Dokumen tersebut membahas tentang teknik sampling lingkungan, berbagai parameter lingkungan, dan inventarisasi sumber daya alam di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dokumen ini juga menampilkan peta zonasi mangrove, hutan, dan daerah penangkapan ikan hasil kerjasama antara Bappeda Propinsi NTT dan Jurusan Perikanan Universitas Nusa Cendana.
2. KONSEP POPULASI DAN SAMPEL
• Survey lokasi dilakukan untuk mengetahui
kondisi populasi yang akan diamati
• Bentang areal pengamatan diperlukan untuk
mengetahui titik-titik pengambilan sampel
• Peletakan transek dan/atau titik-titik
pengambilan sampel mempengaruhi intepretasi
populasi
• Karakteristik nekton, plankton, benthos, padang
lamun, terumbu karang, mangrove menentukan
teknik sampling yang akan dipilih
• Efisiensi biaya, waktu, tenaga sebagai faktor
pendukung dalam manajemen lingkungan
9. NEKTON
• Adalah kelompok hewan air dari filum Pisces
• Habitat ikan adalah perairan tawar, estuari, laut
• Alat yang sering digunakan adalah jaring insang
percobaan, dengan ukuran mata jaring 2-10 cm,
dengan panjang bervariasi 5-10 m, tinggi 1-2
meter, yang dilengkapi dengan pelampung dan
pemberat
• Jaring diletakkan sejajar, atau tegak lurus garis
pantai, di bagian permukaan atau dasar
perairan, bergantung pada jenis ikan yang
beruwaya yang dijasikan objek kajian
• Waktu pemasangan jaring berkisar antara 12-24
jam bergantung pada spesies ikan yang diamati
• Prinsip penangkapan gill net berlaku untuk
teknik sampling dengan jaring insang percobaan
10. NEKTON
• Jaring insang hanyut (drift gillnet), biasanya
hanya satu macam ukuran mata jaring,
diletakkan melayang di badan air, digerakkan
dengan menggunakan perahu
• Jaring pantai (beach seine), jaring ini memiliki
sisi kanan dan kiri, dioperasikan di tepi pantai,
menyerupai kantong, jaring sayap lebih besar
dibandingkan jaring kantong (5-8 m), dengan
ukuran mata jaring 1-1,5 cm
• Jaring puntal (trammel net)
• Jaring insang kantong
• Jaring larva berupa kantong (larval net)
• Pancing
• Bubu, serok, electro fishing
11. Sampel ikan diawetkan pada larutan formalin 40%
(pengenceran dari Larutan formalin 100%)
Untuk ikan yang terlalu besar maka dilakukan penyuntikan pada bagian
Perut dengan formalin 100% (tanpa pengenceran)
Pengawetan membantu proses identifikasi
Dan/atau penghitungan lain
(contoh kebiasaan makanan dengan membedah lambung ikan)
Kertas label
Botol sampel
Buku identifikasi dan peralatan
Penunjang lainnya (mikroskop)
?
12. ANALISIS DATA NEKTON
• Komposisi jenis, dilakukan dengan melihat jumlah masing-
masing jenis pada setiap stasiun pengamatan
• Kelimpahan relatif (Krebs, 1972), penghitungan persentase
jumlah tiap jenis
• Frekuensi keterdapatan, digunakan untuk menunjukkan
luasnya penyebaran lokal jenis tertentu (Misra, 1968)
• Indeks keanekaragaman, indeks Shannon-Wiener (Brower and
Zar, 1990)
%100x
N
ni
Kr
%100x
T
ti
Fi
ti:jumlah stasiun untuk spesies-I tertangkap
T: jumlah seluruh stasiun pengamatan
N
ni
Log
N
ni
H
n
i
2'
1
H’<1=keanekaragaman rendah
1<H’<3 = keanekaragaman sedang
H’>3 = keanekaragaman tinggi
13. ANALISIS DATA NEKTON
• Indeks keseragaman
• Indeks dominansi
• Hubungan panjang berat
• Penentuan jenis makanan
• Luas relung dan tumpang tindih relung
• Analisis tingkat reproduksi (tingkat kematangan
gonad=TKG, indeks kematangan gonad = IKG, dan
fekunditas)
14. BENTHOS
• Berbagai jenis dan tipe organisme yang hidup di
dasar perairan, baik tertancap (sponge), merayap
(kepiting), ataupun mebenamkan diri dalam pasir
atau lumpur (kerang-kerangan, cacing)
• Berdasarkan ukuran terbagi atas makrobenthos
(tersaring pada saringan ukuran 0,5 mm), dan
mikrobenthos (lolos tersaring pada ukuran
makrobenthos)(ellys, 1984)
• Berdasarkan pelekatannya dibedakan menjadi
epiflora (tumbuhan), epifauna (batu karang), dan
infauna (dalam dasar perairan)
• Sesile dan metile (pola hidup menetap dan/atau
berpindah tempat)
• Organisme bersifat sesile dapat dijadikan sebagai
indikator kualitas lingkungan perairan, contohnya
kerang-kerangan
15. • Pada substrat dasar yang keras
digunakan peterson grab,
orange peel sampler
• Penentuan titik sampling secara
random sampling dan/atau
stratified random sampling
• Untuk dasar perairan keras
berbartu digunakan surber, atau
bingkai kuadrat
• Pengambilan sampel,
penyaringan, pengawetan
16. PENGAWETAN BENTHOS
• Formalin dengan pengenceran menggunakan air
laut (1:9)
• Penggunaan alkohol disarankan untuk diencerkan
dengan akuades untuk menghindari penguapan
• Spesimen harus selalu terendam dalam larutan
pengawet dengan ukuran wadah tidak lebih kecil
dari ukuran spesimen
• Pengawetan dilakukan untuk menghindari
pembusukan spesimen dalam waktu cepat. Bila
spesimen belum diidentifikasi, maka dianjurkan
untuk mengganti larutan pengawet setelah tiba di
laboratorium
• Segera dipisahkan antara spesimen yang berkulit
keras dan berkulit lunak agar tidak rusak
• Dokumentasi sangat penting untuk keperluan
identifikasi
17. KUALITAS AIR
• Pengukuran kualitas air, sedapat mungkin
dilakukan secara in-situ
• Tujuan in-situ adalah untuk memperoleh gambaran
mendekati kondisi lingkungan perairan yang
sebenarnya
• Pemilihan in-situ atau ek-situ bergantung pada
ketersediaan alat-alat yang tersedia
• Apabila tidak mungkin dilakukan secara in-situ,
metode ek-situ dapat dijadikan alternatif
• Metode ek-situ memerlukan beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi untuk meminimalkan
perubahan parameter kualitas air sebagai akibat
perpindahan dari lokasi ke laboratorium
19. PADANG LAMUN
• Tumbuhan berbunga yang tumbuh bergerombol
membentuk rumpun
• Sering sebagai komponen utama dominan di lingkungan
pesisir
• Lamun membutuhkan dasar lunak yang mudah ditembus
oleh perakaran guna menyokong pertumbuhannya
• Menurut Iizumi et al (1980), sumber utama lamun lebih
banyak dari sedimen
• Komunitas lamun dapat ditemukan mulai dari permukaan
laut hingga kedalaman 90 meter (Duarte, 1991)
20. PADANG LAMUN
• Perlu standarisasi sampling dan identifikasi, teknik
pengawetan sampel, pada pemantauan keanekaragaman
di wilayah pesisir
• Sampling lamun dilakukan sedikitnya oleh 2 orang
• Penghitungan kerapatan lamun menggunakan transek
kuadrat berukuran 50x50 cm, dan transek garis
sepanjang 50-100 m
• Penetapan stasiun diikuti dengan peletakan transek garis,
dan peletakan kuadrat
• Transek garis tegak lurus dengan garis pantai
21. PADANG LAMUN
• Jarak antar stasiun berdasarkan hasil pemantauan umum
(keanekaragaman), semakin beragam maka jarak antar
stasiun relatif sempit yaitu kurang lebih 5 m
• Apabila semakin homogen, jarak yang digunakan 10-20m
• Titik transek kuadrat minimal 3 titik pada masing-masing
transek garis, sampai batas akhir sebaran lamun ke arah
laut
• Kajian kuantitatif mengukur keanekaragaman, kuantitas
lamun yang ditemukan berdasarkan satuan waktu,
keberlanjutan pemanenan, unsur hara, nilai ekonomis
• Dekstruktif sampling dan non dekstruktif sampling
• Perhatian utama adalah substrat dasar berlumpur yang
dapat mengalami pengadukan apabila sampling
dilakukan pada saat air surut
22. PADANG LAMUN
• Koleksi segar harus segera ditangani untuk menghindari
kerusakan dan perubahan warna yang dapat mengabur-
kan pengamatan pada saat identifikasi
• Untuk keperluan analisis, sampel segera disimpan dalam
refrigrator (24 jam) dan untuk waktu lama dapat disimpan
dalam freezer
• Sampel ukuran besar dapat dilekatkan pada kertas her-
barium
• Sampel berukuran kecil disimpan dengan pengawet
formalin (3-10%) yang diencerkan dengan air laut
• Sampel dengan ukuran sangat kecil diletakkan pada
kaca mikroskop dengan pengawet minyak jagung/fenol
• Metode sederhana untuk preservasi dan transportasi
adalah dengan memasukkan dalam termos
25. Keberadaan mangrove dapat mengundang biota laut lainnya untuk
menghuninya. Keberadaan biota laut ini dapat memperkaya biodoiversity
kawasan tersebut.
26. DIATOMS
- Sub Ordo : Fragillarineae, Naviculineae, Coscinodiscineae, Rhizosoleniae,
Odontellaneae
- Planktonic and Benthic
- Single-celled or unicellulars (e.g. chain-forming)
- No moving organelle
- 2 frustule : epitheca and hypotheca
- Pennate and centric
- Some are toxics : Pseudonitzschia, nitzschia
DINOFLAGELLATES
- Has flagels for moving
- High nutrient requirements
- More stagnant waters
- Toxic algae (red-tide causing algae)