SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 72
Arti Lambang 
a. Palang Merah 
Saya rasa hal ini butuh diklarifikasi, karena lambang palang merah tidak 
pernah dimaksudkan untuk mereferensikan agama tertentu. Mengapa demikian? 
Menurut sejarahnya, lambang palang merah (red cross) merupakan sebuah 
lambang penghormatan bagi negara Switzerland (Swiss), yang merupakan tempat 
lahirnya gerakan palang merah internasional. Switzerland merupakan sebuah 
negara yang ‘ajaib’ dalam percaturan politik internasional: karena netralitasnya. 
Sampai awal abad ke-21, Switzerland bukanlah negara anggota Perserikatan 
Bangsa-bangsa (PBB). Switzerland juga bukan anggota Uni Eropa, dan memilih 
tidak bergabung dalam berbagai organisasi internasional lainnya. Switzerland 
sebagai konfederasi modern juga tidak pernah dijamah perang (baik nasional 
maupun internasional) yang memberikan status spesial Switzerland. Bukan hanya 
itu, Switzerland merupakan negara demokrasi yang masih mengenal demokrasi 
langsung (melalui referendum), dan memiliki tujuh (betul, tujuh!) orang presiden 
yang memegang jabatannya secara bergantian!. 
Jika Anda mengaitkannya dengan status Komite Internasional Palang Merah 
(ICRC) sebagai subyek hukum internasional, ICRC memiliki status khusus karena 
berawal dari sebuah organisasi swasta yang lahir (dan bermarkas) di 
Switzerland, tapi kini telah ‘dimiliki’ oleh dunia. Dengan demikian, gerakan palang 
merah memiliki status khusus dengan tujuan kemanusiaan. 
b. Bulan sabit merah 
Bulan sabit merah memang memiliki latar belakang religius, tapi bukan semata-mata 
alasan agama. Hal ini pertama muncul pada perang di antara Kekaisaran 
Ottoman (Utsmaniyah) dan Russia di akhir abad ke-19. Tentu kita tahu bahwa
Ottoman merupakan kekaisaran yang sangat luar biasa di bidang peradaban 
Islam. Meski demikian, perlu diketahui bahwa pada masa tersebut terdapat 
kontestasi politik yang luar biasa, di mana negara-negara di benua Eropa 
melakukan kolonialisasi dan ekspansi wilayah luar biasa di luar wilayah Eropa. Asia 
dan Afrika tentu menjadi sasaran utama. Saya bisa mengasosiasikan bahwa ada 
faktor pragmatis juga dalam hal ini: kedua pasukan perlu memenangkan perang 
ini. Kalau kemudian kaum Ottoman berpendapat bahwa lambang palang merah bisa 
menjadi masalah karena berbau religius, patut dipahami konteksnya pada zaman 
yang bersangkutan. Lambang ini sendiri baru diterima pada tahun 1906 secara de 
facto, karena pada awalnya dunia masih menginginkan adanya lambang yang 
universal dan satu untuk fungsi kemanusiaan yang sama. 
c. Kristal merah 
Beberapa tahun yang lalu, satu protokol tambahan (Additional Protocol) 
ditambahkan ke dalam Konvensi-konvensi Jenewa (Geneva Conventions of 1949) 
mengenai tanda-tanda pengenal tambahan (Additional Distinctive Emblem). 
Protokol ini menghasilkan satu lambang baru bernama Kristal Merah (red 
crystal), yang umumnya digunakan jika lambang palang merah dan bulan sabit 
merah menimbulkan persoalan. 
Gagasan mengenai lambang selain palang merah (dan sabit merah) bukanlah 
gagasan baru. Israel pernah menuntut adanya Bintang Daud Merah (Red Star of 
David), kekaisaran Persia — kemudian Iran pernah menuntut adanya Singa dan 
Matahari Merah (Red Lion and Sun). Berbagai negara lain memiliki gagasannya 
masing-masing. Meski demikian, pembedaan-pembedaan ini mengaburkan gagasan 
utama bahwa harus ada lambang universal yang dipahami bersama-sama demi 
tujuan kemanusiaan. 
Sejak penyusunan Konvensi-konvensi Jenewa pada tahun 1949, salah satu 
organisasi kemanusiaan Israel menuntut diakuinya Bintang Daud Merah sebagai 
lambang pengenal. Organisasi bernama Magen David Adom ini justru mendapat 
tentangan hebat bukan hanya dari negara-negara kawasan (yang dengan mudah 
memersoalkan lambang ini), tapi juga dari berbagai komunitas internasional 
lainnya. 
Lambang ketiga ini baru disepakati pada tahun 2005, dan disahkan pada tahun 
2007. Kini, kristal merah diterima sebagai lambang pengenal ketiga yang 
menandakan pihak-pihak yang patut dilindungi selama konflik bersenjata, sesuai 
dengan Hukum Humaniter Internasional.
B. Peran dan Tugas PMI 
Peran OMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas 
kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 
yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No. 59. 
Tugas Pokok PMI : 
- Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana 
- Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan 
- Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat 
- Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan pemerintah no 18 tahun 1980) 
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang 
Merah dan Bulan Sabit Merah,Yaitu: 
Kemanusiaan: Gerakan Palang Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan untuk 
memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, berupaya 
dalam kemampuan antar bangsa, mencegah & mengatasi penderitaan sesama manusia. 
Kesamaan: Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, suku, agama / 
kepercayaan tingkat atau pandangan politik. 
Kenetralan: Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh 
memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, suku, agama / ideologi. 
Kemandirian: Gerakan ini bersifat mandiri, Perhimpunan Nasional disamping membantu 
pemerintahnya dalam bidang kesehatan juga harus menaati peraturan negaranya, harus 
menjaga otonominya, sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini. 
Kesukarelaan: Gerakan ini memberi bantuan sukarela, tidak didasari oleh keinginan untuk 
mencari keuntungan apapun. 
Kesatuan: Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah yang terbuka 
untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 
Kesemestaan: Gerakan PMI bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan 
tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.
Palang Merah Indonesia 
Markas Besar PMI dahulu kala. Foto: Dok. PMI Batam 
Palang Merah Indonesia (PMI) sudah hadir selama 64 tahun. Namun apa yang kamu tahu tentang organisasi ini 
dan kegiatannya? 
Sejarah Singkat PMI 
Palang Merah sudah dimulai di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II. Pemerintah Kolonial Belanda pernah 
mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai). Namun 
pada masa pendudukan Jepang, organisasi itu dibubarkan. 
Atas perintah Presiden Soekarno, PMI kembali dibentuk. Tanggal pembentukannya, 17 September 1945, kita 
peringati setiap tahun sebagai Hari Palang Merah Indonesia. 
Kegiatan utamanya kala itu adalah membantu korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan 
pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. 
Petugas PMI menghibur anak-anak korban Situgintung. Foto: Dok. PMI 
Tugas Pokok PMI 
Dalam melaksanakan tugasnya PMI mengacu pada pada tujuh prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan 
Sabit Merah. Prinsip itu adalah Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan 
dan Kesemestaan. 
Tugas pokok PMI antara lain: 
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana 
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan 
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat 
+ Pelayanan transfusi darah. Biasa kita kenal dengan istilah, donor darah. 
PMI Sekarang 
Selain kegiatan di atas, PMI juga melakukan hal-hal lain. Kegiatan tersebut adalah: 
1. Pengajaran dan penyadaran mengenai perubahan iklim. PMI juga membantu masyarakat memahami 
bagaimana beradaptasi dengan perubahan iklim.
Kampanya anti flu burung oleh PMI. Foto: Dok. PMI 
2. PMI membantu masyarakat untuk bisa mengurangi resiko bencana, siap menghadapi bencana, beserta 
dampaknya. 
3. PMI melayani pencarian orang hilang akibat bencana atau konflik. 
4. Kampanya pencegahan flu burung. 
5. Membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan air dan sanitasi. 
6. PMI dan program 3 pilar di bidang HIV & AIDS. 
Hari ini, 17 September, kita memperingati hari ulang tahun PMI. Jika suatu saat kamu membutuhkan bantuan 
dari hal-hal di atas, hubungi saja PMI. 
(Kidnesia/Sumber: Palang Merah Indonesia )
Apa Itu PMR 
 
 
Details 
Category: Artikel 
Published on Tuesday, 10 December 2013 02:36 
Written by Super User 
Hits: 390 
Apa itu PMR 
Palang Merah Remaja atau PMR adalah suatu organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia 
yang berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-kelompok masyarakat ( sanggar, kelompok belajar, dll ) dan 
bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan 
kegiatan kemanusiaan. 
Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah, harus diadakan Pendidikan dan 
Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di 
Indonesia, dan pada diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap resmi 
menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah 
remaja di sekolah. 
PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR: 
1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan. 
2. Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan. 
3. Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan 
keputusan untuk kegiatan PMI 
4. Remaja adalah kader relawan 
5. Remaja calon pemimpin PMI masa depan 
Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan: 
1. Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter. 
2. Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya. 
3. Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat. 
4. Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya. 
5. Anggota PMR adalah calon relawan masa depan. 
Jumbara 
Jumbara atau Jumpa Bhakti Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR seperti halnya jambore pada 
organisasi Pramuka.Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan. Ada jumbara tingkat Kecamatan, kabupaten/kota 
, Provinsi dan Jumbara Nasional. dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI di wilayah yang 
bersangkutan. 
Tribakti PMR
Setiap anggota PMR memiliki tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, 
dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR (2009) tersebut adalah: 
1. Meningkatkan keterampilan hidup sehat 
2. Berkarya dan berbakti kepada masyarakat 
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. 
Tingkatan PMR 
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya 
1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna 
syal/slayer Hijau 
2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun). 
Warna syal/slayer Biru Langit 
3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-20 tahun). Warna 
syal/slayer Kuning cerah 
Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional 
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Prinsip-prinsip 
ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional" (Seven 
Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent). 
Kemanusiaan 
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada 
korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi 
penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap 
umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar 
sesamamanusia. 
Kesamaan 
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan 
kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata ialah mengurangi 
penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah. 
Kenetralan 
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi. 
Kemandirian 
Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah 
dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara masing-masing, namun 
gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan. 
Kesukarelaan 
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 
Kesatuan 
Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lembaga 
yang digunakan Palang merahatau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas
kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan. 
Kesemestaan 
Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional mempunyai 
status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu sama lain 
Visi dan Misi Palang Merah Indonesia 
 
 
Details 
Category: Artikel 
Published on Monday, 09 December 2013 08:50 
Written by Super User 
Hits: 367 
Visi PMI : 
PMI menjadi organisasi kemanusiaan yang profesional, tanggap dan 
dicintai masyarakat 
Misi PMI : 
1. Menguatkan dan mengembangkan Organisasi 
2. Meningkatkan dan mengembangkan Kualitas SDM 
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepalangmerahan 
4. Mengembangkan Kegiatan Kepalangmerahan yang 
berbasismasyarakat 
5. Meningkatkan dan mengembangkan jejaring kerjasama 
6. Menyebarluaskan, mengadvokasi dan melaksanakan Prinsip-prinsip 
Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 
serta Hukum Perikemanusiaan Internasional.
7. Mengembangkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi 
Kepalangmerahan. 
Sejarah Palang Merah Indonesia (PMI) 
 
