SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
1
SEJARAH DAN FILOSOFI PEMUNGUTAN PBB
2
1. Zaman Kerajaan
2. Zaman Penjajahan
3. Zaman Kemerdekaan
3
Dasar pembebanan “pajeg bumi” konsep hak pemilikan mutlak raja atas
tanah.
Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma)
namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang
harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau
penguasa.
Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi
hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada
kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau
penguasa digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga
keamanan rakyat, memelihara jalan, pembangun saluran air, membangun
sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya.
Zaman Kerajaan
4
a. Tahun 1685-1811
Tarif Pajak 0,25% dari harga tanah.
Berlaku di Jakarta.
b. Tahun 1811-1816 (Pendudukan Inggris)
Sir Thomas Stamford Raffles, menetapkan tarif pajak yang
bervariasi
antara 20% s.d. 50% dari produksi pertanian.
Sejak awal abad 19 pada zaman kolonial, pajak tanah
diberlakukan pada saat Pulau Jawa diperitah oleh Inggris yang
dipimpin Letnan Jenderal Raffles. Pajak tanah waktu itu
dinamakan Landrent , yang artinya “sewa tanah”.
Zaman Penjajahan
5
Raffles meniru sistem pajak tanah di India dengan 3 jenis macam sistem
pemungutan landrent yaitu :
-Sistem zamindari atau zamindarars artinya landheer atau tuan tanah. Sistem ini
mengenakan pajak tanah dengan suatu jumlah yang tetap pada para tuan tanah.
Pengenaan tarif pajak dengan suatu jumlah yang tetap disebut dengan istilah
“Permanent Settlement”. Sistem ini dipakai di Benggala dan disekitar barat laut
India.
-Sistem Pateedari atau Mauzawari. Sistem ini meniru sistem pajak bumi pemerintah
Portugis di Goa. Sistem ini memberlakukan pajak bumi pada Desa yang dianggap
sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya pengenaan kepada penduduk kebijaksanaannya
diserahkan kepada Kepala Desa masing-masing. Sistem ini diberlakukan di Punyab
dan distrik-distrik barat Laut India.
-Sistem rayatwari. Dalam sistem ini, pajak tanah/bumi dikenakan langsung kepada
para petani yang mengolah tanah berdasarkan pendapatan rata-rata dari tanah
yang diusahakan oleh masing-masing petani. Sistem ini diberlakukan di Madras,
Bombay dan sebagainya.
Zaman Penjajahan
6
Pajak tanah diberlakukan di Pulau Jawa oleh Raffles pada
tahun 1811 sampai dengan 1816. Landrent didasarkan pada
suatu dalil bahwa “ semua tanah adalah milik Raja
(souvereign), dan semua Kepala Desa dianggap sebagai
“penyewa” (pachetrs). Oleh karenanya mereka harus
membayar “sewa tanah” (Landrent) dengan natura secara
tetap.
Ketika kekuasaan beralih pada Belanda Landrent diubah
menjadi “landrente”, sistem ini merubah sistem terdahulu
dengan melakukan perubahan mengarah kepada keadilan
dan kepentingan rakyat, yang berlangsung sampai dengan
tahun 1942.
Zaman Penjajahan
7
c. Tahun 1872-1923 (Pendudukan Belanda)
Landrente  kewajiban menanami 20% tanah garapan dengan tanaman tertentu.
d. Tahun 1923-1942 (Pendudukan Belanda)
Diperluas untuk semua orang.
e. Tahun 1942-1945 (Pendudukan Jepang)
Di masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, sistem pajak
tanah yang dilaksanakan Belanda diambil alih sepenuhnya dan namanya diganti
menjadi Pajak Tanah.
Land Rent atau Landrente diganti dengan Land Tax. Administrasi pajak ditangani
oleh kantor pajak yang disebut “Zaimubu Shuzeika” yang sekaligus bertugas
untuk melakukan survei dan pemetaan di Pulau Jawa dan Madura
Zaman Penjajahan
8
Tahun 1949-1959
a. Pada tahun 1950 Jawatan Pajak Bumi berubah menjadi Jawatan Pendaftaran dan
Pajak Pendapatan Tanah. Pemerintah Republik Indonesia meneruskan
pemungutan pajak atas tanah dengan nama Pajak Bumi yang kemudian diganti
dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian (PPTP). (UU. NO. 14 tahun 1951
tentang Penghapusan Pajak Bumi)
b. Tahun 1951 sampai tahun 1959, maka lahirlah Jawatan pendaftaran dan Pajak
Penghasilan Tanah Milik Indonesia (P3TMI) yang bertugas melakukan
pendaftaran atas tanah-tanah milik adat yang ada di Indonesia.
Tahun 1956 Jawatan Pendaftaran dan Pajak Pendapatan Tanah berubah menjadi
Jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) tugas pokok melakukan
pendaftaran tanah milik terdaftar sebagai objek pajak. Karena tugasnya hanya
mengurus pendaftaran tanah saja, maka namanya diubah kembali menjadi
jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) dan bertugas sama seperti
sebelumnya ditambah dengan kewenangan untuk mengeluarkan Surat
Pendaftaran sementara terhadap tanah milik yang sudah terdaftar.
Zaman Kemerdekaan
9
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi
dimana “hasil yang diperoleh dari tanah” dijadikan dasar
pengenaan pajak.
Dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)
No. 11 tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi ( LN Th. 1959 Nomor
104. TLN. NO. 1806) yang dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1961 (LN Th. 1961 No.3 TLN No. 2124) telah ditetapkan menjadi
Undang-undang. Selanjutnya nama jawatan yang mengelola Pajak
hasil Bumi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dalam
melaksanakannya dikeluarkan Suart Keputusan Menteri Iuran
Negara Nomor PMPPU 1-1-3 tanggal 29 Nopember 1965 yang
menetapkan Direktorat pajak hasil Bumi diubah namanya menjadi
Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (DIT-IPEDA) dan Pajak Hasil
Bumi (PHB) menjadi Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA).
Pengenaannya diberlakukan pada tanah-tanah sektor pedesaan,
perkotaan, perkebunan, perhutanan dan sektor pertambangan.
10
Tahun 1985 - Sekarang
Diterapkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang
mulai berlaku efektif sejak tahun 1986 serta menyederhanakan sistem pajak dengan
menghapuskan 7 (tujuh) dasar hukum pajak atas properti, yaitu:
1. Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908;
2. Ordonansi Verponding Indonesia 1923;
3. Ordonansi Verponding 1928;
4. Ordonansi Pajak Kekayaan 1932;
5. Ordonansi Pajak Jalan 1942;
6. Undang-undang Darurat Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak
Daerah, Pasal 14 huruf j, k, dan l;
7. Undang-undang Nomor 11 Prp. Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi.
Pada tahun 1994 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 diubah menjadi Undang-undang Nomor 12
tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
11
Tahun 1985 - Sekarang
Sesuai dengan amanat GBHN 1983 berdasarkan Ketetapan MPR No.
II/MPR/1983 telah diadakan “Tax Reform” yaitu diadakan pembaruan dan
penggantian peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini
berlaku. Tax reform tahun 1983 berlaku pada tanggal 1 januari 1984.
