SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 28
LOGO
Pemungut PPN
Instruktur :
Taripar Doly, SE.,MM
 Secara umum PPN yg terutang atas transaksi
penyerahan BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual.
Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yg bersangkutan
wajib membayar kpd PKP Penjual sbsr harga jual
ditambah PPN yg terutang
 Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli
BKP/JKP tsb berstatus Pemungut PPN (Pembeli
Khusus), PPN yg terutang atas transaksi penyerahan
BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan
disetor langsung ke kas negara oleh Pemungut PPN
tsb. Dgn demikian, Pemungut PPN hanya membayar
kpd PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-
nya (10%) disetor langsung ke kas negara.
Mekanisme
1) Pajak yang terutang atas penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dipungut, disetor,
dan dilaporkan oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai.
2) Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan
pajak oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 16A UU PPN
 Pasal 1 UU PPN angka (27) : Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara
Pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha
Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
kepada bendahara Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah tersebut.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 Tentang Penunjukan
Bendaharawan Pemerintah Dan Kantor Perbendaharaan Dan Kas Negara Untuk
Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2010 Tentang Penunjukan Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Pengusahaan Minyak Dan Gas Bumi Dan Kontraktor Atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi Untuk Memungut,
Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan
Pelaporannya
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 stdtd PMK-136/PMK.03/2012
tentang penunjukan BUMN untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan
PPnBM serta tata cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan.
 Badan Usaha Tertentu (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.03/2015 dan
Lampirannya) yang berlaku sejak 1 April 2015.
Dasar Hukum
 Setelah diundangkan Undang Undang No 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, terjadi pergeseran terminologi dan fungsi pejabat
pengelola APBN sehingga dilakukan redifinisi yang dengan sendirinya
mempengaruhi terminologi yang digunakan dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam pasal 1 angka 11 Peraturan Dirjen
Pajak No PER-147/PJ./2006 dirumuskan pengertian bendaharawan
pemerintah sebagai berikut :
 Bendaharawan Pemerintah adalah :
◦ Bendahara Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah yaitu Pejabat
yang mengeluarkan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; atau
◦ Penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) yaitu Pejabat yang diberi
kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran, menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani SPM, yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran atau
Kuasa Pengguna Anggaran.
Bendahara Pemerintah
 Pemungut Pajak Pertambahan Nilai yang melakukan pembayaran atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh
Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah atas nama Pengusaha Kena
Pajak Rekanan Pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang.
 Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pembayaran melalui Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara, wajib melaporkan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang oleh
Pengusaha Kena Pajak yang telah dipungut oleh Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara dimaksud.
 Dalam jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan
Pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara termasuk jumlah
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang.
Kewajiban Pemungut
 Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
 Pembayaran untuk pembebasan tanah;
 Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai;
 Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak
oleh PT (PERSERO) PERTAMINA;
 Pembayaran atas rekening telepon;
 Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan; atau
 Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Catatan :
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang
sehubungan dengan pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,00
(satu juta rupiah), dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum
PPN dan PPnBM
Tidak Dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah Dalam Hal :
Contoh 1 :
Harga jual 769.231
PPN 10% 76.923
PPn BM 20% 153.846
Jumlah pembayaran 1.000.000
PPN dan PPn BM tidak dipungut Bendaharawan Pemerintah
melainkan dipungut oleh PKP Rekanan selaku pihak yang
menyerahkan BKP, sehingga Bendaharawan Pemerintah membayar
Rp1.000.000 termasuk PPN dan PPn BM
Contoh 2 :
Harga jual 950.000
PPN 10% 95.000
Jumlah pembayaran 1.045.000
Karena pembayaran termasuk PPN melebihi Rp1.000.000 maka
Bendaharawan Pemerintah wajib memungut PPN sebesar Rp95.000
dengan cara memotong dari jumlah pembayaran tersebut
Contoh :
 Pemungutan Pajak Pertumbuhan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah dilakukan pada saat
pembayaran dengan cara pemotongan secara langsung
dari tagihan Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah.
 Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut oleh
Bendaharawan Pemerintah dilakukan paling lambat 7
(tujuh) hari setelah berakhirnya bulan terjadinya
pembayaran tagihan.
 Dalam hal hari ketujuh jatuh pada hari libur, maka
penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Tata Cara Pemungutan
 Bendaharawan Pemerintah wajib melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang dipungut dan disetor ke Kantor Pelayanan
Pajak dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
setempat, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah
berakhirnya bulan dilakukan pembayaran tagihan.
 Pelaporan pemungutan dan penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dilakukan dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Masa bagi Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai.
Tata Cara Pelaporan
 Jika kewajiban tidak dilaksanakan maka Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara wajib menolak
permintaan pembayaran berikutnya yang diajukan
Bendaharawan Pemerintah
 Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara wajib
menyampaikan daftar Bendaharawan Pemerintah yang
berada dalam wilayah kerjanya beserta daftar
perubahannya setiap 3 (tiga) bulan kepada Kantor
Pelayanan Pajak yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak
Kantor Perbendaharaan Dan Kas Negara
KPKN
Mekanisme Pemungutan PPN atau dan PPnBM
1) Dalam jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah termasuk jumlah pajak yang
terutang.
2) pada saat PKP Rekanan mengajukan tagihan, wajib membuat:
a) Faktur Pajak dan SSP, dengan ketentuan Faktur Pajak diisi dengan lengkap rangkap 3 (tiga) dengan
peruntukan :
- lembar ke-1 untuk Bendaharawan pemerintah sebagai Pemungut PPN
- lembar ke-2 untuk arsip PKP Rekanan
- lembar ke-3 untuk KPP melalui Bendaharawan Pemerintah.
Oleh Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan, pada setiap lembar Faktur Pajak wajib
dibubuhi cap “Disetor tanggal ……..” dan ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah yang
bersangkutan.
Oleh KPPN yang melakukan pemungutan untuk kepentingan Bendaharawan Pemerintah, pada setiap
lembar Faktur Pajak dicantumkan “nomor dan tanggal advis SPM”.
b) SSP yang diisi adalah kolom identitas dan jumlah pajak terutang, sedangkan kolom lainnya tidak perlu diisi.
Adapun jumlah lembar SSP dibuat rangkap 5 (lima). Setelah PPN dan PPnBM, atau PPN yang terutang
disetor ke bank persepsi atau kantor pos, SSP tersebut didistribusikan :
- lembar ke-1 untuk PKP Rekanan
- lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak
- lembar ke-3 untuk PKP Rekanan, akan dilampirkan pada SPT Masa PPN
- lembar ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos.
- lembar ke-5 untuk pertinggal Bendaharawan Pemerintah.
Pada setiap lembar SSP ini oleh KPPN yang melakukan pemungutan pajak untuk kepentingan
Bendaharawan Pemerintah dibubuhi “nomor dan tanggal advis SPM”. pada SSP lembar ke-1 dan lembar
ke-2 dibubuhi cap “TELAH DIBUKUKAN” oleh KPPN.
3) Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM.
4) Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran;
5) Penyetoran Pajak yang dipungut.
Pajak yang dipungut oleh Bendaharawan selaku Pemungut PPN wajib disetor ke kas negara
pajak yang dipungut paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah bulan dilakukan
pembayaran atas tagihan.
Dalam hal tanggal penyetoran jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
6) Pelaporan pajak yang telah dipungut dan disetor.
Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM
atau PPN wajib menyampaikan laporan kepada KPP tempat Bendaharawan Pemerintah
terdaftar dengan menggunakan formulir “Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut PPN
Formulir 1107PUT” yang dibuat dalam rangkap 2 (dua) paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan, yang masing-masing diperuntukkan sebagai
berikut :
- lembar ke-1, dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3 untuk KPP ;
- lembar ke-2, untuk arsip Bendaharawan Pemerintah.
Mekanisme Pemungutan PPN atau dan PPnBM
Contoh Formulir SPK
Contoh Formulir Ke KPKN
 Bendahara SD Negeri X pada bulan April melakukan
pengeluaran sebagai berikut:
1. Pembayaran untuk pembelian ATK dari PT GRAMEDIA
Rp400.000
2. Pembayaran jasa pemborong kepada PT KONTRUKSINDO
untuk pembangunan gedung kelas baru senilai Rp50.000.000
3. Pembayaran tagihan telepon kepada PT TELKOM sebesar
Rp1.500..000
4. Pembayaran untuk pengadaan buku pelajaran umum kepada
PT PENERBIT ERLANGGA Rp30.000.000
 Jelaskan aspek pemungutan PPN atas pembayaran
yang dilakukan oleh Bendahara SD Negeri X
Kasus
 PT Batavia Computindo adalah rekanan dari Pemda Kota
Depok, telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Jakarta
Tanjung Priok dengan NPWP : 01.234.567.8-072.000. Pada
tahun anggaran 2011 PT Batavia Computindo mendapat
proyek pengadaan komputer untuk Pemda Kota Depok.
Sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) tanggal 27
Februari 2011 nilai kontrak sebesar Rp80.000.000 termasuk
PPN. Penyerahan barang dilakukan PT Batavia Computindo
tanggal 10 Maret 2011, sedangkan realisasi pembayaran
baru diterima tanggal 7 April 2011.
 Jelaskan kewajiban terkait PPN yang harus dipenuhi oleh PT
Batavia Computindo selaku rekanan
 Jelaskan kewajiban terkait PPN yang harus dipenuhi oleh
Bendahara Pemda Kota Depok selaku Pemungut PPN
Kasus
 Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
adalah:
 kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan
gas bumi; dan
 kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin
pengusahaan sumber daya panas bumi,
 yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
 Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai
KONTRAK KERJA SAMA PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DAN KONTRAKTOR
ATAU PEMEGANG KUASA/PEMEGANG IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI
PMK-11/PMK.03/2005 stdd. PMK-73/PMK.03/2010
 Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang
atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak oleh Rekanan kepada Kontraktor atau
Pemegang Kuasa/Pemegang Izin dipungut, disetor, dan
dilaporkan oleh Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin.
Kontraktor/Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
