1. TUGAS KULIAH II5160
EVOLUSI JARINGAN AKSES
DI ERA KONVERGENSI
OBRINA CANDRA (NIM : 23211030)
PROGRAM MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
2. 2
ABSTRAK
Jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan akses (access network) dan jaringan
inti (core network). Jaringan akses menyediakan UNI (user-network interface)
ke node pelanggan, sementara jaringan inti menyediakan layanan
telekomunikasi dan transportasi antar jaringan akses. Jaringan akses terhubung
ke setiap layanan dalam jaringan inti melalui SNI (service node interface).
Kecenderungan saat ini (dan ke depan) adalah konvergensi layanan informasi.
Konvergensi layanan informasi adalah bersatunya layanan dalam jaringan
telekomunikasi, teknologi informasi, dan jaringan komputer, dimana penyediaan
atau pelayanan jasa telekomunikasi dapat dilakukan melalui media apa saja,
termasuk TV, radio dan multimedia. Tulisan ini berisi kajian atas perkembangan
teknologi jaringan akses dari masa ke masa menyesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan manusia. Kajian dibatasi seputar perkembangan teknologi
jaringan akses sebagai pendukung layanan multimedia berdasarkan standar
International Telecommunication Union ITU-T G.902 dan hasil Study Group
ITU-T SG-13. Di akhir tulisan akan dikaitkan perkembangan teknologi jaringan
akses dengan kecenderungan trend konvergensi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di era global saat ini, khususnya dalam mendukung layanan
multimedia.
Kata kunci : telekomunikasi, access network, konvergensi, ITU, multimedia.
3. 3
BAB I PENDAHULUAN
Telekomunikasi adalah entitas yang tumbuh pesat menjadi kebutuhan
hidup sebagian besar manusia. Peranan telekomunikasi dalam pembangunan
peradaban umat manusia pun semakin terlihat. Manusia semakin tergantung
pada telekomunikasi dan layanannya dalam menjalankan rutinitas sehari-hari.
Bahkan bagi sebagian orang, kualitas hidup dan eksistensinya bergantung pada
teknologi telekomunikasi tersebut. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi
telekomunikasi yang telah tumbuh menggurita sampai saat ini dan akan terus
berkembang dimasa-masa yang akan datang.
Kebutuhan akan telekomunikasi di masa datang pun akan semakin
kompleks seiring dengan meningkatnya kemampuan rekayasa teknologi
informasi dan adanya permintaan dari masyarakat sebagai pengguna sekaligus
pelanggan telekomunikasi. Permintaan masyarakat itu sendiri tidak lepas dari
kemudahan yang terus ditawarkan oleh teknologi, sehingga paradigma
masyarakat perlahan-lahan berubah mengenai telekomunikasi itu sendiri. Jika
sebelumnya masyarakat memandang penyampaian informasi utama adalah
melalui suara/voice, maka sekarang masyarakat memandang pertukaran
informasi sudah “harus bisa” semakin variatif yaitu berupa teks, gambar, video,
dan lain sebagainya. Ke depan, bukan tidak mungkin ekspektasi dan tuntutan
(demand) dari pengguna adalah pertukaran informasi yang menantang panca
indera lain seperti aroma (scent), peraba, dan lain-lain.
Selain itu, paradigma pengguna telekomunikasi new age juga menuntut
pertukaran informasi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (ubiquitous).
Umumnya tipikal pengguna seperti ini menuntut ketersediaan informasi dan
fasilitas komunikasi pada level tinggi di belahan bumi manapun. Hal ini yang
mendorong industri teknologi dan telekomunikasi berkreasi dan berinovasi
menciptakan teknologi yang memungkinkan layanan everytime, everywhere
dikombinasikan dengan prinsip all in one device. Produk dan jasa dari penyedia
layanan telekomunikasi terus memberikan layanan kepada pelanggannya untuk
4. 4
dapat mencapai kehidupan yang lebih mudah, akses komunikasi cepat dan
kapasitas pengiriman data lebar dengan harga yang terjangkau.
Gambar 1. Kecenderungan Telekomunikasi
(gambar diambil dari Presentasi Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), 2009)
Seperti terlihat pada gambar 1, layanan dari penyedia jasa
telekomunikasi berkembang sesuai perkembangan kecepatan transfer data dan
aplikasi yang dapat berjalan dalam teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain,
layanan telekomunikasi berkembang seiring dengan kemampuan teknologi yang
memfasilitasinya, hal ini yang dinamakan kecenderungan telekomunikasi
terhadap teknologi. Evolusi pengiriman informasi dalam telekomunikasi terjadi
sesuai infrastruktur dan layanan yang dapat diberikan oleh penyedia jasa, mulai
dari informasi berupa teks, suara, gambar, data sampai dengan streaming data.
5. 5
1.1. Kondisi Telekomunikasi Saat Ini
Sebagian besar infrastruktur telekomunikasi dunia saat ini masih
menggunakan circuit switching network dalam menghubungkan node antara
satu pengguna dengan pengguna lainnya. Teknologi ini menghubungkan satu
kanal sambungan telepon dengan kanal yang lain (wireline), atau dari satu
frekuensi dengan frekuensi yang lain (wireless). Teknologi ini memang dapat
menjamin keandalan dalam berkomunikasi satu sama lain, namun efek
sampingnya, teknologi ini memerlukan cost yang tinggi baik dalam operasional
maupun modal infrastruktur. Selain itu, teknologi ini juga tidak efisien, misalnya
dalam hal sumber daya frekuensi yang dipakai sehingga pengguna
telekomunikasi pun dibatasi dengan ketersediaan frekuensi yang dapat
dialokasikan. Kekurangan lain teknologi ini adalah sulit untuk dikembangkan
menjadi layanan-layanan kreatif, kalaupun bisa memerlukan waktu yang relatif
lama karena tingkat kesulitan yang tinggi.
Teknologi lain yang mulai dikembangkan dalam telekomunikasi adalah
packet switching network. Metode ini membagi resource yang digunakan dalam
berkomunikasi menjadi paket-paket data yang memiliki ukuran tertentu, untuk
kemudian paket tersebut dikirimkan ke alamat yang dituju. Keunggulan
teknologi ini adalah mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh
metode circuit switching. Teknologi packet switching dikombinasikan dengan
protokol TCP/IP dalam jaringan internet merupakan solusi teknologi yang cost-
friendly karena tidak perlu membangun infrastruktur lagi, cukup meningkatkan
infrastruktur internet yang sudah ada. Teknologi telekomunikasi berbasis packet
switching dan internet inilah yang akan menjadi pembuka jalan konvergensi
antara teknologi informasi dan telekomunikasi. Dengan teknologi ini
memungkinkan terciptanya jaringan informasi yang konvergen dan berkualitas.
Dengan teknologi telekomunikasi berbasis internet memungkinkan
pertukaran informasi dimana saja dan kapan saja (everywhere anytime) karena
praktis hampir di seluruh dunia telah memiliki akses internet dan layanan yang
diberikan adalah full time selama 24 jam (tergantung infrastruktur TI). Selain itu,
dengan teknologi ini juga menjadi solusi terhadap prinsip all in one device,
6. 6
dimana pengguna hanya cukup menggunakan 1 (satu) perangkat saja untuk
mengakses internet sudah dapat melakukan semua hal mulai dari mengakses
informasi sampai melakukan telekomunikasi.
1.2. Konvergensi Teknologi Informasi dan Telekomunikasi
Internet merupakan media (platform) yang menjadi jembatan dalam
melewatkan data dengan menggunakan teknologi berbasis internet protokol (IP),
keberadaannya mengubah arah dunia kearah konvergensi. Konvergensi
merupakan integrasi yang progresif dari beberapa platform jaringan yang
berbeda untuk menyalurkan layanan yang serupa dan atau layanan-layanan yang
berbeda yang disalurkan pada platform jaringan yang sama [1]. Konvergensi
sering juga diartikan sebagai bersatunya layanan telekomunikasi, teknologi
informasi, dan penyiaran. Dalam era globalisasi, tidak hanya antar perangkat
telekomunikasi seperti telepon tetapi juga menggabungkan teknologi komputer
dan sistem informasi menjadi sebuah kesatuan utuh untuk mendukung
interkoneksi sesuai kebutuhan penggunanya.
Pada Gambar 2 diperlihatkan bahwa pada jaringan yang telah mengalami
konvergensi terdapat beberapa entitas organisasi yaitu Terminal, Network dan
Service. Terminal merupakan perangkat telekomunikasi disisi pengguna layanan
(end-user) yang digunakan untuk mengakses jaringan, dapat berupa telepon,
komputer, netbook, telepon selular atau sistem embedded lain. Entitas Jaringan
(Network) merupakan media telekomunikasi berbasis Internet Protokol dimana
Service (aplikasi layanan) berupa data dapat berjalan.
7. 7
Gambar 2. Jaringan Konvergen
Jaringan telekomunikasi yang konvergen memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakan dengan sebagian besar jaringan sebelumnya, ciri-ciri tersebut
adalah :
a. Jaringan transport dan akses semua berbasis IP atau packet switching
network.
b. Aplikasi/layanan terpisah dengan jaringan transport yaitu terletak di
device masing-masing.
c. Jaringan bersifat terbuka sehingga memungkinkan setiap orang untuk
terhubung dengan jaringan secara cepat.
d. Jaringan pita lebar (broadband), yaitu penggunaan medium yang
memiliki bandwidth saluran yang besar sehingga mempunyai kecepatan
transfer data yang tinggi.
8. 8
e. Jaringan bisa diakses dari mana saja dan kapan saja (tergantung
infrastruktur internetnya).
Di sisi pengguna, perbedaan paling mencolok yang bisa dirasakan antara
jasa telekomunikasi layanan konvensional dengan layanan konvergen adalah :
a. Informasi yang diperoleh bersifat multimedia/konvergen yaitu
terintegrasi antara format suara, teks, gambar, video, streaming dan lain-
lain.
b. Skema pentarifan saat ini yang berdasarkan waktu dan jarak komunikasi
akan menjadi berdasarkan volume pembicaraan (byte).
c. Pada tahap awal pembangunan, kualitas layanan akan terasa lebih buruk
dengan teknologi sebelumnya namun akan membaik seiring dengan
bertambahnya kapasitas saluran transmisi.
1.3. Keuntungan Konvergensi
Bergabungnya teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi dalam
platform internet diharapkan menjadi solusi terhadap kesenjangan informasi dan
memberikan keuntungan bagi operator dan pelanggan jasa telekomunikasi.
Konvergensi dapat menjadikan jarak yang dipisahkan oleh kondisi sosial dan
geografis saat ini menjadi tanpa jarak dan equal. Beberapa keuntungan dari
teknologi konvergensi ini antara lain :
1.3.1. Tarif Telekomunikasi.
Saat ini, tarif beberapa layanan telekomunikasi dirasa sangat
memberatkan masyarakat sebagai pengguna jasa telekomunikasi,
terutama layanan yang masih berbasiskan circuit switching seperti jasa
telepon kabel dan telepon seluler. Dengan adanya konvergensi dalam
bidang telekomunikasi dan informasi ini, diharapkan biaya operasional
(operational expenditure) dan infrastruktur (capability expenditure)
dalam telekomunikasi dan informasi bisa ditekan. Jika hal itu terjadi,
maka akan berdampak pada menurunnya biaya telekomunikasi yang
harus dibayarkan oleh pengguna dalam hal ini masyarakat.
9. 9
1.3.2. Daya Jangkau
Dengan kondisi geografis yang terpisah jarak dan lautan,
pembangunan infrastruktur telekomunikasi memiliki tantangan
tersendiri. Infrastruktur telekomunikasi kabel dapat dikatakan kurang
efisien dalam menjangkau daerah-daerah terpencil yang susah diakses
jalan darat. Medium transmisi satelit dan terrestrial dirasa mampu
mengatasi masalah yang timbul jika menggunakan transmisi kabel. Itulah
sebabnya lonjakan pengguna telekomunikasi di segmen telepon seluler,
pengguna semakin meninggalkan sarana telekomunikasi dengan medium
kabel (wireline). Berkaitan dengan konvergensi IT dan telekomunikasi,
pesatnya pembangunan infrastruktur seluler di daerah-daerah terpencil
akan sangat menguntungkan. Selain dari sisi penggunaan
telekomunikasi, layanan-layanan yang berkaitan dengan informasi pun
akan dapat didapat dengan cepat dan berkualitas. Semakin luasnya
infrastruktur telekomunikasi selular menjadikan penggunaan internet
yang semakin luas.
10. 10
BAB II PEMBAHASAN
Jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan akses (access network) dan
jaringan inti (core network). Jaringan akses menyediakan jalur komunikasi ke
pelanggan, sementara jaringan inti menyediakan layanan telekomunikasi dan
transportasi antar jaringan akses. Jaringan Akses didefinisikan sebagai seluruh
jaringan transmisi yang menghubungkan pengguna (user node) dan layanan
telekomunikasi (service node). Antara service node dan jaringan akses
menggunakan interface layanan (SNI) dan antara jaringan akses dan user node
menggunakan interface pengguna (UNI). Jaringan akses lokal adalah media
transmisi yang disediakan untuk hubungan dari penyedia layanan
telekomunikasi ke pelanggan, contohnya seperti sentral telepon otomat (STO)
PT. Telkom. Sementara media transmisi penghubung antar sentral biasa dikenal
dengan istilah jaringan trunk atau jaringan backbone. Untuk lebih jelasnya,
gambar 3 menunjukkan skema jaringan telekomunikasi yang terdiri atas user,
jaringan akses (access network), jaringan inti (core networks), dan penyedia
layanan (service provider).
