Dokumen tersebut membahas tentang situs web untuk bantuan tugas sekolah dan kuliah, serta laporan kasus tentang kanker payudara jenis Ductal Carcinoma Infiltratif.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
217643085 case-ca-mamae-in-ul
1. Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Laporan Kasus
Ductal Carcinoma Infiltratif
Disusun Oleh :
1
2. Saine Karla
02.34908.00101.09
Fatchul Ulum
03.37476.00132.09
Pembimbing :
dr. Anthony Simangunsong, SpB
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara.(1)
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara yang didiagnosis
setiap tahunnya sebanyak, 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di
negara yang sedang berkembang.(2)
2
3. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan
di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua
kanker yang menyerang wanita.(2)
Pada tahun 2007, American Cancer Society (ACS)
memperkirakan hampir 178.000 perempuan akan terdiagnosis kanker payudara. Jumlah ini
ditambah dengan 2 juta perempuan yang memiliki riwayat penyakit ini.(3)
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia.(1-6)
Data dari Jakarta Breast Center, klinik di Jakarta yang mengkhususkan diri untuk
penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun
2001 dan 2002, ternyata 79 persen menderita tumor jinak payudara dan hanya 14 persen yang
menderita kanker payudara.(2)
Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit
kanker payudara. Penyebab kanker payudara sampai saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari
banyak faktor seperti faktor genetika, hormonal, dan lingkungan. Beberapa faktor yang
meningkatkan risiko kanker payudara adalah usia tua, menarche (pertama kali menstruasi) dini, usia
makin tua saat menopause, usia makin tua saat pertama kali melahirkan atau tidak pernah hamil,
riwayat keluarga (terutama ibu, saudara perempuan) dengan kanker payudara, riwayat pernah
menderita tumor jinak payudara, mengonsumsi obat kontrasepsi hormonal jangka panjang,
mengonsumsi alkohol, serta paparan radiasi pada payudara terutama saat periode pembentukan
payudara.(5)
Tidak seperti penyakit infeksi, faktor-faktor ini tidak dapat bekerja secara tunggal dalam
menimbulkan kanker melainkan melalui proses yang kompleks mulai dari faktor genetik sampai ke
pola hidup. Pentingnya mengetahui faktor risiko adalah untuk dapat melakukan deteksi dini kanker
payudara pada kelompok risiko tinggi serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat untuk
menjauhi faktor-faktor risiko tersebut.(6)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker payudara merupakan suatu keganasan yang berasal dari jaringan parenkim pada
payudara yang meliputi duktus (saluran yang membawa air susu ke nipple) dan lobulus (kelenjar
yang memproduksi air susu) yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastase.(7-8)
3
4. 2.2 Anatomi
Setiap payudara terdiri dari jaringan parenkim yang berisi 15 sampai 20 segmen/ lobus
kelenjar yang tersusun radier, dimana masing-masing lobus mempunyai saluran ke papila mamma,
yang disebut duktus laktiferus. Setiap lobus kelenjar terdiri dari 20-40 lobulus dan setiap lobus
terdiri dari 10-100 aalveoli. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan
kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes anterior dari a. mammaria
interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a. aksilaris, dan beberapa a. interkostalis.
Persarafan kulit payudara diatur oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis. Jaringan
kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat
sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan
n.kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan
atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di
daerah tersebut.
N. pektoralis yang memberikan persarafan pada m.pektoralis mayor dan minor,
n.torakodorsalis yang mensarafi m.latisimus dorsi dan n.torakalis longus yang mensarafi m.serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
Penyebaran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula penyaliran yang ke kelenjar
interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah
bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakhialis. Saluran limfe dari seluruh payudara
menyebar ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang
lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam
fossa supraklavikuler.
Jalur limfe yang lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rektus
abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.(9)
4
Keterangan gambar
Breast profile:
A Ducts
B Lobules
C Dilated section of duct to hold
milk
D Nipple
E Fat
F Pectoralis major muscle
G Chest wall/rib cage
Enlargement:
A Normal duct cells
B Basement membrane
C Lumen (center of duct)
5. Gambar 2.1.1 Anatomi dan axillary lymph node(10)
2.3 Distribusi dan Klasifikasi Kanker payudara
2.3.1 Distribusi Kanker Payudara
Dari seluruh kanker payudara, sekitar 50% tumbuh pada kuadran lateral atas, 10% pada
ketiga kuadran yang lain dan 20% di regio subareolar.(11)
2.3.2 Klasifikasi Kanker Payudara (9,11-16)
Adapun klasifikasi dari kanker payudara adalah sebagai berikut
1. Karsinoma In Situ (Karsinoma Non Invasif)
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan
kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
Terdapat dua bentuk karsinoma in situ yaitu
a. Karsinoma duktus in situ
Karsinoma duktus in situ dapat terjadi baik pada wanita premenopouse maupun pasca
menopause, banyak pada kelompok umur 40-60 tahun dan biasanya unilateral. Karsinoma ini dapat
timbul sebagai benjolan yang palpable, terutama apabila terdapat fibrosis. Apabila duktus yang
5
2. Axillary lymphatic plexus
4. Cubital lymph nodes (not part of the lymph node
drainage of the breast)
5. Superficial axillary (low axillary)
6. Deep axillary lymph nodes
7. Brachial axillary lymph nodes
8. Interpectoral axillary lymph nodes (Rotter nodes)
10. Paramammary or intramammary lymph nodes
11. Parasternal lymph nodes (internal mammary
nodes)
6. lebih besar terkena, dapat timbul discharge papilla mamma. Karsinoma duktus in situ yang murni
sekitar 5% dari kanker payudara.
b. Karsinoma lobuler in situ (Karsinoma intra lobularis)
Karsinoma lobuler in situ terjadi pada wanita premenopouse, tidak terdapat gejala klinis,
sering bilateral dan kemungkinan multifokal. Apabila ditemukan setelah menopause, biasanya
dihubungkan dengan adanya karsinoma infiltratif. Karsinoma jenis ini ditemukan pada 6% dari
seluruh kanker payudara.
2. Karsinoma Duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting susu.
sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun
sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammografi,
kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini
biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui
pembedahan. sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya
pada payudara yang sama).
3. Karsinoma Lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya
ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-
30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada payudara
yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara).