Sebagai Pemungut
 Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut
oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan
Dasar Pengenaan Pajak.
 Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak selain
terutang Pajak Pertambahan Nilai juga terutang Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, maka jumlah Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang harus dipungut
oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
adalah sebesar tarif Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang berlaku dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak.
Kontraktor/Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
Sebagai Pemungut
a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00(sepuluh juta rupiah)
termasuk jumlah Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah;
b. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang
menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai;
c. pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh
PT Pertamina (Persero);
d. pembayaran atas rekening telepon;
e. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
dan/atau
f. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Rekanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
PPN dan PPnBM Tidak Dipungut
oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin dalam hal:
 Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak kepada Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin
 Faktur Pajak harus dibuat pada saat:
 penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan
Jasa Kena Pajak;
 penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
atau
 penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan.
Kewajiban Rekanan
Sebagai Pemungut
 Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dilakukan paling lama pada saat:
 penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan
Jasa Kena Pajak;
 penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
atau
 penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan.
 Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin wajib
menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut
ke Kantor Pos/Bank Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
 Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin wajib melaporkan
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin terdaftar paling lama pada akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
 Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
Mulai tanggal 1 Juli 2012, BUMN ditunjuk sebagai Pemungut PPN. Dengan demikian, PPN dan
PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh PKP Rekanan kepada BUMN yang
memenuhi ketentuan sebagai Pemungut PPN wajib dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh BUMN
Kriteria BUMN Yang Ditunjuk Sebagai Pemungut PPN
• Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
• BUMN yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN, yaitu badan usaha yang paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia, tidak termasuk anak perusahaan dan joint operation atau bentuk
kerja sama lainnya.
• Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan saham yang menyebabkan suatu badan usaha tidak
lagi memenuhi kriteria sebagai BUMN, maka terhitung sejak tanggal akta yang menyatakan
perubahan kepemilikan tersebut, badan usaha yang bersangkutan secara otomatis tidak lagi
ditunjuk menjadi Pemungut PPN. Namun demikian, kewajiban menyetor dan melaporkan PPN
dan PPnBM yang telah dipungut dalam Masa Pajak yang bersangkutan tetap dilakukan
sebagaimana mestinya.
• Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan saham yang menyebabkan suatu badan usaha menjadi
memenuhi kriteria sebagai BUMN, maka terhitung sejak tanggal akta yang menyatakan
perubahan kepemilikan tersebut, badan usaha dimaksud secara otomatis ditunjuk menjadi
Pemungut PPN dan melakukan kewajiban sebagai Pemungut PPN.
Badan Usaha Milik Negara
PMK-85/PMK.03/2012 stdd PMK-136/PMK.03/2012
 pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah PPN atau PPN dan PPnBM
yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah
 pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau
dibebaskan dari pengenaan PPN
 pernbayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan
bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero);
 pembayaran atas rekening telepon
 pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh
perusahaan penerbangan pembayaran lainnya untuk penyerahan
barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan perundang-undangan
di bidang perpajakan tidak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh BUMN dalam hal :
• PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari BUMN
kepada BUMN tidak dikecualikan dari pemungutan oleh Pemungut PPN, sehingga
BUMN yang menerima penyerahan BKP dan/atau JKP tetap melakukan kewajiban
pemungutan PPN
• Demikian juga atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari BUMN kepada Pemungut
PPN selain BUMN, PPN dan PPnBM yang terutang tetap dipungut oleh Pemungut
PPN yang menerima penyerahan BKP dan/atau JKP.
• Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP
dan/atau JKP kepada BUMN, Faktur Pajak yang dibuat oleh Rekanan mengacu pada
ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”) , SSP diisi dengan membubuhkan
NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh BUMN
sebagai penyetor atas nama Rekanan
• BUMN wajib menyetorkan PPN/PPnBM yang telah dipungut ke Kantor Pos/Bank
Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
• Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan
setiap bulan dengan menggunakan formulir "SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN"
(SPT 1107 PUT) yang wajib disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT
LOGOEmail : taripar.doly@gmail.com
Web : www.nusahati.com

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetapMuhamad Jaenudin
 
Kunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2Ratih Anjilni
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahSunar Shun Shun
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullshandyaa
 
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Hasan Romadon
 
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasLusi Mei
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sujatmiko Wibowo
 
Akuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilanAkuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilansellyhood
 
Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Livi Pungus
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASAndiErwinGhozali
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPerum Perumnas
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhMahyuni Bjm
 
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba RugiBab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba RugiAndiErwinGhozali
 
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 bObligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 bFuturum2
 

Was ist angesagt? (20)

3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
3revaluasi penurunan-nilai-aset-tetap
 
Kunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 6 teori akuntansi suwardjono
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
 
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
 
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
 
Akuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilanAkuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan
 
Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
 
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba RugiBab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
 
Materi kuliah Saham
Materi kuliah SahamMateri kuliah Saham
Materi kuliah Saham
 
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 bObligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 b
 
Pph badan
Pph badanPph badan
Pph badan
 
Akm2 sekuritas dilutif
Akm2 sekuritas dilutifAkm2 sekuritas dilutif
Akm2 sekuritas dilutif
 

Andere mochten auch

PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajakkaromah95
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutangkaromah95
 
PPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMPPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMkaromah95
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitaskaromah95
 
PPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewaPPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewakaromah95
 
PPN Fasilitas
PPN   FasilitasPPN   Fasilitas
PPN Fasilitaskaromah95
 
Materi ppn
Materi ppnMateri ppn
Materi ppnAy Kent
 
PPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMPPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMkaromah95
 
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriPPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriCatatan Ekstens
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakterkaromah95
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraIndah Mawarni
 
PPN SPT Masa
PPN SPT MasaPPN SPT Masa
PPN SPT Masakaromah95
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNpuspa
 
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21Ernie Lestari
 
Daftar Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Daftar Penghasilan yang dikenakan PPh FinalDaftar Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Daftar Penghasilan yang dikenakan PPh Finaljonathangonzalezkex
 
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Adillah Putri
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMIcha Icha
 
Saat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajakSaat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajakrereee
 
PPh - Penghasilan final
PPh - Penghasilan finalPPh - Penghasilan final
PPh - Penghasilan finalRinni TeAztyie
 

Andere mochten auch (20)

PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
PPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMPPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBM
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitas
 
PPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewaPPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewa
 
PPN Fasilitas
PPN   FasilitasPPN   Fasilitas
PPN Fasilitas
 
Materi ppn
Materi ppnMateri ppn
Materi ppn
 
PPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMPPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBM
 
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriPPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
 
PPN SPT Masa
PPN SPT MasaPPN SPT Masa
PPN SPT Masa
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPN
 
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
 
PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
 
Daftar Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Daftar Penghasilan yang dikenakan PPh FinalDaftar Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Daftar Penghasilan yang dikenakan PPh Final
 
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
Saat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajakSaat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajak
 
PPh - Penghasilan final
PPh - Penghasilan finalPPh - Penghasilan final
PPh - Penghasilan final
 

Ähnlich wie PPN PEMUNGUT

Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakBbe Mee
 
Materi setelah uts
Materi setelah utsMateri setelah uts
Materi setelah utszasunasu
 
Indonesian Tax
Indonesian Tax Indonesian Tax
Indonesian Tax myhasian
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahJuwita W'tio
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan IndonesiaBudi Septiawan
 
Materi 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptxMateri 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptxmayahusnia1
 
Petunjuk pengisian fp
Petunjuk pengisian fpPetunjuk pengisian fp
Petunjuk pengisian fpRoko Subagya
 
Petunjuk pengisian fp standar
Petunjuk pengisian fp standarPetunjuk pengisian fp standar
Petunjuk pengisian fp standarRoko Subagya
 
Administrasi pajak (ssp).pptx
Administrasi pajak (ssp).pptxAdministrasi pajak (ssp).pptx
Administrasi pajak (ssp).pptxPutri Apriliani
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktekhayatun nufus
 
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...Roko Subagya
 
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPD1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPNur Rina Martyas Ningrum
 
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang BendaharawanKewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang BendaharawanRoko Subagya
 
Kewajiban bendaharawan pemerintah
Kewajiban bendaharawan pemerintahKewajiban bendaharawan pemerintah
Kewajiban bendaharawan pemerintahRoko Subagya
 

Ähnlich wie PPN PEMUNGUT (20)

Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
 
Materi setelah uts
Materi setelah utsMateri setelah uts
Materi setelah uts
 
Indonesian Tax
Indonesian Tax Indonesian Tax
Indonesian Tax
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
 
KUP.pptx
KUP.pptxKUP.pptx
KUP.pptx
 
Materi 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptxMateri 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptx
 
Petunjuk pengisian fp
Petunjuk pengisian fpPetunjuk pengisian fp
Petunjuk pengisian fp
 
Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
Petunjuk pengisian fp standar
Petunjuk pengisian fp standarPetunjuk pengisian fp standar
Petunjuk pengisian fp standar
 
Administrasi pajak (ssp).pptx
Administrasi pajak (ssp).pptxAdministrasi pajak (ssp).pptx
Administrasi pajak (ssp).pptx
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktek
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1
 
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
 
Tgs pratikum
Tgs pratikumTgs pratikum
Tgs pratikum
 
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPD1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
 
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang BendaharawanKewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
 
Kewajiban bendaharawan pemerintah
Kewajiban bendaharawan pemerintahKewajiban bendaharawan pemerintah
Kewajiban bendaharawan pemerintah
 
5. Materi 6 PPN.pptx
5. Materi 6 PPN.pptx5. Materi 6 PPN.pptx
5. Materi 6 PPN.pptx
 

Mehr von karomah95

Sosialisasi E Faktur
Sosialisasi E FakturSosialisasi E Faktur
Sosialisasi E Fakturkaromah95
 
Tax Planning
Tax PlanningTax Planning
Tax Planningkaromah95
 
Pencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajakPencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajakkaromah95
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususkaromah95
 
Mahir pembukuan dollar
Mahir pembukuan dollarMahir pembukuan dollar
Mahir pembukuan dollarkaromah95
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet ckaromah95
 
International Taxation
International Taxation International Taxation
International Taxation karomah95
 
Pp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebasPp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebaskaromah95
 

Mehr von karomah95 (10)

