1. 1
1.1. Menurut bahasa
Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab:
1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْ)م yang berarti damai.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَاَسلمََ) yang berarti menyerah.
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (أَاليْسَم) yang berarti bersih dan suci
5. Berasal dari ‘salam’ (أَالَمَم) yang berarti selamat dan sejahtera.
1.2. Menurut istilah
Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam
adalah ‘ketundukanأ seorangأ hambaأ kepadaأ wahyuأ Ilahiأ yangأ diturunkanأ kepadaأ paraأ
nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga
sebagai hukum/aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang
lurus,أ menujuأ keأkebahagiaanأduniaأ danأakhirat.’
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting, diantaranya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahiأ (اْوَْْيلمأْلالَ)مْه
2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)أ(أَلييْسَملَْْلْم َأاْ وَيْْلَُْلمأ ْلينَْ)
3. Sebagai pedoman hidupأ (أْنوَيَجلْأمْحوَولةِْ)
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW (أْحأ ْالَوُللََ
أْيْْْهلمَأبَِّْةْمَأاْيْروَُْْألاِْ)
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.أ (أْاليََُْللْْلْأمْتم ََي ْ)مْم
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(أْنََ ُْةلم َوأاَيلُأمْو ََِِْمَم)
KH Endang Saifuddin Anshari merumuskan dan menyimpulkan pengertian Islam, bahwa
agama Islam adalah:
1. Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada
segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
2. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan
penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam lainnya.
1. PENGERTIAN ISLAM
2. 2
3. Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
4. Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariat dan akhlak.
5. Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT
sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah
Rasulullah Saw.
Sebagai wahyu terakhir, agama Islam merupakan satu system akidah dan syari’ah serta
akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan. Menurut
Wilfred Cantwell Smith, agama Islam adalah Sui Generis (sesuai denagn wataknya,
mempunyai corak, dan sifat sendiri dalam jenisnya). Di dalam Islam terdapat hukum-hukum
Allah atau Natural Law yang dinamakan Sunnatullah yaitu ketentuan atau hukum Allah yang
berlaku untuk alam semesta.
Islam didasarkan pada Tauhid (keesaan Tuhan). Ajaran Islam berasal dari pemikiran umat
Islam yang mematuhi syarat yang terangkum dari kebudayaan Islam, harus kita pelajari dengan
cara pendekatan tertentu, kritis-analitis dan dengan kepala dingin.
Yang diberikan agama Islama kepada manusia adalah pegangan hidup atau akidah, jalan
hidup atau syari’ah, sikap hidup yang mengarahkan perbuatan atau akhlak. Ketiganya
meparupakan ilmu illahi bersifat abadi yang menjadi sumber ilmu insane tidak abadi dalam
semua disiplin ilmu.
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya merupakan komitmen umat Islam terhadap
Islam. Komitmen adalah:
1. Meyakini, mengimani kebenaran agama Islam seyakin-yakinnya
2. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar
3. Mengamalkan ajaran Islam kedalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat
4. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai argumentasi yang
meyakinkan dengan bahasa yang baik, serta
5. Sabar dalam berislam, dalam meyakini, mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan
agama Islam (agama yang diridhai Allah)
3. 3
2. KERANGKA DASAR AJARAN
AGAMA ISLAM
2.1. Pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam
pengertian kerangka dasar ajaran Islam adalah gambaran asli, garis besar, rute perjalanan,
atau bagian pokok dari ketuhanan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada manusia.
2.2. Klasifikasi Pokok Ajaran Islam
Mahmud Syaltout (1983) mengenai pokok ajaran Islam menjadi dua, yaitu
Aqidah (kepercayaan)
dan Syari’ah (kewajiban beragama sebagai konsekuensi percaya)
Adapun secara garis besar ruang lingkup ajaran Islam meliputi tiga hal pokok,yaitu:
iman melahirkan konsep kajian aqidah; konsep islam melahirkan konsep kajian syariah; dan
konsep ihsan melahirkan konsep kajian akhlak.
A. Aqidah
Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan.
Secara istilah, akidah adalah Sistem kepercayaan Islam atau akidah dibangun atas enam
dasar keimanan yang disebut Rukun Iman. Rukun Iman meliputi keimanan kepada
Allah,malaikat, kitab-kitab, rasul, haru akhir dan qodha dan qadar
Aqidah Islam adalah tauhid, yakni meyakini keesaan Tuhan baik dalam Dzat maupun
Sifat-Nya. Keesaan Allah dalam Islam didasarkan kepada firman Allah sendiri; bukan hasil
pikiran manusia,
Kata Tauhid berasal dari bahasa Arab, bentuk masdar dari kata wahhada yuwahhidu
yang secara etimologis berarti keesaan. Yakni percaya bahwa Allah swt itu satu. Dengan
demikian yang dimaksud tauhid di sini tidak lain adalah tauhidullah (mengesakan Allah swt).
Ajaran Tauhid sangat positif bagi hidup dan kehidupan, sebab tauhid mengandung sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Melepaskan jiwa manusia dari kekacauan dan kegoncangan hiudup yang dapat
membawanya ke dalam kesesatan.
2. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebijakan dan keutamaan
3. Membimbing umat manusia ke jalan yang benar dan mendorongnya mengajarkan ibadah
penuh ikhlas.
4. 4
4. Membawa manusia kepada keseimbangan dan kesempurnaan hidup lahir batin.
Aqidah merupakan akar bagi setiap perbuatan manusia.
Ilmu yang membahas dan menjelaskan tentang aqidah adalah ilmu kalam.
B. Syariah
Secara Etimologi, adalah jalan (kesumber atau mata air) yang harus ditempuh (oleh setiap
umat Islam)
Secara istilah, syariah adalah Aturan atau hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam
Ilmu yang membahas dan menjelaskan tentang syari’ah disebut ilmu fikih
Mahmud Syaltut mendefinisikan syariah sebagai aturan-aturan yang disyariatkan oleh Allah
atau disayariatkan pokokpokoknya agar manusia itu sendiri menggunakannya dalam
berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya sesama
manusia, dan alam semesta, serta dengan kehidupan
Ruang Lingkup Syariah (Hukum Islam) meliputi hubungan vertical dengan Allah (ibadah)
dan hubungan horizontal dengan sesama manusia (muamalat).
Kedudukan syariah dalam ajaran Islam adalah sebagai bukti aqidah. Setiap detik kehidupan
manusia diisi dengan perbuatan. Perbuatan itu dilandasi dengan akar keyakinan hati akan tunduk
dan patuh secara sukarela terhadap kehendak Allah (aqidah). Buah dari perbuatan itu dinamai
akhlak.
Syari’ah mempunyai 2 jalur yaitu
1. vertical (tegak lurus dari bawah keatas)
kaidah ibadah khusus yang disebut juga kaidah ibadah murni (mahdah). Kaidah ibadah
berkisar sekitar bersuci (taharah) dan rukun islam atau arkanul Islam yakni shalat, zakat, puasa,
dan haji.
2. horizontal (terletak pada tegak lurus terhadap vertical).
Ditempuh dengan mengikuti kaidah-kaidah muamalah. Kaidah asal muamalah adalah
kebolehan (jaiz atau ibahah). Artinya, semua perbuatan termaksud kedalam kategori muamalat,
boleh dilakukan asal tidak ada larangan melakukan perbuatan itu.
Kaidah muamalah dapat dibagi kedalam 2 bagian besar,
kaidah mengatur hubungan perdata, misalnya
a. munakahat : hukum perkawinan
b. wirasah : hukum kewarisan
kaidah yang mengatur hubungan public, misalnya
5. 5
a. jinayat : hukum pidana
b. hilafah/al-ahkam as-sultaniyah : hukum ketata negaraan
c. syiar : hukum internasional
d. mukhashamat : hukum acara
C. Akhlak
Secara etimologi, berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak, budi
pekerti
Secara istilah, akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji
atau akhlakul karimah maupun yang tercela atauakhlakul madzmumah
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang berasal dari kata khalaqa-yakhluqu-khalqan artinya
perangai. Penggunaan kata “khalaqa” dan turunannya dalam Al-Qur’an berarti menciptakan
sesuatu.
Menurut obyek atau sasaranya, pembahasan tentang akhlak biasanya dikategorikan menjadi 5:
a. Akhlak kepada Allah, meliputi beribadah, berzikir, berdoa dan tawakkal kepada Allah.
b. Akhlak kepada manusia, meliput : sabar, syukur, Tawadhu' (rendah hati)
c. Akhlak kepada orang tua adalah berbuat baik kepadanya dengan ucapan dan perbuatan.
d. Akhlak kepada keluarga, yaitu mengembangkan kasih sayang di antara anggota keluarga
e. Akhlak kepada lingkungan hidup, Contohnya memakmurkan alam
Kedudukan akhlak dalam ajaran Islam adalah hasil, dampak, atau buah dari perbuatan-
perbuatan (syariah) yang dilandasi keyakinan hati tunduk dan patuh secara sukarela pada
kehendak Allah (aqidah).
Menurut Yunahar Ilyas akhlak dalam Islam memiliki lima macam ciri, yaitu:
a. Akhlak Rabani: Ajaran akhlak dalam Islam bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Akhlak Manusiawi: Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah sebagai
manusia.
c. Akhlak Universal : Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang
universaldan mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik dimensi vertikalmaupun
horisontal. Contohnya dalam Al-Qur’an terdapat 10 macam keburukan yang wajib dijauhi
oleh setiap orang, yakni:
1. menyekutukan Allah,
2. durhaka kepada kedua orang tua,
3. membunuh anak karena takut miskin,
4. berbuat keji baik secara terbuka maupun t
ersembunyi,
5. membunuh orangtanpa alasan yang sah,
6. makan harta anak yatim,
6. 6
7. mengurangi takaran dan timbangan,
8. membebani orang lain dengan kewajiban
melampaui kekuatannya,
9. persaksian tidak adil,
10. menghianati janji dengan Allah
d. Akhlak Keseimbangan : Akhlak dalam Islam berada di antara dua sisi. Kekuatan kebaikan
yang berada dalam hati nurani dan akalnya, kekuatan buruk yang berada pada hawa
nafsunya
e. Akhlak Realistik : Ajaran akhlak dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia.
Akhlak manusia terhadap Allah dibahas dan dijelaskan oleh ilmu tasawuf, sedangkan akhlak
manusia dengan sesame ciptaan Allah dibahas dan dijelaskan oleh ilmu Akhlak.
Tasawuf berasal dari kata suf yakni wol kasar yang dipakai oleh seorang muslim yang
berusaha dengan berbagai upaya yang telah ditentukan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Orang yang melakukan upaya tersebut adalah sufi. Dan ilmy yang menjelaskan upaya serta
tigkatan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan dinamakan ilmu tasawuf.
Sikap terhadap sesama makhluk dapat dibagi 2: (1) sikap terhadap sesama manusia, (2)
sikap terhadap makhluk yang bukan manusia. Sikap terhadap manusia disebut akhlak. Sumebr
akhlak islami adalah Al-Qur’an dan Hadist.
2.3. Sumber Agama dan Ajaran Islam
Ajaran islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Qur’an dan
al-Hadist. Komponen utama agama Islam atau unsure utama ajaran Islam (akidah, syari’ah dan
akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia.
Sedangkan sumber utama ajaran Islam adalah al-Qur’an, Hadist dan ra’yu atau akal
pikiran. Mempelajari agama Islam adalah fardu ‘ain sedangkan mempelajari ajaran Islam adalah
fardu kifayah. Dalam Islam ada 2 ajaran yaitu: (1) ajaran dasar atau ajaran fundamental dan (2)
ajaran tidak dasar atau ajaran instrumental (tetapi jangan dianggap tidak penting).
Ketiga sumber ajaran ini merupakan 1 rangkaian kesatuan, Al-Qur’an dan Hadist
merupakan sumber utama, sedang akal pikiran merupakan sumber tambahan atau sumber
pengembangan yang memenuhi syarat berijtihad untuk merumuskan ajaran, menentukan nilai
dan norma suatu perbatan.
A. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber agama Islma yang pertama dan utama. Diturunkan selama 22
Tahun, 2 Bulan, dan 22 Hari. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah (1) untuk menjadi
pedoman atau petunjuk bagi umat muslim dalam hidup dan kehidupannya mencapai
kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat, (2) kerangka segala keh=giatan umat
muslim, (3) membangkitkan kesadaran tentang hubungan manusia dengan Tuhan, (3)
membangkitkan kesadaran tentang hubungan manusia dengan alam semesta, termaksud manias
7. 7
didalamnya (horizontal). Yang terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6000 ayat, 74.499 kata dan 325.345
huruf.
Ayat pertama diturunkan di gua Hira’ pada mlam nuzulul Qur’an ketika Nabi Muhammad
berusia 40-41Tahun, ayat terakhir diturunkan di padang Arafah ketika Nabi Muhammad berusia
63 Tahun tepatnya pada tanggal 9 Dzulhijah Tahun ke-10 Hijriah dalam surah Al-Maidah (5) : 3.
Surat Makkiyah merupakan 19/30 dari seluruh isi Al-Qur’an terdiri dari 86 surah, 4.780 ayat.
Surat Madaniyyah pada umumnya panjang-panjang, 11/30 dari seuruh isi Al-Qur’an terdiri dari
28 surat, 1.456 ayat.
Surat Makiyyah mengenai tauhid, hari kiamat, akhlak, dan kisah umat dimasa lalu, sedang
surat Madaniyyah mengenai soal hukum, keadilan, masyarakat, surat Makiyyah diturunkan
selama 12 Tahun, 13 Hari, sedang ayat Madaniyyah selama 10 Tahun 2 Buan 9Hari.
Al-Qur’an berisi tentang: (1) petunjuk mengenai akidah, (2) petunjuk mengenai syari’ah, (3)
petunjuk tentang akhlak, (4) kisah umat manusia di zaman lampau, (5) berita tentang zaman di
masa datang, (6) benih dan prinsip ilmu pengetahuan, (7) hokum yang berlakuu bagi alam
semesta.
Menurut S.H. Nasr, sebagai pedoman abadi, Al-Qur’an mempunyai 3 jenis petunjuk bagi
manusia
Penafsiran Al-Qur’an dilakukan dengan 2 metode:
1. Metode ma’tsur cerita turun-temurun atau sejarah untuuk menjelaskan ayat Al-Qur’an.
2. Metode penalaran
a. Metode tahlili (analisis) berusaha menganalisis ayat Al-Qur’an dengan melihat dari
berbagai segi
b. Metode maudu’i (tematik) penafsiran Al-Qur’an menurut tema tertentu. Metode ini
mempunyai keistimewaan:
I. Menghindari kelemahan yang melekat pada metode lain
II. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan Hadist nabi, merupakan cara
menafsirkan Al-Qur’an yang terbaik
III. Mudah dipahami
IV. Membuktikan bahwa tidak ada ayat yang bertentangna dalam Al-Qur’an
sekaligus membuktikan bahwa ayat Al-Qur’an sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan masyarakat.
B. Hadist
3 peranan Hadist: (1) menegaskan lebih lajut ketentuan yang terdapat pada Al-Qur’an, (2)
sebgai penjelasa isi Al-Qur’an , (3) menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada
atau samar ketentuannya dalam Al-Qur’an. Kitab Hadist terdiri dari ucapan (qaul), perbuatan
(fi’il), dan sikap diam Nabi tanda setuju ( taqrir atau sukut).
8. 8
Dikalangan Suunni terkenal dengan al-kutub as-sittah (6 kitab Hadist) kumpulan Buhkari,
Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, at-Timidzi, an-Nasa’i.
Ucapan Nabi yang disebut Hadist Qudsi berisi petunjuk tentang kehidupan spiritual tidak
membahas soal politik dan social kehidupan manusia. Penjelasan tentang Hadist dinamakan
Syarah.
C. Akal Pikiran
Al-‘aqal dalam bahasa Arab berarti pikiran dan intelek. Ar-ra’yu disebut juga ijtihad yaitu
usaha yang dilakukan seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu
yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan, dan menetapkan nilai dan norma yang tidak
jelas atau tidak terdapat patokannya dalam Al-Qur’an dan Hadist.
KESIMPULAN:
Al-Qur’an berisi wahyu, Hadist yang memuat Hadist atau Sunah merupakan sumber utama.
Sedang ar-ra’yu atau akal pikiran merupakan sumber tambahan atau sumber pengembang
Al-ahkam al-khmasah lima ukuran penilaian norma atau akidah dalam ajaran Islam.
2.4. Hubungan Antara Aqidah, Syariah, Akhlak
Ilmu kalam, ilmu fiqih, dan ilmu tasawuf serta ilmu akhlak disebut ilmu-ilmu keislaman
tradisional.
Aqidah, syariah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Seseorang dikatakan beraqidah atau berimana manakala hidupnya telah melaksanakan syari’ah.
Apabila syari’ah telah dilaksanakannya, ia akan tampil dengan perilaku yang baik disebut
akhlak. Oleh karena itu, hubungan aqidah, syari’ah dan akhlak adalah hubungan yang saling
terkait satu dengan yang lain. Aqidah adalah keyakinan yang mendorong seseorang
melaksanakan syari’ah, apabila syari’ah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah, maka akan
tampil perilaku yang disebut akhlak
9. 9
3. METODE MEMAHAMI AJARAN
AGAMA ISLAM
3.1. Salah Paham Terhadap Islam
Dalam sejarah perkembangan Islam tertama dikalangan ilmuan, agama Islam sering disalah
pahami. Kesalahpahaman itu disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
1. Salah Memahami Ruang Lingkup Agama Islam
Orang menganggap bahwa sebagai agama, ruang lingkup Islam hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan belaka. Padahal tidak begitu, tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan saja, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dengan
masyarakat, dan dengan alam lingkungan hidupnya. Sebagai system yang mengatur hidup dan
kehidupan manusia, Islam mengatur berbagai tata kehidupan.
2. Salah Menggambarkan Susunan Bagian Agama dan Agaran Islam
Misalnya orang membuat gambaran yang memberi kesan seakan-akan Islam hanyalah akidah
(iman) atau ilmu tauhid saja, atau Islam seolah-oleh hanya syari’at (hukum) atau fikih belaka,
atau Islam hanya ajaran akhlak, tasawuf tanpa memandang dan meletakkan bagian kedalam
kerangka agama dan ajaran Islam terpadu secara keseluruhan. Menggambarkan Islam dengan
cara seperti inilah menyebabkan Islam menjadi the most misunderstood religion in the world
“agama yang paling disalah pahami di dunia”. Penggambaran ini sering dilakukan oleh orang
Islam tanpa didasari dengan maksud tertentu tanpa sadar.
3. Salah Mempergunakan Metode Mempelajari Islam
Mempergunakan metode dan menganalisis dengan tidak Islami (tidak sesuai dengan ajaran
agama Islam), hasilnya tentu tidak akan memuaskan dan pasti menimbulkan salah paham
terhadap Islam.
Untuk menghindari slah paham terhadap Islam dan supaya dapat memahami Islam secara
baik dan benar, hal berikut dapat diperhatikan:
Pelajarilah Islam dari sumbernya yang asli yakni Al-Qur’an dan Hadist. Mempelajari
Islam dari dan dengan mempergunakan kedua sumber ini akan memperkecil salah paham kalau
tidak mungkin menghindarinya sama sekali.
Islam harus dipelajari secara meneluruh walaupun keseluruhan itu (mungkin) dalam garis
besarnya saja. Dengan mempelajari pokok agama dan ajaran Islam secara menyeluruh akan
memperoleh ruang lingkup, pola, atau kerangka agama dan ajaran Islam yang sesungguhnya
10. 10
Islam dipelajari dari karya atau kepustakaan yang ditulis oleh mereka (para ahli atau
ulama, cendikiawan dan sarjana muslim yag diakui otoritasnya) yang telah mengkaji dan
memahami Islam secara baik dan benar
Pelajarilah Islam dengan metode yang selaras dengan agama dan ajaran Islam.
