1. P E M E N U H A N
K E B U T U H A N
D A S A R
OKSIGEN
IRENE FEBRIANI,S.KEP.,MKM
2. outline
• Pengantar kebutuhan dasar manusia
• Kebutuhan Oksigenasi
• Anatomi dan fisiologi Sistem Pernapasan
• Gangguan masalah kebutuhan oksigenasi
• Tindakan mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi
5. Oksigenasi
✓Adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan
CO2
✓Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki
dan biasanya pasien akan meninggal.
✓Kebutuhan oksigenasi → Salah satu kebutuhan dasar pada
manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan
oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolism sel
tubuh, mempertahankan hidupnya dan melakukan aktivitas bagi
berbagai organ dan sel.
6. Anatomi dan Fisiologi system pernapasan
✓Bagian atas
hidung
Faring
Laring
Trakhea
✓Bagian bawah
Paru-paru
Bronkus
Alveoli
7. Hidung
• Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
Pada hidung terdapat nares anterior yang mengandung kelenjar
sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara
ke rongga hidung, sebagai bagian hidung lainnya, yang dilapisi oleh
selaput lender dan mengandung pembuluh darah.
• Udara yang masuk melalui hidung akan disaring ioleh rambut yang
ada divestibulum (sebagai bagian dari rongga hidung). Kemudian
udara tersebut akan dihangatkan dan dilembabkan.
8. Faring dan Laring (tenggorokan)
• Faring dianalogikan sebagai pipa berotot yang terletak dari dasar
tengkorak sampai esophagus. Faring terdiri dari 3 bagian yaitu
nasofaring (belakang hidung), orofaring (belakang mulut) dan
laringofaring (belakang laring)
• Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring. Laring terdiri
atas tulang rawan tang diikat bersama ligament dan membrane
dengan dua lamina yang bersambung digaris tengah
9. Trakhea
• Merupakan batang tenggorok merupakan kelanjutan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis
kelima. Trakea memiliki Panjang +- 9 cm dan tersusun atas
16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin. Trakhea
dilapisi oleh selaput lender dan terdapat epitelium bersilia
yang bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
10. Bronkhus dan bronkhiolus
• Bronkhus merupakan kelanjutan dari trachea yang bercabang
menjadi bronchus kanan dan kiri. Bronkhus bagian kanan lebih
pendek dan lebar dari pada bagian kiri. Bronkhus kanan memiliki 3
lobus, yaitu lobus atas, tengah dan bawah. Sedangkan bronchus kiri
lebih Panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas
dan bawah.
• Bronkhiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkhus
11. Paru – paru
• Paru paru merupakan organ utama dalam system pernapasan. Paru
paru terdiri dari dua bagian, yaitu oaru oaru kiri dan kanan. Pada
bagian tengan terdapat organ jantung yang berbentuk kerucut
beserta pembuluh darah. Bagian puncak paru-paru di sebut apeks.
• Paru-paru terdiri atas beberapa lobus dan diselaputi oleh pleura.
Plaura terdiri dari dua macam yaitu pelura parietalis dan pleura
viseralis. Diantara pleura terdapat cairan surfaktan. Keberadaan
cairan tersebut ditujukan untuk melindungi paru-paru.
15. Istilah dan nilai normal
➢SATURASI OKSIGEN (SaO2) : penyerapan oksigen dalam darah Nilai
Normal ≥ 95%
➢TEKANAN PARSIAL OKSIGEN (PaO2) : tekanan gas oksigen terhadap
total tekanan gas campuran di dalam udara. penanda oksigenasi
dalam darah arteri. NORMAL 85 – 100 mmHg
➢TEKANAN PARSIAL KARBON DIOKSIDA (PaCo2) : tekanan gas karbon
dioksida terhadap total tekanan gas campuran di dalam udara.
penanda kadar karbon dioksida dalam darah arteri. → TEKANAN
PARSIAL KARBON DIOKSIDA DARAH. NORMAL 38 – 42 mmHg
➢FiO2 → fraksi / konsentrasi / kadar oksigen yang dihirup manusia
normalnya 21% (udara alami)
16.
17. Lanjutan
✓Secara fisiologis tubuh manusia mengkonsumsi okgisen 115-165
ml/menit/meter persegi dari luas permukaan tubuh
✓Penyediaan oksigen sebanyak 550-650 ml/menit/meter persegi
permukaan tubuh
✓Sehingga tersisa 435-485 ml didalam darah
✓Jika pasien tidak bernapas / tidak diberi oksigen maka dalam
waktu 3-4 menit oksigen akan segera habis digunakan untuk
metabolisme tubuh
18. Tindakan mengatasi masalah kebutuhan
oksigenasi
1. Latihan napas dalam
2. Latihan batuk efektif
3. Pemberian oksigen → indikasi terapi oksigen
4. Fisioterapi dada
5. Pengisapan lendir
6. Pengambulan sputum
7. Pemberian nebulizer
23. Oleh karena itu :
• Fraksi oksigen yang diperlukan sebesar 28,55% atau sebanyak ± 2,5
Liter / menit
• Menggunakan nasal kanul
• Alasan : karena aliran rendah, diyakini tidak ada sumbatan jalan
napas. Pasien dapat makan minum dan berbicara… dst
24. Tujuan terapi oksigen
• Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90% untuk :
1. Mencegah hipoksia sel & jaringan
2. Menurunkan kerja nafas
3. Menurunkan kerja otot jantung
25. OKSIGEN DIANGGAP SEBAGAI OBAT, maka
mempunyai :
•INDIKASI PEMAKAIAN
•DOSIS PEMBERIAN
•CARA PEMAKAIAN
•EFEK SAMPING
26. Pedoman pemberian Terapi Oksigen (O2)
1. Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis
2. Tentukan konsentrasi oksigen yang dikehendaki : RENDAH /
TINGGI
3. Pantau keberhasilan terapi
4. Lakukan pemeriksaan gas darah / pantau saturasi secara periodic
5. Apabila perlu maka dilakukan perubahan terhadap cara
pemberian terapi oksigen
6. Selalu perhatikan efek samping dari terapi oksigan yang diberikan
29. Kanula nasal
Keuntungan:
1) Pemasangannya lebih mudah dibandingkan dengan
kateter nasal
2) Lebih murah dan disposibel
3) Pasien lebih mudah makan, minum dan berbicara
4) Pasien lebih mudah mentolerir dan merasa nyaman
5) Pemberian oksigen lebih stabil dengan volume tidal dan
laju pernafasan yang teratur
Kerugian:
1) Konsentrasi yang diberikan tidak bisa lebih dari 44%
2) Mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1-1.5 cm
3) Oksigen bisa berkurang jika pasien bernapas melalui
mulut
4) Aliran Oksigen > 4 liter/menit jarang digunakan→tidak
akan menambah FiO2 dan bisa menyebabkan iritasi selaput
lender serta mukosa kering
5) Pemasangan selang nasal yang terlalu ketat dapat
mengiritasi kulit di daerah telinga dan hidung
30. Indikasi
• Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal
kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak
sesak).
• Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK,
atau penyakit paru yang lain
Kontraindikasi:
1) Pada pasien dengan obstruksi nasal
2) Pasien yang apneu
Hal-hal yang harus diperhatikan (Potter & Perry, 2010):
1) Pastikan jalan napas harus paten tanpa adanya sumbatan di nasal
2) Hati-hati terhadap pemakaian kanul nasal yang terlalu ketat dapat menyebabkan
kerusakan kulit ditelinga dan hidung.
3) Jangan terlalu sering menggunakan aliran > 4 liter/menit karena dapat
menimbulkan efek pengeringan pada mukosa
31. Simple mask
• Alat ini memberikan
oksigen jangka pendek,
kontinyu atau selang seling
serta konsentrasi oksigen
yang diberikan dari tingkat
rendah sampai sedang.
Aliran oksigen yang
diberikan sekitar 5-8
liter/menit dengan
konsentrasi oksigen antara
40-60%.
32. Hal-hal yang harus diperhatikan (Ignatavicius, 2006 &
Suzanne, 2008):
1) Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit karena
untuk mendorong CO2 keluar dari masker
2) Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan
terlalu ketat pemasangan karena dapat menyebabkan
penekanan kulit yang bisa menimbulkan rasa phobia ruang
tertutup
3) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker
dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
33. euntungan:
1) Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang berlubang
besar
2) Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal ataupun kateter
nasal
3) Dapat diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol
Kerugian :
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%
2) Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah
3) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
4) Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
5) Umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
6) Menimbulkan rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut dan pipi
34. Sungkup muka dengan kantong udara –
Rebreathing
• Rebreathing mask mengalirkan
oksigen konsentrasi oksigen
60-80% dengan kecepatan
aliran 8-12 liter/menit.
• Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat
inspirasi maupun ekspirasi.
• Pada saat inspirasi, oksigen
masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan
kantung reservoir, ditambah
oksigen dari kamar yang
masuk dalam lubang ekspirasi
pada kantong.
rebreathing
• Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple face mask
35. Hal-hal yang harus diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian
kantong reservoir.
2) Memasang kapas kering di daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit
3) Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena
apabila ini terjadi, aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien
menghirup sejumlah besar karbondioksida.
36. Keuntungan:
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka sederhana
2) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian:
1) Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3) Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
4) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
5) Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
37. Sungkup muka dengan kantong udara – non rebreathing
• Non rebreathing mask
mengalirkan oksigen
konsentrasi oksigen
sampai 80- 100% dengan
kecepatan aliran 10-12
liter/menit.
• Pada prinsipnya, udara
inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2
katup
Non-rebreathing
• 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1
katup yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi.
38. Hal-hal yang perlu diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian
kantong reservoir
2) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan
tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
3) Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada
tempatnya
4) Menjaga supaya kantong O2 tidak terlipat/mengempes untuk
mencegah bertambahnya CO2
39. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
1) Konsentrasi oksigen yang diperoleh bisa tinggi bahkan sampai
100%
2) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian:
1) Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk
makan dan batuk
4) Terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama ketika pasien tidak
sadar
40. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KANULA NASAL
dan simple mask
Tindakan Rasional
Inspeksi tanda dan gejala pada pasien
yang berhubungan dengan hipoksia dan
adanya sekresi pada jalan napas
Hipoksia yang tidak diobati
menyebabkan disritmia jantung dan
kematian. Keberadaan sekresi jalan
napas menurunkan efektivitas
penghantaran oksigen
Jelaskan kepada pasien dan keluarga
hal-hal yang diperlukan dalam prosedur
dan tujuan pemberian oksigen
Menurunkan kecemasan pasien yang
dapat menurunkan konsumsi oksigen
dan meningkatkan kerjasama pasien
Kumpulkan suplai dan peralatan yang
dibutuhkan : kanula nasal, selang
oksigen, humidifier, air steril, sumber
oksigen dengan alat, flowmeter
Menjamin dalam melaksanakan
prosedur yang diselesaikan dengan
cepat dan efisien
Cuci tangan / gunakan hand scoen Mengurangi penyebaran infeksi
Alat dan bahan :
kanula nasal, selang oksigen, humidifier (air steril), sumber oksigen dengan alat, flowmeter, hand
scoen , kain kasa/cotton bud, alcohol (alkohol swab), hipapix, aquades, bengkok
41. Lanjutan
Tindakan Rasional
Perhatikan jalur napas Meyakinkan tidak ada hambatan jalan napas
Pasang nasal kanula ke selang oksigen dan
hubungan ke sumber oksigen yang dilembabkan dan
diatur sesuai dengan kecepatan aliran yang
diprogramkan, pastikan udara mengalir melalui
punggung tangan / masukkan ke dalam gelas cairan
steril (perhatikan gelembung)
Mencegah kekeringan pada membrane mukosa
nasal dan membrane mukosa oral serta sekresi jalan
napas dan mencegah sumbatan selang
Letakkan ujung kanula ke dalam lubang hidung dan
atur lubang kanula yang elastis sampai kanula
benar-benar pas menempati hidung dan nyaman
bagi pasien
Membuat aliran oksigen langsung masuk ke dalam
saluran napas bagian atas. Pasien akan tetap
menjaga kanula pada tempatnya apabila kanula
tersebut pas kenyamanannya, jika diperlukan
sematkan hipapix
Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan
sambungkan ke pakaian pasien
Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala
tanpa kanula tercabut dan mengurangi tekanan
pada ujung kanula yang ke hidung
Periksa kanula setiap 8 jam dan pertahankan tabung
pelembab terisi setiap waktu
Memastikan kepatenan kanula dan aliran oksigen.
Mencegah inhalasi oksigen yang tidak dilembabkan
42. Lanjutan
Tindakan Rasional
Observasi hidung dan permukaan superior kedua
telinga pasien untuk melihat adanya kerusakan kulit
Pemberian oksigen menyebabkan mukosa nasal
mongering. Tekanan di dalam telinga akibat selang
kanula atau selang elastis menyebabkan iritasi kulit.
Periksa kecepatan aliran oksigen dan program
dokter setiap 8 jam
Memastikan kecepatan aliran oksigen yang diberikan
dan kepatenan kanula
Cuci tangan Mengurangi penyebaran mikroorganisme
Inspeksi pasien untuk melihat apakah gejala yang
berhubungan dengan hipoksia telah hilang
Mengindikasikan telah ditangani atau telah
berkurangnya hipoksia
Mencatat metode pemberian oksigen Aspek tanggung jawab
43. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) masker
rebreathing dan non rebreathing
Tindakan Rasional
Inspeksi tanda dan gejala pada pasien
yang berhubungan dengan hipoksia dan
adanya sekresi pada jalan napas
Hipoksia yang tidak diobati
menyebabkan disritmia jantung dan
kematian. Keberadaan sekresi jalan
napas menurunkan efektivitas
penghantaran oksigen
Jelaskan kepada pasien dan keluarga
hal-hal yang diperlukan dalam prosedur
dan tujuan pemberian oksigen
Menurunkan kecemasan pasien yang
dapat menurunkan konsumsi oksigen
dan meningkatkan kerjasama pasien
Kumpulkan suplai dan peralatan yang
dibutuhkan : kanula nasal, selang
oksigen, humidifier, air steril, sumber
oksigen dengan alat, flowmeter
Menjamin dalam melaksanakan
prosedur yang diselesaikan dengan
cepat dan efisien
Cuci tangan / gunakan hand scoen Mengurangi penyebaran infeksi
Alat dan bahan :
Masker oksigen + kantung, selang oksigen, humidifier (air steril), sumber oksigen dengan alat,
flowmeter, hand scoen , kain kasa/cotton bud
44. Lanjutan
Tindakan Rasional
Perhatikan jalur napas Meyakinkan tidak ada hambatan jalan napas
Pasang masker ke selang oksigen dan hubungan ke
sumber oksigen yang dilembabkan dan diatur sesuai
dengan kecepatan aliran yang diprogramkan,
pastikan udara mengalir dengan cara
memperhatikan pengembangan kantung oksigen
Mencegah kekeringan pada membrane mukosa
nasal dan membrane mukosa oral serta sekresi jalan
napas dan mencegah sumbatan selang
Letakkan masker hinga benar-benar pas menempati
hidung dan nyaman bagi pasien
Membuat aliran oksigen langsung masuk ke dalam
saluran napas bagian atas.
Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan
sambungkan ke pakaian pasien
Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala
tanpa kanula tercabut dan mengurangi tekanan
pada ujung kanula yang ke hidung
Periksa setiap 8 jam dan pertahankan tabung
pelembab terisi setiap waktu, kantung udara
mengembang sesuai ketentuan
Memastikan kepatenan kanula dan aliran oksigen.
Mencegah inhalasi oksigen yang tidak dilembabkan
45. Lanjutan
Tindakan Rasional
Periksa kecepatan aliran oksigen dan program
dokter setiap 8 jam
Memastikan kecepatan aliran oksigen yang diberikan
dan kepatenan kanula
Cuci tangan Mengurangi penyebaran mikroorganisme
Inspeksi pasien untuk melihat apakah gejala yang
berhubungan dengan hipoksia telah hilang
Mengindikasikan telah ditangani atau telah
berkurangnya hipoksia
Mencatat metode pemberian oksigen Aspek tanggung jawab
46. Latihan napas dalam
• nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan
• menurunkan intensitas nyeri teknik relaksasi
nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah
• Tujuan relaksasi nafas dalam menurut Smeltzer
& Bare, (2002) adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis paru, meningkatkan
efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri
dan menurunkan kecemasan.
47. SOP
NAPAS
DALAM
Tindakan Rasional
Cuci tangan dan pasang hand scoen Mencegah dan meminimalkan
kemungkinan resiko penularan
penyakit
Jelaskan prosedur tindakan Memberi pemahaman dan
mendapatkan kerjasama klien
Bantu klien duduk di tempat
tidur atau posisikan tempat
tidur dalam posisi fowler tinggi
Postur yang tegak
memungkinkan ekspansi paru
maksimal
Instruksikan klien menarik nafas
sedalam mungkin.
Menghasilkan ekspansi paru
yang maksimal dan membuka
jalan nafas
Instruksikan klien untuk
menghembuskan nafas secara
perlahan
Menghasilkan ekspirasi yang
maksimal
Ulangi langkah 4 dan 5
sebanyak 10-20 kali
Relaksasi
Catat respon yang terjadi (pening, sesak,
atau masalah
pernafasan yang lainnya)
Mengetahui reaksi danperkembangan lebih lanjut
dariklien
Rapikan klien Memberikan kenyamanan
cuci tangan Menciegah dan meminimalkan kemungkinan resiko
penularanpenyakit
Dokumentasi Aspek tanggung jawab
48. Efek samping keracunan oksigen
• Efek samping yang sering dikhawatirkan adalah keracunan oksigen,
tetapi hal tersebut terjadi setelah 24-48 jam terapi oksigen dengan
fraksi inspirasi oksigen (Fi02)>60%. Oleh karena itu sedapat
mungkin setelah masa kritis, terapi oksigen diturunkan bertahap
sampai Fi02
49. Depresi napas
• Depresi napas dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia
kronis. Pada penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
kendali pusat napas bukan oleh karena kondisi hiperkarbia seperti
pada keadaan normal, tetapi oleh kondisi hipoksia sehingga pabila
kada oksigen (O2) dalam darah meningkat maka akan dapat
menimbulkan depresi napas. Pada penderita penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), terapi oksigen (O2) dianjurkan dilakukan
dengan sistem aliran rendah dan diberikan secara intermiten
50. kongesti paru, penebalan membran alveoli,
edema, konsolidasi dan atelektasis
• Keracunan oksigen (O2) terjadi apabila pemberian
oksigen (O2) dengan konsentrasi tinggi (di atas 60%)
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan
menimbulkan perubahan pada paru dalam bentuk
kongesti paru, penebalan membran alveoli,
edema, konsolidasi dan atelektasis. Pada keadaan
hipoksia berat, pemberian terapi oksigen dengan
fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang mencapai 100% dalam
waktu 6-12 jam untuk penyelamatan hidup seperti
misalnya pada saat resusitasi masih dianjurkan
namun apabila keadaan kritis sudah teratasi maka
fraksi oksigen (O2) (FiO2) harus segera di turunkan
51. retrolental fibroplasia
• Efek samping pemberian terapi oksigen (O2)
terhadap susunan saraf pusat apabila diberikan
dengan konsentrasi yang tinggi maka akan dapat
menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada
sendi sedangkan efek samping pemberian terapi
oksigen (O2) terhadap mata, terutama pada bayi
baru lahir yang tergolong prematur, keadaan
hiperoksia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada retina akibat proliferasi
pembuluh darah yang disertai dengan
perdarahan dan fibrosis atau seringkali disebut
sebagai retrolental fibroplasia