SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 18
Downloaden Sie, um offline zu lesen
MAKALAH TEORI RADIOLOGI LANJUT III
Pesawat C-Arm
OLEH :
KURNIAWAN RIDA AKBAR
P23138114052
M. BARIQI RAHMAN
P23138114064
MOH DANU PRABOWO
P23138114058
PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “PESAWAT
C-ARM”, yang mana makalah ini kami susun yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari
Bapak Agus Komarudin, ST. M.T dalam menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan
Jakarta II jurusan Teknik Elektromedik.
Adapun penyusunan tugas ini sebagai materi serta bukti bahwa adanya mata kuliah
Teori Radiologi Lanjut III. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran, yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini, berguna dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Demikianlah makalah ini disusun apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak dapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Jakarta, 26 April 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian C-Arm ............................................................................................. 3
B. Defenisi Fluoroscopi ......................................................................................... 4
C. Bagian dan fungsi komponen pada C-Arm ........................................................ 5
D. Prinsip kerja C-Arm........................................................................................... 10
E. Cara pengoperasian C-Arm ............................................................................... 13
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 14
A. Kesimpulan........................................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar rotngen
dan suatu tabir yang bersifat luminisensibila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama
diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ atau sistem tubuh
seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya jantung, dan pembuluh darah besar, serta
pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. (Sjahriar Rasad, 1998).
Fluoroskopi dapat memberikan diagnosa aktif selama jalannya pemeriksaan. Oleh
karena itu pemeriksaan fluoroskopi secara primer dilakukan oleh Dokter Radiologi. Peran
Radiografer sebagai mitra selama pemeriksaan, termasuk di dalam pengambilan gambar
radiografi setelah pemeriksaan fluoroskopi usai. Pemeriksaan fluoroskopi umumnya
digunakan untuk mengevaluasi dan mengobservasi fungsi fisiologis tubuh yang bergerak,
seperti proses menelan, jalannya barium didalam traktus digestivus, penyuntikan zat
kontras pada sistem biliari, dan lain-lain. (Richard R.C, dan Arlene M. 1992;553).
Adapun alat fluoroskopi modern sekarang ini terdiri dari tube sinar-X fluoroskopi dan
penerima gambar (Image Receptor) yang berada pada alat C-Arm (Alat yang berbentuk
seperti huruf C) agar tetap pada posisi yang tegak lurus walupun keduanya bergerak atau
berotasi.Ada dua jenis desain tube sinar-X fluoroskopi, yaitu yang berada dibawah meja
pemeriksaan dan yang berada diatas meja pemeriksaan tepatnya diatas tubuh pasien.
Namun kebanyakan pesawat fluoroskopi menggunakan desain under table unit (tube yang
berada di bawah meja pemeriksaan).
Tube sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tube diagnostik
konvensional kecuali bahwa tube sinar-X fluoroskopi dirancang untuk dapat
mengeluarkan sinar-X lebih lama daripada tube diagnostik konvensional dengan mA yang
jauh lebih kecil. Dimana tipe tube diagnostik konvensional memiliki range mA antara 50-
1200 mA sedangkan range mA pada tube sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0 mA.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pesawat C-Arm itu ?
b. Apa pengertian dari Fluoroscopy ?
c. Apa saja bagian dan fungsi masing masing komponen dari pesawat C-Arm ?
d. Bagaimana prinsip kerja dari peasawat C-Arm ?
e. Bagaimana cara pengoperasian peasawat C-Arm ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian pesawat C-Arm
b. Mengetahui pengertian dari flouroskopy
c. Mengetahui bagian dan fungsi masing masing komponen dari pesawat C-arm
d. Mengetahui prinsip kerja dari pesawat C-Arm
e. Mengetahui cara pengoperasian pesawat C-Arm
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian C-Arm
C-arm pertama kali dikenalkan pada tahun 1955 oleh Philips dengan teknologi
yang sudah melaju pesat. C-Arm (alat yang berbentuk seperti huruf C) merupakan salah
satu alat radiologi yang biasa digunakan untuk operasi. C-Arm merupakan alat radiologi
yang menghasilkan sinar-X dengan cara fluoroskopi dengan pancaran radiasi yang kecil.
C-Arm dapat digunakan sebagai penunjang medis untuk bedah ortopedi, bedah
laparoskopi, dan bedah syaraf.
C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X dengan fluoroskopi
dan pancaran radiasi yang kecil, oleh karena itu operator yang menggunakan alat ini harus
menggunakan alat pelindung atau aparon yang dilapisi dengan Pb (timbal) dengan
ketebalan setara 2 mm. C-Arm juga dapat digunakan untuk pilihan radiogradi apabila
menghendaki untuk menghasilkan gambar atau film sinar-X. Uniknya lagi, teknologi C-
Arm ini mampu menampilkan obyek secara tiga demensi, sehingga dapat dilihat lebih
jelas dan utuh dari berbegai sisi dan posisi. Kecanggihan alat ini, C-Arm dapat
meminimalkan kesalahan dalam memprediksi letak obyek, diagnose, dan tindakan medis
lainnya.
Terdapat 2 mode pada pemeriksaan menggunakan C-Arm :
1. Fluoroskopi
2. Radiografi
Contoh gambar pesawat C-Arm
3
2.2 Definisi Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar
roentgen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena sinar tersebut.
Fluoroskopiutamanya diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ
atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya jantung, dan pembuluh
darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru.
Tabung sinar-X diletakkan dibawah pasien (berada di meja pemeriksaan). Di atas
meja pemeriksaan terdapat penguat bayangan dan detektor penguat lainnya. Tetapi ada
beberapa pesawat fluoroskopi yang memiliki tabung sinar-X di atas dan juga terdapat film
di bawah meja pemeriksaan. Beberapa pesawat fluoroskopi dioperasikan dengan jarak