3.2. Metode Memahami Ajaran Agama Islam
Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang tepat menurut Nasruddin
Razzak, yaitu sebagai berikut:
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama
besar, kaum zu’ama, dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an kemudian
dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosologis.
Ali Syariati mengatakan, ada berbagai cara memahami Islam :
1. Dengan mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama lain.
2. Dengan mempelajari Kitab suci Al-Qur’an dan membandingkan dengan kitab-kitab samawi
(atau kitab-kitab yang dikatakan sebagai samawi) lainnya.
3. Mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar
pembahruan yang pernah hidup dalam sejarah.
4. Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkan tokoh-tokoh utama agama
maupun aliran-aliran pemikiran lain.
Tujuan sebuah metodologi dalam upaya mempelajari dan memahami Islam
antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam memahami Islam atau pemahaman
Islam yang sesat.
2. Untuk memberikan petunjuk cara-cara memahami Islam secara
tepat, benar, sistematis, terarah, efektif, efisien, dan membawa orang untuk
mengikuti kehendak agama. Bukan sebaliknya, agama yang harus mengikuti kehendak
masing-masing orang.
3. Penguasaan metode yang tepat akan menjadikan seseorang dapat mengembangkan ilmu yang
dimilikinya. Sebaliknya orang yang tidak menguasai metode hanya akan menjadi konsumen
ilmu semata, tidak akan memproduksi suatu ilmu.
11. 11
Metode-metode dalam memahami ajaran islam dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Metode Diakronis
Adalah metode mempelajari Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi
kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam.
Metode ini juga menghendaki adanya pengetahuan ,pemahaman dan penguraian ajaran-
ajaran Islam dari sumber dasarnya, yakni Al-qur`an dan As-Sunnah serta latar belakang
masyarakat, sejarah, budaya disamping sirah Nabi SAW dengan segala akal dan pikirannya.
2. Metode Sinkronik-Analitis
Adalah metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang
sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek umat Islam. Metode ini lebih
mengutamakan segi aplkatif dan praktis, tetapi juga mengutamakan teoritik.Metode diakronis
dan metode sinkronik-analitik menggunakan asumsi dasar sebagai berikut:
a. Islam adalah agama wahyu Ilahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagai hasil daya cipta
dan rasa manusia (Q.S.Al-Najm:3-4).
b. Islam adalah agama yang sempurna dan di atas segala – galanya (Q.S.Al-Maidah:3).
c. Islam merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan sub sistem serta
komponen dengan bagian-bagiannya dan secara keseluruhan merupakan struktur yang unik
(Q.S.Fushilat:37).
d. Wajib bagi umat Islam untuk mengajak pada yang ma`ruf dan nahi munkar (Q.S.Ali
Imran:104).
e. Wajib bagi umat Islam untuk mengajak orang lain kejalan Allah SWT (Q.S.An-Nahl:125)
f. Wajib bagi umat Islam untuk menyampaikan risalah Islam menurut kemampuannya .
g. Wajib bagi sebagian umat Islam untuk memperdalam ajaran agama Islam (Q.S.Al-
Taubah:122).
3. Metode Problem solving (hallu al-musykilat)
Adalah Suatu Metode yang mempelajari Islam dan mengajak pemeluknya untuk berlatih
menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu pengetahuan dengan menggunakan solusi
atau cara penyelesaian masalah secara bersama sama.
4. Metode Emperis (Tajribiyah)
Suatu metode mempelajari Islam yang memungkinkan Umat Islam mempelajari
ajarannya melalui proses aktualisasi dan internalisasi norma-norma dan kaidah Islam dengan
suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara deskriptif proses
interaksi dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
Metode problem solving dan metode empiris menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :
12. 12
a. Norma (ketentuan) kebajikan dan kemungkaran selalu ada dan diterangkan dalam Islam
(Q.S.Ali Imran:104)
b. Ajaran Islam merupakan jalan untuk menuju ridla Allah SWT (Q.S Al-Fath:29).
