendengaran tidak
dapat atau kurang dapat mendengar. Kesulitan untuk mendengarkan,
kebayakan diikuti dengan kesulitan untuk berbicara, sehingga anak-
anak yang mengalami gangguan pendengaran kebanyakan juga
mengalami gangguan bicara.
Karakteristik menurut UNESCO:
Tidak menyadari adanya bunyi atau suara, Tidak dapat melihat ke
sumber suara, Terlihat mendekatkan telinga pada sumber suara
Sulit untuk berbicara atau berbicara dengan kata yang tidak jelas
dengan suara keras, Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan
tepat,dan lain lainnya
7. Hambatan Gerak. Istilah lain dari hambatan gerak dikenal dengan
tunadaksa. Anak yang memiliki hambatan gerak biasanya kurang
dapat menggunakan tangan dan kakinya untuk bergerak.
Tingkat hambatan:
Ringan: memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik,
kualitas gerakan motorik dapat meningkat melalui terapi
Sedang: memiliki keterbatasan motorik, mengalami gangguan
koordinasi sensorik
Berat: memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik, tidak
mampu mengontrol gerakan fisik
Karakteristik: Sulit menggerakan tubuh, Sulit untuk berpindah dari
suatu posisi ke posisi lain, Sulit meraih/mengambil benda di tempat
yang tinggi, Gerakan tubuh kaku dan layu, Sering terjatuh
8. Hambatan Intelektual. Berbagai istilah yang sering digunakan untuk
hambatan intelektual yaitu retardasi mental, cacat mental, gangguan
intelektual atau tuna grahita. Anak yang biasanya mengalami
perkembangan yang lambat secara fisik, memiliki kemampuan
inteligensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku.
Karakteristik: Perilaku tidak sesuai dengan usia (kekanak-kanakan),
Sulit memahami hal yang abstrak, Sulit mengingat atau daya ingat
lemah, Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit, Membutuhkan
pengulangan dalam belajar, dan lain lainnya.
9. Kecerdasan Istimewa. Anak yang memiliki kecerdasan istimewa
disebut juga cerdas istimewa bakat istimewa (gifted and talented).
Anak tersebut biasanya memiliki kelebihan dan keistimewaan dalam
hal kecerdasan, kreativitas, kemampuan berpikir secara kritis dan
memiliki kemampuan mengekspresikan diri dalam beberapa bahasa,
namun mereka cenderung mengalami kesulitan dalam belajar dan
kesulitan dalam berprilaku yang berdampak pada tampilan nilai
akademis, konsep diri, dan cara bersosialisasi.
Karakteristik: Cepat mengerti instruksi, Cepat memahami
konsep/penjelasan, Cepat mengerjakan tugas, Menunjukan keterlibatan
yang tinggi, Punya komitmen, Kreatif dan inovatif, Memiliki skor
intelegensi diatas 130 (Bagi anak cerdas istimewa), Mudah bosan bila
pelajaran diulang,Memiliki kemampuan untuk memimpin kelompoknya,
dan lain lainnya.
10. Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar memiliki arti yaitu hambatan
dalam satu atau lebih proses psikologi dasar yang melibatkan
pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tertulis, yang
termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurna
untuk mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja,
atau melakukan perhitungan matematika.
Karakteristik: Kesulitan dalam mengekspresikan diri, Kesulitan
dalam menulis/membaca, Kesulitan dalam memahami arah dan kikuk
dalam bergerak, Menunjukan gangguan orientasi arah ruang (kanan-
kiri, atas-bawah, depan-belakang), Keterlambatan perkembangan
konsep (ukuran, bentuk, operasi aritmatika).
11. Lambat Belajar. Anak lamban belajar termasuk anak yang mengalami
kelemahan kognitif (cognitive impairment). Mereka membutuhkan
waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Anak dengan
kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk
mempelajari keterampilan atau ilmu baru, tetapi masih dapat belajar
dan berpartisipasi di sekolah umum dengan bantuan dan modifikasi
tertentu
Karakteristik: IQ di antara 70-90, Proses belajar lambat sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama, Nilai pada seluruh mata
pelajaran rendah
12. AUTIS. Autis yaitu anak yang memiliki gangguan perkembangan yang
secara signifikan mempengaruhi kemampuan komunikasi verbal dan
non-verbal serta interaksi sosialnya. Autisme atau autism spectrum
disorder (ASD) adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius dan
kompleks yang memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia.
Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi, bersoliasisasi, berperilaku, dan belajar.
Karakteristik: Memiliki aktivitas yang berulang-ulang, Terlambat
dalam perkembangan komunikasi/Bahasa, Rentan terhadap
perubahan lingkungan atau perubahan aktivitas rutin, Tidak ada
kontak mata, Menunjukan respon yang tidak biasa terhadap
pengalaman sensorik, Mengalami hambatan dalam bahasa dan
interaksi sosial, Pada beberapa anak ada yang memiliki kemampuan
khusus yang berkembang sangat baik, dan lain lain.
13. Tunalaras. Tunalaras atau tunasosial dikenal juga dengan istilah
medis sebagai emotional disturbances, behavior disorders,
emotionally handicapped, atau maladjusted children. Anak tunalaras
adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan gangguan dalam
berinteraksi dengan teman sebayanya ataupun masyarakat
sekitarnya. Anak tunalaras juga mempunyai kebiasaan melanggar
norma dan nilai kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk sopan santun dalam berbicara
maupun bersosialisasi dengan orang lain.
Hambatan Wicara, Hambatan wicara dapat juga disebut
dengan istilah tunawicara. Tunawicara yaitu mereka yang
menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat
berbicara dengan jelas
14. KEKHUSUSAN BELAJAR DI SLB
Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Anak
berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK
temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi
yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana
alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-
anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori
ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity
Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas
(Gifted), dan lain-lain. Untuk menangani ABK tersebut dalam setting
pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus.
15. Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra . Strategi pembelajaran
pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal
dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang
meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru,
lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan efektif dan efesien
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat. Strategi pembelajaran yang
sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
meneentukan strategi pembelajaran adalah : Pembelajaran harus
diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas dan Tidak hanya
mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga
mengembangkan kecerdasan emosional.
16. Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita . Strategi pembelajaran
anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda
dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita
antara lain : Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, Strategi
kooperatif, Strategi modifikasi tingkah laku .
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa. Strategi yang bias
diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut: Pendidikan integrasi (terpadu), Pendidikan
segresi (terpisah) dan Penataan lingkungan belajar .
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras. Untuk memberikan layanan
kepada anak tunalaras, Kauffman mengemukakan model-model
pendekatan sebagai berikut : Model biogenetic, Model behavioral/tingkah
laku, Model psikodinamika dan Model ekologis.
17. Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar. Anak
berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan
remedial teaching . Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui
remedial sesuai dengan tingkat kesalahan. Anak berkesulitan belajar
berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan
urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu. Strategi yang biasa
digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif,
heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan
modifikasi perilaku.
18. KEKHUSUSAN DI SEKOLAH INKLUSIF
Pengertian sekolah inklusi adalah sekolah yang memberi ruang
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mendapatkan
kesempatan yang sama seperti anak sekolah pada umumnya.
Dalam pendidikan inklusif, semua siswa memperoleh dukungan yang sama
dalam proses pembelajaran di kelas. Namun, siswa berkebutuhan khusus
mendapatkan pendampingan dari guru pendamping khusus.Prinsip utama
yang dipegang sekolah inklusif adalah bahwa setiap anak bernilai sama,
diperlakukan dengan hormat, dan memberi ruang untuk belajar yang setara.
Beberapa perbedaan mencolok sekolah inklusi dengan sekolah biasa adalah:
1. Memberi ruang untuk murid berkebutuhan khusus
2. Pengajaran Kolaboratif
3. Memahami tiap anak unik
4. Memandang perbedaan sebagai hal yang “normal”
19. KESIMPULAN
Kesimpulan yang kita dapat dari makalah ini mengenai anak yang
memiliki kebutuhan khusus diartikan sebagai peserta didik yang memiliki
kekhususan dan kebutuhan yang berbeda dengan peserta didik normal
lainnya. Kekhususan yang berbeda tersebut meliputi fisik, mental,
intelektual, sosial maupun emosional. Sehingga setiap kekhususan yang di
alami anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan dan
pembelajaran yang berbeda pula. Orang tua dan guru sangat berperan
penting dalam perkembangan anak yang memgalami kebutuhan khusus
karena mereka adalah peranan penting dalam memberikan
pengembangan serta metode asuh dan cara megembangkan pola serta
metode pendekatan terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus.