SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
ILMU DAN
  TEKNOLOGI
  BAHAN BAB
    KRISTALIN
22 februari 2013
Ken Aditya
Muhammad Andre Gusnnov
Misbah Thoyyibah
KRISTAL
      Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom,
molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan
polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum,
zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan.
Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang
semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi
atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan
kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita
temui sehari-hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan
tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi
pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur
kristalin dikenal sebagai kristalisasi.



      Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan
kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku
dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi
karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-
atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-
kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas.
Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan
amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan
gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur
jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini
banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai
cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas
untuk pembahasan lebih lanjut.


    Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan
semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada
keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus
diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan
ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan
cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga
sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit.
Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian
kristalin,  namun     panjang     molekul-molekulnya     biasanya
mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals
lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya,
jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola
heksagonal pada grafit.
Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat
kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat
berefek besar pada sifat-sifat material tersebut.


      Galium, logam yang dengan mudah membentuk kristal
tunggal berukuran besar. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna
yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat,
dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat
yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali
sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat
ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada
jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan
strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut.
Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh
kristal.
Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat
elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.
Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal.
Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik
dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik.
Kristalografi adalah studi ilmiah kristal dan pembentukannya.
Macam-macam kristal
                    logam         ionik     molekular       kovalen


               Li       38 LiF       246,7 Ar     1,56 C(intan) 170


               Ca       42 NaCl      186,2 Xe     3,02 Si        105


               Al       77 AgCl      216    Cl    4,88 SiO2      433


               Fe       99 Zn        964    CO2   6,03


               W        200 CH4      1,96




Nilai yang tercantum di atas adalah energi yang diperlukan
untuk memecah kristal menjadi partikel penyusunnya (atom, ion,
atau molekul (dalam kkal mol-1))

a. Kristal logam
     Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat
dengan ikatan logam. Elektron valensi dalam atom logam
mudah dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang kecil)
menghasilkan kation. Bila dua atom logam saling mendekat,
orbital atom terluarnya akan tumpang tindih membentuk orbital
molekul. Bila atom ketiga mendekati kedua atom tersebut,
interaksi antar orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru
terbentuk. Jadi, sejumlah besar orbital molekul akan terbentuk
oleh sejumlah besar atom logam, dan orbital molekul yang
dihasilkan akan tersebar di tiga dimensi. Karena orbital atom
bertumpangtindih berulang-ulang, elektron-elektron di kulit
terluar setiap atom akan dipengaruhi oleh banyak atom lain.
Elektron semacam ini tidak harus dimiliki oleh atom tertentu,
tetapi akan bergerak bebas dalam kisi yang dibentuk oleh
atom-atom ini. Jadi, elektron-elektron ini disebut dengan
elektron bebas.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya,
hantaran listrik dan panas serta kilap logam dapat dihubungkan
dengan sifat ikatan logam. Misalnya, logam dapat
mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi. Hal ini
karena ada interaksi yang kuat di berbagai arah antara atom
(ion) dan elektron bebas di sekitarnya




Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat ini karena interaksi
yang kuat antara ion logam dan elektron bebas.

        Tingginya hantaran panas logam dapat juga dijelaskan dengan elektron bebas ini. Bila salah satu ujung
logam dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu akan meningkat. Peningkatan energi kinetik dengan
cepat ditransfer ke elektron bebas. Hantaran listrik dijelaskan dengan cara yang sama. Bila beda tegangan
diberikan pada kedua ujung logam, elektron akan mengalir ke arah muatan yang positif.

        Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah besar orbital molekul kristal logam. Karena sedemikian banyak
orbital molekul, celah energi antara tingkat-tingkat energi itu sangat kecil. Bila permukaan logam disinari,
elektron akan mengabsorbsi energi sinar tersebut dan tereksitasi. Akibatnya, rentang panjang gelombang
cahaya yang diserap sangat lebar. Bila elektron yang tereksitasi melepaskan energi yang diterimanya dan
kembali ke keadaan dasar, cahaya dengan rentang panjang gelombang yang lebar akan dipancarkan, yang akan
kita amati sebagai kilap logam.
b. Kristal ionik
       Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara
ion bermuatan positif dan negatif. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggo dan
hantaran listrik yang rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal
ionik terdisosiasi menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Biasanya diasumsikan
bahwa terbentuk ikatan antara kation dan anion. Dalam kristal ion natrium khlorida,
ion natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen,
ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan berinteraksi
dengan semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi beragam.
Demikian juga, ion khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam kristal.
       Susunan ion dalam kristal ion yang paling stabil adalah susunan dengan jumlah
kontak antara partikel bermuatan berlawanan terbesar, atau dengan kata lain,
bilangan koordinasinya terbesar. Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran
anion, dan akibatnya, ada kecenderungan anion yang lebih besar akan tersusun
terjejal, dan kation yang lebih kecil akan berada di celah antar anion.
    Dalam kasus natrium khlorida, anion khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan membentuk
susunan kisi berpusat muka dengan jarak antar atom yang agak panjang sehingga
kation natrium yang lebih kecil (0,098 nm) dapat dengan mudah diakomodasi dalam
ruangannya . Setiap ion natrium dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi
= 6). Demikian juga, setiap ion khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan
koordinasi = 6)




       Masing-masing ion dikelilingi oleh enam ion yang muatannya berlawanan.
                           Struktur ini bukan struktur terjejal.
Dalam cesium khlorida, ion cesium yang lebih besar (0,168nm) dari ion natrium
dikelilingi oleh 8 ion khlorida membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium maupun khlorida
seolah secara independen membentuk kisi kubus sederhana, dan satu ion cesium
terletak di pusat kubus yang dibentuk oleh 8 ion klorida.




       Jelas bahwa struktur kristal garam bergantung pada rasio ukuran kation dan
anion. Bila rasio (jarijari kation)/(jari-jari anion) (rC/rA) lebih kecil dari nilai rasio di natrium
khlorida, bilangan koordinasinya akan lebih kecil dari enam. Dalam zink sulfida, ion
zink dikelilingi hanya oleh empat ion sulfida. Masalah ini dirangkumkan di tabel

               Rasio jari-jari kation rC dan anion rA dan bilangan koordinasi.

Rasio jari-jari rC/rA       Bilangan koordinasi                  contoh

0,225-0,414             4                            ZnS

0,414-0,732             6                            Sebagian besar halida
                                                     logam alkali

>0,732                  8                            CsCl, CsBr, CsI
c. Kristal Molekular

      Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van der
Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini tersusun atas
suatu jenis ikatan kimia antara atom atau ion. Namun, kristal dapat terbentuk, tanpa
bantuan ikatan, tetapi dengan interaksi lemah antar molekulnya. Bahkan gas mulia
mengkristal pada temperatur sangat rendah. Argon mengkristal dengan gaya van
der Waaks, dan titik lelehnya -189,2°C. Padatan argon berstruktur kubus terjejal.

   Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat dianggap berbentuk bola.
Walaupun tersusun teratur di kristal, arah molekulnya bergantian). Namun, karena
strukturnya   yang     sederhana,      permukaan       kristalnya   teratur.   Ini   alasannya
mengapakristal iodin memiliki kilap.




                                    Struktur kristal iodin.
                   Strukturnya berupa kisi ortorombik berpusat muka.
      Molekul di pusat setiap muka ditandai dengan warna lebih gelap. Pola
penyusunan kristal senyawa organik dengan struktur yang lebih rumit telah diselidiki
dengan analisis kristalografi sinar-X. Bentuk setiap molekulnya dalam banyak kasus
mirip atau secara esensi identik dengan bentuknya dalam fasa gas atau dalam
larutan.
d. Kristal Kovalen

      Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer. Dalam
kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara berulang
saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan yang dihasilkan
nampak dengan mata telanjang. Intan adalah contoh khas jenis kristal seperti ini, dan
kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang terbentuk oleh ikatan kovalen orbital
atom karbon hibrida sp3 (Gambar 8.12). Intan stabil sampai 3500°C, dan pada
temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim.

      Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur
yang mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida
(kuarsa; SiO2) (Gambar 8.13). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat
empat atom oksigen membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada
atom silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah 1700 °C.Struktur kristal intan
Sudut ∠C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap
                  atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain.




                              Struktur kristal silikon dioksida
 Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip intan. Atom
                      oksigen berada di antara atom-atom silikon.




e. Kristal cair
        Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan
mempertahankan temperatur dari awal hingga akhir proses pelelehan. Sebaliknya,
titik leleh zat amorf berada di nilai temperatur yang lebar, dan temperatur selama
proses pelelehan akan bervariasi.

      Terdapat beberapa padatan yang berubah menjadi fasa cairan buram pada
temperatur tetap tertentu yang disebut temperatur transisi sebelum zat tersebut
akhirnya meleleh. Fasa cair ini memiliki sifat khas cairan seperti fluiditas dan
tegangan permukaan. Namun, dalam fasa cair, molekul-molekul pada derajat
tertentu mempertahankan susunan teratur dan sifat optik cairan ini agak dekat
dengan sifat optik kristal. Material seperti ini disebut dengan kristal cair. Molekul
yang dapat menjadi kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni molekul-
molekul ini memiliki satuan struktural planar semacam cincin benzen. Di Gambar,
ditunjukkan beberapa contoh ristal cair.




                                        Beberapa contoh kristal cair

                 Dalam kristal-kristal cair ini, dua cincin benzen membentuk rangka planar.
                     Terdapat tiga jenis kristal cair: smektik, nematik, dan kholesterik.




Hubungan struktural antara kristal padat-smektik, nematik dan kholesterik secara skematik ditunjukkan di

Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan praktis semacam layar TV atau jam tangan.
Keteraturan dalam kristal cair. Keteraturan adalm kristal adalah tiga dimensi. Dalam kristal cair smektik dapat
       dikatakan keteraturannya di dua dimensi, dan di nematik satu dimensi. T adalah temperatur transisi.




   STRUKTUR KRISTAL
    Struktur Kristal
          Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan
   susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi adanya ikatan atom yang
   berarah dan susunan yang rapat. Walaupun tidak mudah untuk menyatakan bagaimana atom tersusun
     dalam padatan, namun ada hal-hal yang
     diharapkan menjadi faktor penting yang menentukan terbentuknya polihedra koordinasi susunan atom-
     atom.
             Secara ideal, susunan polihedra koordinasi paling stabil adalah yang memungkinkan
     terjadinya energi per satuan volume yang minimum. Keadaan tersebut dicapai jika:
(1) kenetralan listrik terpenuhi,
(2) ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi,
(3) gaya tolak ion-ion menjadi minimal,
(4) susunan atom serapat mungkin.


 Kisi Ruang Bravais Dan Susunan Atom Pada Kristal
           Kisi ruang (space lattice) adalah susunan titik-titik dalam ruang tiga dimensi dimana setiap titik
   memiliki lingkungan yang serupa. Titik dengan lingkungan yangserupa itu disebutsimpul kisi (lattice
   points). Simpul kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang berbeda, yang disebut kisi-kisi Bravais.
           Jika atom-atom dalam kristal membentuk susunan teratur yang berulang maka atom-atom dalam
   kristal haruslah tersusun dalam salah satu dari 14 bentuk kisi-kisi tersebut. Perlu dicatat bahwa setiap
   simpul kisi bisa ditempati oleh lebih dari satu atom, dan atom atau kelompok atom yang menempati
   tiap-tiap simpul kisi haruslah identik dan memiliki orientasi sama sesuai dengan pengertian simpul kisi.
   Karena kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang, maka susunan
   atom tersebut dapat dinyatakan secara lengkap dengan menyatakan posisi atom dalam suatu kesatuan
   yang berulang. Kesatuan yang berulang di dalam kisi ruang itu disebut sel unit(unit cell). Jika posisi
   atom dalam padatan dapat dinyatakan dalam sel unit ini, maka sel unit itu merupakan sel unit struktur
   kristal. Rusuk dari suatu sel unit dalam struktur kristal haruslah merupakan translasi kisi, yaitu vektor
   yang menghubungkan dua simpul kisi.
Sistem                   Sumbu (axes)               Sudut sumbu (axial angles)

        Kubik                    a = b = c                  a = b = g      = 900

        Tetragonal               a = b ¹ c                  a = b = g      = 900

        Ortorombik               a ¹ b ¹ c                  a = b = g      = 900

        Monoklinik               a ¹ b ¹ c                  a - g    - 900 ¹ b

        Triklinik                a ¹ b ¹ c                  a ¹ b ¹ g     = 900

        Hexagonal                a = a ¹ c                  a = b = 900 ;      g   = 1200

        Rombohedral              a = b = c                  a = b = g      ¹ 900




BIDANG KRISTAL



Bidang kristal adalah bidang-bidang atom dalam suatu kisi kristal. Arah ^ (tegak lurus) bidang kristal disebut
sebagai arah kristal.



Suatu kristal tentunya memiliki bidang-bidang atom yang mempenga-ruhi sifat dan perilaku bahan. Baik
bidang, maupun arah bidang dinyatakan dalam 3 angka yang disebut sebagai indeks miller .



Untuk membedakannya, maka :



a.     Untuk arah bidang digunakan simbol atau lambang [ h, k, l ]



Contoh :   [ 1, 1, 1 ]



b.   Untuk bidang kristal digunakan lambang ( h, k, l )



     Contoh : ( 1, 1, 1 )
Bidang kisi yang paling mudah digambarkan adalah bidang-bidang yang membatasi sel satuan di samping
bidang lainnya. h, k, l, tersebut adalah bilang-bilangan bulat seperti 0, 1, 2, 3, dan seterusnya yang dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut :



1.    Tentukan panjang perpotongan bidang kristal terhadap ketiga sumbu



kristal misalnya x1, y1 , z1.   x1, y1 dan z1 dinyatakan dalam kelipatan besaran-besaran sel satuan a, b,
dan c.