4. Karsinoma Invasif
Karsinoma invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
5. Karsinoma Meduler
Karsinoma ini termasuk jarang ditemukan ( sampai 5% ) dan kurang dari 1% dari seluruh
karsinoma invasive dan biasanya ditemukan pada wanita post menopause.
6. Karsinoma Tubuler
6
7. Karsinoma tubuler merupakan karsinoma berdiferensiasi baik yang terdiri atas sel ganas yang
tersusun tubuler biasanya berupa lesi kecil, berdiameter kurang dari 10 mm, kenyal membentuk
benjolan dengan batas ireguler. Karsinoma tubuler merupakan 1-2 % dari karsinoma invasive,
dimana tumor ini banyak terdeteksi pada saat skrining.
7. Karsinoma Papiler
Jarang ditemukan dan timbul pada wanita postmenopouse. Prognosis lebih baik dibandingkan
karsinoma duktus invasif.
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, riset mengidentifikasi
sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu untuk menderita kanker
payudara, yang meliputi:
2.4.1 Usia
Usia merupakan faktor resiko yang paling penting pada kanker payudara. Insiden dan tingkat
kematian kanker payudara pada umumnya meningkat seiring meningkatnya usia.(11-16)
Sekitar 60%
kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia
diatas 75 tahun. Berdasarkan data American Cancer Society-Survilance Reserch 2005, pada tahun
1998-2002 terdapat 95% kasus baru dan 97% kematian penderita kanker payudara terjadi pada
wanita usia 40-49 tahun. Pada tahun 2005, umur 40-49 tahun merupakan umur terbanyak di
temukannya kanker payudara.(4)
2.4.2 Genetik
Adanya faktor genetika tidak berarti seseorang yang memiliki gen kanker payudara pasti
menderita kanker, melainkan hanya memiliki risiko untuk mengidap kanker dan dapat menurunkan
gen tersebut. Gen penyebab kanker diturunkan dari orangtua ke anaknya tanpa terkait dengan jenis
kelamin. Sampai saat ini banyak gen penyebab kanker yang belum dapat diidentifikasi. Telah
ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1
dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan
menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53,
BARD1, BRCA3 dan Noey2.(9)
. Keluarga yang teridentifikasi memiliki gen tersebut selain kanker
payudara juga meningkat risikonya untuk menderita kanker lain seperti ovarium, kolon, dan prostat.
(12)
7
8. 2.4.3 Menarke (menstruasi pertama), menopause, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan/
kelahiran dan menyusui
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita
kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12
tahun. Wanita tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang
menikah. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat
menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara. (12)
Oleh
karena itu haid pertama di bawah 12 tahun, menopause di atas 55 tahun, serta tidak pernah hamil
atau kehamilan pertama yang lama diatas 35 tahun dan tidak menyusui merupakan faktor risiko
yang berhubungan dengan paparan hormon estrogen terus menerus yang dapat jadi pemicu
terjadinya kanker payudara.(7)
2.4.4 Pernah menderita penyakit payudara bukan keganasan
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita
penyakit payudara bukan keganasan yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air susu dan
terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik). (7)
2.4.5 Riwayat Keluarga Menderita Kanker Payudara atau keganasan lain
Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker payudara dua
sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker
payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral
atau kanker pada premenopouse. Resiko yang tinggi jika terdapat riwayat keluarga yang menderita
kanker payudara sebelum berusia 40 tahun. (16)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar
serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
(2)
2.4.6 Hormon Eksogen
Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormon.
Hal ini terbukti pada hewan coba dan pada penderita kanker payudara. Perubahan pertumbuhan
tampak setelah penambahan atau pengurangan hormon yang merangsang atau menghambat
pertumbuhan kanker payudara. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui
berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang
dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan
8
9. resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama. Dari data penelitian lain diperoleh Pengguna
pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara
dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi. Namun demikian risiko tersebut
tidak signifikan sebagai faktor risiko utama terjadinya kanker payudara.(9)
2.4.7 Obesitas
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Obesitas meningkatkan resiko kanker payudara pada post menopause
sedangkan tidak pada pre menopause. Pada wanita post menopouse, sirkulasi estrogen terutama
diproduksi oleh jaringan lemak. Jadi dengan bertambahnya jaringan lemak dapat meningkatkan
jumlah estrogen dan kemungkinan akan terjadi kanker payudara. Berdasarkan studi American
Cancer Society, bahwa berat badan berlebih (BMI ≥ 25) 1,3-2,1 kali dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara dibanding wanita dengan berat badan normal.(4)
2.4.8 Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara. Karena alkohol meningkatkan level estrogen dan androgen. (12)
2.4.9 Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen
(yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.(12)
2.4.10 Radiasi
Pemaparan terhadap radiasi (terutama radiasi pada dada), pada masa kanak-kanak bisa
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. Paparan radiasi pada usia > 40 tahun merupakan
resiko rendah, sedangkan usia yang lebih muda sebaliknya.(12,19)
2.4.11 Virus
Pada air susu ibu ditemukan partikel virus yang sama dengan yang terdapat pada air susu
tikus yang menderita kanker payudara. Virus tumor payudara tikus (MMTV) dapat menyebabkan
kanker payudara pada tikus yang menyusui. Akan tetapi peranannya sebagai penyebab manusia
tidak dapat dipastikan.(4,9,11,15)
9
10. 2.5 Gejala Klinis
Gejala awal kanker payudara dapat berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan
berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa
digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada
dinding dada atau kulit disekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit
payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk (peuge de
orange).
Gambar 2.5.1 peuge de orange
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Benjolan atau massa di ketiak
2. Perubahan ukuran atau bentuk payudara
3. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning
sampai hijau, mungkin juga bernanah)
4. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah
berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
5. Payudara tampak kemerahan
6. Kulit di sekitar puting susu bersisik
7. Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
8. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .(9-16)
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan
atau ulserasi kulit.