jauh yang berada di luar ruang pemeriksaan. Setiap pesawat pesawat fluoroskopi
mempunyai rancangan yang berbeda-beda, sehingga seorang radiographer harus mampu
untuk menguasainya.
Pada pemeriksaan fluoroskopi mA yang digunakan berbeda dengan pemeriksaan
radiografi konvensional. Selama pemeriksaan fluoroskopi berlangsung, tabung sinar-X
dioperasikan tidak lebih dari 50 mAs. Meskipun menggunakan mA yang kecil, tetapi
dosis yang diterima pasien akan lebih besar dibandingkan dengan pemeriksaan radiografi
konvensional. Hal ini disebabkan karena sinar-X yang diemisikan oleh tabung pada
pesawat fluoroskopi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tabung
pada pesawat konvensional.
Pengaturan kVp tergantung pada organ yang akan diperiksa. Ciri-ciri dari
fluoroskopi adalah adanya: Automatic Brightness Control (ABC), Automatic Brightness
Stabilization (ABS), atau Automatic Gain Control (AGC).
4
2.3 Bagian dan fungsi masing masing komponen pada pesawat C-Arm
Ada tiga komponen utama yang merupakan bagian dari unit fluoroskopi yakni, X-ray
tube beserta generator, Image Intisifier, dan sistem monitoring video. Bagian utama unit
fluoroskopi adalah :
a. X-ray tube dan generator
Tabung sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tabung sinar-X
diagnostik konvesional kecuali bahwa tabung sinar-X fluoroskopi dirancang untuk dapat
mengeluarkan sinar-X lebih lama dari pada tube diagnostik konvensional dengan mA
yang jauh lebih kecil. Dimana tipe tabung diagnostik konvensional memiliki range mA
antara 50-1200 mA sedangkan range mA pada tabung sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0
mA.
Sebuah Intensification Tube (talang penguat) dirancang untuk menambah
kecerahan gambar secara elektronik Pencerah gambar modern sekarang ini mampu
mencerahkan gambar hingga 500-8000 kali lipat.
b. Image Intensifier
Semua sistem fluoroskopi menggunakan Image Intisifier yang menghasilkan
gambar selama fluoroskopi dengan mengkonversi low intensity full size image ke high-
intensity minified image. Image Intisifieradalah alat yang berupa detektor dan PMT (di
dalamnya terdapat photocatoda, focusing electroda, dinode, dan output phospor).Untuk
melakukan fluoroskopi dalam kamar dengan keadaan terang dan tanpa perlu adaptasi
gelap.
Contoh gambar Image Intensifier
5
Image Intisifier terdiri dari:
1) Detektor
Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat memendarkan cahaya apabila
terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor sebesar 60% dari radiasi sinar-X.
2) PMT (Photo Multiplier Tube).Terdiri Dari :
• Input Screen
Berfungsi untuk menyerap x-ray dan mengkonversikannya ke dalam bentuk
cahaya tampak.
• Photokatoda
Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah cahaya tampak
yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.
• Vacum Envelope
Fungsinya untuk menjaga agar udara tidak masuk ke dalam II. Lengkung-
lengkungnya berfungsi untuk menahan tekanan udara dari luar II.
• Focusing Elektroda
Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron negatif
dari photochatode ke output phospor.
• Anode dan Output Phospor.
Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya
beda tegangan seta merubah berkas elektron tadi menjadi sinyal listrik.
6
Contoh gambar anoda dan output phospor
Contoh gambar image intensifier yang lansung terhubung ke TV camera
7
Cara kerja PMT mirip Phototube, terdiri dari photocathode dan beberapa buah anode
(tidak seperti pada phototube yang hanya terdiri dari satu buah anode) yang disusun secara
serie (disebut dynode). Sinar UV (photons) yang ditembakan ke cathode akan menyebabkan
emisi electron dari cathode ke anode. Anode yang satu dengan yang lainya diberi beda
potensial, sehingga apabila emisi electron dari cathode sampai di dynode pertama, akan ada
tambahan electron yang diteruskan ke dynode berikutnya, dan seterusnya sehingga secara
akumulasi jumlah electron yang emisi di dynode terakhir semakin banyak (arusnya semakin
besar), itu sebabnya mengapa PMT lebih sensitif dibandingkan dengan phototube.
Pick up tube yang berfungsi untuk merubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik,
dilaksanakan oleh face plate (bidang sasaran) yang terbuat dari bahan foto konduktif.
Didalam pick up tube, elektron-elektron yang dibangkitkan oleh filamen, kemudian dikontrol
oleh G1, dipercepat oleh G2 dan difocuskan oleh G3 menjadi elektron gun untuk menuju ke
bidang sasaran bagian dalam. Pada bidang sasaran bagian dalam inilah terjadi
scanning/pemayaran. Maksud dari scanning/pemayaran dalam hal ini adalah menabraknya
berkas elektron ke bidang sasaran sesuai dengan pola horizontal dan vertikal deflection.Pada
horizontal dan vertical deflection dilakukan dan diolah oleh horizontal dan vertical deflection
circuit blok 2 dan 3. Blok circle production berfungsi untuk membentuk lingkaran pada
bidang sasaran dan central TV (control unit) sehingga objek yang tergambar pada monitor
dapat lebih terfocus.
8
c. Sistem Monitoring dan Video
Beberapa viewing system telah mampu mengirim gambar dari output screen menuju
alat penampil gambar (Viewer). Dikarenakan output phospor hanya berdiameter 1 inch (2,54
cm), gambar yang dihasilkan relatif kecil, karena itu harus diperbesar dan di monitor oleh
sistem tambahan. Termasuk diantaranya Optical Mirror, Video, Cine dan sistem spot film.
Beberapa dari sistem penampil gambar tersebut mampu menampilkan gambar bergerak
secara langsung (Real-Time Viewing) dan beberapa yang lainnya untuk gambar diam (Static
Image)
.
Contoh gambar hasil pemeriksaan C-Arm
9
2.4 Prinsip kerja pesawat C-Arm
Keterangan:
• Display monitors : Menampilkan hasil pengambilan gambar, dan proses
editing
• Image intensifier : Mengubah sinar x menjadi cahaya tampak dan memperkuat
berkaas-berkas cahaya sehingga gambar yang dihasilkan lebih tajam
• Detektor : Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat
memendarkan cahaya apabila terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor
sebesar 60% dari radiasi sinar-X.
• X-Ray Tube : Penghasil sinar x
• C-arm motion : Untuk menggerakkan lengan dari pesawat C-arm
• Colimator : Untuk menentukan luas penyinaran sinar x