     Contoh : x1 = p1 a         y1 = p2 b      z1 = p3 c.



2.    Ketiga nilai p1 , p2 dan p3 dapat dikalikan/dibagi dengan faktor yang sama untuk memberikan bilang-
bilangan integer terkecil (tentukan dulu kebalikannya !)



Contoh :



Bidang yang diarsir memotong sumbu x, y, z masing-masing di a, 2b , dan 2/3c . Untuk satu unit sel maka
bidang tersebut berpotongan di 1, 2, 2/3. Kebalikannya : 1,1/2, dan 3/2.
Indeks Miller h, k, l dapat dikalikan Receprocal dengan bilangan yang memberikan bilangan bulat terkecil yaitu
dengan 2. Sehingga bidangnya menjadi 213 ; Jadi bilangan tersebut (2, 1, 3).



Catatan:



Indeks Miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dgn ke-tiga sumbu x,y dan z yang dinyatakan
dalam bilangan utuh bukan pecahan. Indeks miller yang biasanya bertanda negative (-) berarti
menunjukkan bidang pada arah tertentu, (misalnya perpotongan tsb ada di + ½, + ½ dan – 1/3 maka
receprocalnya 2, 1, dan –3).



Maka bidang dengan indeks Miller semacam ini ditulis (2, 1, 3).



Family bidang adalah sekelompok bidang memiliki karakteristik yang sama tetapi memiliki indeks Millerr yang
berbeda satu dengan lainnya.



Misalkan : notasi untuk family bidangnya adalah {1 1 0}, maka bidang-bidangnya adalah : (1, 1, 0), (1, 0, 1),
(0, 1, 1), (1, 1, 0), (1, 1, 0)

DENSITAS BIDANG DAN DENSITAS GARIS



Densitas bidang atau Planar Density (PD) adalah fraksi bidang kristal yang ditempati oleh atom-atom kristal.
Sedangkan densitas garis atau Linier Density (LD) adalah fraksi garis sepanjang arah kristal yang melewati
pusat-pusat atom.
Kristalografi Sistem Kristal

1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.

      Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu
b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).




                                       Gambar 1 Sistem Isometrik

      Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi                 orthogonal,   sistem
Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

2. Sistem Tetragonal

         Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang.

Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b
≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).




                                       Gambar 2 Sistem Tetragonal

         Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal

      Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

      Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.




                                    Gambar 3 Sistem Hexagonal

      Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi              orthogonal,   sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut
40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal

      Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem
kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya,
bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam,
kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya.

      Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α =
β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus
dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.




                                      Gambar 4 Sistem Trigonal

      Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut
40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmalinedan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik

       Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.

Pada   kondisi   sebenarnya,   sistem   kristal   Orthorhombik   memiliki   axial    ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling
tegak lurus (90˚).




                                     Gambar 5 Sistem Orthorhombik

       Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi              orthogonal,       sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

6. Sistem Monoklin

       Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.

       Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).




                                     Gambar 6 Sistem Monoklin

       Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

7. Sistem Triklin

       Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ
≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya.
Gambar 7 Sistem Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial
Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
Karakteristik gejala polimorfisme
      Polimorfisme dalam ilmu material adalah kemampuan suatu benda padat
memiliki lebih dari satu bentuk atau struktur kristal.Polimorf memiliki kestabilan
yang berbeda dan dapat terkonversi secara spontan dari bentuk metastabil
(bentuk tidak stabil) ke bentuk stabil terbentuk pada suhu tertentu. Mereka juga
menunjukkan perbedaan titik leleh , kelarutan, dan pola difraksi sinar-X. Selain
perubahan suhu, struktur kristal berubah dengan adanya perubahan tekanan.
Perubahan bentuk kristal disertai dengan perubahan densitas, perubahan bilangan
oksidasi, perubahan warna serta perubahan data elektrokimia (energi bebas).
Beberapa contoh padatan yang mengalami polimorfisme, antara lain :
Logam Uranium dapat menjadi 3 bentuk struktur kristal berbeda. Tiap struktur
memiliki fasa yang spesifik, seperti pada gambar di bawah ini.
1.   Fasa alfa, pada temperature ruangan sampai 663°C
2.   Fasa beta, pada suhu 663°C hingga 764°C
3.   Fasa beta, pada suhu 764°C hingga titik lelehnya, yaitu 1133°C


Logam besi memiliki beberapa bentuk kristal. Perubahan suhu dan tekanan
mempengaruhi perubahan bentuk kristal besi. Hal tersebut dapat diamati pada




diagram di bawah ini :



Keterangan (pada tekanan 1 bar)
•    ferit (besi alpha) - terbentuk di bawah 1043 K (titik Curie, Tc); besi menjadi
magnet dalam bentuk alfa (BCC)
• Fasa beta – terbentuk di bawah 1185 K ; strukrtur kristal BCC
• Fasa gamma - formulir di bawah 1667 K; struktur kristal FCC
•    Fasa delta - terbentuk dari pendinginan besi cair di bawah 1811 K ; struktur
kristal BCC

Ciri dari padatan yang dapat mengalami polymorfisme, antara lain:
       Polimorf memiliki kestabilan yang berbeda dan spontan dapat mengkonversi
dari bentuk metastabil (atau termodinamika bentuk tidak stabil) ke stabil
terbentuk pada suhu tertentu. Menurut aturan Gibbs 'dari kesetimbangan fasa,
fasa kristalin yang unik ini akan tergantung pada variabel intensif seperti tekanan
dan temperatur. Polimorfisme berpotensi dapat ditemukan dalam bahan-bahan
kristalin, termasuk polimer , mineral , dan logam , dan berhubungan dengan
allotropy , yang mengacu pada unsur padat.
    Dalam hal termodinamika , ada dua jenis polimorfisme. Untuk sistem
monotropic, sebuah plot energi bebas dari berbagai polimorf terhadap suhu tidak
akan terlewati sebelum polimorf meleleh seluruhnya. Dengan kata lain, setiap
transisi dari satu polimorf menjadi polimorf lainnya akan ireversibel. Untuk sistem
enantiotropic, sebuah plot energi bebas terhadap suhu menunjukkan titik
persimpangan (crossing point) sebelum berbagai titik leleh, dan dimungkinkan
untuk konversi secara reversibel antara dua polimorf pada pemanasan dan
pendinginan.
Suatu elemen yang mengalami perubahan bentuk kristal disertai              dengan
perubahan energi yang kecil pada data termokimianya (energi bebas).
CACAT PADA KRISTAL
      Terdapat beberapa jenis cacat Kristal pada susunan atom dalam Kristal. Kita
perlu ketahui bahwa kehadiran cacat Kristal yang sedikit memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam menentukan sifat suatu bahan dan pengaturan cacat sangat
penting dalam pemrosesan bahan.
      Contoh relevansi cacat Kristal dalam kehidupan pada umumnya dan dalam
bahan pada khususnya yaitu, ketika kita membeli cincin berlian, sebenarnya kita
membayar untuk tipe cacat pada Kristal pada cincin berlian tersebut. Pembuatan
device semikonduktor tidak hanya membutuhkan Silikon murni tetapi juga
meliputi cacat Kristal tertentu pada sample. Menempa suatu logam akan
menghasilkan cacat pada logam tersebut dan meningkatkan kekuatan dan
kelenturan logam. Catatan, sifat-sifat tersebut dicapai tanpa mengubah komposisi
penyusun bahan tetapi hanya manipulasi cacat Kristal.
Berikut ini merupakan jenis-jenis cacat Kristal


     Cacat titik yaitu adanya atom yang hilang atau terdapat sisipan atom asing
     dalam kisi (kekosongan, interstitial dan subtitutional , cacat Schottky dan
     cacat Frenkel)
     Cacat Linear yaitu sekelompok atom berada pada posisi yang menyimpang
     ( dislokasi tepi dan dislokasi screw)
   Cacat interfacial yaitu interface antara daerah sejenis pada bahan (permukaan
   eksternal, grain boundaries, dan twin boundaries)
gambar diatas merupakan representasi dua dimensi kristal sempurna dengan
susunan atom yang benar. Namun kenyataannya tidak ada yan sempurna.




Jenis-Jenis Cacat Kristal


Berikut ini akan dijelaskan masing-masing cacat pada bahan padat.


Cacat Titik
Cacat titik terdiri dari kekosongan, interstisial dan subtitutional, cacat Schottky
dan cacat Frenkel


a. Kekosongan


      Di alam ini tidak terdapat Kristal yang sempurna dengan susunan atom yang
teratur. Selalu terdapat cacat dalam suatu Kristal, dan yang paling sering dijumpai
adalah cacat titik. Hal ini terutama ketika temperature Kristal cukup tinggi dimana
atom-atom bergetar dengan frekuensi tertentu dan secara acak dapat
meninggalkan kisi, lokasi kisi yang ditinggalkan disebut vacancy atau kekosongan.
Dalam kebanyakan kasus difusi atau transportasi massa oleh gerak atom juga
dapat disebabkan oleh kekosongan.


      Semakin tinggi suhu, semakin banyak atom yang dapat meninggalkan posisi
kesetimbangannya dan semakin banyak kekosongan yang dapat dijumpai pada
Kristal. Banyaknya kekosongan yang terjadi Nv meningkat dengan meningkatnya
suhu Kristal dan banyaknya kekosongan ini dapat diperoleh dengan persamaan
berikut (distribusi Boltzman)


Rj=Ro exp(-Em/kT)


     Dalam persamaan ini, N adalah banyaknya atom dalam Kristal, Qv adalah
energy yang dibutuhkan untuk membentuk vacancy atau kekosongan, T adalah
suhu kristal dalam Kelvin, dan k adalah konstanta Boltzman yang bernilai 1.38 x
10-23 J/atom-K, atau 8.62 x 10-5 eV/atom-K bergantung pada satuan Qv. Dengan
menggunakan persamaan tersebut kita dapat mengestimasi bahwa pada suhu
kamar terdapat satu kekosongan dalam 1015 kisi Kristal dan pada suhu tinggi
atau suhu mendekati titik leleh zat padat terdapat satu kekosongan dalam 10000
atom.


      Pada Kristal,atom membutuhkan energy untuk bergerak ke posisi
kekosongan (misalnya energi termal) untuk lepas dari tetangga-tetangganya.
Energi tersebut disebut energy aktivasi kekosongan, Em. Energi termal rata-rata
atom biasanya lebih kecil dari energy aktivasi Em dan fluktuasi energy yang besar
dibutuhkan untuk loncat. Peluang untuk fluktuasi atau frekuensi loncatan atom Rj,
tergantung secara eksponensial terhadap suhu dan dapat digambarkan oleh
persamaan yang ditemukan kimiawan Swedia Arrhenius:


Dimana R0 adalah frekuensi percobaan yang sebanding dengan frekuensi getaran
atom




(kiri) Skema representasi kekosongan pada Kristal dalam 2 dimensi. (kanan)
Skema representasi difusi atom dari posisi asalnya ke posisi kosong. Energy
aktivasi Em telah diberikan pada atom sehingga atom dapat memutuskan ikatan
antar atom dan pindah ke posisi yang baru.




b. Interstitial dan Subtitutional


      Interstitial yaitu Penekanan atau penumpukan antara tempat kisi teratur.
Jika atom interstitial adalah atom yang sejenis dengan atom-atom pada kisi maka
disebut self interstitial. Terciptanya self-interstitial menyebabkan distorsi besar
disekeliling kisi dan membutuhkan energy lebih dibandingkan dengan energy yang
dibutuhkan untuk membuat vacancy atau kekosongan (Ei>Ev), dan dibawah
kondisi kesetimbangan, self-interstitial hadir dengan konsentrasi lebih rendah dari
kekosongan. Jika atom-atom interstitial adalah atom asing, biasanya lebih kecil
ukurannya (karbon, nitrogen, hydrogen, oksigen) disebut interstitial impurities.
Mereka memperkenalkan distorsi kecil pada kisi dan banyak terdapat pada
material nyata. Subtitutional yaitu Penggantian atom pada matriks Kristal. Jika
atom asing mengganti atau mensubtitusi matriks atom, maka disebut subtitusional
impurity.




Gambar diatas menunjukan skema representasi macam-macam cacat titik dalam
Kristal (1) kekosongan, (2) self-interstitial, (3) Interstitial impurity, (4) (5)
subtitutional impurities. Tanda panah menunjukan tekanan local yang dihasilkan
oleh cacat titik.
c. Cacat Schottky dan Cacat Frenkel


    Dalam Kristal ionic (misalnya garam dapur- Na+Cl-), ikatannya disebabkan
oleh gaya Coulomb antara ion positif dan ion negatif. Cacat titik dalam Kristal ion
adalah muatan itu sendiri. Gaya Coulomb sangat besar dan setiap muatan yang
tidak seimbang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menyeimbangkan diri.
Untuk membuat muatan netral, beberapa cacat titik akan terbentuk. Cacat Frenkel
adalah kekosongan pasangan ion dan cation interstitial. Atau kekosongan
pasangan ion dan anion interstitial. Namun ukuran anion jauh lebih besar dari
pada kation maka sangat sulit untuk membentuk anion interstitial. Cacat Schottky
adalah kekosongan pasangan kation dan anion. Keduanya cacat Frenkel dan
Schottky, pasangan cacat titik tetap berdekatan satu sama lain karena tarikan
coulomb yang kuat antara muatan yang berlawanan.
Gambar diatas merupakan skema representasi dari (1) cacat Frenkel (kekosongan
dan pasangan interstitial) dan cacat schottky (kekosongan pasangan kation dan
anion) dalam Kristal ionic.
2. Cacat Linear
       Mengapa logam dapat terdeformasi plastis dan mengapa sifat deformasi
plastis dapat diubah sangat besar dengan ditempa tanpa mengubah komposisi
kimia adalah sebuah misteri pada ribuan tahun yang lalu. Hal ini menjadi misteri
yang sangat besar ketika awal tahun 1900an para ilmuan memperkirakan bahwa
logam mengalami deformasi plastis jika diberi gaya yang lebih kecil dari gaya yang
mengikat atom-atom logam bersama, .