2.6 Skrining (10-21)
Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk
melakukan Skrining. Beberapa prosedur yang digunakan untuk screening kanker payudara:
10
11. 1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada
stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang
masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari
sesudah hari pertama menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan
saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
2. Mammografi.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal
pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm
dilakukan sekali/tahun. Untuk wanita dengan risiko tinggi (khususnya dengan mutasi gen tersebut
diatas) mamografi sebaiknya dimulai pada usia 35 tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari
anggota keluarganya yang termuda yang mempunyai riwayat kanker payudara. Jika terdapat
saudara kandung menderita kanker pada usia 26 tahun, maka saudara lainnya dengan mutasi
BRCA1 atau BRCA2 dianjurkan memulai pemeriksaan mamografi pada usia 21 tahun. Banyak
kemajuan telah dicapai untuk mendiagnosis kanker payudara antara lain dengan perbaikan pada
tehnik mamografi dan makin dilengkapi dengan adanya mamografi digital. Pemeriksaan resonansi
magnetik payudara dan dengan technetium-99m saat ini sedang dikembangkan, dan mungkin sekali
meningkatkan kemampuan diagnosis dini.
3. USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista dengan benjolan padat.
4. Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
2.7 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan
berikut:
1. Biopsi (pengambilan contoh jaringan payudara untuk diperiksa dengan mikroskop)
2. Rontgen dada
3. Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi hati dan penyebaran kanker
4. Skening tulang (dilakukan jika tumornya besar atau ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening)
5. Mammografi
11
12. 6. USG payudara.
Pemeriksaan pada penderita kanker payudara berdasarkan stadium kanker adalah seperti
pada tabel berikut ini(19)
:
Tabel 2.7.1 Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan stadium kanker
Stadium kanker
0 I II III IV
History & physical
Platelets
Liver Function Test
Chest X-ray
Billateral mammograms
Hormone receptor status
HR2/ neu ekxpression
Bone Scan
Abdominal CT scan or ultrasound or MRI
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
2.8 Penentuan Stadium Kanker (Staging) (19,22)
Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan
prognosis. Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer tahun 2002) adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.8.1 Staging kanker payudara berdasarkan American Joint Committee on Cancer tahun 2002
12
13. Clinical staging (TNM System)
Primary Tumor (T):
Tx : Tumor tidak dapat dinilai
TIS : Ca in situ/Paget’s Disease ot the nipple
T0 : No primary tumor found
T1 : Ø < 2 cm
T1a : Tidak terfixer ke fascia pectoralis dan/atau otot
T1b : Terfixer ke fascia pectoralis dan/atau otot
T2 : 2 cm < Ø < 5 cm
T2a : Tidak terfixer ke fascia pectoralis dan/atau otot
T2b : Terfixer ke fascia pectoralis dan/atau otot
T3 : Ø > 5 cm
T3a : Tidak terfixer ke fascia pectoralis dan/atau otot
T3b : Terfixer ke fascia pectoralis dan/atau otot
T4 : Tumor segala ukuran dgn Ekstensi ke jaringan sekitar (kulit atau dinding
dada)
T4a : Terfixer ke dinding dada
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi kulit, atau nodule satelit di kulit
pada payudara yang sama
T4c : kedua hal diatas
T4d : Inflammatory Ca (indurasi kulit warna kecoklatan difus dengan pinggir
berupa erysipeloid, biasanya massa tidak teraba dibawahnya)
Nodal involvement (N):
Nx: KGB regional tidak dapat dinilai secara klinis
N0: KGB axiller homolateral tidak teraba
N1: KGB axiller homolateral teraba dan dapat digerakkan
N1a: Kelenjar tidak membesar
N1b: Kelenjar membesar
N2: KGB axiller homolateral membesar dan terfixer satu sama lain atau
terhadap struktur lain
N3: KGB supraklavikuler atau infraklavikuler membesar, atau
13
14. dijumpai edema lengan
Metastase jauh (M):
Mx : Metastase tidak dapat dinilai
M0 : Tidak dijumpai metastase jauh
M1 : Dijumpai metasyase jauh (PUL=Pulmonary; OSS= Osseus;
HEP= Hepatic; SKI= Skin; EYE= Eye; OTH= Other)
Stadium Klinis:
Stage I:
T1a; T1b N0; N1a M0
Stage II:
T0; T1a; T1b N1b M0
T2a; T2b N0; N1a M0
T2a; T2b N1b M0
Stage IIIa:
T3a; T3b N0; N1 M0
T1a;b; T2a;b; T3a;b N2 M0
Stage IIIb:
T1a;b; T2a;b; T3a;b N3 M0
T4a;b;c Semua N M0
Stage IV:
Semua T Semua N M1
2.9 Terapi
Sebelum merencanakan terapi kanker payudara, diagnosa klinis dan histopatologik serta
tingkat penyebarannya harus dipastikan terlebih dahulu. Diagnosa klinis harus sama dengan
diagnosa histopatologik. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit,
disusunlah rencana terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko setiap tindakan yang
diambil.(9)
Biasanya terapi dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi
14
15. penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Adapun terapi pada kanker payudara
terdiri dari operatif (pembedahan), radioterapi, kemoterapi dan terapi hormonal. (12)
2.9.1 Terapi Operatif
Tumor primer biasanya dapat dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan
kondisi pasien secara umum. Tumor disebut operable jika dengan tindakan bedah seluruh tumor
dan penyebarannya di kelenjar limfe dapat dikeluarkan. Tumor non operable yaitu sebaliknya, dan
tumor resektable adalah tumor yang dapat direseksi. Tehnik Pembedahan Pada Terapi Kanker
Payudara yang digunakan adalah sebagai berikut:
2.9.1.1 Breast Conservation Terapi
Breast conservation terapi adalah terapi pembedahan dengan mengangkat tumor dan
jaringan normal disekitarnya. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan
radioterapi pada sisi payudara tersebut.
Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
Gambar 2.9.1.1.1 lumpektomi
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya
yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara. Termasuk jaringan di
sekeliling tumor, disebut juga parsial atau segmental mastektomi. Pembedahan
kuadrantektomi digunakan oleh dokter untuk menangani kanker tanpa mengorbankan
seluruh payudara yang sudah terkena kanker.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang
terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving
ditambah terapi radiasi adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari radiasi tidak menimbulkan
nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
15
Keterangan gambar:
A dark area indicates tumor
B light pink highlighted area
indicates tissue removed at
lumpectomy
16. 2.9.1.2 Mastektomi dan Diseksi Aksila
Pembagian mastektomi adalah sebagai berikut ;
1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara
dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi.
Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah
payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif
yang telah menyebar luas ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan
breast-conserving, kanker sering kambuh.
