1. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk
mengenyam proses pembelajaran1
. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut
dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan
memberi pengajaran2
. Karenanya, istilah madrasah tidak hanya diartikan
sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab,
perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan seorang ibu juga bisa
dikatakan madrasah pemula3
. sementara Karel A. Steenbrik justru
membedakan antara madrasah dan sekolah-sekolah, dia beralasan bahwa antara
madrasah dan sekolah mempunyai ciri yang berbeda4
. Meskipun demikian,
dalam konteks ini penulis cenderung untuk menyamakan arti madrah dan
sekolah.
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau
tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya
yang berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
istilah madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.
B. Latar Belakang Munculnya Madrasah
Di Indonesia, madrasah merupakan fenomena modern yang dimulai
sekitar awal abad ke-20. Tidak ada kejelasan hubungan madrasah abad ke 11-
12 di timur tengah dengan munculnya madrasah di Indonesia pada awal abad
ke-20. Sejarah pertumbuhan madrasah di Indonesia, jika dikembalikan pada
situasi awal abad ke-20, dianggap memiliki latar belakang sejarahnya sendiri,
walaupun sangat dimungkinkan ia merupakan konsekuensi dari pengaruh
1
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 50
2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: Balai
Pustaka, 1984), h. 889.
3
Prof. Dr. suwito, sejarah sosial pendidikan islam, Kencana, Jakarta 2005. Hlm : 214
4
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), h. 160.
2. 3
intensif pembaharuan pendidikan Islam di timur tengah masa modern.
Berdasarkan penelitian Karel Steenbrink (1994), pendidikan Islam berevolusi
dari pesantren, madrasah dan kemudian sekolah, sebab itu madrasah di
Indonesia dianggap sebagai perkembangan lanjut atau pembaharuan dari
lembaga pendidikan pesantren dan surau.
Pada mulanya, pendidikan Islam dilaksanakan di surau-surau dengan
tidak menggunakan sistem klasikal dan tidak pula menggunakan bangku, meja,
papan tulis, hanya duduk bersila saja. Kemudian mulailah perubahan sedikit
demi sedikit sampai sekarang. Kemunculan madrasah tidak bisa lepas dari
beberapa faktor, diaantara faktor-faktor tersebut adalah:
1. Menurut Hasbullah dalam bukunya menyatakan bahwa, kemunculan
madrasah dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap sistem pesantren
yang hanya menitik beratkan agama, yang disisi lain dalam pendidikan
umum pada waktu itu yang tidak menghiraukan agama. Sehingga adanya
keinginan untuk menyeimbangkan antara ilmu agama dengan ilmu umum
di kalangan umat islam maka dibentuklah madrasah.5
2. Menurut Khozin dalam bukunya menyatakan, kelahiran madrasah sebagai
lembaga pendidikan islam setidak-tidaknya mempunyai beberapa alasan,
diantaranya:
a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pedidikan islam
b. Keinginan sebagian kalangan santri terhadap model pendidikan barat
c. Penyempurnaan sistem pesantren6
3. Di dalam buku lain menyebutkan bahwa kelahiran madrasah di indonesia
karena adanya dua faktor, yaitu:
a. Karena pembaruan islam, yaitu tidak lepas dari gerakan pembaruan
islam yang dimotori oleh sejumlah intelekual islam dan organisasi
keagamaan islam. Bagi para tokoh pembaharuan, pendidikan
mempunyai posisi yang sangat urgen. Karena mereka menganggap
pendidikan merupakan aspek yang sangat strategis untuk membentuk
5
Hasbullah, kapita selekta pendidikan islam, 1996. (jakarta: rajagrafindo persada), hal.66.
6
Khozin, jejak-jejak pendidikan islam di indonesia, 2003. Malang, UMM Press 2006,
hal. 117.
3. 4
sikap dan pandangan keislaman masyarakat. Oleh karena itu,
kemunculan madrasah tidak bisa lepas dari gerakan pembaharuan
islam.
b. Sebagai respon terhadap politik pendidikan hindia-belanda.7
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa latar
belakang munculnya madrasah adalah implikasi dari pembaruan pendidikan
islam yang selanjutnya memunculkan keinginan untuk menyeimbangkan antara
ilmu agama dengan ilmu umum di kalangan umat islam.
C. Perkembangan Madrasah
Dalam perkembangannya, madrasah lebih dikenal sebagai tempat di
mana para siswa menerima pengetahuan agama Islam secara sistematis. Dilihat
dari pengelolaannya, pendidikan sistem madrasah ini memungkinkan cara
pembelajaran secara klasikal. Hal ini berbeda dengan cara yang berkembang di
pondok pesantren yang lebih bersifat individual seperti yang terdapat pada
sistem sorogan dan wetonan.
Pengelolaan sistem madrasi juga memungkinkan adanya pengelompokan
pelajaran-pelajaran tentang pengetahuan Islam yang penyampaiannya
dilakukan secara bertingkat-tingkat. Pengelompokan ini sekaligus
memperhitungkan rentang waktu yang dubutuhkan. Sehingga secara tehnis,
sistem madrasi berusaha mengorganisasikan kegiatan kependidikannya dengan
sistem kelas-kelas berjenjang dengan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pelajaran yang sudah dipolakan.8
Perkembangan madrasah pada tahap sealanjutnya dibagi menjadi dua
periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode setelah kemerdekaan.
1. Periode sebelum kemerdekaan
Madrasah yang pertama kali didirikan di indonesia adalah
madrasah Adabiyah di padang (sumatera barat) oleh syekh abdullah ahmad
pada tahun 1909. Awalnya madrasah ini hanya bercorak agama saja.
7
Ibid, hal 117-118.
8
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-sejarah-singkat-
madrasah.html diakses pada: Jum’at 16 Mei 2013 pukul 03:34
4. 5
Kemudian mulai tahun 1915 berubah menjadi HIS (Holand inland
school) adabiyah yang merupakan sekolah pertama yang memasukkan
pelajarn umum di dalamnya.
Pada tahun 1910 didirikan madrasah school (sekolah agama) yang
dalam perkembangannya berubah menjadi diniyah school (madrasah
diniyah). Dan nama diniyah inilah yang lebih terkenal dan berkembang
sampai sekarang ini.
Pada tahun 1916 juga telah didirikan madrasah salafiyah oleh KH.
Hasyim Asy’ary di lingkungan pondok pesantren tebuireng jombang (jawa
timur). Pada tahun 1918 di Yogyakarta berdiri Madrasah Muhammadiyah
(Kweekscholl Muhammadiyah) yang kemudian menjadi madrasah
mu’allimin muhammadiyah.9
Madrasah pada periode ini belum sepenuhnya menggunakan sistem
klasikal, karena pada prakteknya hanya dicerminkan dari sistem
klasikalnya saja, sementara pelajaran yang diajarkan adalah pelajaran
agama semata. Jadi madrasah pada periode ini tidak ada bedanya dengan
sistem sebelumnya, yaitu surau dan pesantren.
2. Periode setelah kemerdekaan
a. Orde lama
Memasuki awal orde lama, pemerintah membentuk Departemen
Agama yang resmi berdiri pada Tanggal 3 Januari 1946. Lembaga
inilah yang secara intensif memperjuangkan pendidikan islam di
Indonesia. Salah satu perkembangan madrasah yang cukup menonjol
pada masa orde lama ialah, didirikan dan dikembangkannya
pendidikan guru agama dan pendidikan hakim islam negeri.
Pendidikan ini diharapkan mampu mencetak tenaga-tenaga
professional keagamaan, disamping mempersiapkan tenaga-tenaga
yang siap mengembangkan madrasah.
Pada Tanggal 3 Desember 1960, MPRS mengeluarkan ketetapan
No.II/MPRS/1960 tentang “garis-garis besar pola pembangunan
9
Hasbullah, hal. 68.
5. 6
nasional semesta berencana, tahapan pertama tahun 1961-1969”
ketetapan ini menyebutkan bahwa pendidikan agama menjadi mata
pelajaran di sekolah-sekolah mulai di sekolah rakyat sampai
universitas-universitas negeri. Dalam kaitannya dengan madrasah
ketetapan ini telah memberi perhatian meskipun tidak terlalu berarti.10
b. Masa Orde Baru
Pada masa orde baru pemerintah mulai memikirkan kemungkinan
mengintegrasikan madrasah ke dalam pendidikan nasional.
Berdasarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga menteri, yaitu
Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975 dan Nomor
36 tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah
ditetapkan bahwa standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah
umum, ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum
dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih
atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang
setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke
perguruan tinggi umum dan agama.