Dengan adanya tax reform, sistem perpajakan Indonesia berubah dari Official
Assessment menjadi Self Assessment. Official Assessment yaitu suatu sistem
pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak berdasarkan pada Surat Ketetapan Pajak (SKP). Self Assessment
yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang dipercayakan kepada Wajib Pajak
mulai menghitung sampai penyetoran. Aparat perpajakan melaksanakan
pengendalian tugas, pembinaan, penelitian, pengawasan dan penetapan
sanksi administrasi.
12
Tahun 1985 – Sekarang
Setelah Tax Reform 1983 lalu dikeluarkan Undang-undang No. 12
tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan bangunan (PBB), yang ditetapkan
tanggal 27 Desember 1985 dan mulai berlaku tanggal 1 januari 1986
(LN Th. 1985 No. 68, TLN 3312). Tanggal 9 November 1994 disahkan
Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-
undang No. 12 tahun 1985 tentang PBB, yang mulai berlaku pada
tanggal tanggal 1 Januari 1995 (LN Th. 1994 No. 62, TLN 3569).
13
UU 18/1997 jo. UU 34/2000 UU 28/2009
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
6. Pajak Parkir
7. Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
(perubahan nomenklatur)
8. Pajak Air Tanah (pengalihan dari Prov)
9. Pajak Sarang Burung Walet (baru)
10. PBB Pedesaan & Perkotaan/PBB P2
(pengalihan dari Pusat)
PBB VS PDRD
Pajak Pusat Pajak Daerah
Pengadministrasian ada di
pemerintah Pusat.
Pemungutan &
Pengadministrasian
dilakukan oleh Pemerintah
daerah.
Penerimaan masuk dalam
APBN
Penerimaan masuk dalam
APBD sebagai PAD
Pajak
Daerah
Pajak Provinsi
PKB, BBNKB,Bahan Bakar Kendaraan
bermotor,Air Permukaan,Rokok
Pajak Kab/Kota
Pajak Hotel, Restoran, Hiburan,
Reklame, Penerangan jalan, Mineral
bukan logam & batuan, parkir, air
tanah,Sarang Burung Walet, PBBP2 &
BPHTB
ORBA :
KESENJANGAN
PEMBANGUNAN
ANTAR DAERAH
OTDA
DESENTRALI
SASI
FISKAL
PENINGKATAN DAN
PEMERATAAN
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
Penyeleng
garaan
Pemerintah
an lebih
aspiratif
dan sesuai
dg
kebutuhan
& prioritas
daerah
OTDA
DESENTRALISASI
KEWENANGAN
DESENTRALISASI
KEUANGAN
EXPENDITURE
ASSIGNMENT
INTER GOVERMENTAL
TRANSFER
LOCAL TAXING POWER
DAU & DAK
PDRD
Desentralisasi Fiskal dilaksanakan dg prinsip money follows
functions.
 Perimbangan Kewenangan harus diikuti
dengan perimbangan keuangan.
 Semakin besar pemberian kewenangan kepada
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik, semakin besar pula
kewenangan daerah dalam perpajakan dan
retribusi.
Ketergantungan daerah pada dana
intergovermental transfer dalam membiayai
desentralisasi kewenangan. Local taxing
power masih belum optimal.
 Untuk memperbaiki implementasi
desentralisasi fiscal, local taxing power harus
diperkuat.
 Penguatan LTP dapat dilakukan melalui
1. Perluasan basis pajak daerah dan retribusi
daerah.
2. Penambahan jenis pajak dan retribusi daerah.
3. Pengalihan /pen-daerah-an pajak pusat.
4. meningkatkan tarif maksimum pajak daerah.
5. Pemberian diskresi penetapan tarif pajak.
Catatan
1. Pengalihan PBBP2 & BPHTB menjadi
pajak daerah merupakan bagian dari
upaya memperkuat local taxing power.
2. PBBP2 & BPHTB tepat untuk dialihkan
menjadi pajak daerah karena bumi dan
bangunan bersifat Im-mobile.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerjaPerlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerjaKathleen Pontoh
 