Gambar 2.9.1.2.1 Mastektomi simplek
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi
radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai
pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.
Gambar 2.9.1.2.2 Mastetomi Radikal
4. Skin sparing mastektomi: pada pembedahan, dilakukan pengambilan jaringan mamae,
dengan insisi konservatif di sekitar aerola mamae. Jumlah kulit yang disisakan lebih banyak
16
Keterangan gambar:
A pink highlighted area indicates tissue
removed at mastectomy
B axillary lymph nodes: levels I
C axillary lymph nodes: levels II
D axillary lymph nodes: levels III
E supraclavicular lymph nodes
F internal mammary lymph nodes
Keterangan gambar:
A pink highlighted area indicates
tissue removed at mastectomy
B axillary lymph nodes: levels I
C axillary lymph nodes: levels II
D axillary lymph nodes: levels III
17. dibandingkan reseksi mastektomi tradisional dalam prosedur rekonstruksi mamae. Pasien
yang juga mengalami proses inflamasi pada kulitnya tidak dapat dilakukan prosedur ini.
5. Subcutaneus mastektomi: Jaringan mamae dibuang, tapi nipel dan aerola mamae ditinggal,
prosedur ini dilakukan hanya pada tindakan profilaksis,untuk tipe benign dan adanya
kekhawatiran akan berlanjut pada perkembangan kanker hingga jaringan duktal aerolar.
2.9.1.3 Rekonstruksi Payudara
Tujuan dari terapi rekonstruksi post mastektomi untuk kanker payudara adalah menutup
luka dan memperbaiki struktur payudara. Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan
silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa
dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Keamanan pemakaian silikon masih dipertanyakan, karena silikon kadang merembes dari
kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu,
silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
2.9.2 Radioterapi (9)
Radioterapi untuk kanker payudara bisa digunakan sebagai terapi kuratif dengan
mempertahankan payudara, dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.
Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif, tetapi sebagai
terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar berguna.
Radioterapi palliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor
sudah tak mampu angkat (nonoperable) secara lokal. Tumor disebut tak mampu angkat bila
mencapai tingkat T4, misalnya ada perlekatan pada dinding dada atau kulit. Pada penyebaran di
luar daerah lokoregional, yaitu diluar lokasi payudara dan aksila, bedah payudara tidak berguna
karena penderita payudara tidak dapat sembuh.
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula di radiasi. Akan tetapi,
penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfodem akibat rusaknya kelenjar
supraklivikula. Jadi radioterapi harus dipertimbangkan pada kanker payudara yang tak mampu
angkat (nonoperable) atau jika ada metastase.
2.9.3 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik, dan
sebagai terapi adjuvan.
17
18. Kemoterapi adjuvan diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pasca
bedah mastektomi ditemukan metastase dusebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah
menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah
mengalami metastase. Obat yangdiberikan adalah kombinasi siklosfosfamid, metotrexat, dan 5-
fluorourasil (CMF) selama enam bulan pada perempuan usia premenopouse, sedangkan pada pasien
postmenopouse duberikan terapi adjuvan hormonal berupa pil antiestrogen.
Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah mengalami metastase
sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi antara lain CMF atau vinkristin dan adriamisin (VA),
atau 5 fluorourasil, adriamisin (adriablastin), siklofosfamid (FAC). (9)
Kemoterapi seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama
beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka
harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun radiasi, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara. Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah,
luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron,
penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya
muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama
beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada
akhirnya efek samping tersebut akan menghilang. (12)
2.9.4 Terapi Hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat metastase
jauh. Terapi hormonal diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih
lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker payudara peka terhadap terapi
hormonal. Hanya kurang 60% yang bereaksi baik dan penderita yang mempunyai harapan
memberi respon yang dapat diketahui dari uji reseptor estrogen pada jaringan tumor.
Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang premenopouse dengan cara
ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen, seperti tomoksifen atau aminoglutetimid.
Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopouse yang uji reseptor
estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar aksila yang
merupakan metastase. Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen tamoksifen; kadang-kadang
menghasilkan remisi selama beberapa tahun. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek samping
terlalu berat.(9)
18
19. Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan
setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa
efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis
dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak
mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.(12)
2.10 Terapi Kanker Payudara Berdasarkan Stadium Klinis
Batasan stadium yang masih operabel adalah stadium IIIa. Sedangkan terapi pada stadium
IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif.
2.10.1 Stadium I, II, dan IIIA
Pada stadium I dan II dapat dilakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi
radikal. Setelah itu periksa KGB, bila terdapat metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan
kemoterapi adjuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi simpleks yang harus diikuti dengan radiasi.
Pada T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal di daerah tumor dan KGB regional.
Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan radiasi
pada rantai KGB regional. Altrnatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik breast
conserving therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja, ditambah diseksi
aksila dan radiasi kuratif (ukuran tumor < 3 cm). Metode ini dilakukan dengan eksisi, reseksi
segmental, reseksi parsial, kwadranektomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB
aksila secara total. Syarat teknik ini adalah:
• Tumor primer tidak lebih dari 2 cm
• N1b kurang dari 2 cm
• Belum ada metastasis jauh
• Tidak ada tumor primer lainnya
• Payudara kontralateral bebas kanker
• Payudara bersangkutan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya (kecuali
lumpectomi)
• Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak terlalu
menonjol
• Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu.
Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi adjuvan, atau
mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor dan KGB regional. (28,30)
19
20. 2.10.2 Stadium III b dan IV
Pada stadium yang lebih lanjut , lakukan tindakan paliatif dengan tujuan:
1. Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
Perawatan paliatif pun dilakukan berdasarkan stadium, yaitu Pada stadium IIIb dilakukan
biopsi insisi, dilanjutkan dengan radiasi. Bila relaps, tambahkan dengan pengobatan hormonal dan
kemoterapi.
