2. SUI GENERIS DINAMIKA
TRADISI PENDIDIKAN
PESANTREN SALAFY
LIRBOYO KEDIRI
Rahmad Ikbal Devid
Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri
rahmadiqbal115@gmail.com
3. Sejauh ini pendidikan di Indonesia, yang mengalami perubahan perkembangan,
adalah pesantren. Pesantren lembaga pendidikan tertua yang sedang mengalami k
“krisis identitas” di era arus globalisasi. Dalam masa ini, budaya salaf menjadi
identitas diri dalam jati diri pendidikan pesantren salah satunya pesantren Lirboyo.
Pesantren Lirboyo merupakan salah satu pesantren terbesar Kediri yang menjadi
transcenter/ Icon pesantren lain dalam mempertahankan image salafy ditengah
pergempuran kemajuan teknologi dan komunikasi. Maka dari itu, pesantren
melakukan integrasi pendidikan agama dengan memadukan pendidikan umum.
Konsekuensi dari kondisi tsb pergeseran ciri-ciri tradisi dalam sistem pendidikan
pesantren. Maka bagaimana cara pesantren Lirboyo mempertahankan pendidikan
pesanren salafy yang dipadukan pendidikan umum didalamnya? Bagaimana pula
tradisi Lirboyo mengikuti arus zaman teknologi ini? Dinamika Keilmuan apa saja
yang dilakukan pesantren Lirboyo dalam menjaga kesinambungan dan perubahan
yang dilakukan?
PENDAHULUAN
4. Metode yang di gunakan kualitatif dengan pendekatan sosiologis fenomenologis. Pendekatan ini
digunakan untuk mencari sejauh mana pemaknaan pendidikan salafy di Lirboyo dari pelaku internal itu
sendiri, pengasuh, santri dan alumni.
Pendekatan historis guna menelusuri dimulai kapan pendidikan pesantren Lirboyo berdiri dengan
menggabungkan pendidikan formal didalamnya.
Adapun dalam pengumpulan data, yakni wawancara, dokumentasi dan literatus pustakawan terkait.
METODE
5. PEMBAHASAN
Tradisi Pendidikan Pesantren
Komunitas keagamaan pesantren berlandaskan oleh keinginan tafaqquh fi ad-diin
(mendalami ajaran agama), dengan kaidah yang menjadi soko gurunya, almuhafadzoh
ala al-qadim ash-sholih wa ala akhd bi al jadid al-ashlah ( memelihara tradisi lama yang
baik dan mengambil tradisi yang baru lebih baik). Keinginan dan kaidah merupakan nilai
pokok yang menjadi landasan dunia pesantren sebagai agen of change bagi masyarakat,
dalam membangun eksitensi pesantren identik dengan lembaga pemberdayaan serta
pengembangan masyarakat.
6. Pertama, Kitab Kuning Yang Berbentuk
Penawaran Atau Penyajian Ilmu Secara
Polos (Naratif) seperti sejarah, hadits,
tafsir dan lain-lainnya.
Dalam tradisi pesantren Lirboyo, tetap ada kajian kitab kuning sebagai
rujukan utama dalam pendidikan dan pengajaran.
Kedua, kitab kuning yang menyajikan materi
berbentuk kaidah-kaidah keilmuan seperti naḥw,
uṣūl al-fiqh, musṭālah al-ḥadīth, seperti: al-Qur’ān,
Ilmu Tauhīd, Fiqh, Nahwu, Sharf, Ilmu Tajwīd, Ilmu
Akhlāq, Ilmu Khat, dan Bahasa Arab
7. Sejarah Tradisi Salaf Dipondok
Pesantren Lirboyo
Pondok pesantren lirboyo berdiri pada tahun
1910 m. berdirinya pondok pesantren ini ditandai
dengan berdirinya mushalla yang dibangun oleh kiai
abdul karim (mbah manaf) di samping rumahnya. Beliau
mendirikan pondok pesantren atas perintah dari ayah
mertuanya kiai Sholeh Banjarmlati. Tahun 1913 m.
mushalla ini direnovasi dan difungsikan sebagai masjid
pondok. Kondisi sosial budaya masyarakat lirboyo pada
saat itu didominasi oleh kelompok masyarakat yang
mayoritas adalah para pelaku tindak kriminal. Dengan
ini pemikiran kiai Abdul Karim dan pondok pesantren
yang dirintisnya menjadi anomali yang tidak bisa
diterima begitu saja.