• TV camera : Mengubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik
• Control table : Untuk pemilihan mode c-arm difungsikan sebagai fluoroscopy
atau radiologi, pemilihan kV dan mA
Perputaran lengan c-arm tidak mengikat hal tersebut tergantung dari fitur yang
disediakan sesuai dengan merk c-arm yang dipakai.
10
Blok diagram C-Arm
Cara kerja C-Arm :
 Xray tube menembakkan sinar X yang menembus pasien
 Sebagian diserap tubuh dan sebagian diteruskan ke image intensifier
 Oleh image intensifier Sinar X dirubah menjadi cahaya tampak
 Yang kemudian cahaya tampak akan dirubah menjadi sinyal listrik,lalu akan teruskan
ke tv camera
 video atau CCD camera yang dihasilkan dari tv camera akan dirubah ke ADC dan
Digital image yg akan lansung muncul di monitor.
Proses Citra pada C-Arm :
Pada saat pemeriksaan berlangsung, berkas cahaya sinar-x primer menembus tubuh
pasien menuju input screen yang berada dalam Image Intensifier Tube . Input screen yang
berada pada Image Intensifier adalah layar yang menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi
berkas cahaya tampak, yang kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube).
PMT terdiri dari photokatoda, focusing elektroda, dan anoda dan output phospor. Cahaya
tampak yang diserap oleh photokatoda pada PMT akan dirubah menjadi elektron, kemudian
dengan adanya focusing elektroda elektron-elektron negatif dari photokatoda difokuskan dan
dipercepat menuju dinoda pertama. Kemudian elektron akan menumbuk dinoda pertama dan
dalam proses tumbukan akan menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron yang
telah diperbanyak jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama akan dipercepat menuju dinoda
kedua sehingga akan menghasilkan elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya
sampai dinoda yang terakhir. Setelah itu elektron-elektron tersebut diakselerasikan secara
cepat ke anoda karena adanya beda potensial yang kemudian nantinya elektron tersebut
11
dirubah menjadi sinyal listrik yang kemudian oleh tv monitor sinyal listrik di rubah menjadi
sinyal video/gambar.
Perbedaan Stationery C-Arm dengan Mobile C-Arm:
Stationery C-arm dan Mobile C-Arm
Stationery C-Arm Mobile C-Arm
Membutuhkan ruangan yang besar Tidak membutuhkan ruangan khusus
Lebih tahan lama Lebih mudah rusak atau mudah mengalami
kerusakan
Mempunyai ukuran lebih besar Mempunyai ukuran lebih kecil
Menggunakan tegangan yang lebih besar (
380 v- 480 v) yang berasal dari Generator
Menggunakan tegangan yang lebih kecil dari
stationary c-arm ( 100 v- 240 v) yang berasal
dari PLN
X-ray tube lebih besar ukurannya, sehingga
memiliki kemampuan lebih efektif dalam
system pendinginan tabung
X-ray tube lebih kecil ukurannya, sehingga
kemampuannya dalam system pendinginan
tabung terbatas
Menggunakan higher x-ray beam filtration (
filtrasi sinar x) , kemampuan filtrasinya bisa
berubah-ubah
Menggunakan lower x-ray beam filtration (
filtrasisinar x) , kemampuanfiltrasinyatetap
Ukurannya lebih tebal ( 10 mm equivalent) Ukurannya lebih tipis ( 3.4 mm – 5mm
equivalent)
98 % dosis yg diserap pasien , 2 x photon
dibandingkan mobile
99 % dosis yg diserap pasien, 0.5 x photon
dibandingkan stationary
12
2.5 Cara pengoperasian C-Arm
• Pastikan C-Arm terhubung dengan jala-jala listrik.
• Tekan tombol ON untuk menghidupkan pesawat C-Arm.
• Atur lengan C-Arm secara vertical dan horizontal sesuai bagian objek yang
akan di expose.
• Pilih mode fluoroskopi atau radiografi, pada fluoroskopi terdapat 4 mode yaitu
N/F, S/F, M/F dan BST yang memiliki batas nilai kV dan mA yang berbeda.
Pada mode radiografi operator dapat mengatur nilai kV dan mA sesuai
kebutuhan.
• Setting kV dan mA sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Tekan tombol lock untuk mengunci mode dan setting, agar pengaturan setting
tidak berubah-ubah.
• Untuk mode radiografi, tekan tombol ready kemudian tekan expose untuk
mengambil gambar.
• Untuk mode fluoroscopy, injak pada footswitch untuk mengambil gambar.
• Setelah proses expose selesai maka tekan tombol storage untuk
menghubungkan alat dengan komputer yang bertujuan untuk melihat hasil
expose.
• Apabila hasil masih belum terlihat jelas, maka dilakukan proses editing agar
gambar yang diperoleh lebih maksimal.
• Terdapat 2 Komputer pada C-Arm dimana masing-masing berfungsi sebagai
display dan editing.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
C-Arm (alat yang berbentuk seperti huruf C) merupakan salah satu alat radiologi yang
biasa digunakan untuk operasi. C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X
dengan cara fluoroskopi dengan pancaran radiasi yang kecil. Jadi fluoroscopi disini sebagai
metode pemeriksaan dari C-Arm. C-Arm dapat digunakan sebagai tindakan medis untuk
bedah ortopedi, bedah laparoskopi, dan bedah syaraf. Dengan c-arm, letak benda atau obyek
pemeriksaan yang berada di dalam tubuh dengan mudah dapat dideteksi, bahkan dapat dilihat
secara lansung.
2. Saran
Fluoroskopi memiliki risiko yang kebanyakan disebabkan oleh radiasi. Inilah alasan
mengapa tindakan ini tidak disarankan bagi wanita hamil, karena fluoroskopi memiliki efek
radiasi yang dapat membahayakan janin. Sebagai peraturan, tindakan pencitraan ini hanya
boleh dilakukan apabila manfaat yang diharapkan melebihi kemungkinan risikonya. Sebisa
mungkin, ahli medis akan menggunakan radiasi dalam dosis rendah untuk mengurangi risiko.
Namun, dosis radiasi akan bergantung pada kondisi pasien. Dalam kasus di mana fluoroskopi
digunakan untuk membantu tindakan yang membutuhkan waktu yang lama (misalnya dalam
tindakan intervensi yang membutuhkan pemasangan cincin), dosis radiasi akan disesuaikan,
sehingga ada kemungkinan pasien akan mendapatkan radiasi dalam dosis yang tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://indahworld21.blogspot.co.id/2012/12/fluoroscopy.htmldiakses pada tanggal 12
Desember 2016
Zhimadzu medical system, Pesawat Carm http://www.shimadzu.com/med/products/c-
arm/k25cur00000058j5-img/oh80jt000000311f.jpgdiakses pada tanggal 12 Desember
2016
https://fajarahmadfauzi.wordpress.com/2015/09/01/belajar-radiologi/diakses pada 13
Desember 2016
http://emedicine.medscape.com/article/1143675-overview diakses pada 13 Desember
2016
15

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiNona Zesifa
 
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Novita Anggia
 
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )Dzul Fiqri
 
Pesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopiPesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopisunarya afaf
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyIvan Kurnia
 
Life suport & life saving Equipment
Life suport & life saving EquipmentLife suport & life saving Equipment
Life suport & life saving EquipmentLa Ode Hamrin
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughNona Zesifa
 
Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikNona Zesifa
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)Nona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalNona Zesifa
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaTeknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaNona Zesifa
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisMartin Pa Docc
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiAmalia Annisa
 

Was ist angesagt? (20)

Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 Tomografi
 
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
 
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
Tentang Elektrocardiografi ( ECG )
 
Pesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopiPesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopi
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital Radiography
 
Life suport & life saving Equipment
Life suport & life saving EquipmentLife suport & life saving Equipment
Life suport & life saving Equipment
 
Gamma kamera
Gamma kameraGamma kamera
Gamma kamera
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
 
Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristik
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
 
Gamma Camera Imaging
Gamma Camera ImagingGamma Camera Imaging
Gamma Camera Imaging
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaTeknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr cruris
 
Ivp
Ivp Ivp
Ivp
 
Appendicografi
AppendicografiAppendicografi
Appendicografi
 
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto ThoraksInterpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
 
LAPORAN
LAPORAN LAPORAN
LAPORAN
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografi
 

Ähnlich wie Makalah c arm

Makalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisiMakalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisip1337430216043
 
PPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhuj
PPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhujPPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhuj
PPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhujirsanzulkarnain23
 
Program proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsahProgram proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsahrshapsah
 
Bimbingan Pesawat.pptx
Bimbingan Pesawat.pptxBimbingan Pesawat.pptx
Bimbingan Pesawat.pptxMildaInayah1
 