Pada stadium IV; (1) pada pasien premenopouse dapat dilakukan ooforektomi bilateral. Bila
respon positif, berikan aminoglutetimid atau tamofen. Bila relaps/ respon negatif, berikan
kemoterapi CMF/CAF, (2) Pada pasien sudah 1-5 tahun menopouse, periksa efek estrogen. Efek
estrogen dapat diperiksa dengan estrogen/ progesteron reseptor (ER/PR). Bila positif lakukan
seperti (1). Bila negatif, lakukan seperti (3), (3) Pada pasien pasca menopouse berikan obat-obat
hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron, atau kortikosteroid. (28,30)
2.11 Prognosis
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang
telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati:
1. 94% untuk stadium I
2. 85% untuk stadium IIa
3. 70% untuk stadium IIb
4. 52% untuk stadium IIIa
5. 48% untuk stadium IIIb
6. 18% untuk stadium IV(19)
Faktor- faktor yang mempengaruhi prognosis kanker payudara adalah sebagai berikut:
1. Ukuran tumor, makin besar tumor makin buruk prognosisnya
2. Penyebaran ke kelenjar getah bening dan banyaknya kelenjar yang positif: angka
kelangsungan hidup lima tahun 80% pada pasien dengan KGB negatif, 50% dengan satu
sampai tiga kelenjar positif, dan 21% untuk pasien dengan empat atau lebih kelenjar positif.
3. Derajat tumor secara histologis, meliputi gambaran inti sel dan derajat diferensiasi
20
21. 4. Tiga kategori prognosis berdasarkan tipe histologis kanker payudara adalah: (1) non
metastasis: karsinoma in situ; (2) metastasis jarang:karsinoma meduler, karsinoma tubuler;
(3) metastasis sedang sampai tinggi pada semua tipe
5. Status reseptor estrogen dan progesteron. Tujuh puluh persen tumor memiliki reseptor
estrogen yang mengalami regresi setelah terapi hormonal, dan hanya 5% yang memberikan
respon negatif
6. Laju proliferasi yang relatif tinggi dihitung dengan flow cytometer memberikesan prognosis
yang buruk.(11)
2.12 Pencegahan
Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker
percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian
kanker. Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati
dan bisa disembuhkan jika masih pada stadium dini. SADARI, pemeriksan payudara secara klinis
dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan alat untuk mendeteksi kanker secara
dini.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua
payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki
resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker,
wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki
gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).
BAB II
LAPORAN KASUS DAN FOLLOW UP
I. IDENTITAS
Nama : Ny A
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
TANGGAL MRS : 24 Agustus 2009
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : benjolan payudara sebelah kanan atas
Riwayat penyakit sekarang :
21
22. Pasien merasakan benjolan di payudara kanan sejak 7 bulan yang lalu, berawal dari benjolan
sebesar telur ayam yang semakin lama semakin besar, benjolan terasa gatal dan karena pasien
menggaruk – garuk, terjadi luka pada benjolan yang semakin lama semakin meluas dan
mengeluarkan nanah. Selain nanah, dari luka juga sering keluar darah. Selama 7 bulan ini pasien
belum berobat ke dokter, namun berobat ke alternatif. Dalam 7 bulan terakhirPasien merasakan
penurunan berat badan lebih dari 10 kg dan pasien sering merasakan demam. Riwayat menarche
pasien umur 14 tahun, pasien memiliki anak pertama di usia 32 tahun, hingga sekarang pasien
memiliki 6 orang anak dan semua diberi ASI lebih dari 6 bulan. Hingga sekarang pasien masih
menstruasi namun sedikit – sedikit. Pasien menggunakan kontrasepsi suntik lebih dari 10 tahun.
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat kanker payudara dan kanker leher rahim.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat sakit kuning tidak ada
b. Riwayat hipertensi tidak ada
c. Riwayat kencing manis tidak ada
RIWAYAT MRS
Sebelum ini pasien tidak pernah dirawat di RS
RIWAYAT HEREDITER
Tidak ada penyakit keturunan
RIWAYAT LINGKUNGAN
Ekonomi pasien tergolong ekonomi menengah ke bawah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
KEADAN UMUM:
1. KESADARAN : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
2. SAKIT : Tampak sakit sedang
3. BENTUK TUBUH : Piknitus, BB = 50 kg, TB 154 cm.
VITAL SIGN
1. TEKANAN DARAH : 120/80 mmHg
2. NADI : 90 x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup.
3. FREKUENSI PERNAFASAN : 20 x/ menit, reguler, thorako-abdominal
4. SUHU : 36,70
C
22
23. Kepala
Mata
- Konjungtiva anemis (+/+)
- Sclera ikterik (-/-)
Hidung
- Tidak ada deviasi septum nasi
- Pernapasan cuping hidung (-)
Telinga
- Tidak ada gangguan pendengaran
Mulut
- Sianosis (-)
- Oral hygine cukup baik
Leher
- JVP 5+2cm
- Trakea deviasi (-)
- Pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : hemitorak simetris kanan=kiri, pergerakan simetris, retraksi ICS (-)
Palpasi : pelebaran ICS (-), pergerakan simetris, fremitus kanan=kiri, pembesaran
KGB regio aksila dextra (+)
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
23
24. Perkusi : redup pada batas
Batas atas jantung ICS II sternalis sinistra
Batas kanan jantung : redup pada ICS III parasternal line dextra
Batas kiri jantung : redup pada ICS V midclaviculae line sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : flat
Palpasi : soefl, hepar, lien ginjal tak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), defans
muskular (-), darm kontur (-), darm staifung (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
- Superior : hangat, edema (-)
- Inferior : hangat, edema (-)
Status Lokalis
- Region mammae dextra terdapat massa yang berbenjol-benjol/permukaan tidak rata,
yang disertai pus dan darah, dengan batas tegas, menyerupai bunga kol, konsistensi
rapuh, dengan ukuran kurang lebih 10x10cm.
- Teraba pembesaran KGB aksilla dekstra
Pemeriksaan penunjang
1. Hasil laboratorium
24 Agustus
2009
26 Agustus
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
Darah lengkap
15.500
10,2
496.000
32,7
24
25. 2009 Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Kimia Darah
SGOT
SGPT
Alkali phosfatase
Gama GT
Bilirubin total
Bilirubin direct
Bilirubin indirect
Protein total
Cholesterol
Albumin
Globulin
Ureum
Creatinin
GDS
14.000
9,1
30,6
428.000
18
5
76
10
0.3
0,1
0,2
5,3
165
2,2
3,1
32,2
0,7
212
27 Agustus
2009
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlor
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
136
3,8
104
19.600
8,7
348.000
28,4
28 Agustus
2009
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
39.100
10,6
25
26. 2 September
2009
4September
2009
Trombosit
Hematokrit
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Darah Lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
327.000
29,6
8.500
9,3
29,6
424.000
6.900
9,4
29,6
427.000
2. Elektrokardiografi
3. Pemeriksaan FNAB
Dilakukan puntie
biopsi pada nodul
mammae dextra yang
berulkus.
Mikroskopis:
hapusan dengan sel epitelial tersusun berkelompok longgar dan asinar banyak terdapat
nekrosis dan ada sel darah merah.
Tumor Mammae BAJAH : Ductal Carsinoma Infiltratif
26
27. Stadium Kanker :
Primary Tumor (T) :
T4b : Edema, ulserasi kulit, nodul satelit di kulit
pada payudara yang sama.
Nodul Involvement (N) :
N1a : kelenjar getah bening axillar homolateral
teraba dan dapat digerakan namun tidak
membesar
Metastase (M) :
Mx : Metastase tidak dapat dinilai
Stadium Klinis : IIIb
Tabel 1. Follow Up
Tanggal Follow Up Terapi
25
Agustus
2009
S : luka pada payudara kanan (+), pus
(+), darah (-), demam (-)
O : CM, Anemis (+), TD : 120/80, Nadi :
90 X/i RR :20x/i, Vesikuler, Ronkhi (+/
+), wheezing (-),S1/S2 tunggal, regular,
murmur (-), gallop (-)
A : Ca Mammae Dekstra + infeksi
sekunder
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
26
Agustus
2009
S : luka pada payudara kanan (+), pus
(+), darah (-), demam (-)
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 90 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-)
A : Ca Mammae Dekstra + infeksi
sekunder
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
• FNAB
• Lab lengkap
27 S : nyeri pada benjolan di payudara • IVFD RL 20 tetes/menit
27
28. Agustus
2009
kanan (+), pus (+), darah (-), demam (-)
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 88 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-)
A : Ca Mammae Dekstra pro mastektomi
+ infeksi sekunder
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
28
Agustus
2009
S : keluhan (-), nyeri di kandung kemih
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 88 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-), produksi drain 250 cc
A : post mastektomi radikal ahri ke -1
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
• Ranitidin 2 X1 ampul
• Remopain 3 X 30 mg
• Rencana skin graft 5 hari
lagi
29 agustus
2009
S : keluhan (-), tidak bisa BAB
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 88 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-), produksi drain 250 cc
A : post mastektomi radikal hari ke -2
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
• Ranitidin 2 X1 ampul
• Remopain 3 X 30 mg
• GV setiap hari
31 agustus
2009
S : ketiak dan lengan atas sebelah kanan
tidak terasa bila dipegang. Darah
merembes dari drain
O : CM, TD : 120/80, Nadi : 76x/i, RR :
18x/i, Vesikuler, Ronkhi (-/-), wheezing
(-),S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-), produksi drain 20cc
A : Post Simple Mastektomi hari ke-IV
• IVFD Ringer Laktat 20
tetes/menit
• Inj. Cefotaxime 3x1gr iv
• Drip Neurobion
1amp/hari
• Inj.Ranitidin 2x1 amp iv
• Inj.Remopain 3x1amp iv
• Rencana STSG, Rabu, 2
September 2009
28
29. 01
September
2009
S : ketiak dan lengan atas sebelah kanan
tidak terasa bila dipegang
O : CM, TD : 110/70, Nadi : 72x/i, RR :
20x/i, T: 36,50
Vesikuler, Ronkhi (-/-),
wheezing (-), S1/S2 tunggal, regular,
murmur (-), gallop (-), drain 10cc
A : Post simple mastektomi hari ke-V
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Inj. Cefotaxime 3x1gr iv
• Drip Neurobion
1amp/hari
• Inj.Ranitidin 2x1 amp iv
• Inj.Remopain 3x1amp iv
• Rencana STSG besok
tanggal 2 September
2009: siapkan SIO, Lapor
OKA, puasa.
02
September
2009
S : mual (+), Muntah (-), Ketiak dan
lengan atas sebelah kanan bila dipegang
O : CM, TD : 120/80, Nadi : 76x/i, RR :
18x/i, T: 37,20
Vesikuler, Ronkhi (-/-),
wheezing (-), S1/S2 tunggal, regular,
murmur (-), gallop (-), drain 100cc
A : post simple mastektomi hari ke VI
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Inj. Cefotaxime 3x1gr iv
• Drip Neurobion
1amp/hari
• Inj.Ranitidin 2x1 amp iv
• Inj.Remopain 3x1amp iv
3
september
2009
S : nyeri pada luka bekas operasi
payudara kanan.
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 88 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-), produksi drain 20cc
A : post mastektomi radikal hari ke -7
dan post STSG hari ke -1
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
• Ranitidin 2 X1 ampul
• Remopain 3 X 30 mg
• Verban dipertahankan
hingga 7 hari baru dibuka
4
september
2009
S : nyeri pada luka bekas operasi
payudara kanan.
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 88 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
• Ranitidin 2 X1 ampul
29
30. gallop (-), produksi drain 200cc
A : post mastektomi radikal hari ke -8
dan post STSG hari ke -2
• Remopain 3 X 30 mg
• Antrain inj 3 X 1 gr
5
september
2009
S : nyeri pada luka bekas operasi
payudara kanan.
O : CM, Anemis (+), Hb : 9,1, TD :
120/80, Nadi : 88 X/i RR :20x/i,
Vesikuler, Ronkhi (+/+), wheezing (-),
S1/S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-), produksi drain 200cc
A : post mastektomi radikal hari ke -8
dan post STSG hari ke -3
• IVFD RL 20 tetes/menit
• Cefotaxim 3 X 1 gram
• Neurobion drip 1
ampul/hari
• Ranitidin 2 X1 ampul
• Remopain 3 X 30 mg
• Antrain inj 3 X 1 gr
30
31. BAB II
TEORI DAN ANALISA KASUS
Tabel 1. Anamnesa
Fakta Teori Kanker payudara
• Pasien adalah perempuan berusia
55 tahun
• Pasien hingga saat ini masih
menstruasi.
• Pasien melahirkan anak pertama
pada usia 34 tahun
• Pasien menggunakan kontrasepsi
hormonal lebih dari 10 tahun.
