Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar
1. TEKNIK TES DAN TEKNIK NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi
1.Penilaian adalah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif (berbentuk pernyataan)
seperti baik, cukup, sedang, dan kurang.
2.Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kantitatif (penilaian dalam bentuk angka) seperti 6, 7, 45,
85.
3.Evaluasi adalah proses melakukan penilaian dan pengukuran.
B. Teknik Evaluasi
1.
TEKNIK TES
Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada dua individu yang
persis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti
keagungan Allah SWT atas segala ciptaanNya dan agar kita semua berbakti
kepadaNya.
1.
Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan
arti:
“piring
untuk
menyisihkan
logam-logam
mulia”
(maksudnya
dengan
menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia
yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam
bahasa Arab: Imtihan.
2. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di
atas, yaitu : test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa
berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan
tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan
percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jamak) adalah
pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang
dikenai pekerjaan (= tercoba).
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul
Psychological testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta
dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis
atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya
berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang
sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan
menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk
membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lainnya. Dan menurut
Grounland (1968) mengatakan bahwa, “An achievement test is a systematic
procedure
for
determining
the
amount
a
student
has
learned”.
Dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi
pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
3. pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi testee.
2.
Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1. a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai
oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
b.Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan.
3. Tujuan Tes
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui,
yaitu:
1. Tingkat kemampuan awal siswa
2. Hasi belajar siswa
3. Perkembangan prestasi siswa
4. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
5. Kemampuan memecahkan masalah
6. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
7. Kemampuan menggunakan bahasa lisan
4. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
4. Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki:
Validitas
Reliabilitas
Objektivitas
5. Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a.Penggolongan
Tes
Berdasarkan
Fungsinya
Sebagai
Alat
Pengukur
Perkembangan/ Kemajuan Belajar Peserta Didik.
1)
Tes Seleksi.
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes
digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian
banyak calon yang mengikuti tes.Materi tes pada tes seleksi merupakan materi
prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon peserta
didik. Isi materi terdiri atas butir-butir soal yang cukup sulit.
2)
Tes Awal.
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan
5. diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang
dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu
maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.
3)
Tes Akhir.
Tes akhir sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah
dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.Isi materi tes akhir
adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting.
4)
Tes Diagnostik.
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat , jenis
kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik
itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes
ini juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik
sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk
dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”Materi tes diagnostik pada umumnya
ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman
sulit dipahami peserta didik. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan,
tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
5)
Tes Formatif.
Tes formatif atau formative test adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan
tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses
6. pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan pada
pertengahan program pembelajaran, yaitu dilaksanakannya pada setiap kali satuan
pelajaran atau subpokok bahasan terakhir. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu
berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.
6)
Tes Sumatif.
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah
“Ulangan Umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya
digunakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butirbutir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit
atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.Tujuan tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka
menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.
Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap
Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Tes Intelegensi (intellegency test)
Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang.
7. 2. Tes Kemampuan (aptitude test)
Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar
atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3. Tes Sikap (attitude test)
Yaitu tes yang dipergunakan untuk mengungkap predis posisi atau
kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
4. Tes Kepribadian (personality test)
Yaitu tes yang dilaksanakan dnegan tujuan mengungkapkan cirri-ciri khas
dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, sperti gaya bicara, cara
berpakaian, nada suara dan lain-lain.
5. Tes Hasil Belajar (achievement test)
Yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian
atau prestasi belajar.
c.Penggolongan Tes Berdasarkan Jumlah Peserta Didik
Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu:
1)
Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang
testee saja, dan;
2)
Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu
orang testee.
8. d. Penggolongan Tes Berdasarkan Waktu yang Disediakan
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan;
2)
Speed test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
e. Pengenggolongan Berdasarkan Bentuk Respon
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yaitu:
1)
Verbal test, yakni suaut tes yang menghendaki respon (jawaban) yang
tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun
secara tertulis, dan;
2)
Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee
bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau
tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa
perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
f. Penggolongan Tes Berdasarkan Segi Cara Mengajukan Pertanyaan dan Cara
Memberikan Jawaban
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
9. 1)
Tes tertulis(pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam
mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee
memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2)
Tes lisan(nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester di dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee
memberikan jawabannya secara lisan pula.
2.
TEKNIK NONTES
Tekniknontes: yaitu teknik evaluasi yang tidak menggunakan perangkat soal yang
harus dikerjakan oleh siswa. Yang termasuk teknik non-tes seperti:
a. Skala bertingkat (Rating Scale)
b. Kuesioner (Questionaire)
c. Daftar cocok (Check List)
d. Wawancara (Interview)
e. Pengamatan (Observation)
f. Pemeriksaan dokumen (Documentary Analysis)
g. Riwayat hidup
h. Skala sikap
a. Skala bertingkat (Reting Scale)
10. Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: “Rating gives a numerical value to
some kind of judgement”, maka suatu skala selal disajikan dalam bentuk angka.