Keselamatan radiasi pada body scanner
Keselamatan radiasi pada body scannerKeselamatan radiasi pada body scanner
Keselamatan radiasi pada body scannersunarya afaf
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus AlienumNona Zesifa
 
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptxSejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptxArif Fahmi
 
Scintimammography
ScintimammographyScintimammography
Scintimammographymila amalia
 
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan Winniey Tillich Wahyuni
 
jurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdf
jurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdfjurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdf
jurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdfFatihaniNurqolbiah
 
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...JudiEndjun Ultrasound
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacralppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan LumbosacralNona Zesifa
 
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptxPENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptxajeng155930
 

Ähnlich wie Makalah c arm (20)

Makalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisiMakalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisi
 
Nuklir
NuklirNuklir
Nuklir
 
PPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhuj
PPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhujPPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhuj
PPT ARTIKEL KELOMPOK AAdsfdghffhfhfhffjyfjhuj
 
Pasien pedoman dosis
Pasien pedoman dosisPasien pedoman dosis
Pasien pedoman dosis
 
Program proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsahProgram proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsah
 
Bimbingan Pesawat.pptx
Bimbingan Pesawat.pptxBimbingan Pesawat.pptx
Bimbingan Pesawat.pptx
 
Kedokteran Nuklir
Kedokteran NuklirKedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir
 
CT Simulator.pptx
CT Simulator.pptxCT Simulator.pptx
CT Simulator.pptx
 
Makalah Aplikasi Fiber Optic
Makalah Aplikasi Fiber OpticMakalah Aplikasi Fiber Optic
Makalah Aplikasi Fiber Optic
 
Keselamatan radiasi pada body scanner
Keselamatan radiasi pada body scannerKeselamatan radiasi pada body scanner
Keselamatan radiasi pada body scanner
 
Makalah fisdas
Makalah fisdasMakalah fisdas
Makalah fisdas
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
 
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptxSejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
 
Scintimammography
ScintimammographyScintimammography
Scintimammography
 
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
Aplikasi radiofarmasi dalam dunia kesehatan
 
jurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdf
jurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdfjurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdf
jurnalkankerserviksmenggunakangambarkolposkopi.pdf
 
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacralppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
 
Angiography_ppt.ppt
Angiography_ppt.pptAngiography_ppt.ppt
Angiography_ppt.ppt
 
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptxPENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
 

