2. Aprianingsih (B15010)
Dewi Fitri H. (B15017)
Hesti K. (B15024)
Lenta Ayu (B15029)
Liya Diyanti (B15031)
Nika K. H. (B15038)
Novita Ika (B15042)
Olyvia Ayu (B15044)
Pebriyana F. (B15045)
Putri H. (B15046)
Sri Rahayu (B15049)
Sriyani (B15051)
Yuvi Eka (B15060)
3. Kejang ialah keadaan mengerut otot yang
timbul dengan sendirinya. (Dr. Soemarmo
Markam, 1998)
4. Kejang demam : Kejang demam ialah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Ismael S. KPPIK-XI, 1983; Soetomenggolo
TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan – 5 tahun.
AAP, Provisional Committee on Quality
Improvement. Pediatrics 1996; 97:769-74.
5. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam
ILAE, Commission on Epidemiology and
Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-8.
Kejang disertai demam pada bayi berumur
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam.
ILAE, Commission on Epidemiology and
Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-8.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau
lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan
lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.
Kesepakatan Saraf Anak 2005
6.
7.
8. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi risiko terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi D),
namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari
Sumber : Camfield PR, dkk. The first febrile seizures-Antipyretic instruction plus
either phenobarbital or Placebo t prevent recurrence. J Pediatr 1980; 97:16-21.
Uhari M, dkk. Effect of acetaminophen and of low intermittent doses of diazepam
on Prevention of recurrences of febrile seizures. J Pediatr 1995; 126:991-5.
Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children
with febrile seizures. Arch Pediatr Adolesc Med. 1995; 149:632-5.
Kesepakatan Saraf Anak, 2005
9. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat
menyebabkan sindrom Reye terutama pada
anak kurang dari 18 bulan, sehingga
penggunaan asam asetilsalisilat tidak
dianjurkan (level III, rekomendasi E).
(Sumber : Kesepakatan Saraf Anak, 2005)
Pemberian obat pada saat
demam
10. 1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila
kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung
5 menit atau lebih
Fukuyama Y, dkk. Practical
guidelaines for physician in
the management of febrile
seizures. Brain Dev 1996; 18:479-484.
11. Fenobarbital
100 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml)
diberikan secara intramuskular
Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1ml) atau
10mg/ 2ml (dalam ampul 2ml)
diberikan per rektal.
Dosis : 30 mg = 0.6 ml Berat < 2500 gram diberikan
0.25ml*Berat ≥ 2500 gram diberikan
0.50ml*
Beri obat anti kejang jika bayi muda mengalami kejang.
1. Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
2. Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam
Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi
pemberian Fenobarbital1 kali lagi dengan dosis yang
sama, minimal selang waktu 15 menit.
Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila
bayi kejang, karena bisa terjadi aspirasi.
12. Jika bayi kejang dicurigai sebagai TETANUS
NEONATORUM dengan tanda/ gejala:
◦ Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang
maupun spontan
◦ Mulut mencucu seperti mulut ikan
◦ Biasanya kesadaran masih baik tetapi bayi tak bisa
menyusu.
13. Lakukan tindakan :
◦ Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.
◦ Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin
Prokain.
◦ Rujuk
Sumber : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial,
Kementian Kesehatan 2010
14. Coma/Convulsion
(Koma/kejang)
Koma (tidak sadar)
atau
Kejang (saat ini)
Tatalaksana jalan napas (Bagan
4)
Bila kejang, berikan diazepam
rektal (Bagan 9)
Posisikan anak tidak sadar (bila
diduga trauma kepala/
leher, terlebih dahulu stabilisasi
leher (Bagan 6)
Berikan glukosa iv (Bagan 10)
15. Umur/Berat Badan Anak
Diazepam diberikan secara rektal
(Larutan 10 mg/2ml)
Dosis 0.1 ml/kg (0.4-0.6 mg/kg)
2 minggu s/d 2 bulan (< 4 kg)* 0.3 ml (1.5 mg)
2 – < 4 bulan (4 – < 6 kg) 0.5 ml (2.5 mg)
4 – < 12 bulan (6 – < 10 kg) 1.0 ml (5 mg)
1 – < 3 tahun (10 – < 14 kg) 1.25 ml (6.25 mg)
3 – < 5 tahun (14 –19 kg) 1.5 ml (7.5 mg)
16. Berikan diazepam IV 0.05 ml/kg (0.25 - 0.5 mg/kgBB, kecepatan 0.5 - 1
mg/menit atau total 3-5 menit) bila infus terpasang dan lancar.
Jika kejang berlanjut setelah 10 menit kemudian, berikan dosis ketiga
diazepam (rektal/IV), atau berikan fenitoin IV 15 mg/kgBB (maksimal
kecepatan pemberian 50 mg/menit, awas terjadi aritmia), atau
fenobarbital IV atau IM 15 mg/kgBB (terutama untuk bayi kecil*) Rujuk ke
rumah sakit rujukan dengan kemampuan lebih tinggi yang terdekat bila
dalam 10 menit kemudian masih kejang (untuk mendapatkan
penatalaksanaan lebih lanjut status konvulsivus)
17. Jika anak mengalami demam tinggi:
1. Kompres dengan air biasa (suhu ruangan) dan
berikan parasetamol secara rektal (10 - 15 mg/kgBB)
2. Jangan beri pengobatan secara oral sampai kejang
bisa ditanggulangi (bahaya aspirasi)
* Gunakan Fenobarbital (larutan 200 mg/ml) dalam
dosis 20 mg/kgBB untuk menanggulangi kejang
pada bayi berumur < 2 minggu:
Berat badan 2 kg - dosis awal: 0.2 ml, ulangi
0.1 ml setelah 30 menit bila kejang berlanjut
Berat badan 3 kg - dosis awal: 0.3 ml, ulangi
0.15 ml setelah 30 menit bila kejang berlanjut`
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit,
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di
Kabupaten/Kota, 2009)
18. Pemeriksaan laboratorium
◦ Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin
pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure.
Appropriate diagnostic evaluation. Arch Dis Child 1981;
135:431-3.
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first
simple febrile seizures. Pediatr 1996; 97:769-95.
19. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny-
ingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak
jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures.
Pediatr 1996;97:769-95
Baumer JH. Evidence based guideline for post-seizure management in children
presenting acutely to secondary care. Arch Dis Child 2004; 89:278-280.
20. Pencitraan
◦ Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed
tomography scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemipare-
sis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management
of Febrile Convulsion. HK J Paediatr 2002;7:143-
151