 
Details 
Category: Artikel 
Published on Monday, 09 December 2013 08:42 
Written by Super User 
Hits: 870 
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat 
itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia 
dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan 
Jepang. 
Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut 
dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama 
dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang 
Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan 
untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka 
kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat 
halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan. 
Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, 
Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah 
Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, 
pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan 
(Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota). 
Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis 
kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian 
tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara 
Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan 
keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres 
No.246 tahun 1963. 
Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan 
operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia. 
PERAN DAN TUGAS PMI 
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan 
sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh 
pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59. 
Tugas Pokok PMI: 
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana 
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan 
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat 
+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980) 
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan 
Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan 
Kesemestaan
Organisasi PMI 
Posted on Agustus 31, 2010by indojagjit 
SEJARAH : 
Upaya pendirian organisasi Palang Merah Indonesia sudah dimulai semenjak Perang Dunia 
ke II oleh Dr. RCL senduk dan Dr. Bahder Djohan, di mana sebelumnya telah ada 
organisasi Palang Merah di Indonesia yang bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling 
Indie ( NERKAI ) yang didirikan oleh Belanda. Tetapi upaya – upaya ini masih ditentang 
oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang. 
Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, atas Instruksi Presiden Soekarno, maka 
dibentuklah Badan Palang Merah Indonesia oleh Panitia Lima, yaitu : 
1. Ketua : Dr. R. Mochtar 
2. Penulis : Dr. Bahder Djohan 
3. Anggota : Dr. Djoehana 
Dr. Marzuki 
Dr. Sitanala 
Sehingga pada tangal 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang pertama 
dilantik oleh Wapres RI Moch. Hatta sekaligus beliau sebagai Ketuanya. 
Keppres No. 25 Tahun 1950 
Karena sejak dibentuk tahun 1945 hingga akhir 1949 PMI ikut terjun dalam 
mempertahankan Kemerdekaan RI sebagai alat perjuangan, tidak sempat melakukan 
penataan organisasi sebagaimana mestinya, Pengesahan secara hukum melalui Keppres RIS 
No. 25 Tahun 1950 tanggal 16 Januari 1950 yang menetapkan : 
Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan hukum 
Perhimpunan Palang Merah Indonesia, menunjuk Perhimpunan Palang Merah 
Indonesia sebagai satu-satunya organisasi untuk menjalankan pekerjaan 
palang merah di Republik Indonesia Serikat menurut Conventie Geneve (1864, 
1906, 1929, 1949 ) 
Penegasan tersebut bukanlah sekedar untuk memberikan landasan Hukum PMI sebagai 
organisasi social tetapi juga mempunyai latar belakang pertimbangan dan tujuan yang 
bersifat Internasional sebagai hasil dari Perundingan Meja Bundar tanggal 27 Desember 
1949. 
Keppres No. 246 Tahun 1963 
Pada 29 November 1963 Pemerintah RI melalui Keppres No.246 tahun 1963 yang 
melengkapi Keppres No. 25 Tahun 1950. Melalui Keppres ini pemerintah Republik 
Indonesia mengesahkan : Tugas Pokok dan Kegiatan Palang Merah Indonesia
yang brazaskan Prikemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak 
membeda bedakan bangsa, golongan dan faham politik. 
Sistem dan Struktur organisasi 
Palang Merah Indonesia ( PMI ) adalah lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan 
mandiri, yang didirikan dengan tujuan untuk membantu meringankan penderitaan sesama 
manusia akibat bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa 
membedakan latar belakang korban yang ditolong. 
Tujuannya semata – mata hanya untuk mengurangi penderitaan sesama manusia sesuai 
dengan kebutuhan dan mendahulukan keadaan yang lebih parah. 
Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik mempunyai struktur, sistem dan prosedur yang 
memungkinkan untuk memenuhi Visi dan Misinya. Struktur, sistem dan prosedur PMI 
tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI. 
Suatu Perhimpunan Palang Merah Nasional, yang terikat dengan Prinsip-prinsip Dasar 
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, maka PMI jelas merupakan 
lembaga yang independen serta berstatus sebagai Orgnisasi Masyarakat, namun dibentuk 
oleh Pemerintah serta mendapat tugas dari Pemerintah. 
Tugas Pemerintah yang diberikan kepada PMI adalah sebagai berikut : 
PERTAMA : 
Tugas – tugas dalam bidang kepalangmerahan yang erat hubungannya dengan Konvensi 
Jenewa dan ketentuan – ketentuan Liga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Federasi 
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah), sebagai Lembaga yang 
menghimpun keanggotaan Perhimpunan Palang Merah Nasional. 
KEDUA : 
Tugas khusus untuk melakukan tugas pelayanan transfusi darah, berupa pengadaan, 
pengolahan dan penyediaan darah yang tepat bagi masyarakat yang membutuhkan. 
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, susunan Organisasi Palang 
Merah Indonesia adalah sebagai berikut :
PMI Cabang dapat membentuk PMI Ranting yang berada di Tingkat Kecamatan. 
Visi & misi 
Untuk menjadi Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik, Palang Merah Indonesia 
mempunyai visi dan misi yang dinyatakan dengan jelas, dengan kata lain, konsep yang jelas 
tentang apa yang ingin dilakukannya. Visi dan misi dihrapkan dapat dimengerti dengan baik 
dan didukung secara luas oleh seluruh anggota di seluruh tingkatan. Visi dan misi harus 
berpedoman pada Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 
Internasional serta beroperasi sesuai Prinsip Dasar. 
VISI : 
Palang Merah Indonesia ( PMI ) mampu dan siap menyediakan pelayanan 
kepalangmerahan dengan cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip 
Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 
MISI : 
Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar 
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional 
Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana dan konflik yang 
berbasis pada masyarakat 
Memberikan bantuan dalam bidang kesehatan berbasis masyarakat 
Pengelolaan Transfusi Darah secara Profesional 
Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan 
NAPZA 
Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan 
Pengelolaan Transfusi Darah secara Profesional 
Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan 
NAPZA 
Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan
Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara 
berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam 
melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan 
Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna 
meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi 
dan program PMI dapat diwujudkan 
Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara 
berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam 
melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan 
Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna 
meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi 
dan program PMI dapat diwujudkan 
Kegiatan : 
Kegiatan Utama Palang Merah Inonesia berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana 
Strategis PMI 2004 – 2009 adalah sebagai berikut : 
1. Pelayanan Penanggulangan Bencana : 
a. Kesiapsiagaan Bencana ( DP ) 
b. Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat ( CBDP ) 
c. Tanggap Darurat Bencana ( DR ) 
2. Pelayanan Kesehatan : 
a. Upaya Kesehatan Transfusi Darah ( UKTD ) 
b. Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat ( CBFA ) 
c. HIV / AIDS 
d. Sanitasi Air 
e. Tanggap Darurat Kesehatan 
f. Pelayanan Pos PP dan PK 
g. Pelayanan Ambulance 
h. Dukungan Psikologi 
i. Rumah Sakit PMI / Poliklinik 
3. Pelayanan Sosial : 
a. Tracing and Mailling Servic ( TMS / RFL) 
b. Pelayanan pada Lansia 
c. Pelayanan bagi Anak Jalanan 
d. Program Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial 
4. Peningkatan Fungsi / peran Komunikasi dan Informasi : 
a. Diseminasi Prinsip Dasar Palang Merah dan HPI 
b. Promosi, Publikasi, Advokasi dan Networking 
c. Dukungan Komunikasi dalam Peningkatan Citra dan Pengembangan Sumber Daya PMI
d. Hubungan Luar Negeri 
5. Pengembangan Organisasi : 
a. Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Organisasi 
b. Penggalian Dana ( Fund Raising ) 
c. Pengembangn Sumber Daya 
d. Pembinaan Relawan ( PMR, KSR dan TSR ) 
e. Pendidikan dan Peltihan
Fungsi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 
LAMBANG - Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 
Fungsi Lambang 
Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah memenuhi tiga fungsi utama: 
 harus menandakan bahwa seseorang atau suatu objek sebagai hal yang tidak boleh diserang 
(tanda perlindungan) 
 untuk memberi keterangan bahwa orang atau objek ini berada di bawah perlindungan 
atura-aturan kemanusiaan/HPI (tanda perlindungan) 
 menandakan bahwa orang-orang ini atau objek-objek ini ada kaitannya dengan Gerakan 
Palang Merah/Bulan Sabit Merah (tanda pengenal) 
A. TANDA PERLINDUNGAN (PROTECTIVE USE) 
Sebagai suatu alat perlindungan lambang adalah "tanda Konvensi" pada masa perang. Sebagaimana 
hal itu berlaku sebagai simbol, atau "…tanda perlindungan yang dapat terlihat yang disepakati oleh 
Konvensi terhadap orang-orang atau sesuatu (tenaga medis, unit-unit, kendaraan dan peralatan). 
Kegunaan perlindungan ini secara esensi dimiliki oleh negara dan dinas kesehatan angkatan darat. 
Disamping dinas medis angkatan darat ini, perhimpunan-perhimpunan bantuan yang diakui, 
terutama Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, memberikan bantuannya 
kepada dinas medis angkatan darat, juga diizinkan untuk menggunakan lambang tersebut untuk 
perlindungan, tetapi hanya selama pertikaian terjadi. Dalam status ini personil yang dimaksud 
tetap harus membawa kartu identitas yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. 
Penggunaan tanda perlindungan oleh Perhimpunan Nasional ini terbatas pada personil, bangunan, 
kendaraan dan peralatan yang disimpan di tempat penyimpanan dinas medis angkatan darat pada 
waktu perang, dan penampangannya harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan otoritas 
militer. Tanda perlindungan ini tetap harus dikenakan dengan jelas (optimum visibility) pada saat 
personil tersebut tidak dalam keadaan bertugas. 
Seperti yang telah disinggung, badan internasional Palang Merah atau ICRC dan IFRC dan 
personilnya apakah petugas medis atau bukan, 
diperkenankan untuk mengenakan lambang itu setiap saat. 
Bila digunakan sebagai alat perlindungan, lambang tersebut 
harus selalu dalam dimensi yang besar dalam kaitannya 
dengan penandaan gedungatau kendaraan supaya lebih 
jelas terlihat dari kejauhan. Sebagai contoh tanda 
perlindungan akan ditampakkandi atap rumah sakit dan dek 
atau badan sisi luar rumah sakit kapal dandi semua sisi 
kendaraan-kendaraanyang digunakan untuk mengangkut 
orang-orang terluka dan tenaga medis. Anggota dinas 
medis akan menggunakan tanda di lengan dan di dada. 
Bila tidak ada pengaturan lebih lanjut dari pihak berwenang, Perhimpunan Nasional dapat 
memberikan izin kepada para anggotanya memasang lambang sebagai suatu alat pengenal (dengan 
nama perhimpunannya) bersamaandengan lambang sebagai alat perlindungan. Bagi objek-objek 
yang ditempatkan instalasi milik pihak berwenang juga dapat dipasangkan lambang dengan nama 
perhimpunannya. Dalam hal ini, lambang yang digunakan sebagai alat pengenal dan nama 
Perhimpunan Nasional termaksud harus dalam dimensi yang kecil. 
Penggunaan lambang atau titel "palang merah" atau "Geneva cross", atau setiap tanda atau titel 
yang merupakan suatu imitasi (peniruan), harus dilarang setiap saat, langkah yang perlu harus
diambil untuk mencegah dan menekan segala bentuk penyalah gunaan tanda khusus ini. 
Penggunaan yang tidak jujur atau merupakan tindakan penipuan dari lambang palang merah atau 
bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan (dan sinyal perlindungan lainnya) adalah suatu 
pelanggaran berat (grave breach). pelanggaran berat tersebut dapat dikategorikan sebagai 
kejahatan perang (war crimes). 
B. TANDA PENGENAL (INDICATIVE USE) 
Sebagai alat pengenal, lambang tersebut menunjukan bahwa pemakai, apakah personil atau objek 
mempunyai hubungan tertentu dengan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, tetapi tidak perlu di 
bawah ketentuan perlindungan Konvensi Jenewa. 
Lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai suatu tanda pengenal harus dalam dimensi 
yang lebih kecil dan digunakan sebagai cara untuk menghindari segala bentuk kerancuan 
membedakan dengan alat perlindungan. 
Sebagai contoh, lambang tersebut tidak boleh ditampakkan pada atap atau di lengan. Namun 
demikian penggunaan lambang dalam ukuran besar tetap berlaku dalam kasus-kasus tertentu, 
seperti pemakaian lambang tersebut oleh tenaga P3K untuk mudah dikenali. Sebagai contoh, hal ini 
berlaku ketika sukarelawan P3K melakukan aktivitas bantuan korban bencana alam. 
Perhimpunan Nasional diinstruksikan untuk hanya menggunakan lambang-lambang yang sesuai 
dengan Konvensi Jenewa. Lebih jauh lagi, dalam mengikuti Prinsip-prinsip Dasar Gerakan, 
"…Perhimpunan Nasional tidak dapat menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan lambang 
kecuali hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur oleh Konferensi Internasional Palang Merah 
dan tujuan-tujuan kelembagaan, yaitu bantuan sukarela terhadap orang sakit dan terluka serta 
kepada korban akibat konflik langsung dan tidak langsung dan bencana alam atau bencana buatan 
manusia. 
Sebagai aturan umum, di masa damai, Perhimpunan Nasional dapat menggunakan lambang sebagai 
alat pengenal sesuai dengan perundang-undangan nasional. Seperti yang pernah disinggung pada 
bagian A dari tulisan ini (tentang tanda perlindungan), mereka juga dapat melanjutkan penggunaan 
lambang sebagai alat pengenal di masa perang atau konflik, tanpa ada kemungkinan kerancuan 
dengan kegunaannya sebagai alat perlindungan (penggunaannya tanda pengenal bersamaan dengan 
tanda perlindungan). 
Sebagai contoh, seorang petugas medis dari Perhimpunan Nasional di masa damai selalu 
mengenakan bros, badge atau "name tag" yang merupakan identitas Perhimpunan Nasional Palang 
Merah/Bulan Sabit Merah di negaranya. Identitas ini tetap dapat dikenakan kemudian di masa 
konflik meskipun dia kemudian mengenakan rompi atau ban lengan dengan lambang palang 
merah/bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan. 
Berikut adalah pembedaan-pembedaan fungsi pengenal dari emblem yang bisa dibuat: 
 lambang perlengkapan, dapat diterapkan pada bendera, papan alamat, pelat kendaraan, 
badge staf, yang menunjukan bahwa seseorang atau objek tersebut adalah anggota atau 
milik dari organisasi Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah; 
 lambang dekoratif, yang mungkin tampak pada medali, kancing atau penghargaan lainnya, 
publisitas atau gambaran dekoratif yang digunakan oleh Perhimpunan Nasional; 
 lambang asosiatif, yang mungkin tampak pada pos-pos P3K, seperti di pinggir jalan, di 
dalam stadion atau ruang-ruang publik lainnya atau pada ambulans bukan miliki 
Perhimpunan Nasional tetapi dicadangkan untuk tindakan darurat yang bebas biaya kepada 
warga sipil yang cedera atau sakit, dengan izin dari Perhimpunan Nasional.
Penggunaan lambang yang tidak benar 
Banyak kasus penyalahgunaan dari lambang ditemukan dalam kategori alat pengenal. Karena secara 
luas dianggap sebagai suatu simbol pertolongan dan perawatan medis, lambang palang merah dan 
bulan sabit merah sering secara luas digunakan oleh organisasi dan perorangan 
yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Gerakan Palang Merah. Sangat 
banyak contoh dari penyalahgunaan lambang yang dapat ditemukan di seluruh 
dunia. Penyalahgunaan itu utamanya terjadi pada rumah sakit, dokter swasta, 
ambulan, apotek, pabrik obat dan perusahaan distribusi, serta pelayanan-pelayanan 
umum atau swasta yang berkaitan dengan kesehatan dan higienis. 
Sebenarnya setiap penggunaan lambang tanpa mendapat pengesahan yang resmi 
dari Perhimpunan Nasional harus dianggap sebagai suatu penyalahgunaan, apakah 
itu dibuat untuk tujuan komersial atau bukan. Oleh karena itu tindakan hukum 
yang efektif harus diambil oleh semua negara untuk mengatur penggunaan lambang 
dan menekan penyalahgunaan lambang tersebut. 
Dengan kata lain, perlindungan lambang itu sendiri adalah suatu keharusan yang mutlak untuk 
menjamin berlangsungnya penghargaan kepada Gerakan Palang Merah dan aktivitas-aktivitas Palang 
Merah di seluruh penjuru dunia baik di masa damai atau di masa perang. 
Dasar Hukum 
Berdasarkan hukum internasioanl, masalah lambang ini diatur dalam: 
1. Konvensi Jenewa I 1949 Pasal 38 s.d. Pasal 44, Pasal 53 dan Pasal 54 
2. Konvensi Jenewa II 1949 Pasal 41 s.d. Pasal 45 
3. Konvensi Jenewa IV 1949 Pasal 18 s.d. Pasal 22 
4. Protokol Tambahan I 1977 Pasal 18, Pasal 85 dan Annex I Pasal 1 s.d. Pasal 5 
5. Protokol Tambahan II 1977 Pasal 12 
6. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the National 
Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan direvisi oleh 
the Council of Delegates, Budapest 1991) 
Berdasarkan hukum nasional, masalah lambang ini diatur dalam: 
1. Keppres No. 25 tahun 1950 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Perhimpunan Palang Merah 
Indonesia. 
2. Keppres No. 246 tahun 1963 tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia. 
3. Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 1/Peperti tahun 1962 Tentang 
Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-Kata Palang Merah. 
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia. 
Sumber bacaan : 
1. Red Cross Emblem - A System of Humanitarian Protection, Daniel Glinz & Christophe 
Swinarski, ICRC Regional Delegation for East Asia, Hongkong, 1993. 
2. Basic Rules of the Geneva Conventions and Their Additional Protocols, International 
Committee of the Red Cross, 1983. 
3. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the National 
Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan direvisi oleh 
the Council of Delegates, Budapest 1991).
PMR 
26 November 2013 · 
Sejarah Lambang Palang Merah 
Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka 
kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang 
terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 
2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan 
palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari 
lambang-lambang tersebut. 
1859 
Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di 
bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut 
tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk 
perlindungan yang sah. 
Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api 
memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis. 
Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Henry Dunant, seorang warga 
negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata 
kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang. 
Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan 
perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang. 
1862 
Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua 
usulan : 
a. untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk 
merawat korban pada masa perang 
b. agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang 
yang terluka di medan perang. 
Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; 
dan yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 
negara. 
1863 
Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota, yang nantinya disebut International 
Commitee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant. 
Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh 
hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para 
sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata. 
Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta 
identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan 
dikenal secara universal. Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama 
diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara. 
Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan 
untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga 
Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih 
sebagai keseragaman lambang yang jelas. 
1864 
Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan 
resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa 
Pertama. 
Hukum perikemanusiaan internasional telah lahir 
Konvensi Jenewa Pertama mengakui palang merah dengan latar putih sebagai sebuah lambang 
khusus. 
Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan 
kepada mereka, lambang tersebut dibentuk dengan membalikkan warna bendera Swiss. 
Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah
dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih 
melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang 
mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima. 
Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki 
warna yang kontras. 
1876-1878 
Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan akan 
menggunakan lambang bulan sabit merah dengan latara belakang putih di tempat yang sama 
dengan palang merah. Tetap menghargai lambang palang merah, Ottoman meyakini bahwa 
palang merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Bulan sabit merah akhirnya 
sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu. 
1929 
Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk 
meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar bulan sabit 
merah dan singa matahari merah diakui. Setelah diskusi berkepanjangan, Konferensi tersebut 
diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari palang merah; namun untuk 
menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya 
berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya. Tiga lambang 
tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa. 
Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan palang merah dan 32 menggunakan bulan 
sabit merah. 
1949 
Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi 
Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan 
jawaban tentang lambang: 
1.Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri; 
2.Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah 
3.Prmintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, perisai merah dari David yang 
digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel; 
Ketiga proposal tersebut ditolak. 
Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang 
perlindungan. Palang merah, bulan sabit merah dan singa matahari merah tetap dinyatakan 
sebagai lambang yang diakui. 
1980 
Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan lambang singa matahari merah 
dan akan menggunakan lambang bulan sabit merah sebagai lambang khusus mereka. 
Bagaimanapun juga, lambang singa dan matahari merah tetap diakui. 
1992 
Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga 
pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua 
lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran 
terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang 
sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan 
lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun 
keagamaan manapun. 
1999 
Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan 
permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu 
dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk 
semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur. 
2000 
Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem 
palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat 
digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama 
sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun. 
Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya 
dengan:
a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabit 
b. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahan 
c. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang 
dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC. 
2005 
Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara 
mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan 
bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – 
dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan 
yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk: 
1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit 
merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah 
2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan. 
2006 
Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di 
Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk 
mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru. 
‘
Sejarah Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 
Sejarah Lambang Kemanusiaan 
Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka 
kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang 
terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, 
sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah 
dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang 
tersebut. 
1859 
Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang 
medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui 
secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang 
sah. 
Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin 
pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis. 
Jean Henry Dunant (Swiss, 8 Mei 1828 - 30 Oktober 1910) 
Bapak Palang Merah Dunia 
Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Jean Henry Dunant, seorang warga 
negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata 
kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang.
Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan 
drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang. 
1862 
Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan : 
1. Untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok 
sukarelawan untuk merawat korban pada masa perang 
2. Agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan 
orang-orang yang terluka di medan perang. 
Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan 
yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara. 
1863 
Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota yang disebutLiga Palang 
Merah beranggotakan ; Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Italia, dan Inggris, yang nantinya 
disebut International Committee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan 
Henry Dunant. 
Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh 
hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para 
sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata. 
Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik 
untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara 
universal 
Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya 
delegasi dari 14 negara. 
Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk 
tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit 
Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman 
lambang yang jelas. 
1864 
Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan 
resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa 
Pertama.
Hukum perikemanusiaan internasional telah lahir 
Konvensi Jenewa Pertama mengakui Palang Merah dengan latar putihsebagai sebuah lambang 
khusus. 
Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada 
mereka, lambang tersebut dibentuk denganmembalikkan warna bendera Swiss. 
Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah 
dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera 
putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang 
mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima. 
Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna 
yang kontras. 
1876-1878 
Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekhilafahan Islam Turki Utsmani 
(Ottoman) mendeklarasikan akan menggunakan Lambang Bulan Sabit Merah dengan latar 
belakang putih di tempat yang sama dengan Palang Merah. Tetapi, tetap menghargai Lambang 
Palang Merah, Kekhilafahan Islam Turki Utsmani (Ottoman) meyakini bahwa Palang Merah, secara 
alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Lambang Bulan Sabit Merah akhirnya sementara itu 
diterima untuk digunakan pada konflik itu. 
1929 
Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau 
kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar Bulan Sabit 
Merah dan Singa Matahari Merah diakui (Singa Matahari Merah digunakan oleh Persia atau Iran saat 
itu -red). 
Singa Matahari Merah, Lambang Kemanusiaan Persia (Iran) 1929 
Setelah diskusi berkepanjangan, akhirnya lambang tersebut diterima dan diakui sebagai lambang 
khusus sebagai tambahan dari Palang Merah, namun untuk menghindari perkembangan lambang 
yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara 
yang telah menggunakannya.
Lambang Kemanusiaan International pada 1929 
Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa. 
Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan Palang Merah dan 32 menggunakan Bulan Sabit 
Merah. 
1949 
Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa 
akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang 
lambang: 
1. Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri; 
2. Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah 
3. Permintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, Perisai Merah dari Bintang David yang 
digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel; 
Lambang Kemanusiaan Negara Israel 
(TIDAK DIAKUI oleh Komunitas International) 
Ketiga proposal tersebut ditolak. 
Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. 
Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Singa Matahari Merah tetap dinyatakan sebagai lambang yang 
diakui. 
1980 
Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan Lambang Singa Matahari 
Merah dan akan menggunakan Lambang Bulan Sabit Merahsebagai lambang khusus mereka. 
Bagaimanapun juga, Lambang Singa Matahari Merah tetap diakui. 
1992 
Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga 
pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang 
palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa 
hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada 
tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama 
sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.
1999 
Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan 
agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk 
menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam 
istilah hakekat dan prosedur. 
2000 
Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem 
palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan 
untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak 
berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun. 
Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan: 
a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabit 
b. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahan 
c. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang 
dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC. 
Lambang Kemanusiaan International tambahan baru (Kristal Merah) 
2005 
Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi 
Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan 
lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal 
merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama 
beberapa tahun, termasuk: 
1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan 
sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan 
kristal merah 
2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan. 
2006 
Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa 
untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan 
pengolahan lambang yang baru. 
Lembaga-lembaga Kemanusiaan International dan Nasional Indonesia :
International Committee of the Red Cross (ICRC) 
IFRC
Analisa lambang : 
Ada dua fungsi dari lambang kemanusiaan (dalam hal ini saat awalnya adalahPalang Merah) : 
Pertama, 
sebagai tanda pelindung, 
yaitu untuk memberikan perlindungan berdasarkan Hukum Perikemanusiaan Internasional kepada 
orang dan objek dari divisi kesehatan angkatan bersenjata, Perhimpunan Nasional, Internatinal 
Committee of the Red Cross (ICRC), dan International Federation of Red Cross and Red Crescent 
Societies (IFRC). 
Kedua, 
sebagai tanda pengenal, 
yaitu untuk mengidentifikasi orang dan objek lain yang terkait dengan Gerakan Kemanusiaan ini. 
Melihat fungsi Lambang itu, jelas sekali bahwa lambang Palang Merah mempunyai efek yuridis yang 
tidak dapat dikesampingkan. Namun kemudian, dalam perkembangannya, sejak Konferensi 
Internasional I diselenggarakan pada 26 Oktober 1863, dengan diikuti delegasi dari 14 negara, 
dimana salah satu hasil resolusi Konferensi ketika itu menerima lambang palang merah dengan latar 
belakang putih sebagai lambang khusus, yang kemudian pada Agustus 1864 resolusi itu menjadi 
perjanjian internasional (Treaty), yang menjadi Hukum Perikemanusian Internasional yang pertama. 
Sampai akhirnya selama perang Rusia kontra Turki pada tahun 1876-1878, Turki mendeklarasikan 
lambang bulan sabit merah dengan latar belakang putih sebagai pengganti lambang palang merah 
latar belakang putih. Saat itu, kedua lambang berbeda itu dapat diterima sebagai lambang 
kemanusiaan dalam konflik. 
Pada tahun 1990-an, mencuat ke permukaan terkait kenetralan dari palang merah dan bulan sabit 
merah di beberapa daerah konflik yang pelik. Ketika itu, palang merah kerapkali diidentikkan sebagai 
simbol Kristen. 
Sebaliknya, bulan sabit juga kerapkali diidentifikasikan sebagai simbol Islam. 
Akhirnya, pada tahun 1999 Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional 
membentuk Kelompok Kerja Gabungan dari Negara dan Perhimpunan Nasional mengenai lambang 
yang dapat diterima semua negara. Hasilnya, disepakati lambang tambahan ketiga yang tidak 
memiliki konotasi negara, politik atau agama apa pun. Baru pada Konferensi Diplomatik pada 
Desember 2005, diterima Protokol III tambahan untuk Konvensi Jenewa yang menciptakan lambang 
tambahan disamping lambang palang merah dan bulan sabit merah, yaitu kristal merah. 
Dalam tulisan ini, ditujukan agar kita menelaah secara obyektif dan kritis di balik perdebatan lambang 
Gerakan di atas sampai-sampai menghabiskan waktu selama kurang lebih 15 tahun (1990-2005). 
Kemudian artikulasi apa sehingga Turki menggunakan bulan sabit merah sebagai lambang gerakan 
kemanusiaan mereka? Kenapa pula digunakan salib merah dengan panjang silang yang sama? Dan 
pertanyaan-pertanyaan lainnya terkait aspek historis serta pemaknaan lambang-lambang tersebut. 
Bulan Sabit atau Salib Pattee? 
Opini publik telah menganggap bahwa bulan sabit (al-Hilaal) sebagai simbol Islam. Ia kerapkali 
dipertentangkan dengan lambang salib dalam Perang Salib (The Crusades). Bagi kaum Muslimin 
menghancurkan salib merupakan aksi simbolis untuk menunjukkan kekalahan Kristen dan 
kemenangan Islam. Saladin dipuji oleh Ibnu Jubayr dalam ode kemenangan dalam karyanya karena 
telah menghancurkan salib mereka dengan kekuatan militernya di Hittin.
Ibn Abi Thayyi menceritakan tentang salib yang direbut di Hittin, “Saladin membawa pulang sebuah 
salib sebagai rampasan perang, yang berupa sepotong kayu berlapis emas dan dihiasi dengan batu-batu 
berharga, yang menurut mereka telah menjadi tempat penyaliban mereka. Salib berlapis emas 
yang ada di Kubah Batu tidak diturunkan dengan perlahan.” Ibnu Saddad menjelaskan bahwa salib 
itu dilemparkan ke tanah meski ukurannya sangat besar. 
Setelah merebut Yerusalem, Saladin mengirim lambang-lambang kemenangan besarnya kepada 
khalifah di Baghdad. Lambang kemenangannya yang paling berharga adalah salib yang dipasang di 
puncak Kubah Batu di Yerusalem, “Salib yang terbuat dari tembaga dan dilapisi dengan emas itu 
dikubur di bawah gerbang Nubain (di Baghdad) dan selanjutnya diinjak-injak.”[1] (Carole Hillenbrand, 
2005, terj.) 
Menariknya, dalam bukunya yang mendapatkan penghargaan King Faesal itu, Hillenbrand 
memberikan catatan dari hasil penelitiannya yang cukup mengejutkan, bahwa di dalam retorika kaum 
Muslim ini, yang dijadikan pesaing salib Kristen adalah Alqur’an atau menara. Bukan bulan sabit, 
seperti yang terjadi kemudian. Meskipun pada awal abad kesebelas, ketika katedral Armenia Ani di 
timur Anatolia diubah menjadi sebuah masjid, salib di puncak kubahnya diturunkan dan diganti 
dengan bulan sabit perak.[2] 
Sudut pandang historis di atas, sepertinya mengilhami Buku The Complete Dictionary of Symbols 
untuk menyebut bulan sabit sebagai a symbol of Islamic expansion[3] (Jack Tresidder, 2005). 
Tampaknya Buku itu merujuk kepada fakta sejarah dimana Islamic Empire Turki Ustmani melakukan 
perluasan wilayahnya ke Eropa dengan membawa bendera berlambangkan bulan sabit merah. 
Kendati pun demikian, The Complete Dictionary of Symbols menyebutkan bahwa bulan sabit 
bukanlah monopoli simbol Islam. Pada tahun 341 SM, di Byzantium mata uang koin dicetak dengan 
lambang bulan sabit dan bintang.[4] Selain itu, dalam budaya Hindu dan Celtic, bulan sabit sebagai 
lambang yang akan mengubah kepada keabadian. Di Mesir, bulan sabit dan cakram melambangkan 
kesatuan ketuhanan (divine unity). Sementara dalam dewi-dewi Yunani dan Romawi, mengenakan 
lambang bulan sabit pada rambut mereka sebagai simbol keperawanan dan kelahiran. Demikian pula 
pada Maria Sang Perawan yang menggunakan lambang bulan sabit sebagai simbol kesucian. 
Meski penelusuran akar historis The Complete Dictionary of Symbols di atas menunjukkan bahwa 
lambang bulan sabit itu bukan monopoli Islam, tetap saja statemen awal penjelasannya adalah, 
“Crescent, the emblem of Islam, signifying divine authority, increase, ressurection and, with a star, 
paradise. Karena itu, menurut al-Mausu’ah al-’Arabiyyah al-’Alamiyyah, pada era sekarang ini, bulan 
sabit telah menjelma menjadi syi’aar (simbol) umat Islam. Lantas al-Mausu’ah menjelaskan landasan 
syar’i (aspek dalil) bulan sabit (al-hilaal) sebagai simbol Islam, yaitu dengan merujuk kepada akar 
kata al-Ahillah, yakni bentuk plural daril al-hilaal dalam Surat Al-Baqarah ayat 189. Dengan bulan 
sabit itu, sambung al-Mausu’ah, waktu-waktu haji, puasa, membayar zakat dan kafarat dan bentuk 
ibadah lainnya dapat ditentukan. Dan inilah kenapa ayat itu menyebut kata al-Ahillah.[5] 
Tampak bahwa lambang bulan sabit, sebagaimana juga produk budaya lainnya, dalam 
pemaknaannya di kemudian hari mengalami penyempitan. Saat ini, mindset publik, baik kalangan 
Muslim maupun non-Muslim, menilai bahwa bulan sabit merupakan wujud Islam dalam persimbolan. 
Maka wajar saja jika dalam konteks lambang Gerakan di Indonesia ada mainstream agar bulan sabit 
dipergunakan sebagai lambang pengganti salib merah dengan panjang silang yang sama. Maka pada 
8 Juni 2002 di Jakarta dideklarasikan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang diketuai dr. Basuki 
Supartono. 
Sama dengan makna bulan sabit merah, netralitas simbol palang (salib) merah dengan panjang
silang yang sama pun kerap dipertanyakan, bukannya hanya dalam konteks ke-Indonesiaan tapi 
konteks internasional. Sekadar bahan renungan bersama, The Complete Dictionary of Symbols 
menyebutkan bahwa salib (cross) merupakan lambang keimanan Kristen. Selain itu, salib juga simbol 
kosmos kuno dan universal. Artinya, seperti juga lambang bulan sabit, pada awalnya salib bukanlah 
monopoli simbol Kristen. Sekadar menyebut contoh, di China, salib di dalam segi empat melukiskan 
bumi dan stabilitas. Di India, salib pernah menjadi lambang Hindu yakni lambang tongkat api Dewa 
Agni.[6] Bahkan lebih tajam lagi, lambang salib merah dengan panjang silang yang sama yang 
sekarang dipakai lambang Gerakan di dunia internasional dan juga di Indonesia adalah lambang 
salibnya Ksatria Templar (Knights of Templar), yang menurut salah satu buku paling kontroversial 
pada abad 20 Holy Blood Holy Grail disebutkan, bahwa para Templar merupakan lambang dan 
perwujudan yang sempurna dari nilai-nilai agama Kristen.[7] Selain itu para Templar juga 
didefinisikan sebagai sosok pejuang yang memegang peranan terpenting dalam Perang Salib, dan 
lebih dari itu mereka dikenal sabagai Ksatria Kristus.[8] Terlepas dari kontroversi di kalangan internal 
teolog Kristen atas misteri yang menyelimuti Ksatria itu. 
Patut diingat bahwa pada tahun 1146 M, kelompok Ksatria Templar (Ksatria Kristen) memakai 
gambar salib merah yang terkenal, yaitu salib dengan panjang silang yang sama (salib pattee). 
Dengan salib pattee yang digambarkan pada pakaian mereka, para ksatria ini menemani Raja Louis 
VII dari Prancis pada saat Perang Salib. Pada saat inilah mereka menetapkan karir mereka untuk 
semangat berperang dengan sifat membabi buta yang menggila, serta kesombongan yang 
membahayakan.[9] 
Alhasil, harus diakui, adalah ahistoris jika mengatakan salib merah dengan panjang silang yang sama 
merupakan lambang Gerakan yang netral. Demikian pula, ahistoris jika mengatakan bulan sabit 
merah sebagai lambang Gerakan yang netral. Lantas harus bagaimana? 
Dengan adanya Protokol III untuk Konvensi Jenewa, dimungkinkan penggunaan lambang palang 
merah dan bulan sabit merah secara bersamaan. 
Melihat pada kondisi ke-Indonesiaan, maka seharusnya negara dan pemerintah, mengizinkan kepada 
para Pelaku Gerakan Kemanusiaan di Indonesia, untuk bebas menggunakan lambang yang lebih 
diyakininya, dan lebih menenangkan aspek spiritualitasnya. Bahwa boleh menggunakan lambang 
Bulan Sabit Merah (karena memang mayoritas masyarakat di Indonesia adalah Muslim), dan juga 
tetap menghargai bagi mereka yang menggunakan lambang Palang Merah sebagai lambang gerakan 
kemanusiaannya. 
Akhirnya, tulisan di atas tidak dimaksudkan untuk memprovokasi pihak manapun. Namun untuk 
memberikan gambaran secara objektif, bahwa nilai-nilai agama yang menjiwai lambang dari gerakan 
kemanusiaan International, memiliki muara yang sama, yaitu mengaplikasi nilai-nilai universal tentang 
kemanusiaan dan saling tolong-menolpng sebagai sesama ummat manusia, tanpa memandang latar 
belakang dan status sosial yang melekat pada seseorang yang hendak ditolong. 
Namun penggunaan lambang Bulan Sabit Merah, Palang Merah, atau Kristal Merah, untuk lebih 
memberikan ketenangan secara spiritual dalam nilai-nilai agama, bagi para penolong pertama dalam 
menjalankan tugasnya, dan tetap berlaku netral pada semua korban yang ditolongnya.
SEJARAH TERBENTUKNYA LAMBANG PALANG 
MERAH 
Posted In: sejarah lambang . By arlina 
A. Lambang Palang Merah 
Diawali dengan terjadinya Perang di Solferino antara tentara Austria dan gabungan tentara 
Perancis-Sardinia pada tanggal 24 Juni 1959 di Italia Utara yang mengakibatkan banyak korban 
dengan luka mengenaskan dan dibiarkan begitu saja karena unit kesehatan tentara masing-masing 
pihak yang bersengketa tidak sanggup lagi untuk menanggulangi para korban, maka 
seorang Swiss yang bernama Henry Dunant yang melihat sendiri akibat dari peristiwa tersebut, 
berhasil menulis sebuah buku di tahun 1861 yang berjudul Un Souvenir de Solferino (Kenang-kenangan 
dari Solferino). Dalam bukunya, ia mengajukan gagasan pembentukan organisasi 
relawan penolong para prajurit di medan pertempuran, serta gagasan untuk membentuk 
perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan pertempuran.[1] 
Buku tersebut menggemparkan seluruh Eropa sehingga pada tanggal 17 Pebruari 1863 beberapa 
warga terkemuka Swiss berkumpul di Jenewa untuk bergabung dengan Henry Dunant guna 
mewujudkan gagasan-gagasannya, sehingga kemudian terbentuklah Komite Internasional untuk 
bantuan para tentara yang terluka, International Committee for Aid to Wounded Soldiers. 
Tahun 1875 Komite menggunakan nama “Komite Internasional Palang Merah”, International 
Committee of the Red Cross / ICRC, hingga saat ini.[2] 
Berdasarkan gagasan Henry Dunant untuk membentuk organisasi relawan, maka didirikanlah 
sebuah organisasi relawan di setiap negara yang memiliki mandat untuk membantu Dinas 
Kesehatan Angkatan Bersenjata pada waktu peperangan. Organisasi tersebut pada waktu 
sekarang disebut dengan nama Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional, 
National Societies, yang di masing-masing negara dikenal dengan nama Palang Merah (Nasional) 
atau Bulan Sabit Merah (Nasional) --misalnya untuk Indonesia dikenal dengan nama “Palang 
Merah Indonesia”; di Malaysia disebut dengan “Bulan Sabit Merah Malaysia”. 
Sedangkan, untuk menindaklanjuti gagasan Henry Dunant untuk membentuk perjanjian 
internasional, maka pada tahun 1864 diadakan suatu Konferensi Internasional yang menghasilkan 
perjanjian internasional yang dikenal dengan nama “Konvensi Jenewa untuk perbaikan dan 
kondisi prajurit yang cedera di medan perang” (Geneva Convention for the amelioration 
of the condition of the wounded in armies in the field). 
Di dalam Konvensi tahun 1864 itulah dilontarkan gagasan untuk memberikan suatu lambang 
kepada organisasi relawan yang bertugas memberikan bantuan kepada prajurit yang cedera dalam
pertempuran, sehingga dapat dibedakan dengan organisasi relawan lainnya. Untuk itu, sebagai 
penghormatan kepada Henry Dunant yang berkewarganegaraan Swiss atas jasa-jasanya tersebut, 
maka disepakati bahwa lambang untuk organisasi relawan tersebut adalah 
kebalikan dari bendera Swiss, yakni palang merah, red cross, di atas dasar 
putih. Sejak itulah lambang palang merah mulai dikenal dan digunakan untuk menolong para 
korban perang. Lambang palang merah ini digunakan oleh perhimpunan nasional di negara-negara. 
Karena banyaknya negara yang membentuk Perhimpunan Nasional, maka pada tahun 
1919 dibentuk “Liga Perhimpunan Palang Merah”, League of Red Cross Societies, yang bertugas 
mengkoordinir seluruh perhimpunan nasional dari semua negara. 
B. Lambang Bulan Sabit Merah dan lambang lainnya 
Pada tahun 1876 muncul lambang Bulan Sabit Merahyang digunakan 
oleh Turki (dahulu Ottoman Empire) serta lambang Singa dan Matahari 
Merah yang digunakan oleh tentaraPersia (saat ini Republik Islam Iran). Negara-negara lain 
kemudian juga menggunakan lambang sendiri, seperti Siam (saat ini Thailand) yang 
menggunakan lambang Nyala Api Merah(red flame); Israel menggunakan lambang Bintang David 
Merah (red shield of david); atau Afganistan yang menggunakan Red Arrchway (Mehrab-e-Ahmar). 
Demikian pula tahun 1877 Jepang menggunakan strip merah di bawah matahari merah di atas 
dasar putih (red strip beneath a red sun on a white ground), lambang Swastika oleh Sri Lanka, 
atau Palem Merah (red palm) oleh Siria. Turki dan Persia, mengajukan reservasi pada Konvensi 
untuk tetap mengunakan bulan sabit merah dan singa dan matahari merah; sedangkan Siam dan 
Sri Lanka tidak menggunakan klausula reservasi dan memutuskan untuk menggunakan lambang 
palang merah.[3] 
Didukung oleh Mesir dalam Konferensi Diplomatik, akhirnya lambang Bulan Sabit Merah serta 
Singa dan Matahari Merah kemudian secara resmi diadopsi dalam Konvensi Jenewa 
tahun 1929. Akan tetapi pada tanggal 4 September 1980, Republik Islam Iran memutuskan tidak 
lagi menggunakan lambang Singa dan Matahari Merah dan memilih lambang Bulan Sabit Merah, 
red crescent. Sejak itu, disepakati bahwa tidak diperbolehkan lagi untuk menggunakan 
lambang lainnya, kecuali sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam Konvensi
Jenewa.[4] 
Akhirnya, semakin banyak negara yang membentuk Perhimpunan Nasional dan tergabung ke 
dalam Liga Palang Merah (termasuk di Indonesia dibentuk Palang Merah Indonesia berdasarkan 
Keppres No. 25 tahun 1950 jo. Keppres No. 264 tahun 1963). [5] 
Pada tahun 1991 Liga Palang Merah tersebut kemudian mengganti namanya menjadi Federasi 
Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (International 
Federation of the Red Cross and Red Crescent Societies). Adapun, gagasan Henry Dunant 
untuk membentuk perjanjian internasional telah tercapai dengan dihasilkannya Konvensi Jenewa 
tahun 1864 tersebut, yang telah mengalami dua kali penyempurnaan di tahun 1906 dan 1929, dan 
akhirnya kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa 1949 mengenai 
perlindungan kepada korban perang, sebelum akhirnya kembali disempurnakan dengan Protokol 
Tambahan I dan II tahun 1977 yang mengatur perlindungan para korban perang; di mana aturan 
mengenai penggunaan lambang juga terdapat di dalam masing-masing perjanjian internasional 
tersebut. 
Pada bulan Desember 2005, diadakan Konferensi Diplomatik yang menghasilkan suatu perjanjian 
internasional, yaitu Protokol Tambahan III (tahun 2005) pada Konvensi-konvensi 
Jenewa 1949 yang mengatur tentang penggunaan lambang baru di samping lambang 
palang merah dan bulan sabit merah, karena kedua lambang terakhir ini dianggap berkonotasi 
dengan suatu agama tertentu. Lambang yang baru tersebut dikenal dengan lambang Kristal 
Merah (red crystal). [6] Kristal merupakan sebagai lambang dari kemurnian, purity, yang 
seringkali dihubungkan dengan air, yakni suatu unsur yang esensial bagi kehidupan manusia. [7] 
Dengan demikian, di samping lambang palang merah, terdapat pula lambang bulan sabit merah 
dan kristal merah yang telah diakui dan disahkan di dalam perjanjian internasional. Ketiga 
lambang tersebut memiliki status internasional yang setara dan sederajat, sehingga ketentuan 
pokok tentang tata-cara dan penggunaan lambang palang merah berlaku pula untuk lambang 
bulan sabit merah dan kristal merah (sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 2 ayat(1) Protokol 
Tambahan III tahun 2005 yang berbunyi : "this Protocol recognizes an additional emblem in 
addition to, and for the same purposes as, the distinctive emblem of the Geneva Conventions. The 
distinctive emblems shall enjoy the equal status";[8] serta dipergunakan oleh organisasi yang
berhak menggunakannya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan 
Sabit Merah Internasional.
1.SEJARAH PALANG 
MERAH INTERNASIONAL 
SEJARAH PALANG MERAH 
PALANG MERAH INTERNASIONAL 
ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan 
pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda – 
bedakan bangsa, golongan, agama dan politik. 
SEJARAH 
Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia 
melawanAustria 
pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan 
terjadinya perang tersebut dimana banyak korban perang yang tidak 
mendapat pertolongan, sehingga timbul ide atau gagasan untuk memberi 
pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama beberapa 
hari bergelut di 
medan 
perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul 
“ A Memory of Solferino “ (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah 
tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar 
dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga 
yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di 
medan 
perang. 
1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM )
(International Committee of the Red Cross) 
latar belakang berdirinya 
Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik 
perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu : 
1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir 