Sosialisasi E Faktur
Sosialisasi E FakturSosialisasi E Faktur
Sosialisasi E Faktur
 
TOT Efaktur
TOT EfakturTOT Efaktur
TOT Efaktur
 
Tax Planning
Tax PlanningTax Planning
Tax Planning
 
Pencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajakPencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajak
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khusus
 
Mahir pembukuan dollar
Mahir pembukuan dollarMahir pembukuan dollar
Mahir pembukuan dollar
 
Mahir BUT
Mahir BUTMahir BUT
Mahir BUT
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet c
 
International Taxation
International Taxation International Taxation
International Taxation
 
Pp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebasPp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebas
 

Kürzlich hochgeladen

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 

PPN PEMUNGUT

  • 2.  Secara umum PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yg bersangkutan wajib membayar kpd PKP Penjual sbsr harga jual ditambah PPN yg terutang  Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tsb berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas negara oleh Pemungut PPN tsb. Dgn demikian, Pemungut PPN hanya membayar kpd PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN- nya (10%) disetor langsung ke kas negara. Mekanisme
  • 3. 1) Pajak yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. 2) Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan pajak oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Pasal 16A UU PPN
  • 4.  Pasal 1 UU PPN angka (27) : Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara Pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah tersebut.  Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 Tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah Dan Kantor Perbendaharaan Dan Kas Negara Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2010 Tentang Penunjukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama Pengusahaan Minyak Dan Gas Bumi Dan Kontraktor Atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 stdtd PMK-136/PMK.03/2012 tentang penunjukan BUMN untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM serta tata cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan.  Badan Usaha Tertentu (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.03/2015 dan Lampirannya) yang berlaku sejak 1 April 2015. Dasar Hukum
  • 5.  Setelah diundangkan Undang Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, terjadi pergeseran terminologi dan fungsi pejabat pengelola APBN sehingga dilakukan redifinisi yang dengan sendirinya mempengaruhi terminologi yang digunakan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pasal 1 angka 11 Peraturan Dirjen Pajak No PER-147/PJ./2006 dirumuskan pengertian bendaharawan pemerintah sebagai berikut :  Bendaharawan Pemerintah adalah : ◦ Bendahara Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah yaitu Pejabat yang mengeluarkan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; atau ◦ Penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) yaitu Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran, menguji tagihan kepada negara dan menandatangani SPM, yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran. Bendahara Pemerintah
  • 6.  Pemungut Pajak Pertambahan Nilai yang melakukan pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah atas nama Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang.  Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pembayaran melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak yang telah dipungut oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dimaksud.  Dalam jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara termasuk jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang. Kewajiban Pemungut
  • 7.  Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;  Pembayaran untuk pembebasan tanah;  Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;  Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak oleh PT (PERSERO) PERTAMINA;  Pembayaran atas rekening telepon;  Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan; atau  Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Catatan : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang sehubungan dengan pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum PPN dan PPnBM Tidak Dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah Dalam Hal :
  • 8. Contoh 1 : Harga jual 769.231 PPN 10% 76.923 PPn BM 20% 153.846 Jumlah pembayaran 1.000.000 PPN dan PPn BM tidak dipungut Bendaharawan Pemerintah melainkan dipungut oleh PKP Rekanan selaku pihak yang menyerahkan BKP, sehingga Bendaharawan Pemerintah membayar Rp1.000.000 termasuk PPN dan PPn BM Contoh 2 : Harga jual 950.000 PPN 10% 95.000 Jumlah pembayaran 1.045.000 Karena pembayaran termasuk PPN melebihi Rp1.000.000 maka Bendaharawan Pemerintah wajib memungut PPN sebesar Rp95.000 dengan cara memotong dari jumlah pembayaran tersebut Contoh :
  • 9.  Pemungutan Pajak Pertumbuhan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dilakukan pada saat pembayaran dengan cara pemotongan secara langsung dari tagihan Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah.  Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya bulan terjadinya pembayaran tagihan.  Dalam hal hari ketujuh jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Tata Cara Pemungutan
  • 10.  Bendaharawan Pemerintah wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut dan disetor ke Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara setempat, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya bulan dilakukan pembayaran tagihan.  Pelaporan pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Tata Cara Pelaporan
  • 11.  Jika kewajiban tidak dilaksanakan maka Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara wajib menolak permintaan pembayaran berikutnya yang diajukan Bendaharawan Pemerintah  Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara wajib menyampaikan daftar Bendaharawan Pemerintah yang berada dalam wilayah kerjanya beserta daftar perubahannya setiap 3 (tiga) bulan kepada Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak Kantor Perbendaharaan Dan Kas Negara KPKN
  • 12. Mekanisme Pemungutan PPN atau dan PPnBM 1) Dalam jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah termasuk jumlah pajak yang terutang. 2) pada saat PKP Rekanan mengajukan tagihan, wajib membuat: a) Faktur Pajak dan SSP, dengan ketentuan Faktur Pajak diisi dengan lengkap rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan : - lembar ke-1 untuk Bendaharawan pemerintah sebagai Pemungut PPN - lembar ke-2 untuk arsip PKP Rekanan - lembar ke-3 untuk KPP melalui Bendaharawan Pemerintah. Oleh Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan, pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap “Disetor tanggal ……..” dan ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah yang bersangkutan. Oleh KPPN yang melakukan pemungutan untuk kepentingan Bendaharawan Pemerintah, pada setiap lembar Faktur Pajak dicantumkan “nomor dan tanggal advis SPM”. b) SSP yang diisi adalah kolom identitas dan jumlah pajak terutang, sedangkan kolom lainnya tidak perlu diisi. Adapun jumlah lembar SSP dibuat rangkap 5 (lima). Setelah PPN dan PPnBM, atau PPN yang terutang disetor ke bank persepsi atau kantor pos, SSP tersebut didistribusikan : - lembar ke-1 untuk PKP Rekanan - lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak - lembar ke-3 untuk PKP Rekanan, akan dilampirkan pada SPT Masa PPN - lembar ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos. - lembar ke-5 untuk pertinggal Bendaharawan Pemerintah. Pada setiap lembar SSP ini oleh KPPN yang melakukan pemungutan pajak untuk kepentingan Bendaharawan Pemerintah dibubuhi “nomor dan tanggal advis SPM”. pada SSP lembar ke-1 dan lembar ke-2 dibubuhi cap “TELAH DIBUKUKAN” oleh KPPN. 3) Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM.
  • 13. 4) Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran; 5) Penyetoran Pajak yang dipungut. Pajak yang dipungut oleh Bendaharawan selaku Pemungut PPN wajib disetor ke kas negara pajak yang dipungut paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan. Dalam hal tanggal penyetoran jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. 6) Pelaporan pajak yang telah dipungut dan disetor. Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM atau PPN wajib menyampaikan laporan kepada KPP tempat Bendaharawan Pemerintah terdaftar dengan menggunakan formulir “Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut PPN Formulir 1107PUT” yang dibuat dalam rangkap 2 (dua) paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan, yang masing-masing diperuntukkan sebagai berikut : - lembar ke-1, dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3 untuk KPP ; - lembar ke-2, untuk arsip Bendaharawan Pemerintah. Mekanisme Pemungutan PPN atau dan PPnBM
  • 16.  Bendahara SD Negeri X pada bulan April melakukan pengeluaran sebagai berikut: 1. Pembayaran untuk pembelian ATK dari PT GRAMEDIA Rp400.000 2. Pembayaran jasa pemborong kepada PT KONTRUKSINDO untuk pembangunan gedung kelas baru senilai Rp50.000.000 3. Pembayaran tagihan telepon kepada PT TELKOM sebesar Rp1.500..000 4. Pembayaran untuk pengadaan buku pelajaran umum kepada PT PENERBIT ERLANGGA Rp30.000.000  Jelaskan aspek pemungutan PPN atas pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara SD Negeri X Kasus
  • 17.  PT Batavia Computindo adalah rekanan dari Pemda Kota Depok, telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Jakarta Tanjung Priok dengan NPWP : 01.234.567.8-072.000. Pada tahun anggaran 2011 PT Batavia Computindo mendapat proyek pengadaan komputer untuk Pemda Kota Depok. Sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) tanggal 27 Februari 2011 nilai kontrak sebesar Rp80.000.000 termasuk PPN. Penyerahan barang dilakukan PT Batavia Computindo tanggal 10 Maret 2011, sedangkan realisasi pembayaran baru diterima tanggal 7 April 2011.  Jelaskan kewajiban terkait PPN yang harus dipenuhi oleh PT Batavia Computindo selaku rekanan  Jelaskan kewajiban terkait PPN yang harus dipenuhi oleh Bendahara Pemda Kota Depok selaku Pemungut PPN Kasus
  • 18.  Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin adalah:  kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan  kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi,  yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.  Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai KONTRAK KERJA SAMA PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DAN KONTRAKTOR ATAU PEMEGANG KUASA/PEMEGANG IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI PMK-11/PMK.03/2005 stdd. PMK-73/PMK.03/2010