Gambar 3. Skema Jaringan Telekomunikasi
11. 11
Berdasarkan jenis media transmisi, PT TELKOM membagi jaringan
lokal akses ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
b. Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (JARLOKAF)
c. Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR)
Dengan melihat perkembangan teknologi jaringan akses, terdapat
teknologi akses yang menggunakan media transmisi campuran atau dikenal
dengan istilah hybrid seperti kombinasi jaringan akses fiber optik dengan
jaringan coaxial dan jaringan fiber optik dengan jaringan kabel tembaga.
Teknologi yang berkembang di jaringan akses saat ini antara lain:
a. Teknologi berbasis Jarlokat : ISDN, xDSL
b. Teknologi berbasis Jarlokaf : PON, AON, DLC.
c. Teknologi berbasis Jarlokar : PHS, DECT, WLAN, Wireless DSL.
d. Teknologi Hybrid : HFC, DLC, remote DSLAM dan MSOAN.
2.1. International Telecommunication Union
International Telecommunication Union (ITU) adalah organisasi nirlaba
yang dibentuk oleh United Nations (UN) untuk mengurusi bidang
telekomunikasi dalam skala internasional. ITU-T (Telecommunication
Standardization Sector) adalah bagian tak terpisahkan dari ITU yang khusus
menangani standarisasi metode telekomunikasi agar bisa digunakan secara
sinergis di seluruh dunia. Keanggotaan ITU dan ITU-T bersifat terbuka dari
pemerintahan, peneliti dan akademisi dari berbagai negara. ITU-T bertugas
mengkaji standar telekomunikasi baik secara teknis, operasional dan pentarifan
jasa telekomunikasi. Badan ini mengadakan World Telecommunication
Standardization Conference (WTSC), tiap empat tahun sekali yang
mengumpulkan semua study group di bawah ITU-T untuk membahas dan
mengkaji tiap rekomendasi standar yang telah dihasilkan oleh masing-masing
study group. ITU-T Recommendation nomor G.902 tentang Access Networks
12. 12
dibuat oleh study group 13 (antara tahun 1993-1996) dan disetujui oleh WTSC
Resolution No. 1 tanggal 2 Nopember 1995.
2.2. Pengenalan Jaringan Akses
Menurut standar ITU-T, peran dan fungsi jaringan akses harus dilihat
dari sudut pandang jaringan telekomunikasi secara keseluruhan. Suatu jaringan
telekomunikasi meliputi seluruh entitas jaringan (peralatan, tempat, sumber
daya) yang bersama-sama menyediakan service telekomunikasi antara tempat
satu dengan yang lainnya. Jaringan akses menyediakan sarana dan prosedur agar
pengguna mendapatkan akses terhadap service telekomunikasi yang disediakan.
Jaringan akses hanya terbatas pada hubungan antara user interface dengan
jaringan inti.
Batasan jaringan akses dalam jaringan telekomunikasi terdiri dari
jaringan akses yang terhubung ke Service Node (SN) melalui Service Node
Interface (SNI) dan kemudian terhubung ke jaringan inti melalui interface
tertentu (sebut saja Q3). Gambar 3 dibawah ini menunjukkan relasi antara
jaringan akses, SN, dan jaringan inti dalam suatu jaringan telekomunikasi.
Gambar 4. Batasan Jaringan Akses menurut ITU-T G.902
13. 13
2.3. Arsitektur Jaringan Akses
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci tentang suatu jaringan
akses, lihat gambar 4 yang menunjukkan arsitektur dari suatu jaringan akses
yang di standarkan oleh ITU-T G.902. Arsitektur jaringan akses harus memiliki
5 fungsi, yaitu User Port Function (UPF), Service Port Function (SPF), Core
Function (CF), Transport Function (TF) dan Access Network-System
Management Function (AN-SMF).
Gambar 5. Arsitektur Jaringan Akses menurut ITU-T G.902
a. User Port Function (UPF) mengakomodir sifat-sifat unik dari UNI agar
dapat berinteraksi dengan fungsi inti (CF) dan fungsi manajemen (AN-
SMF). Beberapa tugas dari UPF adalah : aktivasi dan deaktivasi layanan
UNI, mengubah sinyal, pengecekan UNI, dan lain-lain.
b. Service Port Function (SPF) mengakomodir sifat-sifat unik dari SNI agar
dapat berinteraksi dengan CF dan AN-SMF. Beberapa fungsi dari SPF
adalah : aktivasi/deaktivasi SNI, memetakan layanan yang diberikan SNI
ke untuk diinformasikan ke CF, memetakan protokol yang digunakan
oleh SNI tertentu, pengecekan SNI, dan lain-lain.
14. 14
c. Core Function (CF) terletak antara UPF dan SPF untuk mengakomodir
karakteristik user port dan service port, termasuk protokol yang
digunakan sebagai transport pada jaringan akses. CF dapat
didistribusikan sesuai kebutuhan dalam suatu jaringan akses. Beberapa
fungsi CF adalah : mengantarkan sinyal, melaksanakan asynchronous
transfer mode, dan lain-lain.
d. Access Network System Management Function (AN-SMF)
mengkoordinasikan kinerja dan operasional dari UPF, SPF, dan CF
didalam jaringan akses. Beberapa funngsi yang dilakukan AN-SMF
antara lain : konfigurasi dan kontrol, deteksi kesalahan, mengumpulkan
informasi kinerja sistem, manajemen sumber daya, dan lain-lain.
e. Transport Function (TF) menyediakan jalur transmisi antar komponen
fungsi dalam jaringan akses sekaligus sebagai media yang
menghubungkan ke media transmisi yang digunakan oleh jaringan inti.
Beberapa fungsi dari TF adalah : fungsi multiplexing, fungsi cross-
connect, media fisik (physical layer), dan lain-lain.
Pada gambar 5 menunjukkan contoh penggambaran fungsi jaringan akses
pada user network interface (UNI) yang melayani berbagai platform
telekomunikasi sehingga memerlukan multiplexing pada TF. Dalam hal ini untuk
layanan Public Switched Telephone Network (PSTN) dan Integrated Services
Digital Network (ISDN).
15. 15
Gambar 6. Contoh Multiple Jaringan Akses menurut ITU-T G.902
Dikatakan dalam ITU-T G.902, bahwa standar yang dibuat oleh study
group 13 ini dirancang agar access network dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan evolusi teknologi telekomunikasi di masa mendatang.
Standar access network akan mengakomodir teknologi transport dan switching
yang berbeda-beda.