2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier 
4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima 
(1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian 
menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC). Pada tanggal 22 
agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu 
konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani 
perjanjian Internasional yang dikenal dengan : 
KONVENSI JENEWA I 
 Tentara yang terluka atau sakit harus diobati. 
 Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan 
menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi 
dengan mempertukarkan warna – warna federal. Lambang ini hendaknya 
dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para petugas penolong 
dimedanperang/konflik bersenjata. 
Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada 
tahun 1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara 
Islam. Kedua symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama. 
“Konferensi Internasional Palang Merah “ yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri oleh 
ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi Jenewa tahun 
1949. Pertemuan itu membahas persoalan – persoalan umum dan menampung usul – usul serta 
resolusi di samping mengambil keputusan.Para 
peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) 
yang bersidang pada waktu diantara dua konferensi Internasional.
2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH (IFRC) 
(International Federation of The Red Cross) 
latar belakang berdirinya 
Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan 
menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan 
suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi didirikan 
pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas Perancis. 
Palang Merah Indonesia 
termasuk anggota ke 68. 
organisasi 
BADAN TERTINGGI ORGANISASI : 
Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut “General Assembly Board 
ofGevernors”. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota 
federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General Assembly 
tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh “Executive”yang aggotanya terdiri dari 
16 Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden dan Sekjen Federasi. 
3. PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH 
INTERNASIONAL 
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang 
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan 
dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. 
Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di 
Jakarta pada tahun 1986. 
1. KEMANUSIAAN ( Humanity ) 
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan 
berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban 
terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan 
antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang
Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi 
bagi sesama manusia. 
2. KESAMAAN ( Impartiality ) 
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, 
agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata – 
mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan 
mendahulukan keadaan yang paling parah. 
3. KENETRALAN ( Neutrality ) 
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau 
melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi. 
4. KEMANDIRIAN (Independence 
) 
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam 
bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya 
sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini. 
5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service ) 
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk 
mencari keuntungan apapun. 
1. KESATUAN ( Unity ) 
Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang 
terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 
7. KESEMESTAAN ( Universality ) 
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap 
perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia. 
KOMITE 
INTERNASIONAL 
PALANG MERAH 
FEDERASI INTERNASIONAL 
PALANG MERAH DAN 
BULAN SABIT MERAH 
PERHIMPUNAN 
PALANG MARAH dan 
BULAN SABIT MERAH
(KIPM) NASIONAL 
Internasional Committee of 
the Red Cross (ICRC) 
§ Markas Besar di Jenewa, 
anggota dewan ekskutifnya 
maksimal 25 orang warga 
negara Swiss. 
§ TUJUAN : 
Menjadi perantara NETRAL 
mengenai hal kemanusiaan 
dalam pertikaian politik, 
perang saudara dan 
kerusuhan dalam negeri. 
§ TUGAS 
Memberikan perlindungan 
kepada korban militer 
maupun sipil sebagai akibat 
konflik bersenjata, gangguan 
dan ketegangan dalam 
negeri. 
Petugas KIPM mengunjungi 
tawanan perang/tawanan 
politik untukberdialog tanpa 
saksi sehingga dapat 
diperoleh gambaran yang 
nyata tentang kondisi 
penahanan juga membantu 
menyampaikan berita 
keluarga. Laporan tersebut 
bersifat rahasia. 
§ Memberikan bantuan 
(sandang, pangan medis dan 
sanitasi) kepada korban 
International Federation of 
the Red Cross and Red 
Crescent society. 
§ Markas Besar di Jenewa. 
Secretariat Federasi 
dipimpin oleh Sekjen 
mempunyai pegawai yang 
terdiri dari bermacam – 
macam bangsa. 
§ Tujuan : 
Mencegah dan 
meringankan penderitaan 
manusia melalui kegiatan 
Palang Merah dan Bulan 
Sabit Merah nasional 
yang merupakan 
sumbangan untuk 
perdamaian. 
§ Tugas : 
1. Menggiatkan 
PEMBENTUKAN dan 
pengembangan 
PERHIMPUNAN NASIONAL 
di seluruh dunia. Federasi 
juga bertindak sebagai 
perantara, koordinator 
antara Perhimpunan Palang 
Merah Internasional. 
2. Memberikan saran dan 
membantu Perhimpunan 
Nasional dalam 
meningkatkan, 
Perhimpunan Nasional 
harus mendapat 
pengakuan dari KIPM, 
baru sah menjadi 
anggota federasi. Juga 
harus diakui oleh 
Pemerintahannya 
sebagai Perhimpunan 
penolong yang bersifat 
sukarela dan turut 
membantu Pemerintah. 
Sampai tahun 1992 
anggota federasi ada 
153 negara, PMI 
termasuk anggota ke- 
68. 
§ Tugas : 
Beraneka ragam 
tergantung kebutuhan 
negara yang 
bersangkutan, antara 
lain : 
1. Memberikan bantuan 
darurat 
2. Pelayanan kesehatan 
3. Bantuan sosial bagi 
perorangan maupun 
kelompok 
4. Latihan P3K 
5. Melatih tenaga 
perawat
konflik bersenjata tersebut. 
§ Melakukan pencarian pada 
saat terjadi konflik bersenjata 
maupun sesudahnya. 
Mencari berita sampai 
mempersatukan keluarga 
yang terpisah akibat perang. 
§ Melakukan 
PENYEBARLUASAN HPI dan 
prinsip – prinsip dasar 
gerakan Palang Merah dan 
Bulan Sabit Merah dengan 
tujuan menganjurkan 
penghormatan bagi kelompok 
non-kombatan (tentara yang 
luka, tawanan serta warga 
sipil). Disamping membatasi 
kekejaman, pengrusakan dan 
mempermudah bantuan yang 
segera, netral serta tidak 
memihak kepada para korban 
konflik bersenjata. 
§ Dana, sumbangan sukarela 
dari pemerintah dan 
Perhimpunan Nasional. 
mengkoordinasi BANTUAN 
Internasional untuk 
KORBAN BENCANA ALAM 
dan PARA PENGUNGSI di 
luar daerah pertikaian, 
seringkali dengan 
melancarkan permintaan 
bantuan ke seluruh dunia. 
3. Mengembangkan 
pembentukan rencana 
KESIAPSIAGAAN NASIONAL 
terhadaP BENCANA ALAM. 
4. Menggiatkan dan 
mengkoordinasi pertukaran 
gagasan kemanusiaan bagi 
pendidikan anak dan remaja 
diantara Perhimpunan 
Nasional demi membina 
hubungan baik antara 
remaja di seluruh dunia. 
5. Membantu ICRC 
menyebarluaskan HPI dan 
PRINSIP – PRINSIP DASAR 
GERAKAN PALANG MERAH 
dan BULAN SABIT MERAH. 
§ Dana, iuran tahunan dari 
anggota dan sumbangan 
sukarela untuk bantuan dan 
pengembangan. 
6. Transfusi darah 
7. Pembinaan remaja 
8. Di masa perang, 
membantu tawanan, 
pengungsi dan kaum 
interniran. 
HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I ) 
( Internasional Humaniterian Law ) 
Definisi :
HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota 
angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil 
yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang. 
Maksud dan tujuan adanya HPI : 
Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan 
orang – orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan 
hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi. 
Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI 
sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 ( 
pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 
protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977. 
4 konvensi Jenewa 1949 : 
Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka 
dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama. 
Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas 
kesehatan, 
petugas agama serta kapal perang yang kandas. 
Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang. 
Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang – orang sipil di masa perang. 
Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap 
semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 
1977 dikeluarkan 2 protokol : 
Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional. 
Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional. 
Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 
negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942.
HPI perlu disebarluaskan : 
Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan 
Protokol I dan II 1977, mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut 
diketahui dengan sebaik – baiknya terutama oleh angkatan perang, Dinas 
Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai hak dan kewajiban 
dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus 
memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak – hak serta kewajiban 
dimasa pertikaian bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk 
menolong dan melindungi korban perang merupakan hak dan kewajiban 
dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini harus semata – mata 
bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari 
pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan 
HPI, terutama untuk kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan 
penyebarluasan prinsip – prinsip Palang Merah. 
PALANG MERAH INDONESIA 
Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan 
kancah peperangan, diawali pada : 
A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II 
1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan 
Belanda. 
2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan 
mendirikan badan PMI. 
3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena 
menurut Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia 
belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional. 
B. MASA PENDUDUKAN JEPANG.
Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, 
ditolakPemerintah Dai Nippon. 
C. MASA KEMERDEKAAN RI 
1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka. 
2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri 
Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang 
Merah Nasional. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukan 
pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia 
adalah suatu fakta yang nyata. 
3. 
5 September 1945 
Menkes 
RI 
dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 : 
Ketua : Dr. R. Mochtar. 
Penulis : Bahder Djohan. 
Anggota : Dr. Djoehana. 
Dr. Marzuki. 
Dr. Sintanala. 
4. 
17 September 1945 
tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. 
Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya. 
D. MASA PERANG KEMERDEKAAN.
Pada masa itu peperangan terjadi dimana – mana, dalam usia muda PMI 
menghadapikesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. 
Namun orang – orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga 
urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari pertolongan dan 
bantuan seperti : 
§ Dapur Umum ( DU ). 
§ Pos PPPK ( P3K ). 
§ Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran. 
§ Sampai penguburan jika ada yang meninggal. 
Dilakukan oleh laskar – laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang 
tidak memandang golongan, agama dan politik. 
Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh 
cabang – cabang, anggotanya terdiri dari pelajar. 
E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI 
1. Tanggal 16 Januari 1950. 
Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan 
berdirinya PMI. 
2. Tanggal 15 Juni 1950. 
PMI diakui oleh ICRC. 
3. Tanggal 16 Oktober 1950. 
PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan 
Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68. 
F. NAMA – NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI 
1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 – 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.
2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 – 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo. 
3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 – 1952 ) : BPH Bintoro. 
4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 – 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan. 
5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 – 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII. 
6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 – 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat. 
7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 – 1982 ) : Prof. Dr. Satrio. 
8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 – 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo. 
9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 – 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo. 
10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 – 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana. 
11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 – 2004 ) : Mari’e Muhammad. 
12. Ketua PMI ke 12 (2004 – sekarang : Mari’e Muhammad 
G. STRUKTUR ORGANISASI PMI 
M U N A S —————————————— PENGURUS PUSAT 
M U S D A —————————————— PENGURUS DAERAH 
M U S C A B —————————————— PENGURUS CABANG
M U S R A N 
—————————————— PENGURUS 
RANTING 
A N G G O T A 
KETERANGAN : ————————– GARIS KOORDINASI 
__________________ GARIS KOMANDO 
Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam 
perhimpunan PMI, dihadiri oleh utusan – utusan Cabang, Daerah serta 
Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI memiliki 306 Cabang 
dari 31 Propinsi ( Daerah ). 
TUJUAN PMI : 
Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak 
membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama 
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
LAMBANG PMI : 
1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai 
tandaPERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional, 
2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang 
Merah di atas dasar warna putih, 
3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas 
dasar putih dilingkari bunga berkelopaklima 
. 
KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA 
Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi 
PMI mempunyai anggota yaitu : 
1. Anggota Remaja. 
2. Anggota Biasa.
3. Anggota Kehormatan. 
1. ANGGOTA REMAJA. 
§ Wanita – Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia 
. 
§ Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing – masing. 
§ Mendapat ijin atau persetujuan orang tua. 
KEWAJIBAN : 
A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan. 
B. Bersedia membantu tugas – tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam 
wadah / kegiatan Palang Merah Remaja. 
C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik 
nasional maupun internasional. 
D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan. 
HAK : 
A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun. 
B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan. 
C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja. 
D. Dapat mengikuti kegiatan – kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di 
Dalam Negeri maupun di Luar Negeri. 
PALANG MERAH REMAJA
Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang 
merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the 
Red Cross and Red Crescent Societies ). Terbentuknya PMR di Indonesia ini 
dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi 
oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah 
Australia mengerahkan anak – anak sekolah supaya turut membantu sesuai 
dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti 
mengumpulkan pakaian bekas, majalah – majalah bekas dari dermawan, 
menggulung pembalut dan sebagainya. Anak – anak ini dihimpun dalam 
sebuah organisasi yang dinamakan “ Palang Merah Remaja “, kemudian 
prakarsa ini diikuti oleh negara – negara lain. 
Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain : 
PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 – 12 tahun, Badge warna HIJAU. 
PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 – 16 tahun, Badge warna BIRU. 
PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 – 21 tahun, Badge warna KUNING. 
Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula 
dalam tugas – tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan 
pertolongan P3K, dan lain – lain, namun tugas kewajiban utama yang 
dibebankan kepada PMR adalah : 
1. Berbakti kepada masyarakat. 
2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan 
kesehatan. 
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. 
2. ANGGOTA BIASA PMI 
§ Wanita – Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia 
. 
§ Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi.
§ Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib 
organisasi PMI. 
KEWAJIBAN : 
A. Membayar iuran anggota. 
B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang 
menderita sesuai dengan kemampuan. 
C. Menjaga nama baik organisasi. 
D. Memajukan organisasi. 
HAK : 
A. Hak suara dalam rapat organisasi. 
B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI. 
C. Mendapatkan informasi tentang organisasi. 
D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan. 
E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela. 
F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara 
anggota PMI. 
G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib 
sesama. 
KETERANGAN : 
§ Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi. 
§ Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi. 
§ Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status 
keanggotaannya yang tetap. 
ANGGOTA BIASA DIHARAPKAN AKTIF DALAM TSR MAUPUN KSR
SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDISINYA. 
TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA) 
1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga 
sukarela ( TSR ) yang menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik 
secara keseluruhan maupun bagian – bagiannya untuk tugas kemanusiaan. 
2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang 
beranggotakan pribadi anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri 
menjadi KSR PMI. 
3. Fungsi TSR dan KSR : 
A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam 
melaksanakan tugas kemanusiaan. 
B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai 
tenaga sukarela. 
C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR 
PMI wajib mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan. 
4. Tugas operasional : 
A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara 
pribadi atau secara berkelompok yang terarah. 
B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang – bidang 
tertentu. 
3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI. 
§ Wanita – Pria tanpa batas usia. 
§ Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat.
§ Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan. 
KEWAJIBAN : 
A. Menjaga nama baik organisasi. 
B. Memberi perhatian terhadap PMI. 
HAK : 
A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI. 
B. Mengikuti perkembangan organisasi. 
C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran 
kepada Pengurus. 
KETERANGAN : 
§ Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang 
karena jasa – jasanya dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana 
yang luar biasa ( ekstra ordiner ). 
§ Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk 
diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat. 
§ Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan “ Anggota
KSR-PMI Unit Universitas PGRI 
Palembang 
SELASA, 25 DESEMBER 2012 
SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL 
Jean Henry Dunant 
Adalah Bapak Palang merah sedunia karena beliaulah pendiri dan peloporberdirinya 
Palang Merah.J.H. Dunant lahir di Swiss pada tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai 
Hari Palang Merah dan BulanSabit Merah Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques 
Dunant dan Ibunya bernama AntoinetteColladon. 
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PALANG MERAH 
Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Itali Utara, pasukan Prancis dan Itali sedang 
bertempur melawanpasukan Austria. Pada saat itu H.Dunant tiba disana dengan harapan 
dapat bertemu dengan KaisarPrancis (Napoleon III).H. Dunant secara kebetulan 
menyaksikan pertempuran itu. Saat itu dinas medis militer kewalahan dalammenangani 
korban perang yang mencapai 40.000 orang. Tergetar oleh penderitaan tentara yang 
terlukaH. Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak 
mengkoordinasikan bantuanuntuk mereka.Setelah kembali ke Swiss, H. Dunant 
menggambarkan pengalaman itu ke dalam sebuah buku yangberjudul : UN SOUVENIR DE 
SOLFERINIO/ A MEMORI OF SOLFERINO yang artinya Kenang-kenangan 
dariSolferino TAHUN 1862. Dalam bukunya H. Dunant mengajukan 2 gagasan, yaitu : 
1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa damai untuk menolong 
para prajurityang terluka di medan perang. 
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cidera di medan 
perang ,sertasukarelawan dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan. 
Tahun 1863 Empat orang warga Jenewa bergabung dengan H. Dunant untuk 
mengembangkan keduagagasan tersebut. Empat orang tersebut adalah : 
1. General Dufour 
2. Dr. Theodore 
3. Dr. Louis Appia 
4. Gustave Moynier 
Yang kemudian mereka bersama-sama membentuk 
(ICRC).Berdasarkan gagasan 
pertama didirikanlah sebuah Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yangbertugas 
membantu dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut 
sekarangdisebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI ( Liga 
Perhimpunan Palang Merah) yangdibentuk tanggal 5 Mei Tahun 1919. Tahun 1992 
berubah menjadi Federasi Internasional Palang Merahdan Bulan Sabit Merah. Palang 
Merah lahir berdasarkan keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk 
pelaksanaantugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa ICRC, Pemerintah
Swiss menyelenggarakan konferensi yang diikuti 12 negara yang dikenal dengan Konvensi 
Genewa ( The Genewa Conventions Of August 12 1949 ) dengan hasil konfrensi :TUGAS 
PALANG MERAH : g1. Membantu Jawatan Kesehatan angkatan 
Perang2. Memberi Pertolongan pada waktu perang 
perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang Merah2. Menyebarluaskan Cita-cita 
Palang Merah Berdasarkan Prikemanusiaan3. Menyiapkan tenaga dan sarana 
Kesehatan/bantuan lainnya untuk menjamin kelancaran tugas palangMerah.4. Memberi 
bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap musibah/kecelakaan.5. 
Menyelenggarakan PMR6. Turut memperbaiki Kesehatan rakyat7. Membantu Mencari 
Korban Hilang ( TMS ). 
PALANG MERAH INTERNASIONAL 
Palang Merah adalah suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan 
dengan sukarelaberdasarkan prikemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan tanpa 
membedakan bangsa, agamadan politik.Tiga macam Lambang Palang Merah yang resmi 
diakui Internasional :1. Palang Merah diatas warna dasar putihAdalah kebalikan dari 
bendera Swiss sebagai lambang yang diakui untuk menghormati negara Swiss 
ataukewarganegaraan Dunant.( 1864 )2. Bulan sabit Merah diatas warna dasar putih 
digunakan dinegara Arab ( 1876 )3. Singa dan Matahari Merah diatas warna dasar putih 
digunakan dinegara Iran.Arti Pemakaian Tanda Palang Merah : 
PerangMelindungi korban perang baik sipil atau militer, kesatua kesehatan dan RS yang 
ditunjuk sebagai RSPalang merah oleh yang berwajib. 
sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan angkatan perang, Palang Merah Nasional 
danbeberapa Organisasi yang diberi ijin untuk memakainya 
PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH 
INTERNATIONAL 
Prinsip dasar Palang Merah dikenal dengan 7 Prinsip Palang Merah yang disahkan di 
Wina ( Austria )oleh Konferensi International Palang Merah dan Bulan Sabit Merah XX 
tahun 1965.Terdiri atas : 
1.Kemanusiaan ( Humanity ) Bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah 
didirikan berdasarkan keinginan untukmemberikan pertolongan tanpa membedakan 
korban dalam pertempuran, berusaha mencegah danmengatasi penderitaan sesama 
manusia. 
2.Kesamaan ( Importiality ) Bahwa gerakan ini tidak membedakan bangsa, suku, agama 
dan politik, tujuannya semata-mata untukmengurangi penderitaan manusia sesuai dengan 
kebutuhannya dan mendahulukan yang paling parah. 
3.Kenetralan ( Neutrality ) Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri 
dalam pertentangan Politik, agama, suku,atau ideologi agar senantiasa mendapat 
kepercayaan dari semua pihak. 
4.Kemandirian ( Independence ) Bahwa gerakan ini bersifat mandiri, tugasnya membantu 
pemerintah dalam bidang kemanusiaan, harusmentaati peraturan negaranya dan harus 
menjaga otonomi negaranya sehingga dapat bertindak sesuaidengan prinsip pelang 
merah.
5.Kesukarelaan ( Voluntari Service ) Gerakan ini memberi bantuan secara sukarela bukan 
keinginan mencari keuntungan. 
6.Kesatuan ( Unity ) Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat satu perhimpunan 
palng merah atau bulan sabit merahyang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan 
tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 
7.Kesemestaan ( Universality ) Bahwa gerakan ini bersifat semesta dimana setiap 
perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawabyang sama dalam menolong sesama.
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang
Arti lambang