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Muhammad Raihan Imamnawi
 
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Poltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukum
Poltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukumPoltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukum
Poltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukumUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Public domain &ombudsman
Public domain &ombudsmanPublic domain &ombudsman
Public domain &ombudsmanIsaka Yoga
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Arman Solit
 
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum KetenagakerjaanLingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum KetenagakerjaanRizki Gumilar
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
 
02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)
02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)
02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)legalakses636
 
Perkembangan demokrasi di indonesia
Perkembangan demokrasi di indonesiaPerkembangan demokrasi di indonesia
Perkembangan demokrasi di indonesiaJohanez Diaz
 
Masa Pemerintahan BJ Habibi
Masa Pemerintahan BJ HabibiMasa Pemerintahan BJ Habibi
Masa Pemerintahan BJ HabibiHilya Auliya
 
Asosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubungan
Asosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubunganAsosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubungan
Asosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubunganrintoriyan19
 
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 

Was ist angesagt? (20)

Perlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerjaPerlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerja
 
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
Hukum Administrasi Negara (analisis) (pertambangan)
 
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Poltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukum
Poltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukumPoltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukum
Poltik Hukum - Pertemuan Ketiga - 3. hubungan ilmu hukum dengan politik hukum
 
Public domain &ombudsman
Public domain &ombudsmanPublic domain &ombudsman
Public domain &ombudsman
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
 
Hak cipta
Hak ciptaHak cipta
Hak cipta
 
Anatomi kontrak
Anatomi kontrakAnatomi kontrak
Anatomi kontrak
 
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum KetenagakerjaanLingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAANHUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)
02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)
02. draf perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pkwt)
 
Hak Paten
Hak PatenHak Paten
Hak Paten
 
Perkembangan demokrasi di indonesia
Perkembangan demokrasi di indonesiaPerkembangan demokrasi di indonesia
Perkembangan demokrasi di indonesia
 
Masa Pemerintahan BJ Habibi
Masa Pemerintahan BJ HabibiMasa Pemerintahan BJ Habibi
Masa Pemerintahan BJ Habibi
 
Asosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubungan
Asosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubunganAsosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubungan
Asosiasi pengusaha dan lembaga tripartit dan pemutusan hubungan
 
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
 

Ähnlich wie 1. sejarah pbb

3 perkembangan perpajakan di indonesia
3 perkembangan perpajakan di indonesia3 perkembangan perpajakan di indonesia
3 perkembangan perpajakan di indonesianatal kristiono
 
1. pengantar p ph
1. pengantar p ph1. pengantar p ph
1. pengantar p phClarymond14
 
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahPerda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahMedan Comonity
 
No. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerahNo. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerahppbkab
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAHKota Serang
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxary-red78
 
perda pajak kalteng.pdf
perda pajak kalteng.pdfperda pajak kalteng.pdf
perda pajak kalteng.pdfGeorgeTomonob
 
2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+prov2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+provPA_Klaten
 
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunanSidik Abdullah
 

Ähnlich wie 1. sejarah pbb (20)

Pertemuan 9 & 10 pajak
Pertemuan 9 & 10 pajakPertemuan 9 & 10 pajak
Pertemuan 9 & 10 pajak
 
Makalah pbb
Makalah pbbMakalah pbb
Makalah pbb
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
3 perkembangan perpajakan di indonesia
3 perkembangan perpajakan di indonesia3 perkembangan perpajakan di indonesia
3 perkembangan perpajakan di indonesia
 
Pengantar PERPAJAKAN
Pengantar PERPAJAKANPengantar PERPAJAKAN
Pengantar PERPAJAKAN
 
Uu 14 1951
Uu 14 1951Uu 14 1951
Uu 14 1951
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
1. pengantar p ph
1. pengantar p ph1. pengantar p ph
1. pengantar p ph
 
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahPerda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
 
No. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerahNo. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerah
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
 
5
55
5
 
perda pajak kalteng.pdf
perda pajak kalteng.pdfperda pajak kalteng.pdf
perda pajak kalteng.pdf
 
PBB & BPHTB.pptx
PBB & BPHTB.pptxPBB & BPHTB.pptx
PBB & BPHTB.pptx
 
2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+prov2011 Pbb menkeu+prov
2011 Pbb menkeu+prov
 
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
1.dasar hukum-pajak-bumi-dan-bangunan
 
UU 12 th 1994
UU 12 th 1994UU 12 th 1994
UU 12 th 1994
 

Mehr von Josua Sitorus

M14 desain struktur organisasi
M14 desain struktur organisasiM14 desain struktur organisasi
M14 desain struktur organisasiJosua Sitorus
 
M13 budaya organisasi
M13 budaya  organisasiM13 budaya  organisasi
M13 budaya organisasiJosua Sitorus
 
M11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politikM11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politikJosua Sitorus
 
M10 stres dan konflik
M10 stres dan konflikM10 stres dan konflik
M10 stres dan konflikJosua Sitorus
 
7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb
7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb
7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbbJosua Sitorus
 
Keberatan pengurangan pbb
Keberatan pengurangan pbbKeberatan pengurangan pbb
Keberatan pengurangan pbbJosua Sitorus
 