Walaupun kecenderungan infrastruktur telekomunikasi saat ini
menggunakan fiber optik sebagai media transmisi, namun dalam mendesain
standar access network, ITU-T mengadaptasi media transmisi selain fiber optik
dengan baik. Dari segi kecepatan trasnmisi juga menjadi perhatian bagi konsep
standarisasi access network. Access network akan mampu mendukung berbagai
tipe akses dan kecepatan transfer data sampai dengan broadband dan
pengembangannya. Dengan kata lain, konsep access network memiliki
karakteristik fleksibilitas terhadap berbagai jenis akses dan transmisi data di
masa depan.
16. 16
2.4. Jenis-Jenis Jaringan Akses
Di bagian awal bab II telah dibahas sekilas tentang pembagian jaringan
akses oleh PT. Telkom dilihat dari media transmisi. Dalam sudut pandang
peneliti dan perekayasa di bidang telekomunikasi, jaringan akses juga terbagi
berdasarkan medium transmisinya menjadi jaringan akses tetap (fixed networks),
jaringan akses bergerak (mobile networks), dan jaringan akses nirkabel (wireless
networks).
2.4.1. Fixed Networks
Fixed networks adalah suatu jaringan akses yang melalui sebuah
medium padat, baik melalui kabel tembaga maupun fiber optik. Fixed
networks relatif menghabiskan biaya investasi yang lebih murah daripada
jaringan selular dan memiliki kualitas yang lebih baik karena rendahnya
distorsi dan noise. Fixed networks digunakan jika kualitas dan kecepatan
transmisi menjadi prioritas dalam jaringan yang akan dibuat. Komunikasi
melalui Fixed networks juga relatif lebih aman, karena tidak dapat
disadap atau dicuri dengar tanpa akses fisik ke jaringan.
Fixed networks ada juga yang tidak menggunakan kabel, disebut
fixed wireless access (FWA) atau sering disebut telepon tetap nirkabel.
FWA juga dikenal dengan Radio in the Local Loop (RLL) atau Wireless
Local Loop (WLL). FWA menggunakan medium wireless sebagai
pengganti kawat tembaga pada sebagian lingkaran dalam (local loop)
jaringan aksesnya. Pada dasarnya, FWA memiliki sistem yang hampir
sama dengan mobile selular. FWA menggunakan konfigurasi selular
dengan adanya base station dan terminal station mencakup area yang
terbatas. Namun, bagaimanapun juga FWA berbeda dengan sistem
selular mobile wireless access (MWA) terutama pada berbagai jenis
pelayanan yang disediakan, skenerio penggelaran, penggunaan frekuensi
dan manajemen frekuensinya. FWA hanya sebatas menyediakan jaringan
akses nirkabel pengganti wireline untuk fixed user.
17. 17
Contoh FWA di Indonesia adalah Ratelindo, Esia Home Phone,
dan Telkom Flexi. Ketiga produk menawarkan layanan handset wireless
yang hampir setara dengan GSM menggunakan teknologi CDMA 2001x.
Produk tersebut diperuntukkan umtuk menggantikan fixed-phone di
daerah-daerah yang sulit dijangkau dan tidak memungkinkan untuk
membangun kabel PSTN. Namun, pada kenyataannya digunakan pula di
perkotaan yang sebenarnya dapat menggunakan kabel PSTN.
2.4.2. Mobile Networks
Pembahasan tentang mobile networks hampir tidak bisa terlepas
dari evolusi teknologi jaringan telepon selular. Dari tahun ke tahun,
teknologi jaringan mobile telah mengalami perkembangan mulai dari
sistem analog hingga ke sistem digital. Perkembangan ini dikategorikan
menjadi beberapa standar teknologi di setiap generasi, yaitu:
Teknologi 1G
Generasi pertama jaringan mobile menggunakan teknologi
nirkabel analog, dimana setiap kanal voice mempunyai pita frekuensi
sempit yang dibagi-bagi menggunakan teknologi Frequency
Division Multiple Access (FDMA). Teknologi mobile pertama ini
berkembang sebelum tahun 1997 dan mencapai sukses yang luar biasa.
Pada akhir tahun 1997, jumlah pengguna jaringan mobile di seluruh
dunia telah mencapai 210 juta dan di akhir tahun 2001 diperkirakan
mencapai 700 juta, sehingga spektrum pita frekuensi radio yang tersedia
tidak lagi mencukupi untuk mengakomodasi jumlah pengguna
jaringan mobile yang terus bertambah.
Kelebihan : Teknologi 1G hanya dapat bisa melayani komunikasi suara
saja tidak dapat melayani komunikasi data dalam
kecepatan tinggi dan besar.
Kelemahan : Penggunaan teknologi analog menyebabkan banyak
keterbatasan yang dimiliki 1G seperti kapasitas trafik yang
18. 18
kecil, jumlah pelanggan yang dapat ditampung dalam satu
sel sedikit, dan penggunaan spektrum frekuensi yang boros
karena satu pengguna menggunakan satu buah kanal
frekuensi.
Teknologi 2G
Evolusi teknologi mobile selanjutnya adalah perubahan dari teknologi
nirkabel analog menjadi teknologi nirkabel digital, dimana setiap kanal
frekuensi yang lebih lebar dibagi menjadi celah waktu periodik (Time
Division Multiple Access, TDMA). Ini berarti bahwa beberapa panggilan
dapat dilakukan menggunakan kanal frekuensi yang sama pada setiap
satuan waktu tertentu, sehingga memungkinkan layanan untuk jumlah
pengguna yang lebih besar. Standar teknologi yang terkenal pada
generasi ini adalah standar GSM (Global System for Mobile
communication) yang tidak hanya menggunakan teknologi nirkabel
digital, tapi juga meletakkan dasar-dasar jelajah internasional
(international roaming), sehingga pengguna GSM dapat membuat dan
menerima panggilan dari terminal telepon mobile miliknya pada saat
melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lain.
Kelebihan : 2G selain digunakan untuk komunikasi suara, juga bisa untuk
SMS (Short Message Service ), voice mail, call waiting, dan
transfer data dengan kecepatan maksimal 9.600 bps (bit per
second). Kecepatan sebesar itu cukup untuk mengirim SMS,
download gambar, atau ringtone MIDI. Suara yang
dihasilkan juga lebih jernih, karena berbasis digital, maka
sebelum dikirim sinyal suara analog diubah menjadi sinyal
digital. Perubahan ini memungkinkan dapat diperbaikinya
kerusakan sinyal suara akibat gangguan noise atau
interferensi frekuensi lain. Perbaikan dilakukan di penerima,
kemudian dikembalikan lagi dalam bentuk sinyal analog,
efisiensi spektrum/ frekuensi juga menjadi meningkat yang
ditunjukkan dengan kemampuan kompresi dan coding data
digital.