8. Resistensi masyarakat sekitar terhadap kehadiran pesantren lirboyo
ditunjukkan dalam bentuk ancaman fisik dan tekanan psikologis terhadap kiai
Abdul Karim dan keluarganya. Untuk mengatasi tekanan dan kondisi sosial
yang seperti itu, kiai Sholeh kemudian mengutus putranya yang kedelapan (kiai
Ya’kub) untuk membantu dakwah islam di desa Lirboyo. Awal tradisi keilmuan
yang dikembangkan oleh kiai Abdul Karim dengan mentransmisikan ilmu
melalui sistem pembelajaran sorogan dan bandongan. Cara ini adalah cara
lazim yang biasa digunakan oleh pesantren-pesantren salafy.
Kiai Abdul Karim memiliki otoritas penuh untuk menentukan model
pembelajaran dan jenis keilmuan yang harus ditempuh oleh para santrinya.
untuk merealisasikan hal tersebut, para dhurriyah memilih metode sorogan dan
bandongan menjadi model pembelajaran yang dianggap tepat pada masa itu
hingga saat ini.
9. Keontentikan Tradisi Salaf Di Pondok Pesantren Lirboyo
Alasan pendiri Lirboyo bersikukuh menegakkan
identitas pesantren Lirboyo adalah “pesantren
salafy”, hingga saat ini menjadi kiblat pesantren
salafy untuk pondok unit bahkan cabang di luar
Lirboyo. Selain itu, menjaga awal visi misi tujuan
pesantren itu sendiri yang orisinil dari pengajaran
ulama’ terdahulu.
Kiai Kafabihi Mahrus membagi 3 tingkat pendidikan
salafy.
10. Tingkat kesalafan Pondok Lirboyo
Secara umum Pondok Lirboyo Dibedakan Menjadi Tiga Tingkatan
1
3
2
Pondok salaf
murni
yaitu pondok yang santrinya fokus
mempelajari ilmu agama dengan
mempelajari materi yang tertuang di dalam
kitab kuning. Santri tidak diperbolehkan
untuk sekolah umum di luar pondok
pesantren. Kategori semacam ini bisa dilihat
seperti halnya yang terdapat pada pondok
induk Lirboyo Mubtadi’en dan Mubtadi’at.
Pondok salaf al-
Qur’an
Yaitu pondok dengan
mengkhususukan pusat penghafal
al-Qur‟an dan ilmu-ilmu yang terkait,
seperti ilmu tajwid, tafsir, dan lain
sebagainya. Karakterstik seperti ini
bisa dilihat pada beberapa pondok
unit seperti; Pondok Pesantren Putri
(P3HMQ), Pondok Pesantren Putri
Tahfidz Al-Qur’an (P3TQ), dan
Pondok Pesantren Murottilil Qur‟an
(PPMQ), Pondok al-Baqoroh,
pondok al-Ihsan. Ilmu tajdwid
menggunakan Jet tempur dan Famy
Syauqin.
Pondok salaf tidak
murni
Yaitu pondok yang santrinya
diperbolehkan untuk sekolah umum di
luar pondok pesantren seperti halnya
pondok unit PPHY dan PPDS, atau
diperbolehkan sekolah umum di dalam
lembaga pendidikan formal yang
didirikan oleh pondok tersebut seperti
halnya yang terlihat di pondok unit
PPST Ar-Risalah dan PPHM Al-
Mahrusiyah. Hanya saja, di pondok
pesantren unit yang seperti ini masih
tetap harus mengajarkan kitab kuning
sesuai ketentuan yang berlaku.