Sebagai contoh adalah skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk
menggambarkan tingkat pretasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8,
digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran
skor 5.
.
.
.
.
.
4
5
6
7
8
Angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang sama,
meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi, hal ini disebut
dengan skala bertingkat.
b. Kuesioner (Questionaire)
Kuesioner (Questionair) juga sering dikenal sebagai angket.
Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner dapat diketahuin tentang keadaan atau data
diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya.
Macam-macam kuesioner ditijau dari beberapa segi.
a). Ditinjau dari segi siapa yang menjawab
(1) Kuesioner Langsung
11. Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung
oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
(2) Kuesioner Tidak Langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan
orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan
untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tentangga, dan
sebagainya.
b). Ditinjau dari segi cara menjawab
Ditinjau dari segi cara menjawabnya, kuesioner dibedakan atas:
(1) Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan
jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
dipilih. Kuesioner tertutup merupakan daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih
jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada
awaban yang ia anggap sesuai.
Contoh:
Tingkat pendidikan yang sekarang Anda ikuti adalah:
SD
SMP
SMA
SMK
Perguruan Tinggi
Tanda cek ( X ) dibubuhkan pada kotak di depan “Perguruan Tinggi” jika pengisi
berstatus mahasiswa.
12. (2) Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan
memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia
ketahui. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara
memilih plihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk
meminta pendapat seseorang.
Contoh:
Untuk membimbing mahasiswa ke arah kebiasaan membaca buku asing, maka
sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib.
Bagaimana pendapat Saudara?
Jawab: ............................
(3) Daftar Cocok
Daftar cocok (check lst) adalah deretan pertanyaan (yang bisanya singkat-singkat ),
dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) di tempat
yang sudah disediakan.
Contoh:
Berilah tanda pada kolom yang sesuai dengan pendapat Saudara.
Pendapat
Pernyataan
Penting
Biasa
Tidak Penting
13. 1. Melihat
pemandangan indah
2. Olahraga
setiap
pagi
3. Melihat film
4. Belajar Menari
5. Tulisan bagus
6. Berkunjung
ke
kawan
(4) Wawancara (interview)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahanbahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara, responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya Alat
yang digunakan adalah pedoman wawancara yang mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Zakiah Daradjat (1996: 177) Wawancara adalah pertemuan
antarpribadi yang dilakukan secara informal antara seorang atau sejumlah murid
dengan seorang dewasa untuk memperoleh pendapat otoritatif atas keteranganketerangan
informal
mengenai
beberapa
hal.
Sedangkan menurut Sobry Sutikno (2009:134) wawancara adalah komunikasi
14. langsung. Wawancara terdapat dua jenis yang digunakan sebagai alat evaluasi,
yaitu
1. Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal juga dengan wawancara
berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis adalah wawancara
yang sudah memiliki pertanyaan-pertanyaan dalam catatan pribadi. Dalam hal
ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang
sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan tersebut kadang-kadang bersifat
sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh
sebuah cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan
tanda cocok di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.
2. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal juga dengan
wawancara sederhana (simple interview), wawancara tidak sistematis atau
wawancara bebas. Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya
tanpa
dikendalikan
oleh
pedoman
tertentu.
Mereka
dengan
bebas
mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik
kesimpulan dari hasil wawancara bebas ini pewawancara atau evaluator akan
dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka
beraneka ragam. Mengingat daya ingat manusia dibatasi oleh ruang dan waktu,
maka sebaiknya hasil-hasil wawancara tersebut dicatat seketika. Mencatat hasil
wawancara terpimpin tidaklah terlalu sulit, sebab pewawancara sudah dilengkapi
dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, sebaliknya mencatat hasil
wawancara bebas adalah jauh lebih sulit, dan oleh karenanya pewawancara
harus terampil dalam mencatat pokok-pokok jawaban yang diberikan oleh para
interview.
15. Tujuan wawancara adalah :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan
suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau
orang tertentu.
Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat
perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dapat dicatat secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan alat
bantu perekam suara itu akan sangat embantu kepada pewawancara dalam
mengategorikan dan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta
didik atau orang tua peserta didik untuk pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
Kelebihan dari wawancara adalah dapat berkomuniakasi secara langsung kepada
peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya,
dapat memperbaiki proses dan hasil belajar, dan pelaksanaan wawancara lebih
fleksibel, dinamis, dan personal. Sementara kelemahan dari wawancara yaitu
wawancara memerlukan waktu yang lama jika peserta didiknya banyak, adakalanya
terjadi wawancara yang berlarut-berlarut tanpa arah sehingga data kurang valid, dan
sering timbulnya sikap kurang baik dari peserta didik yang diawawancarai dan sikap
over action dari pewawancara. Pedoman menyususn wawancara sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan wawancara.
2. Membuat kisi-kisi pedoman wawancara.
16. 3. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk
pertanyaan yang diinginkan. Untuk itu perlu diperhatikan kata-kata yang
digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap
defensif.
4. Melaksanakan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang
disiusun sehingga dapat diperbaiki.
5. Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.
(5) Pengamatan (observasi)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Alat yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun dalam
bentuk check list atau skala penilaian. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data
dan informasi mengenai suatu fenomena dan untuk mengukur perilaku kelas,
interaksi, dan kecakapan sosial.
5.1 Karakteristik Observasi
Observasi memiliki karakteristik antara lain:
1. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas, berarti agar pelaksanaan observasi tidak
menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya
evaluator harus menggunakan alat yang disebut dengan pedoman observasi.
2. Bersifat ilmiah, berarti dilakukan secara sisitematis, logis, kritis, objektif, fan
rasional.
17. 3. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi
4. Praktis penggunaannya.
Menurut Good dkk. mengemukakan enam ciri observasi, yaitu:
1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat
sekeliling untuk mencari kesan-kesan umum.
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis, bukan secara sesuka
hati dan untung-untungan mendekati situasi.
3. Observasi bersifat kuantitaif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah
laku tertentu.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan
dilakuakan secepat-cepatnya, bukan penyadarkan diri pada ingatan.
5. Observasi meminta keahlian, dilakukan seseorang yang memang telah terlatih
untuk melakukannya.
6. hasil-hasil observasi dapat di cek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan
kesahihan
5.2 Penggolangan Observasi
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Observasi berstruktur yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor
yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan
dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
18. 2. Observasi tidak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observasi tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi
oleh tujuan observasi itu sendiri.
Dilihat dari teknis pelaksanannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu :
1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap
objek yang diselidiki.
2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik
teknik maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil
bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
5.3 Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan peneliti menggunakan observaasi dalam mengumpulkan data dan
informasi sebagai berikut
1. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedang melakukan kegiatan
3. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru dapat diukur melalui
observasi
4. Tidak terikat dengan laporan pribadi
Sementara kelemahan dari observasi sendiri, yaitu
19. 1. Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada
kesan yang kurang menyenangkan dari observer
2. Biasanya masalah pribadi sulit diamati
3. Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer mengalami
kejenuhan.
6. Langkah-langkah Menyusun Observasi
Langkah-langkah menyusun pedoman observasi adalah
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan
dengan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun
penampilan guru dalam pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahankelemahan pedoman observasi
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
(6) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
20. Evaluasi mengenai kemajuan perkembangan atau keberhasilan peserta didik tanpa
menguji (teknik non tes) juga dilengkapi dan diperkaya dengan cara melakuakn
pemeriksaan terhadap dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik
dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak di dalam keluarga misalnya anak
kandung atau anak tiri beserta data-data yang berkaitan dengan anak peserta didik
lainnya. Selain itu, disamping dokumen yang memuat data-data mengenai peserta
didik, dokumen juga memuat informasi mengenai peserta didik. seperti informasi
mengenai nama, tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, tingkat jenjang
pendidikan, rata-rata penghasilan setiap bulan, berkerja dalam bidang apa dan
sebagainya yang berhubungan dengan informasi-informasi mengenai orang tua
peserta didik.
(7) Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama
dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka
subjek
evaluasi
akan
dapat
menarik
suatu
kesimpulan
tentang
kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
(8) Skala Sikap
Skala sikap merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap
suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan
bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang
dicari
individu
dalam
kehidupannya.
Sikap
merupakan
suatu
kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan
pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun
berupa obyek-obyek tertentu. Untuk mengukur sikap, dapat dilakukan
21. dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Ada 2
bentuk
pertanyaan
1.
Bentuk
2.
Bentuk
yang
pertanyaan
pertanyaan
menggunakan
skala
Likert
positif
untuk
mengukur
negatif
untuk
mengukur
ini
sikap
sikap
yaitu
:
positif
negatif.
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka evaluasi
hasil belajar peserta didik, evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan
dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik
nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi
hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi
kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran
tertentu, persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku
atau sikapnya dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin
dievaluasi
dengan
menggunakan
tes
sebagai
alat
pengukurnya.