Kejelasan muncul pada tahun 1934 ketika Taylor, Orowan dan Polyani menemukan
dislokasi. Dislokasi garis dapat dikenal dan dipikiran sebagai bidang kisi tambahan
dimasukan kedalam Kristal, tetapi tidak diperpanjang ke seluruh Kristal tapi
berakhir di dislokasi garis.




Gambar tiga dimensi penyisipan setengah bidang tambahan melalui pusat gambar.


      Dislokasi adalah cacat garis. Ikatan interatomik secara signifkan terdistorsi
hanya dalam daerah sekitar dislokasi garis yang cepat. Dislokasi juga membentuk
deformasi elastic kecil kisi pada jarak yang jauh. Untuk menggambarkan ukuran
dan arah distorsi kisi utama disebabkan oleh dislokasi, kita seharusnya
memperkenalkan vector Burger b. Untuk menentukan vector burger , kita dapat
membuat lintasan dari atom ke atom dan menghitung masing-masing jarak antar
atom dalam segala arah. Jika lintasan melingkupi dislokasi, lintasan tidak akan
ditutup. Vektor yang menutup loop merupakan vector Burger b.
Dislokasi dengan arah vector Burger tegak lurus dengan dislokasi disebut
dislokasi tepi atau dislokasi edge. Ada tipe dislokasi kedua yang disebut screw
dislocation. Screw dislocation sejajar dengan arah Kristal yang dipindahkan atau
yang digeser (vector Burger sejajar dengan dislokasi garis). Hampir seluruh
dislokasi yang ditemukan pada Kristal bahan tidak terdiri daru edge dislocation
saja atau screw dislocation saja tetapi terdiri dari campuran keduanya atau
disebut mix dislocation.




                      edge dislocation                screw dislocation




Gerak dislokasi mengikuti slip-deformasi plastis ketika ikatan interatomik patah
dan terbentuk kembali. Sebenarnya, slip selalu terjadi melalui gerak dislokasi.




Lihatlah pada diagram diatas, kita akan mengerti mengapa dislokasi mengijinkan
slip pada tekanan yang kecil yang diberikan pada Kristal yang sempurna. Jika
setengah bagian atas Kristal di geser dan pada saat itu hanya fraksi kecil dari
ikatan yang patah dan hal ini membutuhkan gaya yang cukup kecil. Pada proses
pergeseran ini dislokasi terbentuk dan menyebar melalui Kristal. Penyebaran satu
dislokasi melalui bidang menyebabkan setengah bidang atas tersebut bergerak
terhadap bagian bawahnya tetapi kita tidak memecah semua ikatan pada tengah
bidang secara simultan (dimana akan membutuhkan gaya yang sangat besar).
Gerak dislokasi dapat dianalogikan dengan perpindahan ulat bulu. Ulat bulu harus
mengadakan gaya yang besar untuk memindahkan seluruh tubuhnya pada waktu
yang sama. Untuk itu bagian belakang tubuh akan bergerak ke depan sedikit dan
membentuk punggung bukit. Punggung bukit lalu menyebar terus dan
memindahkan ulat bulu. Cara yang sama digunakan untuk memindahkan karpet
yang besar. Daripada memindahkan seluruhnya pada waktu yang bersamaan, kita
dapat membuat punggung bukit pada karpet dan mendorongnya menyebarangi
lantai.


3. Cacat interfacial


       Kristal tunggal terkadang dapat ditemukan dalam material nyata yang tidak
sedikit kondisi pertumbuhannya secara khusus di desain dan di atur sebagai
contoh ketika memproduksi Kristal tunggal silicon untuk device mikroelektronik
atau bilah untuk turbin yang terbuat dari super alloy. Zat padat pada umumnya
terdiri dari beberapa Kristal-kristal kecil atau grain. Grain dapat berukuran dari
ordo nanometer hingga millimeter dan orientasi bidang atom diputar terhadap
grain tetangganya. Material ini disebut polikristal. Grain-grain tunggal dipisahkan
oleh batas grain atau grain Boundaries, yaitu daerah yang berdensitas kecil dan
twin boundaries.




a. Permukaan eksternal


      Salah satu batas yang selalu ada adalah permukaan luar atau permukaan
eksternal, dimana permukaan ada disetiap ujung Kristal. Di permukaan, atom
tidak memiliki jumlah tetangga maksimum sehingga jumlah ikatanya lebih kecil
dan memiliki keadaan energy yang lebih besar dari atom atom yang berada
dibagian dalam. Ikatan atom pada permukaan Kristal yang tidak terikat
memberikan energy permukaan yang diekspresikan dalam satuan energy
persatuan luas permukaan (J/m2 atau org/cm2). Untuk mengurangi energy
tersebut, suatu bahan cenderung untuk memperkecil permukaannya. Namun
untuk zat padat hal ini sulit karena memiliki sifat yang kaku.


b. Grain Boundaries


      Jenis lain dari cacat interfacial adalah grain boundaries yaitu batas yang
memisahkan dua grain kecil atau Kristal yang memiliki struktur Kristal yang
berbeda dalam bahan polikristalin. Didalam daerah batas, dimana terdapat jarak
cukup lebar diantara atom, terdapat beberapa atom yang hilang dalam transisi
dari orientasi Kristal dalam satu grain ke grain yang berdekatan.
Bermacam-macam ketidak sejajaran kristalografi diantara grain yang
berdekatan merupakan hal yang mungkin. Ketika orientasi yang tidak cocok ini
diabaikan atau derajatnya kecil maka bentuk sudut kecil grain boundaries
digunakan.Batas ini dapat digambarkan dalam bentuk susunan dislokasi. Salah
satu contoh sederhana dari sudut kecil grain boundaries dibentuk ketika dislokasi
tepi disejajarkan seperti pada gambar 1. Jenis ini disebut tilt boundaries atau
batas kemiringan. Jika sudut kecil dibentuk dari susunan dislokasi screw maka
disebut twist boundaries.


      Atom-atom disekitar batas diikat dengan jumlah kurang dari yang diperlukan
dan konsekuensinya terdapat energy grain boundary yang serupa dengan energy
permukaan eksternal. Besarnya energy ini merupakan fungsi dari derajat
misorientasi dan menjadi besar jika sudut batasnya besar. Grain boundaries sifat
kimianya lebih reaktif dari grain-grain itu sendiri sebagai akibat dari kehadiran
energy tersebut. Lebih jauh lagi atom-atom yang tidak murni terpisahkan secara
khusus karena tingkat energinya yang lebih besar. Energi interfacial total material
bergrain kasar lebih kecil daripada material bergrain halus karena pada grain




kasar memiliki area batas grain total yang kecil. Jumlah grain meningkat dengan
meningkatnya suhu untuk mengurangi energy total batas.




Kita dapat membedakan antara sudut batas grain kecil dan sudut batas grain
besar. Hal ini mungkin untuk menjelaskan sudut batas kecil grain sebagai
kesatuan dislokasi. Gambar disamping merupakan transmisi mikroskop electron
dari kemiringan sudut batas grain kecil silicon. Garis merah menandakan dislokasi
tepi atau edge dislocation dab garis biru mengindikasikan kemiringan sudut. Jenis
lain dari cacat permukaan dalam kisi adalah stacking fault dimana rentetan bidang
atom memiliki kesalahan.


Walaupun susunan atom tidak teratur dan ikatan yang seharusnya sangat kurang,
material polikristalin sangat kuat. Gaya kohesif didalam dan sepanjang batas
terbentuk. Lebih jauh, densitas polikristalin sebenarnya serupa dengan Kristal
tunggal pada bahan yang sama.
c. Twin Boundaries


      Twin boundaries atau batas kembar merupakan jenis khusus dari grain
boundaries dimana terdapat cermin kisi yang simetri. Atom dalam satu sisi batas
ditempatkan sebagai cermin atom pada sisi yang lainnya. Daerah diantara dua sisi
tersebut terbentuk bidang twin. Batas kembar dihasilkan dari perpindahan atom
yang diproduksi oleh gaya mekanik yang dikerjakan pada bahan (mechanic twin)
dan juga terbentuk selama proses annealing panas yang mengikuti deformasi
(annealing twins). Perkembaran terjadi pada bidang Kristal tertentu dan arah
tertentu juga dan keduannya tergantung pada struktur Kristal. Annealing twin
adalah tipe yang ditemukan dalam metal yang berstruktur FCC dan mechanic twin
dapat di observasi pada logam berstruktur BCC dan HCP.




      Cacat pada Kristal dapat mengubah sifat listrik dan mekanik bahan.
Kekosongan pada Kristal dapat mengubah sifat listrik bahan. Sebagai contoh, kita
memanfaatkan kekosongan pada Kristal silicon untuk pendopingan oleh phospor
sehingga terbentuk semikonduktor tipe n. Selain itu cacat Kristal seperti
kekosongan, dislokasi, dan boundaries dapat meingubah sifat mekanik bahan.
Grain Boundaries dapat menghambat difusi atom dan gerak dislokasi sehingga
deformasi bahan sulit terjadi. Semakin kecil grain, semakin kuat bahan tersebut.


      Ukuran grain dapat diatur dengan laju pendinginan. Laju pendinginan yang
cepat menghasilkan grain-grain yang kecil sedangkan proses-proses pendinginan
yang lambat menghasilkan grain-gran yang besar.


DISLOKASI
Line defect yang paling banyak dijumpai adalah dislokasi. Secara geometris,
dislokasi dapat digambarkan seperti di bawah ini :




      Dislokasi ini dapat digambarkan sebagai sisipan satu bidang atom tambahan
dalam struktur kristal. Garis dislokasi dalam gambar tersebut adalah garis tegak
lurus (^) pada bidang gambar. Di daerah garis sekitar dislokasi terjadi distorsi
kisi yang besifat lokal. Daerah-daerah yang jauh dari garis dislokasi, derajat
distorsi lokalnya menurun dan susunan atomnya kembali normal.


      Distorsi kisi tersebut dapat berupa tekanan dan tegangan sehingga terdapat
energi tambahan sepanjang dislokasi tersebut. Jarak geser atom di sekitar
dislokasi disebut vektor geser b* (burger vectors) yang mana tegak lurus pad
garis dislokasi.


Ada 2 jenis dislokasi, yaitu :
 - EDGE – DISLOCATION            (dislokasi sisi)   dan   - SCREW – DISLOCATION
(dislokasi ulir)


Di dalam material biasanya ditemukan gabungan antara edge dislocation dan
screw diclocation yang biasa disebut dislokasi campuran.     Dislokasi dapat
berpindah-pindah ataupun bergerak. Proses dimana deformasi plastis di-
karenakan gerakan gerakan dislokasi yang berpindah-pindah tersebut biasanya
dinamakan dengan SLIP.
Bidang, dimana garis dislokasi melintang disebut BIDANG SLIP, sedangkan arah
gerakan dislokasi disebut ARAH SLIP. Bila ditinjau secara khusus , ternyata
gerakan dislokasi pada berbagai bidangn kritis adalah tidak sama sehingga dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa terdapat arah dan bidang kristal yang
meudahkan dislokasi terssebut bergerak yang disebut dengan nama PREFFERED
– PLANE.


Bidang-bidang dan arah bidang yang memudahkan dislokasi tersebut bergerak
pada umumnya adalah bidang-bidang kristal yang memiliki planar density yang
tinggi. Sedangkan arah gerakan dislokasi pada bidang kristal dengan planar
density yang tinggi merupakan arah slip.


Dengan perkataan lain arah slip yang diinginkan adalah arah dengnn Linier density
yang tinggi.


SURFACE DEFECTS (PLANAR DEFECTS)


Planar defect (dapat berupa cacat pada permukaan-permukaan luar,         twin
boundary, batas-batas fasa, batas butir) pada material (dimana) akan
memisahkan material tersebut atas beberapa bagian yang mana tiap-tiap bagian
akan memiliki struktur kristal yang sama tetapi berbeda arah kristalnya.




Permukaan Material
Ketidak-sempurnaan kristal dalam dua dimensi merupakan suatu batas,
dimana batas yang nyata adalah permukaan luar. Permukaan dapat diilustrasikan
sebagai batas struktur kristal sehingga kita dapat melihat bahwa koordinasi atom
pada permukaan tidak sama dengan koordinasi atom dalam kristal. Dengan kata
lain : Atom permukaan hanya mempunyai tetangga pada satu sisi saja, sehingga
memiliki energi yang lebih tinggi dimana ikatannya menjadi kurang kuat. Karena
atom-atom ini tidak seluruhnya dikekelingi oleh atom lainnya, maka energinya jadi
lebih banyak dibandingkan dengan atom di dalamnya. Contoh idealnya:




 Tetesan cairan yang berbentuk bulat maka luas permukaannya per satuan volume
tetesan harus minimal (sehingga E permukaannya minimmal). Penyerapan
permukaan merupakan adanya perbedaan energi pada permukaan tersebut.

Batas Butir
Bentuk butir dalam solid material biasanya diatur oleh adanya butir-butir lain
di sekitarnya dimana dalam setiap butir, semua selnya teratur dalam satu arah dan
satu pola yang tertentu. Pada grain boundary (batas butir), antara dua butir yang
berdekatan terdapat daerah transisi yang tidak searah dengan pola dalam kedua




butir tersebut.



VOLUME DEFECTS
Volume defects pada material dapat berupa : crack (retak)/pori-pori,
inklusi, presipitat, fasa kedua dan lain sebagainya. Kehadiran volume
defect di dalam materiaal biasanya memberikan suatu implikasi
(misalnya terhadap sifat material) yang akan menyebabkan perubahan
densitas material (terutama dengan adanya pori-pori ataupun fasa kedua
pada material). Dengan adanya pori-pori maka :

                   material            theoritisnya


    = m           dimana dengan adanya pori-pori massa akan

       V
Dengan adanya fasa kedua maka :

            material         1   V1 +   2   V2

Dimana        1    = densitas fasa utama (1)

             V1 = fraksi volume fasa utama

               2   = densitas fasa kedua

              V2 = fraksi volume fasa kedua

Secara illustratif akan ditinjau efek dari kehadiran cacat volume tersebut (seperti
retak) terhadap kekuatan material, dimana ingin dilihat perban-dingan (kekuatan
tarik retakan) dengan th (kekuatan tarik teoritis) suatu material yang sama.
Identifikasi Struktur Kristal dengan DIFRAKSI SINAR X


Adanya struktur kristal dapat dibuktikan dengan percobaan Difraksi sinar X ( X R
D ).
Sinar X berasal dari transisi kulit K ke L


       DE     =     E2   – E1     =     h     c


                                         l1


h = konstanta planck


c = kecepatan rambat cahaya


l1 =   panjang gelombang


Saat elektron transisi dari kulit K ke kulit L, elektron menyerap energi dan
bilamana elektron ersebut pindah kembali ke kulit K (agar stabil) maka akan
memancarkan X-Ray. Gelombang elektromagnetik berfrek-wensi tinggi
mempunyai panjang gelombang ( l ) yang besar sedikit dari jarak antar bidang
dalam kristal. Berkas gelombang elektromagnetik yang mengenai kristal
mengalami fraksi sesuai hukum-hukum fisika. Maka sudut difraksi yang terjadi
digunakan untuk menentukan struktur kristal dengan ketelitian tinggi. Selain itu,
dapat juga menentukan jarak antar bidang dan jari-jari atom suatu logam.
Jarak antar Bidang


 Bidang-bidang yang sejajar memiliki notasi (h k l) yang sama. Sehingga bila kita
ukur jarak tegak lurus (^) dari titik asal ke bidang terdekat , maka akan kita
eroleh jarak antar bidang (d).
HUKUM BRAGG


Bila seberkas sinar X mengenai suatu bahan kristalin maka berkas ini akan di-
difraksi oleh bidang atom / ion dalam kristal tersebut. Maka besar sudut difraksi q
tergantung pada panjang gelombang l berkas sinar X dan jarak d (jarak antar
bidang).




ANALISA DIFRAKSI SINAR X


Analisa bahan dalam bentuk serbuk halus merupakan cara penelitian dengan sinar
X yang paling banyak diterapkan.


Sampel + perekat polimer ® dibentuk jadi benang-benang halus yang
kemudian ditempatkan pada titik pusat karema Slindris.


Berkas sinar X yang sejajar diarahkan pada serbuk tersebut (benang); Sehingga :
Karena terdapat partikal serbuk dalam jumlah cukup banyak dengan orientasi
berbeda. Maka berkas yang didifraksi akan membentuk sudut 2 q dengan arah
berkas semula. Kerucut difraksi mengenai pita film di 2 tempat masing-masing
membentuk sudut 2 q dengan garis berkas masuk dan keluar. Akan diperoleh
kerucut terpisah (sepasang garis difraksi) untuk setiap nilai Dh k l tertentu. Jadi
letak garis difraksi dapat ditentukan berdasarkan percobaan di atas, sehingga
jarak d dapat dihitung. Difraksi sinar X adalah sarana yang serbaguna dalam
penentuan struktur intern bahan.
Cara menentukan indeks Miller:
1.   Tentukan perpotongan        bidang   kristal   dengan menetukan
     sumbu abc
2.   Tentukan bilangan resiprok (bilangan yang berbanding terbalik dengan nilai
     titik potong bidang dengan sumbu a,b,c.
     Titik potong: ¼, 2/3, ½ Bilangan resiprok : 4 , 3/2, 2
3.   Buatlah bilangan resiprok tersebut menjadi bilangan bulat terkecil Bilangan
     resiprok : 4, 3/2, 2
     Bilangan bulat terkecil : 8, 3, 4
     Maka Indeks Miller (hkl)= (834)
Sistem Indeks (Indeks Miller)
Digunakan unuk menyatakan bidang kristal (indeks bidang)
Aturan :
                                 1. Tentukan titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbu-sumbu

           
                                      (a1,a2,a3) / sumbu-sumbu primitf atau konvensional dalam satuan konstanta

          lattice (a1,a2,a3) .
     2. Tentukan kebalikan (reciprok) dari bilangan-bilangan tadi, dan kemudian tentukan tiga bilangan bulat
                                                             (terkecil) yang mempunyai perbandingan yang sama.

          Indeks (h k l).


                                                Contoh :
                                                Bidang ABC memotong sumbu-sumbu :
                                                a1di 2a1
                                                a2di 2a2
                                                a3di 2a3

                                                             1   11
                                                Kebalikannya adalah ,           ,
                                                          2 23
                                                Jika ketiga bilanagn bulat yang mempunyai perbandingan yang
                                                sama seperti di atas adalah 3, 3, 2. dengan demikian indeks
                                                bidang ABC tersebut adalah (3 3 2).

Perhatikan bahwa dalam penulisan indeks kita tidak menggunakan tanda koma.
Misal:
(3 3 2)


(h        k l)


Jika salah satu dari h k l negatif, maka indeks bidang tersebut ditulis (h k l), artinya h bertanda negatif.

Untuk Sel kubus, jarak antar bidang hkl dapat ditulis sebagai berikut :
a dhkl h2  k2  l2
Contoh-contoh Indeks Miller untuk sel kubus primitif maupun konvensional :
Kubus Sederhana : sel konvensional = sel primitif
                                       Bidang ABFE


                                        Perpotongan bidang ABFE dengan sumbu:
                                                                     X di 1axˆ
                                                                    Y di ~ ayˆ
                                                                    Z di ~ azˆ
                                                                        111
                                                             Kebalikannya :     ,        ,
                                                                        1~~
                                        Jadi, indeks bidang ABFE adalah (1 0 0)



                                       Bidang BCGF


                                        Perpotongan bidang BCGF dengan sumbu:
                                                                    X di ~ axˆ
                                                                    Y di 1ayˆ
                                                                    Z di ~ azˆ
                                                                       111
                                                               Kebalikannya :       ,,
                                                                       ~1~
                                        Jadi, indeks bidang BCGF adalah (0 1 0)



                                       Bidang EFGH


                                        Perpotongan bidang EFGH dengan sumbu:
                                               X di ~ axˆ Y di ~ ayˆ
                                                                                          Z di 1azˆ
                                                                                            111
                                                                                     Kebalikannya :   ,
                                                                                                ,
                                                                                            ~~1
                                                                               Jadi, indeks bidang EFGH
                                                                               adalah
                                                                                           (0 0 1)
                                                                               Bidang ACGE
Perpotongan bidang ACGE dengan sumbu:
                          X di 1axˆ Y di 1ayˆ
                                                Z di ~ azˆ
                                                  111
                                           Kebalikannya :      ,,
                                                  11~
Jadi, indeks bidang ACGE adalah (1 1 0)




                                      Bidang DCGH


                                      Bidang DCGH sejajar dengan bidang        ABFE, dan menempel di
                                      sumbu Y dan Z,     artinya bidang tersebut tidak hanya satu tetapi
                                      lebih dari satu, maka indeks bidang DCGH adalah :

                                                                     {1 0 0}
                                      Tanda {1 0 0} menyatakan kumpulan bidangbidang yang sejajar
                                      dengan bidang (1 0 0).




Sama halnya dengan Bidang ADHE yang sejajar dengan bidang BCGF, maka indeks bidang ADHE adalah
{1 0 0} begitu juga dengan bidang ABCD sejajar dengan bidang EFGH, maka bidang ABCD adalah {0 0 1},
dan seterusnya.

Jadi, apabila bidangnya menempel di sumbu, indeksnya akan sama dengan indeks bidang yang sejajar
dengannya.

Kubus Pusat Muka (FCC) : sel konvensional sel primitif Bidang ABEF
Perpotongan                                         idang ABEF
                                       primitif :                                                dengan
                                                                                                sumbu
                                               ˆ
                                       a1 di 2a1
                                         di ~ a
                                        
                                       a2        ˆ2
                                         di 2a
                                        
                                       a3       ˆ3
                                       M aka, indeks bidang ABEF pada sel primitif
                                                                                                  1
                                       adalah (1 0 1)P
                                       Sedangkan pada sumbu konvensional bidang        ebalikan
                                       ABEF berpotongan pada:                          nya : ,
                                                                                              ,

                                                                                                  2
       ˆ
X di 1ax
                             1 1 1
        ˆ
Y di ~ ay      Kebalikannya : , ,
                             1 ~ ~
        ˆ
Z di ~ az




Jadi, indeks bidang ABEF pada sel konvensional adalah (1 0 0)K


                                       Bidang ACGF
                                       Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC,
                                       bidang ACGF mempunyai indeks (1 1 0)K

                                       Sedangkan pada sumbu primitif bidang ACGF
                                                                 berpotongan dengan
                                       a1 di 1aˆ1
                                       1 1 1 a2 di 2aˆ2Kebalikannya : , ,
                                       1 2 2
                                                        a3 di 2aˆ3
                                       Maka, indeks bidang ACGF pada sel primitif adalah (2 1 1)P
                                       Bidang ACH
Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC, bidang ACH mempunyai

                                               indeks (1 1 1)K
Sedangkan pada sumbu primitif bidang ACH
berpotongan dengan
                                         a1 di 1aˆ1
                                         1 1 1 a2 di      1aˆ2 Kebalikannya : , ,
                                                                                                1 1 1
                                            a3 di              1aˆ3
                                         Maka, indeks bidang ACH pada sel primitif adalah (1 1 1)P

                                         Jadi, indeks bidangnya sama baik pada sel
konvensional maupun pada sel primitif.
                                         Bidang ABGH
                                         Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC,
                                         bidang ABGH mempunyai indeks (1 0 1)K

                                         Sedangkan pada sumbu primitif bidang ABGH
                                                                    berpotongan dengan
                                         a1 di 2aˆ 1
                                         1 1 1 a2 di 2aˆ2Kebalikannya : , ,
                                                                             2 2 1
                                                       a3 di 1aˆ3
                                         Maka, indeks bidang ABGH pada sel primitif
                                                  adalah (1 1 2)P


Bidang BCEH
Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC, bidang ABGH mempunyai indeks (1 0 1) K
.Sedangkan pada sumbu primitif bidang ABGH berpotongan dengan
a1 di 2aˆ 1
1 1 1 a2 di 2aˆ2Kebalikannya : , ,
2 2 1
                        a3 di 1aˆ3
Maka, indeks bidang ABGH pada sel primitif          adalah (1 1 2)P. Begitu juga dengan bidang-bidang yang
lainnya,                                                pada kubus FCC.




Kubus                                                   Pusat Badan (BCC) : sel konvensional  sel primitif
Dengan menggunakan sumbu primitif pada kubus
                         BCC, bidang yang mempunyai indeks (1                     1
                                  0)P seperti       gambar di            samping,

                                                berpotongan     pada          sumbu
                      konvensional dengan
                                                                 X            di 1xˆ
                                                                         Y        di
                        ˆ              11 1
                      1y Kebalikannya : , ,
                                            Z         di  1zˆ1 1  1
                                                       Maka, indeks bidang
            ABGH pada       sel


                           konvensional adalah (1 1 1)K




                                                                          Dengan
                      menggunakan sumbu konvensional pada kubus BCC,
                       bidang yang mempunyai indeks (1               0          0)K
                                        seperti     gambar di            samping,

                                                berpotongan     pada          sumbu
    primitif dengan
                                                
    a1 di 1aˆ1
                                                1 1 1 a2                di
       1aˆ2Kebalikannya : , ,
       1  1 1
a3 di 1aˆ3
     Maka, indeks bidang ABGH pada          sel


      konvensional adalah (1 1 1)P
DAFTAR PUSTAKA
van vlack, Lawrence. Ilmu dan Teknologi bahan. Diterjemahkan oleh Sriati Djaprie.
Great Britain, Birmingham
Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks and


Minerals. Milan : Simons & Schuster’s Inc.


Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley


Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi.
Smallman Ana R.J Bishop. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material; edisi
keenam. Diterjemahkan Ir. Sriati Djaprie, M.Met
Comslabs. Digilibs/repository/ITB/direktori.php

More Related Content

What's hot

Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristalPertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
andrainiesta
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
kemenag
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
keynahkhun
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Muhammad Ali Subkhan Candra
 
Struktur Kristal Logam
Struktur Kristal LogamStruktur Kristal Logam
Struktur Kristal Logam
metalujay
 

What's hot (20)

Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
Bab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristalBab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristal
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristalPertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
 
Kisi Bravais
Kisi BravaisKisi Bravais
Kisi Bravais
 
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)
 
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
 
Difraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-XDifraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-X
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Struktur Kristal Logam
Struktur Kristal LogamStruktur Kristal Logam
Struktur Kristal Logam
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 

Viewers also liked

1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)
Putu Adi Susanta
 
Proyecto De Paz[1]
Proyecto De Paz[1]Proyecto De Paz[1]
Proyecto De Paz[1]
guest9bef53
 
Materi 2 bahan kontruksi dan korosi
Materi 2 bahan kontruksi dan korosiMateri 2 bahan kontruksi dan korosi
Materi 2 bahan kontruksi dan korosi
Desi Ratna
 
54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi
54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi
54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi
Faris Nauval
 

Viewers also liked (20)

1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)
 
Rev. material teknik
Rev. material teknikRev. material teknik
Rev. material teknik
 
Pak nandi
Pak nandiPak nandi
Pak nandi
 
42
4242
42
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
 
Kimia anorganik
Kimia anorganikKimia anorganik
Kimia anorganik
 
Karya ilmiah fosfor
Karya ilmiah fosforKarya ilmiah fosfor
Karya ilmiah fosfor
 
pendahuluan pengantar fisika material
pendahuluan pengantar fisika materialpendahuluan pengantar fisika material
pendahuluan pengantar fisika material
 
Proyecto De Paz[1]
Proyecto De Paz[1]Proyecto De Paz[1]
Proyecto De Paz[1]
 
Materi 2 bahan kontruksi dan korosi
Materi 2 bahan kontruksi dan korosiMateri 2 bahan kontruksi dan korosi
Materi 2 bahan kontruksi dan korosi
 
teknologi bahan
teknologi bahanteknologi bahan
teknologi bahan
 
Struktur dan ikatan atom
Struktur dan ikatan atomStruktur dan ikatan atom
Struktur dan ikatan atom
 
54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi
54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi
54122754 2-sejarah-perkembangan-kristalografi
 
1 2 sistem zat padat farmasi fisik
1 2 sistem zat padat farmasi fisik1 2 sistem zat padat farmasi fisik
1 2 sistem zat padat farmasi fisik
 
Struktur kristal
Struktur kristalStruktur kristal
Struktur kristal
 
Industri polimer
Industri polimerIndustri polimer
Industri polimer
 
Rpp (fluida statis dan dinamis)
Rpp (fluida statis dan dinamis)Rpp (fluida statis dan dinamis)
Rpp (fluida statis dan dinamis)
 
Kesetimbangan
KesetimbanganKesetimbangan
Kesetimbangan
 
Ikatan van der walls
Ikatan van der wallsIkatan van der walls
Ikatan van der walls
 

Similar to Ilmu dan teknologi bahan kristalin

Penggolongan kristal
Penggolongan kristalPenggolongan kristal
Penggolongan kristal
Ida Farida Ch
 
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
kartikasari144
 
Ikatan ion dan senyawa ionik
Ikatan ion dan senyawa ionikIkatan ion dan senyawa ionik
Ikatan ion dan senyawa ionik
hendryaniflusia
 
Pendahuluan Fisika Zat Padat
Pendahuluan Fisika Zat PadatPendahuluan Fisika Zat Padat
Pendahuluan Fisika Zat Padat
Nispi Hariyani
 
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptIKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
Diyas16
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
angga678964
 
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
ZidniAzizati1
 
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
muktarmaulana1
 

Similar to Ilmu dan teknologi bahan kristalin (20)

Penggolongan kristal
Penggolongan kristalPenggolongan kristal
Penggolongan kristal
 
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
 
Bab 2 kim. kelas x
Bab 2 kim. kelas xBab 2 kim. kelas x
Bab 2 kim. kelas x
 
Susunan atom kristal
Susunan atom kristalSusunan atom kristal
Susunan atom kristal
 
Ikatan ion dan senyawa ionik
Ikatan ion dan senyawa ionikIkatan ion dan senyawa ionik
Ikatan ion dan senyawa ionik
 
Ikatan kovalen
Ikatan kovalenIkatan kovalen
Ikatan kovalen
 
ppt mat.pptx
ppt mat.pptxppt mat.pptx
ppt mat.pptx
 
ikatan logam
ikatan logamikatan logam
ikatan logam
 
Pendahuluan Fisika Zat Padat
Pendahuluan Fisika Zat PadatPendahuluan Fisika Zat Padat
Pendahuluan Fisika Zat Padat
 
Ppt ikatan kimia ok
Ppt ikatan kimia okPpt ikatan kimia ok
Ppt ikatan kimia ok
 
Al-As'Adiyah Balikeran 1.5. Ikatan Kimia : Ikatan ionik, Kovalen, & Logam (Ki...
Al-As'Adiyah Balikeran 1.5. Ikatan Kimia : Ikatan ionik, Kovalen, & Logam (Ki...Al-As'Adiyah Balikeran 1.5. Ikatan Kimia : Ikatan ionik, Kovalen, & Logam (Ki...
Al-As'Adiyah Balikeran 1.5. Ikatan Kimia : Ikatan ionik, Kovalen, & Logam (Ki...
 
Ikatan Kovalen
Ikatan KovalenIkatan Kovalen
Ikatan Kovalen
 
3x ikatan kimia
3x ikatan kimia3x ikatan kimia
3x ikatan kimia
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptIKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
 