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah InternasionalGerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah InternasionalAfdan Rojabi
 
Organisasi - Kebijakan pmi
Organisasi - Kebijakan pmiOrganisasi - Kebijakan pmi
Organisasi - Kebijakan pmiAfdan Rojabi
 
Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)
Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)
Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)rahmatd sugiono
 
AD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTA
AD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTAAD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTA
AD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTA4sh3v99
 
Power point dunia penggalang
Power point dunia penggalangPower point dunia penggalang
Power point dunia penggalangNas Rulloh
 
Negaraku Indonesia.pptx
Negaraku Indonesia.pptxNegaraku Indonesia.pptx
Negaraku Indonesia.pptxafifahdhaniyah
 
1. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 1945
1. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 19451. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 1945
1. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 1945guruppkn11
 
2.2 PP PMR MADYA
2.2 PP PMR MADYA2.2 PP PMR MADYA
2.2 PP PMR MADYAEidellweist
 
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar NegaraBAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar NegaraRisdiana Hidayat
 
7. rsps (remaja sehat peduli sesama) pmr madya
7. rsps (remaja sehat peduli sesama)  pmr madya7. rsps (remaja sehat peduli sesama)  pmr madya
7. rsps (remaja sehat peduli sesama) pmr madyacheko dunk
 
2.1. PP PMR MULA
2.1. PP PMR MULA2.1. PP PMR MULA
2.1. PP PMR MULAEidellweist
 
1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)
1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)
1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)Eidellweist
 
PPT kesadaran berbangsa dan bernegara
PPT kesadaran berbangsa dan bernegaraPPT kesadaran berbangsa dan bernegara
PPT kesadaran berbangsa dan bernegaraDoris Agusnita
 

Was ist angesagt? (20)

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah InternasionalGerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
 
Gerakan & pmi1
Gerakan & pmi1Gerakan & pmi1
Gerakan & pmi1
 
Organisasi - Kebijakan pmi
Organisasi - Kebijakan pmiOrganisasi - Kebijakan pmi
Organisasi - Kebijakan pmi
 
Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)
Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)
Materi Pramuka Penegak (Slide Presentasi)
 
Manajemen pmr
Manajemen pmrManajemen pmr
Manajemen pmr
 
Makalah pmr
Makalah pmrMakalah pmr
Makalah pmr
 
Buku panduan pmr
Buku panduan pmrBuku panduan pmr
Buku panduan pmr
 
AD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTA
AD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTAAD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTA
AD DAN ART OSIS MTsN 33 JAKARTA
 
Power point dunia penggalang
Power point dunia penggalangPower point dunia penggalang
Power point dunia penggalang
 
Negaraku Indonesia.pptx
Negaraku Indonesia.pptxNegaraku Indonesia.pptx
Negaraku Indonesia.pptx
 
Pramuka penegak
Pramuka penegakPramuka penegak
Pramuka penegak
 
PRASIAGA - Pramuka
PRASIAGA - PramukaPRASIAGA - Pramuka
PRASIAGA - Pramuka
 
1. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 1945
1. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 19451. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 1945
1. ppt perumusan dan pengesahan uud nri tahun 1945
 
Pancasila Day by Slidesgo.pptx
Pancasila Day by Slidesgo.pptxPancasila Day by Slidesgo.pptx
Pancasila Day by Slidesgo.pptx
 
2.2 PP PMR MADYA
2.2 PP PMR MADYA2.2 PP PMR MADYA
2.2 PP PMR MADYA
 
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar NegaraBAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
 
7. rsps (remaja sehat peduli sesama) pmr madya
7. rsps (remaja sehat peduli sesama)  pmr madya7. rsps (remaja sehat peduli sesama)  pmr madya
7. rsps (remaja sehat peduli sesama) pmr madya
 
2.1. PP PMR MULA
2.1. PP PMR MULA2.1. PP PMR MULA
2.1. PP PMR MULA
 
1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)
1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)
1. GERAKAN ( Mengenal Gerakan PMR MULA-MADYA-WIRA)
 
PPT kesadaran berbangsa dan bernegara
PPT kesadaran berbangsa dan bernegaraPPT kesadaran berbangsa dan bernegara
PPT kesadaran berbangsa dan bernegara
 

Andere mochten auch

Bab 1 pengenalan bulan sabit merah
Bab 1 pengenalan bulan sabit merahBab 1 pengenalan bulan sabit merah
Bab 1 pengenalan bulan sabit merahIqa Syafiqah
 
Lambang pmr wira smkf
Lambang pmr wira smkfLambang pmr wira smkf
Lambang pmr wira smkfDeff Hend
 
Gerakan 4 code of conduct dan safer access
Gerakan 4 code of conduct dan safer accessGerakan 4 code of conduct dan safer access
Gerakan 4 code of conduct dan safer accessIman Kade
 
Simbolisme Dan Pluralisme
Simbolisme Dan PluralismeSimbolisme Dan Pluralisme
Simbolisme Dan PluralismeNariaki Adachi
 
162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm
162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm
162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsmRenee Evelyn
 
Sejarah Penubuhan Yayasan Salam Malaysia
Sejarah Penubuhan Yayasan Salam MalaysiaSejarah Penubuhan Yayasan Salam Malaysia
Sejarah Penubuhan Yayasan Salam MalaysiaKim Min Nha
 
Pengertian haji dan umrah
Pengertian haji dan umrahPengertian haji dan umrah
Pengertian haji dan umrahdewintaintan
 
Doa berkarakter katolik
Doa berkarakter katolikDoa berkarakter katolik
Doa berkarakter katolikAlfonsus Widhi
 
Bab 131130215629-phpapp02
Bab 131130215629-phpapp02Bab 131130215629-phpapp02
Bab 131130215629-phpapp02Auroral Flame
 
Undang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang Merah
Undang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang MerahUndang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang Merah
Undang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang MerahPuteRa Eyone
 
Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...
Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...
Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...arsa45
 
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYUSEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYUcikguniza2012
 

Andere mochten auch (20)

Portfolio PBSM
Portfolio PBSMPortfolio PBSM
Portfolio PBSM
 
Sejarah pbsm
Sejarah pbsmSejarah pbsm
Sejarah pbsm
 
Bab 1 pengenalan bulan sabit merah
Bab 1 pengenalan bulan sabit merahBab 1 pengenalan bulan sabit merah
Bab 1 pengenalan bulan sabit merah
 
Lambang pmr wira smkf
Lambang pmr wira smkfLambang pmr wira smkf
Lambang pmr wira smkf
 
1. sejarah gerakan pm & bsmi
1. sejarah gerakan pm & bsmi1. sejarah gerakan pm & bsmi
1. sejarah gerakan pm & bsmi
 
1 kenali pmi
1 kenali pmi1 kenali pmi
1 kenali pmi
 
Gerakan 4 code of conduct dan safer access
Gerakan 4 code of conduct dan safer accessGerakan 4 code of conduct dan safer access
Gerakan 4 code of conduct dan safer access
 
Peraturan pbsm
Peraturan pbsmPeraturan pbsm
Peraturan pbsm
 
Seminar Doa Kristiani
Seminar Doa KristianiSeminar Doa Kristiani
Seminar Doa Kristiani
 
Simbolisme Dan Pluralisme
Simbolisme Dan PluralismeSimbolisme Dan Pluralisme
Simbolisme Dan Pluralisme
 
Visi pmi
Visi pmiVisi pmi
Visi pmi
 
162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm
162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm
162891365 struktur-dan-organisasi-peringkat-kebangsaan-pbsm
 
Sejarah Penubuhan Yayasan Salam Malaysia
Sejarah Penubuhan Yayasan Salam MalaysiaSejarah Penubuhan Yayasan Salam Malaysia
Sejarah Penubuhan Yayasan Salam Malaysia
 
Pengertian haji dan umrah
Pengertian haji dan umrahPengertian haji dan umrah
Pengertian haji dan umrah
 
Doa berkarakter katolik
Doa berkarakter katolikDoa berkarakter katolik
Doa berkarakter katolik
 
Bab 131130215629-phpapp02
Bab 131130215629-phpapp02Bab 131130215629-phpapp02
Bab 131130215629-phpapp02
 
Undang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang Merah
Undang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang MerahUndang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang Merah
Undang-undang Kemanusiaan dan Antarabangsa Palang Merah
 
Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...
Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...
Sejarah palang merah dan bulan sabit merah internasional ( www.arsa45.blogspo...
 
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYUSEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
SEMANTIK DAN PRAGMATIK BAHASA MELAYU
 
Mercy malaysia
Mercy malaysiaMercy malaysia
Mercy malaysia
 

Ähnlich wie Arti lambang

1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdfShelly Fhilia mita
 
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdfRoseannee2
 
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialstrategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialAey Doank
 
Pergerakan nasional
Pergerakan nasionalPergerakan nasional
Pergerakan nasionallisa widya
 
2 organisasipmi-130116112134-phpapp02
2 organisasipmi-130116112134-phpapp022 organisasipmi-130116112134-phpapp02
2 organisasipmi-130116112134-phpapp02Koko Rahwanda S
 
PKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptx
PKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptxPKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptx
PKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptxmusicpopupdate
 
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaDinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaMisiTriCahyanti
 
Bab 3 pergerakan nasional
Bab 3  pergerakan nasional  Bab 3  pergerakan nasional
Bab 3 pergerakan nasional Irma Suryani
 
Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928
Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928
Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928radja nauval
 
Organisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasionalOrganisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasionalRohman Efendi
 
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOCPerjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOCLikamp
 
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanKrisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanOperator Warnet Vast Raha
 
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdfBAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdfAhmadFauzanBaihaqi
 

Ähnlich wie Arti lambang (20)

Gas
GasGas
Gas
 
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
 
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
1. GERAKAN (Mengenal Gerakan PMR Mula-Madya-Wira).pdf
 
0rganisasi pmi
0rganisasi pmi0rganisasi pmi
0rganisasi pmi
 
Buku Log BSMM
Buku Log BSMMBuku Log BSMM
Buku Log BSMM
 
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialstrategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
 
Pergerakan nasional
Pergerakan nasionalPergerakan nasional
Pergerakan nasional
 
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat AdatMemahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
 
Aisya
AisyaAisya
Aisya
 
2 organisasipmi-130116112134-phpapp02
2 organisasipmi-130116112134-phpapp022 organisasipmi-130116112134-phpapp02
2 organisasipmi-130116112134-phpapp02
 
PKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptx
PKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptxPKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptx
PKN-Sumpah-Pemuda-pptx.pptx
 
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaDinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
 
Indischepartij muhammadiyah
Indischepartij muhammadiyahIndischepartij muhammadiyah
Indischepartij muhammadiyah
 
Nahdlatul ulama
Nahdlatul ulamaNahdlatul ulama
Nahdlatul ulama
 
Bab 3 pergerakan nasional
Bab 3  pergerakan nasional  Bab 3  pergerakan nasional
Bab 3 pergerakan nasional
 
Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928
Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928
Pancasila dan gerakan mahasiswa atau pemuda tahun 1928
 
Organisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasionalOrganisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasional
 
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOCPerjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
 
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanKrisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
 
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdfBAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
 

Arti lambang

  • 1. Arti Lambang a. Palang Merah Saya rasa hal ini butuh diklarifikasi, karena lambang palang merah tidak pernah dimaksudkan untuk mereferensikan agama tertentu. Mengapa demikian? Menurut sejarahnya, lambang palang merah (red cross) merupakan sebuah lambang penghormatan bagi negara Switzerland (Swiss), yang merupakan tempat lahirnya gerakan palang merah internasional. Switzerland merupakan sebuah negara yang ‘ajaib’ dalam percaturan politik internasional: karena netralitasnya. Sampai awal abad ke-21, Switzerland bukanlah negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Switzerland juga bukan anggota Uni Eropa, dan memilih tidak bergabung dalam berbagai organisasi internasional lainnya. Switzerland sebagai konfederasi modern juga tidak pernah dijamah perang (baik nasional maupun internasional) yang memberikan status spesial Switzerland. Bukan hanya itu, Switzerland merupakan negara demokrasi yang masih mengenal demokrasi langsung (melalui referendum), dan memiliki tujuh (betul, tujuh!) orang presiden yang memegang jabatannya secara bergantian!. Jika Anda mengaitkannya dengan status Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebagai subyek hukum internasional, ICRC memiliki status khusus karena berawal dari sebuah organisasi swasta yang lahir (dan bermarkas) di Switzerland, tapi kini telah ‘dimiliki’ oleh dunia. Dengan demikian, gerakan palang merah memiliki status khusus dengan tujuan kemanusiaan. b. Bulan sabit merah Bulan sabit merah memang memiliki latar belakang religius, tapi bukan semata-mata alasan agama. Hal ini pertama muncul pada perang di antara Kekaisaran Ottoman (Utsmaniyah) dan Russia di akhir abad ke-19. Tentu kita tahu bahwa
  • 2. Ottoman merupakan kekaisaran yang sangat luar biasa di bidang peradaban Islam. Meski demikian, perlu diketahui bahwa pada masa tersebut terdapat kontestasi politik yang luar biasa, di mana negara-negara di benua Eropa melakukan kolonialisasi dan ekspansi wilayah luar biasa di luar wilayah Eropa. Asia dan Afrika tentu menjadi sasaran utama. Saya bisa mengasosiasikan bahwa ada faktor pragmatis juga dalam hal ini: kedua pasukan perlu memenangkan perang ini. Kalau kemudian kaum Ottoman berpendapat bahwa lambang palang merah bisa menjadi masalah karena berbau religius, patut dipahami konteksnya pada zaman yang bersangkutan. Lambang ini sendiri baru diterima pada tahun 1906 secara de facto, karena pada awalnya dunia masih menginginkan adanya lambang yang universal dan satu untuk fungsi kemanusiaan yang sama. c. Kristal merah Beberapa tahun yang lalu, satu protokol tambahan (Additional Protocol) ditambahkan ke dalam Konvensi-konvensi Jenewa (Geneva Conventions of 1949) mengenai tanda-tanda pengenal tambahan (Additional Distinctive Emblem). Protokol ini menghasilkan satu lambang baru bernama Kristal Merah (red crystal), yang umumnya digunakan jika lambang palang merah dan bulan sabit merah menimbulkan persoalan. Gagasan mengenai lambang selain palang merah (dan sabit merah) bukanlah gagasan baru. Israel pernah menuntut adanya Bintang Daud Merah (Red Star of David), kekaisaran Persia — kemudian Iran pernah menuntut adanya Singa dan Matahari Merah (Red Lion and Sun). Berbagai negara lain memiliki gagasannya masing-masing. Meski demikian, pembedaan-pembedaan ini mengaburkan gagasan utama bahwa harus ada lambang universal yang dipahami bersama-sama demi tujuan kemanusiaan. Sejak penyusunan Konvensi-konvensi Jenewa pada tahun 1949, salah satu organisasi kemanusiaan Israel menuntut diakuinya Bintang Daud Merah sebagai lambang pengenal. Organisasi bernama Magen David Adom ini justru mendapat tentangan hebat bukan hanya dari negara-negara kawasan (yang dengan mudah memersoalkan lambang ini), tapi juga dari berbagai komunitas internasional lainnya. Lambang ketiga ini baru disepakati pada tahun 2005, dan disahkan pada tahun 2007. Kini, kristal merah diterima sebagai lambang pengenal ketiga yang menandakan pihak-pihak yang patut dilindungi selama konflik bersenjata, sesuai dengan Hukum Humaniter Internasional.
  • 3. B. Peran dan Tugas PMI Peran OMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No. 59. Tugas Pokok PMI : - Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana - Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan - Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat - Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan pemerintah no 18 tahun 1980) Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah,Yaitu: Kemanusiaan: Gerakan Palang Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan untuk memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan antar bangsa, mencegah & mengatasi penderitaan sesama manusia. Kesamaan: Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, suku, agama / kepercayaan tingkat atau pandangan politik. Kenetralan: Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, suku, agama / ideologi. Kemandirian: Gerakan ini bersifat mandiri, Perhimpunan Nasional disamping membantu pemerintahnya dalam bidang kesehatan juga harus menaati peraturan negaranya, harus menjaga otonominya, sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini. Kesukarelaan: Gerakan ini memberi bantuan sukarela, tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun. Kesatuan: Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. Kesemestaan: Gerakan PMI bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.
  • 4. Palang Merah Indonesia Markas Besar PMI dahulu kala. Foto: Dok. PMI Batam Palang Merah Indonesia (PMI) sudah hadir selama 64 tahun. Namun apa yang kamu tahu tentang organisasi ini dan kegiatannya? Sejarah Singkat PMI Palang Merah sudah dimulai di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II. Pemerintah Kolonial Belanda pernah mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai). Namun pada masa pendudukan Jepang, organisasi itu dibubarkan. Atas perintah Presiden Soekarno, PMI kembali dibentuk. Tanggal pembentukannya, 17 September 1945, kita peringati setiap tahun sebagai Hari Palang Merah Indonesia. Kegiatan utamanya kala itu adalah membantu korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Petugas PMI menghibur anak-anak korban Situgintung. Foto: Dok. PMI Tugas Pokok PMI Dalam melaksanakan tugasnya PMI mengacu pada pada tujuh prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Prinsip itu adalah Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan. Tugas pokok PMI antara lain: + Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana + Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan + Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat + Pelayanan transfusi darah. Biasa kita kenal dengan istilah, donor darah. PMI Sekarang Selain kegiatan di atas, PMI juga melakukan hal-hal lain. Kegiatan tersebut adalah: 1. Pengajaran dan penyadaran mengenai perubahan iklim. PMI juga membantu masyarakat memahami bagaimana beradaptasi dengan perubahan iklim.
  • 5. Kampanya anti flu burung oleh PMI. Foto: Dok. PMI 2. PMI membantu masyarakat untuk bisa mengurangi resiko bencana, siap menghadapi bencana, beserta dampaknya. 3. PMI melayani pencarian orang hilang akibat bencana atau konflik. 4. Kampanya pencegahan flu burung. 5. Membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan air dan sanitasi. 6. PMI dan program 3 pilar di bidang HIV & AIDS. Hari ini, 17 September, kita memperingati hari ulang tahun PMI. Jika suatu saat kamu membutuhkan bantuan dari hal-hal di atas, hubungi saja PMI. (Kidnesia/Sumber: Palang Merah Indonesia )
  • 6. Apa Itu PMR   Details Category: Artikel Published on Tuesday, 10 December 2013 02:36 Written by Super User Hits: 390 Apa itu PMR Palang Merah Remaja atau PMR adalah suatu organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-kelompok masyarakat ( sanggar, kelompok belajar, dll ) dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kegiatan kemanusiaan. Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah, harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja di sekolah. PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR: 1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan. 2. Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan. 3. Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI 4. Remaja adalah kader relawan 5. Remaja calon pemimpin PMI masa depan Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan: 1. Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter. 2. Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya. 3. Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat. 4. Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya. 5. Anggota PMR adalah calon relawan masa depan. Jumbara Jumbara atau Jumpa Bhakti Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR seperti halnya jambore pada organisasi Pramuka.Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan. Ada jumbara tingkat Kecamatan, kabupaten/kota , Provinsi dan Jumbara Nasional. dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI di wilayah yang bersangkutan. Tribakti PMR
  • 7. Setiap anggota PMR memiliki tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR (2009) tersebut adalah: 1. Meningkatkan keterampilan hidup sehat 2. Berkarya dan berbakti kepada masyarakat 3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. Tingkatan PMR Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya 1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna syal/slayer Hijau 2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun). Warna syal/slayer Biru Langit 3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-20 tahun). Warna syal/slayer Kuning cerah Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent). Kemanusiaan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesamamanusia. Kesamaan Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah. Kenetralan Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi. Kemandirian Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan. Kesukarelaan Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun. Kesatuan Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lembaga yang digunakan Palang merahatau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas
  • 8. kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan. Kesemestaan Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu sama lain Visi dan Misi Palang Merah Indonesia   Details Category: Artikel Published on Monday, 09 December 2013 08:50 Written by Super User Hits: 367 Visi PMI : PMI menjadi organisasi kemanusiaan yang profesional, tanggap dan dicintai masyarakat Misi PMI : 1. Menguatkan dan mengembangkan Organisasi 2. Meningkatkan dan mengembangkan Kualitas SDM 3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepalangmerahan 4. Mengembangkan Kegiatan Kepalangmerahan yang berbasismasyarakat 5. Meningkatkan dan mengembangkan jejaring kerjasama 6. Menyebarluaskan, mengadvokasi dan melaksanakan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah serta Hukum Perikemanusiaan Internasional.
  • 9. 7. Mengembangkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kepalangmerahan. Sejarah Palang Merah Indonesia (PMI)   Details Category: Artikel Published on Monday, 09 December 2013 08:42 Written by Super User Hits: 870 Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan. Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota). Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963. Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia. PERAN DAN TUGAS PMI Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59. Tugas Pokok PMI: + Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana + Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan + Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat + Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980) Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan
  • 10. Organisasi PMI Posted on Agustus 31, 2010by indojagjit SEJARAH : Upaya pendirian organisasi Palang Merah Indonesia sudah dimulai semenjak Perang Dunia ke II oleh Dr. RCL senduk dan Dr. Bahder Djohan, di mana sebelumnya telah ada organisasi Palang Merah di Indonesia yang bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) yang didirikan oleh Belanda. Tetapi upaya – upaya ini masih ditentang oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang. Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, atas Instruksi Presiden Soekarno, maka dibentuklah Badan Palang Merah Indonesia oleh Panitia Lima, yaitu : 1. Ketua : Dr. R. Mochtar 2. Penulis : Dr. Bahder Djohan 3. Anggota : Dr. Djoehana Dr. Marzuki Dr. Sitanala Sehingga pada tangal 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang pertama dilantik oleh Wapres RI Moch. Hatta sekaligus beliau sebagai Ketuanya. Keppres No. 25 Tahun 1950 Karena sejak dibentuk tahun 1945 hingga akhir 1949 PMI ikut terjun dalam mempertahankan Kemerdekaan RI sebagai alat perjuangan, tidak sempat melakukan penataan organisasi sebagaimana mestinya, Pengesahan secara hukum melalui Keppres RIS No. 25 Tahun 1950 tanggal 16 Januari 1950 yang menetapkan : Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan hukum Perhimpunan Palang Merah Indonesia, menunjuk Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya organisasi untuk menjalankan pekerjaan palang merah di Republik Indonesia Serikat menurut Conventie Geneve (1864, 1906, 1929, 1949 ) Penegasan tersebut bukanlah sekedar untuk memberikan landasan Hukum PMI sebagai organisasi social tetapi juga mempunyai latar belakang pertimbangan dan tujuan yang bersifat Internasional sebagai hasil dari Perundingan Meja Bundar tanggal 27 Desember 1949. Keppres No. 246 Tahun 1963 Pada 29 November 1963 Pemerintah RI melalui Keppres No.246 tahun 1963 yang melengkapi Keppres No. 25 Tahun 1950. Melalui Keppres ini pemerintah Republik Indonesia mengesahkan : Tugas Pokok dan Kegiatan Palang Merah Indonesia
  • 11. yang brazaskan Prikemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membeda bedakan bangsa, golongan dan faham politik. Sistem dan Struktur organisasi Palang Merah Indonesia ( PMI ) adalah lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan mandiri, yang didirikan dengan tujuan untuk membantu meringankan penderitaan sesama manusia akibat bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar belakang korban yang ditolong. Tujuannya semata – mata hanya untuk mengurangi penderitaan sesama manusia sesuai dengan kebutuhan dan mendahulukan keadaan yang lebih parah. Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik mempunyai struktur, sistem dan prosedur yang memungkinkan untuk memenuhi Visi dan Misinya. Struktur, sistem dan prosedur PMI tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI. Suatu Perhimpunan Palang Merah Nasional, yang terikat dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, maka PMI jelas merupakan lembaga yang independen serta berstatus sebagai Orgnisasi Masyarakat, namun dibentuk oleh Pemerintah serta mendapat tugas dari Pemerintah. Tugas Pemerintah yang diberikan kepada PMI adalah sebagai berikut : PERTAMA : Tugas – tugas dalam bidang kepalangmerahan yang erat hubungannya dengan Konvensi Jenewa dan ketentuan – ketentuan Liga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah), sebagai Lembaga yang menghimpun keanggotaan Perhimpunan Palang Merah Nasional. KEDUA : Tugas khusus untuk melakukan tugas pelayanan transfusi darah, berupa pengadaan, pengolahan dan penyediaan darah yang tepat bagi masyarakat yang membutuhkan. Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, susunan Organisasi Palang Merah Indonesia adalah sebagai berikut :
  • 12. PMI Cabang dapat membentuk PMI Ranting yang berada di Tingkat Kecamatan. Visi & misi Untuk menjadi Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik, Palang Merah Indonesia mempunyai visi dan misi yang dinyatakan dengan jelas, dengan kata lain, konsep yang jelas tentang apa yang ingin dilakukannya. Visi dan misi dihrapkan dapat dimengerti dengan baik dan didukung secara luas oleh seluruh anggota di seluruh tingkatan. Visi dan misi harus berpedoman pada Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta beroperasi sesuai Prinsip Dasar. VISI : Palang Merah Indonesia ( PMI ) mampu dan siap menyediakan pelayanan kepalangmerahan dengan cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. MISI : Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana dan konflik yang berbasis pada masyarakat Memberikan bantuan dalam bidang kesehatan berbasis masyarakat Pengelolaan Transfusi Darah secara Profesional Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan Pengelolaan Transfusi Darah secara Profesional Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan
  • 13. Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan program PMI dapat diwujudkan Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan program PMI dapat diwujudkan Kegiatan : Kegiatan Utama Palang Merah Inonesia berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI 2004 – 2009 adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Penanggulangan Bencana : a. Kesiapsiagaan Bencana ( DP ) b. Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat ( CBDP ) c. Tanggap Darurat Bencana ( DR ) 2. Pelayanan Kesehatan : a. Upaya Kesehatan Transfusi Darah ( UKTD ) b. Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat ( CBFA ) c. HIV / AIDS d. Sanitasi Air e. Tanggap Darurat Kesehatan f. Pelayanan Pos PP dan PK g. Pelayanan Ambulance h. Dukungan Psikologi i. Rumah Sakit PMI / Poliklinik 3. Pelayanan Sosial : a. Tracing and Mailling Servic ( TMS / RFL) b. Pelayanan pada Lansia c. Pelayanan bagi Anak Jalanan d. Program Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial 4. Peningkatan Fungsi / peran Komunikasi dan Informasi : a. Diseminasi Prinsip Dasar Palang Merah dan HPI b. Promosi, Publikasi, Advokasi dan Networking c. Dukungan Komunikasi dalam Peningkatan Citra dan Pengembangan Sumber Daya PMI
  • 14. d. Hubungan Luar Negeri 5. Pengembangan Organisasi : a. Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Organisasi b. Penggalian Dana ( Fund Raising ) c. Pengembangn Sumber Daya d. Pembinaan Relawan ( PMR, KSR dan TSR ) e. Pendidikan dan Peltihan
  • 15. Fungsi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah LAMBANG - Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Fungsi Lambang Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah memenuhi tiga fungsi utama:  harus menandakan bahwa seseorang atau suatu objek sebagai hal yang tidak boleh diserang (tanda perlindungan)  untuk memberi keterangan bahwa orang atau objek ini berada di bawah perlindungan atura-aturan kemanusiaan/HPI (tanda perlindungan)  menandakan bahwa orang-orang ini atau objek-objek ini ada kaitannya dengan Gerakan Palang Merah/Bulan Sabit Merah (tanda pengenal) A. TANDA PERLINDUNGAN (PROTECTIVE USE) Sebagai suatu alat perlindungan lambang adalah "tanda Konvensi" pada masa perang. Sebagaimana hal itu berlaku sebagai simbol, atau "…tanda perlindungan yang dapat terlihat yang disepakati oleh Konvensi terhadap orang-orang atau sesuatu (tenaga medis, unit-unit, kendaraan dan peralatan). Kegunaan perlindungan ini secara esensi dimiliki oleh negara dan dinas kesehatan angkatan darat. Disamping dinas medis angkatan darat ini, perhimpunan-perhimpunan bantuan yang diakui, terutama Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, memberikan bantuannya kepada dinas medis angkatan darat, juga diizinkan untuk menggunakan lambang tersebut untuk perlindungan, tetapi hanya selama pertikaian terjadi. Dalam status ini personil yang dimaksud tetap harus membawa kartu identitas yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Penggunaan tanda perlindungan oleh Perhimpunan Nasional ini terbatas pada personil, bangunan, kendaraan dan peralatan yang disimpan di tempat penyimpanan dinas medis angkatan darat pada waktu perang, dan penampangannya harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan otoritas militer. Tanda perlindungan ini tetap harus dikenakan dengan jelas (optimum visibility) pada saat personil tersebut tidak dalam keadaan bertugas. Seperti yang telah disinggung, badan internasional Palang Merah atau ICRC dan IFRC dan personilnya apakah petugas medis atau bukan, diperkenankan untuk mengenakan lambang itu setiap saat. Bila digunakan sebagai alat perlindungan, lambang tersebut harus selalu dalam dimensi yang besar dalam kaitannya dengan penandaan gedungatau kendaraan supaya lebih jelas terlihat dari kejauhan. Sebagai contoh tanda perlindungan akan ditampakkandi atap rumah sakit dan dek atau badan sisi luar rumah sakit kapal dandi semua sisi kendaraan-kendaraanyang digunakan untuk mengangkut orang-orang terluka dan tenaga medis. Anggota dinas medis akan menggunakan tanda di lengan dan di dada. Bila tidak ada pengaturan lebih lanjut dari pihak berwenang, Perhimpunan Nasional dapat memberikan izin kepada para anggotanya memasang lambang sebagai suatu alat pengenal (dengan nama perhimpunannya) bersamaandengan lambang sebagai alat perlindungan. Bagi objek-objek yang ditempatkan instalasi milik pihak berwenang juga dapat dipasangkan lambang dengan nama perhimpunannya. Dalam hal ini, lambang yang digunakan sebagai alat pengenal dan nama Perhimpunan Nasional termaksud harus dalam dimensi yang kecil. Penggunaan lambang atau titel "palang merah" atau "Geneva cross", atau setiap tanda atau titel yang merupakan suatu imitasi (peniruan), harus dilarang setiap saat, langkah yang perlu harus
  • 16. diambil untuk mencegah dan menekan segala bentuk penyalah gunaan tanda khusus ini. Penggunaan yang tidak jujur atau merupakan tindakan penipuan dari lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan (dan sinyal perlindungan lainnya) adalah suatu pelanggaran berat (grave breach). pelanggaran berat tersebut dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang (war crimes). B. TANDA PENGENAL (INDICATIVE USE) Sebagai alat pengenal, lambang tersebut menunjukan bahwa pemakai, apakah personil atau objek mempunyai hubungan tertentu dengan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, tetapi tidak perlu di bawah ketentuan perlindungan Konvensi Jenewa. Lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai suatu tanda pengenal harus dalam dimensi yang lebih kecil dan digunakan sebagai cara untuk menghindari segala bentuk kerancuan membedakan dengan alat perlindungan. Sebagai contoh, lambang tersebut tidak boleh ditampakkan pada atap atau di lengan. Namun demikian penggunaan lambang dalam ukuran besar tetap berlaku dalam kasus-kasus tertentu, seperti pemakaian lambang tersebut oleh tenaga P3K untuk mudah dikenali. Sebagai contoh, hal ini berlaku ketika sukarelawan P3K melakukan aktivitas bantuan korban bencana alam. Perhimpunan Nasional diinstruksikan untuk hanya menggunakan lambang-lambang yang sesuai dengan Konvensi Jenewa. Lebih jauh lagi, dalam mengikuti Prinsip-prinsip Dasar Gerakan, "…Perhimpunan Nasional tidak dapat menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan lambang kecuali hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur oleh Konferensi Internasional Palang Merah dan tujuan-tujuan kelembagaan, yaitu bantuan sukarela terhadap orang sakit dan terluka serta kepada korban akibat konflik langsung dan tidak langsung dan bencana alam atau bencana buatan manusia. Sebagai aturan umum, di masa damai, Perhimpunan Nasional dapat menggunakan lambang sebagai alat pengenal sesuai dengan perundang-undangan nasional. Seperti yang pernah disinggung pada bagian A dari tulisan ini (tentang tanda perlindungan), mereka juga dapat melanjutkan penggunaan lambang sebagai alat pengenal di masa perang atau konflik, tanpa ada kemungkinan kerancuan dengan kegunaannya sebagai alat perlindungan (penggunaannya tanda pengenal bersamaan dengan tanda perlindungan). Sebagai contoh, seorang petugas medis dari Perhimpunan Nasional di masa damai selalu mengenakan bros, badge atau "name tag" yang merupakan identitas Perhimpunan Nasional Palang Merah/Bulan Sabit Merah di negaranya. Identitas ini tetap dapat dikenakan kemudian di masa konflik meskipun dia kemudian mengenakan rompi atau ban lengan dengan lambang palang merah/bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan. Berikut adalah pembedaan-pembedaan fungsi pengenal dari emblem yang bisa dibuat:  lambang perlengkapan, dapat diterapkan pada bendera, papan alamat, pelat kendaraan, badge staf, yang menunjukan bahwa seseorang atau objek tersebut adalah anggota atau milik dari organisasi Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah;  lambang dekoratif, yang mungkin tampak pada medali, kancing atau penghargaan lainnya, publisitas atau gambaran dekoratif yang digunakan oleh Perhimpunan Nasional;  lambang asosiatif, yang mungkin tampak pada pos-pos P3K, seperti di pinggir jalan, di dalam stadion atau ruang-ruang publik lainnya atau pada ambulans bukan miliki Perhimpunan Nasional tetapi dicadangkan untuk tindakan darurat yang bebas biaya kepada warga sipil yang cedera atau sakit, dengan izin dari Perhimpunan Nasional.
  • 17. Penggunaan lambang yang tidak benar Banyak kasus penyalahgunaan dari lambang ditemukan dalam kategori alat pengenal. Karena secara luas dianggap sebagai suatu simbol pertolongan dan perawatan medis, lambang palang merah dan bulan sabit merah sering secara luas digunakan oleh organisasi dan perorangan yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Gerakan Palang Merah. Sangat banyak contoh dari penyalahgunaan lambang yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyalahgunaan itu utamanya terjadi pada rumah sakit, dokter swasta, ambulan, apotek, pabrik obat dan perusahaan distribusi, serta pelayanan-pelayanan umum atau swasta yang berkaitan dengan kesehatan dan higienis. Sebenarnya setiap penggunaan lambang tanpa mendapat pengesahan yang resmi dari Perhimpunan Nasional harus dianggap sebagai suatu penyalahgunaan, apakah itu dibuat untuk tujuan komersial atau bukan. Oleh karena itu tindakan hukum yang efektif harus diambil oleh semua negara untuk mengatur penggunaan lambang dan menekan penyalahgunaan lambang tersebut. Dengan kata lain, perlindungan lambang itu sendiri adalah suatu keharusan yang mutlak untuk menjamin berlangsungnya penghargaan kepada Gerakan Palang Merah dan aktivitas-aktivitas Palang Merah di seluruh penjuru dunia baik di masa damai atau di masa perang. Dasar Hukum Berdasarkan hukum internasioanl, masalah lambang ini diatur dalam: 1. Konvensi Jenewa I 1949 Pasal 38 s.d. Pasal 44, Pasal 53 dan Pasal 54 2. Konvensi Jenewa II 1949 Pasal 41 s.d. Pasal 45 3. Konvensi Jenewa IV 1949 Pasal 18 s.d. Pasal 22 4. Protokol Tambahan I 1977 Pasal 18, Pasal 85 dan Annex I Pasal 1 s.d. Pasal 5 5. Protokol Tambahan II 1977 Pasal 12 6. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the National Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan direvisi oleh the Council of Delegates, Budapest 1991) Berdasarkan hukum nasional, masalah lambang ini diatur dalam: 1. Keppres No. 25 tahun 1950 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Perhimpunan Palang Merah Indonesia. 2. Keppres No. 246 tahun 1963 tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia. 3. Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 1/Peperti tahun 1962 Tentang Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-Kata Palang Merah. 4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Sumber bacaan : 1. Red Cross Emblem - A System of Humanitarian Protection, Daniel Glinz & Christophe Swinarski, ICRC Regional Delegation for East Asia, Hongkong, 1993. 2. Basic Rules of the Geneva Conventions and Their Additional Protocols, International Committee of the Red Cross, 1983. 3. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the National Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan direvisi oleh the Council of Delegates, Budapest 1991).
  • 18. PMR 26 November 2013 · Sejarah Lambang Palang Merah Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang tersebut. 1859 Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang sah. Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis. Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Henry Dunant, seorang warga negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang. Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang. 1862 Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan : a. untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk merawat korban pada masa perang b. agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang yang terluka di medan perang. Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara. 1863 Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota, yang nantinya disebut International Commitee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant. Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata. Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara universal. Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara. Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman lambang yang jelas. 1864 Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa Pertama. Hukum perikemanusiaan internasional telah lahir Konvensi Jenewa Pertama mengakui palang merah dengan latar putih sebagai sebuah lambang khusus. Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada mereka, lambang tersebut dibentuk dengan membalikkan warna bendera Swiss. Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah
  • 19. dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima. Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna yang kontras. 1876-1878 Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan akan menggunakan lambang bulan sabit merah dengan latara belakang putih di tempat yang sama dengan palang merah. Tetap menghargai lambang palang merah, Ottoman meyakini bahwa palang merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Bulan sabit merah akhirnya sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu. 1929 Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar bulan sabit merah dan singa matahari merah diakui. Setelah diskusi berkepanjangan, Konferensi tersebut diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari palang merah; namun untuk menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya. Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa. Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan palang merah dan 32 menggunakan bulan sabit merah. 1949 Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang lambang: 1.Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri; 2.Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah 3.Prmintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, perisai merah dari David yang digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel; Ketiga proposal tersebut ditolak. Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. Palang merah, bulan sabit merah dan singa matahari merah tetap dinyatakan sebagai lambang yang diakui. 1980 Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan lambang singa matahari merah dan akan menggunakan lambang bulan sabit merah sebagai lambang khusus mereka. Bagaimanapun juga, lambang singa dan matahari merah tetap diakui. 1992 Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun. 1999 Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur. 2000 Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun. Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan:
  • 20. a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabit b. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahan c. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC. 2005 Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk: 1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah 2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan. 2006 Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru. ‘
  • 21. Sejarah Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sejarah Lambang Kemanusiaan Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang tersebut. 1859 Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang sah. Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis. Jean Henry Dunant (Swiss, 8 Mei 1828 - 30 Oktober 1910) Bapak Palang Merah Dunia Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Jean Henry Dunant, seorang warga negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang.
  • 22. Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang. 1862 Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan : 1. Untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk merawat korban pada masa perang 2. Agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang yang terluka di medan perang. Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara. 1863 Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota yang disebutLiga Palang Merah beranggotakan ; Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Italia, dan Inggris, yang nantinya disebut International Committee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant. Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata. Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara universal Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara. Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman lambang yang jelas. 1864 Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa Pertama.
  • 23. Hukum perikemanusiaan internasional telah lahir Konvensi Jenewa Pertama mengakui Palang Merah dengan latar putihsebagai sebuah lambang khusus. Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada mereka, lambang tersebut dibentuk denganmembalikkan warna bendera Swiss. Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima. Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna yang kontras. 1876-1878 Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekhilafahan Islam Turki Utsmani (Ottoman) mendeklarasikan akan menggunakan Lambang Bulan Sabit Merah dengan latar belakang putih di tempat yang sama dengan Palang Merah. Tetapi, tetap menghargai Lambang Palang Merah, Kekhilafahan Islam Turki Utsmani (Ottoman) meyakini bahwa Palang Merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Lambang Bulan Sabit Merah akhirnya sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu. 1929 Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar Bulan Sabit Merah dan Singa Matahari Merah diakui (Singa Matahari Merah digunakan oleh Persia atau Iran saat itu -red). Singa Matahari Merah, Lambang Kemanusiaan Persia (Iran) 1929 Setelah diskusi berkepanjangan, akhirnya lambang tersebut diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari Palang Merah, namun untuk menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya.
  • 24. Lambang Kemanusiaan International pada 1929 Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa. Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan Palang Merah dan 32 menggunakan Bulan Sabit Merah. 1949 Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang lambang: 1. Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri; 2. Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah 3. Permintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, Perisai Merah dari Bintang David yang digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel; Lambang Kemanusiaan Negara Israel (TIDAK DIAKUI oleh Komunitas International) Ketiga proposal tersebut ditolak. Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Singa Matahari Merah tetap dinyatakan sebagai lambang yang diakui. 1980 Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan Lambang Singa Matahari Merah dan akan menggunakan Lambang Bulan Sabit Merahsebagai lambang khusus mereka. Bagaimanapun juga, Lambang Singa Matahari Merah tetap diakui. 1992 Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.
  • 25. 1999 Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur. 2000 Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun. Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan: a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabit b. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahan c. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC. Lambang Kemanusiaan International tambahan baru (Kristal Merah) 2005 Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk: 1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah 2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan. 2006 Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru. Lembaga-lembaga Kemanusiaan International dan Nasional Indonesia :
  • 26. International Committee of the Red Cross (ICRC) IFRC
  • 27. Analisa lambang : Ada dua fungsi dari lambang kemanusiaan (dalam hal ini saat awalnya adalahPalang Merah) : Pertama, sebagai tanda pelindung, yaitu untuk memberikan perlindungan berdasarkan Hukum Perikemanusiaan Internasional kepada orang dan objek dari divisi kesehatan angkatan bersenjata, Perhimpunan Nasional, Internatinal Committee of the Red Cross (ICRC), dan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC). Kedua, sebagai tanda pengenal, yaitu untuk mengidentifikasi orang dan objek lain yang terkait dengan Gerakan Kemanusiaan ini. Melihat fungsi Lambang itu, jelas sekali bahwa lambang Palang Merah mempunyai efek yuridis yang tidak dapat dikesampingkan. Namun kemudian, dalam perkembangannya, sejak Konferensi Internasional I diselenggarakan pada 26 Oktober 1863, dengan diikuti delegasi dari 14 negara, dimana salah satu hasil resolusi Konferensi ketika itu menerima lambang palang merah dengan latar belakang putih sebagai lambang khusus, yang kemudian pada Agustus 1864 resolusi itu menjadi perjanjian internasional (Treaty), yang menjadi Hukum Perikemanusian Internasional yang pertama. Sampai akhirnya selama perang Rusia kontra Turki pada tahun 1876-1878, Turki mendeklarasikan lambang bulan sabit merah dengan latar belakang putih sebagai pengganti lambang palang merah latar belakang putih. Saat itu, kedua lambang berbeda itu dapat diterima sebagai lambang kemanusiaan dalam konflik. Pada tahun 1990-an, mencuat ke permukaan terkait kenetralan dari palang merah dan bulan sabit merah di beberapa daerah konflik yang pelik. Ketika itu, palang merah kerapkali diidentikkan sebagai simbol Kristen. Sebaliknya, bulan sabit juga kerapkali diidentifikasikan sebagai simbol Islam. Akhirnya, pada tahun 1999 Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional membentuk Kelompok Kerja Gabungan dari Negara dan Perhimpunan Nasional mengenai lambang yang dapat diterima semua negara. Hasilnya, disepakati lambang tambahan ketiga yang tidak memiliki konotasi negara, politik atau agama apa pun. Baru pada Konferensi Diplomatik pada Desember 2005, diterima Protokol III tambahan untuk Konvensi Jenewa yang menciptakan lambang tambahan disamping lambang palang merah dan bulan sabit merah, yaitu kristal merah. Dalam tulisan ini, ditujukan agar kita menelaah secara obyektif dan kritis di balik perdebatan lambang Gerakan di atas sampai-sampai menghabiskan waktu selama kurang lebih 15 tahun (1990-2005). Kemudian artikulasi apa sehingga Turki menggunakan bulan sabit merah sebagai lambang gerakan kemanusiaan mereka? Kenapa pula digunakan salib merah dengan panjang silang yang sama? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya terkait aspek historis serta pemaknaan lambang-lambang tersebut. Bulan Sabit atau Salib Pattee? Opini publik telah menganggap bahwa bulan sabit (al-Hilaal) sebagai simbol Islam. Ia kerapkali dipertentangkan dengan lambang salib dalam Perang Salib (The Crusades). Bagi kaum Muslimin menghancurkan salib merupakan aksi simbolis untuk menunjukkan kekalahan Kristen dan kemenangan Islam. Saladin dipuji oleh Ibnu Jubayr dalam ode kemenangan dalam karyanya karena telah menghancurkan salib mereka dengan kekuatan militernya di Hittin.
  • 28. Ibn Abi Thayyi menceritakan tentang salib yang direbut di Hittin, “Saladin membawa pulang sebuah salib sebagai rampasan perang, yang berupa sepotong kayu berlapis emas dan dihiasi dengan batu-batu berharga, yang menurut mereka telah menjadi tempat penyaliban mereka. Salib berlapis emas yang ada di Kubah Batu tidak diturunkan dengan perlahan.” Ibnu Saddad menjelaskan bahwa salib itu dilemparkan ke tanah meski ukurannya sangat besar. Setelah merebut Yerusalem, Saladin mengirim lambang-lambang kemenangan besarnya kepada khalifah di Baghdad. Lambang kemenangannya yang paling berharga adalah salib yang dipasang di puncak Kubah Batu di Yerusalem, “Salib yang terbuat dari tembaga dan dilapisi dengan emas itu dikubur di bawah gerbang Nubain (di Baghdad) dan selanjutnya diinjak-injak.”[1] (Carole Hillenbrand, 2005, terj.) Menariknya, dalam bukunya yang mendapatkan penghargaan King Faesal itu, Hillenbrand memberikan catatan dari hasil penelitiannya yang cukup mengejutkan, bahwa di dalam retorika kaum Muslim ini, yang dijadikan pesaing salib Kristen adalah Alqur’an atau menara. Bukan bulan sabit, seperti yang terjadi kemudian. Meskipun pada awal abad kesebelas, ketika katedral Armenia Ani di timur Anatolia diubah menjadi sebuah masjid, salib di puncak kubahnya diturunkan dan diganti dengan bulan sabit perak.[2] Sudut pandang historis di atas, sepertinya mengilhami Buku The Complete Dictionary of Symbols untuk menyebut bulan sabit sebagai a symbol of Islamic expansion[3] (Jack Tresidder, 2005). Tampaknya Buku itu merujuk kepada fakta sejarah dimana Islamic Empire Turki Ustmani melakukan perluasan wilayahnya ke Eropa dengan membawa bendera berlambangkan bulan sabit merah. Kendati pun demikian, The Complete Dictionary of Symbols menyebutkan bahwa bulan sabit bukanlah monopoli simbol Islam. Pada tahun 341 SM, di Byzantium mata uang koin dicetak dengan lambang bulan sabit dan bintang.[4] Selain itu, dalam budaya Hindu dan Celtic, bulan sabit sebagai lambang yang akan mengubah kepada keabadian. Di Mesir, bulan sabit dan cakram melambangkan kesatuan ketuhanan (divine unity). Sementara dalam dewi-dewi Yunani dan Romawi, mengenakan lambang bulan sabit pada rambut mereka sebagai simbol keperawanan dan kelahiran. Demikian pula pada Maria Sang Perawan yang menggunakan lambang bulan sabit sebagai simbol kesucian. Meski penelusuran akar historis The Complete Dictionary of Symbols di atas menunjukkan bahwa lambang bulan sabit itu bukan monopoli Islam, tetap saja statemen awal penjelasannya adalah, “Crescent, the emblem of Islam, signifying divine authority, increase, ressurection and, with a star, paradise. Karena itu, menurut al-Mausu’ah al-’Arabiyyah al-’Alamiyyah, pada era sekarang ini, bulan sabit telah menjelma menjadi syi’aar (simbol) umat Islam. Lantas al-Mausu’ah menjelaskan landasan syar’i (aspek dalil) bulan sabit (al-hilaal) sebagai simbol Islam, yaitu dengan merujuk kepada akar kata al-Ahillah, yakni bentuk plural daril al-hilaal dalam Surat Al-Baqarah ayat 189. Dengan bulan sabit itu, sambung al-Mausu’ah, waktu-waktu haji, puasa, membayar zakat dan kafarat dan bentuk ibadah lainnya dapat ditentukan. Dan inilah kenapa ayat itu menyebut kata al-Ahillah.[5] Tampak bahwa lambang bulan sabit, sebagaimana juga produk budaya lainnya, dalam pemaknaannya di kemudian hari mengalami penyempitan. Saat ini, mindset publik, baik kalangan Muslim maupun non-Muslim, menilai bahwa bulan sabit merupakan wujud Islam dalam persimbolan. Maka wajar saja jika dalam konteks lambang Gerakan di Indonesia ada mainstream agar bulan sabit dipergunakan sebagai lambang pengganti salib merah dengan panjang silang yang sama. Maka pada 8 Juni 2002 di Jakarta dideklarasikan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang diketuai dr. Basuki Supartono. Sama dengan makna bulan sabit merah, netralitas simbol palang (salib) merah dengan panjang
  • 29. silang yang sama pun kerap dipertanyakan, bukannya hanya dalam konteks ke-Indonesiaan tapi konteks internasional. Sekadar bahan renungan bersama, The Complete Dictionary of Symbols menyebutkan bahwa salib (cross) merupakan lambang keimanan Kristen. Selain itu, salib juga simbol kosmos kuno dan universal. Artinya, seperti juga lambang bulan sabit, pada awalnya salib bukanlah monopoli simbol Kristen. Sekadar menyebut contoh, di China, salib di dalam segi empat melukiskan bumi dan stabilitas. Di India, salib pernah menjadi lambang Hindu yakni lambang tongkat api Dewa Agni.[6] Bahkan lebih tajam lagi, lambang salib merah dengan panjang silang yang sama yang sekarang dipakai lambang Gerakan di dunia internasional dan juga di Indonesia adalah lambang salibnya Ksatria Templar (Knights of Templar), yang menurut salah satu buku paling kontroversial pada abad 20 Holy Blood Holy Grail disebutkan, bahwa para Templar merupakan lambang dan perwujudan yang sempurna dari nilai-nilai agama Kristen.[7] Selain itu para Templar juga didefinisikan sebagai sosok pejuang yang memegang peranan terpenting dalam Perang Salib, dan lebih dari itu mereka dikenal sabagai Ksatria Kristus.[8] Terlepas dari kontroversi di kalangan internal teolog Kristen atas misteri yang menyelimuti Ksatria itu. Patut diingat bahwa pada tahun 1146 M, kelompok Ksatria Templar (Ksatria Kristen) memakai gambar salib merah yang terkenal, yaitu salib dengan panjang silang yang sama (salib pattee). Dengan salib pattee yang digambarkan pada pakaian mereka, para ksatria ini menemani Raja Louis VII dari Prancis pada saat Perang Salib. Pada saat inilah mereka menetapkan karir mereka untuk semangat berperang dengan sifat membabi buta yang menggila, serta kesombongan yang membahayakan.[9] Alhasil, harus diakui, adalah ahistoris jika mengatakan salib merah dengan panjang silang yang sama merupakan lambang Gerakan yang netral. Demikian pula, ahistoris jika mengatakan bulan sabit merah sebagai lambang Gerakan yang netral. Lantas harus bagaimana? Dengan adanya Protokol III untuk Konvensi Jenewa, dimungkinkan penggunaan lambang palang merah dan bulan sabit merah secara bersamaan. Melihat pada kondisi ke-Indonesiaan, maka seharusnya negara dan pemerintah, mengizinkan kepada para Pelaku Gerakan Kemanusiaan di Indonesia, untuk bebas menggunakan lambang yang lebih diyakininya, dan lebih menenangkan aspek spiritualitasnya. Bahwa boleh menggunakan lambang Bulan Sabit Merah (karena memang mayoritas masyarakat di Indonesia adalah Muslim), dan juga tetap menghargai bagi mereka yang menggunakan lambang Palang Merah sebagai lambang gerakan kemanusiaannya. Akhirnya, tulisan di atas tidak dimaksudkan untuk memprovokasi pihak manapun. Namun untuk memberikan gambaran secara objektif, bahwa nilai-nilai agama yang menjiwai lambang dari gerakan kemanusiaan International, memiliki muara yang sama, yaitu mengaplikasi nilai-nilai universal tentang kemanusiaan dan saling tolong-menolpng sebagai sesama ummat manusia, tanpa memandang latar belakang dan status sosial yang melekat pada seseorang yang hendak ditolong. Namun penggunaan lambang Bulan Sabit Merah, Palang Merah, atau Kristal Merah, untuk lebih memberikan ketenangan secara spiritual dalam nilai-nilai agama, bagi para penolong pertama dalam menjalankan tugasnya, dan tetap berlaku netral pada semua korban yang ditolongnya.
  • 30. SEJARAH TERBENTUKNYA LAMBANG PALANG MERAH Posted In: sejarah lambang . By arlina A. Lambang Palang Merah Diawali dengan terjadinya Perang di Solferino antara tentara Austria dan gabungan tentara Perancis-Sardinia pada tanggal 24 Juni 1959 di Italia Utara yang mengakibatkan banyak korban dengan luka mengenaskan dan dibiarkan begitu saja karena unit kesehatan tentara masing-masing pihak yang bersengketa tidak sanggup lagi untuk menanggulangi para korban, maka seorang Swiss yang bernama Henry Dunant yang melihat sendiri akibat dari peristiwa tersebut, berhasil menulis sebuah buku di tahun 1861 yang berjudul Un Souvenir de Solferino (Kenang-kenangan dari Solferino). Dalam bukunya, ia mengajukan gagasan pembentukan organisasi relawan penolong para prajurit di medan pertempuran, serta gagasan untuk membentuk perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan pertempuran.[1] Buku tersebut menggemparkan seluruh Eropa sehingga pada tanggal 17 Pebruari 1863 beberapa warga terkemuka Swiss berkumpul di Jenewa untuk bergabung dengan Henry Dunant guna mewujudkan gagasan-gagasannya, sehingga kemudian terbentuklah Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang terluka, International Committee for Aid to Wounded Soldiers. Tahun 1875 Komite menggunakan nama “Komite Internasional Palang Merah”, International Committee of the Red Cross / ICRC, hingga saat ini.[2] Berdasarkan gagasan Henry Dunant untuk membentuk organisasi relawan, maka didirikanlah sebuah organisasi relawan di setiap negara yang memiliki mandat untuk membantu Dinas Kesehatan Angkatan Bersenjata pada waktu peperangan. Organisasi tersebut pada waktu sekarang disebut dengan nama Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional, National Societies, yang di masing-masing negara dikenal dengan nama Palang Merah (Nasional) atau Bulan Sabit Merah (Nasional) --misalnya untuk Indonesia dikenal dengan nama “Palang Merah Indonesia”; di Malaysia disebut dengan “Bulan Sabit Merah Malaysia”. Sedangkan, untuk menindaklanjuti gagasan Henry Dunant untuk membentuk perjanjian internasional, maka pada tahun 1864 diadakan suatu Konferensi Internasional yang menghasilkan perjanjian internasional yang dikenal dengan nama “Konvensi Jenewa untuk perbaikan dan kondisi prajurit yang cedera di medan perang” (Geneva Convention for the amelioration of the condition of the wounded in armies in the field). Di dalam Konvensi tahun 1864 itulah dilontarkan gagasan untuk memberikan suatu lambang kepada organisasi relawan yang bertugas memberikan bantuan kepada prajurit yang cedera dalam
  • 31. pertempuran, sehingga dapat dibedakan dengan organisasi relawan lainnya. Untuk itu, sebagai penghormatan kepada Henry Dunant yang berkewarganegaraan Swiss atas jasa-jasanya tersebut, maka disepakati bahwa lambang untuk organisasi relawan tersebut adalah kebalikan dari bendera Swiss, yakni palang merah, red cross, di atas dasar putih. Sejak itulah lambang palang merah mulai dikenal dan digunakan untuk menolong para korban perang. Lambang palang merah ini digunakan oleh perhimpunan nasional di negara-negara. Karena banyaknya negara yang membentuk Perhimpunan Nasional, maka pada tahun 1919 dibentuk “Liga Perhimpunan Palang Merah”, League of Red Cross Societies, yang bertugas mengkoordinir seluruh perhimpunan nasional dari semua negara. B. Lambang Bulan Sabit Merah dan lambang lainnya Pada tahun 1876 muncul lambang Bulan Sabit Merahyang digunakan oleh Turki (dahulu Ottoman Empire) serta lambang Singa dan Matahari Merah yang digunakan oleh tentaraPersia (saat ini Republik Islam Iran). Negara-negara lain kemudian juga menggunakan lambang sendiri, seperti Siam (saat ini Thailand) yang menggunakan lambang Nyala Api Merah(red flame); Israel menggunakan lambang Bintang David Merah (red shield of david); atau Afganistan yang menggunakan Red Arrchway (Mehrab-e-Ahmar). Demikian pula tahun 1877 Jepang menggunakan strip merah di bawah matahari merah di atas dasar putih (red strip beneath a red sun on a white ground), lambang Swastika oleh Sri Lanka, atau Palem Merah (red palm) oleh Siria. Turki dan Persia, mengajukan reservasi pada Konvensi untuk tetap mengunakan bulan sabit merah dan singa dan matahari merah; sedangkan Siam dan Sri Lanka tidak menggunakan klausula reservasi dan memutuskan untuk menggunakan lambang palang merah.[3] Didukung oleh Mesir dalam Konferensi Diplomatik, akhirnya lambang Bulan Sabit Merah serta Singa dan Matahari Merah kemudian secara resmi diadopsi dalam Konvensi Jenewa tahun 1929. Akan tetapi pada tanggal 4 September 1980, Republik Islam Iran memutuskan tidak lagi menggunakan lambang Singa dan Matahari Merah dan memilih lambang Bulan Sabit Merah, red crescent. Sejak itu, disepakati bahwa tidak diperbolehkan lagi untuk menggunakan lambang lainnya, kecuali sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam Konvensi