11. Terobosan Reproduksi Pesantren Lirboyo
1. Reproduksi komposisi sistem sosial dibentuk oleh Kiai melalui nasab secara hierarki
berimpliaksi pada pemikiran bahwa pesantren lirboyo merupakan warisan leluhur yang harus
dijaga, Seperti Jalur penikahan, Jalur Pimpinan Yayasan.
2. Reproduksi paradigma bangunan keilmuan pesantren Lirboyo yang berwal dibentuk dari ilmu agama Islam
murni berubah menjadi perpaduan ilmu agama Islam dengan ilmu non-agama (ilmu umum). Semula
menyiapkan para-alumni menjadi (kaderisasi ‘ulama) tetapi sekarang menyiapakan para lulusannya ahli dalam
ilmu-ilmu umum.
3. Reproduksi tata-kelola yang memberikan hak otonom bagi kompleks/unit dan pesantren cabang, serta unit usaha yang
dimiliki masing-masing. Implikasinya pada sistem penglolaan keuangan yang memakai sistem umum walaupun diserakan
kepada pondok pesantren pusat sebagai bentuk sentralitas pengelolaan, dan sistem perekrutan SDM, sebagai tenaga
pendidikan maupun karyawam pada unit yang dimiliki oleh pondok dari luar daerah Lirboyo.
12. Akulturasi Modern pada Tradisi Salaf di Pesantren Lirboyo
Awal mula masuknya pendidikan umum dimulai pada perguruan tinggi ke
dalam pesantren Lirboyo yang diprakarsai oleh Kiai Mahrus Aly Bernama
IAI Tribkati pada tahun 1966. Gagasan ini muncul bertujuan untuk
memadukan pendidikan agama dengan pendidikan umum. Kemudia
lembaga ar-Rabithah mendaftarkan Madrasah Mubtadien di Departemen
agama tahun 1978. Penggebrakan ini tetap menjaga salafy yang
dilakukan oleh kiai Mahrus dengan mendirikan unit HM putera yang
dilengkapi dengan pendidikan formal SMP dan SMA. Bahkan dalam
perekrutan pengajar, yakni melewati seleksi kajian kitab kuning, hafalan
juz ‘Amma, dan Aswaja. Dalam mata kuliah Tribakti ada BMK 1 dan BMK
2 dan bahsu al-Kutub dengan memadukan kitab klasik dan kitab
kontemporer.
13. Sementara dalam perkembangan teknologi dan
informasi pesantren Lirboyo mau tidak mau
mengharuskan pesantren salaf berdaptasi dengan
modernisasi. Prinsip salaf yang dipegang oleh
beberapa pesantren di Indonesia bukan seseuatu
yang “saklek” secara tradisional “kekeh”
dipertahankan, melainkan mampu bersentuhan
dengan tradisi luar dari dirinya, seluruhnya atau
sebagian. Pergeseran tradisi salaf sendiri mengarah
pada dua kemungkinan yaitu perubahan dan
kebertahanan.
14. Lembaga Intra Lirboyo
Pendidikan
Pesantren Ma’had
Aly, Muallimin.
Lirboyo mendirikan
Pendidikan Formal lengkap
dari TK, SD, SMP, MTS,
MA dan SMK.
Perguruan Tinggi IAI
Tribakti Lirboyo dan ITAMA.
Lirboyo Menaungi jenjang
pendidikan tingkat
perguruang tinggi dibawah
Naungan Depag.
15. Lembaga Ekstra Lirboyo
Lembaga ini
diterapkan Pada hari
Senin dan Selasa.
Pukul 07.30-11.00
WIB.
Lembaga ini diterapkan
guna santri tidak
tertinggal dengan
kemjauan teknologi.
Untuk memajukan
kemampuan teknologi
supaya tidak ketinggalan
kecanggihan tekhnologi
Lembaga ini
diterapkan pada hari
Sabtu dan Ahad.