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
 

Ilmu dan teknologi bahan kristalin

  • 1. ILMU DAN TEKNOLOGI BAHAN BAB KRISTALIN 22 februari 2013 Ken Aditya Muhammad Andre Gusnnov Misbah Thoyyibah
  • 2. KRISTAL Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom- atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non- kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut. Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus
  • 3. diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut. Galium, logam yang dengan mudah membentuk kristal tunggal berukuran besar. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal. Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi adalah studi ilmiah kristal dan pembentukannya.
  • 4. Macam-macam kristal logam ionik molekular kovalen Li 38 LiF 246,7 Ar 1,56 C(intan) 170 Ca 42 NaCl 186,2 Xe 3,02 Si 105 Al 77 AgCl 216 Cl 4,88 SiO2 433 Fe 99 Zn 964 CO2 6,03 W 200 CH4 1,96 Nilai yang tercantum di atas adalah energi yang diperlukan untuk memecah kristal menjadi partikel penyusunnya (atom, ion, atau molekul (dalam kkal mol-1)) a. Kristal logam Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat dengan ikatan logam. Elektron valensi dalam atom logam mudah dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang kecil) menghasilkan kation. Bila dua atom logam saling mendekat, orbital atom terluarnya akan tumpang tindih membentuk orbital molekul. Bila atom ketiga mendekati kedua atom tersebut, interaksi antar orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru terbentuk. Jadi, sejumlah besar orbital molekul akan terbentuk oleh sejumlah besar atom logam, dan orbital molekul yang dihasilkan akan tersebar di tiga dimensi. Karena orbital atom bertumpangtindih berulang-ulang, elektron-elektron di kulit terluar setiap atom akan dipengaruhi oleh banyak atom lain. Elektron semacam ini tidak harus dimiliki oleh atom tertentu, tetapi akan bergerak bebas dalam kisi yang dibentuk oleh atom-atom ini. Jadi, elektron-elektron ini disebut dengan elektron bebas.
  • 5. Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya, hantaran listrik dan panas serta kilap logam dapat dihubungkan dengan sifat ikatan logam. Misalnya, logam dapat mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi. Hal ini karena ada interaksi yang kuat di berbagai arah antara atom (ion) dan elektron bebas di sekitarnya Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat ini karena interaksi yang kuat antara ion logam dan elektron bebas. Tingginya hantaran panas logam dapat juga dijelaskan dengan elektron bebas ini. Bila salah satu ujung logam dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu akan meningkat. Peningkatan energi kinetik dengan cepat ditransfer ke elektron bebas. Hantaran listrik dijelaskan dengan cara yang sama. Bila beda tegangan diberikan pada kedua ujung logam, elektron akan mengalir ke arah muatan yang positif. Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah besar orbital molekul kristal logam. Karena sedemikian banyak orbital molekul, celah energi antara tingkat-tingkat energi itu sangat kecil. Bila permukaan logam disinari, elektron akan mengabsorbsi energi sinar tersebut dan tereksitasi. Akibatnya, rentang panjang gelombang cahaya yang diserap sangat lebar. Bila elektron yang tereksitasi melepaskan energi yang diterimanya dan kembali ke keadaan dasar, cahaya dengan rentang panjang gelombang yang lebar akan dipancarkan, yang akan kita amati sebagai kilap logam.
  • 6. b. Kristal ionik Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggo dan hantaran listrik yang rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik terdisosiasi menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Biasanya diasumsikan bahwa terbentuk ikatan antara kation dan anion. Dalam kristal ion natrium khlorida, ion natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen, ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan berinteraksi dengan semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi beragam. Demikian juga, ion khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam kristal. Susunan ion dalam kristal ion yang paling stabil adalah susunan dengan jumlah kontak antara partikel bermuatan berlawanan terbesar, atau dengan kata lain, bilangan koordinasinya terbesar. Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran anion, dan akibatnya, ada kecenderungan anion yang lebih besar akan tersusun terjejal, dan kation yang lebih kecil akan berada di celah antar anion. Dalam kasus natrium khlorida, anion khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan membentuk susunan kisi berpusat muka dengan jarak antar atom yang agak panjang sehingga kation natrium yang lebih kecil (0,098 nm) dapat dengan mudah diakomodasi dalam ruangannya . Setiap ion natrium dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi = 6). Demikian juga, setiap ion khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6) Masing-masing ion dikelilingi oleh enam ion yang muatannya berlawanan. Struktur ini bukan struktur terjejal.
  • 7. Dalam cesium khlorida, ion cesium yang lebih besar (0,168nm) dari ion natrium dikelilingi oleh 8 ion khlorida membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium maupun khlorida seolah secara independen membentuk kisi kubus sederhana, dan satu ion cesium terletak di pusat kubus yang dibentuk oleh 8 ion klorida. Jelas bahwa struktur kristal garam bergantung pada rasio ukuran kation dan anion. Bila rasio (jarijari kation)/(jari-jari anion) (rC/rA) lebih kecil dari nilai rasio di natrium khlorida, bilangan koordinasinya akan lebih kecil dari enam. Dalam zink sulfida, ion zink dikelilingi hanya oleh empat ion sulfida. Masalah ini dirangkumkan di tabel Rasio jari-jari kation rC dan anion rA dan bilangan koordinasi. Rasio jari-jari rC/rA Bilangan koordinasi contoh 0,225-0,414 4 ZnS 0,414-0,732 6 Sebagian besar halida logam alkali >0,732 8 CsCl, CsBr, CsI
  • 8. c. Kristal Molekular Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van der Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini tersusun atas suatu jenis ikatan kimia antara atom atau ion. Namun, kristal dapat terbentuk, tanpa bantuan ikatan, tetapi dengan interaksi lemah antar molekulnya. Bahkan gas mulia mengkristal pada temperatur sangat rendah. Argon mengkristal dengan gaya van der Waaks, dan titik lelehnya -189,2°C. Padatan argon berstruktur kubus terjejal. Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat dianggap berbentuk bola. Walaupun tersusun teratur di kristal, arah molekulnya bergantian). Namun, karena strukturnya yang sederhana, permukaan kristalnya teratur. Ini alasannya mengapakristal iodin memiliki kilap. Struktur kristal iodin. Strukturnya berupa kisi ortorombik berpusat muka. Molekul di pusat setiap muka ditandai dengan warna lebih gelap. Pola penyusunan kristal senyawa organik dengan struktur yang lebih rumit telah diselidiki dengan analisis kristalografi sinar-X. Bentuk setiap molekulnya dalam banyak kasus mirip atau secara esensi identik dengan bentuknya dalam fasa gas atau dalam larutan.
  • 9. d. Kristal Kovalen Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer. Dalam kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara berulang saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan yang dihasilkan nampak dengan mata telanjang. Intan adalah contoh khas jenis kristal seperti ini, dan kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang terbentuk oleh ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3 (Gambar 8.12). Intan stabil sampai 3500°C, dan pada temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim. Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur yang mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida (kuarsa; SiO2) (Gambar 8.13). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat empat atom oksigen membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada atom silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah 1700 °C.Struktur kristal intan
  • 10. Sudut ∠C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain. Struktur kristal silikon dioksida Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip intan. Atom oksigen berada di antara atom-atom silikon. e. Kristal cair Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan mempertahankan temperatur dari awal hingga akhir proses pelelehan. Sebaliknya, titik leleh zat amorf berada di nilai temperatur yang lebar, dan temperatur selama proses pelelehan akan bervariasi. Terdapat beberapa padatan yang berubah menjadi fasa cairan buram pada temperatur tetap tertentu yang disebut temperatur transisi sebelum zat tersebut akhirnya meleleh. Fasa cair ini memiliki sifat khas cairan seperti fluiditas dan tegangan permukaan. Namun, dalam fasa cair, molekul-molekul pada derajat tertentu mempertahankan susunan teratur dan sifat optik cairan ini agak dekat
  • 11. dengan sifat optik kristal. Material seperti ini disebut dengan kristal cair. Molekul yang dapat menjadi kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni molekul- molekul ini memiliki satuan struktural planar semacam cincin benzen. Di Gambar, ditunjukkan beberapa contoh ristal cair. Beberapa contoh kristal cair Dalam kristal-kristal cair ini, dua cincin benzen membentuk rangka planar. Terdapat tiga jenis kristal cair: smektik, nematik, dan kholesterik. Hubungan struktural antara kristal padat-smektik, nematik dan kholesterik secara skematik ditunjukkan di Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan praktis semacam layar TV atau jam tangan.
  • 12. Keteraturan dalam kristal cair. Keteraturan adalm kristal adalah tiga dimensi. Dalam kristal cair smektik dapat dikatakan keteraturannya di dua dimensi, dan di nematik satu dimensi. T adalah temperatur transisi. STRUKTUR KRISTAL Struktur Kristal Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Walaupun tidak mudah untuk menyatakan bagaimana atom tersusun dalam padatan, namun ada hal-hal yang diharapkan menjadi faktor penting yang menentukan terbentuknya polihedra koordinasi susunan atom- atom. Secara ideal, susunan polihedra koordinasi paling stabil adalah yang memungkinkan terjadinya energi per satuan volume yang minimum. Keadaan tersebut dicapai jika: (1) kenetralan listrik terpenuhi, (2) ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi, (3) gaya tolak ion-ion menjadi minimal, (4) susunan atom serapat mungkin.  Kisi Ruang Bravais Dan Susunan Atom Pada Kristal Kisi ruang (space lattice) adalah susunan titik-titik dalam ruang tiga dimensi dimana setiap titik memiliki lingkungan yang serupa. Titik dengan lingkungan yangserupa itu disebutsimpul kisi (lattice points). Simpul kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang berbeda, yang disebut kisi-kisi Bravais. Jika atom-atom dalam kristal membentuk susunan teratur yang berulang maka atom-atom dalam kristal haruslah tersusun dalam salah satu dari 14 bentuk kisi-kisi tersebut. Perlu dicatat bahwa setiap simpul kisi bisa ditempati oleh lebih dari satu atom, dan atom atau kelompok atom yang menempati tiap-tiap simpul kisi haruslah identik dan memiliki orientasi sama sesuai dengan pengertian simpul kisi. Karena kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang, maka susunan atom tersebut dapat dinyatakan secara lengkap dengan menyatakan posisi atom dalam suatu kesatuan yang berulang. Kesatuan yang berulang di dalam kisi ruang itu disebut sel unit(unit cell). Jika posisi atom dalam padatan dapat dinyatakan dalam sel unit ini, maka sel unit itu merupakan sel unit struktur kristal. Rusuk dari suatu sel unit dalam struktur kristal haruslah merupakan translasi kisi, yaitu vektor yang menghubungkan dua simpul kisi.
  • 13.
  • 14. Sistem Sumbu (axes) Sudut sumbu (axial angles) Kubik a = b = c a = b = g = 900 Tetragonal a = b ¹ c a = b = g = 900 Ortorombik a ¹ b ¹ c a = b = g = 900 Monoklinik a ¹ b ¹ c a - g - 900 ¹ b Triklinik a ¹ b ¹ c a ¹ b ¹ g = 900 Hexagonal a = a ¹ c a = b = 900 ; g = 1200 Rombohedral a = b = c a = b = g ¹ 900 BIDANG KRISTAL Bidang kristal adalah bidang-bidang atom dalam suatu kisi kristal. Arah ^ (tegak lurus) bidang kristal disebut sebagai arah kristal. Suatu kristal tentunya memiliki bidang-bidang atom yang mempenga-ruhi sifat dan perilaku bahan. Baik bidang, maupun arah bidang dinyatakan dalam 3 angka yang disebut sebagai indeks miller . Untuk membedakannya, maka : a. Untuk arah bidang digunakan simbol atau lambang [ h, k, l ] Contoh : [ 1, 1, 1 ] b. Untuk bidang kristal digunakan lambang ( h, k, l ) Contoh : ( 1, 1, 1 )
  • 15. Bidang kisi yang paling mudah digambarkan adalah bidang-bidang yang membatasi sel satuan di samping bidang lainnya. h, k, l, tersebut adalah bilang-bilangan bulat seperti 0, 1, 2, 3, dan seterusnya yang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : 1. Tentukan panjang perpotongan bidang kristal terhadap ketiga sumbu kristal misalnya x1, y1 , z1. x1, y1 dan z1 dinyatakan dalam kelipatan besaran-besaran sel satuan a, b, dan c. Contoh : x1 = p1 a y1 = p2 b z1 = p3 c. 2. Ketiga nilai p1 , p2 dan p3 dapat dikalikan/dibagi dengan faktor yang sama untuk memberikan bilang- bilangan integer terkecil (tentukan dulu kebalikannya !) Contoh : Bidang yang diarsir memotong sumbu x, y, z masing-masing di a, 2b , dan 2/3c . Untuk satu unit sel maka bidang tersebut berpotongan di 1, 2, 2/3. Kebalikannya : 1,1/2, dan 3/2.
  • 16. Indeks Miller h, k, l dapat dikalikan Receprocal dengan bilangan yang memberikan bilangan bulat terkecil yaitu dengan 2. Sehingga bidangnya menjadi 213 ; Jadi bilangan tersebut (2, 1, 3). Catatan: Indeks Miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dgn ke-tiga sumbu x,y dan z yang dinyatakan dalam bilangan utuh bukan pecahan. Indeks miller yang biasanya bertanda negative (-) berarti menunjukkan bidang pada arah tertentu, (misalnya perpotongan tsb ada di + ½, + ½ dan – 1/3 maka receprocalnya 2, 1, dan –3). Maka bidang dengan indeks Miller semacam ini ditulis (2, 1, 3). Family bidang adalah sekelompok bidang memiliki karakteristik yang sama tetapi memiliki indeks Millerr yang berbeda satu dengan lainnya. Misalkan : notasi untuk family bidangnya adalah {1 1 0}, maka bidang-bidangnya adalah : (1, 1, 0), (1, 0, 1), (0, 1, 1), (1, 1, 0), (1, 1, 0) DENSITAS BIDANG DAN DENSITAS GARIS Densitas bidang atau Planar Density (PD) adalah fraksi bidang kristal yang ditempati oleh atom-atom kristal. Sedangkan densitas garis atau Linier Density (LD) adalah fraksi garis sepanjang arah kristal yang melewati pusat-pusat atom.
  • 17. Kristalografi Sistem Kristal 1. Sistem Isometrik Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing- masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Gambar 1 Sistem Isometrik Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas : Tetaoidal Gyroida Diploida Hextetrahedral Hexoctahedral
  • 18. Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992) 2. Sistem Tetragonal Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Gambar 2 Sistem Tetragonal Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas: Piramid Bipiramid Bisfenoid Trapezohedral Ditetragonal Piramid Skalenohedral Ditetragonal Bipiramid Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
  • 19. 3. Sistem Hexagonal Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Gambar 3 Sistem Hexagonal Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sistem ini dibagi menjadi 7: Hexagonal Piramid Hexagonal Bipramid Dihexagonal Piramid Dihexagonal Bipiramid Trigonal Bipiramid Ditrigonal Bipiramid Hexagonal Trapezohedral