• Gejala awal dirasakan pasien
berupa benjolan di payudara yang
tidak nyeri kemudian terjadi
ulserasi.
• Pasien mengalami penurunan
berat badan > 10 kg pada 7 bulan
terakhir
• umur 40-49 tahun merupakan
umur terbanyak di temukannya
kanker payudara.
• Semakin lambat menopause,
semakin besar resiko menderita
kanker payudara.
• Semakin lama kehamilan
pertama, semakin besar resiko
menderita kanker payudara.
• Kontrasepsi estrogen bisa
sedikit meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara
• Gejala awal kanker payudara
dapat berupa sebuah benjolan
yang biasanya dirasakan
berbeda dari jaringan payudara
di sekitarnya.
• Pada stadium lanjut bisa timbul
31
33. Pada anamnesa didapatkan bahwa pasien merupakan seorang wanita berusia 55 tahun yang
telah menikah dengan 6 orang anak. Menuurut teori, resiko kanker payudara meningkat pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. (10-21)
Pasien melahirkan anak pertama pada usia 32 tahun meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara. Hingga saat ini pasien masih mengalami menstruasi walaupun
hanya sedikit – sedikit, menopouse yang lama dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara. Faktor resiko yang lain yaitu pasien menggunakan kontrasepsi hormonal selama lebih
dari 10 tahun, menurut teori, penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan resiko kanker
payudara walaupun resikonya tidak signifikan.5
Awalnya gejala yang dirasakan pasien hanya berupa benjolan pada payudara kanan, tidak
nyeri, batas tidak jelas yang semakin lama semakin membesar dan menimbulkan luka. Fakta ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gejala awal yang muncul pada pasien berupa benjolan
tidak nyeri, berbatas tidak tegas yang seiring perkembangannya bisa menjadi ulserasi.9-11
Selain
benjolan pasien merasakan mengalami penurunan berat badan lebih dari 10 kg selama 7 bulan
terakhir yang menandakan proses malignansi pada stadium lanjut.9-14
33
34. 34
Fakta Teori
• Anemis
• Terdapat benjolan /massa di
mammae dextra
• Pinggiran tidak teratur
• permukaan tidak rata/berbenjol-
benjol menyerupai bunga kol
• disertai pus dan darah, dengan
konsistensi rapuh.
• Pada awal perbesaran benjolan
tidak menimbulkan nyeri
• Benjolan melekat pada dasar kulit
• Tidak terdapat lagi gambaran
aerola mamae, maupun putting
susu
• Terdapat perubahan warna dan
tekstur dari benjolan payudara,
yang tidak menyerupai payudara
awal (borok)
• Terdapat perbesaran kelenjar
getah bening di region aksila
dextra.
• Gejala awal kanker payudara benjolan
yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya.
• Tidak menimbulkan nyeri
• memiliki pinggiran yang tidak teratur.
• Pada stadium awal, jika didorong oleh jari
tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit.
• Pada stadium lanjut, benjolan biasanya
melekat pada dinding dada atau kulit
disekitarnya,
• bisa terbentuk benjolan yang membengkak
atau borok di kulit payudara,
• kulit diatas benjolan mengkerut dan
tampak seperti kulit jeruk (peuge de
orange).
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Benjolan atau massa di ketiak
2. Perubahan ukuran atau bentuk payudara
3. Keluar cairan yang abnormal dari puting
susu (biasanya berdarah atau berwarna
kuning sampai hijau, mungkin juga
bernanah)
4. Perubahan pada warna atau tekstur kulit
pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua di sekeliling
puting susu)
5. Puting susu tertarik ke dalam atau terasa
gatal
6. Nyeri payudara atau pembengkakan salah
satu payudara .(9-16)
7. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri
tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
35. Pada pemeriksaan fisik dari status generalis, keadaan umum pasien, vital sign, pemeriksaan
dari kepala leher hingga status lokalis. Nilai yang bermakna adalah dimana keadaan umum pasien
datang dengan tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan semua dalam
batas normal. Pada pemeriksaan kepala leher, nilai yang bermakna dimana pasien datang dalam
keadaan conjunctiva yang anemis, hal ini dapat menunjukkan suatu proses malignancy stadium
lanjut pada tumor payudara yang dialami pasien dan apabila pada pasien memang tidak mengalami
proses perdarahan ataupun kelainan darah.
Pada pemeriksaan regio aksila dektra didapatkan perbesaran kelenjar getah bening, yang
searah dengan benjolan pada mammae dextra. Hal ini dapat berhubungan dengan proses staging
atau sejauh mana keterlibatan nodul atau limfonodi yang terkena.
Pada gambaran status lokalis didapatkan benjolan atau massa pada mammae dextra dengan
pinggiran yang tidak teratur, permukaan yang berbenjol-benjol menyerupai bunga kol, disertai pus
dan darah dengan konsistensi rapuh, pada awal perbesaran benjolan tidak menimbulkan nyeri.
Benjolan melekat pada dasar kulit. Tidak terdapat lagi gambaran aerola mammae maupun putting
susu, terdapat pula perubahan warna dan tekstur dari benjolan mammae yang tidak lagi menyerupai
mamae awal (terdapat luka borok yang bernanah dan berdarah), terdapat perbesaran kelenjar getah
bening di region aksilla dextra.
Dari keseluruhan tanda dan gejala klinis sudah sesuai dengan dasar teori mengenai karsino
mamae dimana gejala awal karsinoma payu dara biasanya dirasakan berbeda Gejala awal kanker
payudara benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya. Tidak
menimbulkan nyeri, memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh
jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan
biasanya melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara, kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit
jeruk (peuge de orange).
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a) Benjolan atau massa di ketiak
b) Perubahan ukuran atau bentuk payudara
c) Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning
sampai hijau, mungkin juga bernanah)
d) Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah
berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
e) Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
f) Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .(9-16)
35
36. g) Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan
atau ulserasi kulit.
Pada beberapa point dasar teori telah menunjukkan kesamaan dengan gejala klinis yang
dialami pasien yang mengarahkan diagnosis pasien pada suatu keganasan pada mamae dextra.
Namun untuk menegakkan diagnostik pasti, diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti
histopatologi.