Dimana lembaga ini
untuk memperkuat
ajaran kitab klasik
yang disinambungkan
dengan bahasa Arab
Akademisi
Kontemporer.
16. Lembaga Penunjang Pembelajaran Dipondok
Pesantren Lirboyo
Lembaga ini pada awalnya bernama
majelis musyawarah pondok pesantren
lirboyo (mm p2l). Kemudian pada tahun
2001 berganti nama menjadi lajnah
bahtsul masail pondok pesantren lirboyo
(lbm p2l) melalui maklumat badan
pembina kesejahteraan pondok pesantren
lirboyo (bpk p2l) sekaligus menetapkan
status lbm p2l menjadi badan otonom
Organisasi ini lahir sebagai badan
otonom pondok pesantren lirboyo
melalui ketetapan yang dikeluarkan oleh
badan pembina kesejahteraan pondok
pesantren Lirboyo (pada tanggal 17
Jumadil Ula 1428 H/ 03 Juni 2007 M
lajnah falakiyah bertugas menyusun
kalender resmi yang disusun oleh pondok
pesantren lirboyo
Berdiri pada 12 Februari 2003 melalui
putusan sidang badan pembina
pondok pesantren lirboyo. Menjadi
lembaga yang bergerak di bidang
dakwah keagamaan.
Lokasi dakwahnya diperluas, bukan
hanya daerah sekitar kediri saja, tapi
di seluruh penjuru negeri. Para juru
dakwah ini tidak hanya
menyampaikan pengetahuannya di
surau dan masjid saja, mereka juga
masuk ke dalam lembaga-lembaga
formal seperti SMP, SMA, MA,
SMK, dan perguruan tinggi.
Dibentuk pada tahun 2007, adapun
tugas dari lembaga ini adalah
mengembangkan potensi santri dalam
bidang karya tulis ilmiah. Lembaga
ini mengkoordinir, mengawasi,
mencetidak dan menyebarluaskan
karya ilmiah yang dibuat oleh
lembaga, kelas, atau perseorangan
dengan membawa nama pondok
pesantren lirboyo.
17. KESIMPULAN
Keagamaan pesantren berlandaskan oleh keinginan tafaqquh fi ad-diin
(mendalami ajaran agama), dengan kaidah yang menjadi soko gurunya,
almuhafadzoh ala al-qadim ash-sholih wa ala akhd bi al jadid al-ashlah
(memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi yang baru lebih baik).
Keinginan dan kaidah merupakan nlai pokokyang melandasi kehidupan dunia
pesantren sebagai agen of change bagi masyarakat, sehinggah eksitensi
pesantren identik dengan lembaga pemerdayaan serta pengembangan
masyarakat
Sistem pendidikan yang dilakukan dipondok pesantren lirboyo sangat
mempertahankan tradisi kesalafan mulai dari pembelajaran, adat istiadat, etika
santri bahkan sarana & prasarana pembelajaran dipondok lirboyo masih ada yang
tidak menggunakaan meja (lesehan). Dipondok lirboyo banyak sekali kegiatan
ekstrakurikuler pondok pesantren yang keikutsertaan santri di dalamnya ditentukan
berdasarkan bakat dan minat dari santri yang bersangkutan yang mana ini
bertujuan supaya bakat-bakat santri bisa dikembangkan dipesantren dengan tetap
menjaga tradisi salafus solih. Bahkan sampai dirumah pun mereka bisa
18. ُث ْمُهَن ْوُلَي َنْيِذَّلا َّمُث ْيِنْرَق ْيِتَّمُأ ُرْيَخ
ْمُهَن ْوُلَي َنْيِذَّلا َّم
(
الترمذي رواه
)
“Sebaik-baiknya umat adalah (mereka yang hidup) pada
masaku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian
orang-orang setelahnya.”
Rahmad Ikbal Devid
Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri
ikbaldevid06@gmail.com