  • 20. Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977) 4. Sistem Trigonal Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Gambar 4 Sistem Trigonal Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas: Trigonal piramid Trigonal Trapezohedral Ditrigonal Piramid Ditrigonal Skalenohedral Rombohedral Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmalinedan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
  • 21. 5. Sistem Orthorhombik Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚). Gambar 5 Sistem Orthorhombik Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas: Bisfenoid Piramid Bipiramid Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992) 6. Sistem Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
  • 22. mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Gambar 6 Sistem Monoklin Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas: Sfenoid Doma Prisma Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992) 7. Sistem Triklin Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
  • 23. Gambar 7 Sistem Triklin Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas: Pedial Pinakoidal Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992) Karakteristik gejala polimorfisme Polimorfisme dalam ilmu material adalah kemampuan suatu benda padat memiliki lebih dari satu bentuk atau struktur kristal.Polimorf memiliki kestabilan yang berbeda dan dapat terkonversi secara spontan dari bentuk metastabil (bentuk tidak stabil) ke bentuk stabil terbentuk pada suhu tertentu. Mereka juga menunjukkan perbedaan titik leleh , kelarutan, dan pola difraksi sinar-X. Selain perubahan suhu, struktur kristal berubah dengan adanya perubahan tekanan. Perubahan bentuk kristal disertai dengan perubahan densitas, perubahan bilangan oksidasi, perubahan warna serta perubahan data elektrokimia (energi bebas). Beberapa contoh padatan yang mengalami polimorfisme, antara lain : Logam Uranium dapat menjadi 3 bentuk struktur kristal berbeda. Tiap struktur memiliki fasa yang spesifik, seperti pada gambar di bawah ini.
  • 24. 1. Fasa alfa, pada temperature ruangan sampai 663°C 2. Fasa beta, pada suhu 663°C hingga 764°C 3. Fasa beta, pada suhu 764°C hingga titik lelehnya, yaitu 1133°C Logam besi memiliki beberapa bentuk kristal. Perubahan suhu dan tekanan mempengaruhi perubahan bentuk kristal besi. Hal tersebut dapat diamati pada diagram di bawah ini : Keterangan (pada tekanan 1 bar) • ferit (besi alpha) - terbentuk di bawah 1043 K (titik Curie, Tc); besi menjadi magnet dalam bentuk alfa (BCC) • Fasa beta – terbentuk di bawah 1185 K ; strukrtur kristal BCC • Fasa gamma - formulir di bawah 1667 K; struktur kristal FCC • Fasa delta - terbentuk dari pendinginan besi cair di bawah 1811 K ; struktur kristal BCC Ciri dari padatan yang dapat mengalami polymorfisme, antara lain: Polimorf memiliki kestabilan yang berbeda dan spontan dapat mengkonversi dari bentuk metastabil (atau termodinamika bentuk tidak stabil) ke stabil terbentuk pada suhu tertentu. Menurut aturan Gibbs 'dari kesetimbangan fasa, fasa kristalin yang unik ini akan tergantung pada variabel intensif seperti tekanan dan temperatur. Polimorfisme berpotensi dapat ditemukan dalam bahan-bahan kristalin, termasuk polimer , mineral , dan logam , dan berhubungan dengan allotropy , yang mengacu pada unsur padat. Dalam hal termodinamika , ada dua jenis polimorfisme. Untuk sistem monotropic, sebuah plot energi bebas dari berbagai polimorf terhadap suhu tidak
  • 25. akan terlewati sebelum polimorf meleleh seluruhnya. Dengan kata lain, setiap transisi dari satu polimorf menjadi polimorf lainnya akan ireversibel. Untuk sistem enantiotropic, sebuah plot energi bebas terhadap suhu menunjukkan titik persimpangan (crossing point) sebelum berbagai titik leleh, dan dimungkinkan untuk konversi secara reversibel antara dua polimorf pada pemanasan dan pendinginan. Suatu elemen yang mengalami perubahan bentuk kristal disertai dengan perubahan energi yang kecil pada data termokimianya (energi bebas). CACAT PADA KRISTAL Terdapat beberapa jenis cacat Kristal pada susunan atom dalam Kristal. Kita perlu ketahui bahwa kehadiran cacat Kristal yang sedikit memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan sifat suatu bahan dan pengaturan cacat sangat penting dalam pemrosesan bahan. Contoh relevansi cacat Kristal dalam kehidupan pada umumnya dan dalam bahan pada khususnya yaitu, ketika kita membeli cincin berlian, sebenarnya kita membayar untuk tipe cacat pada Kristal pada cincin berlian tersebut. Pembuatan device semikonduktor tidak hanya membutuhkan Silikon murni tetapi juga meliputi cacat Kristal tertentu pada sample. Menempa suatu logam akan menghasilkan cacat pada logam tersebut dan meningkatkan kekuatan dan kelenturan logam. Catatan, sifat-sifat tersebut dicapai tanpa mengubah komposisi penyusun bahan tetapi hanya manipulasi cacat Kristal. Berikut ini merupakan jenis-jenis cacat Kristal Cacat titik yaitu adanya atom yang hilang atau terdapat sisipan atom asing dalam kisi (kekosongan, interstitial dan subtitutional , cacat Schottky dan cacat Frenkel) Cacat Linear yaitu sekelompok atom berada pada posisi yang menyimpang ( dislokasi tepi dan dislokasi screw) Cacat interfacial yaitu interface antara daerah sejenis pada bahan (permukaan eksternal, grain boundaries, dan twin boundaries)
  • 26. gambar diatas merupakan representasi dua dimensi kristal sempurna dengan susunan atom yang benar. Namun kenyataannya tidak ada yan sempurna. Jenis-Jenis Cacat Kristal Berikut ini akan dijelaskan masing-masing cacat pada bahan padat. Cacat Titik Cacat titik terdiri dari kekosongan, interstisial dan subtitutional, cacat Schottky dan cacat Frenkel a. Kekosongan Di alam ini tidak terdapat Kristal yang sempurna dengan susunan atom yang teratur. Selalu terdapat cacat dalam suatu Kristal, dan yang paling sering dijumpai adalah cacat titik. Hal ini terutama ketika temperature Kristal cukup tinggi dimana atom-atom bergetar dengan frekuensi tertentu dan secara acak dapat meninggalkan kisi, lokasi kisi yang ditinggalkan disebut vacancy atau kekosongan. Dalam kebanyakan kasus difusi atau transportasi massa oleh gerak atom juga dapat disebabkan oleh kekosongan. Semakin tinggi suhu, semakin banyak atom yang dapat meninggalkan posisi kesetimbangannya dan semakin banyak kekosongan yang dapat dijumpai pada Kristal. Banyaknya kekosongan yang terjadi Nv meningkat dengan meningkatnya suhu Kristal dan banyaknya kekosongan ini dapat diperoleh dengan persamaan berikut (distribusi Boltzman) Rj=Ro exp(-Em/kT) Dalam persamaan ini, N adalah banyaknya atom dalam Kristal, Qv adalah energy yang dibutuhkan untuk membentuk vacancy atau kekosongan, T adalah
  • 27. suhu kristal dalam Kelvin, dan k adalah konstanta Boltzman yang bernilai 1.38 x 10-23 J/atom-K, atau 8.62 x 10-5 eV/atom-K bergantung pada satuan Qv. Dengan menggunakan persamaan tersebut kita dapat mengestimasi bahwa pada suhu kamar terdapat satu kekosongan dalam 1015 kisi Kristal dan pada suhu tinggi atau suhu mendekati titik leleh zat padat terdapat satu kekosongan dalam 10000 atom. Pada Kristal,atom membutuhkan energy untuk bergerak ke posisi kekosongan (misalnya energi termal) untuk lepas dari tetangga-tetangganya. Energi tersebut disebut energy aktivasi kekosongan, Em. Energi termal rata-rata atom biasanya lebih kecil dari energy aktivasi Em dan fluktuasi energy yang besar dibutuhkan untuk loncat. Peluang untuk fluktuasi atau frekuensi loncatan atom Rj, tergantung secara eksponensial terhadap suhu dan dapat digambarkan oleh persamaan yang ditemukan kimiawan Swedia Arrhenius: Dimana R0 adalah frekuensi percobaan yang sebanding dengan frekuensi getaran atom (kiri) Skema representasi kekosongan pada Kristal dalam 2 dimensi. (kanan) Skema representasi difusi atom dari posisi asalnya ke posisi kosong. Energy aktivasi Em telah diberikan pada atom sehingga atom dapat memutuskan ikatan antar atom dan pindah ke posisi yang baru. b. Interstitial dan Subtitutional Interstitial yaitu Penekanan atau penumpukan antara tempat kisi teratur. Jika atom interstitial adalah atom yang sejenis dengan atom-atom pada kisi maka disebut self interstitial. Terciptanya self-interstitial menyebabkan distorsi besar disekeliling kisi dan membutuhkan energy lebih dibandingkan dengan energy yang
  • 28. dibutuhkan untuk membuat vacancy atau kekosongan (Ei>Ev), dan dibawah kondisi kesetimbangan, self-interstitial hadir dengan konsentrasi lebih rendah dari kekosongan. Jika atom-atom interstitial adalah atom asing, biasanya lebih kecil ukurannya (karbon, nitrogen, hydrogen, oksigen) disebut interstitial impurities. Mereka memperkenalkan distorsi kecil pada kisi dan banyak terdapat pada material nyata. Subtitutional yaitu Penggantian atom pada matriks Kristal. Jika atom asing mengganti atau mensubtitusi matriks atom, maka disebut subtitusional impurity. Gambar diatas menunjukan skema representasi macam-macam cacat titik dalam Kristal (1) kekosongan, (2) self-interstitial, (3) Interstitial impurity, (4) (5) subtitutional impurities. Tanda panah menunjukan tekanan local yang dihasilkan oleh cacat titik. c. Cacat Schottky dan Cacat Frenkel Dalam Kristal ionic (misalnya garam dapur- Na+Cl-), ikatannya disebabkan oleh gaya Coulomb antara ion positif dan ion negatif. Cacat titik dalam Kristal ion adalah muatan itu sendiri. Gaya Coulomb sangat besar dan setiap muatan yang tidak seimbang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menyeimbangkan diri. Untuk membuat muatan netral, beberapa cacat titik akan terbentuk. Cacat Frenkel adalah kekosongan pasangan ion dan cation interstitial. Atau kekosongan pasangan ion dan anion interstitial. Namun ukuran anion jauh lebih besar dari pada kation maka sangat sulit untuk membentuk anion interstitial. Cacat Schottky adalah kekosongan pasangan kation dan anion. Keduanya cacat Frenkel dan Schottky, pasangan cacat titik tetap berdekatan satu sama lain karena tarikan coulomb yang kuat antara muatan yang berlawanan.
  • 29. Gambar diatas merupakan skema representasi dari (1) cacat Frenkel (kekosongan dan pasangan interstitial) dan cacat schottky (kekosongan pasangan kation dan anion) dalam Kristal ionic. 2. Cacat Linear Mengapa logam dapat terdeformasi plastis dan mengapa sifat deformasi plastis dapat diubah sangat besar dengan ditempa tanpa mengubah komposisi kimia adalah sebuah misteri pada ribuan tahun yang lalu. Hal ini menjadi misteri yang sangat besar ketika awal tahun 1900an para ilmuan memperkirakan bahwa logam mengalami deformasi plastis jika diberi gaya yang lebih kecil dari gaya yang mengikat atom-atom logam bersama, . Kejelasan muncul pada tahun 1934 ketika Taylor, Orowan dan Polyani menemukan dislokasi. Dislokasi garis dapat dikenal dan dipikiran sebagai bidang kisi tambahan dimasukan kedalam Kristal, tetapi tidak diperpanjang ke seluruh Kristal tapi berakhir di dislokasi garis. Gambar tiga dimensi penyisipan setengah bidang tambahan melalui pusat gambar. Dislokasi adalah cacat garis. Ikatan interatomik secara signifkan terdistorsi hanya dalam daerah sekitar dislokasi garis yang cepat. Dislokasi juga membentuk deformasi elastic kecil kisi pada jarak yang jauh. Untuk menggambarkan ukuran dan arah distorsi kisi utama disebabkan oleh dislokasi, kita seharusnya memperkenalkan vector Burger b. Untuk menentukan vector burger , kita dapat membuat lintasan dari atom ke atom dan menghitung masing-masing jarak antar atom dalam segala arah. Jika lintasan melingkupi dislokasi, lintasan tidak akan ditutup. Vektor yang menutup loop merupakan vector Burger b.
  • 30. Dislokasi dengan arah vector Burger tegak lurus dengan dislokasi disebut dislokasi tepi atau dislokasi edge. Ada tipe dislokasi kedua yang disebut screw dislocation. Screw dislocation sejajar dengan arah Kristal yang dipindahkan atau yang digeser (vector Burger sejajar dengan dislokasi garis). Hampir seluruh dislokasi yang ditemukan pada Kristal bahan tidak terdiri daru edge dislocation saja atau screw dislocation saja tetapi terdiri dari campuran keduanya atau disebut mix dislocation. edge dislocation screw dislocation Gerak dislokasi mengikuti slip-deformasi plastis ketika ikatan interatomik patah dan terbentuk kembali. Sebenarnya, slip selalu terjadi melalui gerak dislokasi. Lihatlah pada diagram diatas, kita akan mengerti mengapa dislokasi mengijinkan slip pada tekanan yang kecil yang diberikan pada Kristal yang sempurna. Jika setengah bagian atas Kristal di geser dan pada saat itu hanya fraksi kecil dari ikatan yang patah dan hal ini membutuhkan gaya yang cukup kecil. Pada proses pergeseran ini dislokasi terbentuk dan menyebar melalui Kristal. Penyebaran satu dislokasi melalui bidang menyebabkan setengah bidang atas tersebut bergerak terhadap bagian bawahnya tetapi kita tidak memecah semua ikatan pada tengah bidang secara simultan (dimana akan membutuhkan gaya yang sangat besar). Gerak dislokasi dapat dianalogikan dengan perpindahan ulat bulu. Ulat bulu harus mengadakan gaya yang besar untuk memindahkan seluruh tubuhnya pada waktu yang sama. Untuk itu bagian belakang tubuh akan bergerak ke depan sedikit dan membentuk punggung bukit. Punggung bukit lalu menyebar terus dan memindahkan ulat bulu. Cara yang sama digunakan untuk memindahkan karpet yang besar. Daripada memindahkan seluruhnya pada waktu yang bersamaan, kita
  • 31. dapat membuat punggung bukit pada karpet dan mendorongnya menyebarangi lantai. 3. Cacat interfacial Kristal tunggal terkadang dapat ditemukan dalam material nyata yang tidak sedikit kondisi pertumbuhannya secara khusus di desain dan di atur sebagai contoh ketika memproduksi Kristal tunggal silicon untuk device mikroelektronik atau bilah untuk turbin yang terbuat dari super alloy. Zat padat pada umumnya terdiri dari beberapa Kristal-kristal kecil atau grain. Grain dapat berukuran dari ordo nanometer hingga millimeter dan orientasi bidang atom diputar terhadap grain tetangganya. Material ini disebut polikristal. Grain-grain tunggal dipisahkan oleh batas grain atau grain Boundaries, yaitu daerah yang berdensitas kecil dan twin boundaries. a. Permukaan eksternal Salah satu batas yang selalu ada adalah permukaan luar atau permukaan eksternal, dimana permukaan ada disetiap ujung Kristal. Di permukaan, atom tidak memiliki jumlah tetangga maksimum sehingga jumlah ikatanya lebih kecil dan memiliki keadaan energy yang lebih besar dari atom atom yang berada dibagian dalam. Ikatan atom pada permukaan Kristal yang tidak terikat memberikan energy permukaan yang diekspresikan dalam satuan energy persatuan luas permukaan (J/m2 atau org/cm2). Untuk mengurangi energy tersebut, suatu bahan cenderung untuk memperkecil permukaannya. Namun untuk zat padat hal ini sulit karena memiliki sifat yang kaku. b. Grain Boundaries Jenis lain dari cacat interfacial adalah grain boundaries yaitu batas yang memisahkan dua grain kecil atau Kristal yang memiliki struktur Kristal yang berbeda dalam bahan polikristalin. Didalam daerah batas, dimana terdapat jarak cukup lebar diantara atom, terdapat beberapa atom yang hilang dalam transisi dari orientasi Kristal dalam satu grain ke grain yang berdekatan.