19. 19
Kelemahan : Kecepatan transfer data masih rendah. Tidak efisien untuk
lalu lintas data rendah. Jangkauan jaringan masih terbatas dan
sangat tergantung oleh adanya BTS (base trasnmission
station).
Teknologi 2.5G atau 2G+
Teknologi GSM terus berkembang dan memberikan suatu kelompok
layanan suara dan data yang kaya akan fitur, sehingga muncullah
standar baru yaitu standar GPRS (General Packet Radio Service) yang
memungkinkan layanan jaringan data yang selalu siap pakai, dengan
kapasitas lebih tinggi, dan dapat mengakses content layanan
berbasis internet atau komunikasi PSD (Packet Switch Data).
Sedangkan yang berbasis CDMA di implementasikan dalam CDMA 2000
1x. Merupakan teknologi pengembangan dari CDMAone dengan
penambahan kemampuan pada layanannya dan beroperasi di frekuensi 400
MHz, 800 MHz, 900 MHz, 1700 MHz, 1800 MHz, 1900 MHz, dan 2100
MHz (khusus di Indonesia beroperasi pada 800 Mhz dan 1900 Mhz).
Pada periode ini juga diperkenalkan WAP (Wireless Application
Protocol), yaitu suatu protokol aplikasi yang memungkinkan Internet
dapat diakses melalui telepon selular. WAP membawa informasi
secara online melewati Internet langsung menuju ke telepon selular atau
klien WAP lainnya.
Kelebihan : 2,5G sudah dapat mengakses internet karena telekomunikasi
sudah menggunakan packet switching, kualitas layanan
ditingkatkan ke arah konvergensi data tidak hanya fokus ke
layanan voice saja.
Kelemahan : Kecepatan transfer data masih belum cukup memadai untuk
lalu lintas data internet yang relatif besar.
Teknologi 3G
3G merepresentasikan evolusi jaringan akses untuk kapasitas yang lebih
besar, kecepatan transfer data yang lebih cepat dan kemampuan
20. 20
mengakses layanan kreatif berbasis packet switching. ITU
menggambarkan kinerja transfer data 3G sebagai berikut :
Mempunyai kecepatan transfer data sebesar 144 kbps pada
kecepatan user 100 km/jam.
Mempunyai kecepatan transfer data sebesar 384 kbps pada
kecepatan berjalan kaki.
Mempunyai kecepatan transfer data sebesar 2 Mbps untuk user
diam (stasioner).
Frekuensi yang digunakan oleh teknologi 3G adalah 1920-1980 MHz
untuk penerimaan (downlink), dan 2110-2170 MHz untuk pengiriman
(uplink). Branding teknologi 3G yang populer adalah EDGE (Enhanced
Data Rates for Global/GSM Evolution) atau E-GPRS (Enhanced -
General Packet Radio Services) dan UMTS (Universal Mobile
Telecommunication System). EDGE merupakan salah satu standar untuk
wireless data yang diimplementasikan pada jaringan selular GSM
diperkenalkan pertama kali pada tahun 2003. Perkembangan teknologi
CDMA di ranah 3G adalah W-CDMA (Wideband - Coded Division
Multiple Access) yang memberikan akses pada transfer data kecepatan
tinggi.
Kelebihan : 3G Memiliki kecepatan transfer data cepat (144kbps-
2Mbps) sehingga dapat melayani layanan data broadband
seperti video on demand, music on demand, games on
demand, dan on demand lain yang memungkinkan kita
dapat memilih konten semudah memilih channel di TV.
Kecepatan setinggi itu juga mampu melayani konten video
conference dan video streaming.
Kelemahan : Memerlukan catu daya yang sangat besar dan penambahan
infrastruktur yang tidak murah. Di sisi kecepatan transfer
data juga belum mencukupi dalam melayani layanan
multimedia yang semakin besar.
21. 21
Teknologi 3,5G
Teknologi 3.5 G atau disebut juga super 3G merupakan peningkatan dari
teknologi 3G, terutama dalam peningkatan kecepatan transfer data yang
lebih dari teknologi 3G yaitu mencapai lebih dari 2 Mbps, sehingga dapat
melayani komunikasi multimedia yang lebih besar lagi. Produk 3,5 G
salah satunya adalah HSPA (High-Speed Packet Access), merupakan
optimasi dari protokol dan teknologi 3G, sehingga memperluas dan
menambah kemampuan (terutama dari sisi kecepatan transfer data) yang
telah ada sebelumnya. Karena adanya perbedaan kemampuan (downlink
dan uplink), HSPA di bagi menjadi 2 standar, yaitu:
• HSDPA (High Speed Downlink Packet Access)
Merupakan standar HSPA dengan kemampuan kecepatan transfer
downlink (dari jaringan ke handset) dapat mencapai kecepatan
downlink 7.2 Mbps dan secara teori dapat ditinggkatkan sampai
kecepatan 14.4 Mbps dengan maksimum uplink 384 kbps. HSDPA
selain dapat digunakan oleh handphone dapat pula digunakan oleh
modem Notebook untuk mengakses data dengan kecepatan tinggi.
• HSUPA (High Speed Uplink Packet Access)
Merupakan standar HSPA dengan kemampuan kecepatan transfer
uplink (dari handset ke jaringan) dapat mencapai kecepatan (secara
teori) sampai dengan 5.76 Mbps.
Pengembangan lebih lanjut dari HSPA dinamakan HSPA+ (HSPA
Evolution), pengembangan terutama pada kecepatan transfer data yang
dapat mencapai kecepatan 42 Mbit/s pada downlink dan 11 Mbit/s pada
uplink.
Kelebihan : Kecepatan data transfer 3,5G sudah lebih dari cukup untuk
keperluan telepon selular standar seperti telepon, SMS,
MMS, browsing, download ringtone. 3,5G juga menjamin
kualitas data yang tinggi dan tingkat keamanan yang baik.
22. 22
Kelemahan : Konvergensi data yang bisa diakses memberikan tantangan
dan sekaligus kendala baru di segi stabilitas jaringan dan
kecepatan transfer data. Semakin kompleks dan besarnya
data dari layanan konten, semakin diperlukan jaringan
akses yang semakin cepat dan handal.
Teknologi 4G
Teknologi Jaringan LTE (Long Term Evolution) dan WiMAX
(Worldwide interoperability for Microwave Access) berdasarkan
ketetapan ITU masuk pada kategori teknologi jaringan mobile broadband
generasi ke 4 (4G), yang akan menggantikan teknologi jaringan generasi
ke-3 (3G dan juga 3.5G). Di Indonesia sendiri layanan 4G terkendala
dengan regulasi tentang penggunaan pita frekuensi 4G dan opsi teknologi
yang akan dikembangkan (apakah LTE atau WiMAX). Pada tahun 2008,
Pemerintah melalui Kominfo menyiapkan frekuensi 2,3 GHz untuk
alokasi WiMAX. Namun 2 tahun kemudian, Pemerintah
mempertimbangkan opsi mengganti rencana pengembangan teknologi
dari WiMAX ke LTE dengan menyiapkan pita 2,5GHz.
Pada tanggal 18 Desember 2010, ITU membuat keputusan bahwa selain
LTE-Advanced dan WiMAX-2 yang terlebih dahulu sudah ditetapkan
sebagai teknologi jaringan 4G, HSPA+ juga dimasukkan ke dalam
teknologi jaringan 4G.
Teknologi LTE-Advanced memberikan kemampuan menyediakan
kecepatan akses data yang lebih signifikan, yaitu di atas 160Mbps
(downlink) dan 50Mbps (uplink), jauh melampaui kecepatan akses data
WiMAX yang hanya 80Mbps (downlink) dan 16Mbps (uplink), dan juga
HSPA+ yang berkisar antara 60-70Mbps. Saat ini ada 64 operator dari 31
negara di dunia yang melanjutkan evolusi jaringannya ke LTE ketimbang
WiMAX dan HSPA+.
Teknologi 4G masih dalam tahap pengembangan dan belum diterapkan
secara luas, sehingga kelemahannya belum terdata secara faktual.
23. 23
2.4.3. Wireless Networks
Teknologi jaringan akses nirkabel sebenarnya terbentang luas
mulai dari komunikasi suara sampai dengan jaringan data, yang
memungkinkan pengguna untuk mengakses koneksi nirkabel pada suatu
jarak tertentu. Untuk menekan biaya, memastikan interoperabilitas dan
mempromosikan adopsi yang luas terhadap teknologi nirkabel ini, maka
organisasi seperti Institute of Electrical and Electronics Engineers
(IEEE), Internet Engineering Task Force (IETF), Wireless Ethernet
Compatibility Alliance (WECA) dan ITU telah berpartisipasi dalam
berbagai macam upaya-upaya standarisasi. Standarisasi dilakukan untuk
mengatasi masalah power management, bandwidth, security dan
berbagai masalah unik yang ada pada dunia jaringan telekomunikasi
nirkabel.
Sama halnya seperti jaringan yang berbasis kabel, maka jaringan
nirkabel dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang berbeda
berdasarkan pada jarak dimana data dapat ditransmisikan :
Wireless Wide Area Networks (WWANs)
Teknologi WWAN memungkinkan pengguna untuk membangun koneksi
nirkabel melalui jaringan publik maupun privat dalam lingkup daerah
yang sangat luas, seperti kota atau negara. WWAN menggunakan
medium kabel, antena atau juga sistem satelit yang diselenggarakan oleh
penyelenggara jasa telekomunikasi. Teknologi WWAN saat ini dikenal
dengan sistem 2G (second generation). Inti dari sistem 2G ini termasuk
di dalamnya Global System for Mobile Communications (GSM), Cellular
Digital Packet Data (CDPD) dan juga Code Division Multiple Access
(CDMA).
Wireless Metropolitan Area Networks (WMANs)
Teknologi WMAN memungkinkan pengguna untuk mengakses koneksi
nirkabel antara beberapa lokasi di dalam suatu area metropolitan
(contohnya, antara gedung yang berbeda-beda dalam suatu kota atau
pada kampus universitas), dan ini bisa dicapai tanpa biaya investasi fiber
24. 24
optic atau kabel tembaga yang relatif lebih mahal. WMAN dapat
bertindak sebagai backup bagi jaringan primary yang berbasis kabel
apabila sedang mengalami gangguan. WMAN menggunakan gelombang
radio untuk mentransmisikan data. Untuk memenuhi demand jaringan
akses nirkabel broadband dalam WMAN, telah dikembangkan metode
seperti multichannel multipoint distribution service (MMDS) dan local
multipoint distribution services (LMDS) yang merupakan hasil dari
kelompok kerja IEEE 802.16 untuk standar akses nirkabel broadband.
Wireless Local Area Networks (WLANs)
Teknologi WLAN memungkinkan pengguna untuk mengakses jaringan
nirkabel dalam suatu area yang sifatnya lokal (contohnya, dalam
lingkungan gedung kantor, gedung kampus atau pada area publik, seperti
bandara atau kafe). WLAN biasanya dibangun sebagai suplemen bagi
LAN (kabel) yang sudah ada, sehingga pengguna dapat bekerja pada
berbagai lokasi yang berbeda dalam lingkungan gedung. Dalam
infrastruktur WLAN, terminal wireless (peranti dengan network card
radio atau eksternal modem) terhubung ke access point nirkabel yang
berfungsi sebagai “jembatan” antar terminal dan network backbone.
Dalam lingkungan WLAN yang sifatnya peer-to-peer (ad hoc), beberapa
pengguna dalam area yang terbatas, seperti ruang rapat, dapat
membentuk suatu jaringan sementara tanpa menggunakan access point.
Pada tahun 1997, IEEE mengeluarkan standar 802.11 untuk WLAN,
yang menspesifikasikan suatu data transfer rate 1 sampai 2 megabits per
second (Mbps). Pengembangan selanjutnya pada standar 802.11b, data
ditransfer pada kecepatan maksimum 11 Mbps melalui frekuensi 2.4
gigahertz (GHz). Standar yang lebih baru lainnya adalah 802.11a, yang
mana menspesifikasikan data transfer pada kecepatan maksimum 54
Mbps melalui frekuensi 5 GHz.
Wireless Personal Area Networks (WPANs)
Teknologi WPAN membolehkan pengguna untuk membangun suatu
jaringan nirkabel (ad hoc) bagi peranti sederhana, seperti personal digital
25. 25
assistant (PDA), telepon seluler atau laptop. Ini bisa digunakan dalam
ruang operasi personal (personal operating space atau POS). Sebuah
POS adalah suatu ruang dengan jarak sekitar 10 meter persegi yang
memungkinkan koneksi beberapa terminal/user menggunakan peranti
nirkabel. Dua medium kunci dari WPAN adalah bluetooth dan infrared.
IEEE telah membuat kelompok kerja 802.15 bagi WPAN, kelompok
kerja ini membuat standar WPAN yang berbasis pada spesifikasi
bluetooth versi 1.0. Tujuan utama dari standarisasi ini adalah untuk
mengurangi kompleksitas, konsumsi daya yang rendah, interoperabilitas
dan bisa hidup berdampingan dengan jaringan 802.11.
2.4. Eksplorasi Lebih Lanjut Jaringan Akses
Hari ini kita kenal ada jaringan telepon dan jaringan internet sebagai
infrastruktur bagi penyediaan layanan-layanan komunikasi antar perangkat
(device). Konvergensi device dimungkinkan karena adanya teknologi Internet
Protocol (IP), teknologi telekomunikasi berbasis IP memungkinkan komunikasi
antar device yang berbeda platform dan tipe data. Sinyal analog akan diubah
menjadi digital menjadi paket-paket data sehingga dapat dikirimkan melalui
jaringan IP. Trend ke depan semua jaringan informasi akan berbasis teknologi
IP. Evolusi jaringan seluler akan menuju ke all IP network dengan menggunakan
modem untuk mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal carrier. Hal ini
sebagai solusi jaringan masa depan menuju one network for everything.
2.4.1. Next Generation Networks
Next Generation Network (NGN) merupakan konsep teknologi
komunikasi dan informasi yang mengusung solusi one network for everything.
Dalam NGN, jaringan harus mampu mengelola dan membawa berbagai macam
lalu lintas data sesuai kebutuhan customer yang terus berkembang. NGN disusun
dalam blok-blok kerja yang terbuka, dan bersifat open system. Setiap blok
memiliki pengembangan yang terbuka lebar, namun harus selalu dapat
dikomunikasikan dengan pengembangan blok-blok lainnya. Layanan dan
26. 26
aplikasi dikembangkan untuk NGN menggunakan standar seperti JAIN dan
Parlay/OSA. Metode persinyalan untuk multimedia dalam NGN dapat
menggunakan suite H.323 yang distandarkan ITU, atau SIP yang distandarkan
IETF. Sedangkan untuk pengendalian, umumnya menggunakan standar bersama
yang disebut H.248 oleh ITU atau MEGACO oleh IETF.
2.4.2. Cara Kerja NGN
Pada mulanya, internet diciptakan sebagai jaringan data paket yang
tangguh menghadapi hambatan fisik. Skalabilitas Internet mengakibatkan
jaringan ini murah dan layak digelar baik dalam lingkup kecil maupun besar.
Berbagai aplikasi pun digelar di atas internet : transfer file, e-mail, web, instant
messaging, hingga aplikasi real time seperti telefon, video-on- demand, dan
konferensi video. Telefoni Internet, atau diistilahkan dengan voice over IP
(VoIP), adalah salah satu aplikasi paling penting di internet, karena telefon
adalah komunikasi non-paket dengan lalu lintas data terbesar yang bermigrasi ke
Internet. Akan tetapi perlu diingat bahwa layanan ke depan tidak hanya voice,
sehingga solusi VoIP masih merupakan solusi parsial. Diperlukan suatu sistem
komunikasi yang dapat mewadahi seluruh layanan sehingga pemanfaatan
jaringan, organisasi, dan pengoperasioannya menjadi lebih efisien. Softswitch
merupakan konsep komunikasi masa depan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Disamping mampu memberikan layanan VoIP, data, dan
multimedia, softswitch juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan migrasi
bagi PSTN (jaringan telepon kabel) menuju jaringan data. Softswitch juga
diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih balk bagi berbagai
permasalahan yang timbul pada PSTN. Beberapa hal yang harus dipenuhi oleh
softswitch sebagai salah satu komponen NGN adalah:
• Mengakomodasi layanan PSTN.
• Fleksibel terhadap pengembangan layanan masa depan.
• Mengakomodasi integrasi layanan yang memungkinkan pemanfaatan
jaringan secara lebih efisien.
• Memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan teknis dan non
teknis yang terjadi pada jaringan pendahulunya, terutama PSTN.
27. 27
Softswitch adalah switching berbasis software. Secara umum sistem
softswitch merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan elemen
jaringan berupa software sebagai pusat mengendalian panggilannya. Softswitch,
sering disamakan dengan Call Agent, Call Server, atau Media Gateway
Controller. Softswitch dirancang untuk dapat memberikan layanan VoIP, data
dan multimedia, disamping dirancang juga untuk melakukan penetrasi terhadap
PSTN dalam bermigrasi ke jaringan data. Dari sudut pandang PSTN, sistem
softswitch adalah perwujudan sistem switching dalam lingkungan jaringan paket.
Dalam pengembangannya softswitch mendukung berbagai standar internasional
seperti ITU, IETF, FRF, ATM Forum, dan IEEE dengan mengadopsi berbagai
protokol standar terbuka yang ada di dalamnya seperti MGCP, MEGACO, SIP,
SS7, CPL, H.323, Q.931/Q.2931, DiffServ, RSVP, RTP, RCP, MPLS, 802.ip,
dan lain-lain. Pada gambar 3 dibawah digambarkan diagram Softswitch dalam
jaringan telekomunikasi berbasis IP.
Gambar 7. Diagram Softswitch
(Sumber : http://blog.teracomtraining.com/page/2)
28. 28
Arsitektur softswitch untuk NGN membagi jaringan sesuai dengan layer
fungsi masing-masing, yaitu sebagai layer akses, transport, kontrol, dan layer
aplikasi. Dua kata kunci pentingnya adalah 'terbuka' dan 'terdistribusi', yaitu
bahwa sistem softswitch mengggunakan protokol standar terbuka untuk
menghubungkan masing-masing elemen jaringan. Dengan protokol terbuka ini
memungkinkan fungsi-fungsi elemen yang terpusat dapat dipecah menjadi
beberapa elemen sesuai fungsi, sehingga jaringan mempunyai skalabilitas dan
fleksibilitas yang tinggi dalam mengakomodasi kebutuhan jaringan yang
beragam. Dengan jaringan yang terbuka dan terdistribusi itu pula, softswitch
akan lebih fleksibel dalam memberikan berbagai jenis layanan secara efisien.
Disamping itu juga diharapkan mampu menyatukan berbagai platform jaringan
yang ada saat ini (PSTN, PLMN, dan Internet) ke dalam satu jaringan, yaitu
jaringan data paket.
2.4.3. Penggunaan NGN
NGN menjanjikan suatu infrastruktur yang lebih terbuka kepada aplikasi-
aplikasi yang berjalan di atas TCP/IP. Lalu layanan-layanan apa yang akan
ditawarkan NGN? NGN berusaha memadukan layanan berbasis suara dan
aplikasi Internet. Integrasi antara layanan suara dan internet secara bertahap
akan terjadi sampai didapatkan suatu lingkungan yang benar-benar konvergen
untuk melayani kebutuhan informasi, transaksi (e-commerce)
maupun multimedia entertainment.
Layanan-layanan yang mencerminkan adanya konvergensi masih lebih
banyak kepada inovasi keragaman akses terhadap layanan. Misalnya seperti
layanan-layanan click2dial, voice portal, internet call waiting, dan
sejenisnya. Konvergensi lebih lanjut, mengarah kepada presence
application yang merupakan inovasi lebih lanjut dari Instant Messaging (IM)
yang cukup berkembang di dunia internet (ICQ, IM Yahoo, Google Talk dan
sejenisnya). Presence app dapat memberikan informasi dan lingkungan
komunikasi yang lebih dinamik dibanding IM. Aplikasi atau layanan
berbasis presence ini memungkinkan mobilitas user di atas jaringan IP Network,
user dapat memilih tipe terminal yang akan digunakan (handphone, tablet
29. 29
phone, komputer, dan lainnya). User pun dapat berlangganan jenis komunikasi
yang akan diterima, yaitu suara, data internet, multimedia, ataupun video
conferencing/ live streaming.
Trend layanan NGN yang berkembang saat ini adalah menuju platform
IMS (IP Multitimedia Subsystem) akan membawa dampak terhadap
perkembangan trend layanan yang lebih inovatif dan interaktif. Trend dan
variasi layanan pada arsitektur layanan NGN antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut :
• Layanan Data Connectivity; memungkinkan penetapan konektivitas real-
time antara end-point.
• Layanan Multimedia; Memungkinkan multiple party berinteraksi
menggunakan voice, video dan atau data.
• Virtual Private Network (VPN); Voice VPN mengijinkan organisasi
besar yang tersebar secara geografis untuk mengkombinasikan jaringan
privat eksistingnya dengan porsi PSTN dengan kapabilitas dialing
uniform. Data VPN menyediakan tambahan fitur sekuriti dan jaringan
yang memungkinkan pelanggan membagi jaringan IP seperti sebuah
VPN.
• Public Network Computing (PNC); Menyediakan network publik
berbasis layanan untuk pelanggan bisnis.
• Unified Messaging; Mendukung delivery voice mail, email, fax
mail melalui interface umum.
• Information Brokering; Melibatkan iklan, pencarian dan penyediaan
informasi kepada pelanggan.
• E-Commerce; memungkinkan pelanggan untuk membeli barang secara
online. Hal ini termasuk memproses transaksi, memverifikasi informasi
pembayaran, dan menyediakan standar keamanan yang dibutuhkan.
• Call Center Service; seorang pelanggan melakukan panggilan ke
agen call center dengan meng-klik pada web page. Panggilan dapat
diarahkan ke agen dimana saja, bahkan di rumah (seperti virtual call
30. 30
center). Agen memiliki akses elektronik ke pelanggan, katalog, stock,
dan order yang dikirimkan kembali antara pelanggan dan agen.
• Interactive Game; menawarkan pengalaman game online yang lebih
interaktif.
• Distributed Virtual Reality; aplikasi virtual reality yang dibangun
mewakili real world, orang, tempat, pengalaman, dan lain-lain.
• Smart Home Manager; dengan kehadiran home networking dan peralatan
pintar (smart home appliances), layanan ini dapat memonitor dan
mengontrol sistem keamanan rumah, sistem energi, sistem entertainment
rumah dan peralatan rumah tangga lain.
Jadi dengan NGN akan semakin merubah gaya hidup user dalam bersosialisasi
dan berinteraksi semakin mudah cukup dalam satu gadget.
31. 31
BAB III PENUTUP
Setelah pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa trend
jaringan akses di masa mendatang adalah menuju ke era konvergensi (all
purpose in one device) dengan berorientasi pada layanan (service driven-service
oriented). Arah konvergensi ini akan membentuk habit dan environment baru
yang pada akhirnya akan membentuk lifestyle yang baru, bisa jadi sebuah
lifestyle yang membuat manusia malas ke luar rumah lagi, karena semua
interaksi sosial bisa dilakukan di rumah dengan satu alat.
Selain itu trend pengembangan jaringan telekomunikasi juga mulai
mengarah pada teknologi Unified Communications, yaitu konsentrasi migrasi
layanan telefoni ke platform TCP/IP, dan Real World Web, yaitu peralatan GPS
enabled yang akan membuat banyak perusahaan bisa memberikan layanan
sesuai dengan lokasi user; serta Social Software, yaitu trend aplikasi jejaring
sosial (social networking) yang diprediksi akan menuju ke level enterprise dan
internet korporasi.
Namun dari semua teknologi diatas, sebetulnya yang paling penting
untuk dikembangkan dan di optimasi adalah Green Network, yaitu optimasi
jaringan informasi dan telekomunikasi ke arah efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya networking yang bersahabat dengan alam. Ke sana
semestinya lifestyle kita harus berubah, fokus kepada mengurangi konsumsi
listrik, mengurangi jumlah carbon footprint dan melakukan efisiensi energi dan
kerja yang menggunakan sumber daya alam. Kemajuan teknologi di bidang
informasi dan telekomunikasi adalah hal yang pasti dan tidak dapat dielakkan,
kemajuan ini harus dapat dimanfaatkan dan digunakan sebaik-baiknya tanpa
menghilangkan identitas dan jatidiri sebagai manusia. Jangan sampai teknologi
membuat terlena dan mendorong individu menjadi egois, individualistis dan
tidak bersahabat dengan alam.
32. 32
REFERENSI
[1]. Direktorat Jenderal Pos & Telekomunikasi Depkominfo, Roadmap Infrastruktur
Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, Depkominfo, 2007..
[2]. Febi Ade Kristy Dewi, Restu Maharsi Jati, Laporan Praktikum Jaringan Telepon
Pembuatan Jaringan Catu Langsung Tidak Murni Dengan Teknologi ADSL,
Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Semarang, 2010. Tersedia di : http://www.scribd.com/doc/60121587/12/Jaringan-
Akses (diakses tanggal 10 Oktober 2011).
[3]. International Telecommunication Union, ITU-T No. G.902 Framework
Recommendation On Functional Access Networks, Architecture And Functions
Access Types Management And Service Node Aspects. Nopember 1995.
[4]. Lady Joanne Tjahya, Teknologi Komunikasi 3G dari Sudut Pandang Computer
Mediated Communication, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X Vol.1
No.1. Januari 2007. Tersedia di :
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/jou/ikom/2007/jiunkpe-ns-jou-2007-06-009-
8666-teknologi3g-resource1.pdf (diakses tanggal 15 Oktober 2011).
[5]. Rini W. Wardhani, Peluang Layanan Keamanan (CA) Untuk Mendukung E-
Transaction Di Era Konvergensi, Palembang, Publikasi IdSecConf, 2011.
[6]. Arief Hamdani, Jaringan Akses Fiber, Majalah Elektro Indonesia, Nomor 25,
Tahun V, April 1999. Tersedia di : http://elektroindonesia.com/elektro/tel25.html
(diakses tanggal 16 Oktober 2011)
[7]. Romi Satria Wahono, Green Computing untuk Orang Lugu, tersedia di
http://romisatriawahono.net/2008/12/22/green-computing-untuk-orang-lugu/
(diakses pada 8 Oktober 2011).