  • 32. Jenewa.[4] Akhirnya, semakin banyak negara yang membentuk Perhimpunan Nasional dan tergabung ke dalam Liga Palang Merah (termasuk di Indonesia dibentuk Palang Merah Indonesia berdasarkan Keppres No. 25 tahun 1950 jo. Keppres No. 264 tahun 1963). [5] Pada tahun 1991 Liga Palang Merah tersebut kemudian mengganti namanya menjadi Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (International Federation of the Red Cross and Red Crescent Societies). Adapun, gagasan Henry Dunant untuk membentuk perjanjian internasional telah tercapai dengan dihasilkannya Konvensi Jenewa tahun 1864 tersebut, yang telah mengalami dua kali penyempurnaan di tahun 1906 dan 1929, dan akhirnya kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa 1949 mengenai perlindungan kepada korban perang, sebelum akhirnya kembali disempurnakan dengan Protokol Tambahan I dan II tahun 1977 yang mengatur perlindungan para korban perang; di mana aturan mengenai penggunaan lambang juga terdapat di dalam masing-masing perjanjian internasional tersebut. Pada bulan Desember 2005, diadakan Konferensi Diplomatik yang menghasilkan suatu perjanjian internasional, yaitu Protokol Tambahan III (tahun 2005) pada Konvensi-konvensi Jenewa 1949 yang mengatur tentang penggunaan lambang baru di samping lambang palang merah dan bulan sabit merah, karena kedua lambang terakhir ini dianggap berkonotasi dengan suatu agama tertentu. Lambang yang baru tersebut dikenal dengan lambang Kristal Merah (red crystal). [6] Kristal merupakan sebagai lambang dari kemurnian, purity, yang seringkali dihubungkan dengan air, yakni suatu unsur yang esensial bagi kehidupan manusia. [7] Dengan demikian, di samping lambang palang merah, terdapat pula lambang bulan sabit merah dan kristal merah yang telah diakui dan disahkan di dalam perjanjian internasional. Ketiga lambang tersebut memiliki status internasional yang setara dan sederajat, sehingga ketentuan pokok tentang tata-cara dan penggunaan lambang palang merah berlaku pula untuk lambang bulan sabit merah dan kristal merah (sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 2 ayat(1) Protokol Tambahan III tahun 2005 yang berbunyi : "this Protocol recognizes an additional emblem in addition to, and for the same purposes as, the distinctive emblem of the Geneva Conventions. The distinctive emblems shall enjoy the equal status";[8] serta dipergunakan oleh organisasi yang
  • 33. berhak menggunakannya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
  • 34. 1.SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL SEJARAH PALANG MERAH PALANG MERAH INTERNASIONAL ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda – bedakan bangsa, golongan, agama dan politik. SEJARAH Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawanAustria pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan terjadinya perang tersebut dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul ide atau gagasan untuk memberi pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama beberapa hari bergelut di medan perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul “ A Memory of Solferino “ (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di medan perang. 1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM )
  • 35. (International Committee of the Red Cross) latar belakang berdirinya Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu : 1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir 2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier 4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima (1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC). Pada tanggal 22 agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani perjanjian Internasional yang dikenal dengan : KONVENSI JENEWA I  Tentara yang terluka atau sakit harus diobati.  Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan mempertukarkan warna – warna federal. Lambang ini hendaknya dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para petugas penolong dimedanperang/konflik bersenjata. Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama. “Konferensi Internasional Palang Merah “ yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi Jenewa tahun 1949. Pertemuan itu membahas persoalan – persoalan umum dan menampung usul – usul serta resolusi di samping mengambil keputusan.Para peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada waktu diantara dua konferensi Internasional.
  • 36. 2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH (IFRC) (International Federation of The Red Cross) latar belakang berdirinya Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas Perancis. Palang Merah Indonesia termasuk anggota ke 68. organisasi BADAN TERTINGGI ORGANISASI : Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut “General Assembly Board ofGevernors”. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General Assembly tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh “Executive”yang aggotanya terdiri dari 16 Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden dan Sekjen Federasi. 3. PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986. 1. KEMANUSIAAN ( Humanity ) Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang
  • 37. Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia. 2. KESAMAAN ( Impartiality ) Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah. 3. KENETRALAN ( Neutrality ) Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi. 4. KEMANDIRIAN (Independence ) Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini. 5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service ) Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 1. KESATUAN ( Unity ) Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 7. KESEMESTAAN ( Universality ) Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH PERHIMPUNAN PALANG MARAH dan BULAN SABIT MERAH
  • 38. (KIPM) NASIONAL Internasional Committee of the Red Cross (ICRC) § Markas Besar di Jenewa, anggota dewan ekskutifnya maksimal 25 orang warga negara Swiss. § TUJUAN : Menjadi perantara NETRAL mengenai hal kemanusiaan dalam pertikaian politik, perang saudara dan kerusuhan dalam negeri. § TUGAS Memberikan perlindungan kepada korban militer maupun sipil sebagai akibat konflik bersenjata, gangguan dan ketegangan dalam negeri. Petugas KIPM mengunjungi tawanan perang/tawanan politik untukberdialog tanpa saksi sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang kondisi penahanan juga membantu menyampaikan berita keluarga. Laporan tersebut bersifat rahasia. § Memberikan bantuan (sandang, pangan medis dan sanitasi) kepada korban International Federation of the Red Cross and Red Crescent society. § Markas Besar di Jenewa. Secretariat Federasi dipimpin oleh Sekjen mempunyai pegawai yang terdiri dari bermacam – macam bangsa. § Tujuan : Mencegah dan meringankan penderitaan manusia melalui kegiatan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah nasional yang merupakan sumbangan untuk perdamaian. § Tugas : 1. Menggiatkan PEMBENTUKAN dan pengembangan PERHIMPUNAN NASIONAL di seluruh dunia. Federasi juga bertindak sebagai perantara, koordinator antara Perhimpunan Palang Merah Internasional. 2. Memberikan saran dan membantu Perhimpunan Nasional dalam meningkatkan, Perhimpunan Nasional harus mendapat pengakuan dari KIPM, baru sah menjadi anggota federasi. Juga harus diakui oleh Pemerintahannya sebagai Perhimpunan penolong yang bersifat sukarela dan turut membantu Pemerintah. Sampai tahun 1992 anggota federasi ada 153 negara, PMI termasuk anggota ke- 68. § Tugas : Beraneka ragam tergantung kebutuhan negara yang bersangkutan, antara lain : 1. Memberikan bantuan darurat 2. Pelayanan kesehatan 3. Bantuan sosial bagi perorangan maupun kelompok 4. Latihan P3K 5. Melatih tenaga perawat
  • 39. konflik bersenjata tersebut. § Melakukan pencarian pada saat terjadi konflik bersenjata maupun sesudahnya. Mencari berita sampai mempersatukan keluarga yang terpisah akibat perang. § Melakukan PENYEBARLUASAN HPI dan prinsip – prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan tujuan menganjurkan penghormatan bagi kelompok non-kombatan (tentara yang luka, tawanan serta warga sipil). Disamping membatasi kekejaman, pengrusakan dan mempermudah bantuan yang segera, netral serta tidak memihak kepada para korban konflik bersenjata. § Dana, sumbangan sukarela dari pemerintah dan Perhimpunan Nasional. mengkoordinasi BANTUAN Internasional untuk KORBAN BENCANA ALAM dan PARA PENGUNGSI di luar daerah pertikaian, seringkali dengan melancarkan permintaan bantuan ke seluruh dunia. 3. Mengembangkan pembentukan rencana KESIAPSIAGAAN NASIONAL terhadaP BENCANA ALAM. 4. Menggiatkan dan mengkoordinasi pertukaran gagasan kemanusiaan bagi pendidikan anak dan remaja diantara Perhimpunan Nasional demi membina hubungan baik antara remaja di seluruh dunia. 5. Membantu ICRC menyebarluaskan HPI dan PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH dan BULAN SABIT MERAH. § Dana, iuran tahunan dari anggota dan sumbangan sukarela untuk bantuan dan pengembangan. 6. Transfusi darah 7. Pembinaan remaja 8. Di masa perang, membantu tawanan, pengungsi dan kaum interniran. HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I ) ( Internasional Humaniterian Law ) Definisi :
  • 40. HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang. Maksud dan tujuan adanya HPI : Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan orang – orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi. Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 ( pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977. 4 konvensi Jenewa 1949 : Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama. Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas kesehatan, petugas agama serta kapal perang yang kandas. Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang. Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang – orang sipil di masa perang. Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol : Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional. Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional. Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942.
  • 41. HPI perlu disebarluaskan : Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol I dan II 1977, mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut diketahui dengan sebaik – baiknya terutama oleh angkatan perang, Dinas Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai hak dan kewajiban dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak – hak serta kewajiban dimasa pertikaian bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk menolong dan melindungi korban perang merupakan hak dan kewajiban dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini harus semata – mata bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan HPI, terutama untuk kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan penyebarluasan prinsip – prinsip Palang Merah. PALANG MERAH INDONESIA Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan, diawali pada : A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II 1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda. 2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI. 3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional. B. MASA PENDUDUKAN JEPANG.
  • 42. Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolakPemerintah Dai Nippon. C. MASA KEMERDEKAAN RI 1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka. 2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia adalah suatu fakta yang nyata. 3. 5 September 1945 Menkes RI dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 : Ketua : Dr. R. Mochtar. Penulis : Bahder Djohan. Anggota : Dr. Djoehana. Dr. Marzuki. Dr. Sintanala. 4. 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya. D. MASA PERANG KEMERDEKAAN.
  • 43. Pada masa itu peperangan terjadi dimana – mana, dalam usia muda PMI menghadapikesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang – orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari pertolongan dan bantuan seperti : § Dapur Umum ( DU ). § Pos PPPK ( P3K ). § Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran. § Sampai penguburan jika ada yang meninggal. Dilakukan oleh laskar – laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang golongan, agama dan politik. Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh cabang – cabang, anggotanya terdiri dari pelajar. E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI 1. Tanggal 16 Januari 1950. Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan berdirinya PMI. 2. Tanggal 15 Juni 1950. PMI diakui oleh ICRC. 3. Tanggal 16 Oktober 1950. PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68. F. NAMA – NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI 1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 – 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.
  • 44. 2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 – 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo. 3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 – 1952 ) : BPH Bintoro. 4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 – 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan. 5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 – 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII. 6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 – 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat. 7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 – 1982 ) : Prof. Dr. Satrio. 8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 – 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo. 9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 – 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo. 10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 – 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana. 11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 – 2004 ) : Mari’e Muhammad. 12. Ketua PMI ke 12 (2004 – sekarang : Mari’e Muhammad G. STRUKTUR ORGANISASI PMI M U N A S —————————————— PENGURUS PUSAT M U S D A —————————————— PENGURUS DAERAH M U S C A B —————————————— PENGURUS CABANG
  • 45. M U S R A N —————————————— PENGURUS RANTING A N G G O T A KETERANGAN : ————————– GARIS KOORDINASI __________________ GARIS KOMANDO Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam perhimpunan PMI, dihadiri oleh utusan – utusan Cabang, Daerah serta Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI memiliki 306 Cabang dari 31 Propinsi ( Daerah ). TUJUAN PMI : Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. LAMBANG PMI : 1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tandaPERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional, 2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar warna putih, 3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih dilingkari bunga berkelopaklima . KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi PMI mempunyai anggota yaitu : 1. Anggota Remaja. 2. Anggota Biasa.
  • 46. 3. Anggota Kehormatan. 1. ANGGOTA REMAJA. § Wanita – Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia . § Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing – masing. § Mendapat ijin atau persetujuan orang tua. KEWAJIBAN : A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan. B. Bersedia membantu tugas – tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah / kegiatan Palang Merah Remaja. C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional maupun internasional. D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan. HAK : A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun. B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan. C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja. D. Dapat mengikuti kegiatan – kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri. PALANG MERAH REMAJA
  • 47. Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and Red Crescent Societies ). Terbentuknya PMR di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak – anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah – majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak – anak ini dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan “ Palang Merah Remaja “, kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara – negara lain. Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain : PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 – 12 tahun, Badge warna HIJAU. PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 – 16 tahun, Badge warna BIRU. PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 – 21 tahun, Badge warna KUNING. Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula dalam tugas – tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain – lain, namun tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah : 1. Berbakti kepada masyarakat. 2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan. 3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. 2. ANGGOTA BIASA PMI § Wanita – Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia . § Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi.
  • 48. § Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi PMI. KEWAJIBAN : A. Membayar iuran anggota. B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang menderita sesuai dengan kemampuan. C. Menjaga nama baik organisasi. D. Memajukan organisasi. HAK : A. Hak suara dalam rapat organisasi. B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI. C. Mendapatkan informasi tentang organisasi. D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan. E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela. F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota PMI. G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama. KETERANGAN : § Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi. § Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi. § Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status keanggotaannya yang tetap. ANGGOTA BIASA DIHARAPKAN AKTIF DALAM TSR MAUPUN KSR
  • 49. SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDISINYA. TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA) 1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga sukarela ( TSR ) yang menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik secara keseluruhan maupun bagian – bagiannya untuk tugas kemanusiaan. 2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang beranggotakan pribadi anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri menjadi KSR PMI. 3. Fungsi TSR dan KSR : A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan. B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai tenaga sukarela. C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR PMI wajib mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan. 4. Tugas operasional : A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara pribadi atau secara berkelompok yang terarah. B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang – bidang tertentu. 3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI. § Wanita – Pria tanpa batas usia. § Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat.
  • 50. § Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan. KEWAJIBAN : A. Menjaga nama baik organisasi. B. Memberi perhatian terhadap PMI. HAK : A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI. B. Mengikuti perkembangan organisasi. C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran kepada Pengurus. KETERANGAN : § Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang karena jasa – jasanya dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana yang luar biasa ( ekstra ordiner ). § Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat. § Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan “ Anggota
  • 51. KSR-PMI Unit Universitas PGRI Palembang SELASA, 25 DESEMBER 2012 SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL Jean Henry Dunant Adalah Bapak Palang merah sedunia karena beliaulah pendiri dan peloporberdirinya Palang Merah.J.H. Dunant lahir di Swiss pada tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari Palang Merah dan BulanSabit Merah Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama AntoinetteColladon. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PALANG MERAH Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Itali Utara, pasukan Prancis dan Itali sedang bertempur melawanpasukan Austria. Pada saat itu H.Dunant tiba disana dengan harapan dapat bertemu dengan KaisarPrancis (Napoleon III).H. Dunant secara kebetulan menyaksikan pertempuran itu. Saat itu dinas medis militer kewalahan dalammenangani korban perang yang mencapai 40.000 orang. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terlukaH. Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengkoordinasikan bantuanuntuk mereka.Setelah kembali ke Swiss, H. Dunant menggambarkan pengalaman itu ke dalam sebuah buku yangberjudul : UN SOUVENIR DE SOLFERINIO/ A MEMORI OF SOLFERINO yang artinya Kenang-kenangan dariSolferino TAHUN 1862. Dalam bukunya H. Dunant mengajukan 2 gagasan, yaitu : 1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa damai untuk menolong para prajurityang terluka di medan perang. 2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cidera di medan perang ,sertasukarelawan dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan. Tahun 1863 Empat orang warga Jenewa bergabung dengan H. Dunant untuk mengembangkan keduagagasan tersebut. Empat orang tersebut adalah : 1. General Dufour 2. Dr. Theodore 3. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier Yang kemudian mereka bersama-sama membentuk (ICRC).Berdasarkan gagasan pertama didirikanlah sebuah Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yangbertugas membantu dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut sekarangdisebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI ( Liga Perhimpunan Palang Merah) yangdibentuk tanggal 5 Mei Tahun 1919. Tahun 1992 berubah menjadi Federasi Internasional Palang Merahdan Bulan Sabit Merah. Palang Merah lahir berdasarkan keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk pelaksanaantugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa ICRC, Pemerintah
  • 52. Swiss menyelenggarakan konferensi yang diikuti 12 negara yang dikenal dengan Konvensi Genewa ( The Genewa Conventions Of August 12 1949 ) dengan hasil konfrensi :TUGAS PALANG MERAH : g1. Membantu Jawatan Kesehatan angkatan Perang2. Memberi Pertolongan pada waktu perang perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang Merah2. Menyebarluaskan Cita-cita Palang Merah Berdasarkan Prikemanusiaan3. Menyiapkan tenaga dan sarana Kesehatan/bantuan lainnya untuk menjamin kelancaran tugas palangMerah.4. Memberi bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap musibah/kecelakaan.5. Menyelenggarakan PMR6. Turut memperbaiki Kesehatan rakyat7. Membantu Mencari Korban Hilang ( TMS ). PALANG MERAH INTERNASIONAL Palang Merah adalah suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan dengan sukarelaberdasarkan prikemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan tanpa membedakan bangsa, agamadan politik.Tiga macam Lambang Palang Merah yang resmi diakui Internasional :1. Palang Merah diatas warna dasar putihAdalah kebalikan dari bendera Swiss sebagai lambang yang diakui untuk menghormati negara Swiss ataukewarganegaraan Dunant.( 1864 )2. Bulan sabit Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara Arab ( 1876 )3. Singa dan Matahari Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara Iran.Arti Pemakaian Tanda Palang Merah : PerangMelindungi korban perang baik sipil atau militer, kesatua kesehatan dan RS yang ditunjuk sebagai RSPalang merah oleh yang berwajib. sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan angkatan perang, Palang Merah Nasional danbeberapa Organisasi yang diberi ijin untuk memakainya PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNATIONAL Prinsip dasar Palang Merah dikenal dengan 7 Prinsip Palang Merah yang disahkan di Wina ( Austria )oleh Konferensi International Palang Merah dan Bulan Sabit Merah XX tahun 1965.Terdiri atas : 1.Kemanusiaan ( Humanity ) Bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan untukmemberikan pertolongan tanpa membedakan korban dalam pertempuran, berusaha mencegah danmengatasi penderitaan sesama manusia. 2.Kesamaan ( Importiality ) Bahwa gerakan ini tidak membedakan bangsa, suku, agama dan politik, tujuannya semata-mata untukmengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan yang paling parah. 3.Kenetralan ( Neutrality ) Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan Politik, agama, suku,atau ideologi agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak. 4.Kemandirian ( Independence ) Bahwa gerakan ini bersifat mandiri, tugasnya membantu pemerintah dalam bidang kemanusiaan, harusmentaati peraturan negaranya dan harus menjaga otonomi negaranya sehingga dapat bertindak sesuaidengan prinsip pelang merah.
  • 53. 5.Kesukarelaan ( Voluntari Service ) Gerakan ini memberi bantuan secara sukarela bukan keinginan mencari keuntungan. 6.Kesatuan ( Unity ) Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat satu perhimpunan palng merah atau bulan sabit merahyang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 7.Kesemestaan ( Universality ) Bahwa gerakan ini bersifat semesta dimana setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawabyang sama dalam menolong sesama.