Makalah c arm

  • 1. MAKALAH TEORI RADIOLOGI LANJUT III Pesawat C-Arm OLEH : KURNIAWAN RIDA AKBAR P23138114052 M. BARIQI RAHMAN P23138114064 MOH DANU PRABOWO P23138114058 PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah dan karunia- Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “PESAWAT C-ARM”, yang mana makalah ini kami susun yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak Agus Komarudin, ST. M.T dalam menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Jakarta II jurusan Teknik Elektromedik. Adapun penyusunan tugas ini sebagai materi serta bukti bahwa adanya mata kuliah Teori Radiologi Lanjut III. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran, yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini, berguna dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Demikianlah makalah ini disusun apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak dapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jakarta, 26 April 2017 Penulis i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3 A. Pengertian C-Arm ............................................................................................. 3 B. Defenisi Fluoroscopi ......................................................................................... 4 C. Bagian dan fungsi komponen pada C-Arm ........................................................ 5 D. Prinsip kerja C-Arm........................................................................................... 10 E. Cara pengoperasian C-Arm ............................................................................... 13 BAB III PENUTUP..................................................................................................... 14 A. Kesimpulan........................................................................................................ 14 B. Saran ................................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar rotngen dan suatu tabir yang bersifat luminisensibila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya jantung, dan pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. (Sjahriar Rasad, 1998). Fluoroskopi dapat memberikan diagnosa aktif selama jalannya pemeriksaan. Oleh karena itu pemeriksaan fluoroskopi secara primer dilakukan oleh Dokter Radiologi. Peran Radiografer sebagai mitra selama pemeriksaan, termasuk di dalam pengambilan gambar radiografi setelah pemeriksaan fluoroskopi usai. Pemeriksaan fluoroskopi umumnya digunakan untuk mengevaluasi dan mengobservasi fungsi fisiologis tubuh yang bergerak, seperti proses menelan, jalannya barium didalam traktus digestivus, penyuntikan zat kontras pada sistem biliari, dan lain-lain. (Richard R.C, dan Arlene M. 1992;553). Adapun alat fluoroskopi modern sekarang ini terdiri dari tube sinar-X fluoroskopi dan penerima gambar (Image Receptor) yang berada pada alat C-Arm (Alat yang berbentuk seperti huruf C) agar tetap pada posisi yang tegak lurus walupun keduanya bergerak atau berotasi.Ada dua jenis desain tube sinar-X fluoroskopi, yaitu yang berada dibawah meja pemeriksaan dan yang berada diatas meja pemeriksaan tepatnya diatas tubuh pasien. Namun kebanyakan pesawat fluoroskopi menggunakan desain under table unit (tube yang berada di bawah meja pemeriksaan). Tube sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tube diagnostik konvensional kecuali bahwa tube sinar-X fluoroskopi dirancang untuk dapat mengeluarkan sinar-X lebih lama daripada tube diagnostik konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil. Dimana tipe tube diagnostik konvensional memiliki range mA antara 50- 1200 mA sedangkan range mA pada tube sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0 mA. 1
  • 5. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pesawat C-Arm itu ? b. Apa pengertian dari Fluoroscopy ? c. Apa saja bagian dan fungsi masing masing komponen dari pesawat C-Arm ? d. Bagaimana prinsip kerja dari peasawat C-Arm ? e. Bagaimana cara pengoperasian peasawat C-Arm ? 1.3 Tujuan Penulisan a. Mengetahui pengertian pesawat C-Arm b. Mengetahui pengertian dari flouroskopy c. Mengetahui bagian dan fungsi masing masing komponen dari pesawat C-arm d. Mengetahui prinsip kerja dari pesawat C-Arm e. Mengetahui cara pengoperasian pesawat C-Arm 2
  • 6. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian C-Arm C-arm pertama kali dikenalkan pada tahun 1955 oleh Philips dengan teknologi yang sudah melaju pesat. C-Arm (alat yang berbentuk seperti huruf C) merupakan salah satu alat radiologi yang biasa digunakan untuk operasi. C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X dengan cara fluoroskopi dengan pancaran radiasi yang kecil. C-Arm dapat digunakan sebagai penunjang medis untuk bedah ortopedi, bedah laparoskopi, dan bedah syaraf. C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X dengan fluoroskopi dan pancaran radiasi yang kecil, oleh karena itu operator yang menggunakan alat ini harus menggunakan alat pelindung atau aparon yang dilapisi dengan Pb (timbal) dengan ketebalan setara 2 mm. C-Arm juga dapat digunakan untuk pilihan radiogradi apabila menghendaki untuk menghasilkan gambar atau film sinar-X. Uniknya lagi, teknologi C- Arm ini mampu menampilkan obyek secara tiga demensi, sehingga dapat dilihat lebih jelas dan utuh dari berbegai sisi dan posisi. Kecanggihan alat ini, C-Arm dapat meminimalkan kesalahan dalam memprediksi letak obyek, diagnose, dan tindakan medis lainnya. Terdapat 2 mode pada pemeriksaan menggunakan C-Arm : 1. Fluoroskopi 2. Radiografi Contoh gambar pesawat C-Arm 3