  • 32. Bermacam-macam ketidak sejajaran kristalografi diantara grain yang berdekatan merupakan hal yang mungkin. Ketika orientasi yang tidak cocok ini diabaikan atau derajatnya kecil maka bentuk sudut kecil grain boundaries digunakan.Batas ini dapat digambarkan dalam bentuk susunan dislokasi. Salah satu contoh sederhana dari sudut kecil grain boundaries dibentuk ketika dislokasi tepi disejajarkan seperti pada gambar 1. Jenis ini disebut tilt boundaries atau batas kemiringan. Jika sudut kecil dibentuk dari susunan dislokasi screw maka disebut twist boundaries. Atom-atom disekitar batas diikat dengan jumlah kurang dari yang diperlukan dan konsekuensinya terdapat energy grain boundary yang serupa dengan energy permukaan eksternal. Besarnya energy ini merupakan fungsi dari derajat misorientasi dan menjadi besar jika sudut batasnya besar. Grain boundaries sifat kimianya lebih reaktif dari grain-grain itu sendiri sebagai akibat dari kehadiran energy tersebut. Lebih jauh lagi atom-atom yang tidak murni terpisahkan secara khusus karena tingkat energinya yang lebih besar. Energi interfacial total material bergrain kasar lebih kecil daripada material bergrain halus karena pada grain kasar memiliki area batas grain total yang kecil. Jumlah grain meningkat dengan meningkatnya suhu untuk mengurangi energy total batas. Kita dapat membedakan antara sudut batas grain kecil dan sudut batas grain besar. Hal ini mungkin untuk menjelaskan sudut batas kecil grain sebagai kesatuan dislokasi. Gambar disamping merupakan transmisi mikroskop electron dari kemiringan sudut batas grain kecil silicon. Garis merah menandakan dislokasi tepi atau edge dislocation dab garis biru mengindikasikan kemiringan sudut. Jenis lain dari cacat permukaan dalam kisi adalah stacking fault dimana rentetan bidang atom memiliki kesalahan. Walaupun susunan atom tidak teratur dan ikatan yang seharusnya sangat kurang, material polikristalin sangat kuat. Gaya kohesif didalam dan sepanjang batas terbentuk. Lebih jauh, densitas polikristalin sebenarnya serupa dengan Kristal tunggal pada bahan yang sama.
  • 33. c. Twin Boundaries Twin boundaries atau batas kembar merupakan jenis khusus dari grain boundaries dimana terdapat cermin kisi yang simetri. Atom dalam satu sisi batas ditempatkan sebagai cermin atom pada sisi yang lainnya. Daerah diantara dua sisi tersebut terbentuk bidang twin. Batas kembar dihasilkan dari perpindahan atom yang diproduksi oleh gaya mekanik yang dikerjakan pada bahan (mechanic twin) dan juga terbentuk selama proses annealing panas yang mengikuti deformasi (annealing twins). Perkembaran terjadi pada bidang Kristal tertentu dan arah tertentu juga dan keduannya tergantung pada struktur Kristal. Annealing twin adalah tipe yang ditemukan dalam metal yang berstruktur FCC dan mechanic twin dapat di observasi pada logam berstruktur BCC dan HCP. Cacat pada Kristal dapat mengubah sifat listrik dan mekanik bahan. Kekosongan pada Kristal dapat mengubah sifat listrik bahan. Sebagai contoh, kita memanfaatkan kekosongan pada Kristal silicon untuk pendopingan oleh phospor sehingga terbentuk semikonduktor tipe n. Selain itu cacat Kristal seperti kekosongan, dislokasi, dan boundaries dapat meingubah sifat mekanik bahan. Grain Boundaries dapat menghambat difusi atom dan gerak dislokasi sehingga deformasi bahan sulit terjadi. Semakin kecil grain, semakin kuat bahan tersebut. Ukuran grain dapat diatur dengan laju pendinginan. Laju pendinginan yang cepat menghasilkan grain-grain yang kecil sedangkan proses-proses pendinginan yang lambat menghasilkan grain-gran yang besar. DISLOKASI
  • 34. Line defect yang paling banyak dijumpai adalah dislokasi. Secara geometris, dislokasi dapat digambarkan seperti di bawah ini : Dislokasi ini dapat digambarkan sebagai sisipan satu bidang atom tambahan dalam struktur kristal. Garis dislokasi dalam gambar tersebut adalah garis tegak lurus (^) pada bidang gambar. Di daerah garis sekitar dislokasi terjadi distorsi kisi yang besifat lokal. Daerah-daerah yang jauh dari garis dislokasi, derajat distorsi lokalnya menurun dan susunan atomnya kembali normal. Distorsi kisi tersebut dapat berupa tekanan dan tegangan sehingga terdapat energi tambahan sepanjang dislokasi tersebut. Jarak geser atom di sekitar dislokasi disebut vektor geser b* (burger vectors) yang mana tegak lurus pad garis dislokasi. Ada 2 jenis dislokasi, yaitu : - EDGE – DISLOCATION (dislokasi sisi) dan - SCREW – DISLOCATION (dislokasi ulir) Di dalam material biasanya ditemukan gabungan antara edge dislocation dan screw diclocation yang biasa disebut dislokasi campuran. Dislokasi dapat berpindah-pindah ataupun bergerak. Proses dimana deformasi plastis di- karenakan gerakan gerakan dislokasi yang berpindah-pindah tersebut biasanya dinamakan dengan SLIP.
  • 35. Bidang, dimana garis dislokasi melintang disebut BIDANG SLIP, sedangkan arah gerakan dislokasi disebut ARAH SLIP. Bila ditinjau secara khusus , ternyata gerakan dislokasi pada berbagai bidangn kritis adalah tidak sama sehingga dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa terdapat arah dan bidang kristal yang meudahkan dislokasi terssebut bergerak yang disebut dengan nama PREFFERED – PLANE. Bidang-bidang dan arah bidang yang memudahkan dislokasi tersebut bergerak pada umumnya adalah bidang-bidang kristal yang memiliki planar density yang tinggi. Sedangkan arah gerakan dislokasi pada bidang kristal dengan planar density yang tinggi merupakan arah slip. Dengan perkataan lain arah slip yang diinginkan adalah arah dengnn Linier density yang tinggi. SURFACE DEFECTS (PLANAR DEFECTS) Planar defect (dapat berupa cacat pada permukaan-permukaan luar, twin boundary, batas-batas fasa, batas butir) pada material (dimana) akan memisahkan material tersebut atas beberapa bagian yang mana tiap-tiap bagian akan memiliki struktur kristal yang sama tetapi berbeda arah kristalnya. Permukaan Material
  • 36. Ketidak-sempurnaan kristal dalam dua dimensi merupakan suatu batas, dimana batas yang nyata adalah permukaan luar. Permukaan dapat diilustrasikan sebagai batas struktur kristal sehingga kita dapat melihat bahwa koordinasi atom pada permukaan tidak sama dengan koordinasi atom dalam kristal. Dengan kata lain : Atom permukaan hanya mempunyai tetangga pada satu sisi saja, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi dimana ikatannya menjadi kurang kuat. Karena atom-atom ini tidak seluruhnya dikekelingi oleh atom lainnya, maka energinya jadi lebih banyak dibandingkan dengan atom di dalamnya. Contoh idealnya: Tetesan cairan yang berbentuk bulat maka luas permukaannya per satuan volume tetesan harus minimal (sehingga E permukaannya minimmal). Penyerapan permukaan merupakan adanya perbedaan energi pada permukaan tersebut. Batas Butir
  • 37. Bentuk butir dalam solid material biasanya diatur oleh adanya butir-butir lain di sekitarnya dimana dalam setiap butir, semua selnya teratur dalam satu arah dan satu pola yang tertentu. Pada grain boundary (batas butir), antara dua butir yang berdekatan terdapat daerah transisi yang tidak searah dengan pola dalam kedua butir tersebut. VOLUME DEFECTS Volume defects pada material dapat berupa : crack (retak)/pori-pori, inklusi, presipitat, fasa kedua dan lain sebagainya. Kehadiran volume defect di dalam materiaal biasanya memberikan suatu implikasi (misalnya terhadap sifat material) yang akan menyebabkan perubahan densitas material (terutama dengan adanya pori-pori ataupun fasa kedua pada material). Dengan adanya pori-pori maka : material theoritisnya = m dimana dengan adanya pori-pori massa akan V
  • 38. Dengan adanya fasa kedua maka : material 1 V1 + 2 V2 Dimana 1 = densitas fasa utama (1) V1 = fraksi volume fasa utama 2 = densitas fasa kedua V2 = fraksi volume fasa kedua Secara illustratif akan ditinjau efek dari kehadiran cacat volume tersebut (seperti retak) terhadap kekuatan material, dimana ingin dilihat perban-dingan (kekuatan tarik retakan) dengan th (kekuatan tarik teoritis) suatu material yang sama.
  • 39.
  • 40.
  • 41. Identifikasi Struktur Kristal dengan DIFRAKSI SINAR X Adanya struktur kristal dapat dibuktikan dengan percobaan Difraksi sinar X ( X R D ).
  • 42. Sinar X berasal dari transisi kulit K ke L DE = E2 – E1 = h c l1 h = konstanta planck c = kecepatan rambat cahaya l1 = panjang gelombang Saat elektron transisi dari kulit K ke kulit L, elektron menyerap energi dan bilamana elektron ersebut pindah kembali ke kulit K (agar stabil) maka akan memancarkan X-Ray. Gelombang elektromagnetik berfrek-wensi tinggi mempunyai panjang gelombang ( l ) yang besar sedikit dari jarak antar bidang dalam kristal. Berkas gelombang elektromagnetik yang mengenai kristal mengalami fraksi sesuai hukum-hukum fisika. Maka sudut difraksi yang terjadi digunakan untuk menentukan struktur kristal dengan ketelitian tinggi. Selain itu, dapat juga menentukan jarak antar bidang dan jari-jari atom suatu logam. Jarak antar Bidang Bidang-bidang yang sejajar memiliki notasi (h k l) yang sama. Sehingga bila kita ukur jarak tegak lurus (^) dari titik asal ke bidang terdekat , maka akan kita eroleh jarak antar bidang (d).
  • 43. HUKUM BRAGG Bila seberkas sinar X mengenai suatu bahan kristalin maka berkas ini akan di- difraksi oleh bidang atom / ion dalam kristal tersebut. Maka besar sudut difraksi q tergantung pada panjang gelombang l berkas sinar X dan jarak d (jarak antar bidang). ANALISA DIFRAKSI SINAR X Analisa bahan dalam bentuk serbuk halus merupakan cara penelitian dengan sinar X yang paling banyak diterapkan. Sampel + perekat polimer ® dibentuk jadi benang-benang halus yang kemudian ditempatkan pada titik pusat karema Slindris. Berkas sinar X yang sejajar diarahkan pada serbuk tersebut (benang); Sehingga : Karena terdapat partikal serbuk dalam jumlah cukup banyak dengan orientasi berbeda. Maka berkas yang didifraksi akan membentuk sudut 2 q dengan arah berkas semula. Kerucut difraksi mengenai pita film di 2 tempat masing-masing membentuk sudut 2 q dengan garis berkas masuk dan keluar. Akan diperoleh kerucut terpisah (sepasang garis difraksi) untuk setiap nilai Dh k l tertentu. Jadi letak garis difraksi dapat ditentukan berdasarkan percobaan di atas, sehingga jarak d dapat dihitung. Difraksi sinar X adalah sarana yang serbaguna dalam penentuan struktur intern bahan.
  • 44. Cara menentukan indeks Miller: 1. Tentukan perpotongan bidang kristal dengan menetukan sumbu abc
  • 45. 2. Tentukan bilangan resiprok (bilangan yang berbanding terbalik dengan nilai titik potong bidang dengan sumbu a,b,c. Titik potong: ¼, 2/3, ½ Bilangan resiprok : 4 , 3/2, 2 3. Buatlah bilangan resiprok tersebut menjadi bilangan bulat terkecil Bilangan resiprok : 4, 3/2, 2 Bilangan bulat terkecil : 8, 3, 4 Maka Indeks Miller (hkl)= (834)
  • 46. Sistem Indeks (Indeks Miller) Digunakan unuk menyatakan bidang kristal (indeks bidang) Aturan : 1. Tentukan titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbu-sumbu  (a1,a2,a3) / sumbu-sumbu primitf atau konvensional dalam satuan konstanta lattice (a1,a2,a3) . 2. Tentukan kebalikan (reciprok) dari bilangan-bilangan tadi, dan kemudian tentukan tiga bilangan bulat (terkecil) yang mempunyai perbandingan yang sama. Indeks (h k l). Contoh : Bidang ABC memotong sumbu-sumbu : a1di 2a1 a2di 2a2 a3di 2a3 1 11 Kebalikannya adalah , , 2 23 Jika ketiga bilanagn bulat yang mempunyai perbandingan yang sama seperti di atas adalah 3, 3, 2. dengan demikian indeks bidang ABC tersebut adalah (3 3 2). Perhatikan bahwa dalam penulisan indeks kita tidak menggunakan tanda koma. Misal: (3 3 2) (h k l) Jika salah satu dari h k l negatif, maka indeks bidang tersebut ditulis (h k l), artinya h bertanda negatif. Untuk Sel kubus, jarak antar bidang hkl dapat ditulis sebagai berikut :
  • 47. a dhkl h2  k2  l2 Contoh-contoh Indeks Miller untuk sel kubus primitif maupun konvensional : Kubus Sederhana : sel konvensional = sel primitif Bidang ABFE Perpotongan bidang ABFE dengan sumbu: X di 1axˆ Y di ~ ayˆ Z di ~ azˆ 111 Kebalikannya : , , 1~~ Jadi, indeks bidang ABFE adalah (1 0 0) Bidang BCGF Perpotongan bidang BCGF dengan sumbu: X di ~ axˆ Y di 1ayˆ Z di ~ azˆ 111 Kebalikannya : ,, ~1~ Jadi, indeks bidang BCGF adalah (0 1 0) Bidang EFGH Perpotongan bidang EFGH dengan sumbu: X di ~ axˆ Y di ~ ayˆ Z di 1azˆ 111 Kebalikannya : , , ~~1 Jadi, indeks bidang EFGH adalah (0 0 1) Bidang ACGE
  • 48. Perpotongan bidang ACGE dengan sumbu: X di 1axˆ Y di 1ayˆ Z di ~ azˆ 111 Kebalikannya : ,, 11~ Jadi, indeks bidang ACGE adalah (1 1 0) Bidang DCGH Bidang DCGH sejajar dengan bidang ABFE, dan menempel di sumbu Y dan Z, artinya bidang tersebut tidak hanya satu tetapi lebih dari satu, maka indeks bidang DCGH adalah : {1 0 0} Tanda {1 0 0} menyatakan kumpulan bidangbidang yang sejajar dengan bidang (1 0 0). Sama halnya dengan Bidang ADHE yang sejajar dengan bidang BCGF, maka indeks bidang ADHE adalah {1 0 0} begitu juga dengan bidang ABCD sejajar dengan bidang EFGH, maka bidang ABCD adalah {0 0 1}, dan seterusnya. Jadi, apabila bidangnya menempel di sumbu, indeksnya akan sama dengan indeks bidang yang sejajar dengannya. Kubus Pusat Muka (FCC) : sel konvensional sel primitif Bidang ABEF
  • 49. Perpotongan idang ABEF primitif : dengan  sumbu ˆ a1 di 2a1  di ~ a  a2 ˆ2  di 2a  a3 ˆ3 M aka, indeks bidang ABEF pada sel primitif 1 adalah (1 0 1)P Sedangkan pada sumbu konvensional bidang ebalikan ABEF berpotongan pada: nya : , , 2 ˆ X di 1ax 1 1 1 ˆ Y di ~ ay Kebalikannya : , , 1 ~ ~ ˆ Z di ~ az Jadi, indeks bidang ABEF pada sel konvensional adalah (1 0 0)K Bidang ACGF Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC, bidang ACGF mempunyai indeks (1 1 0)K Sedangkan pada sumbu primitif bidang ACGF berpotongan dengan a1 di 1aˆ1 1 1 1 a2 di 2aˆ2Kebalikannya : , , 1 2 2 a3 di 2aˆ3 Maka, indeks bidang ACGF pada sel primitif adalah (2 1 1)P Bidang ACH Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC, bidang ACH mempunyai indeks (1 1 1)K Sedangkan pada sumbu primitif bidang ACH
  • 50. berpotongan dengan a1 di 1aˆ1 1 1 1 a2 di 1aˆ2 Kebalikannya : , , 1 1 1 a3 di 1aˆ3 Maka, indeks bidang ACH pada sel primitif adalah (1 1 1)P Jadi, indeks bidangnya sama baik pada sel konvensional maupun pada sel primitif. Bidang ABGH Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC, bidang ABGH mempunyai indeks (1 0 1)K Sedangkan pada sumbu primitif bidang ABGH berpotongan dengan a1 di 2aˆ 1 1 1 1 a2 di 2aˆ2Kebalikannya : , , 2 2 1 a3 di 1aˆ3 Maka, indeks bidang ABGH pada sel primitif adalah (1 1 2)P Bidang BCEH Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus FCC, bidang ABGH mempunyai indeks (1 0 1) K .Sedangkan pada sumbu primitif bidang ABGH berpotongan dengan a1 di 2aˆ 1 1 1 1 a2 di 2aˆ2Kebalikannya : , , 2 2 1 a3 di 1aˆ3 Maka, indeks bidang ABGH pada sel primitif adalah (1 1 2)P. Begitu juga dengan bidang-bidang yang lainnya, pada kubus FCC. Kubus Pusat Badan (BCC) : sel konvensional  sel primitif
  • 51. Dengan menggunakan sumbu primitif pada kubus BCC, bidang yang mempunyai indeks (1 1 0)P seperti gambar di samping, berpotongan pada sumbu konvensional dengan X di 1xˆ Y di ˆ 11 1 1y Kebalikannya : , , Z di  1zˆ1 1  1 Maka, indeks bidang ABGH pada sel konvensional adalah (1 1 1)K Dengan menggunakan sumbu konvensional pada kubus BCC, bidang yang mempunyai indeks (1 0 0)K seperti gambar di samping, berpotongan pada sumbu primitif dengan  a1 di 1aˆ1 1 1 1 a2 di  1aˆ2Kebalikannya : , , 1  1 1 a3 di 1aˆ3 Maka, indeks bidang ABGH pada sel konvensional adalah (1 1 1)P
  • 52. DAFTAR PUSTAKA van vlack, Lawrence. Ilmu dan Teknologi bahan. Diterjemahkan oleh Sriati Djaprie. Great Britain, Birmingham Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks and Minerals. Milan : Simons & Schuster’s Inc. Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi. Smallman Ana R.J Bishop. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material; edisi keenam. Diterjemahkan Ir. Sriati Djaprie, M.Met Comslabs. Digilibs/repository/ITB/direktori.php