1. TUGAS MANDIRI
Mata Kuliah:
FILSAFAT PENDIDIKAN
Nama : Lilik Atminiwati
NIM : 1007676
Program S-1 Dual Modes
Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Cibiru - Bandung
2012
2. TUGAS MANDIRI
Mata Kuliah:
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Nama : Lilik Atminiwati
NIM : 1007676
Program S-1 Dual Modes
Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Cibiru - Bandung
2012
3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BISA
MENDIDIK DAN DIDIDIK
A. Manusia Sebagai Makhluk yang Bisa Mendidik
1. Pengertian
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makhluk
sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk mendidik ialah guru.
Pendidik dan guru memiliki persamaan arti. Bedanya ialah bahwa istilah guru
dipakai dilingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di
lingkungan formal maupun informal.
Pada dasarnya pendidik yang pertama adalah orang tua dari anak
didik. Sekurang-kurangnya ada dua alasan untuk itu. Pertama karena kodrat ;
orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya dan karena itu ia
ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua, karena
kepentingan kedua orang tuanya ; yaitu orang tua berkepentingan terhadap
kenajuan perkembangan anaknya.
4. 2. Tugas Pendidik
a. Membimbing si Terdidik : Mencari pengenalan terhadapnya
mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, dan sebagainya.
b. Menciptakan situasi untuk pendidikan
Yang dimaksud dengan situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana
tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan dengan
hasil yang memuaskan.
Tugas lain ialah harus pula memiliki pengetahuan-pengetahuan yang
diperlukan, pengetahuan-pengetahuan agama, dan lain-lain. Pengetahuan ini
jangan hanya sekadar diketahui tetapi juga diamalkan dan diyakini sendiri.
Ingatlah bahwa kedudukan pendidik adalah pihak yang “lebih” dalam situasi
pendidikan. Dan harus ingat pula bahwa pendidik itu adalah seorang manusia
dengan sifat-sifatnya tidak sempurna.
Allah SWT telah menyerukan kepada umat-Nya supaya melaksanakan
pekerjaan sebagai pendidik atau pengajar.
Ø Perbuatan mendidik adalah perintah yang wajib dilaksanakan, dan
barang siapa yang mengelak dari kewajiban ini diancam dengan siksa api
neraka.
Ø Perbuatan mendidik adalah perbuatan yang terpuji dan mendapat
pahala dari Allah dengan pahala yang sangat banyak
5. Ø Perbuatan mendidik merupakan amal kebajikan jariyah yang akan
mengalirkan pahala selama ilmu yang diajarkan tersebut masih diamalkan
oleh orang yang belajar tersebut.
Ø Perbuatan mendidik adalah amal kebajikan yang dapat mendapatkan
magrifah dari Allah SWT.
Ø Perbuatan mendidik adalah perbuatan yang sangat mulia karena
mengolah organ manusia yang mulia.
Menurut H. Mubangid bahwa syarat untuk menjadi pendidik adalah
dia harus orang beragama, mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan
agama, memiliki perasaan panggilan murni.
C. Manusia Sebagai Makhluk yang Bisa Dididik
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari
orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan
dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Allah berfirman
dalam surat An-Nahl : 78, Yang artinya “Tuhan itu melahirkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun”.
Untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya maka
manusia harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan
mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung
aspek-aspek kepentingan, antara lain :
6. a) Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal
educandum : Makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya
manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat
dididik. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya mereka dapat
dididik dan dikembangkan ke arah yang diciptakan setaraf dengan
kemampuan yang dimilikinya. Rosululloh bersabda ; “kewajiban orang tua
kepada anaknya adalah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun,
dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, memberi makan dengan
makanan yang baik serta mengawinkannya apabila ia telah mencapai
dewasa”. (H.R. Hakim)
Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang
selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan
menjadi manusia yang secara fisik dan mental memadai.
b) Aspek Sosiologis dan Kultural
Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya manusia adalah homo socius
(makhluk yang berwatak dan berkemapuan dasar atau yang memiliki
garizah/instink untuk hidup bermasyarakat). Sebagai makhluk sosial
manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial (social responsibility)
yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter relasi)
7. dan saling menpengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan
hidup mereka.
Apabila manusia sebagai makhluk sosial itu berkembang, maka berarti
pula manusia itu adalah makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun
material. Diantara instink manusia adalah adanya kecenderungan
mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaanya. Oleh
karena itu maka manusia perlu melakukan transformasi dan transmisi
(penyaluran dan pemindahan serta pengoperan) kebudayaannya kepada
generasi yang akan menggantikan dikemudian hari.
c) Aspek Tauhid
Ialah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk
yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous
(makhluk yang percaya adanya tuhan) atau homo religius (makluk yang
beragama). Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia m,enjadi
makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah karena didalam jiwa
manusia terdapat instink yang disebut instink religius atau garizah diniyah
(instink percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses
pendidikan instink religius atu garizah diniyah tersebut tidak akan mungkin
dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan
mutlak diperlukan untuk mengembangkan instink religius atau garizah
diniyah tersebut.
8. Hakekat Manusia dalam Pandangan Filsafat
Manusia merupakan makhluk yang sangat unik. Upaya pemahaman hakekat
manusia sudah dilakukan sejak dahulu. Namun, hingga saat ini belum mendapat
pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang
memang unik, antara manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda. Bahkan orang
kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaaan. Mulai dari fisik,
ideologi, pemahaman, kepentingan dll. Semua itu menyebabkan suatu pernyataan
belum tentu pas untuk di amini oleh sebagian orang. Para ahli pikir dan ahli filsafat
memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat
dilakukan manusia di bumi ini:
Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi,
Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan
bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang
tersusun,
Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai
membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animalyaitu binatang yang
pandai membuat alat,
9. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama,
bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya,
Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada
prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis,
Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr. M. J.
Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia
sebagai Animal Educadum dan Animal Educable, yaitu manusia adalah
makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Oleh karena itu, unsur
rohaniah merupakan syarat mutlak terlaksananya program-program
pendidikan