  • 19.  Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Rekanan kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin. Kontraktor/Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Sebagai Pemungut
  • 20.  Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak.  Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak selain terutang Pajak Pertambahan Nilai juga terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah, maka jumlah Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang harus dipungut oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin adalah sebesar tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak. Kontraktor/Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Sebagai Pemungut
  • 21. a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00(sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah; b. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; c. pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero); d. pembayaran atas rekening telepon; e. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan; dan/atau f. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Rekanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. PPN dan PPnBM Tidak Dipungut oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin dalam hal:
  • 22.  Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin  Faktur Pajak harus dibuat pada saat:  penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;  penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau  penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Kewajiban Rekanan Sebagai Pemungut
  • 23.  Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan paling lama pada saat:  penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;  penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau  penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.
  • 24.  Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin wajib menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Kantor Pos/Bank Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.  Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin terdaftar paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.  Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
  • 25. Mulai tanggal 1 Juli 2012, BUMN ditunjuk sebagai Pemungut PPN. Dengan demikian, PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh PKP Rekanan kepada BUMN yang memenuhi ketentuan sebagai Pemungut PPN wajib dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh BUMN Kriteria BUMN Yang Ditunjuk Sebagai Pemungut PPN • Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. • BUMN yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu badan usaha yang paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, tidak termasuk anak perusahaan dan joint operation atau bentuk kerja sama lainnya. • Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan saham yang menyebabkan suatu badan usaha tidak lagi memenuhi kriteria sebagai BUMN, maka terhitung sejak tanggal akta yang menyatakan perubahan kepemilikan tersebut, badan usaha yang bersangkutan secara otomatis tidak lagi ditunjuk menjadi Pemungut PPN. Namun demikian, kewajiban menyetor dan melaporkan PPN dan PPnBM yang telah dipungut dalam Masa Pajak yang bersangkutan tetap dilakukan sebagaimana mestinya. • Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan saham yang menyebabkan suatu badan usaha menjadi memenuhi kriteria sebagai BUMN, maka terhitung sejak tanggal akta yang menyatakan perubahan kepemilikan tersebut, badan usaha dimaksud secara otomatis ditunjuk menjadi Pemungut PPN dan melakukan kewajiban sebagai Pemungut PPN. Badan Usaha Milik Negara PMK-85/PMK.03/2012 stdd PMK-136/PMK.03/2012
  • 26.  pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah- pecah  pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN  pernbayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero);  pembayaran atas rekening telepon  pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh BUMN dalam hal :
  • 27. • PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari BUMN kepada BUMN tidak dikecualikan dari pemungutan oleh Pemungut PPN, sehingga BUMN yang menerima penyerahan BKP dan/atau JKP tetap melakukan kewajiban pemungutan PPN • Demikian juga atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari BUMN kepada Pemungut PPN selain BUMN, PPN dan PPnBM yang terutang tetap dipungut oleh Pemungut PPN yang menerima penyerahan BKP dan/atau JKP. • Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada BUMN, Faktur Pajak yang dibuat oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”) , SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan • BUMN wajib menyetorkan PPN/PPnBM yang telah dipungut ke Kantor Pos/Bank Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir • Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan dengan menggunakan formulir "SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN" (SPT 1107 PUT) yang wajib disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT