SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
__________________________________________________________________
MODUL
SINDROM HEPATORENAL
Subdivisi Gastroenterohepatologi
Oleh : Ferdy Ferdian, dr
Pembimbing : Lukas Mulyono, dr., SpPD
__________________________________________________________________
Pendahuluan
Sindrom Hepatorenal (SHR) merupakan salah satu penyebab gagal ginjal
yang dapat ditemukan pada penderita penyakit hati kronis atau akut. SHR
merupakan tahapan akhir dari penurunan perfusi ginjal akibat peningkatan
kerusakan hati yang disebabkan oleh vasokonstriksi sirkulasi ginjal. Diagnosis
SHR dapat dilakukan setelah penyebab kerusakan ginjal lain disingkirkan.
Walaupun gambaran histologi pada pasien biasanya normal dan ginjal akan
kembali menjadi normal atau mendekati normal fungsinya setelah dilakukan
transplantasi hati, namun SHR memiliki prognosis yang buruk.1,2
Gangguan fungsi ginjal pada sirosis hati dapat disebabkan oleh gangguan
hemodinamik terutama vasodilatasi perifer kemudian diikuti aktivasi hormon
vasokonstriksi, sistem neurohumoral (seperti renin-aldosteron, vasopresin,
endotelin) dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Gangguan ini akan
memicu retensi air dan natrium di ginjal dan penurunan laju filtasi glomerulus
ginjal (LFG). Kelainan fungsi ginjal pada sirosis bersifat fungsional (tanpa
disertai perubahan morfologis ginjal)
Pada stadium awal gangguan fungsi ginjal ini bersifat reversibel. Namun,
1
pada stadium ekstrim dapat bersifat ireversibel. Sekitar 20% pasien sirosis
dengan asites disertai fungsi ginjal yang normal mengalami SHR setelah satu
tahun, dan 39% setelah 5 tahun perjalan penyakit. Tanpa transplantasi hati atau
pengobatan dengan vasokonstriktor yang tepat, survival rate kurang dari 2
minggu.2
Definisi
Sindrom hepatorenal (SHR) adalah suatu sindrom gangguan fungsi ginjal
sekunder pada penyakit hati tingkat berat baik yang akut maupun kronis. SHR
bersifat fungsional dan progresif. SHR merupakan suatu gangguan ginjal pre-
renal, yaitu disebabkan adanya hipoperfusi ginjal, namun dengan hanya perbaikan
volume plasma saja ternyata tidak dapat memperbaiki gangguan fungsi ginjal ini.2
Patogenesis
Hingga saat ini, patogenesis SHR belum diketahui pasti. Salah satu
hipotesis tentang patogenesis SHR adalah keadaan sirosis hati dengan hipertensi
portal akan mengakibatkan vasodilatasi arteri splangnik.1,2,3
Vasodilatasi ini
mengakibatkan hipovolemia arterial sentral, sehingga merangsang aktivasi sistem
saraf simpatis, Renin-Angiotensin-Aldosteron, dan hormon Antidiuretik yang
akhirnya akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal. Mekanisme
kompensasi ginjal dapat terjadi dengan alasan yang belum jelas, yang mana terjadi
ketidak-setimbangan antara vasokonstriksi dan vasodilatasi.2
Beberapa studi mengenai SHR melaporkan beberapa perubahan
2
biokimiawi pada pasien sirosis dengan SHR sebagai berikut :
1) Hati
Pada hati ditemukan adanya penurunan sintesis angiotensinogen dan
kininogen. Penurunan pemecahan renin, angiotensi II, aldosteron,
endotoksin dan vasopresin
2) Plasma
Terjadi peningkatan kadar renin, angiotensin II, aldosteron, noradrenalin,
vasopresin, endotelin 2 dan 3, leukotrien C4 dan D4, kalsitonin peptida
dan hormon antidiuretik. Terjadi penurunan kadar kalikrein, bradikinin
dan faktor natriuretik arterial
3) Urin dan ginjal
Terjadi peningkatan renin, angiotensin II, aldoteron, endotelin, tromboksan
A2, leukotrien E4, prostaglandin E2, prostasiklin, bradikinin
Fakta hasil studi di atas kiranya menunjukan pada SHR terjadi mekanisme
dan patogenesis vasokonstriksi ginjal yang sangat kompleks. Studi lain
menyatakan bahwa terjadi penurunan sintesis nitrit oksida yang merupakan
vasodilator kuat pada pasien sirosis dan SHR.2
3
(Dikutip dari N Engl J Med 2009;361:1279-90, Renal Failure in Cirrhosis)
Diagnosis
Menurut The International Ascites Club, kriteria untuk menegakan
diagnosis SHR terdiri dari 5 kriteria mayor dan 5 kriteria tambahan. Diagnosis
SHR dapat dibuat bila ditemukan seluruh kriteria mayor.2
Kriteria mayor
1) Penyakit hati akut atau kronis dengan kegagalan tingkat lanjut dan hipertensi
portal
4
2) LFG yang rendah (kreatinin serum >1.5mg/dL atau bersihan kreatinin <40
ml/menit)
3) Tidak ada syok, sepsis, kehilangan cairan, maupun pemakaian obat obat
nefrotoksisi (NSAID atau aminoglikosida)
4) Tidak ada perbaikan fungsi ginjal (kreatinin serum <1.5mg/dL atau bersihan
kreatinin >40 ml/menit) sesudah pemberian cairan isotonis salin 1.5 liter
5) Proteinuria <500 mg/hari tanpa obstruksi saluran kemih atau penyakit ginjal
pada pemeriksaan USG.2
Kriteria tambahan (tidak harus ada untuk menegakan diagnosis)
1) Volume urin >500 ml/hari
2) Natrium urin <10 mEq/liter
3) Osmolaritas urin >osmolaritas plasma
4) Eritrosit urin <50/lapang pandang
5) Natrium serum <130 mEq/liter.2
Berdasarkan AASLD 2013, kriteria mayor untuk SHR adalah
1) Pasien sirosis dengan ascites
2) Kreatinin serum lebih dari 1.5 mg/dL
3) Tidak ada perbaikan dari kreatinin serum (berkurang dari 1.5 mg/dL) setelah
dua hari penghentian diuretik dan pemberian albumin (Dosis albumin yang
dianjurkan adalah 1g/kgBB/hari sampai maksimum 100g/hari)
4) Tidak ada syok
5) Tidak ada pemberian terapi dengan obat yang nefrotoksik
6) Tidak ada kelainan parenkim ginjal yang ditandai dengan proteinuria >500
mg/hari, mikrohematuria (>50 eritrosit/LPB) dan atau kelainan ginjal pada
USG.4
SHR perlu dibedakan dengan adanya kondisi penyakit hati bersamaan dengan
penyakit ginjal atau penurunan fungsi ginjal. Pada beberapa keadaan, diagnosis
5
SHR mungkin dapat dibuat setelah menyingkirkan (ruled out) Pseudo-
hepatorenal syndrome. Pseudohepatorenal syndrome adalah suatu keadaan
terdapatnya kelainan fungsi ginjal bersama dengan gangguan fungsi hati yang
tidak mempunyai hubungan satu sama lain
Beberapa penyebab pseudohepatorenal syndrome adalah : 1) Penyakit
kongenital (misalnya penyakit polikista ginjal dan hati); 2) Penyakit metabolik
(diabetes mellitus, amyloidosis, penyakit Wilson; 3) Penyakit sistemik (SLE,
arthritis rematoid, sarkoidosis); 4) Penyakit infeksi (leptospirosis, sepsis, malaria,
hepatitis virus dan lain lain); 5) Gangguan sirkulasi (syok, insufisiensi jantung);
6) Intoksinasi (endotoksin, bahan kimia, gigitan ular, luka bakar dan lain lain); 7)
Medikamentosa (metoksifluran, halotan, sulfonamid, parasetamol, tetrasiklin,
iproniazid); 8) Tumor (hipernefroma, metastasis).2
Manifestasi klinis
Pada pasien sirosis hati, 80% kasus SHR disertai dengan ascites, 75%
disertai ensefalopati hepatik, dan 40% disertai ikterus. Pada pasien sebelumnya
tidak pernah menderita penyakit ginjal. Faktor resiko terjadinya SHR antara lain:
kondisi malnutrisi, volume hatu yang mengecil, infeksi, perdarahan saluran cerna,
adanya varises esofagus, terapi diuretika, gangguan elektrolit, obat obatan
nefrotoksis, peningkatan tekanan intraabdominal oleh karena ascites yang masif.2
SHR secara klinis dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe yaitu:
SHR tipe 1, SHR tipe 1 merupakan manifestasi yang sangat progresif,
dimana terjadi peningkatan serum kreatinin dua kali lipat (nilai awal serum
6
kreatinin lebih dari 2.5 mg/dL) atau penurunan bersihan kreatinin 50% dari nilai
awal hingga mencapai 20 ml/menit dalam waktu kurang dari 2 minggu. Prognosis
umumnya sangat buruk, yaitu sekitar 80% akan meninggal dalam 2 minggu, dan
hanya 10% yang bisa bertahan lebih dari 3 bulan. Penyebab kematian adalah
karena gagal sirkulasi, gagal hati, gagal ginjal dan ensefalopati hepatik.2,4
SHR tipe 2. SHR tipe 2 merupakan bentuk kronis SHR, ditandai dengan
penurunan LFG yang lebih lambat. Kondisi klinis pasien biasanya lebih baik
dibanding SHR tipe 1, dengan angka harapan hidup yang lebih lama. Prognosis
SHR tipe 2 umumnya buruk, yaitu angka harapan hidup 5 bulan sekitar 50% dan 1
tahun sebesar 20%. SHR tipe 2 dapat berkembang menjadi SHR tipe 1.2,4
Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada pengobatan efektif untuk SHR, oleh karena itu
pencegahan terjadinya SHR harus mendapat perhatian yang utama. Mengingat
SHR sebagian besar dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada
pasien sirosis. Oleh karena itu penderita sirosis sangat sensitif terhadap
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, maka hindari pemakaian diuretik
agresif, parasentesis asites dan restriksi cairan yang berlebihan.2
Pengukuran
dengan CVP (Central Venous Pressure) penting dan lakukan fluid challenge test
dengan pemberian NaCl 0.9% bila tersedia dapat diberikan dengan human
albumin solution (HAS).4
Terapi suportif lain berupa diet tinggi kalori dan rendah
protein, koreksi keseimbangan asam basa, hindari pemakaian NSAID. Peritonitis
bakterialis spontan pada sirosis harus segera diobat sedini dan seadequat mungkin.
7
Pencegahan ensefalopati hepatik juga harus dilakukan dalam rangka mencegah
terjadinya SHR.2
Hemodialisa belum pernah secara formal diteliti pada pasien
dengan SHR, namun tampaknya tidak cukup efektif dan efek samping tindakan
yang cukup berat, misalnya hipotensi, koagulopati, sepsis dan perdarahan saluran
cerna.2
Hemodialisa sering dilakukan untuk mengontrol gejala azotemia dan
menjaga keseimbangan elektrolit sebelum dilakukan transplantasi hati.5
Pengobatan medikamentosa. Pemberian vasodilator seperti Dopamin
secara luas digunakan untuk mengatasi vasokonstriksi ginjal, namun belum ada
bukti pemberian dopamin ini secara bermakna pada SHR.2
Sebaliknya pemberian
vasokonstriktor juga dapat digunakan. Rasionalisasi penggunaan vasokonstriktor
adalah untuk mengatasi vasodilatasi splangnik (yang merupakan salah satu
hipotesis terjadinya SHR). Pemberian vasokonstriktor akan memberikan dampak
yang positif terutama bila dikombinasi dengan pemberian infus albumin atau
koreksi albumin serum. Terlipressin merupakan vasokonstriktor yang baik pada
kasus SHR. Oktreotid merupakan vasokonstriktor alternatif bila terlipressin
belum atau tidak tersedia.2
Tindakan Invasif
Transplantasi hati. Angka harapan hidup SHR tipe 1 umumnya pendek
yaitu dari beberapa hari atau kurang dari 2 minggu, sehingga transplantasi hati
pada tipe 1 sulit dilaksanakan.2
Pada SHR tipe 2, transplantasi hati terbukti
bermanfaat pada 90% kasus dengan angka ketahanan hidup yang lebih kurang
sama dengan transplantasi hati pada pasien tanpa SHR.2
TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt) TIPS dapat
8
memperbaiki perfusi ginjal dan menurunankan aktivitas aksis RAAS. Pada pasien
SHR yang tanpa transplantasi hati TIPS bermanfaat pad 75% kasus, dengan angka
ketahanan hidup SHR tipe 2 lebih baik dibandin tipe 1 (70% vs 20%).2
Extracorporeal Albumin Dyalisis. Metode ini adalah modifikasi dialisis
dengan menggunakan albumin untuk mengikat dialisat. Metode ini dikenal
sebagai MARS (Molecular Absorbent Recirculating System). Penelitian masih
dilakukan terbatas, dan pada SHR tampaknya cukup bermanfaat dan umumnya
digunakan untuk persiapan transplantasi hati.2
9
Daftar pustaka
1. Runyon BA, Sterns RH, Forman JP.Hepatorenal Syndrome. Uptodate [serial
online] Version 19.3. Nov 2011 (diunduh 12 Juli 2013) Tersedia dari:
URL:HYPERLINX http://www.uptodate.com/contents/hepatorenal-syndrome
2. Setiawan PB, Kusumobroto H. Sindrom Hepatorenal. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006.h.681
3. Gines P, Schrier RW.Renal Failure in Cirrhosis. N Engl J Med 2009;361:1279-
90 (diunduh 12 Juli 2013). Tersedia dari: URL:HYPERLINX http:/www.njem.org
4. Sherlock S, Dooley J. Diseases of the Liver and Biliary System. [ebook] Edisi
ke-11. Oxford; Blackwell Science. 2002.h.140
5. Runyon BA. Management of Adult Patients with Ascites Due to Cirrhosis. (diunduh
12 Juli 2013). Tersedia dari: URL:HYPERLINX
http://www.aasld.org/practiceguidelines/Pages/default.aspx
10
11
12

More Related Content

What's hot (20)

Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
keseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darahkeseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisMembaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi buruk
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Gangguan mental organik
Gangguan mental organikGangguan mental organik
Gangguan mental organik
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Stroke Perdarahan (Hemorhagik)
Stroke Perdarahan (Hemorhagik)Stroke Perdarahan (Hemorhagik)
Stroke Perdarahan (Hemorhagik)
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Crohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifCrohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratif
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Pengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomiPengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomi
 
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
 

Viewers also liked

Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)MettaFerdy FerdianFamily
 
Hepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeHepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeAkshay Goel
 
Hepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeHepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeheyraghul
 
Is it Hepatorenal Syndrome? - Dr. Gawad
Is it Hepatorenal Syndrome? - Dr. GawadIs it Hepatorenal Syndrome? - Dr. Gawad
Is it Hepatorenal Syndrome? - Dr. GawadNephroTube - Dr.Gawad
 

Viewers also liked (7)

Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
 
Hepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeHepatorenal syndrome
Hepatorenal syndrome
 
Hepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeHepatorenal syndrome
Hepatorenal syndrome
 
hepatorenal syndrome
hepatorenal syndromehepatorenal syndrome
hepatorenal syndrome
 
Síndrome hepatorenal
Síndrome hepatorenalSíndrome hepatorenal
Síndrome hepatorenal
 
Hepatorenal syndrome
Hepatorenal syndromeHepatorenal syndrome
Hepatorenal syndrome
 
Is it Hepatorenal Syndrome? - Dr. Gawad
Is it Hepatorenal Syndrome? - Dr. GawadIs it Hepatorenal Syndrome? - Dr. Gawad
Is it Hepatorenal Syndrome? - Dr. Gawad
 

Similar to Sindrom Hepatorenal

223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2homeworkping10
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney diseaseAni Nuraeni
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxBAksaSonita062
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2homeworkping8
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaUmy Meimei
 
241249179 beda-csw-dengan-siadh
241249179 beda-csw-dengan-siadh241249179 beda-csw-dengan-siadh
241249179 beda-csw-dengan-siadhhomeworkping4
 
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetesTatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetesgigihR
 
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdfAkbarBaktiAffandi
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASERafi Mahandaru
 
bimbingan.ppt
bimbingan.pptbimbingan.ppt
bimbingan.pptawendika
 

Similar to Sindrom Hepatorenal (20)

Hrs 88 arim
Hrs 88 arimHrs 88 arim
Hrs 88 arim
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2
 
PPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptxPPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptx
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Ckd
CkdCkd
Ckd
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney disease
 
Ckd2
Ckd2Ckd2
Ckd2
 
64 193-1-pb
64 193-1-pb64 193-1-pb
64 193-1-pb
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
 
Ckd2
Ckd2Ckd2
Ckd2
 
241249179 beda-csw-dengan-siadh
241249179 beda-csw-dengan-siadh241249179 beda-csw-dengan-siadh
241249179 beda-csw-dengan-siadh
 
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetesTatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
 
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
 
Hemodialisis
HemodialisisHemodialisis
Hemodialisis
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
 
bimbingan.ppt
bimbingan.pptbimbingan.ppt
bimbingan.ppt
 

More from MettaFerdy FerdianFamily

Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatMettaFerdy FerdianFamily
 
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMettaFerdy FerdianFamily
 
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMettaFerdy FerdianFamily
 
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...MettaFerdy FerdianFamily
 
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable stateStemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable stateMettaFerdy FerdianFamily
 
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...MettaFerdy FerdianFamily
 

More from MettaFerdy FerdianFamily (16)

Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
 
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
 
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
 
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
 
Peran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLEPeran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLE
 
Presentasi gizi lansia
Presentasi gizi lansiaPresentasi gizi lansia
Presentasi gizi lansia
 
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable stateStemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
 
Miokarditis
MiokarditisMiokarditis
Miokarditis
 
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
 
Recurrent Nasopharyngeal Carcinoma
Recurrent Nasopharyngeal CarcinomaRecurrent Nasopharyngeal Carcinoma
Recurrent Nasopharyngeal Carcinoma
 
Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Limfadenopati
 
Dadah, presentasi
Dadah, presentasiDadah, presentasi
Dadah, presentasi
 
Jurnal gout
Jurnal goutJurnal gout
Jurnal gout
 
Komorbiditas pada PPOK
Komorbiditas pada PPOKKomorbiditas pada PPOK
Komorbiditas pada PPOK
 
Ig a nefropati
Ig a nefropatiIg a nefropati
Ig a nefropati
 
CAP ATS / IDSA 2007
CAP ATS / IDSA 2007CAP ATS / IDSA 2007
CAP ATS / IDSA 2007
 

Recently uploaded

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxArdianAdhiwijaya
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...AGHNIA17
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 

Recently uploaded (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 

Sindrom Hepatorenal

  • 1. BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG __________________________________________________________________ MODUL SINDROM HEPATORENAL Subdivisi Gastroenterohepatologi Oleh : Ferdy Ferdian, dr Pembimbing : Lukas Mulyono, dr., SpPD __________________________________________________________________ Pendahuluan Sindrom Hepatorenal (SHR) merupakan salah satu penyebab gagal ginjal yang dapat ditemukan pada penderita penyakit hati kronis atau akut. SHR merupakan tahapan akhir dari penurunan perfusi ginjal akibat peningkatan kerusakan hati yang disebabkan oleh vasokonstriksi sirkulasi ginjal. Diagnosis SHR dapat dilakukan setelah penyebab kerusakan ginjal lain disingkirkan. Walaupun gambaran histologi pada pasien biasanya normal dan ginjal akan kembali menjadi normal atau mendekati normal fungsinya setelah dilakukan transplantasi hati, namun SHR memiliki prognosis yang buruk.1,2 Gangguan fungsi ginjal pada sirosis hati dapat disebabkan oleh gangguan hemodinamik terutama vasodilatasi perifer kemudian diikuti aktivasi hormon vasokonstriksi, sistem neurohumoral (seperti renin-aldosteron, vasopresin, endotelin) dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Gangguan ini akan memicu retensi air dan natrium di ginjal dan penurunan laju filtasi glomerulus ginjal (LFG). Kelainan fungsi ginjal pada sirosis bersifat fungsional (tanpa disertai perubahan morfologis ginjal) Pada stadium awal gangguan fungsi ginjal ini bersifat reversibel. Namun, 1
  • 2. pada stadium ekstrim dapat bersifat ireversibel. Sekitar 20% pasien sirosis dengan asites disertai fungsi ginjal yang normal mengalami SHR setelah satu tahun, dan 39% setelah 5 tahun perjalan penyakit. Tanpa transplantasi hati atau pengobatan dengan vasokonstriktor yang tepat, survival rate kurang dari 2 minggu.2 Definisi Sindrom hepatorenal (SHR) adalah suatu sindrom gangguan fungsi ginjal sekunder pada penyakit hati tingkat berat baik yang akut maupun kronis. SHR bersifat fungsional dan progresif. SHR merupakan suatu gangguan ginjal pre- renal, yaitu disebabkan adanya hipoperfusi ginjal, namun dengan hanya perbaikan volume plasma saja ternyata tidak dapat memperbaiki gangguan fungsi ginjal ini.2 Patogenesis Hingga saat ini, patogenesis SHR belum diketahui pasti. Salah satu hipotesis tentang patogenesis SHR adalah keadaan sirosis hati dengan hipertensi portal akan mengakibatkan vasodilatasi arteri splangnik.1,2,3 Vasodilatasi ini mengakibatkan hipovolemia arterial sentral, sehingga merangsang aktivasi sistem saraf simpatis, Renin-Angiotensin-Aldosteron, dan hormon Antidiuretik yang akhirnya akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal. Mekanisme kompensasi ginjal dapat terjadi dengan alasan yang belum jelas, yang mana terjadi ketidak-setimbangan antara vasokonstriksi dan vasodilatasi.2 Beberapa studi mengenai SHR melaporkan beberapa perubahan 2
  • 3. biokimiawi pada pasien sirosis dengan SHR sebagai berikut : 1) Hati Pada hati ditemukan adanya penurunan sintesis angiotensinogen dan kininogen. Penurunan pemecahan renin, angiotensi II, aldosteron, endotoksin dan vasopresin 2) Plasma Terjadi peningkatan kadar renin, angiotensin II, aldosteron, noradrenalin, vasopresin, endotelin 2 dan 3, leukotrien C4 dan D4, kalsitonin peptida dan hormon antidiuretik. Terjadi penurunan kadar kalikrein, bradikinin dan faktor natriuretik arterial 3) Urin dan ginjal Terjadi peningkatan renin, angiotensin II, aldoteron, endotelin, tromboksan A2, leukotrien E4, prostaglandin E2, prostasiklin, bradikinin Fakta hasil studi di atas kiranya menunjukan pada SHR terjadi mekanisme dan patogenesis vasokonstriksi ginjal yang sangat kompleks. Studi lain menyatakan bahwa terjadi penurunan sintesis nitrit oksida yang merupakan vasodilator kuat pada pasien sirosis dan SHR.2 3
  • 4. (Dikutip dari N Engl J Med 2009;361:1279-90, Renal Failure in Cirrhosis) Diagnosis Menurut The International Ascites Club, kriteria untuk menegakan diagnosis SHR terdiri dari 5 kriteria mayor dan 5 kriteria tambahan. Diagnosis SHR dapat dibuat bila ditemukan seluruh kriteria mayor.2 Kriteria mayor 1) Penyakit hati akut atau kronis dengan kegagalan tingkat lanjut dan hipertensi portal 4
  • 5. 2) LFG yang rendah (kreatinin serum >1.5mg/dL atau bersihan kreatinin <40 ml/menit) 3) Tidak ada syok, sepsis, kehilangan cairan, maupun pemakaian obat obat nefrotoksisi (NSAID atau aminoglikosida) 4) Tidak ada perbaikan fungsi ginjal (kreatinin serum <1.5mg/dL atau bersihan kreatinin >40 ml/menit) sesudah pemberian cairan isotonis salin 1.5 liter 5) Proteinuria <500 mg/hari tanpa obstruksi saluran kemih atau penyakit ginjal pada pemeriksaan USG.2 Kriteria tambahan (tidak harus ada untuk menegakan diagnosis) 1) Volume urin >500 ml/hari 2) Natrium urin <10 mEq/liter 3) Osmolaritas urin >osmolaritas plasma 4) Eritrosit urin <50/lapang pandang 5) Natrium serum <130 mEq/liter.2 Berdasarkan AASLD 2013, kriteria mayor untuk SHR adalah 1) Pasien sirosis dengan ascites 2) Kreatinin serum lebih dari 1.5 mg/dL 3) Tidak ada perbaikan dari kreatinin serum (berkurang dari 1.5 mg/dL) setelah dua hari penghentian diuretik dan pemberian albumin (Dosis albumin yang dianjurkan adalah 1g/kgBB/hari sampai maksimum 100g/hari) 4) Tidak ada syok 5) Tidak ada pemberian terapi dengan obat yang nefrotoksik 6) Tidak ada kelainan parenkim ginjal yang ditandai dengan proteinuria >500 mg/hari, mikrohematuria (>50 eritrosit/LPB) dan atau kelainan ginjal pada USG.4 SHR perlu dibedakan dengan adanya kondisi penyakit hati bersamaan dengan penyakit ginjal atau penurunan fungsi ginjal. Pada beberapa keadaan, diagnosis 5
  • 6. SHR mungkin dapat dibuat setelah menyingkirkan (ruled out) Pseudo- hepatorenal syndrome. Pseudohepatorenal syndrome adalah suatu keadaan terdapatnya kelainan fungsi ginjal bersama dengan gangguan fungsi hati yang tidak mempunyai hubungan satu sama lain Beberapa penyebab pseudohepatorenal syndrome adalah : 1) Penyakit kongenital (misalnya penyakit polikista ginjal dan hati); 2) Penyakit metabolik (diabetes mellitus, amyloidosis, penyakit Wilson; 3) Penyakit sistemik (SLE, arthritis rematoid, sarkoidosis); 4) Penyakit infeksi (leptospirosis, sepsis, malaria, hepatitis virus dan lain lain); 5) Gangguan sirkulasi (syok, insufisiensi jantung); 6) Intoksinasi (endotoksin, bahan kimia, gigitan ular, luka bakar dan lain lain); 7) Medikamentosa (metoksifluran, halotan, sulfonamid, parasetamol, tetrasiklin, iproniazid); 8) Tumor (hipernefroma, metastasis).2 Manifestasi klinis Pada pasien sirosis hati, 80% kasus SHR disertai dengan ascites, 75% disertai ensefalopati hepatik, dan 40% disertai ikterus. Pada pasien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ginjal. Faktor resiko terjadinya SHR antara lain: kondisi malnutrisi, volume hatu yang mengecil, infeksi, perdarahan saluran cerna, adanya varises esofagus, terapi diuretika, gangguan elektrolit, obat obatan nefrotoksis, peningkatan tekanan intraabdominal oleh karena ascites yang masif.2 SHR secara klinis dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe yaitu: SHR tipe 1, SHR tipe 1 merupakan manifestasi yang sangat progresif, dimana terjadi peningkatan serum kreatinin dua kali lipat (nilai awal serum 6
  • 7. kreatinin lebih dari 2.5 mg/dL) atau penurunan bersihan kreatinin 50% dari nilai awal hingga mencapai 20 ml/menit dalam waktu kurang dari 2 minggu. Prognosis umumnya sangat buruk, yaitu sekitar 80% akan meninggal dalam 2 minggu, dan hanya 10% yang bisa bertahan lebih dari 3 bulan. Penyebab kematian adalah karena gagal sirkulasi, gagal hati, gagal ginjal dan ensefalopati hepatik.2,4 SHR tipe 2. SHR tipe 2 merupakan bentuk kronis SHR, ditandai dengan penurunan LFG yang lebih lambat. Kondisi klinis pasien biasanya lebih baik dibanding SHR tipe 1, dengan angka harapan hidup yang lebih lama. Prognosis SHR tipe 2 umumnya buruk, yaitu angka harapan hidup 5 bulan sekitar 50% dan 1 tahun sebesar 20%. SHR tipe 2 dapat berkembang menjadi SHR tipe 1.2,4 Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ada pengobatan efektif untuk SHR, oleh karena itu pencegahan terjadinya SHR harus mendapat perhatian yang utama. Mengingat SHR sebagian besar dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien sirosis. Oleh karena itu penderita sirosis sangat sensitif terhadap perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, maka hindari pemakaian diuretik agresif, parasentesis asites dan restriksi cairan yang berlebihan.2 Pengukuran dengan CVP (Central Venous Pressure) penting dan lakukan fluid challenge test dengan pemberian NaCl 0.9% bila tersedia dapat diberikan dengan human albumin solution (HAS).4 Terapi suportif lain berupa diet tinggi kalori dan rendah protein, koreksi keseimbangan asam basa, hindari pemakaian NSAID. Peritonitis bakterialis spontan pada sirosis harus segera diobat sedini dan seadequat mungkin. 7
  • 8. Pencegahan ensefalopati hepatik juga harus dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya SHR.2 Hemodialisa belum pernah secara formal diteliti pada pasien dengan SHR, namun tampaknya tidak cukup efektif dan efek samping tindakan yang cukup berat, misalnya hipotensi, koagulopati, sepsis dan perdarahan saluran cerna.2 Hemodialisa sering dilakukan untuk mengontrol gejala azotemia dan menjaga keseimbangan elektrolit sebelum dilakukan transplantasi hati.5 Pengobatan medikamentosa. Pemberian vasodilator seperti Dopamin secara luas digunakan untuk mengatasi vasokonstriksi ginjal, namun belum ada bukti pemberian dopamin ini secara bermakna pada SHR.2 Sebaliknya pemberian vasokonstriktor juga dapat digunakan. Rasionalisasi penggunaan vasokonstriktor adalah untuk mengatasi vasodilatasi splangnik (yang merupakan salah satu hipotesis terjadinya SHR). Pemberian vasokonstriktor akan memberikan dampak yang positif terutama bila dikombinasi dengan pemberian infus albumin atau koreksi albumin serum. Terlipressin merupakan vasokonstriktor yang baik pada kasus SHR. Oktreotid merupakan vasokonstriktor alternatif bila terlipressin belum atau tidak tersedia.2 Tindakan Invasif Transplantasi hati. Angka harapan hidup SHR tipe 1 umumnya pendek yaitu dari beberapa hari atau kurang dari 2 minggu, sehingga transplantasi hati pada tipe 1 sulit dilaksanakan.2 Pada SHR tipe 2, transplantasi hati terbukti bermanfaat pada 90% kasus dengan angka ketahanan hidup yang lebih kurang sama dengan transplantasi hati pada pasien tanpa SHR.2 TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt) TIPS dapat 8
  • 9. memperbaiki perfusi ginjal dan menurunankan aktivitas aksis RAAS. Pada pasien SHR yang tanpa transplantasi hati TIPS bermanfaat pad 75% kasus, dengan angka ketahanan hidup SHR tipe 2 lebih baik dibandin tipe 1 (70% vs 20%).2 Extracorporeal Albumin Dyalisis. Metode ini adalah modifikasi dialisis dengan menggunakan albumin untuk mengikat dialisat. Metode ini dikenal sebagai MARS (Molecular Absorbent Recirculating System). Penelitian masih dilakukan terbatas, dan pada SHR tampaknya cukup bermanfaat dan umumnya digunakan untuk persiapan transplantasi hati.2 9
  • 10. Daftar pustaka 1. Runyon BA, Sterns RH, Forman JP.Hepatorenal Syndrome. Uptodate [serial online] Version 19.3. Nov 2011 (diunduh 12 Juli 2013) Tersedia dari: URL:HYPERLINX http://www.uptodate.com/contents/hepatorenal-syndrome 2. Setiawan PB, Kusumobroto H. Sindrom Hepatorenal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006.h.681 3. Gines P, Schrier RW.Renal Failure in Cirrhosis. N Engl J Med 2009;361:1279- 90 (diunduh 12 Juli 2013). Tersedia dari: URL:HYPERLINX http:/www.njem.org 4. Sherlock S, Dooley J. Diseases of the Liver and Biliary System. [ebook] Edisi ke-11. Oxford; Blackwell Science. 2002.h.140 5. Runyon BA. Management of Adult Patients with Ascites Due to Cirrhosis. (diunduh 12 Juli 2013). Tersedia dari: URL:HYPERLINX http://www.aasld.org/practiceguidelines/Pages/default.aspx 10
  • 11. 11
  • 12. 12