6. keberatan & pengurangan pbb
6. keberatan & pengurangan  pbb6. keberatan & pengurangan  pbb
6. keberatan & pengurangan pbbJosua Sitorus
 
New rekonsiliasi bank
New rekonsiliasi bankNew rekonsiliasi bank
New rekonsiliasi bankJosua Sitorus
 

Mehr von Josua Sitorus (13)

M14 desain struktur organisasi
M14 desain struktur organisasiM14 desain struktur organisasi
M14 desain struktur organisasi
 
M13 budaya organisasi
M13 budaya  organisasiM13 budaya  organisasi
M13 budaya organisasi
 
M11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politikM11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politik
 
M10 stres dan konflik
M10 stres dan konflikM10 stres dan konflik
M10 stres dan konflik
 
M9 komunikasi
M9 komunikasiM9 komunikasi
M9 komunikasi
 
7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb
7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb
7. pengembalian kelebihan dan sanksi pbb
 
Keberatan pengurangan pbb
Keberatan pengurangan pbbKeberatan pengurangan pbb
Keberatan pengurangan pbb
 
4. njop pbb
4. njop pbb4. njop pbb
4. njop pbb
 
6. keberatan & pengurangan pbb
6. keberatan & pengurangan  pbb6. keberatan & pengurangan  pbb
6. keberatan & pengurangan pbb
 
2. subjek pbb
2. subjek pbb2. subjek pbb
2. subjek pbb
 
Surat berharga
Surat berhargaSurat berharga
Surat berharga
 
New rekonsiliasi bank
New rekonsiliasi bankNew rekonsiliasi bank
New rekonsiliasi bank
 
Kas dan kas kecil
Kas dan kas kecilKas dan kas kecil
Kas dan kas kecil
 

1. sejarah pbb

  • 1. 1 SEJARAH DAN FILOSOFI PEMUNGUTAN PBB
  • 2. 2 1. Zaman Kerajaan 2. Zaman Penjajahan 3. Zaman Kemerdekaan
  • 3. 3 Dasar pembebanan “pajeg bumi” konsep hak pemilikan mutlak raja atas tanah. Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya. Zaman Kerajaan
  • 4. 4 a. Tahun 1685-1811 Tarif Pajak 0,25% dari harga tanah. Berlaku di Jakarta. b. Tahun 1811-1816 (Pendudukan Inggris) Sir Thomas Stamford Raffles, menetapkan tarif pajak yang bervariasi antara 20% s.d. 50% dari produksi pertanian. Sejak awal abad 19 pada zaman kolonial, pajak tanah diberlakukan pada saat Pulau Jawa diperitah oleh Inggris yang dipimpin Letnan Jenderal Raffles. Pajak tanah waktu itu dinamakan Landrent , yang artinya “sewa tanah”. Zaman Penjajahan
  • 5. 5 Raffles meniru sistem pajak tanah di India dengan 3 jenis macam sistem pemungutan landrent yaitu : -Sistem zamindari atau zamindarars artinya landheer atau tuan tanah. Sistem ini mengenakan pajak tanah dengan suatu jumlah yang tetap pada para tuan tanah. Pengenaan tarif pajak dengan suatu jumlah yang tetap disebut dengan istilah “Permanent Settlement”. Sistem ini dipakai di Benggala dan disekitar barat laut India. -Sistem Pateedari atau Mauzawari. Sistem ini meniru sistem pajak bumi pemerintah Portugis di Goa. Sistem ini memberlakukan pajak bumi pada Desa yang dianggap sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya pengenaan kepada penduduk kebijaksanaannya diserahkan kepada Kepala Desa masing-masing. Sistem ini diberlakukan di Punyab dan distrik-distrik barat Laut India. -Sistem rayatwari. Dalam sistem ini, pajak tanah/bumi dikenakan langsung kepada para petani yang mengolah tanah berdasarkan pendapatan rata-rata dari tanah yang diusahakan oleh masing-masing petani. Sistem ini diberlakukan di Madras, Bombay dan sebagainya. Zaman Penjajahan
  • 6. 6 Pajak tanah diberlakukan di Pulau Jawa oleh Raffles pada tahun 1811 sampai dengan 1816. Landrent didasarkan pada suatu dalil bahwa “ semua tanah adalah milik Raja (souvereign), dan semua Kepala Desa dianggap sebagai “penyewa” (pachetrs). Oleh karenanya mereka harus membayar “sewa tanah” (Landrent) dengan natura secara tetap. Ketika kekuasaan beralih pada Belanda Landrent diubah menjadi “landrente”, sistem ini merubah sistem terdahulu dengan melakukan perubahan mengarah kepada keadilan dan kepentingan rakyat, yang berlangsung sampai dengan tahun 1942. Zaman Penjajahan
  • 7. 7 c. Tahun 1872-1923 (Pendudukan Belanda) Landrente  kewajiban menanami 20% tanah garapan dengan tanaman tertentu. d. Tahun 1923-1942 (Pendudukan Belanda) Diperluas untuk semua orang. e. Tahun 1942-1945 (Pendudukan Jepang) Di masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, sistem pajak tanah yang dilaksanakan Belanda diambil alih sepenuhnya dan namanya diganti menjadi Pajak Tanah. Land Rent atau Landrente diganti dengan Land Tax. Administrasi pajak ditangani oleh kantor pajak yang disebut “Zaimubu Shuzeika” yang sekaligus bertugas untuk melakukan survei dan pemetaan di Pulau Jawa dan Madura Zaman Penjajahan
  • 8. 8 Tahun 1949-1959 a. Pada tahun 1950 Jawatan Pajak Bumi berubah menjadi Jawatan Pendaftaran dan Pajak Pendapatan Tanah. Pemerintah Republik Indonesia meneruskan pemungutan pajak atas tanah dengan nama Pajak Bumi yang kemudian diganti dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian (PPTP). (UU. NO. 14 tahun 1951 tentang Penghapusan Pajak Bumi) b. Tahun 1951 sampai tahun 1959, maka lahirlah Jawatan pendaftaran dan Pajak Penghasilan Tanah Milik Indonesia (P3TMI) yang bertugas melakukan pendaftaran atas tanah-tanah milik adat yang ada di Indonesia. Tahun 1956 Jawatan Pendaftaran dan Pajak Pendapatan Tanah berubah menjadi Jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) tugas pokok melakukan pendaftaran tanah milik terdaftar sebagai objek pajak. Karena tugasnya hanya mengurus pendaftaran tanah saja, maka namanya diubah kembali menjadi jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) dan bertugas sama seperti sebelumnya ditambah dengan kewenangan untuk mengeluarkan Surat Pendaftaran sementara terhadap tanah milik yang sudah terdaftar. Zaman Kemerdekaan
  • 9. 9 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi dimana “hasil yang diperoleh dari tanah” dijadikan dasar pengenaan pajak. Dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) No. 11 tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi ( LN Th. 1959 Nomor 104. TLN. NO. 1806) yang dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 (LN Th. 1961 No.3 TLN No. 2124) telah ditetapkan menjadi Undang-undang. Selanjutnya nama jawatan yang mengelola Pajak hasil Bumi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dalam melaksanakannya dikeluarkan Suart Keputusan Menteri Iuran Negara Nomor PMPPU 1-1-3 tanggal 29 Nopember 1965 yang menetapkan Direktorat pajak hasil Bumi diubah namanya menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (DIT-IPEDA) dan Pajak Hasil Bumi (PHB) menjadi Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Pengenaannya diberlakukan pada tanah-tanah sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhutanan dan sektor pertambangan.
  • 10. 10 Tahun 1985 - Sekarang Diterapkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang mulai berlaku efektif sejak tahun 1986 serta menyederhanakan sistem pajak dengan menghapuskan 7 (tujuh) dasar hukum pajak atas properti, yaitu: 1. Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908; 2. Ordonansi Verponding Indonesia 1923; 3. Ordonansi Verponding 1928; 4. Ordonansi Pajak Kekayaan 1932; 5. Ordonansi Pajak Jalan 1942; 6. Undang-undang Darurat Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah, Pasal 14 huruf j, k, dan l; 7. Undang-undang Nomor 11 Prp. Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi. Pada tahun 1994 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 diubah menjadi Undang-undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
  • 11. 11 Tahun 1985 - Sekarang Sesuai dengan amanat GBHN 1983 berdasarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 telah diadakan “Tax Reform” yaitu diadakan pembaruan dan penggantian peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini berlaku. Tax reform tahun 1983 berlaku pada tanggal 1 januari 1984. Dengan adanya tax reform, sistem perpajakan Indonesia berubah dari Official Assessment menjadi Self Assessment. Official Assessment yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak berdasarkan pada Surat Ketetapan Pajak (SKP). Self Assessment yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang dipercayakan kepada Wajib Pajak mulai menghitung sampai penyetoran. Aparat perpajakan melaksanakan pengendalian tugas, pembinaan, penelitian, pengawasan dan penetapan sanksi administrasi.
  • 12. 12 Tahun 1985 – Sekarang Setelah Tax Reform 1983 lalu dikeluarkan Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan bangunan (PBB), yang ditetapkan tanggal 27 Desember 1985 dan mulai berlaku tanggal 1 januari 1986 (LN Th. 1985 No. 68, TLN 3312). Tanggal 9 November 1994 disahkan Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang- undang No. 12 tahun 1985 tentang PBB, yang mulai berlaku pada tanggal tanggal 1 Januari 1995 (LN Th. 1994 No. 62, TLN 3569).
  • 13. 13 UU 18/1997 jo. UU 34/2000 UU 28/2009 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 6. Pajak Parkir 7. Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Parkir 7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (perubahan nomenklatur) 8. Pajak Air Tanah (pengalihan dari Prov) 9. Pajak Sarang Burung Walet (baru) 10. PBB Pedesaan & Perkotaan/PBB P2 (pengalihan dari Pusat) PBB VS PDRD
  • 14. Pajak Pusat Pajak Daerah Pengadministrasian ada di pemerintah Pusat. Pemungutan & Pengadministrasian dilakukan oleh Pemerintah daerah. Penerimaan masuk dalam APBN Penerimaan masuk dalam APBD sebagai PAD Pajak Daerah Pajak Provinsi PKB, BBNKB,Bahan Bakar Kendaraan bermotor,Air Permukaan,Rokok Pajak Kab/Kota Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, Reklame, Penerangan jalan, Mineral bukan logam & batuan, parkir, air tanah,Sarang Burung Walet, PBBP2 & BPHTB
  • 15. ORBA : KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH OTDA DESENTRALI SASI FISKAL PENINGKATAN DAN PEMERATAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Penyeleng garaan Pemerintah an lebih aspiratif dan sesuai dg kebutuhan & prioritas daerah
  • 16. OTDA DESENTRALISASI KEWENANGAN DESENTRALISASI KEUANGAN EXPENDITURE ASSIGNMENT INTER GOVERMENTAL TRANSFER LOCAL TAXING POWER DAU & DAK PDRD Desentralisasi Fiskal dilaksanakan dg prinsip money follows functions.
  • 17.  Perimbangan Kewenangan harus diikuti dengan perimbangan keuangan.  Semakin besar pemberian kewenangan kepada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik, semakin besar pula kewenangan daerah dalam perpajakan dan retribusi.
  • 18. Ketergantungan daerah pada dana intergovermental transfer dalam membiayai desentralisasi kewenangan. Local taxing power masih belum optimal.
  • 19.  Untuk memperbaiki implementasi desentralisasi fiscal, local taxing power harus diperkuat.  Penguatan LTP dapat dilakukan melalui 1. Perluasan basis pajak daerah dan retribusi daerah. 2. Penambahan jenis pajak dan retribusi daerah. 3. Pengalihan /pen-daerah-an pajak pusat. 4. meningkatkan tarif maksimum pajak daerah. 5. Pemberian diskresi penetapan tarif pajak.
  • 20. Catatan 1. Pengalihan PBBP2 & BPHTB menjadi pajak daerah merupakan bagian dari upaya memperkuat local taxing power. 2. PBBP2 & BPHTB tepat untuk dialihkan menjadi pajak daerah karena bumi dan bangunan bersifat Im-mobile.