Pemeriksaan penunjang
24 Agustus
2009
26 Agustus
2009
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Kimia Darah
SGOT
SGPT
Alkali phosfatase
Gama GT
Bilirubin total
Bilirubin direct
Bilirubin indirect
Protein total
Cholesterol
Albumin
Globulin
Ureum
Creatinin
GDS
15.500
10,2
496.000
32,7
14.000
9,1
30,6
428.000
18
5
76
10
0.3
0,1
0,2
5,3
165
2,2
3,1
32,2
0,7
212
36
37. 27 Agustus
2009
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlor
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
136
3,8
104
19.600
8,7
348.000
28,4
28 Agustus
2009
2 September
2009
4September
2009
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
Darah lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Darah Lengkap
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
39.100
10,6
327.000
29,6
8.500
9,3
29,6
424.000
6.900
9,4
29,6
427.000
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit sejak hari pertama
pasien masuk yaitu berada diatas dari nilai 10.000 menandakan adanya infeksi pada pasien, dimana
37
38. focus infeksi pada pasien tersebut terdapat pada mamae dextra. Hal ini sesuai dengan tanda-tanda
infeksi berupa peningkatan leukosit.
Pada pemerikaan laboratorium juga tampak pada nilai hemoglobin yang rendah dan
ditegaskan pada pemeriksaan konjuntiva yang mendukung kondisi anemis pasien. Walaupun tidak
ada tanda-tanda perdarahan, namun kondisi anemis disebabkan oleh suatu proses malignancy. Pada
pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal dan fungsi hepar masih dalam batas normal.
Pada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose yaitu FNAB ditemukan
gambaran Carsinoma Duktal Infiltrative. Ini menunjukkan adanya keganasan pada tumor mamae
dextra yang diderita pasien.
Pada penanganan pasien ini dilakukan simple mastekstomi walaupun pada pasien ini
stadium karsinoma yang diderita adalah stadium IIIb namun dilakukan simple mastektomi dan
STSG untuk tujuan kosmetik. Setelah itu pasien dijadwalkan untuk khemoterapi.
BAB IV
38
39. KESIMPULAN
Kanker payudara merupakan suatu keganasan yang berasal dari jaringan parenkim pada
payudara yang meliputi duktus (saluran yang membawa air susu ke nipple) dan lobulus (kelenjar
yang memproduksi air susu) yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastase.
Penyebab pasti kanker payudar belum diketahui tetapi diduga dipengeruhi oleh berbagai
faktor. faktor-faktor ini tidak dapat bekerja secara tunggal dalam menimbulkan kanker melainkan
melalui proses yang kompleks mulai dari faktor genetik sampai ke pola hidup. Pada pasien ini
faktor genetik tidak terlalu jelas karena tidak ada riwayat keluarga pasien yang menderita kanker
payudara atau kanker ginekologi. Resiko yang cukup berperan pada pasien yaitu faktor hormonal
dengan riwayat menarche yang muda, riwayat melahirkan anka pertama pada usia lebih dari 30
tahun, riwayat kontrasepsi hormonal dan menopouse yang lama.
Penegakan diagnosa kanker payudara dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan radiologi, laboratorium
dan histopatologi. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
berupa FNAB dan laboratorium. Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan jenis kanker ductal
carcinoma infiltratif stadium IIIb dengan sekunder infeksi berupa peningkatan leukosit di darah.
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan berdasarkan stadium klinis. Secara umum
pilihan terapi untuk kanker payudara adalah operatif, kemoterapi, serta radiasi atau hormonal. Pada
pasien ini karena stadium mencapai stadium IIIb yang secara teoritis unoperable, namun pada
pasien dilakukan simple mastekstomi dengan alasan kosmetik dan kemudian direncanakan terapi
adjuvant terapi berupa khemoterapi.
39
40. DAFTAR PUSTAKA
1. Sukardja,I.G. Onkologi Klinik Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2000.
2. Sabiston. Text Book Of Surgery. Edisi 17. Philadelphia: Saunders, 2004, 867-929
3. Schein. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Onkologi. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997.
4. Underwood, J.C.E. Patologi Umum Dan Sistematik. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2000.
5. Robbins. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Jakarta EGC, 1999.
6. Sastroasmoro.S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto, 2002.
7. Sabiston. Buku Ajar Bedah Bagian 1. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1995.
8. Dennis A. Casciato. Manual Of Clinical Oncology. Fifth Edition. Philadelphia : Lippin Cott
Williams & Walkins, 2004.
40
41. 9. Howkins, Bourney. Shaw’s Text Book Gynecology. Edisi ke-13. Newdelhi : Elsevier, 2004.
10. Azamris. 2006. “Analisis Faktor Risiko pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr.
M. Djamil Padang ”. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr.
M. Djamil Padang, Sumatera Barat
11. Harianto, Mulyati R, Surachmat H. 2005. Risiko penggunaan Pil kontrasepsi kombinasi
terhadap Kejadian kanker payudara Pada reseptor kb di perjan rs Dr. Cipto mangunkusumo.
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April 2005, 84 - 99
12. Ramli M. Deteksi dini dan penatalaksanaan masa kini kanker payudara.
Seminar Sehari Deteksi Dini Kanker Payudara, Padang, Maret 2000
13. Meister K, Morgan J. Risk factors for breast cancer. A report by
American Council on Science and Health. October 2000.
14. Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2000.
15. Wim De Joung. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2004.
16. Camerom. Terapi bedah mutakhir. edisi 4. Jakarta: Binarupa aksara, 1997.
17. Melissa S. Luwia,MHA. Problematika & perawatan payudara. Jakarta: kawan pustaka. 2005
18. Fisher ER, Sass R, Fisher B, et al: Pathologic findings from the National Surgical Adjuvant
Breast Project (Protocol 6): II. Relation of local breast recurrence to multicentricity. Cancer
1986;57:1717-1724.
19. Carter D, Smith RR: Carcinoma in situ of the breast. Cancer 1977;40:1189-1193.
20. Rosen PP, Senie R, Schottenfeld D, Ashikari R: Noninvasive breast carcinoma. Frequency
of unsuspected invasion and implications for treatment. Ann Surg 1979;189:377-382.
21. Schwartz GF, Patchesfsky AS, Feig SA, et al: Multicentricity of non-palpable breast cancer.
Cancer 1980;45:2913-2916.
22. FECHNER RE., Ductal Carcinoma Involving The Lobule of the Breast CANCER August
1971 Vol. 28.
41