  • 7. 2.2 Definisi Fluoroskopi Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar roentgen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena sinar tersebut. Fluoroskopiutamanya diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya jantung, dan pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. Tabung sinar-X diletakkan dibawah pasien (berada di meja pemeriksaan). Di atas meja pemeriksaan terdapat penguat bayangan dan detektor penguat lainnya. Tetapi ada beberapa pesawat fluoroskopi yang memiliki tabung sinar-X di atas dan juga terdapat film di bawah meja pemeriksaan. Beberapa pesawat fluoroskopi dioperasikan dengan jarak jauh yang berada di luar ruang pemeriksaan. Setiap pesawat pesawat fluoroskopi mempunyai rancangan yang berbeda-beda, sehingga seorang radiographer harus mampu untuk menguasainya. Pada pemeriksaan fluoroskopi mA yang digunakan berbeda dengan pemeriksaan radiografi konvensional. Selama pemeriksaan fluoroskopi berlangsung, tabung sinar-X dioperasikan tidak lebih dari 50 mAs. Meskipun menggunakan mA yang kecil, tetapi dosis yang diterima pasien akan lebih besar dibandingkan dengan pemeriksaan radiografi konvensional. Hal ini disebabkan karena sinar-X yang diemisikan oleh tabung pada pesawat fluoroskopi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tabung pada pesawat konvensional. Pengaturan kVp tergantung pada organ yang akan diperiksa. Ciri-ciri dari fluoroskopi adalah adanya: Automatic Brightness Control (ABC), Automatic Brightness Stabilization (ABS), atau Automatic Gain Control (AGC). 4
  • 8. 2.3 Bagian dan fungsi masing masing komponen pada pesawat C-Arm Ada tiga komponen utama yang merupakan bagian dari unit fluoroskopi yakni, X-ray tube beserta generator, Image Intisifier, dan sistem monitoring video. Bagian utama unit fluoroskopi adalah : a. X-ray tube dan generator Tabung sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tabung sinar-X diagnostik konvesional kecuali bahwa tabung sinar-X fluoroskopi dirancang untuk dapat mengeluarkan sinar-X lebih lama dari pada tube diagnostik konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil. Dimana tipe tabung diagnostik konvensional memiliki range mA antara 50-1200 mA sedangkan range mA pada tabung sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0 mA. Sebuah Intensification Tube (talang penguat) dirancang untuk menambah kecerahan gambar secara elektronik Pencerah gambar modern sekarang ini mampu mencerahkan gambar hingga 500-8000 kali lipat. b. Image Intensifier Semua sistem fluoroskopi menggunakan Image Intisifier yang menghasilkan gambar selama fluoroskopi dengan mengkonversi low intensity full size image ke high- intensity minified image. Image Intisifieradalah alat yang berupa detektor dan PMT (di dalamnya terdapat photocatoda, focusing electroda, dinode, dan output phospor).Untuk melakukan fluoroskopi dalam kamar dengan keadaan terang dan tanpa perlu adaptasi gelap. Contoh gambar Image Intensifier 5
  • 9. Image Intisifier terdiri dari: 1) Detektor Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat memendarkan cahaya apabila terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor sebesar 60% dari radiasi sinar-X. 2) PMT (Photo Multiplier Tube).Terdiri Dari : • Input Screen Berfungsi untuk menyerap x-ray dan mengkonversikannya ke dalam bentuk cahaya tampak. • Photokatoda Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah cahaya tampak yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron. • Vacum Envelope Fungsinya untuk menjaga agar udara tidak masuk ke dalam II. Lengkung- lengkungnya berfungsi untuk menahan tekanan udara dari luar II. • Focusing Elektroda Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron negatif dari photochatode ke output phospor. • Anode dan Output Phospor. Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya beda tegangan seta merubah berkas elektron tadi menjadi sinyal listrik. 6
  • 10. Contoh gambar anoda dan output phospor Contoh gambar image intensifier yang lansung terhubung ke TV camera 7
  • 11. Cara kerja PMT mirip Phototube, terdiri dari photocathode dan beberapa buah anode (tidak seperti pada phototube yang hanya terdiri dari satu buah anode) yang disusun secara serie (disebut dynode). Sinar UV (photons) yang ditembakan ke cathode akan menyebabkan emisi electron dari cathode ke anode. Anode yang satu dengan yang lainya diberi beda potensial, sehingga apabila emisi electron dari cathode sampai di dynode pertama, akan ada tambahan electron yang diteruskan ke dynode berikutnya, dan seterusnya sehingga secara akumulasi jumlah electron yang emisi di dynode terakhir semakin banyak (arusnya semakin besar), itu sebabnya mengapa PMT lebih sensitif dibandingkan dengan phototube. Pick up tube yang berfungsi untuk merubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik, dilaksanakan oleh face plate (bidang sasaran) yang terbuat dari bahan foto konduktif. Didalam pick up tube, elektron-elektron yang dibangkitkan oleh filamen, kemudian dikontrol oleh G1, dipercepat oleh G2 dan difocuskan oleh G3 menjadi elektron gun untuk menuju ke bidang sasaran bagian dalam. Pada bidang sasaran bagian dalam inilah terjadi scanning/pemayaran. Maksud dari scanning/pemayaran dalam hal ini adalah menabraknya berkas elektron ke bidang sasaran sesuai dengan pola horizontal dan vertikal deflection.Pada horizontal dan vertical deflection dilakukan dan diolah oleh horizontal dan vertical deflection circuit blok 2 dan 3. Blok circle production berfungsi untuk membentuk lingkaran pada bidang sasaran dan central TV (control unit) sehingga objek yang tergambar pada monitor dapat lebih terfocus. 8
  • 12. c. Sistem Monitoring dan Video Beberapa viewing system telah mampu mengirim gambar dari output screen menuju alat penampil gambar (Viewer). Dikarenakan output phospor hanya berdiameter 1 inch (2,54 cm), gambar yang dihasilkan relatif kecil, karena itu harus diperbesar dan di monitor oleh sistem tambahan. Termasuk diantaranya Optical Mirror, Video, Cine dan sistem spot film. Beberapa dari sistem penampil gambar tersebut mampu menampilkan gambar bergerak secara langsung (Real-Time Viewing) dan beberapa yang lainnya untuk gambar diam (Static Image) . Contoh gambar hasil pemeriksaan C-Arm 9
  • 13. 2.4 Prinsip kerja pesawat C-Arm Keterangan: • Display monitors : Menampilkan hasil pengambilan gambar, dan proses editing • Image intensifier : Mengubah sinar x menjadi cahaya tampak dan memperkuat berkaas-berkas cahaya sehingga gambar yang dihasilkan lebih tajam • Detektor : Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat memendarkan cahaya apabila terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor sebesar 60% dari radiasi sinar-X. • X-Ray Tube : Penghasil sinar x • C-arm motion : Untuk menggerakkan lengan dari pesawat C-arm • Colimator : Untuk menentukan luas penyinaran sinar x • TV camera : Mengubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik • Control table : Untuk pemilihan mode c-arm difungsikan sebagai fluoroscopy atau radiologi, pemilihan kV dan mA Perputaran lengan c-arm tidak mengikat hal tersebut tergantung dari fitur yang disediakan sesuai dengan merk c-arm yang dipakai. 10