Pemerintah orde baru melakukan langkah konkrit berupa
penyusunan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Dalam konteks ini, penegasan definitif tentang
madrasah diberikan melalui keputusan-keputusan yang lebih
operasional dan dimasukkan dalam kategori pendidikan sekolah tanpa
menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya ini dapat
dikatakan bahwa Madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem
pendidikan nasional.11
Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat diterima oleh semua
lapisan masyarakat mulai dari masyarakat kelas rendah sampai
masyarakat menengah keatas.
10
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1999), hal 130
11
Ibid. 130
6. 7
Sedangkan pertumbuhan jenjangnya menjadi 5 (jenjang)
pendidikan yang secara berturut-turut sebagai berikut :
1) Raudatul Atfal (Bustanul Atfal).
Raudatul Atfal atau Bustanul Atfal terdiri dari 3 tingkat :
a) Tingkat A untuk anak umur 3-4 tahun
b) Tingkat B untuk anak umur 4-5 tahun
c) Tingkat C untuk anak umur 5-6 tahun
2) Madrasah Ibtidaiyah.
Madrasah Ibtidaiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-
kurangnya 30% disamping mata pelajaran umum.
3) Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan
menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran
dasar yang sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran
umum.
4) Madrasah Aliyah.
Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran tingkat menengah keatas dan
menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran
dasar yang sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran
umum. Dewasa ini Madrasah Aliyah memiliki jurusan-jurusan,
yaitu : Ilmu Agama, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
5) Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan pelajaran agama
Islam, yang berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua
agar anak-anaknya lebih banyak mendapat pendidikan agama
Islam. Madrasah Diniyah ini terdiri 3 tingkat :
7. 8
a) Madrasah Diniyah Awaliyah ialah Madrasah Diniyah tingkat
permulaan dengan kelas 4 dengan jam belajar sebanyak 18 jam
pelajaran dan seminggu.
b) Madrasah Diniyah Wusta ialah Madrasah Diniyah tingkat
pertama dengan masa belajar 2 (dua) tahun dari kelas I sampai
kelas II dengan jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
c) Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah tingkat
menengah atas dengan masa belajar 2 tahun dari kelas I sampai
kelas II dengan jumlah jam pelajaran 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
c. Masa Sekarang
Era globalisasi dewasa ini dan dimasa datang sedang dan akan
mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim
Indonesia umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan
Madrasah khususnya.12
Madrasah sebagai institusi pendidikan yang konsen dan inten
dalam usaha transformasi nilai- nilai Islam harus dapat menampilkan
perannya sebagai counter terhadap imperialisme kultural (cultur
imperialisme) yang sedang gencar-gencarnya menyerbu dunia timur
(masyarakat muslim) khususnya di Indonesia.
D. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Di Madrasah
Sistem pengajaran yang digunakan di madrasah adalah perpaduan antara
sistem pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah
modern. Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan
terhadap sejumlah bidang pengajaran.tertentu.
Pada perkembangan selanjutnya sistem pondok mulai ditinggal, dan
berdirilah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem yang sama dengan
12
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, (Bandung :
Pustaka Setia, 1998) hal. 234-239
8. 9
sekolah-sekolah modern. Namun demikian pada tahap awal madrasah tersebut
masih bersifat diniyah, di mana mata pelajaran hanya agama dengan
penggunaan kitab-kitab bahasa arab. Sebagai pengaruh dari ide-ide
pembaharuan yang berkembang di dunia Islam dan kebangkitan bangsa
Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke dalam kurikulum
madrasah. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai dengan
tingkatan madrasah, sama dengan buku-buku pengetahuan umum yang belaku
di sekolah-sekolah umum. Bahkan kemudian timbullah madrasah-madrasah
yang mengikuti sistem perjenjangan dalam bentuk sekolah-sekolah modern,
seperti Madrasah Ibtidaiyah untuk tingkat dasar, Madrasah Tsanawiyah untuk
tingkat menengah pertama, dan adapula Kuliah Muallimin (pendidikan guru).13
Melalui Kementerian Agama, madrasah perlu menentukan kriteria
madrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama untuk madrasah-
madrasah yang berada di dalam wewenangnya adalah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit enam jam
seminggu.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
sistem pendidikan dan pengajaran di madrasah merupakan perpaduan antara
sistem yang berlaku di pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di
sekolah-sekolah modern.
13
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,
1996), hal. 102