c. Ajaran Islam merupakan risalah atau pedoman hidup di dunia dan akhirat (Q.S.Al-
Syura:13).
d. Ajaran Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan (Q.S.Al-Baqarah:120 dan Al-Taubah:122)
5. Metode Deduktif ( Al-Manhaj Al Istinbathiyah )
Suatu metode mamahami Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan
filosofis dan selanjutnya kaidah tersebut diaplikasikan untuk menentukan masalah - masalah
yang dihadapi.Metode ini dipakai untuk sarana meng-istimbatkan hukum syara` dan kaidah itu
bener-bener bersifat penentu dalam masalah furu’ tanpa menghiraukan sesuai tidaknya dengan
madzhabnya. Metode ini dikenal dengan metode mutakallimin atau metode syafi`iyah.
6. Metode Induktif (al - Manhaj al-Istiqraiyah)
Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk
diterapkan kepada masalah-masalah furu` yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih dahulu.
Metode pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah khusus , lalu dianalisis, kemudian disusun
kaidah hukum dengan catatan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan madzhabny.
Dari beberapa metode tersebut terdapat dua metode dalam memahami Islam secara
garis besar, yaitu:
1. Metode komparasi, yaitu Suatu metode untuk memahami ajaran Islam dengan
membandingkan seluruh aspek Islam dengan agama lainnya agar tercapai pemahaman Islam
yang objektif dan utuh. Dalam komparasi tersebut terlihat jelas bahwa islam sangat berbeda
dengan agama-agama lain. Intinya Islam mengajarkan kesederhanaan dalam kehidupan dan
dalam berbagai bidang.
2. Metode sintesis, yaitu metode memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah dengan
metode logis normative dan brsifat rasional , obyektif, dan kritis dengan metode teologis-
normatif.
3.2. Kesalahan Dalam Memahami Ajaran Agama Islam
Dampak kesalahan dalam memahami nash agama, terutama hadits Nabi bisa menimbulkan
kesesatan, kebid’ahan dan penolakan terhadap kebenaran. Tetapi pelakunya terkadang merasa
benar dan menganggap berada di atas pemahaman yang shahih serta beragama di atas manhaj
yang lurus
Pada dasarnya banyak orang yang membenarkan kesesatan, bahkan sebaliknya mencela
pendapat yang benar atau ajaran yang lurus dikarenakan salah paham. Maka kesalahan yang
13. 13
ditimbulkan dari kesalahfahaman terkadang lebih berbahaya daripada kesalahan yang timbul
akibat kebodohan. Seperti yang telah ditegaskan Imam Syafi’i dalam syairnya:
فََأف َأتُ َـ َـتُ مََِفتل َهَم َاتس ق ََافَ#مَك َاَنت َم تهَمقَوووووقَفتيتحتي
“Berapa banyak orang yang mencela pendapat yang benar. Maka sumbernya berasal dari
salah paham.”
14. 14
4. Daftar isi
Ali, M.Daud: Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2011
Anshari, Endang Saifuddin: Kuliah Al-Islam, Pusataka Bandung, 1978
Azhary, Tahir: Negara Hukum, Bulan Bintang, 1992
Ilyas, Yunahar: Kuliah Akhlak, Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI), 1999
Abuddin, Nata: Metodologi Studi Islam, Jakarta, Rajawali Pers , 2009. hlm. 152-153
Yatimin, Abdullah: Studi Islam Kontemporer, Jakarta, Amzah, 2006. Hlm. 147
Saehudin,dkk: Pengnantar Studi Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009
Sulthon, Muhammad: Desain Ilmu Dakwah. Semarang, Walisongo Pers, 2003
Shahih diriwayatkan Abu Daud dalam Sunannya, no. 3132; at-Tirmidzi dalam Jamus Sunan, no.
998, beliau menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih, Ibnu Majah dalam Sunannya, no.
1610; Imam Syafi’i dalam kitab al-Um’, 1/466; Imam Ahmad dalam Musnadnya, 1/175,
al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra, 4/ 61, dan al-Hakim dalam Mustadrak, no. 1377, beliau
mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih dan direstui oleh adz-Dzahab