  • 14. Blok diagram C-Arm Cara kerja C-Arm :  Xray tube menembakkan sinar X yang menembus pasien  Sebagian diserap tubuh dan sebagian diteruskan ke image intensifier  Oleh image intensifier Sinar X dirubah menjadi cahaya tampak  Yang kemudian cahaya tampak akan dirubah menjadi sinyal listrik,lalu akan teruskan ke tv camera  video atau CCD camera yang dihasilkan dari tv camera akan dirubah ke ADC dan Digital image yg akan lansung muncul di monitor. Proses Citra pada C-Arm : Pada saat pemeriksaan berlangsung, berkas cahaya sinar-x primer menembus tubuh pasien menuju input screen yang berada dalam Image Intensifier Tube . Input screen yang berada pada Image Intensifier adalah layar yang menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi berkas cahaya tampak, yang kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube). PMT terdiri dari photokatoda, focusing elektroda, dan anoda dan output phospor. Cahaya tampak yang diserap oleh photokatoda pada PMT akan dirubah menjadi elektron, kemudian dengan adanya focusing elektroda elektron-elektron negatif dari photokatoda difokuskan dan dipercepat menuju dinoda pertama. Kemudian elektron akan menumbuk dinoda pertama dan dalam proses tumbukan akan menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron yang telah diperbanyak jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama akan dipercepat menuju dinoda kedua sehingga akan menghasilkan elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya sampai dinoda yang terakhir. Setelah itu elektron-elektron tersebut diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya beda potensial yang kemudian nantinya elektron tersebut 11
  • 15. dirubah menjadi sinyal listrik yang kemudian oleh tv monitor sinyal listrik di rubah menjadi sinyal video/gambar. Perbedaan Stationery C-Arm dengan Mobile C-Arm: Stationery C-arm dan Mobile C-Arm Stationery C-Arm Mobile C-Arm Membutuhkan ruangan yang besar Tidak membutuhkan ruangan khusus Lebih tahan lama Lebih mudah rusak atau mudah mengalami kerusakan Mempunyai ukuran lebih besar Mempunyai ukuran lebih kecil Menggunakan tegangan yang lebih besar ( 380 v- 480 v) yang berasal dari Generator Menggunakan tegangan yang lebih kecil dari stationary c-arm ( 100 v- 240 v) yang berasal dari PLN X-ray tube lebih besar ukurannya, sehingga memiliki kemampuan lebih efektif dalam system pendinginan tabung X-ray tube lebih kecil ukurannya, sehingga kemampuannya dalam system pendinginan tabung terbatas Menggunakan higher x-ray beam filtration ( filtrasi sinar x) , kemampuan filtrasinya bisa berubah-ubah Menggunakan lower x-ray beam filtration ( filtrasisinar x) , kemampuanfiltrasinyatetap Ukurannya lebih tebal ( 10 mm equivalent) Ukurannya lebih tipis ( 3.4 mm – 5mm equivalent) 98 % dosis yg diserap pasien , 2 x photon dibandingkan mobile 99 % dosis yg diserap pasien, 0.5 x photon dibandingkan stationary 12
  • 16. 2.5 Cara pengoperasian C-Arm • Pastikan C-Arm terhubung dengan jala-jala listrik. • Tekan tombol ON untuk menghidupkan pesawat C-Arm. • Atur lengan C-Arm secara vertical dan horizontal sesuai bagian objek yang akan di expose. • Pilih mode fluoroskopi atau radiografi, pada fluoroskopi terdapat 4 mode yaitu N/F, S/F, M/F dan BST yang memiliki batas nilai kV dan mA yang berbeda. Pada mode radiografi operator dapat mengatur nilai kV dan mA sesuai kebutuhan. • Setting kV dan mA sesuai dengan yang dibutuhkan. • Tekan tombol lock untuk mengunci mode dan setting, agar pengaturan setting tidak berubah-ubah. • Untuk mode radiografi, tekan tombol ready kemudian tekan expose untuk mengambil gambar. • Untuk mode fluoroscopy, injak pada footswitch untuk mengambil gambar. • Setelah proses expose selesai maka tekan tombol storage untuk menghubungkan alat dengan komputer yang bertujuan untuk melihat hasil expose. • Apabila hasil masih belum terlihat jelas, maka dilakukan proses editing agar gambar yang diperoleh lebih maksimal. • Terdapat 2 Komputer pada C-Arm dimana masing-masing berfungsi sebagai display dan editing. 13
  • 17. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan C-Arm (alat yang berbentuk seperti huruf C) merupakan salah satu alat radiologi yang biasa digunakan untuk operasi. C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X dengan cara fluoroskopi dengan pancaran radiasi yang kecil. Jadi fluoroscopi disini sebagai metode pemeriksaan dari C-Arm. C-Arm dapat digunakan sebagai tindakan medis untuk bedah ortopedi, bedah laparoskopi, dan bedah syaraf. Dengan c-arm, letak benda atau obyek pemeriksaan yang berada di dalam tubuh dengan mudah dapat dideteksi, bahkan dapat dilihat secara lansung. 2. Saran Fluoroskopi memiliki risiko yang kebanyakan disebabkan oleh radiasi. Inilah alasan mengapa tindakan ini tidak disarankan bagi wanita hamil, karena fluoroskopi memiliki efek radiasi yang dapat membahayakan janin. Sebagai peraturan, tindakan pencitraan ini hanya boleh dilakukan apabila manfaat yang diharapkan melebihi kemungkinan risikonya. Sebisa mungkin, ahli medis akan menggunakan radiasi dalam dosis rendah untuk mengurangi risiko. Namun, dosis radiasi akan bergantung pada kondisi pasien. Dalam kasus di mana fluoroskopi digunakan untuk membantu tindakan yang membutuhkan waktu yang lama (misalnya dalam tindakan intervensi yang membutuhkan pemasangan cincin), dosis radiasi akan disesuaikan, sehingga ada kemungkinan pasien akan mendapatkan radiasi dalam dosis yang tinggi. 14
  • 18. DAFTAR PUSTAKA http://indahworld21.blogspot.co.id/2012/12/fluoroscopy.htmldiakses pada tanggal 12 Desember 2016 Zhimadzu medical system, Pesawat Carm http://www.shimadzu.com/med/products/c- arm/k25cur00000058j5-img/oh80jt000000311f.jpgdiakses pada tanggal 12 Desember 2016 https://fajarahmadfauzi.wordpress.com/2015/09/01/belajar-radiologi/diakses pada 13 Desember 2016 http://emedicine.medscape.com/article/1143675-overview diakses pada 13 Desember 2016 15